Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS

Penerapan Aktivitas sehari hari fungsi utama perawat


Virginia Henderson

a
Program Studi Ilmu Keperawatan

Abstract : A function is a job that is carried out according to its role. This function will
change according to existing conditions,Nurse Functions:Independent Function
In this function, the nurse's actions do not require a doctor's order.
The nurse's actions are independent, based on nursing science.
Nurses are responsible for the consequences that arise from the actions taken Dependant
Function
Nurses help doctors provide medical services and special actions that are under the
authority of doctors and should be carried out by doctors, such as infusion,
administering drugs, and administering injections.
Therefore, any failure of medical action is the responsibility of the doctor
Interdependent Function
The nurse's actions are based on cooperation with the care team or health team.
Example: to deal with pregnant women who suffer from diabetes, nurses and nutrition
workers collaborate to make a plan to determine the food needs needed for the mother
and the development of the fetus.
Abstrak : Fungsi yaitu sebuah pekerjaan yg dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi tersebut akan berubah disesuaikan dengan kondisi yg ada Fungsi Perawat :
Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap akibat yg timbul dari tindakan yg diambil
Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan & tindakan khusus
yg menjadi wewenang dokter & seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan
infus, pemberian obat, & melaksanakan suntikan.
Oleh sebab itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter
Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan.
Contoh : untuk menangani ibu hamil yg menderita diabetes, perawat bersama
tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana buat menentukan kebutuhan makanan
yg diperlukan bagi ibu & perkembangan janin.

74
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

Kesehatan jiwa merupakan suatu dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
kondisi sejahtera dimana individu menyadari Kondisi ini akan menjadi beban bagi keluarga
kemampuan yang dimilikinya, dapat dan lingkungan sekitarnya.
mengatasi stress dalam kehidupannya, dapat Melihat kondisi dan akibat lanjut yang
bekerja secara produktif, dan mempunyai ditimbulkan maka perawat sebagai tenaga
kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat profesional berkewajiban menolong klien dan
(WHO, 2001). Berdasarkan data status keluarga. Upaya yang dapat dilakukan adalah
kesehatan jiwa di Indonesia, hasil riset memberikan asuhan keperawatan yang
kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) komprehesif pada individu, keluarga dan
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat lingkungan sekitar klien melalui penggunaan
di Indonesia sebesar 4,6 permil, berarti dari diri sendiri secara terapeutik (therapeutic use
1000 penduduk Indonesia 4 sampai 5 di of self) dengan tehnik-tehnik komunikasi yang
antaranya menderita gangguan jiwa berat. sesuai dengan situasi dan kondisi klien yang
Gambaran di atas menunjukkan bahwa dilakukan di tatanan rumah sakit dan di
gangguan jiwa di Indonesia sangat banyak. lingkungan masyarakat (community-based
Skizoprenia merupakan salah satu psychiatric nursing care) dalam bentuk
gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa dapat kesehatan jiwa masyarakat.
diidentifikasi dari respon maladaptif terhadap Perawat memberikan tindakan
stresor lingkungan internal dan eksternal keperawatan untuk mengatasi masalah isolasi
seperti penurunan kemampuan fungsi pikir, sosial melalui terapi generalis dan spesialis.
emosi, perilaku dan sosialisasinya. Carson Terapi generalis kepada individu berupa
(2000) menyatakan penurunan keterampilan tindakan membina hubungan saling percaya,
sosial sering terjadi pada klien skizofrenia membantu klien menyadari perilakunya, dan
karena kerusakan fungsi kognitif dan afektif melatih berinteraksi dengan orang lain secara
pada individu. bertahap (Keliat, 2006). Terapi kelompoknya
Isolasi sosial menurut NANDA adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
(2007) suatu pengalaman menyendiri dari Adapun terapi spesialis yang dapat diberikan
seseorang dan perasaan segan terhadap orang adalah terapi kognitif (Cognitive Therapy),
lain sebagai sesuatu keadaan yang terapi perilaku (Behaviour Therapy), terapi
mengancam. Keliat (2004) mengatakan kognitif dan perilaku (Cognitive Behaviour
perilaku yang muncul pada klien skizofrenia Therapy), terapi keterampilan sosial (Social
72% adalah isolasi sosial di samping perilaku Skills Training), dan Cognitive Behaviour
negatif lainnya. Ini diperkuat Maramis (2006) Social Skills Therapy, Supportive dan
yang menyatakan klien skizofrenia 72% psikoedukasi keluarga.
mengalami isolasi sosial. Adapun Agar asuhan keperawatan yang
karakteristik yang ditemukan pada klien diberikan lebih terarah sehingga tujuan dapat
isolasi sosial menurut Nanda (2007) adalah dicapai dengan maksimal maka dibutuhkan
menarik diri, tidak komunikatif, autistik, tidak teori keperawatan yang menjadi landasan
ada kontak mata, sedih, perilaku bermusuhan, dalam melakukan tindakan. Asuhan
menghindari orang lain, kesulitan membina keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
hubungan di lingkungannya dan yang dilakukan oleh penulis menggunakan
mengungkapkan perasaan ditolak. Kondisi ini pendekatan Teori Hildegard E. Peplau’s
selanjutnya mengakibatkan klien melupakan Interpersonal Process dan Virginia
kebutuhan dasar sehingga pada akhirnya Henderson’s Comprehensive Definition.
muncul halusinasi yang dapat membahayakan

