Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK ANAK


SEKOLAH

Dosen Pengampu:

Ii Sholihah, SKp., M.KM

Disusun Oleh Tingkat 3:

Dewi Ratna W P17120119009

Dinda Fitria S P17120119011

Fatimah Wanda P17120119014

Intan Elina P17120119021

Ivan Hartanto P17120119022

Meitania Rusdiana P17120119026

Rachma Indah A P17120119031

Wiendri Victoria M P17120119038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1

i
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa pertolongan-
Nya kita semua tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada kesempatan kali ini kami membahas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Anak Sekolah”. Dalam menyelesaikan
makalah ini kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kerja
keras kami dalam mengerjakan, serta bimbingan dari ibu Ii Sholihah, SKp.,
M.KM selaku dosen pembimbing, akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah yang kami buat. Kelompok kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan pemahaman
dalam berfikir kritis dalam keperawatan.

Jakarta, 31 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................3
A. Konsep Dasar Kelompok Khusus Anak Sekolah.................................3
B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah.................6
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................12
A. Kasus.....................................................................................................12
B. Pengkajian Keperawatan......................................................................12
C. Diagnosis Keperawatan........................................................................15
D. Perencanaan Keperawatan....................................................................18
E. Implementasi Keperawatan..................................................................23
F. Evaluasi Keperawatan..........................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................26
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................26
B. Diagnosis Keperawatan........................................................................27
C. Intervensi Keperawatan........................................................................28
D. Implementasi Keperawatan..................................................................29
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................30
BAB V PENUTUP..........................................................................................32
A. Kesimpulan...........................................................................................32
B. Saran.....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan kesehatan, serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan kesehatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang
pertama dalam tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi
yang sangat relevan dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Sehat secara social merupakan hasil dari interaksi positif di
dalam komunitas (Efendi & Makhfudli, 2015).

Secara global, anak usia sekolah menderita berbagai penyakit menular dan
tidak menular. Penyakit menular yang dapat dicegah seperti kebersihan
gigi yang buruk (gigi berlubang) dan karies, penyakit kulit, infestasi
cacing, terutama karena kebersihan anak yang buruk dan sebagai akibat
dari pengetahuan dan sumber daya yang tidak memadai, infeksi
pernapasan, dan diare adalah yang paling mematikan dalam usia anak
sekolah. Penyakit tidak menular pada anak usia sekolah seperti banyak
kasus dengan gizi buruk yaitu obesitas dan kurus menjadi kesehatan yang
mengkhawatirkan keprihatinan di seluruh dunia (Pradhan et al., 2016).

Gaya hidup atau kebiasaan yang sering dilakukan anak di sekolah adalah
dengan membeli jajanan dengan sembarangan. Mereka membeli jajan
menurut kesukaan mereka tanpa melihat atau memikirkan zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang dibelinya. Perhatian aktivitas di luar
ramah yang banyak biasanya membuat mereka melupakan waktu untuk

1
makan sehingga mereka membeli jajanan di sekolah untuk sekedar
mengisi perut (Nugraheni et al., 2018).

Menurut Suherman & ’Aini, (2019) Penyakit diare menjadi masalah global
di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Diare merupakan
salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak setelah
pneumonia, insiden diare anak usia 5-14 tahun di Indonesia sebesar 3,0%
dan tahun 2016. Tangerang Selatan memiliki insiden diare anak usia 5-14
tahun sebesar 6.610 kasus. Kejadian diare erat kaitannya dengan
lingkungan dan personal hygiene. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
didapatkan 23,5% anak di provinsi DKI Jakarta merokok dengan 28,8%
merokok setiap hari atau hisap kadang, juga didapatkan 16%
mengonsumsi minuman beralkohol (Kemenkes RI, 2018).

Menurut Susana, (2018) di Indonesia, usaha kesehatan di sekolah


dilaksanakan dalam rangka mewujudkan UndangUndang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 79 yang menyatakan bahwa usaha kesehatan
sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pembinaan dan
pengembangan usaha kesehatan sekolah yang dikelola secara bersama oleh
4 (empat) Kementerian yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri melalui
Peraturan Bersama 4 Menteri Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 7 Tahun 2014,
Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Berdasarkan
kebijakan tersebut, maka seluruh sekolah mulai TK/RA, SD/MI,

2
SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA beserta sekolah-sekolah Luar Biasa dari
semua jenjang tersebut wajib melaksanakan usaha kesehatan di sekolah
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.

Peran perawat komunitas khususnya pada usia anak sekolah salah satunya
berperan dalam memberikan edukasi kesehatan dalam meningkatkan status
kesehatan pada anak dengan usia sekolah. Salah satu edukasi yang harus
diberikan oleh perawat adalah terkait PHBS (Aspiah & Mulyono, 2020).
Menurut Prasetyo et al., (2014) perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas dapat menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat
juga di tunjuk sebagai seorang Koordinator UKS ditingkat puskesmas.
Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan
pelaksanaan UKS menjadi tanggungjawabnya atau paling tidak ikut
terlibat dalam tim pengelola UKS. Dan Sebagai penyuluh dalam bidang
kesehatan. Peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan dapat dilakukan secara langsung melalui penyuluhan kesehatan
yang bersifat umum dan klasikal, atau secara tidak langsung sewaktu
melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorang.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok anak
usia sekolah?
C. Tujuan
1. Tujuan umum:
Mengetahui dan memahami mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok anak usia sekolah.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dibuat makalah ini agar mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah

3
b. Menetapkan diagnosa keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah
c. Menyusun perencanaan keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah
d. Melakukan implementasi keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah
e. Melakukan evaluasi keperawatan komunitas pada
kelompok anak usia sekolah

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kelompok Khusus Anak Sekolah


1. Pengertian Anak Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun.
Anak usia sekolah dapat dikategorikan dalam fase pra remaja, yaitu
anak yang berada pada usia 9-11 tahun untuk perempuan dan 10-12
tahun untuk laki-laki. Periode sekolah dimulai saat anak berusia
kurang lebih 6 tahun (Utama & Demu, 2021).
2. Klasifikasi Anak Sekolah Berdasarkan Pertumbuhan dan
Perkembangan
Menurut Utama & Demu, (2021) Pendidikan dasar di Indonesia
wajib diikuti oleh setiap warga negara yang berusia 7-12 tahun
yang dimulai dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun,
mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Lulusan sekolah dasar
dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama/sederajat selama 3 tahun. Menurut Utama & Demu, (2021)
berikut klasifikasi pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah:
a. Siswa Sekolah Kelas Dasar
Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau
periode keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun
seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki
sekolah. Karakteristik siswa kelas rendah sekolah dasar
adalah sebagai berikut:
1) Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan
kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi
sekolah
2) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri

5
3) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak
lain,
4) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak
menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa
mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai haik atau tidak
5) Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
ada di dalam dunianya
6) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka
soal itu dianggap tidak penting
b. Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah
sebagai berikut:
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-
hari yang konkret.
2) Realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin
belajar.
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal atau mata pelajaran khusus.
4) Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira
kira umur 11 tahun pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
berusaha menyelesaikannya sendiri.
5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya)
mengenai prestasi sekolah.
c. Masalah Kesehatan Kelompok Khusus Anak Usia Sekolah
Menurut Widiyawati, (2020) Masalah pada saat usia
sekolah, seringkali anak sulit untuk memahami pelajaran
yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan anak.

6
Keluhan tersebut bisa dipengaruhi oleh asupan nutrisi anak
yang kurang baik dan factor lingkungan yang tidak baik
bagi anak dalam proses pembelajaran. Menurut
Widiyawati, (2020) berikut ini salah satu contoh masalah
kesehatan yang beresiko terjadi pada anak usia sekolah,
yaitu:
1) Kebutuhan nutrisi: berat badan berlebih/kurang,
perilaku makan makanan yang mengandung
pemanis buatan atau pengawet, gangguan makan
(anoreksia, bulimia), jajan tidak sehat (makanan
yang menggunakan pewarna,
2) Kebersihan diri yang kurang (rambut, kulit, kuku,
genetalia).
3) Kebutuhan psikososial: harga diri rendah, depresi,
hiperaktif, dan resiko bunuh diri.
4) Kebutuhan belajar: gangguan konsentrasi belajar,
atau kurangnya pengetahuan anak usia sekolah
tentang kesehatannya.
5) Kebutuhan keamanan
a) Anak usia sekolah yang kesehariannya tidak
mendapatkan pengawasan dari orang tua
b) Tidak menggunakan pengaman (helm, sabuk
pengaman) saat bersepeda atau berkendaraan
motor
c) Bersekolah/tinggal melewati jalan raya,
kereta, atau sungai
d) Mendapat perlakuan kasar dari sekelompok
teman
e) Bahaya pemerkosaan
6) Merokok atau minum alkohol pada anak usia
sekolah

7
7) Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif: tinggal di
daerah rawan bencana dan konflik.
3. Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Kesehatan Anak Usia
Sekolah
Kebijakan pemerintah dalam upaya pelayanan kesehatan anak usia
sekolah dan remaja terdapat dalam UU no.25 Tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak yang dimana setiap anak usia sekolah dan
remaja harus diberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
anak usia sekolah dan remaja ditujukan agar setiap anak memiliki
kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki
keterampilan hidup sehat, dan keterampilan sosial yang baik
sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis
dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja dilakukan
paling sedikit melalui usaha kesehatan sekolah dan pelayanan
kesehatan peduli remaja. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh
tenaga kesehatan dengan melibatkan guru pembina usaha
kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling, kader kesehatan
sekolah dan konselor sebaya. Pelayanan kesehatan peduli remaja
dilakukan melalui pelayanan konseling, pelayanan klinis medis,
pelayanan rujukan, pemberian komunikasi, informasi dan edukasi
kesehatan remaja, partisipasi remaja, dan keterampilan social
(Kemenkes, 2014).

