Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

KOMUNITAS KONSELING GIZI SEIMBANG PADA Nn. C


DI RT.09/RW.02 KELURAHAN KARANGMULYA
TAHUN 2020

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Kebidanan Komunitas


Dosen Pembimbing : Ernita Prima Noviyani, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Baeti Ida Rukmanawati
07190200026 (B1)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


KOMUNITAS KONSELING GIZI SEIMBANG PADA Nn. C
DI RT.09/RW.02 KELURAHAN KARANGMULYA

Disusun oleh :
Baeti Ida Rukmanawati
07190200026

Telah disetujui :
Pada tanggal November 2020

Menyetujui,
Dosen Koordinator RW 02

Ernita Prima Noviyani, S.ST., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan individu keluarga binaan dengan judul
“Laporan Individu Keluarga Binaan Praktik Klinik Kebidanan Komunitas Konseling Masalah
Gizi Remaja Pada Nn.C Di RT.09/RW.02 Kelurahan Karangmulya Tahun 2020”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas pada
Asuhan Kebidanan Komunitas di Program Studi Diploma IV Kebidanan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak
menerima bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
2. Dr. Dr. Dr. Hafizurrachman, SH, MPH. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
3. Dr. Sobar Darmadja, S.Psi, MKM. Selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
4. Astrid Novita, SKM, MKM. Selaku Wakil Ketua II, III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
5. Hidayani, AM.Keb, SKM, M.Kes selaku Kepala Departemen Vokasi di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
6. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
7. Ernita Prima Noviyani, S.ST., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.
8. Teman – teman kelompoRW.02 yang telah memberi dukungan semangat untuk penulis
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun.
Semoga laporan keluarga binaan ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk
penulis dan menjadi inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga ................................................................................. 6
2.2 Remaja............................................................................................................ 8
2.3 Gizi Remaja ................................................................................................... 19
2.4 Kebutuhan Gizi Remaja................................................................................. 20
2.5 Manajemen Kebidanan .................................................................................. 27
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS
3.1 Hasil Pengumpulan Data ............................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 39
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Soal Pre dan Post Test
Lampiran 3 : SOAP
Lampiran 4 : Dokumentasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada masa ini
akan terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Pada masa ini, remaja rentan
terhadap masalah gizi terutama untuk remaja putri. Pada umumnya, pola makan yang
kurang tepat menjadi penyebab dari masalah gizi yang terjadi pada remaja. Beberapa
masalah gizi yang sering dialami pada masa remaja adalah gangguan makan, obesitas,
KEK, makan tidak teratur dan anemia (Susetyowati, 2016).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
KEK penyebabnya adalah dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhaan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Remaja putri yang ditandai dengan masuknya masa pubertas akan banyak
mengalami perubahan termasuk perubahan fisik. Berbagai Usaha dilakukan untuk
mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan diet dengan
mengurangi konsumsi makanan, bahkan ada yang sampai menggunakan obat-obatan
pelangsing tubuh. Perilaku diet pada remaja putri yang tidak diimbangi dengan
pengetahuan yang cukup tentang gizi dan kebutuhan nutrisi tubuh tersebut akan
berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, kekurangan gizi, dan perkembangan
psikososialnya. Disamping itu pada masa remaja juga perlu adanya aktivitas fisik yang
cukup, yang secara tidak langsung juga menjadi penyebab terjadinya kasus kekurangan
energi kronik yang merupakan salah satu bentuk malnutrisi (WHO, 2010).
Menurut Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun
dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain
itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan
kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas
sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun.
Konseling merupakan proses pemberian informasi yang objektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan
dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan
keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Haryanti, 2015).
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik,
pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai
dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan suatu masalah, mengatasi
hambatan, dan memenuhi kebutuhan klien, serta dapat memberikan perubahan tingkah
laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan. (Priyanto, 2016).
Dari hasil pendataan yang dilakukan di RT 09 RW 02 Kelurahan Karangmulya,
Nn. C merupakan salah satu remaja yang belum mengetahui permasalahan gizi remaja,
alasan penulis mengambil asuhan kebidanan berupa konseling supaya Nn. C mengetahui
masalah gizi remaja dan kebutuhan gizi seimbang pada remaja. Untuk itu penulis tertarik
melakukan kunjungan keluarga binaan dengan konseling masalah gizi remaja di
RT.09/RW.02 Kelurahan Karangmulya tahun 2020.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu Melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga Binaan tentang konseling
gizi seimbang kepada Nn. C di RT.09/RW.02 Kelurahan Karangmulya,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari keluarga binaan ini sebagai berikut:
a. Mahasiswa mengenali wilayah praktek kebidanan komunitas dan masalah-
masalah kesehatan di daerah.
b. Mahasiswa dapat menemukan masalah-masalah kebidanan seperti ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi/ balita atau remaja yang merupakan masalah reproduksi.
c. Mahasiswa dapat melakukan intervensi implementasi dan evaluasi tentang
keluarga binaannya.
d. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi tentang keluarga binaannya.