75
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

malas untuk merawat diri, tidak mempunyai


PEMBAHASAN tenaga melakukan aktivitas atau berinteraksi
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman dengan orang lain, menyendiri. Biasanya
menyendiri dari seseorang dan perasaan malu posisi hanya pada satu tempat/tidak berubah
dengan orang lain sebagai sesuatu yang walaupun sebenarnya posisi tersebut tidak
negatif atau keadaan yang mengancam dirinya nyaman. Sedangkan respon sosialnya adalah
(NANDA, 2007). Kegagalan yang sering tidak komunikatif, senang menyendiri, tidak
terjadi dalam menghadapi stresor dan mau berinteraksi dengan orang lain dan
penolakan dari lingkungan mengakibatkan lingkungan sekitarnya (Townsend, 2009).
individu tidak mampu berpikir secara Intervensi yang dilakukan pada klien
rasional, individu akan berpikir bahwa dirinya dengan perilaku isolasi sosial bervariasi.
orang yang gagal. Ketidakmampuan berfikir Frisch and Frisch (2006) menyatakan bahwa
secara logis menyebabkan timbulnya rasa tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial
tidak percaya diri atau harga diri rendah bertujuan untuk melatih klien keterampilan
dimana individu merasa tidak berguna, dan sosial sehingga merasa nyaman dalam situasi
merasa malu yang ditunjukkan dalam bentuk sosial dan melakukan interaksi sosial.
perilaku isolasi sosial. Pada klien dengan Tindakan keperawatan diberikan kepada klien
isolasi sosial terlihat adanya gejala negatif sebagai individu, kelompok, keluarga,
dari dimensi utama gejala skizoprenia Secara maupun komunitas, berupa terapi standar
spesifik proses penilaian stresor menimbulkan (generalis) dan terapi spesialis berupa
respon kognitif, respon afektif, respon psikoterapi.
fisiologis, respon perilaku dan respon sosial Terapi generalis yang diberikan
(Stuart, 2009). kepada individu berupa tindakan membina
Penilaian klien isolasi sosial terhadap hubungan saling percaya antara perawat
stresor secara kognitif adalah merasa dengan klien, membantu klien menyadari
kesepian, ditolak orang lain atau lingkungan, perilaku isolasi sosialnya, dan melatih klien
orang lain tidak memahami dirinya, tidak berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berguna, putus asa, tidak mempunyai tujuan (Keliat, 2006). Adapun terapi generalis yang
hidup, dirinya tidak aman dengan orang lain, dapat dilakukan pada kelompok klien adalah
tidak mampu berkonsentrasi dan mengambil terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).
keputusan (Keliat, 2005; NANDA, 2007; Sedangkan tindakan keperawatan terapi
Townsend, 2009). Respon afektif berupa afek spesialis berupa psikoterapi. Psikoterapi
yang tidak sesuai, tumpul atau datar dan secara individu berupa terapi kognitif, terapi
kadang apatis, cendrung merasa bingung/ragu perilaku, terapi kognitif-perilaku (Cognitive
sehingga tidak mampu untuk mengambil Behaviour Therapy/CBT) dan Social Skill
keputusan. Klien merasa sedih, cemas, tidak Trainning (SST); terapi kelompok, seperti
ada motivasi, ditolak, sendiri, tidak mampu terapi Suportif, psikoedukasi kelompok,
untuk merasa senang dan takut berhubungan Logotherapy dan CBSST merupakan
dengan orang lain (Townsend, 2009). kombinasi cognitive behavioral therapy
Adapun respon fisiologis yang terjadi (CBT) dan social skills training (SST); terapi
pada klien isolasi sosial berupa lemah, keluarga, berupa terapi Psikoedukasi
penurunan/peningkatan nafsu makan, malas Keluarga; dan terapi komunitas, berupa terapi
beraktivitas, lemah, kurang energi (NANDA, asertif komunitas (Assertif Community
2007; Fortinash, 1999 dalam Jumaini, 2010). Therapy/ACT). Semua terapi di atas dapat
Klien dengan masalah isolasi sosial menurut diberikan kepada klien dengan masalah isolasi
Townsend (2009) menunjukkan perilaku sosial namun pemberiannya secara bertahap,

