Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Fadlun & Feryanto (2014) Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, virus ini jenis
retrovirus RNA dengan nama T-Cel Lymphatropic Virus dan mengakibatkan
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai
penyakit (AIDS).
Acquired Immunodefficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh.
B. Etiologi
Menurut Maryunani & Sari (2013) berikut penjelasan penyebab HIV pada ibu
dan bayi :
1. Cairan tubuh yang mengandung HIV seperti, hubungan seks dengan
pasangan yang menghidap HIV, jarum suntik, dan alat – alat penusuk
(tato, penindik dan cukur) yang tercemar HIV
2. Bayi yang dilahirkan oleh ibu terkena HIV lebih berisiko tertular
3. Transmisi dari ibu kejanin : selama hamil, saat persalinan (50%) dan ASI
(14%)
C. Patofisiologi
Menurut prawihardjo 2008 dalam buku Maryunani & Sari (2013)
patofisiologi dari HIV adalah sebagai berikut :
1. Virus yang masuk kedalam tubuh melalui perantara darah, semen, dan
secret vagina
2. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui kontak seksual
3. HIV awalnya dikenal dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus
(LAV) merupakan golongan retrovirus dengan materi genetic
Ribonucleic Aci d (RNA) yang dapat diubah menjadi Deoxyribonucleic
Acid (DNA) untuk diintegrasikan kedalam sel penjamu dan deprogram
membentuk gen virus
4. Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu yaitu sel – sel yang
mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh
D. Gejala
Menurut Fadlun & Feryanto (2014) gejala dari HIV / AIDS sebagai berikut :
1. Mayor
a. BB turun 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronik >1 bulan
c. Demam > 1 bulan
d. Kesadaran turun dan gangguan neorologi
e. Ensefalopati HIV : gangguan kognitif. motorik, dan tingkah laku
2. Minor
a. Batuk menetap >1 bulan
b. Dermatitis generalisata gatal
c. Herpes zoster yang berulang
d. Kandidiasis orofaring
e. Herpes simpleks kronik progresif
f. Limpadenopati generalist
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
E. Masa Inkubasi HIV
Menurut WHO 2012 dalam buku Norma & Mustika (2013) Human
Immunodeficiency Virus (HIV) masuk ketubuh manusia tanpa menimbulkan
gejala apapun. Orang yang terkena HIV pada awalnya akan merasa sehat
karena masa inkubasi HIV atau masuknya virus yang muncul gejala adalah 5
– 10 tahun. Ketika sudah muncul gejala orang tersebut sudah terkena AIDS
F. Prognosis
Menurut Maryunani & Sari (2013) prognosis HIV sebagai berikut :
1. Kelompok risiko tinggi terhadap infeksi HIV adalah homoseksual, pria
biseksual, penyalahgunaan obat – obatan intravena dan penderita
hemophilia yang mendapat transfuse darah.
2. Kelompok risiko tinggi lainnya adalah kaum prostitusi dan mitra
homoseksual pria yang berada dalam kelompok risiko tinggi
3. Wanita lebih mudah mendapat virus dari pada pria karena konsentrasi
HIV dalam semen tinggi dan robekan mukosa pada introitus atau vagina
saat berhubungan seksual lebih sering terjadi dibandingkan kerusakan
kulit penis
4. Transmisi vertical merupakan penyebab tersering infeksi HIV pada bayi
dan anak – anak di Ameriksa Serikat
5. Transmisi HIV ibu ke janin dapat terjadi intrauterine (5 – 10%) saat
persalinan (10 – 20%) dan pasca persalinan (5 – 20%)
6. Kelainan yang dapat terjadi pada janin antara lain : Berat badan lahir
rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan
G. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Menurut Maryunani & Sari (2013) ibu dengan HIV dapat mengurangi risiko
bayinya tertular dengan :
1. Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
a. Risiko penularan sangat rendah bila terapi ARV dipakai, angka
penularan hanya 1 – 2 %
b. Angka ini < 4% bila ibu memakai obat azidotimidin (AZT) selama 6
bulan terakhir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama 6
minggu pertama
2. Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
a. Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan
b. Bila ibu memakai AZT dan mempunyai viral load dibawah 1000
maka dikatakan risiko hampir nol
c. Ibu dengan viral load yang tinggi dapat mengurangi risiko dengan
memakai bedah sesar
3. Menghindari menyusui
a. Kurang lebih 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi
b. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti asi (PASI
atau formula)
c. Namun jika PASi tidak diberikan secara benar, risiko lain pada
bayinya semakin tinggi
d. Jika formula tidak bisa atau masalah biaya menyebabkan kesulitan
dalam pemberian formula lebih baik bayi disusui
e. Yang terburuk adalah apabila ASI dicampur PASI
f. Mungkin cara yang paling cocok untuk sebagian besar ibu di
Indonesia adalah menyusui secara ekslusif (tidak dicampur dengan
PASI) selama 3 – 4 bulan pertama kemudian diganti dengan formula
secara ekslusif (tidak dicampur dengan ASI)
4. Melakukan diet khusus untuk orang HIV
a. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan
nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang – kacangan dan
produknya seperti tempe yang mengandung Vit. B12 berfungsi
sebagai bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare
b. Banyak mengkonsumsi sayur – sayuran dan buah – buahan secara
teratur, terutama sayuran dan buah buahan berwarna yang kaya
vitamin A (beta karoten) zat besi, vitamin C dan E sebagai
antiradikal bebas
c. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape, brem, roti)
d. Pastikan makan bersih dari pestisida dan zat-zat kimia berbahaya,
cuci bahan makanan sebelum dikonsumsi
e. Bila ODHA mendapat obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat
f. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
g. Menghindari rokok, kafein, dan alcohol
h. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah di
pateurisasi, jika tidak dapat menerima susu sapi dapat diganti dengan
susu kedelai
i. Sesuaikan dengan syarat diet penyakit infeksi yang menyertai
misalnya rendah serat, makanan lunak dan cair jika ada gangguan
saluran pencernaan, rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare.
H. Penatalaksanaan Ibu Nifas dengan HIV
Menurut WHO 2012 dalam buku Norma & Mustika (2013) penatalaksanaan
yang dilakukan pada ibu nifas dengan HIV adalah :
1. Merencanakan pemberian ARV tindak lanjut, pemberian harus dilakukan
hati – hati tergantung pengobatan dan tindakan VL dalam tubuh
(pemberian ARV diberikan seumur hidup atau selama periode risiko
penularan dari ibu ke anak tergantung kebijakan nasional dan kelayakan
ARV)
2. Diperlukan rencana tindak lanjut kepada anak yang terpajan HIV untuk
meninjau rencana pemberian ASI dan pemberian perawatan ARV
3. Pemberian profilaksis kotrimoksazol
4. Dukungan psikologis dari keluarga dan lingkungan serta tenaga
kesehatan yang menangani
5. Pemberian konseling pada keluarga mengenai perawatan dan pengobatan
pada ibu dan bayi dengan HIV / AIDS
6. Pilihan untuk menyusui bayinya atau tidak
7. Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat, apabila salah satu pasangan tidak
terinfeksi maka alat kontrasepsi yang tepat adalah kondom. Namun
apabila keduanya sudah terinfeksi maka pilihan yang tepat adalah
AKDR. Apabila ibu sudah cukup memiliki anak bisa menggunakan steril
I. Metode Pemeriksaan HIV
Menurut WHO 2012 dalam buku Norma & Mustika (2013) ada beberapa
metode pemeriksaan laboratorium anti HIV yang telah dikembangkan.
Metode pemeriksaan anti HIV meliputi metode cepat atau yang dikenal
dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), metode ELISA dan metode
westernblot. Pemeriksaan CD4 dan viral load dapat dilakukan dengan metode
flowcytometer. Metode pemeriksaan saat ini yang banyak dilakukan adalah
menggunakan metode RDT dan metode ELISA.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggal : Rabu / 5 – 12 – 2018