1.3 Manfaat
a. Bagi Klien Keluarga Binaan
Menambah pengetahuan remaja tentang gizi seimbang pada remaja serta
mengubah pola hidup klien untuk mau mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang
b. Bagi Institusi
Sebagai suatu masukan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan di lahan praktik serta mempersiapkan
mahasiswa dalam menghadapi berbagai masalah yang mungkin terjadi di
masyarakat.

c. Bagi Penulis
Mampu melakukan asuhan kebidanan, konseling serta mendikumentasikan
hasil pemeriksaan. Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen
kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan gizi seimbang pada remaja
sehingga nantinya pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara
sistematis yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan
memberikan dampak menurunkan angka KEK pada remaja serta belajar
menerapkan langsung pada masyarakat di lapangan perkembangan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga Binaan


2.1.1 Definisi Keluarga di Komunitas
Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempa, di suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain.
Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui hubungan darah atau
perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas 2
orang atau lebih serta adanya ikatan hubungan darah dan perkawinan, hidup dalam
satu rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi
diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing - masing, sehingga menciptakan, dan mempertahankan suatu kebudayaan
dalam keluarga tersebut.
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang
telah dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan
sebagai anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu atap, satu kesatuan atau
suatu unit yang membina kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di
mana setiap anggota keluarga belajar dan melakukan perannya seperti yang
diharapkan.
Keluarga sebagai suatu contoh untuk melakukan sistem sosial dan untuk
melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti memberikan contoh interaksi
antar anggota keluarga, sosialisasi, pemikiran psikologi, seleksi permasalahan,
proteksi, memberikan keturunan dan sebagainya (Meilani, 2014).
2.1.2 Struktur Keluarga
Adapun struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya yaitu :
1. Patrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis darah dari ayah.
2. Matrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis darah dari
ibu.
3. Patrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
ayah.
4. Matrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
ibu.
5. Keluarga kawinan : Yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3 Ciri – Ciri Keluarga
1. Tinggal dalam satu rumah.
2. Adanya hubungan darah.
3. Adanya ikatan batin.
4. Adanya ikatan dalam suatu perkawinan.
5. Adanya pengambilan keputusan.
6. Suami sebagai pengambil keputusan
7. Adanya komunikasi interaksi antar anggota keluarga.
8. Adanya kerjasama antara anggota keluarga.
9. Adanya tanggung jawab masing-masing anggotnya.
10. Bertanggung jawab.
11. Berbentuk monogram.
12. Ikatan kekeluargaan sangat erat.
13. Mempunyai semangat gotong-royong.
14. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
15. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa (Meilani, 2014).
1. Alih tangan
Jika konselor telah mengerahkan semua usahanya untuk membantu
memecahkan masalah kliennya, tetapi belum membuahkan hasil, maka
sebaiknya konselor tersebut mengalih tangankannya kepada yang lebih ahli.  

2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Istilah ini menunjukkan masa awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 12 tahun pada wanita. Batasan remaja dalam
hal ini adalah usia 10 tahun sampai dengan 19 tahun menurut klasifikasi World
Health Organization (WHO).
2.2.2 Psikologis Remaja
Remaja mencakup masa kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(piaget). Dengan mengatakan poin-poin sebagai berikut secara psikologis masa
remaja:
1. Usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
2. Usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak.
3. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek afektif.
4. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
5. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan
untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.