76
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

hal ini karena variasi dari kondisi dan sumber Kekuatan dari seorang perawat
koping yang dimiliki klien. professional dalam memberikan asuhan
Social skills training merupakan salah keperawatan akan meningkat ketika
satu terapi spesialis. Social skills training menggunakan ilmu pengetahuan berdasarkan
(SST) bertujuan; 1) meningkatkan teori karena secara sistematis akan
kemampuan seseorang untuk meng- membangun suatu metode yang dapat
ekspresikan apa yang dibutuhkan dan memandu dalam berpikir kritis dan
diinginkan; 2) mampu menolak dan mengambil keputusan (Tomey, 2006).
menyampaikan adanya suatu masalah; 3) Banyak model konseptual yang dikemukakan
mampu memberikan respon saat berinteraksi oleh para ahli keperawatan, salah satunya
sosial; 4) mampu memulai interaksi; 5) adalah model konseptual keperawatan
mampu mempertahankan interaksi yang telah Hildegard E. Peplau yang dikenal dengan
terbina (Eikens, 2000 dalam Renidayati, “Interpersonal Process” dan Teori Virginia
2008). Menurut Stuart (2009) social skills Henderson dengan “Comprehensive
training melatih kemampuan klien dalaM Definition”.
4 (empat) tahapan yaitu; Hildegard E. Peplau yang dikenal
1) menggambarkan perilaku yang baru untuk dengan “Interpersonal Process”. Peplau
dipelajari dengan cara memberikan bimbingan berpikir bahwa psikodinamik keperawatan
kepada klien yang mengalami gangguan ditekankan pada kemampuan yang dimiliki
dalam hubungan interpersonal; oleh perawat agar dapat memahami
2) mempelajari perilaku baru dengan perilakunya sendiri dalam menolong orang
menggunakan bimbingan dan demonstrasi; lain sehingga mampu mengidentifikasi
3) mencoba melakukan perilaku baru dengan kesulitan yang dirasakannya. Ada 4
memberikan umpan balik; 4) melaksanakan komponen sentral dalam teori Peplau yaitu
perilaku baru dalam lingkungan. proses interpersonal, perawat, klien dan
kecemasan.