Kebijakan yang ada di Indonesia secara khusus telah memberi


fokus pada kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Namun
dengan pesatnya perkembangan permasalahan, kebutuhan untuk
menguatkan kebijakan yang ada menjadi kebutuhan yang harus
segera dipenuhi agar respons yang diberikan memadai dan
komprehensif. Apalagi komitmen Indonesia di tingkat
internasional untuk memberi perhatian dan menjawab berbagai

8
tantangan permasalahan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
sudah sangat jelas. Kebijakan pemerintah dalam upaya pelayanan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja dalam UU No.1 Tahun
2014 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia
Sekolah dan Remaja Tahun 2017-2019 sebagai berikut (Kemenko,
2018):
a. Pernikahan Usia Dini
Dalam rangka pemenuhan komitmen di dunia
internasional, pada tahun 2014, Indonesia telah
menerima banyak masukkan dari Komite Hak Anak
PBB untuk terus meningkatkan kualitas hidup anak
Indonesia. Salah satu janji Indonesia tentang
pemenuhan hak anak yang dianggap belum sepenuhnya
oleh Komite Hak Anak PBB adalah tingginya angka
perkawinan usia anak. Sekilas perkawinan usia anak
tidak terkait dengan kesehatan, namun sebenarnya,
perkawinan yang terjadi pada mereka yang usianya
belum 18 tahun, dapat mempengaruhi kesehatan mental,
seksual dan reproduksinya. Secara psikologis,
perkawinan usia anak bisa berdampak negatif karena
anak belum siap untuk berperan sebagai suami dan istri
apalagi ibu dan ayah. Upaya yang telah dilakukan oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPPPA) untuk menekan prevalensi
perkawinan usia anak adalah dengan terus
menggencarkan pelaksanaan kabupaten/kota Layak
Anak (KLA) yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No.
12 Tahun 2011 tentang Indikator kabupaten/kota Layak
Anak.
b. Kesehatan Reproduksi

9
Jumlah kehamilan pada perempuan usia kurang dari 19.
tahun dan kehamilan pada anak di luar perkawinan juga
masih memprihatinkan, padahal, kondisi ini rentan
untuk terjadinya aborsi tidak aman, perkawinan paksa
hingga putus sekolah. Keadaan ini terjadi karena masih
banyak anak usia sekolah dan remaja yang belum dapat
mengakses edukasi untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mereka dalam menjaga kesehatan
seksual dan reproduksi. Sementara pelaksanaan layanan
kesehatan yang ada di sekitar usia anak sekolah dan
remaja masih banyak yang menstigma dan
mendiskriminasi mereka. Akibatnya, banyak anak usia
sekolah dan remaja yang mencari sendiri informasi
yang mereka butuhkan tersebut melalui internet atau
lewat sumber-sumber informasi lain yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Mereka juga kerap mencoba
mengobati diri sendiri atau meminta bantuan pada
tenaga non profesional yang justru dapat menambah
permasalahan kesehatan mereka atau bahkan
membahayakan keselamatan jiwa mereka. Anak usia
sekolah dan remaja yang mengalami perkawinan usia
anak, kehamilan usia anak atau tertular HIV, tidak
jarang mengalami diskriminasi dari lingkungan seperti
dikucilkan atau hambatan akses terhadap pendidikan
formal yang semestinya menjadi hak mereka.
Berdasarkan kenyataan ini tidak mengherankan jika
Komisi Hak Anak PBB merekomendasikan Indonesia
untuk menguatkan kebijakan yang ada agar setiap
remaja bisa mendapatkan informasi dan layanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif sesuai
kebutuhan mereka. Disamping itu Komisi Hak Anak

10
PBB juga merekomendasikan untuk menerbitkan
kebijakan yang melindungi hak anak yang hamil, hak
anak yang sudah harus menjadi ibu berikut anak-anak
mereka serta memerangi diskriminasi terhadap mereka.
c. Merokok
Hingga saat ini Indonesia menjadi satu-satunya negara
di Asia yang belum meratifikasi WHO Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) atau konvesi
dunia untuk mengontrol produksi dan penggunaan
tembakau bagi kesehatan. Jika Indonesia meratifikasi
FCTC, maka akan ada peningkatan pajak rokok yang
cukup signifikan yang dapat menekan jumlah perokok
terutama dari kelompok anak usia sekolah dan remaja
karena harga beli yang tidak ramah terhadap mereka.
Sementara belum meratifikasi FCTC, maka untuk
melindungi kesehatan anak usia sekolah dan remaja,
Indonesia mengandalkan Peraturan Pemerintah Nomor
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi
Kesehatan. Namun kebijakan ini sepertinya masih
kurang mampu mengatur dengan ketat isi, pemasangan
dan jam tayangan iklan rokok.
d. Penyalahgunaan NAPZA
Kebijakan yang ada untuk narkotika dan psikotropika
masih belum secara spesifik memberikan arahan yang
rinci bagi pencegahan, perawatan dan rehabilitasi untuk
anak usia sekolah dan remaja baik secara sosial maupun
medis. Kebijakan layanan dan rehabilitasi
ketergantungan obat, hanya ditujukan bagi mereka yang
berusia 15 tahun ke atas.
e. Alkohol

11
Terkait alkohol, hingga sekarang belum ada kebijakan
nasional yang khusus mengatur pengamanan alkohol
dan dampaknya bagi kesehatan. Kondisi ini
menyebabkan beberapa provinsi, kabupaten dan kota
berinisiatif menyusun Peraturan Daerah (Perda) guna
mencegah bahaya minuman beralkohol. Isi Perda yang
ada bervariasi di antara daerah yang menerbitkan dan
biasanya hanya dalam bentuk pelarangan serta kurang
menyentuh pentingnya perlindungan dan pemberdayaan
bagi anak usia sekolah dan remaja. Respons program
yang komprehensif terhadap dampak konsumsi alkohol
berlebih termasuk rehabilitasi juga tidak menjadi
prioritas karena ketiadaan payung hukum. Padahal
kenyataan menunjukkan cukup banyak anak usia
sekolah dan remaja yang secara sembunyi sembunyi
kerap mengkonsumsi alkohol. Contoh paling umum
adalah menghirup aroma lem untuk kayu dan porselen
merek tertentu yang memang mudah dijumpai di pasar.
f. Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Berkaitan dengan tingginya angka kekerasan termasuk
kekerasan seksual yang dialami oleh anak usia sekolah
dan remaja, pemerintah telah menerbitkan beberapa
kebijakan yaitu Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2014
tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual
Terhadap Anak, Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan yang
terakhir Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2016
Tentang Perlidungan Anak.

12
B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah
Menurut (Potter dan Perry, (2010) dalam Widiyawati, 2020) usia anak
sekolah mempunyai 5 tahapan proses keperawatan. Berikut 5 tahapan
proses keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh perawat komunitas:
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Sugiyanto, (2016) pengkajian keperawatan pada anak usia
sekolah sebagai berikut:
a. Kaji dan data umum sekolah (nama sekolah, alamat dan
status)
b. Kaji status kesehatan guru dan karyawan
c. Kaji lingkungan sekolah (luas bangunan, halaman,
pemanfaatan halaman, sarana kesehatan, warung, dan
lain-lain)
d. Kaji kesehatan anak sekolah, meliputi TB berat badan,
tekanan darah, kebersihan badan, kebersihan gigi dan
mulut, kebersihan pakaian, rambut, kuku, dll)
e. Lakukan pemeriksaan snellen test dan hearing test
f. Kaji pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Posyandu, Pos obat desa, dan lain-lain)
g. Kaji penyakit yang sering di derita
h. Kaji ketersediaan dana atau upaya kesehatan
Berikut yang dapat dikaji adalah (Potter dan Perry, 2010) dalam
(Widiyawati, 2020):
a. Core (kelompok anak usia sekolah):
1) Demografi kelompok anak usia sekolah.
2) Umur anak usia sekolah
3) Jenis kelamin anak usia sekolah.
4) Pekerjaan orang tua
5) Pendidikan orang tua
6) Suku

13
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit yang pernah diderita
2) Riwayat imunisasi
3) Riwayat tumbuh kembang
c. Riwayat sekolah.
1) Visi misi sekolah
2) Nilai dan keyakinan sekolah dalam kesehatan
d. Pemeriksaan fisik anak usia sekolah mulai dari kepala
sampai kaki (semua sistem dilakukan pemeriksaan fisik).