2.3 Gizi Remaja


2.3.1 Masalah Gizi Remaja
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara
anak-anak dan dewasa. Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi
hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni
masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria
usia remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun, dan pada laki-laki yaitu 15-17
tahun (Thalib, 2010). Pada masa remaja banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalam
usaha pengembangan diri dan kepribadian. Mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi
waktu dari hari kehari, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya membentuk
pola kegiatan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara
fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan
makanan yang mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup besar (Sumanto, 2009).
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhdap kesehatan dan gizi remaja.
Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari 6
masalah gizi serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu
anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2010).
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia akibat masalah gizi
yang kurang seimbang, antara lain :
a. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran
dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi
pertukaran O2 dan CO2 di antara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih
sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah
nilai normal. Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah
lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001).
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :
 Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)
 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
b. Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang
atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa
yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal (Kemenkes RI, 2018).
c. Kurang Energi Kronis
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. KEK penyebabnya adalah dari ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhaan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
Remaja putri yang ditandai dengan masuknya masa pubertas akan banyak
mengalami perubahan termasuk perubahan fisik. Berbagai Usaha dilakukan untuk
mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan diet dengan
mengurangi konsumsi makanan, bahkan ada yang sampai menggunakan obat-obatan
pelangsing tubuh. Perilaku diet pada remaja putri yang tidak diimbangi dengan
pengetahuan yang cukup tentang gizi dan kebutuhan nutrisi tubuh tersebut akan
berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, kekurangan gizi, dan perkembangan
psikososialnya. Disamping itu pada masa remaja juga perlu adanya aktivitas fisik
yang cukup, yang secara tidak langsung juga menjadi penyebab terjadinya kasus
kekurangan energi kronik yang merupakan salah satu bentuk malnutrisi (WHO,
2010).
d. Obesitas
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016) obesitas adalah berat
badan yang lebih tinggi dari berat badan yang dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu.
Indeks Massa Tubuh atau BMI, digunakan sebagai alat skrining untuk kelebihan berat
badan atau obesitas. Sedangkan menurut WHO dalam P2PTM Kemenkes RI (2018)
obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan
energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu
lama. Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi
yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi
dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya
aktivitas fisik dan sedentary life style (kebiasaan hidup kurang gerak) (Kemenkes RI, 2012).