Proses
Interpersonal

Energi
Transformasi

Gambar 1
Model Keperawatan Peplau : Proses Interpersonal

77
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

Pada gambar 1. dapat terlihat proses Teori Virginia Henderson dengan


interpersonal yang terjadi antara perawat “Comprehensive Definition”. Menurut
dengan klien. Seorang perawat akan Henderson keperawatan memandang manusia
melakukan proses interpersonal kepada klien sebagai individu yang kompleks, terdiri dari
yang mempunyai masalah kesehatan aktual biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual
maupun risiko atau sehat. Perawat akan yang memiliki 14 kebutuhan dasar yaitu: 1.
melakukan proses interpersonal secara bernafas dengan normal; 2. makan dan minum
langsung dengan menggunakan komunikasi adekuat; 3. eliminasi; 4. bergerak dan
terapeutik kepada klien yang sakit yaitu klien mempertahankan postur yang diinginkan; 5.
yang tidak mampu mentransformasi energi tidur dan istirahat yang cukup; 6. memilih
kecemasannya menjadi hal yang produktif. pakaian yang sesuai; 7. mempertahankan suhu
Perawat selama proses tersebut melaksanakan tubuh tetap normal; 8. jaga kebersihan tubuh
6 peran yaitu stranger (orang asing), resource dan kulit; 9. hindari bahaya dari lingkungan
person (narasumber), teacher (guru), leader dan melukai orang lain; 10. komunikasi
(pemimpin), surrogate (wali/wakil) dan dengan orang lain untuk mengemukakan
counselor (konselor). Peran tersebut akan emosi, kebutuhan, rasa takut dan pendapat;
dilaksanakan selama proses interpersonal 11. beribadah menurut keimanan; 12. bekerja;
berlangsung yang terdiri atas 4 tahapan 13. berpartisipasi dalam berbagai bentuk
dimulai dari orientasi sampai resolusi, untuk rekreasi; 14. belajar, menemukan dan
membantu klien mengatasi kecemasan yang kepuasan untuk perkembangan ke arah
menjadi stresor dalam kehidupannya dengan keseatan dan menggunakan sarana kesehatan
cara mengajarkan dan melatih individu yang ada (Henderson dalam Tomey, 2006).
merubah energi dari kecemasan menjadi hal Teori Virginia Henderson juga
yang positif sehingga berguna untuk mengidentifikasi adanya 3 level hubungan
perkembangan manusia agar sehat dan antara klien dengan perawat, dimana perawat
produktif. bertindak sebagai ; 1. pengganti klien; 2.
Adapun proses terapi menurut konsep penolong klien; 3. teman klien. Henderson
ini adalah build feeling security (berupaya mendorong sikap empati perawat dalam
membangun rasa aman pada klien), trusting memahami klien serta menyatakan bahwa
relationship (menjalin hubungan yang saling perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari
percaya) dan interpersonal satisfaction kliennya masing-masing agar dapat
(membina kepuasan dalam bergaul dengan mengetahui apa yang dibutuhkannya
orang lain sehingga klien merasa berharga dan (Henderson, 1964 dalam Tomey, 2006). Hal
dihormati). Peran perawat dalam terapi adalah ini berarti seorang perawat harus benar-benar
share anxieties (berupaya melakukan sharing mampu mengenal dan mengkaji sedalam-
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa dalamnya tetang klien sehingga dapat
yang biasa dicemaskan oleh klien saat mengetahui dengan jelas kebutuhannya.
berhubungan dengan orang lain), therapist Aplikasi Teori Keperawatan Hildegard
use empathy and relationship (perawat E. Peplau Dan Virginia Henderson Pada Klien
berupaya bersikap empati dan turut Dengan Isolasi Sosial. Kelainan jiwa
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh seseorang muncul akibat adanya ancaman.
klien). Perawat memberikan respon verbal Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan
yang mendorong rasa aman klien dalam (anxiety). Dimana perasaan takut seseorang
berhubungan dengan orang. itu didasari adanya ketakutan ditolak atau
tidak diterima oleh orang sekitarnya. Energi