Pengkajian 8 sub sistem (Potter dan Perry, 2010) dalam


(Widiyawati, 2020):
a. Lingkungan fisik sekolah
1) Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah,
kebersihan lingkungan, aktifitas anak usia sekolah
di lingkungannya, data dikumpulkan dengan
winshield survey dan observasi.
2) Auskultasi: Mendengarkan aktifitas yang dilakukan
anak usia sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan
kepala sekolah melalui wawancara.
3) Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak
usia sekolah yang kurang baik bagi perkembangan
anak usia sekolah.
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan social
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia
sekolah, bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah
terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.
c. Ekonomi

14
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang
tua siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara
dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
d. Keamanan dan transportasi
Keamanan adanya satpam sekolah, petugas penyebarang
jalan. Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan
anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar
jemput siswa.
e. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata
tertib sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.
f. Komunikasi
1) Komunikasi formal
Buku dan sosialisasi merupakan alat yang
digunakan anak. usia sekolah untuk mendapatkan
informasi kesehatan.
2) Komunikasi informal.
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia
sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan
orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah
masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah
anak usia sekolah.
g. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum
yang digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga
pengajar di sekolah.
h. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat
sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga
dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

15
Model Skrining

Program UKS memiliki beberapa kegiatan dan jenis kegiatan yang


berkaitan dengan tiga program pokok atau trias UKS yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Bagian-bagian jenis kegiatan tersebut
termasuk dalam program UKS sebagai berikut (Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan, 2014) dalam (Pakpahan et al., 2020):

a. Pendidikan kesehatan
1) Pelaksanaan pemeriksaan berkala
2) Pelaksanaan pemeriksaan rutin
3) Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan
sekolah
4) Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
5) Pengadaan alat peraga
6) Pelaksanaaa dokter kecil
b. Pelayanan kesehatan
1) Kegiatan deteksi dini kesehatan anak sekolah
(sereening)
2) Pelaksanaan imunisasi
3) Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
5) Pengadann upaya alih teknologi kesehetan
6) Pengadaan rujukan ke puskesmas
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
1) Pengadaan ruang UKS
2) Pembinaan kantin sekolah
3) Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi
syarat
4) Pengadaan tempat pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat

16
5) Pengadaan kamar mandi khusus siswa

2. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Berikut masalah keperawatan komunitas dan kelompok khusus
anak usia sekolah yang dapat saudara rumuskan menjadi diagnosis
keperawatan menurut (Reni Chairani, (2015) dalam Widiyawati,
2020):
a. Resiko gangguan tumbuh kembang pada anak usia
sekolah
b. Resiko peningkatan kejadian cidera pada anak usia
sekolah
Dapat merumuskan diagnosis lain sesuai dengan kondisi masalah
kesehatan komunitas yang ditemukan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tiga level pencegahan dalam membuat perencanaan keperawatan
menurut (Reni Chairani, (2015) dalam Widiyawati, 2020):
a. Pencegahan primer (primary prevention)
1) Program promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan tentang manfaat makanan
sehat dan cara memilih jajanan sehat, kesehatan gigi
dan mulut anak usia sekolah, kebersihan diri
(rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci
tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia
sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan
lain-lainsesuai kebutuhan anak sekolah (Reni
Chairani, 2015) dalam (Widiyawati, 2020).
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
(perawat dapat meminta bantuan guru dan kader
kesehatan sekolah untuk melakukan pengukutan
TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS
anak sekolah). Mengingat banyak anak sekolah

17
yang ada di wilayah binaan perawat, maka
sebaiknya peawat sudah membuat jadwal kunjungan
tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan
sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang
anak usia sekolah atau masalah kesehatan.
4) Membentuk kelompok swabantu anak usia sekolah
sebagai support bagi anak sekolah, orang tua atau
keluarga yang memiliki anak usia sekolah.
b. Program proteksi kesehatan
1) Pelayanan imunisasi pemberian imunisasi untuk
anak SD kelas 1 pemberian DT dan kelas VI
(wanita) pemberian TT.
2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia
sekolah seperti: Memfasilitasi zebra cross atau
penyebrangan, menyediakan petugas yang
membantu anak sekolah menyebrang,
menganjurkan anak menggunakan pelindung lutut
dan helm jika bersepeda.
3) Perlindungan caries pada anak usia sekolah:
flouridasi
4) Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse
orang dewasa disekitarnya seperti meningkatkan
kepedulian masyarakat.terhadap keselamatan dan
kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru
yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem
pelaporan dan sangsi yang jelas apabila menemukan
anak usia sekolah yang menglami tindakan baik
fisik, emosional, atau seksual dari orang lain, untuk
segera diproses secara hukum yang berlaku di
Indonesia.

18
c. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
1) Diteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi
tumbuh kembang anak sekolah, atau penyakit untuk
segera ditegakkan diagnosis dan pengobatan sejak
dini.
2) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada
anggota anak usia sekolah yang mengalami
kecelakaan di sekolah atau lalu lintas
3) Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia
sekolah yang mengalami sakit akut seperti diare,
demam dan lain-lain. Perawatan juga diberikan pada
anak usia sekolah dengan penyakit kritis.
4) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat
menegakkan diagnosis keperawatan dan segera
memberikan terapi keperawatannya
5) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
d. Pencegahan tertier (terriary prevention)
1) Memberikan dukungan pada upaya memulihkan
anak usia sekolah setelah sakit dengan memelihara
kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya
optimal.
2) Memberikan konseling perawatan lanjut pada
kelompok amak usia sekolah pada masa pemulihan
4. Implementasi
Implementasi menurut (Reni Chairani, (2015) dalam (Widiyawati,
2020) dapat menggunakan empat strategi dalam melaksanakan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya, yaitu:
a. Pemberdayaan komunitas sekolah

19
Hal ini penting dilakukan agar komunitas sekolah peduli
terhadap masalah kesehatan anak usia sekolah. Pemberdayaan
disesuaikan dengan kemampuan yang ada di komunitas.
b. Proses kelompok
Perawat komunitas juga dapat menggunakan pendekatan
kelompok. Agar implementasi dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Kelompok yang terdiri dari anak sekolah yang
mempunyai masalah yang sama, kelompok ini akan sangat
bermanfaat membantu keluarga menentukan solusi masalah
kesehatan.
Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan seperti yang
dijelaskan di awal akan sangat membantu anak sekolah
meningkatkan pengetahuan untuk merubah perilaku hidup lebih
sehat.
c. Kemitraan
Kemitraan perlu dibentuk agar ada jejaring kerja contohnya:
1) Bermitra dengan pedagang kantin agar dapat
menyediakan makanan yang murah dan sehat.
2) Bermitra dengan perusahaan/percetakan buku yang
dapat memberikan buku murah bagi anak.
5. Evaluasi
Perawat komunitas dan komunitas lainnya dapat mengevaluasi
semua implementasi yang terkait pada tujuan yang sudah
ditetapkan dalam mencapai kesehatan anak usia sekolah yang baik
Reni Chairani, (2015) dalam (Widiyawati, 2020).

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Ners
Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta I di RW 20, Kelurahan Jati
Makmur, didapatkan data bahwa RW 20, merupakan salah satu RW yang
memiliki penduduk yang padat, jumlah penduduk 6000 jiwa (600 kepala
keluarga). Data demografi yang didapatkan: Komposisi penduduk: 30%
balita, 20% anak usia sekolah dan remaja, 30% usia dewasa produktif,
sedangkan 20% lansia. Lima puluh enam persen (56%) adalah laki-laki,
empat puluh empat persen (44%) perempuan. Terdapat 1 puskesmas,
dengan 6 kader.
Di RW 20 juga terdapat 1 sekolah dasar, SD Negeri Pelita Ilmu
merupakan SD binaan Puskesmas Jati Makmur. Jumlah Murid SD
sebanyak 236 Siswa. SD ini telah memiliki UKS dan namun selama ini
tidak pernah dilakukan pembinaan oleh Puskesmas. Pemeriksaan
kesehatan atau skrining kesehatan pada anak usia sekolah jarang dilakukan
oleh petugas kesehatan. Permasalahan kesehatan anak sekolah yang
dihadapi adalah 57 % anak jarang sarapan pagi, 15 orang anak SD dengan
berat badan kurang. Pada umumnya 70 % anak SD tidak pernah
mengkonsumsi obat cacingan. Perilaku hidup bersih dan sehat masih
kurang, dimana tidak tersedianya sarana cuci tangan. 70 % anak SD jajan

21
makan makanan yang tidak sehat dan bergizi. Mahasiswa kemudian
melakukan pengkajian lebih lanjut di sekolah tersebut. Di sekitar sekolah
juga banyak ditemukan pedagang makanan di pinggir jalan. Makanan
terlihat berwarna sangat menarik, ada juga jenis makanan mie instant yang
tidak memiliki izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), anak-
anak juga menyantap makanan tersebut tanpa terlihat mencuci tangan.
Terlihat banyak anak sekolah yang berlalu lalang diantara arus kendaraan
ramai yang lewat di depan sekolah. Menurut guru sekolah tersebut banyak
dari murid-murid yang ada tidak pernah sarapan ke sekolah, dengan alasan
tidak sempat, ortu tidak sempat masak dan diberi uang jajan yang banyak
dari ortu. Anak SD juga menyatakan bahwa ortu tidak pernah mengontrol
jenis jajanan yang dibeli mereka. Pihak sekolahpun menyatakan tidak
pernah memeriksa kualitas kesehatan makanan yang dijual di depan
sekolah. Hasil wawancara dengan pihak sekolah didapatkan data bahwa
mayoritas alasan murid izin tidak sekolah karena sakit diare. Pada RW 20
terdapat 6 RT yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05 dan 06. Secara
keseluruhan terdapat 120 (5%) anak usia sekolah dasar dari total
keseluruhan 480 (20%) anak usia balita-remaja. Pada RT 01 terdapat 20
(16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas anak
mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 5 anak dengan masalah batuk
pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 02
terdapat 25 (20,8%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 10 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 03
terdapat 15 (12,5%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 5 anak, 5 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 04
terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 9 anak, 6 anak mengalami
masalah batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah
kesehatan, RT 05 terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan

22
bahwa mayoritas anak mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 5 anak
dengan masalah batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah
kesehatan, dan RT 06 terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa mayoritas anak mengalami masalah diare sebanyak 10
anak, 8 anak dengan masalah batuk pilek, dan 2 anak lainnya berisiko
terkena masalah kesehatan.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Data inti
a. Kelompok Usia :
- 30% balita : 1800
- 20% anak sekolah dan remaja : 1200
- 30% usia produktif : 1800
- 20% lansia : 1200
b. Data Statistik berdasarkan Informasi dari Kader :
- Anak usia sekolah
RT. 1 RT. 2 RT. 3 RT. 4 RT. 5 RT. 6
Jumlah 20 25 15 20 20 20
anak usia (16,6%) (20,8% (12,5%) (16,6%) (16,6%) (16,6%)
sekolah )
Diare 10 10 5 9 10 10
(50%) (40%) (33,33%) (45%) (50%) (50%)
Batuk 5 10 5 6 5 8
pilek (25%) (40%) (33,33%) (30%) (25%) (40%)
Berisiko 5 5 5 5 5 2
terkena (25%) (20%) (33,33%) (25%) (25%) (10%)
masalah
kesehatan

2. Data komunitas

23
a. Data demografi : SD Negeri Pelita Ilmu merupakan SD
binaan Puskesmas Jati Makmur. Jumlah Murid SD sebanyak
236 Siswa
b. Etnis : Jawa, Batak, Betawi
c. Nilai, kepercayaan dan agama : agama yang dianut anak siswa
mayoritas Islam dan sebagian Kristen, memiliki fasilitas ibadah
dan adanya kegiatan kerohanian yang dijalankan
3. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
SD ini terletak di pinggir kota bersebelahan dengan tempat
pembuangan sampah, sehingga halaman samping sekolah
terlihat kumuh dan kadang tercium bau tidak sedap diruang
kelas. SD ini memiliki fasilitas ibadah dan mempunyaki
kegiatan organisasi kerohanian. SD ini juga telah memiliki
UKS, namun selama ini tidak pernah dilakukan pembinaan
oleh Puskesmas.
b. Pelayanan Kesehatan dan pelayanan social
Pelayanan Kesehatan di Sekolah Dasar Negeri Pelita Ilmu
terdapat UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak
yang sakit, selain itu juga terdapat ruang Bimbingan Konseling
(BK) untuk konsultasi siswa.
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan
orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta
dan berdagang sebagai mata pencaharian/nafkah.
d. Keamanan dan transportasi
Terdapat satpam sekolah yang biasa membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya dan menjaga sekolah, akan tetapi
diteumakan kebiasaan yang mengancam Kesehatan anak usia
sekolah yaitu 70% anak SD jajan makan makanan yang tidak
sehat dan bergizi di depan sekolah.

24
e. Politik dan pemerintahan
Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti
kegiatan kepramukaan.
f. Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan oleh para siswa untuk
mendapatkan informasi pengetahuan berasal dari media, para
guru dan orang tua.
g. Pendidikan
Semua anak bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Pelita Ilmu
h. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang
tuanya biasanya ke kebun binatang, taman-taman kota, pantai
dan lain-lain.
4. FGD (Focus Group Discussion)
Tempat : Ruang rapat guru SDN Pelita Ilmu
Hari,Tanggal : Senin, 31 Januari 2022
Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
Peserta : Kepala sekolah, wali kelas dan perwakilan orang
tua siswa
Pertanyaan yang diajukan beserta jawabannya
a. Apa yang biasanya dilakukan siswa pada saat jam istirahat?
Ada beberapa siswa yang menggunakan jam istirahat untuk
bermain di lapangan, sedangkan sebagian siswa lainnya
biasanya pergi ke halaman depan untuk membeli jajanan
pinggir jalan.
b. Bagaimanakah pelaksanaan program UKS di SDN Pelita Ilmu?
Sekolah ini memiliki fasilitas UKS, namun selama ini tidak
pernah dilakukan pembinaan oleh Puskesmas. Pemeriksaan
kesehatan atau skrening kesehatan pada anak usia sekolah
jarang dilakukan oleh petugas kesehatan.

25
c. Apakah orang tua wali murid membawakan bekal makanan
pada anaknya agar tidak jajan sembarangan?
Sebagian orang tua menjawab anaknya di bawakan bekal untuk
makan disekolah namun sebagian besar orang tua lainnya
menjawab tidak sempat membawakan bekal makanan
dikarenakan mereka juga harus siap-siap untuk berangkat
bekerja jadi tidak sempat untuk memasak.
d. Apa sajakah sakit yang dikeluhkan oleh siswa ketika datang ke
UKS?
Setiap minggunya ada laporan siswa yang mengalami sakit
perut di UKS, diduga karena sering mengkonsumsi jajanan di
depan sekolah.
e. Adakah fasilitas seperti wastafel yang dilengkapi dengan sabun
untuk cuci tangan di sekolah ini? Jika ada dimana?
Tidak tersedia sarana cuci tangan, jika siswa ingin cuci tangan
biasanya di toilet, namun tidak tersedia untuk sabun cuci
tangan karena biasa dipakai untuk buang air kecil.
C. Analisa Komunitas
1. Analisa data dilingkungan rumah

Kategori Data Ringkasan Laporan Kesimpulan


Masalah pada anak usia Berikut data anak usia Masalah pada anak anak
sekolah di Rw 20 sekolah : usia sekolah dengan
masalah yang paling
Rt 01 Pada RT 01 terdapat 20 tinggi terjadi yaitu diare
Rt 02
(16,6%) anak usia di RT 01, RT05. RT06
Rt 03 (50%)
Rt 04 sekolah dasar didapatkan
Rt 05
bahwa mayoritas anak
Rt 06
mengalami masalah
diare sebanyak 10 anak,
5 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak
lainnya berisiko terkena

26
masalah kesehatan. RT
02 terdapat 25 (20,8%)
anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa
mayoritas anak
mengalami masalah
diare sebanyak 10 anak,
10 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak
lainnya berisiko terkena
masalah kesehatan. RT
03 terdapat 15 (12,5%)
anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa
mayoritas anak
mengalami masalah
diare sebanyak 5 anak, 5
anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak
lainnya berisiko terkena
masalah kesehatan. RT
04 terdapat 20 (16,6%)
anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa
mayoritas anak
mengalami masalah
diare sebanyak 9 anak, 6
anak mengalami masalah
batuk pilek, dan 5 anak
lainnya berisiko terkena
masalah kesehatan, RT

27
05 terdapat 20 (16,6%)
anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa
mayoritas anak
mengalami masalah
diare sebanyak 10 anak,
5 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak
lainnya berisiko terkena
masalah kesehatan, dan
RT 06 terdapat 20
(16,6%) anak usia
sekolah dasar didapatkan
bahwa mayoritas anak
mengalami masalah
diare sebanyak 10 anak,
8 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 2 anak
lainnya berisiko terkena
masalah kesehatan.

2. Analisa data dilingkungan sekolah

Data Etiologi Masalah


Data Subjektif : Progam (UKS) Tingginya
 Pemeriksaan kesehatan atau skrining tidak pernah risiko
kesehatan pada anak usia sekolah dilakukan terjadinya
jarang dilakukan oleh petugas pembinaan oleh masalah
kesehatan puskesmas Kesehatan
komunitas
Data Objektif :

28
 57% anak jarang sarapan pagi siswa SDN
 15 orang anak mengalami berat Pelita Ilmu
badan kurang
 70 % anak SD tidak pernah minum
obat cacing
 70% anak SD jajan makan makanan
yang tidak sehat dan bergizi di depan
sekolah
Data Subjektif : Perilaku hidup Perilaku
 Kesadaran para siswa dalam Perilaku bersih dan sehat Cender ung
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang, beresiko
masih kurang dimana tidak berhubungan
tersedianya dengan
Data Objektif : sarana cuci kurangnya
 Belum pernah dilakukan penyuluhan tangan, siswa pengetahuan
tentang cuci tangan pada siswa SDN jarang tentang
Pelita Ilmu melakukan cuci perilaku
 Belum terbentuknya kader dokter tangan sebelum hidup bersih
kecil pada siswa SDN Pelita Ilmu makan sehat
 Siswa tidak melakukan cuci tangan (PHBS)
Ketika akan mengkonsumsi makanan
 70% anak SD jajan makan makanan
yang tidak sehat dan bergizi di depan
sekolah
Prioritas masalah yang terjadi di Rw 20

N Masalah A B C D E F G H I J K Tota Priorita


o Kesehatan l s
1 Masalah 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 45 1
kesehatan
pada anak
usia sekolah
: Diare
2 Risiko 3 4 5 4 5 4 4 4 3 4 3 43 2

29
terjadinya
masalah
Kesehatan
komunitas
anak usia
sekolah
3 Perilaku 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 40 3
Cenderung
beresiko
berhubunga
n dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
perilaku
hidup bersih
sehat
(PHBS)

1. Diagnosis Keperawatan Komunitas


a. Risiko terjadinya masalah kesehatan pada anak usia sekolah di
RT01.RT05, RT06 dengan Diare b.d Kebiasaan jajan
sembarangan d.d mengkonsumsi makanan sebelum mencuci
tangan
b. Tingginya risiko terjadinya masalah Kesehatan komunitas
siswa SDN Pelita Ilmu b.d Progam (UKS) tidak pernah
dilakukan pembinaan oleh puskesmas d.d Pemeriksaan
kesehatan atau skrening kesehatan pada anak usia sekolah
jarang dilakukan oleh petugas Kesehatan, 57% anak jarang
sarapan pagi, 15 orang anak mengalami berat badan kurang, 70
% anak SD tidak pernah minum obat cacing dan 70% anak SD
jajan makan makanan yang tidak sehat dan bergizi di depan
sekolah.
c. Perilaku Cenderung beresiko berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS) b.d
Perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang, dimana tidak

30
tersedianya sarana cuci tangan, siswa jarang melakukan cuci
tangan sebelum makan d.d Kesadaran para siswa dalam
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang, Belum
pernah dilakukan penyuluhan tentang cuci tangan pada siswa
SDN Pelita Ilmu, Belum terbentuknya kader dokter kecil pada
siswa SDN Pelita Ilmu, Siswa tidak melakukan cuci tangan
Ketika akan mengkonsumsi makanan dan 70% anak SD jajan
makan makanan yang tidak sehat dan bergizi di depan sekolah.