Jam : 07.00 wita

A. DATA SUBJEKTIF (S)


1. Identitas
Nama istri :Ny. S
Umur : 37 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Purnasakti

Nama suami : Tn. Z


Umur : 37 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Purnasakti
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan masih nyeri luka pada operasi dan ibu sekarang sudah
bisa miring kiri / kanan
3. Status perkawinan
Kawin : Ya
Usia Kawin : 20 tahun
Lamanya : 17 tahun
Berapa Kali Menikah : 2 kali
Dengan suami sekarang : 4 tahun
Istri keberapa dari suami sekarang : Kedua
4. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklusnya : 28 hari
Lamanya : 3-4 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Disminorea : Tidak ada
HPHT : 15-02-2018
+7+9
TP : 22 11 2018
UK : 18 10 2018
15 02 2018
3 8× 41/3
32 + 2 mg 2 hari
34 mg 2 hari + 3 hari
34 minggu 5 hari
5. Riwayat Obstetri & Ginekologi
Umur Tempat Jenis Anak
No Tahun Penolong Penyulit Nifas
kehamilan partus Partus sex PB/BB keadaan

1. 2006 Aterm RS SPTBK Bidan - Normal ♀ / 2800 Hidup

2. 2009 Aterm RS SPTBK Dokter - Normal ♂ / 2900 Hidup

3. 2018 Aterm RS SC Dokter B20 Normal ♂ 50/ 3300 Hidup

Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat
kandungannya seperti mioma, kista, kanker rahim dan tumor.
6. Riwayat KB
Ibu sebelumnya menggunakan KB suntik 1 bulan sudah sekitar 1 tahun
7. Riwayat kehamilan sekarang
a. G3 P2 A0
b. ANC Trimester I
1) Frekuensi : 1 kali
2) Tempat : PKM
3) Umur kehamilan : 11 minggu
4) Imunisasi : Tidak ada
5) Pergerakan anak : Belum terasa
6) Keluhan : Mual
7) Nasehat : Baca buku KIA
8) Pengobatan : Asam folat, B6, B complek
c. ANC Trimester II
1) Frekuensi : 2 kali
2) Tempat : RS
3) Umur kehamilan : 15 dan 24 minggu
4) Imunisasi : tidak ada
5) Pergerakan anak : (+)
6) Keluhan : Tidak ada
7) Nasehat : Istirahat cukup
8) Pengobatan : SF, Kalk
d. ANC Trimester III
1) Frekuensi : 2 kali
2) Tempat : RSKIA, Dr
3) Umur kehamilan : 32 dan 38 minggu
4) Imunisasi : Tidak ada
5) Pergerakan anak : (+)
6) Keluhan : Tidak ada
7) Nasehat : Persiapan persalinan di RS
8) Pengobatan : SF, Kalk
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan menderita penyakit HIV sudah diketahui 1 tahun
yang lalu dan ibu tidak ada menderita penyakit jantung, diabetes,
hepatitis, asma dan TBC
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS,hepatitis dan penyakit menahun seperti ginjal, DM dan
penyakit menurun seperti jantung, asma, dan hipertensi serta hamil
kembar.
9. Data biologis
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 2 x sehari
Porsi : 1 piring sedang
Jenis : Nasi, ikan, sayur
Minum
Frekuensi : 6 x sehari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis : Air putih
Pantangan/masalah : Tidak ada
b. Eliminasi
1) BAB
BAB pertama setelah melahirkan : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada
Warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Masalah : Tidak ada
2) BAK
BAK pertama setelah melahirkan : Tidak ada
Frekuensi : 1 x sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Pesing
Masalah : Tidak ada
c. Personal hygiene
Frekuensi mandi : Ibu belum ada mandi
Frekuensi gosok gigi : 1 kali
Kebersihan vulva : Ibu mengganti pembalut apabila penuh
Frekuensi ganti pakaian/jenis : 1 kali
d. Aktifitas
Ibu sudah bisa miring kiri/kanan.
e. Tidur / istirahat
Siang hari : 1 – 2 jam
Malam hari : 5 – 6 jam
Masalah : Tidak ada
f. Seksual
Ibu tidak ada melakukan hubungan seksual
10. Data Psikologis dan Spritual
a. Tangapan ibu terhadap kelahiran bayinya
Ibu merasa senang dan bahagia akan kelahiran bayinya
b. Tangapan ibu terhadap perubahan fisiknya
Ibu menerima segala perubahan yang telah terjadi
c. Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah dialami.
Ibu mengatakan ini merupakan pengalaman pertana dioperasi
d. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
Ibu mengetahui cara tentang memandikan bayi
e. Hubungan sosial ibu dengan orang tua, mertua, dan keluarga
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan orang tua, mertua dan
keluarga baik
f. Pengambil keputusan dalam keluarga
Suami
g. Orang yang membantu ibu merawat bayi
Suami dan keluarga
h. Adat/kebiasaan kepercayaan ibu yang berkaitan dengan kelahiran
dan perawatan bayi.
Tidak ada
i. Kegiatan spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas.
Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,8
Respirasi : 21 x/menit
d. Terpasang infus dan DC
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
1) Muka : Tidak tampak oedema
2) Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat dan
sklera tidak kuning
3) Mulut : Tidak ada sariawan
4) Dada/payudara : Putting susu menonjol dan tidak tampak
lecet pada putting susu
5) Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup kassa
kering
6) Genetalia : Tampak pengeluaran darah (lochea rubra)
7) Ekstremitas : Tidak tampak varises dan oedema pada
tangan dan kaki
b. Palpasi
1) Dada/payudara : Tidak teraba benjolan abnormal dan
tidak ada bendungan ASI
2) Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Kosong
3) Ekstremitas : Tidak teraba oedema
3. Pemeriksaan penunjang
a. HB : 11,5 g/dL
b. HbSAg : Non reaktif
c. Anti HIV menggunakan metode ELISA : Reaktif