78
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

yang dihasilkan dari kecemasan yang semakin penolong klien; 3. teman klien. Henderson
meningkat tidak ditransformasikan dengan mendorong sikap empati perawat dalam
baik sehingga menurunkan tenaga, semangat memahami klien serta menyatakan bahwa
dan kemampuan klien dalam melakukan perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari
aktivitas sehari-hari sehingga klien menjadi kliennya masing-masing agar dapat
sakit dan mengalami isolasi sosial. mengetahui apa yang dibutuhkannya
Berdasarkan konsep model Peplau dan (Henderson, 1964 dalam Tomey, 2006).
Henderson maka dalam proses interpersonal Level hubungan perawat dan klien
antara perawat dengan klien isolasi sosial sebagai pengganti dan penolong yang
terjadi 4 tahapan mulai dari orientasi sampai dikemukakan oleh Henderson juga
resolusi. Agar berlangsungnya proses dikemukakan oleh Peplau namun ada 1 (satu)
interpersonal pada fase orientasi maka perlu peran perawat sebagai teman klien belum
adanya kesepakatan (kontrak). Kesepakatan ditemukan pada Peplau dan peran ini dirasa
tersebut merupakan penerapan dari teori sangat tepat diberikan kepada klien dengan
Henderson dimana perawat perlu menyepakati isolasi sosial. Level atau peran ini akan sangat
bersama klien tentang keinginan klien untuk membantu bagi klien Isolasi Sosial pada saat
sembuh, kekuatan dari diri klien untuk mau melakukan pengkajian, hal ini disebabkan
bekerjasama dalam menyelesaikan karena bila peran ini dijalankan maka klien
masalahnya beserta dukungan dari anggota akan lebih terbuka sehingga dapat
keluarga dan pengetahuan tentang masalah mengungkapkan perasaan dan masalahnya
yang dihadapi serta cara mengatasinya. Ini dengan lebih rinci kepada perawat. Ini akan
akan membantu mempermudah perawat untuk membantu perawat dalam menegakkan
dapat menunjukkan konsistensinya dan diagnosa keperawatan dan memberikan
mebuat klien lebih terfokus pada tujuan yang tindakan keperawatan berupa terapi yang
akan dicapai. Dengan demikian perawat dan tepat. Sehingga pada akhirnya klien terbebas
klien isolasi sosial dapat membina hubungan dari sakit/masalah dan menjadi mandiri.
saling percaya sehingga fase-fase selanjutnya Berikut ini digambarkan tentang skema
dapat dilewati secara bertahap. penerapan konsep model Peplau dan
Model Virginia Henderson juga Henderson dalam pelaksanan proses
mengidentifikasi adanya 3 level hubungan interpersonal antara perawat dengan klien
antara klien dengan perawat, dimana perawat isolasi sosial agar dapat belajar cara membina
bertindak sebagai ; 1. pengganti klien; 2. hubungan interpersonal dengan orang lain.

79
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

Kekuatan

Keinginan
Proses
Interpersonal
Pengetahuan 1. Orientasi
2. Identifikasi
3. Ekploitasi
4. Resolusi

Energi
Transformasi

Terapi Keperawatan
(SST)

Gambar 2
Model Keperawatan Peplau dan Henderson dalam
Proses Interpersonal Perawat dengan Klien Isolasi Sosial

PEMBAHASAN
Individu yang mengalami masalah
isolasi sosial awalnya memiliki beberapa terpenuhi sedangkan harapan klien
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi untuk masa depannya sangat tinggi sehingga
sepanjang perkembangannya seperti secara kondisi ini membuat klien menjadi frustrasi
biologis ditemukan adanya gangguan pada dan tidak berkembang menjadi matur seperti
konteks frontal sehingga menimbulkan gejala yang disampaikan Peplau. Pada akhirnya
negatif dari klien skizoprenia. Bila dilihat timbul perasaan malu, menghindar dari orang
secara psikologis pengalaman masa lalu klien lain dan lingkungan sosialnya yang berlanjut
yang tidak menyenangkan/ kegagalan dalam timbulnya perilaku isolasi sosial.
salah satu tugas perkembangan yang Peplau menyatakan bahwa individu
seharusnya sudah terlewati. Sedangkan secara yang mengalami masalah isolasi sosial adalah
sosial ditemukan, tidak terpenuhinya individu yang tidak mampu
kebutuhan seperti pendidikan, pekerjaan, dan mentransformasikan atau menyalurkan energi
status sosial ekonomi yang rendah. kecemasan yang ditimbulkan oleh stresor-
Semua hal di atas merupakan stresor dalam perkembangan dirinya menjadi
kebutuhan klien yang sampai saat ini belum hal yang produktif. Oleh karena itu klien

80
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 8,No 1,Juni 2012 : 74-82

