Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LABIOPALATOSKISIS

Dosen : Ditya Yankusuma S.kep.,Ns.M.kep


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur BLOKPK 017
Disusun Oleh :

Suci Nur Rahayu D3A2021.001


Fransiska Erlina D3A2021.009
Nanang krisna D3A2021.014
Zalfa al yumna D3A2021.017
Trifena happy D3A2021.019
Aulia Nur fadilah D3A2021.031
Dewi suciyati D3A2021.033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan Nikmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah
labiopalatoskisis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan
Dasar BLOKPK 017. Penulisan makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya
dukungan dan partisipasi dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada

1. Ibu Ratna Indriati., M.Kes selaku Ketua STIKES Panti Kosala


2. Ibu Ditya Yankusuma, S.kep.,Ns.M.Kep. Ratna Indriati., M.Kes selaku
Dosen Pembimbing.
3. Teman teman serta semua pihak yang sudah membantu penulis untuk
menyelesaikan penulisan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini dikesempatan yang akan datang. Atas dan kritik dan
saran pembaca, penulis mengucapkan terimakasih.

Sukoharjo, 01 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari labiopalatoskisis?
2. Apa penyebab dari labiopalatoskisis?
3. Apa tanda dan gejala dari labiopalatoskisis?
4. Bagaimana patofisiologi dari labiopalatoskisis?
5. Apa klasifikasi dari labiopalatoskisis?
6. Apa komplikasi dari labiopalatoskisis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari labiopalatoskisis?
8. Apa pencegahan dari labiopalatoskisis

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari labiopalatoskisis
2. Untuk mengetahui penyebab dari labiopalatoskisis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari labiopalatoskisis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari labiopalatoskisis
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari labiopalatoskisis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari labiopalatoskisis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari labiopalatoskisis
8. Untuk mengetahui pencegahan labiopalatoskisis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bibir sumbing merupakan kelainan bawaan pada bibir bagian
bawah, langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut yang disebabkan
oleh mutasi genetik atau tercitogen (zat penyebab kelainan pada bayi).
Bibir sumbing dapat diatasi dengan melakukan operasi.(irmawati, 2015)
Labiopalatoschizis Celah Bibir dan Celah Langit-langit adalah suatu
kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit
lunak dan langit-langit keras mulut. Celah bibir (Bibir sumbing) adalah
suatu ketidak sempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas.
(Noordiati, 2018)

B. Etiologi
Menurut Sudiono (2019), Penyebab sumbing bibir dan palatum tidak
diketahui dengan pasti. Sebagian besar kasus sumbing bibir atau sumbing
palatum atau keduanya dapat dijelaskan dengan hipotesis multifaktor. Teori
multifaktor yang diturunkan menyatakan bahwa gen-gen yang berisiko
berinteraksi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan, menyebabkan cacat
pada per- kembangan janin. Sumbing bibir dan palatum merupakan kegagalan
bersatunya jaringan selama perkembangan. Gangguan pola normal
pertumbuhan muka dalam bentuk defisiensi prosesus muka merupakan
penyebab kesalahan perkembangan bibir dan palatum. Sebagian besar ahli
embriologi percaya bahwa defisiensi jaringan terjadi pada semua deformitas
sumbing sehingga struktur anatomi normal tidak terbentuk
C. Klasifikasi
Menurut Idayanti,et.,al (2022), jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau
semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta
palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi
beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum mole posterior
terhdap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keudanya, palatum primer
dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Anjani,et.al (2018), tan+da gejala dari labiopalatoskisis yaitu :
1. Pemisahan bibir.
2. Pemisahan langit-langit.
3. Pemisahan bibir dan langit-langit.
4. Infeksi telinga berulang.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Regurgitasi nasal ketika menyusu

E. Patofisiologi
Menurut Idayanti (2022), Labiopalatoskisis terjadi akibat kegagalan atau
penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi
kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar
minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum
molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sembiring (2019), pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1. Rontgen
Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun
tidak terdapat skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa prenatal
untuk celah bibir baik unilateral maupun bilateral, memungkinkan dengan
USG pada usia janin 18. minggu. Celah palatum tersendiri tidak dapat
didiagnosa pada pemeriksaan USG prenatal. Ketika diagnosa prenatal
dipastikan, rujukan kepada ahli bedah plastik tepat untuk konseling dalam
usaha mencegah.Setelah lahir, tes genetic mungkin membantu menentukan
perawatan terbaik untuk seorang anak, khususnya jika celah tersebut
dihubungkan dengan kondisi genetik. Pemeriksaan genetik juga memberi
informasi pada orangtua tentang resiko mereka untuk mendapat anak lain
dengan celah bibir atau celah palatum.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan melakukan foto rontgen pada
tengkorak. Pada penderita dapat ditemukan celah processus maxilla dan
processus nasalis media.
3. MRI untuk evaluasi abnormal

G. Komplikasi
Menurut Idayanti (2022), komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah : Ostitis media, faringitis
dan kekurangan gizi, sulit makan dan minum, aspirasi.
1. Diperkirakan sekitar 10% penderita labiopalatokisis akan menderita masalah
bicara, misalnya suara sengau.
2. Karena labiopalatoskisis dapat mengganggu pertumbuhan anatomi
nasofaring dan sering mengakibatkan pula terjadinya ostitis media, conge,
serta gangguan pendengaran maka kerja sama dengan pihak THT sangat
diperlukan
3. Farinitis
4. Kekurangan gizi