31
D. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Strategi Rencana Evaluasi


No TUM TUK Sumber Tempat Pj
Keperawatan Intervensi Kegiatan Kriteria Standar
1. Risiko terjadinya Kelompok 1. Meningkatnya Pro - Lakukan - kepatuhan - 80% kader dapat
pendekatan secara terhadap standar memberikan
masalah balita di pengetahuan mosi Lingkung
formal dengan lingkungan penyuluhan
kesehatan pada Posyandu RT masyarakat Kese masyarakat, orang tentang program an RT 01,
tua terkait PHBS -Sistem PHBS
anak usia 01,05,06 RW tentang diare hata 05 dan 06
surveilens
sekolah di 20 SDN Pelita anak usia n -lakukan edukasi kesehatan - 80% siswa dapat
cuci tangan yang meningkat
RT01.RT05, Ilmu sekolah menjadi - menyebutkan
baik dan benar
RT06 dengan mengalami 90% (dari 50%) Pro kepada anak anak di -ketersediaan pentingnya cuci
lingkungan program promosi
Diare b.d tumbuh 2. Meningkatnya mosi tangan sebelum
masyarakat Kesehatan
Kebiasaan jajan kembang dan pengetahuan kese meningkat makan
- lakukan
sembarangan d.d gizi yang sesuai mengenai hata
penyuluhan terkait -ketersediaan
mengkonsumsi dengan usia langkah mencuci n tentang pentingnya program proteksi
perilaku hidup kesehata
makanan tangan yang baik tenta
bersih dan sehat meningkat
sebelum mencuci 3. Adanya ng kepada masyarakat,
orang tua dan - partisipasi
tangan dukungan orang penti
terutama kepada dalam program
tua terhadap ngny anak-anak Kesehatan
komunitas

32
mencegah a meningkat
masalah men
- kepatuhan
kesehatan diare erap terhadap standar
lingkungan
pada anak usia kan
sekolah Peril -Sistem
aku surveilens
Hidu kesehatan
p meningkat
Bersi
h
dan
Seha
t
untu
k
men
cega
h
masa

33
lah
kese
hata
n
diare
2. Tingginya risiko Setelah Setelah pada - Lakukan ketersediaan - 80% kader dapat SDN Ketua
terjadinya dilakukan dilakukan anak pendekatan secara program promosi memberikan Pelita komunita
masalah Tindakan Tindakan usia formal dengan Kesehatan penyuluhan Ilmu s dan
Kesehatan keperawatan keperawatan sekol kepala sekolah, meningkat tentang program kepala
komunitas siswa selama 1 tahun selama 4 minggu ah guru, orang tua dan UKS sekolah
SDN Pelita Ilmu diharapkan di SDN Pelita - petugas UKS. -ketersediaan SDN
status Ilmu diharapkan Prakt program proteksi - 80% siswa dapat Pelita
Kesehatan Klien dapat ikan kesehata menyebutkan Ilmu
meningkat mengetahui lang - Berikan meningkat pentingnya
ditandai dengan pentingnya kah penyuluhan sarapan pagi
menurunnya sarapan pagi dan men kesehatan tentang - partisipasi sebelum berangkat
angka siswa makanan yang cuci pentingnya sarapan dalam program sekolah
belum sarapan bergizi tang pagi dan makanan Kesehatan
sebesar 50% an yang bergizi komunitas

34
dan deng meningkat
terlaksananya an - Berikan
penyuluhan baik kesempatan pada - kepatuhan
oleh puskemas - kelompok anak usia terhadap standar
program UKS Pem sekolah untuk lingkungan
asan bersama-sama
gan menyebutkan -Sistem
span kembali poin-poin surveilens
duk/ penting sarapan kesehatan
poste pagi dan makanan meningkat
r/pen yang bergizi
yeba
ran - Lakukan
leafl kerjasama dengan
et orangtua dan juga
lang pihak puskesmas
kah setempat untuk
men melakukan
cuci monitoring terhadap

35
tang kelompok anak usia
an sekolah di SDN
deng - Lakukan
an pendekatan secara
baik formal dengan
-Pemantauan kepala sekolah,
orang tua terhadap guru, orang tua dan
jajan yang dibeli petugas UKS
anak usia sekolah - Berikan
untuk mencegah penyuluhan
masalah kesehatan kesehatan tentang
diare pentingnya
kebersihan diri pada
Promosi perilaku kelompok anak usia
upaya Kesehatan sekolah.
Obsevasi -Demonstrasikan
- Identifikasi cara perawaan diri
perilaku upaya dengan baik
kesehatan yang danbenar pada anak

36
dapat ditingatkan usia sekolah.

3. Perilaku Cender -Klien dapat - Berikan -Perilaku sesuai SDN


ung beresiko mengetahui kesempatan pada anjuran Pelita
berhubungan pentingnya Terapeutik kelompok anak usia meningkat Ilmu
dengan Perilaku Hidup - Berikan sekolah untuk
kurangnya Bersih dan Sehat lingkungan yang bersama-sama -Kemampuan
pengetahuan (PHBS) mendukung mempraktikan cara menjelaskan
tentang perilaku Kesehatan perawatan diri yang pengetahuan
hidup bersih Edukasi baik dan benar tentang suatu
sehat (PHBS) - Anjurkan topik meningkat
menggunakan air - Lakukan
bersih kerjasama dengan -Perilaku sesuai
- Anjurkan orangtua dan juga dengan
mencuci tangan pihak puskesmas pengetahuan
dengan air bersih setempat untuk meningkat
dan sabun melakukan
- Anjurkan makan monitoring terhadap
makanan yang kelompok anak usia

37
sehat dan bergizi sekolah di
- Anjurkan SDNPelita Ilmu
menggunakan
jamban sehat
- Anjurkan makan
sayur dan buah
setiap hari

38
Edukasi
Kesehatan
Observasi
-Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi

- Identifikasi

39
factor-faktor yang
dapat
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
gidup bersih dan
sehat

Terapeutik
- Sediakan materi
dan media
Pendidikan
kesehatan
jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan
kesempatan untuk

40
bertanya

Edukasi
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

41
E. Implementasi Keperawatan

Diagnosa
Hari/tanggal Kegiatan
Keperawatan
Risiko terjadinya 5/02/2021 - Melakukan pendekatan secara formal
masalah kesehatan dengan masyarakat dan keluarga
pada anak usia terutama anak usia sekolah
sekolah di R : masyarakat dan keluarga mendukung
RT01,RT05,RT06 diadakan nya penyuluhan tentang
dengan Diare b.d masalah Kesehatan terutama diare
Kebiasaan jajan - Memberikan penyuluhan kesehatan
sembarangan d.d tentang diare, makanan yang sehat dan
mengkonsumsi bergizi serta mencuci tangan
makanan sebelum R : Seluruh masyarakat terutama anak
mencuci tangan antusias dan semangat untuk mengikuti
kegiatan penyuluhan kesehatan
- bersama-sama menyebutkan kembali
poin-poin penting makanan yang bergizi
dan cara mencuci tangan yang baik dan
benar
- R : Seluruh anak antusias dan semangat
untuk menyebutkan kembali poin-poin
penting makanan yang bergizi dan cara
mencuci tangan yang baik dan benar
- Melakukan kerjasama dengan
masyarakat dan keluarga untuk
melakukan monitoring terhadap
kelompok anak usia sekolah di
lingkungan
R : masyarakat dan keluarga ikut
5/02/2021 memonitoring Kesehatan terhadap
Tingginya risiko

42
terjadinya masalah kelompok anak usia sekolah
Kesehatan
komunitas siswa - Melakukan pendekatan secara formal
SDN Pelita Ilmu dengan kepala sekolah, guru, dan petugas
b.d Progam (UKS) UKS.
tidak pernah R : Kepala sekolah, seluruh guru dan
dilakukan petugas UKS mendukung diadakan nya
pembinaan oleh penyuluhan tentang sarapan pagi dan
puskesmas makanan yang bergizi
- Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang sarapan pagi dan makanan yang
bergizi
R : Seluruh anak antusias dan semangat
untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan
- bersama-sama menyebutkan kembali
poin-poin penting sarapan pagi dan
makanan yang bergizi
- R : Seluruh anak antusias dan semangat
untuk menyebutkan kembali poin-poin
penting sarapan pagi dan makanan yang
bergizi
- Melakukan kerjasama dengan puskesmas
setempat untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah di
SDN Pelita Ilmu
R : Pihak Puskesmas datang ke SDN
05/02/2021
Pelita Ilmu untuk melakukan monitoring
Perilaku
terhadap kelompok anak usia sekolah
Cenderung
beresiko
- Melakukan pendekatan secara formal
berhubungan

43
dengan kurangnya dengan kepala sekolah, guru, dan petugas
pengetahuan UKS.
tentang perilaku R : Kepala sekolah, seluruh guru dan
hidup bersih sehat petugas UKS mendukung diadakan nya
(PHBS) b.d penyuluhan tentang perawatan
Perilaku hidup kebersihan diri di SDN Pelita ilmu
bersih dan sehat - Memberikan penyuluhan kesehatan
masih kurang, tentang perawatan kesehatan diri pada
dimana tidak kelompok anakusia sekolah.
tersedianya sarana R : Seluruh anak antusias dan semangat
cuci tangan, siswa untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
jarang melakukan Kesehatan
cuci tangan - Mendemonstrasikan cara perawatan
sebelum makan kebersihan diri dengan baik dan benar
pada kelompok anak usia sekolah
R : Seluruh anak antusias dan semangat
untuk cra merawat kebersihan diri
dengan baik dan benar
- Memberi kesempatan pada kelompok ana
usia sekolah untuk bersamasama
meempraktikan cara perawat kebersihan
diri dengan baik dan benar
R : Seluruh anak antusias dan semangat
untuk bersama-sama mempaktikan cara
perawatan kebersihan diri dengan baik
dan benar.
- Melakukan kerjasama dengan puskesmas
setempat untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah di
SDN Pelita ilmu Pihak
R : Puskesmas datang ke untuk