dengan isolasi sosial membutuhkan perawat 1. Terapi spesialis keperawatan jiwa social
untuk dapat belajar merubah energi skills training (SST) efektif dilakukan
kecemasan akibat stresor menjadi bentuk untuk klien isolasi sosial.
yang produktif sehingga menjadi sehat. 2. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
Perawat akan membantu klien isolasi pada klien dengan isolasi sosial dapat
sosial melalui tindakan keperawatan yang dilihat dari perubahan kemampuan klien
diberi seperti pemberian terapi SST, dari klien yang tidak mau berinteraksi
berdasarkan penilaian individu terhadap dengan keluarga dan orang lain menjadi
stresor (tanda dan gejala) dan sumber koping mau berinterkasi, dari yang tidak bisa
yang dimiliki. Bila sumber koping yang memulai pembicaraan menjadi mampu
dimiliki klien telah positif dan mendukung untuk memulai pembicaraan, sikap dalam
maka tindakan selanjutnya melatih atau bicara lebih baik seperti ada kontak mata,
mempertahankan kemampuan klien untuk kepala
dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam 3. Pendekatan teori Peplau dan Henderson
asuhan keperawatan pada klien perawat sangat efektif digunakan untuk
menggunakan tahapan proses interpersonal memberikan asuhan keperawatan pada
yang dikemukakan oleh Peplau, yang terdiri klien dengan masalah isolasi sosial. Hal
atas tahapan orientasi, identifikasi, ekploitasi, ini disebabkan karena dapat memandu
resolusi (Peplau dalam Fitzpatrick, 1989). perawat untuk memulai interaksi secara
Keberhasilan dalam melaksanakan bertahap sesuai dengan perkembangan
proses interpersonal bersama klien ditentukan kemampuan klien dalam proses
pada tahap orientasi karena pada tahap ini interpersonal.
perawat harus mampu mengubah kepercayaan
klien yang negatif terhadap orang lain. Bila
tahap ini tidak dapat dilewati maka tahapan DAFTAR PUSTAKA
lainnya tidak akan bisa di mulai. Peplau
dalam teorinya kurang memberikan gambaran Carson, V. B. (2000). Mental health nursing:
cara melewati tahap orientasi khususnya pada The nurse-patient journey. (2nd ed).
klien yang memiliki masalah dalam Philadelphia : W.B. Saunders Company.
melakukan proses interpersonal tersebut Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
seperti klien dengan isolasi sosial. Untuk itu (2008). Riset kesehatan dasar 2007.
maka penulis menambahkan dengan teori http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan
Henderson yang dapat memperjelas dengan RKD/IndonesiaNasional.pdf. Februari 23,
teorinya bahwa perlu adanya kesepakatan atau 2009.
kontrak yang jelas antara perawat dan klien Fitzpatrick. (1989). Conceptual models of
dalam melakukan hubungan interpersonal nursing: analysis and application. (2nd
yaitu klien akan dapat dibantu oleh perawat ed). East Norwalk.
bila memiliki kekuatan, keinginan dan Frisch, N. C., & Frisch, L. E. (2006).
pengetahuan untuk dapat mancapai Psychiatric mental health nursing. (3th
kemandirian atau terbebas dari penyakit ed). Canada: Thomson Delmar Learning.
dengan segera (Henderson dalam Fitzpatrick, Keliat, B. A., dkk. (1999). Pengaruh model
1989). terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(TAKS) terhadap kemampuan komunikasi
verbal dan non verbal pada klien menarik
KESIMPULAN diri di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Keperawatan Indonesia, II(8), 277-283.

81
Putri Eka Dewi, Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien...

Keliat, B. A., & Akemat. (2005). Stuart, G. W. (2009). Principles and practice
Keperawatan jiwa terapi aktivitas of psychiatric nursing. (9th ed). St Louis:
kelompok. Jakarta: EGC. Mosby.
Keliat, B. A. (2006). Peran serta keluarga Tomey, A. M. (2006). Guide to nursing
dalam perawatan klien gangguan jiwa. management and leadership. (6th ed). St
Jakarta: EGC. Louis: Mosby.
NANDA. (2007). Nursing Diagnoses: Townsend, M. C. (2005). Essentials of
Definitions & Classification 2007-2008. psychiatric mental health nursing. (3rd ed).
Philadelphia: NANDA International. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Renidayati. (2008). Pengaruh social skills Videbeck, S. L. (2006). Psychiatric-mental
training (SST) pada klien isolasi sosial di health nursing. (4th ed). Philadelphia:
RSJ H.B. Sa’anin Padang Sumatera Barat. Lippincott Williams & Wilkins.
Tesis. FIK-UI. Tidak dipublikasikan. WHO. (2001). The world health report:
Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). 2001: mental health: New
Principles and practice of psychiatric understanding, new hope.
nursing. (8th ed). Missouri: Mosby, Inc. www.who.int/whr/2001/en/ diperoleh
tanggal 20 Mei 2011.

82

Anda mungkin juga menyukai