C. ANALISA (A)
P3A0 Post – SC hari ke-1 atas indikasi B20

D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
TD : 110/70 mmHg TFU : 2 jari dibawah pusat
N : 72 x/menit Lochea : rubra
S : 36,8 ºC Kontraksi uterus : Baik
R : 21 x/menit
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memotivasi ibu untuk mobilisasi secara bertahap pada hari pertama ibu
boleh duduk
Evaluasi : Ibu akan mengerjakan sesuai arahan dan berusaha untuk
duduk
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi kaya
akan protein seperti telur, tempe, ikan, daging, serta sayur dan buah –
buahan
Evaluasi : Ibu menghabiskan porsi makanan yang disediakan (bubur,
tinggi kalori dan tinggi protein)
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Evaluasi : Ibu bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan dan ibu
bisa tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 6 – 8 jam
5. Menginformasikan kepada ibu tidak boleh menyusui bayinya apabila
bayi sudah diberikan susu formula
Evaluasi : Bayi ibu diberikan susu formula
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, kebersihan luka dan
kebersihan alat kewanitaannya
Evaluasi : Ibu mengganti pembalut 3x sehari atau bila terasa penuh
7. Berkolaborasi dengan dr, advice :
a. Terpasang infus RL 20 tpm
b. Injeksi :
1) Ceftriaxone 2 x 1 gram
2) Ketorolac 3 x 1 ampul 50 mg
3) Asam traneksamat 3 x 1 ampul 500 mg
4) Ranitidine 2 x 1 ampul 50 mg
5) Furamin 2 x 1 ampul
6) Vitamin C 2 x 1 ampul 500 mg
8. Berkolaborasi dengan tim VCT untuk KIE perawatan pasien HIV dan
pencegahan penularan HIV serta pemberian terapi ARV selanjutnya
Catatan Perkembangan

Hari / tanggal : Kamis / 6 – 12 – 2018


Jam : 13.00 wita

S : Ibu mengatakan masih sedikit nyeri pada luka operasi dan ibu sudah bisa duduk
O : 1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
Respirasi : 18 x/menit
d. Terpasang vemflon dan DC
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
1) Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat dan sklera
tidak kuning
2) Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup kassa
kering
3) Genetalia : Tampak pengeluaran darah (lochea rubra)
b. Palpasi
1) Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Kosong
2) ekstremitas : Tidak teraba oedema
A : P3A0 Post – SC hari ke-2 atas indikasi B20
P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
TD: 120/80 mmHg TFU : 2 jari dibawah pusat
N : 82 x/menit Kontraksi uterus : Baik
S : 36,8 ºC
R : 18 x/menit
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memotivasi ibu untuk mobilisasi secara bertahap pada hari kedua ibu boleh
jalan
Evaluasi : Ibu akan mengerjakan sesuai arahan dan berusaha untuk
jalan
3. Mengingatkan kembali kepada ibu bahwa tidak boleh menyusui bayinya
apabila bayi sudah diberikan susu formula
Evaluasi : Ibu mengerti dengan yang telah diinformasikan
4. Berkolaborasi dengan dr, advice :
a. Terpasang vemflon
b. Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gram
c. Obat asam mefenamat 3 x 500 mg
d. Obat SF 2 x 1 tablet
e. Melepas kateter : Observasi BAK post Aff DC
Evaluasi : Ibu sudah bisa BAK dengan lancar jam 20.00 wita

Anda mungkin juga menyukai