Untuk menggantikan kehilangan zat besi selama menstruasi, Anda harus


mengonsumsi banyak makanan yang mengandung tinggi zat besi. Jika kebutuhan
zat besi Anda tidak terpenuhi, maka Anda berisiko untuk mengalami kekurangan
zat besi dan dapat berujung kepada anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi
dapat terjadi ketika cadangan zat besi dalam tubuh habis dan penyerapan zat besi
dari makanan sedikit, sehingga tubuh memproduksi lebih sedikit sel darah merah.
Anemia pada masa remaja dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan kekebalan
tubuh.
Tak heran bahwa banyak remaja perempuan mengalami anemia karena
kebutuhan zat besinya yang tinggi dan didukung oleh kebiasaan makan yang buruk.
Sebesar 22,7% remaja perempuan usia 13-18 tahun di Indonesia mengalami
anemia, sedangkan untuk remaja laki-laki sebesar 12,4%, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013.
2.3.2 Faktor Yang Memicu Masalah Gizi Remaja
a. Kebiasaan makanan yang buruk
Kebiasaan makanan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan
keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terjadi pada usia
remaja. Mereka akan makan seadanya tanpa mengetahuinya kebutuhan zat gizi
tersebut terhadap kesehatan mereka (Moehji, 2017).
b. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita
remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan
secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Hanya makan sekali
sehari, atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan
prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi
(Moehji, 2017).
c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan
“mode” yang tengah marak dikalangan remaja. Di tahun 1960 an misalnya
remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot
dog dan minuman 7 Coca Cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-
remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia (Moehji, 2017).
d. Promosi yang berlebihan melalui media masa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat mudah tertarik pada halhal
yang baru. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengusaha makanan dengan
mempromosikan produk makanan mereka, dengan cara yang sangat
memengaruhi para remaja. Lebih-lebih jika promosi itu dilakukan dengan
menggunakan bintang film yang menjadi idola mereka (Moehji, 2017).
e. Masuknya produk-produk makanan baru
Produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas
membawa pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis
makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hot dog,
pizza, hamburger fried chicken & french fries, berbagai jenis makanan berupa
kripik (junk food) sring dianggap sebagai gimbal kehidupan modern oleh para
remaja. Keberatan terhadap berbagai jenis fast food itu terutama karena kadar
lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam (Moehji, 2017).
f. Screen Time
Perkembangan teknologi saat ini ikut andil dalam perkembangan obesitas.
Menonton TV serta menggunakan media elektronik atau gadget membuat
remaja dapat duduk tenang dalam waktu yang lama (Van , 2015). Gaya hidup
sedentary, dimana aktivitas fisik yang dilakukan individu tergolong rendah
dapat mendukung terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik yang rendah, akan
menyebabkan energi yang masuk dari asupan makanan tidak 9 terpakai dan
menumpuk dalam bentuk 8 lemak tubuh. Jika keadaan ini terjadi dalam waktu
yang lama, maka akan terjadi peningkatan resiko kegemukan, termasuk pada
anak-anak (Sari, 2015).
2.3.3 Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada
masa ini akan terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Pada masa ini,
remaja rentan terhadap masalah gizi terutama untuk remaja putri. Pada umumnya,
pola makan yang kurang tepat menjadi penyebab dari masalah gizi yang terjadi
pada remaja. Beberapa masalah gizi yang sering dialami pada masa remaja adalah
gangguan makan, obesitas, KEK, makan tidak teratur dan anemia (Susetyowati,
2016).
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh
hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow
spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja
putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,
karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya
melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan
zat gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014).
Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja
adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di
sekolah maupun di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan
banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar
dibandingkan yang kurang aktif. Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang
dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki dan
perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah 2125 kkal untuk
perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber
karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spaghetti, makaroni),
umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino esensial,
protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan
lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja,
kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena
memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja,
kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena
perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 13-15 tahun adalah
72 gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk perempuan setiap hari. Makanan
sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber
protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi
kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah daging merah (sapi,
kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya
(keju, mentega, yakult), kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-
kacangan dan lain-lain.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular
skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa
anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50
persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk
remaja 13-15 tahun adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Sumber kalsium diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
lain-lain.
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan
cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume
darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa,
kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi
terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan
laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan
kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya
defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada
masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.
Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19 mg untuk laki-laki dan
26 mg untuk perempuan. Sumber makanan yang mengandung zat besi yaitu
bayam, brokoli, hati, kacang-kacangan.
e. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari
untuk laki-laki dan 15,4 untuk perempuan. Sumber makana yang mengandung
zinc yaitu daging sapi, udang, buncis, kacang-kacangan, telur, kentang.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan
dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin.
Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin
B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup.
Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.
Sumber makanan yang mengandung vitamin A yaitu wortel, kentang, bayam,
papaya, telur, keju, hati, dan minyak ikan kod. Sumber makanan yang
mengandung vitamin B yaitu daging, hati, telur, susu, kacang-kacangan, pisang,
alpukat. Sumber makanan yang mengandung vitamin C yaitu tomat, kentang,
jeruk, stroberi, brokoli, dan bayam. Sumber makanan yang mengandung
vitamin E yaitu telur, susu, kacang-kacangan, alpukat, dan buah kiwi. Sumber
vitamin D didapatkan dari sinar matahari dan juga dari ikan salmon, minyak
hati ikan kod, ikan tuna, kuning telur, jus jeruk.
Berikut adalah pola makan yang mengikuti 13 Pesan Dasar “Gizi Seimbang”
sangat dianjurkan untuk mendapatkan kecukupan Gizi bagi Remaja :
1) Makanlah aneka ragam ragam makanan yang terdiri dari zat tenaga,zat
pembangun,dan zat pengatur
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat,setengah dari kebutuhan energi
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi
5) Gunakan garam beryodium
6) Makanlah makanan sumber zat besi
7) Berikan ASI ekslusif pada bayi umur 0-6 bln
8) Biasakan makan pagi
9) Minumlah air bersih ,aman yang cukup jumlahnya
10) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
11) Hindari munum minuman beralkohol
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas

2.4 Manajemen Kebidanan


2.4.1 Manajemen 7 Langkah Varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan
setiap langkah disempurnakan secara priodik. Proses dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir drngan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk
suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan
Tetapi, setiap langkah bisa diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci
dan hal ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien, langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan samua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi.
2. Interprestasi data dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar dan
dasar tanda-tanda yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
(tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenkultur diagnosis kebidanan
tersebut adalah :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh clinical judgenment dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan angota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi Manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus. Dari data yang dikumpulkan dapat
menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain
harus menunggu dokter.
5. Merencanakan Asuhan yang menyeluruh 
Pada langkah ini dilakukan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang
menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
perempuan tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau
masalah psikologis. Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social
ekonomi, cultural atau masalah psikologis. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap perempuan tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi, cultural atau masalah psikologis.
6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan
suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Muslihatun 2009).
2.4.2 Pendokumentasian SOAP
Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan
oleh bidan setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi lengkap
meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP.
Catatan SOAP terdiri atas 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien
dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan.
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap, dan bermanfaat
buat bidan atau pemberi asuhan yang lain. Penggunaan SOAP dalam asuhan ibu
hamil cacatan SOAP ditulis satu kali setiap kunjungan. Sementara bagi ibu dengan
intrapartum, SOAP dibuat lebih dari satu catatan untuk satu orang perhari.
Langkah-langkah pendokumentasian SOAP :
1. Subyektif (S)
Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan klien.
2. Obyektif (O)
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.
3. Analisa (A)
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif
4. Penatalaksanaan (P)
Perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah
dibuat.
Pendokumentasian dianggap penting karena metode SOAP merupakan
kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan
kesimpulan untuk menjadi suatu rencana asuhan. Metode ini merupakan
penyaringan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan
penyediaan dan pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-urutan yang
dapat membantu dalam mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Selama kurun waktu 2 minggu penulis memberikan asuhan kebidanan, mahasiswa
telah mampu untuk :
1. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga binaan Nn.C di RT.09/RW.002 di
Kelurahan Karangmulya
2. Melakukan konseling pada Nn.C terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan di
RT.09/RW.002 di Kelurahan Karangmulya.
3. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan Nn.C di RT.09/RW.002 di
Kelurahan Karangmulya
2.6 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran, antara
lain :
1. Untuk Keluarga Binaan
Selalu mengikuti program pemerintah dan mengikuti penyuluhan yang
dilakukan di daerah wilayah RW.002 agar mengetahui pembaharuan ilmu terbaru
dan dapat menjaga kesehatan diri dan keluarga.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Lebih meningkatkan lagi konsep mengenai keluarga binaan yang akan
dilakukan dan membimbing mahasiswa agar dapat melakukan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tepat dalam tindakan.
3. Untuk Mahasiswa
Melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien,
dimana mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis atas fenomena dan kejadian yang
ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B.2014.Pengantar Gizi Masyarakat.Jakarta :


Kencana Prenada Media Group
Arisman.2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Moehji, S.2017.Buku Dasar Ilmu Gizi Jilid 1 dan 2.Jakarta : Pustaka Kemang
Anwar, Faisal. 2009. Makan Tepat, Badan Sehat. Jakarta: PT Mizan Publika.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Pustaka Utama. Jakarta : EGC. Arisman.
2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
Kemesnkes RI. 2018. Buletin Stunting..Jakarta : Pusat Data dan Informasi
Lumongga, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik.
Jakarta : Kencana.
Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sari, D. A.2014. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktifitas
Fisik Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa SMP AL Islam 1 Surakarta. Skripsi
Program Studi Ilmu Gizi S1. Universitas Muhammadyah Surakarta
Syafrudin, dan Hamidah. 2014. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Sarlito W. Sarwono. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Sumanto, Agus. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta:
Argo Media Pustaka.
Susetyowati. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Susanti, Nila. 2018. NCP Komunitas. Malang: Wineka Media.
Thalib, S.B. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta:
Kencana Media Group.
World Health Organization.2014.Pengertian Remaja
.
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“PENYULUHAN MASALAH GIZI PADA REMAJA”

Pokok Bahasan : Masalah Gizi Dan Gizi Seimbang Pada Remaja.

Sub Pokok Bahasan : Pentingnya Pengetahuan Gizi Seimbang Pada Remaja


Waktu :
Tanggal :

Tempat : Rumah Keluarga Binaan

Oleh : Baeti Ida Rukmanawati

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan, klien mampu mengetahui masalah gizi
dan kebutuhan gizi seimbang pada remaja.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat :
menjelaskan tentang materi yang telah disampaikan.
III. Materi
1. Pengertian Remaja
2. Masalah Gizi Seimbang Pada Remaja
3. Faktor Yang Memicu Masalah Gizi Remaja
4. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Remaja
KERANGKA PEMATERI

Waktu Kegiatan

5 menit 1. Pembukaan
a. Salam
b. Pengenalan
c. Tujuan : agar materi yang disampaikan dapat diterima
oleh keluarga binaan

