Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan
serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan
yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan
bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai
salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum serta molle.
Labiopalatoskizis atau orofacial cleft atau Sumbing orofasial merupakan
anomali kraniofasial yang paling umum. Kummer (2020) menyatakan
labiopalatoskizis adalah suatu kondisi kongenital dimana adanya pembukaan
abnormal atau celah dalam struktur anatomi yang biasanya tertutup pada bibir atau
langit-langit ataupun keduanya (Kummer A. W., 2020). Menurut Prawirohartono
(2018), cleft (Celah, pemisahan, atau sumbing) dapat terjadi di bibir (labioschisis) dan
langitlangit (palatoschisis) atau gabungan dari keduanya yaitu sebagian atau
seluruhnya (labiopalatoschisis) (Prawirohartono, 2018). Jadi dapat disimpulkan
labiopalatoskizis adalah suatu kelainan sejak lahir dimana adanya celah pada bagian
bibir, langit-langit, ataupun keduanya.

A. ETIOLOGI
Menurut Kummer (2020), labiopalatoskizis dapat disebabkan faktor keturunan
(genetik atau kromosom) dan faktor lingkungan. Faktor keturunan sebagai
endogenous (faktor internal) dan lingkungan sebagai exogenous (faktor eksternal).
Etiologi setiap individu kompleks kedua faktor tersebut saling berhubungan.
Kombinasi dari kedua faktor ini disebut turunan multifaktor (Kummer A. W., 2020).
1. Faktor Keturunan
Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui genetik yang
menyebabkan labiopalatoskizis nonsindrom, telah ditemukan 17 gen yang
berhubungan dengan labiopalatoskizis nonsindrom
2. Faktor Lingkungan
Teratogen dan gangguan kondisi fisik selama perkenbangan bayi termasuk
dalam faktor lingkungan. Teratogen yang berhubungan dengan labiopalatoskizis yaitu
asap rorok, alkohol, obat-obatan (dilantiin, valium, antikolvusan, dan kortikosteroid),
polusi, virus termasuk influenza dan rubella, dan gangguan nurtrisi maternal.
3. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamdia
4. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat
5. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama

B. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
2. Berat badan tidak bertambah
3. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarny air susu
dari hidung.
4. Gagap, gangguan berbicara atau suara terganggu
5. kelainan bentuk fisik
6. kesulitan menyuapi bayi
7. hidung tersumbat
8. Mendengkur
9. pernapasan melalui mulut
C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologis labiopalatoskizis berkaitan dengan perkembangan embriologi wajah


dan palato yang bergantung pada formasi sel neural crest di embrio. Sel-sel ini
bermigrasi pada tingkat dan waktu yang berbeda untuk membentuk struktur wajah
dan rongga mulut. Bila ada penundaan ataupun gangguan bisa mengakibatkan
terjadinya celah (Kummer A. W., 2020).
D. KLASIFIKASI
Tingkat kelainan bibir sumbing bevariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat,
beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :
1. Unilateral incomplete : jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan
tidak memanjang ke hidung
2. Unilateral complete : jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir
dan memanjang hingga ke bibir.
3. Bilateral Complete : Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung

E. KOMPLIKASI
Adanya kondisi labiopalatoskizis ini dapat menyebabkan beberapa masalah yang
kemungkinan muncul tergantung bentuk celahnya. Menurut Kummer (2020),
permasalahan yang muncul yaitu:
1. Gangguan makan akibat kondisi celah
2. Developmental delay akibat sindrom kraniofasial dan riwayat celah palatum.
3. Deficit bahasa dan gangguan perkembangan suara.
4. Aspek psikososial
a. Masalah keluarga seperti shock, malu, stres
b. Masalah sekolah seperti kemampuan belajar, interaksisosial,bullying,
persepsi diri.
c. Masalah social seperti kualitas bicara, gangguan pendengaran, stigma
d. Masalah tingkah laku, mental dan kualitas hidup
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan
bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku
dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh
(rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya
minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. Ada tiga tahap
penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap Sebelum Operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi
menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat
badan yang dicapai dan usia yang memadai.
2. Tahap Sewaktu Operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan
adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa
diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing
(labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir
dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut
maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi
pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
3. Tahap Setelah Operasi
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung
dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani
akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir
sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau
dot khusus untuk memberikan minum bayi.

Anda mungkin juga menyukai