44
melakukan SDN Pelita ilmu monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah

F. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
No Evaluasi
Komunitas
1. Risiko terjadinya masalah S:
kesehatan pada anak usia - masyarakat senang dengan
sekolah di RT01.RT05, RT06 kegiatan yang dilakukan
dengan Diare b.d Kebiasaan - Pihak masyarakat dan keluarga
jajan sembarangan d.d mendukung atas kegiatan
mengkonsumsi makanan penyuluhan mengenai pentingnya
sebelum mencuci tangan menjaga Kesehatan dan mencuci
tangan
O:
- Peserta hadir 100%
- Peserta terlihat aktif dalam
diskusi
- peserta mampu mengulang
kembali poin-poin penting
mengenai sarapan pagi dan
makanan yang bergizi
A:
- risiko terjadinya masalah
Kesehatan pada anak usia
sekolah dengan diare tidak terjadi
P:
- Intervensi dihentikan (sesuai
kontrak)

2.

45
Tingginya risiko terjadinya
masalah Kesehatan komunitas
siswa SDN Pelita Ilmu b.d
Progam (UKS) tidak pernah S:

dilakukan pembinaan oleh - Peserta mengatakan senang

puskesmas dengan kegiatan dilakukan


- Pihak sekolah mendukung atas
kegiatan penyuluhan mengenai
pentingnya sarapan pagi dan
makanan bergizi
O:
- Peserta hadir 100%
- Peserta terlihat aktif dalam
diskusi
- peserta mampu mengulang
kembali poin-poin penting
mengenai sarapan pagi dan
makanan yang bergizi
A:
- Masalah Defisit Kesehatan
komunitas siswa SDN Pelita
Ilmu teratasi
3.
P:
Perilaku Cenderung beresiko - Intervensi dihentikan (sesuai
berhubungan dengan kontrak)
kurangnya pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih S:
sehat (PHBS) b.d Perilaku - Peserta mengatakan senang
hidup bersih dan sehat masih dengan kegiatan yang dilakukan
kurang, dimana tidak - pihak sekolah mendukung atas
tersedianya sarana cuci tangan, kegiatan penyuluhan mengenai

46
siswa jarang melakukan cuci perilaku hidup bersih dan sehat
tangan sebelum makan
O:
- Peserta hadir 100%
- Peserta terlihat aktif dalam
diskusi
- peserta mampu mempraktikan
cara perawat kebersihan diri yang
baik dan benar

A:
- Masalah Deficit pengetahuan
tentang Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Teratasi

P:
- Intervensi dihantikan (sesuai
kontrak)

47
BAB IV

PEMBAHASAN

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB IV kelompok membahas study case asuhan keperawatan


komunitas pada anak usia sekolah yang telah dituangkan kedalam BAB
III.

A. Pengkajian Keperawatan
Hasil analisis dalam pengkajian didapatkan sesuai dengan kutipan dari
Widiyawati, (2020) bahwa kelompok anak usia sekolah sangat tinggi
untuk memiliki resiko lebih rentan untuk memiliki masalah Kesehatan
kebutuhan nutrisi terkait dengan jajan tidak sehat.
Sesuai dengan core (kelompok anak usia sekolah) yang telah dikaji terkait
dengan demografi kelompok anak usia sekolah,umur anak usia sekolah,
pekerjaan orang tua, gender anak usia sekolah, pekerjaan orang tua belum
dapat dikaji namun tercover dengan latar belakang ekonomi, pekerjaan
orang tua, Pendidikan orang tua juga perlu dikaji lebih mendalam untuk
mengetahui hubungan antara Pendidikan dan masalah Kesehatan yang
dialami anak usia sekolah, rata-rata suku yang ada pada kasus ialah suku
betawi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Ners


Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta I di RW 20, Kelurahan Jati
Makmur, didapatkan data bahwa RW 20, merupakan salah satu RW yang
memiliki penduduk yang padat, jumlah penduduk 6000 jiwa (600 kepala
keluarga). Data demografi yang didapatkan: Komposisi penduduk: 30%
balita, 20% anak usia sekolah dan remaja, 30% usia dewasa produktif,
sedangkan 20% lansia. Lima puluh enam persen (56%) adalah laki-laki,

48
empat puluh empat persen (44%) perempuan. Terdapat 1 puskesmas,
dengan 6 kader.

Di RW 20 juga terdapat 1 sekolah dasar, SD Negeri Pelita Ilmu


merupakan SD binaan Puskesmas Jati Makmur. Jumlah Murid SD
sebanyak 236 Siswa. SD ini telah memiliki UKS dan namun selama ini
tidak pernah dilakukan pembinaan oleh Puskesmas. Pemeriksaan
kesehatan atau skrining kesehatan pada anak usia sekolah jarang dilakukan
oleh petugas kesehatan. Permasalahan kesehatan anak sekolah yang
dihadapi adalah 57 % anak jarang sarapan pagi, 15 orang anak SD dengan
berat badan kurang. Pada umumnya 70 % anak SD tidak pernah
mengkonsumsi obat cacingan. Perilaku hidup bersih dan sehat masih
kurang, dimana tidak tersedianya sarana cuci tangan. 70 % anak SD jajan
makan makanan yang tidak sehat dan bergizi. Mahasiswa kemudian
melakukan pengkajian lebih lanjut di sekolah tersebut. Di sekitar sekolah
juga banyak ditemukan pedagang makanan di pinggir jalan. Makanan
terlihat berwarna sangat menarik, ada juga jenis makanan mie instant yang
tidak memiliki izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), anak-
anak juga menyantap makanan tersebut tanpa terlihat mencuci tangan.
Terlihat banyak anak sekolah yang berlalu lalang diantara arus kendaraan
ramai yang lewat di depan sekolah. Menurut guru sekolah tersebut banyak
dari murid-murid yang ada tidak pernah sarapan ke sekolah, dengan alasan
tidak sempat, ortu tidak sempat masak dan diberi uang jajan yang banyak
dari ortu. Anak SD juga menyatakan bahwa ortu tidak pernah mengontrol
jenis jajanan yang dibeli mereka. Pihak sekolahpun menyatakan tidak
pernah memeriksa kualitas kesehatan makanan yang dijual di depan
sekolah. Hasil wawancara dengan pihak sekolah didapatkan data bahwa
mayoritas alasan murid izin tidak sekolah karena sakit diare. Pada RW 20
terdapat 6 RT yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05 dan 06. Secara
keseluruhan terdapat 120 (5%) anak usia sekolah dasar dari total
keseluruhan 480 (20%) anak usia balita-remaja. Pada RT 01 terdapat 20

49
(16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas anak
mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 5 anak dengan masalah batuk
pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 02
terdapat 25 (20,8%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 10 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 03
terdapat 15 (12,5%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 5 anak, 5 anak dengan masalah
batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah kesehatan. RT 04
terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa mayoritas
anak mengalami masalah diare sebanyak 9 anak, 6 anak mengalami
masalah batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah
kesehatan, RT 05 terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar didapatkan
bahwa mayoritas anak mengalami masalah diare sebanyak 10 anak, 5 anak
dengan masalah batuk pilek, dan 5 anak lainnya berisiko terkena masalah
kesehatan, dan RT 06 terdapat 20 (16,6%) anak usia sekolah dasar
didapatkan bahwa mayoritas anak mengalami masalah diare sebanyak 10
anak, 8 anak dengan masalah batuk pilek, dan 2 anak lainnya berisiko
terkena masalah kesehatan.

Pengkajian yang dilakukan perawat pada kasus tersebut yaitu mengkaji


data komunitas yang terdiri dari data demografi, etnis, nilai kepercayaan
dan agama. Data subsistem yang terdiri dari lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Perawat
juga melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan pesertanya yaitu
kepala sekolah, wali kelas dan perwakilan orang tua siswa.

Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data.


Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

50
kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien. Pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah
yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien
(Kholifah & Widagdo, 2016).