20 menit 2. Inti / materi


a. Penyuluhmenjelaskanmateri
o Pengertian Remaja
o Masalah Gizi Seimbang Pada Remaja
o Faktor Yang Memicu Masalah Gizi Remaja
o Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Remaja

b. Sasaran menyimak materi

10 menit 3. Penutup
a. Menyimpulkan materi
b. Melakukan post test dengan pengisian kuesioner
c. Memberi salam

IV. Media &Sumber


a. Media : Ceramah dengan menampilkan video edukasi dan juga aplikasi
Cek Status Gizi Remaja

b. Sumber : Dari Media Promkes Gizi Remaja

V. Evaluasi
1. Prosedur : Pre-tes dan Post-tes
2. Jenis tes : Tulis
3. Bentuk : Pertanyaan tertutup

IV. Lampiran

 Materi

29
MATERI GIZI SEIMBANG PADA REMAJA

1. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah
asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan. Remaja adalah
seseorang yang memiliki rentang usia 10- 19 tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-
tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual.
Remaja juga mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

2. Masalah Gizi Pada Remaja


Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara
anak-anak dan dewasa. Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi
hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni
masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria
usia remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun, dan pada laki-laki yaitu 15-17
tahun (Thalib, 2010). Pada masa remaja banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalam
usaha pengembangan diri dan kepribadian. Mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi
waktu dari hari kehari, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya membentuk
pola kegiatan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara
fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan
makanan yang mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup besar (Sumanto, 2009).
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhdap kesehatan dan gizi remaja.
Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari 6
masalah gizi serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu
anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2010).
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia akibat masalah
gizi yang kurang seimbang, antara lain :
a. Anemia

30
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran
dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi
pertukaran O2 dan CO2 di antara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih
sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah
nilai normal. Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah
lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001).
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :
 Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)
 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
b. Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang
atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa
yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal (Kemenkes RI, 2018).
c. Kurang Energi Kronis
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. KEK penyebabnya adalah dari ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhaan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
Remaja putri yang ditandai dengan masuknya masa pubertas akan banyak
mengalami perubahan termasuk perubahan fisik. Berbagai Usaha dilakukan untuk
mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan diet dengan
mengurangi konsumsi makanan, bahkan ada yang sampai menggunakan obat-obatan
pelangsing tubuh. Perilaku diet pada remaja putri yang tidak diimbangi dengan
pengetahuan yang cukup tentang gizi dan kebutuhan nutrisi tubuh tersebut akan
berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, kekurangan gizi, dan perkembangan

31
psikososialnya. Disamping itu pada masa remaja juga perlu adanya aktivitas fisik
yang cukup, yang secara tidak langsung juga menjadi penyebab terjadinya kasus
kekurangan energi kronik yang merupakan salah satu bentuk malnutrisi (WHO,
2010).

d. Obesitas
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016) obesitas adalah
berat badan yang lebih tinggi dari berat badan yang dianggap sehat untuk tinggi
badan tertentu. Indeks Massa Tubuh atau BMI, digunakan sebagai alat skrining
untuk kelebihan berat badan atau obesitas. Sedangkan menurut WHO dalam P2PTM
Kemenkes RI (2018) obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan
akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang
digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Kegemukan dan obesitas terjadi
akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi
tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,
sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas
fisik dan sedentary life style (kebiasaan hidup kurang gerak) (Kemenkes RI, 2012).
3. Faktor Yang Memicu Masalah Gizi Remaja
a. Kebiasaan makanan yang buruk
Kebiasaan makanan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga
yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terjadi pada usia remaja. Mereka
akan makan seadanya tanpa mengetahuinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka (Moehji, 2017).
b. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita
remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara
kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara
keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Hanya makan sekali sehari, atau
makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip
pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Moehji,
2017).
c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