H. Penatalaksanaan
Menurut Idayanti, et.,al (2022), penatalaksanaan yang dapat debrikan antara
lain :
1. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai
refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba
dengan sedikit menekan payudara.
2. Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squieezer bottles).
Untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan
memeras botol maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga
dapat diisap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan
sekaligus mengurangi deformitas
4. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis,
dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara

I. Pencegahan
Menurut Rizki (2018), pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Konsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap harinya selama satu
bulan sebelum konsepsi dan selama dua bulan pertama kehamilan. Hal ini
dapat mengurangi risiko cleft lip dan cleft palate.
2. Memperhatikan konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kelainan misalnya obat anti-epilepsi, seperti phenytoin dan sodium
valproate.
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol dan merokok

J. Berita tentang kejadian Labiopalatoskisis


Ibu hamil terpapar zat kimia berbahaya sebabkan anak bibir sumbing
Bibir sumbing atau celah bibir (lelangit) ditandai dengan terbentuknya celah pada
bibir yang merupakan kelainan bawaan. Celah bibir ini bisa berada di sisi kanan
atau kiri. Celah bibir satu sisi disebut unilateral labioschisiz dan bisa terjadi pada
kedua sisi disebut bilateral labioschisiz .
celah pada bayi terjadi karena adanya kegagalan proses pembentukan bibir dan
langit-langit pada pekan kelima dan enam saat perkembangan embrio pada
proses kehamilan. Faktor lain yang menjadi penyebab celah bibir adalah
kehamilan dengan defisiensi asam folat, mengonsumsi alkohol, obat-obatan keras
atau suplemen tanpa pengawasan dokter. Bahkan, ada juga upaya menggugurkan
kandungan, sehingga mengakibatkan sel-sel pembentukan menjadi ikut gugur.
kasus ini ditemukan dari hasil wawancara dengan sang ibu. Sang ibu yang
diangani ini mengaku pernah melakukan upaya pengguguran janin saat diketahui
positif hamil. Kondisi ini mengganggu proses embriogenesis
salah satu upaya untuk memperbaiki bibir sumbing dan celah langit bisa melalui
operasi sesuai dengan tahapannya. Untuk menghindari sengau saat berbicara,
dilanjutkan dengan terapi wicara setelah operasi langur langit.

K. Jurnal
Pendampingan Keluarga dan Penderita Sumbing Bibir dan LangitLangit terhadap
Penatalaksanaan Operasi Menggunakan Strategi Social Marketing Volunteer
Metode
Metode pemecahan permasalahan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu
menggunakan metode pendampingan terhadap keluarga dan penderita sumbing
bibir dan langit-langit oleh tenaga volunteer atau pekerja sosial yang sudah
mendapatkan penyuluhan tentang konsep social marketing.
Tujuan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penanganan
sumbing bibir dan langit-langit sehingga muncul keinginan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap permasalahan kesehatan yang dialami
Hasil
Pendampingan keluarga dan penderita sumbing bibir dan langit-langit terhadap
penatalaksanaan operasi menggunakan strategi social marketing volunteer sangat
efisien dalam proses pendampingan. Sebelum menggunakan konsep strategi
social marketing volunteer, proses penangan pasien sumbing bibir dan langit-langit
biasanya diselesaikan dalam jangka waktu satu hingga tiga bulan. Akan tetapi,
setelah menggunakan konsep strategi social marketing volunteer proses
penangan menjadi lebih singkat, yaitu satu minggu. Tiga tahapan mulai dari tahap
pre-hospitalisasi, hospitalisasi, dan pasca hospitalisasi merupakan inisisasi yang
berasal dari volunteer yang bertujuan untuk membantu menuntaskan
permasalahan kesehatan para keluarga dan penderita sumbing bibir dan langit-
langit.

L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Idayanti (2022), pengakajian yang dapat dilakukan antara lain :
Data Umum Riwayat Kesehatan Riwayat kehamilan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kerusakan dalam menghisap
2) Menelan
3) Makan
4) Terjadi penurunan bernapas e.Mudah tersedak
5) Distres pernapasanan dan dispnea
2. Diagnosa
a. Pra Pembedahan
1) Resiko aspirasi b.d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi secara
spontan karena sumbing palatum dan bibir sehingga terjadi
ketidakmampuan dalam menghisap
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesukaran menelan oleh
karena kecacatan pada daerah palatum
b. Pasca Pembedahan
1) Resiko infeksi b.d adanya insisi luka akibat proses pembedahan
2) Perubahan membran mukosa oral b.d insisi akibat pembedahan
3) Perubahan proses keluarga b.d kehilangan yang dikaitkan dengan
kelahiran anak dengan kecacatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Pada orang tua anak untuk selalu menjaga Kesehatan anak dan Istirahat
yang cukup sehingga badan menjadi lebih berenergi dan meningkatkan
kekebalan tubuh dalam melawan virus.
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, et.al. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, dan anak
Deepublish, Yogyakarta.
Elfiah, U., et al. (2019). Pendampingan Keluarga dan Penderita Sumbing
Bibir dan LangitLangit terhadap Penatalaksanaan Operasi
Menggunakan Strategi Social Marketing Volunteer. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat. 5(2). Jawa Timur
Irmawati. (2015). Bayi dan Balita Sehat & Cerdas. PT Gramedia :
Jakarta
Idayanti, et.al.2022. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta/Makassar
Noordiati. (2018). Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra
prasekolah. CV Andi Offset, Yogyakarta
Rizki. 2018. Kupas Tuntas Seputar Kehamilan. AgroMedia Pustaka, Jakarta
Sekolah. Wineka Media : Jakarta
Sembiring, J. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Sudiono J. (2019). Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. EGC :

Anda mungkin juga menyukai