B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisis data yang telah dilakukan pada
kelompok usia sekolah SDN Pelita Ilmu dapat ditegakan diagnosis utama
yaitu Risiko terjadinya masalah kesehatan pada anak usia sekolah di
RT01.RT05, RT06 dengan Diare b.d Kebiasaan jajan sembarangan d.d
mengkonsumsi makanan sebelum mencuci tangan.
Diagnosis yang kedua yaitu Tingginya risiko terjadinya masalah
Kesehatan komunitas siswa SDN Pelita Ilmu b.d Progam (UKS) tidak
pernah dilakukan pembinaan oleh puskesmas d.d Pemeriksaan kesehatan
atau skrening kesehatan pada anak usia sekolah jarang dilakukan oleh
petugas Kesehatan, 57% anak jarang sarapan pagi, 15 orang anak
mengalami berat badan kurang, 70 % anak SD tidak pernah minum obat
cacing dan 70% anak SD jajan makan makanan yang tidak sehat dan
bergizi di depan sekolah.
Diagnosis yang ketiga yaitu Perilaku Cenderung beresiko berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) b.d Perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang, dimana tidak
tersedianya sarana cuci tangan, siswa jarang melakukan cuci tangan
sebelum makan d.d Kesadaran para siswa dalam Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) masih kurang, Belum pernah dilakukan penyuluhan
tentang cuci tangan pada siswa SDN Pelita Ilmu, Belum terbentuknya
kader dokter kecil pada siswa SDN Pelita Ilmu, Siswa tidak melakukan

51
cuci tangan Ketika akan mengkonsumsi makanan dan 70% anak SD jajan
makan makanan yang tidak sehat dan bergizi di depan sekolah.
Menurut (Reni Chairani, (2015) dalam Widiyawati, 2020): a.Resiko
gangguan tumbuh kembang pada anak usia sekolah, b.Resiko peningkatan
kejadian cidera pada anak usia sekolah. Namun dapat merumuskan
diagnosis lain sesuai dengan kondisi masalah kesehatan komunitas yang
ditemukan.
Masalah keperawatan yang dirumuskan dalam diagnosis keperawatan
dalam kasus sejalan dengan teori yaitu memiliki korelasi dengan anak,
yang bertujuan supaya anak dapat tumbuh dan kembang sesuai usia anak
dalam hal ini anak usia sekolah. Lalu berhubungan dengan keluarga,
dengan penyebab berpedoman pada lima tugas keluarga yang bertujuan
supaya keluarga mampu mencerna menyediakan sarana dan prasarana
perkembangan anak usia sekolah (Arisandi et al., 2019).

C. Perencanaan Keperawatan
Dari diagnosis tesebut telah ditetapkan rencana keperawatan untuk
kelompok usia sekolah SDN Pelita Ilmu, pada diagnosis pertama Risiko
terjadinya masalah kesehatan pada anak usia sekolah di RT01, RT05,
RT06 dengan Diare, memiliki tujuan umum kelompok balita di Posyandu
RT 01,05,06 RW 20 SDN Pelita Ilmu mengalami tumbuh kembang dan
gizi yang sesuai dengan usia, dan tujuan khusus meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang diare anak usia sekolah menjadi 90%
(dari 50%), Meningkatnya pengetahuan mengenai langkah mencuci tangan
yang baik, Adanya dukungan orang tua terhadap mencegah masalah
kesehatan diare pada anak usia sekolah. Strategi intervensi yang dilakukan
adalah Promosi Kesehatan tentang pentingnya menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat untuk mencegah masalah kesehatan diare pada
anak usia sekolah. Rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu lakukan
pendekatan secara formal dengan masyarakat, orang tua terkait PHBS,

52
lakukan edukasi cuci tangan yang baik dan benar kepada anak anak di
lingkungan masyarakat, lakukan penyuluhan terkait tentang pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat, orang tua dan terutama
kepada anak-anak. Tempat dilakukannya kegiatan yaitu di Lingkungan RT
01, 05, dan 06.
Tujuan edukasi gizi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman pentingnya sarapan untuk anak sekolah, mencegah timbulnya
masalah - masalah akibat tidak melakukan sarapan di pagi hari pada anak
sekolah, agar mereka memiliki konsep kesehatan individu demi mencegah
terjadinya masalah kesehatan akibat tidak sarapan pagi. Bagi anak sekolah
diharapkan mampu menerapkan kebiasaan sarapan, mengetahui makanan
yang baik dikonsumsi pada saat sarapan, serta mengetahui dampak yang
ditimbulkan akibat tidak sarapan (Mawarni, 2018). Maka dari itu teori
yang dikutip telah sesuai dengan intervensi pertama dalam peningkatan
kebutuhan nutrisi anak usia sekolah.
Pada diagnosis kedua Tingginya risiko terjadinya masalah Kesehatan
komunitas siswa SDN Pelita Ilmu, memiliki tujuan umum setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 tahun diharapkan status
kesehatan meningkat ditandai dengan menurunnya angka siswa belum
sarapan sebesar 50% dan terlaksananya penyuluhan oleh puskemas
program UKS, dan tujuan khusus setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 4 minggu di SDN Pelita Ilmu diharapkan Klien dapat
mengetahui pentingnya sarapan pagi dan makanan yang bergizi. Strategi
intervensi yang dilakukan adalah Promosi perilaku upaya Kesehatan.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu Lakukan pendekatan secara
formal dengan kepala sekolah, guru, orang tua dan petugas UKS, Berikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya sarapan pagi dan makanan yang
bergizi, Berikan kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk
bersama-sama menyebutkan kembali poin-poin penting sarapan pagi dan
makanan yang bergizi, Lakukan kerjasama dengan orangtua dan juga
pihak puskesmas setempat untuk melakukan monitoring terhadap

53
kelompok anak usia sekolah di SDN, Lakukan pendekatan secara formal
dengan kepala sekolah, guru, orang tua dan petugas UKS, Berikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri pada kelompok
anak usia sekolah, Demonstrasikan cara perawaan diri dengan baik
danbenar pada anak usia sekolah. Tempat dilakukannya kegiatan yaitu di
SDN Pelita Ilmu.
Healthy people 2020 objectives for education and community-Based
program dalam buku (Allender et al., 2014) dengan ringkasan ECBP2
dengan objek edukasi kesehatan pada sekolah memiliki keselarasan
dengan perencanaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan proporsi
mulai dari SD, SMP, SMA untuk menyediakan edukasi kesehatan untuk
mencegah masalah kesehatan pada area SDN Pelita Ilmu (Allender et al.,
2014). Adapun edukasi yang direncanakan menurut (Reni Chairani, (2015)
terdapat 3 level pencegahan yang pertama Pencegahan primer (primary
prevention) Program promosi kesehatan dalam intervensi yang diberikan
oleh penulis sesuai dengan teori yaitu ; Pendidikan kesehatan tentang
manfaat makanan sehat dan cara memilih jajanan sehat, kesehatan gigi dan
mulut anak usia sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian,
sepatu), cara mencuci tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia
sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lainsesuai
kebutuhan anak sekolah (Reni Chairani, 2015) dalam (Widiyawati, 2020).
Pencegahan tertier (terriary prevention) Memberikan dukungan pada
upaya memulihkan anak usia sekolah setelah sakit dengan memelihara
kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya optimal. Sejalan dengan
intervensi yang diabil olehkelompok yaitu Lakukan kerjasama dengan
orangtua dan juga pihak puskesmas setempat untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN, Memberikan konseling
perawatan lanjut pada kelompok amak usia sekolah pada masa dalam hal
ini penulis melakukan upaya awal dengan melakukan pendekatan secara
formal kepada pihak sekolah yang bertujuan untuk lebih mengoptimalkan
penggunaan UKS (unit Kesehatan sekolah).

54
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan
orientasi hidup sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat,
yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Perilaku
hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan
membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, serta perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan
mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemensos RI,
2020) Selaras dengan teori penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
maka penulis memberikan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
pengkajian dengan Data Subjektif : Kesadaran para siswa dalam Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang. Data Objektif : Belum
pernah dilakukan penyuluhan tentang cuci tangan pada siswa SDN Pelita
Ilmu, Belum terbentuknya kader dokter kecil pada siswa SDN Pelita Ilmu,
Siswa tidak melakukan cuci tangan Ketika akan mengkonsumsi makanan,
70% anak SD jajan makan makanan yang tidak sehat dan bergizi di depan
sekolah maka dapat dipahami dari data-data tersebut bahwa Perilaku hidup
bersih dan sehat masih kurang, dimana tidak tersedianya sarana cuci
tangan, siswa jarang melakukan cuci tangan sebelum makan
Pada diagnosis ketiga Perilaku Cenderung beresiko berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS),
memiliki tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
tahun diharapkan status kesehatan meningkat ditandai dengan
terlaksananya penyuluhan oleh puskemas program UKS, dan tujuan
khusus Klien dapat mengetahui pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Strategi intervensi yang dilakukan adalah Edukasi
Kesehatan. Rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu Berikan
kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama - sama
mempraktikan cara perawatan diri yang baik dan benar, Lakukan

55
kerjasama dengan orangtua dan juga pihak puskesmas setempat untuk
melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN
Pelita Ilmu. Tempat dilakukannya kegiatan yaitu di SDN Pelita Ilmu.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosis utama pada tanggal 05
februari 2021 kepada masyarakat dan keluarga, terutama anak usia sekolah
di Lingkungan RT 01, 05, dan 06 yaitu Melakukan pendekatan secara
formal dengan masyarakat dan keluarga terutama anak usia sekolah
dengan respon: masyarakat dan keluarga mendukung diadakan nya
penyuluhan tentang masalah Kesehatan terutama diare, Memberikan
penyuluhan kesehatan tentang diare, makanan yang sehat dan bergizi serta
mencuci tangan dengan respon: Seluruh masyarakat terutama anak
antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan,
Bersama-sama menyebutkan kembali poin-poin penting makanan yang
bergizi dan cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan respon:
Seluruh anak antusias dan semangat untuk menyebutkan kembali poin-
poin penting makanan yang bergizi dan cara mencuci tangan yang baik
dan benar, Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan keluarga untuk
melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di
lingkungan dengan respon: masyarakat dan keluarga ikut memonitoring
Kesehatan terhadap kelompok anak usia sekolah.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosis kedua pada tanggal 05


februari 2021 kepada warga sekolah SDN Pelita Ilmu yaitu Melakukan
pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS
dengan respon: Kepala sekolah, seluruh guru dan petugas UKS
mendukung diadakan nya penyuluhan tentang sarapan pagi dan makanan
yang bergizi, Memberikan penyuluhan kesehatan tentang sarapan pagi dan
makanan yang bergizi dengan respon: Seluruh anak antusias dan semangat

56
untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan, bersama-sama
menyebutkan kembali poin-poin penting sarapan pagi dan makanan yang
bergizi dengan respon: Seluruh anak antusias dan semangat untuk
menyebutkan kembali poin-poin penting sarapan pagi dan makanan yang
bergizi, Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk
melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN
Pelita Ilmu dengan respon: Pihak Puskesmas datang ke SDN Pelita Ilmu
untuk melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosis ketiga pada tanggal 05


februari 2021 kepada warga sekolah SDN Pelita Ilmu yaitu Melakukan
pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS
dengan respon: Kepala sekolah, seluruh guru dan petugas UKS
mendukung diadakan nya penyuluhan tentang perawatan kebersihan diri di
SDN Pelita ilmu, Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri pada kelompok anakusia sekolah dengan respon: Seluruh
anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
Kesehatan, Mendemonstrasikan cara perawatan kebersihan diri dengan
baik dan benar pada kelompok anak usia sekolah dengan respon: Seluruh
anak antusias dan semangat untuk cra merawat kebersihan diri dengan
baik dan benar, Memberi kesempatan pada kelompok ana usia sekolah
untuk bersamasama meempraktikan cara perawat kebersihan diri dengan
baik dan benar dengan respon: Seluruh anak antusias dan semangat untuk
bersama-sama mempaktikan cara perawatan kebersihan diri dengan baik
dan benar, Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk
melakukan monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN
Pelita ilmu dengan respon: Pihak Puskesmas datang ke untuk melakukan
SDN Pelita ilmu monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah.