32
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan
gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode” yang tengah
marak dikalangan remaja. Di tahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika
Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman 7 Coca Cola.
Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk
di Indonesia (Moehji, 2017).
d. Promosi yang berlebihan melalui media masa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat mudah tertarik pada halhal yang
baru. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengusaha makanan dengan mempromosikan
produk makanan mereka, dengan cara yang sangat memengaruhi para remaja. Lebih-
lebih jika promosi itu dilakukan dengan menggunakan bintang film yang menjadi
idola mereka (Moehji, 2017).
e. Masuknya produk-produk makanan baru
Produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas membawa
pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap
(fast food) yang berasal dari negara barat seperti hot dog, pizza, hamburger fried
chicken & french fries, berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sring
dianggap sebagai gimbal kehidupan modern oleh para remaja. Keberatan terhadap
berbagai jenis fast food itu terutama karena kadar lemak jenuh dan kolesterol yang
tinggi disamping kadar garam (Moehji, 2017).
f. Screen Time
Perkembangan teknologi saat ini ikut andil dalam perkembangan obesitas. Menonton
TV serta menggunakan media elektronik atau gadget membuat remaja dapat duduk
tenang dalam waktu yang lama (Van , 2015). Gaya hidup sedentary, dimana aktivitas
fisik yang dilakukan individu tergolong rendah dapat mendukung terjadinya
kegemukan. Aktivitas fisik yang rendah, akan menyebabkan energi yang masuk dari
asupan makanan tidak 9 terpakai dan menumpuk dalam bentuk 8 lemak tubuh. Jika
keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi peningkatan resiko
kegemukan, termasuk pada anak-anak (Sari, 2015).
4. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada masa ini akan
terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Pada masa ini, remaja rentan terhadap
masalah gizi terutama untuk remaja putri. Pada umumnya, pola makan yang kurang

33
tepat menjadi penyebab dari masalah gizi yang terjadi pada remaja. Beberapa masalah
gizi yang sering dialami pada masa remaja adalah gangguan makan, obesitas, KEK,
makan tidak teratur dan anemia (Susetyowati, 2016).
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh hingga
kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow spurt). Pada
remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja putra grow spurt
terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih
mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih
tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani
dan Wirjatmadi, 2014).
Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Faktor
yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak
lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan
antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan
energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan
kecepatan pertumbuhan. Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG
menyebutkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah
2125 kkal untuk perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi
ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber
karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spaghetti, makaroni),
umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino esensial,
protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak
terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan
protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki
masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein

34
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh.
Kecukupan protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69
gram untuk perempuan setiap hari. Makanan sumber protein hewani bernilai
biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam
amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai
sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam,
ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil
olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan lain-lain.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular
skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa
anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50
persen massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja
13-15 tahun adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber
kalsium diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan
cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume
darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan
besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan
perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan
dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang
meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan
tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15
tahun adalah 19 mg untuk laki-laki dan 26 mg untuk perempuan.
e. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk
laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.

35
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme
karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA
dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E
diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.
Berikut adalah pola makan yang mengikuti 13 Pesan Dasar “Gizi Seimbang”
sangat dianjurkan untuk mendapatkan kecukupan Gizi bagi Remaja :
1) Makanlah aneka ragam ragam makanan yang terdiri dari zat tenaga,zat
pembangun,dan zat pengatur
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat,setengah dari kebutuhan energi
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi
5) Gunakan garam beryodium
6) Makanlah makanan sumber zat besi
7) Berikan ASI ekslusif pada bayi umur 0-6 bln
8) Biasakan makan pagi
9) Minumlah air bersih ,aman yang cukup jumlahnya
10) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
11) Hindari munum minuman beralkohol
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas
Lampiran 2

SOAL PRE DAN POST TEST

Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban di bawah ini yang menurut ibu benar!
1. Remaja adalah?
a. Masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang dan
mencapai kematangan seksual.
b. Masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang dan

36
mencapai kematangan psikologi.
c. Masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang belum berkembang dan
mencapai kematangan seksual.

2. Apa saja masalah gizi pada remaja?


a. Kekurangan energi kronik, obesitas, anemia. Stunting
b. Diare, batuk, demam berdarah
c. Penyakit menular

3. Apa saja faktor yang memicu masalah gizi remaja?


a. Kebiasaan makanan yang baik
b. Pemahaman gizi yang baik
c. Masuknya produk-produk makanan yang baru

4. Apa saja zat gizi yang dibutuhkan remaja?


a.Energy, protein, kalsium, mineral
b. Energy, protein, kalsium, vitamin, zinc, zat besi
c.Energy, protein, kalsium, karbohidrat

5. Energi adalah?
a.Satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
b. Satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan mineral
c.Satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan kalsium

6. Apa saja sumber protein?


a.Daging, kacang-kacangan, kedelai
b. Zat besi, zinc, vitamin
c.Nasi, sayuran hijau, roti