Promosi Perilaku Upaya Kesehatan tentang mengetahui pentingnya


sarapan pagi dan makanan yang bergizi, dimaksudkan untuk membantu

57
meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memberikan pemahaman
tentang pentingnya sarapan sehat yang harus dilakukan anak sekolah
(Mawarni, 2018).
Promosi perilaku upaya kesehatan tentang sarapan pagi dan makanan
bergizi ini adalah suatu cara untuk membentuk perilaku anak dalam
masalah kesehatannya. Pertama adalah meningkatkan pertama adalah
meningkatkan pengetahuan anak-anak terhadap pentingnya sarapan sehat,
sehingga diharapkan melalui edukasi gizi ini dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam mendukung terbentuknya perilaku sarapan sehat dan
makanan bermutu yaitu meliputi makanan yang bergizi tinggi, higienis,
dan beraneka ragam agar tercipta siswa-siswa yang sehat, kuat dan mampu
berkonsentrasi dan meningkatkan prestasi belajar. Yang kedua adalah
melalui program ini, dapat mendukung program Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan menghidupkan kembali
Program Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMTAS)

Dengan menerapkan dan mempraktikan PHBS diharapkan masyarakat


mampu menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Dalam implementasinya, kebermanfaatan PHBS ini dapat
diterapkan di berbagai area, seperti sekolah, tempat kerja, rumah tangga,
dan masyarakat. PHBS merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru
dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk mau menerapkan dan
mempraktiKkan pola PHBS dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah yang bersih dan sehat. Manfaat menerapkan PHBS di sekolah
mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga dapat
mendukung kelancaran proses belajar mengajar para siswa, guru serta
masyarakat di sekitar lingkungan sekolah tersebut (Kemensos RI, 2020).

E. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan komunitas pada kelompok usia
sekolah dengan masalah utama Risiko terjadinya masalah Kesehatan pada

58
anak usia sekolah dengan diare tidak terjadi, dengan data subjektif
masyarakat senang dengan kegiatan yang dilakukan, Pihak masyarakat dan
keluarga mendukung atas kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya
menjaga Kesehatan dan mencuci tangan. Data objektif Peserta hadir
100%, Peserta terlihat aktif dalam diskusi, peserta mampu mengulang
kembali poin-poin penting mengenai sarapan pagi dan makanan yang
bergizi. Intervensi dihentikan sesuai kontrak.

Evaluasi untuk masalah Defisit Kesehatan komunitas siswa SDN Pelita


Ilmu teratasi, dengan data subjektif Peserta mengatakan senang dengan
kegiatan dilakukan, Pihak sekolah mendukung atas kegiatan penyuluhan
mengenai pentingnya sarapan pagi dan makanan bergizi. Data objektif
Peserta hadir 100%, Peserta terlihat aktif dalam diskusi, peserta mampu
mengulang kembali poin-poin penting mengenai sarapan pagi dan
makanan yang bergizi. Intervensi dihentikan sesuai kontrak.

Evaluasi untuk masalah Defisit pengetahuan tentang Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS) Teratasi, dengan data subjektif Peserta
mengatakan senang dengan kegiatan yang dilakukan, pihak sekolah
mendukung atas kegiatan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat. Data objektif Peserta hadir 100%, Peserta terlihat aktif dalam
diskusi, peserta mampu mempraktikan cara perawat kebersihan diri yang
baik dan benar. Intervensi dihentikan sesuai kontrak.

Program ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan derajat


kesehatan anak dengan membiasakan sarapan sebelum sekolah dengan
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, sehingga mereka bisa
tumbuh menjadi individu yang sehat, semangat dalam bekerja, berpikir
positif, dan produktif dalam kebaikan.Selain itu juga mendukung program
pemerintah dalam melaksanakan program pemberian makanan tambahan
anak sekolah (Mawarni, 2018).

59
Melalui PHBS diharapkan masyarakat sekolah dapat mengenali dan
mengatasi masalah sendiri dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Kemensos
RI, 2020).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak usia
sekolah dapat dikategorikan dalam fase pra remaja. Periode sekolah
dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Berdasarkan hasil
pengkajian dan analisis data yang telah dilakukan pada kelompok usia
sekolah pada kasus yaitu kelompok usia sekolah SDN Pelita Ilmu dapat
ditegakan diagnosis keperawatan utama yaitu defisit kesehatan komunitas
siswa SDN Pelita Ilmu dan defisit pengetahuan tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Intervensi yang diberikan berupa promosi
perilaku upaya kesehatan dan edukasi kesehatan.
B. Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pada kelompok anak usia sekolah.
2. Dibutuhkan pembinaan dari Puskesmas untuk mengoptimalkan
penggunaan fasilitas kesehatan di sekolah seperti UKS.

60
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014). Community And Public
Health Nursing: Promoting The Public’s Health (C. C. Burns (ed.); 8th ed.).
Lippincott Williams & Wilkins.

Arisandi, S. P., Rochmawati, R. N., Lailiah, N., Setiaputri, R. A., Fitria, A.,
Nadia, A. E., Alim, I. J., & Yolina, D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada
Kelompok Anak Usia Sekolah. 53.

Aspiah, & Mulyono, S. (2020). Peran Perawat Sekolah dalam Memberikan


Edukasi Kesehatan Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Usia
Sekolah: Tinjauan Literatur. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA
FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 11(April), 26–
29. https://doi.org/10.33846/sf11nk204

Bogale, T. Y., Bala, E. T., Tadesse, M., & Asamoah, B. O. (2018). Prevalence and
associated factors for stunting among 6-12 years old school age children
from rural community of Humbo district, Southern Ethiopia. BMC Public
Health, 18(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12889-018-5561-z

Efendi, & Makhfudli. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika.

Kemenkes. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA KESEHATAN
ANAK (p. 88).

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 220.

61
Kemenko. (2018). PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA AKSI
NASIONAL KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA TAHUN
2017-2019 (p. 154).

Kemensos RI. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Penguatan
Kapabilitas Anak dan Keluarga. Penguatan Kapabilitas Anak Dan Keluarga,
1–14.

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). KEPERAWATAN KELUARGA DAN


KOMUNITAS. BPPSDMK.

Mawarni, E. E. (2018). Edukasi Gizi ”Pentingnya Sarapan Sehat Bagi Anak


Sekolah”. Warta Pengabdian, 11(4), 97–107.
https://doi.org/10.19184/wrtp.v11i4.7238

Nugraheni, H., Indarjo, S., & Suhat. (2018). Buku Ajar Promosi Kesehatan
Berbasis Sekolah (1st ed.). Deeplubish (Grup Penerbit CV Budi Utama).
https://books.google.co.id/books?
id=oJWEDwAAQBAJ&lpg=PP1&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q&f=false

Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F.,
Manurung, E. indah, Pranata, L., Daeli, N. E., Koerniawan, D., Pangkey, B.
C., Ikasari, F. S., & Hardika, B. D. (2020). Keperawatan Komunitas (A.
Karim (ed.); 1st ed.). Yayasan kita menulis.

Pradhan, N. A., Karmaliani, R., & Gulzar, S. (2016). Health Problems among
School Age Children and Proposed Model for School Health Promotion.
Journal of Public Health in Developing Countries, 2(3), 285–290.

Prasetyo, Y. B., Hudha, A. M., & Mayangsari, W. T. (2014). Pelaksanaan


Program Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Derajat
Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Lombok Timur. JURNAL
KEDOKTERAN YARSI, 22(2), 102–113.

62
https://doi.org/https://doi.org/10.33476/jky.v22i2.306

Sugiyanto, H. (2016). PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA DAN


KOMUNITAS. BPPSDMK.

Suherman, & ’Aini, F. Q. (2019). Analisis Kejadian Diare Pada Siswa di SD


Negeri Pamulang 02 Kecamatan Pamulang Tahun 2018. Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 15(2), 199–208. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK

Susana, A. (2018). Manajemen Kesehatan Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal


Administrasi Pendidikan, 25(1), 15.

Utama, L. J., & Demu, Y. D. B. (2021). Dasar-Dasar Penanganan Gizi Anak


Sekolah (R. R. Rerung (ed.); 1st ed.). Media Sains Indonesia.

Widiyawati, W. (2020). KEPERAWATAN KOMUNITAS 2 (M. R. Aqli (ed.); 1st


ed.). Literasi Nusantara.

63

Anda mungkin juga menyukai