7. Vitamin apa yang membantu pertumbuhan tulang?


a.Vitamin B
b. Vitamin C

37
c.Vitamin D

8. Anemi adalah?
a.Suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal
b. Kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur
c.Berat badan yang lebih tinggi dari berat badan yang dianggap sehat untuk tinggi badan
tertentu. Indeks Massa Tubuh atau BMI

9. Tanda-tanda anemia adalah?


a.Lesu, lemah, letih, lelah, lunglai
b. Sering buang air kecil
c.Mual, muntah

10. Apa saja 13 Pesan Dasar “Gizi Seimbang”?


a.Makanlah makanan sumber karbohidrat
b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
c.Biasakan makan sore

Lampiran 3
VARNEY

Tanggal Pengkajian : 28/10/2020


Tempat Pengkajian : RT 09

Langkah I : Pengumpulan Data


A. Data Subjektif
1. Identitas

38
Nama Anak : Nn. Chairunnisa Dwi Hapsari
Usia : 14 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Belum bekerja

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. Endang Nama Ayah : Tn. Gatot S.
Usia : 37 tahun Usia : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Bedeng,
Kel. Karangmulya, Kec.
Bojongmangu, Kab. Bekasi

2. Alasan Kunjungan :-

3. Keluhan Utama : tidak ada

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : belum menstruasi
Sikluse : belum menstruasi
Lama : belum menstruasi
Banyaknya : belum menstruasi
Sifat darah : belum menstruasi
Flour albus : belum menstruasi
HPHT : belum menstruasi

5. Riwayat Kesehatan :
Klien tidak memiliki riwayat penyakit

39
6. Riwayat Psikososial : klien tidak memiliki riwayat psikososial
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Istirahat : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam

b) Pola Aktivitas : sekolah, bermain

c) Pola eliminasi
BAK : 3-5 x/hari
BAB : 1-2x/hari
d) Pola Nutrisi :
 Makan : 3x/hari (nasi, ayam/ikan, tahu, tempe)
 Minum : ± 1 liter/hari (air putih )

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 75x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu tubuh : 36,5̊ C
3. Pemeriksaan Status Gizi
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan : 123 cm
IMT : 12,98
LILA : 16 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : normal, tidak oedema
Mata : normal, tidak anemis
Telinga : normal, simetris dan bersih
Hidung : tidak ada kelainan

40
Mulut : normal, bersih
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
dan thyroid
Dada : normal, simetris
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan

Langkah II : Interpretasi Data


Diagnosa : Nn. “C” usia 14 tahun remaja dengan KEK
Masalah : Status gizi sangat kurus
Kebutuhan : KIE tentang masalah gizi remaja dan kebutuhan gizi seimbang pada
remaja

Langkah III : Antisipasi Masalah Potensial atau Diagnosa Lain


Tidak ada

Langkah IV : Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Tidak ada

Langkah V : Perencanaan
1. Berikan inform consent
2. Bina hubungan baik antara mahasiswa dengan klien keluarga binaan
3. Jelaskan tujuan melakukan kunjungan
4. Lakukan anamnesa
5. Jelaskan hasil pemeriksaan
6. Jelaskan kunjungan ulang
7. Dokumentasikan
Langkah VI : Pelaksanaan
1. Memberikan inform consent
2. Membina hubungan baik antara mahasiswa dengan klien keluarga binaan
3. Menjelaskan tujuan kunjungan adalah untuk melakukan skrining test sesuai
dengan usia anak

41
4. Menjelaskan tujuan kunjungan adalah untuk melakukan KIE gizi seimbang pada
remaja
5. Melakukan anamnesa biodata dan KIE gizi seimbang
6. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dalam keadaan baik
7. Menjelaskan kunjungan ulang yaitu keesokan harinya
8. Mendokumentasikan

Langkah VII Evaluasi


1. Klien sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Dokumentasi telah dilakukan

Tanggal :
Jam :
SOAP Kunjungan II

S : klien mengatakan tidak ada keluhan dan kondisinya baik


O : KU : baik Kesadaran : composmentis

42
KE : stabil
TTV : S : 36,6oC R : 21 x/menit
N : 80 x/menit
A : Nn. C umur 14 tahun remaja dengan KEK
P : 1. Memberi salam pada keluarga binaan
2. Melakukan KIE masalah gizi dan gizi seimbang pada remaja menggunakan media
video edukasi
3. Menjelaskan penggunaan aplikasi Cek Kesehatan Gizi Remaja
4. Mendokumentasikan

Lampiran 4
DOKUMENTASI

43
44

Anda mungkin juga menyukai