Dosen Pembimbing :
Ni Made Wedri, A.Per.Pen, S.Kep, Ns, M.Kes
Disusun Oleh :
Nama : Anak Agung Gde Agung Mahotama Putra
NIM : P07120222023
Kelas : 2A / S.Tr Keperawatan
Kelompok : 3
D. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium :
a) Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera
b) Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
c) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi
d) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
h) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i) Ureum
j) Protein
k) Hapusan Luka
l) Urine Lengkap, dll Rontgen : Foto Thorax, dll
2. KG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
E. Penatalaksanaan medis
Menurut Rahayuningsih (2017) mengatakan bahwa penanganan pertama pada luka
bakar antara lain:
a. Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
b. Memadamkan pakaian yang terbakar
c. Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
d. Menyiram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
e. Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang
kering dan tidak menghantarkan arus (non conductive).
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka bakar
terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu
sebagai berikut:
a. Menghentikan Proses Pembakaran
b. Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera
dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak
apabila disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan penderita pada tanah
(drop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk memadamkan api.
Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses perjalanan
pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau direndam
dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman
ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila pertolongan
datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan menimbulkan
hipotermia. Tidak diperbolehkan sekali-kali mengompres luka bakar dengan
kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
c. Perawatan Luka Bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan
kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara
agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar
agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan
di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
1) Penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur,
2) Luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi.
3) Penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.
D. Pemeriksaan diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Tes darah, untuk mendeteksi kadar gula darah atau kadar hormon tiroid
2. Polisomnografi atau sleep study, untuk mengetahui aktivitas otak dan kondisi
tubuh pasien saat sedang tidur
3. Pemindaian dengan USG atau CT scan, untuk memeriksa kelainan pada prostat,
jantung. atau sistem pernapasan
E. Penatalaksanaan medis
Tatalaksana Farmakologi yang diterapkan pada penderita Insomnia adalah sebagai
berikut:
1. Benzodiazepine
Benzodiazepine (BZDs) adalah obat yang paling sering digunakan untuk
mengobati insomnia pada usia lanjut. Efek yang ditimbulkan oleh BZDs adalah
menurunkan frekuensi tidur pada fase REM, menurunkan sleep latency, dan
mencegah pasien terjaga di malam hari.
2. Obat golongan non-benzodiazepine yang aman pada usia lanjut yaitu:
a. Zaleplon
Dapat digunakan jangka pendek maupun jangka panjang, tidak ditemukan
terjadinya kekambuhan atau withdrawal symptom setelah obat dihentikan
b. Zolpidem
Zolpidem merupakan obat hipnotik yang berikatan secara selektif pada
reseptor benzodiazepine subtipe 1 di otak. Efektif pada usia lanjut karena tidak
mempengaruhi sleep architecture
c. Eszopiclone
Golongan non-benzodiazepine yang mempunyai waktu paruh paling lama
adalah eszopiclone yaitu selama 5 jam pada pasien usia lanjut. Scharf et al
dalam penelitiannya menyimpulkan eszopiclone 2 mg dapat menurunkan sleep
latency, meningkatkan kualitas dan kedalaman tidur, meningkatkan TST pada
pasien usia lanjut dengan insomnia primer
d. Melatonin reseptor agonist
Melatonin Reseptor Agonist (Ramelteon) obat baru yang direkomendasikan
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi insomnia kronis pada
usia lanjut
e. Sedating Antidepressant
Sedating antidepressant hanya diberikan pada pasien insomnia yang
diakibatkan oleh depresi. Amitriptiline adalah salah satu sedating
antidepressant yang digunakan sebagai obat insomnia, akan tetapi pada usia
lanjut menimbulkan beberapa efek samping yaitu takikardi, retensi urin,
konstipasi, gangguan fungsi kognitif dan delirium.
3. Non medis
a. Terapi relaksasi otot progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi
dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,
2013)
b. Terapi Pemijatan
Terapi pijat merupakan salah satu bentuk terapi alternatif yang banyak
digunakan untuk meredakan gejala penyakit tertentu. Terapi ini tidak hanya
dapat memberikan efek relaksasi, tetapi juga efektif untuk mengatasi stres dan
meredakan nyeri.
4. Ikterik 5. lain-lain,.....
12) Ekstremitas
Kekuatan otot :
ROAM : 1. Penuh 2. Terbatas
Hemiplegi/parese : 1. Tidak 2. Ya, Kiri/Kanan
Akral : 1. Hangat 2. Dingin
Capillary refill time : 1. <3 detik 2. > 3 detik
Edema : 1. Tidak 2. Ada, di daerah……
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Lab seperti pemeriksaan darah dan
urine
B. Analisis Data
DO (data obyektif):
Merupakan data yang
diapatkan melalui
pemeriksaan dan melihat
kondisi pasien. Seperti
data TTV pasien dan
kondisi pasien
C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi, agen pencedera fisiologi, agen pencedera fisik
d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
2. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem saraf, penekanan
saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan neurotransmiter,neuromodulator, reseptor,
gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis, kondisi
pasca trauma, tekanan emosional,riwayat penganiayaan. d.d mengeluh nyeri, merasa
depresi(tertekan), tampak meringis, gelisa, tidak mampu menuntaskan aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan), Kurang kontrol tidur, Kurang privasi, Restraint
fisik, Ketiadaan teman tidur, Tidak familiar dengan peralatan tidur d.d Mengeluh sulit
tidur, Mengeluh sering terjaga, Mengeluh tidak puas tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup, Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
D. Rencana Keperawatan
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, 1. mengetahui penyebab,
periode dan pemicu periode dan pemicu
nyeri nyeri
2. Jelaskan strategi 2. mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor 3. menganjurkan
nyeri secara mandiri memonitor nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. menganjurkan
analgetic secara tepat. menggunakan
5. Ajarkan Teknik analgetic secara tepat
nonfarmakologis 5. mengajarkan Teknik
untuk mengurangi nonfarmakologis
rasa nyeri untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi:
analgetic, jika perlu. 1. mengolaborasi
pemberian analgetic,
Pemberian analgesic jika perlu.
(I.02061)
Tindakan Pemberian analgesic
Observasi: (I.02061)
1. Identifikasi Tindakan
karakteristik nyeri Observasi:
(mis. Pencetus, 1. mengetahui
Pereda, kualitas, karakteristik nyeri
lokasi, intensitas, 2. mengetahui Riwayat
frekuensi, durasi) alergi obat
2. Identifikasi Riwayat 3. mengetahui
alergi obat kesesuaian jenis
3. Identifikasi analgesic
kesesuaian jenis 4. mengetahui tanda
analgesic (mis. tanda vital sebelum
Narkotika, dan sesudah
nonnarkotika, atau pemberian analgesic
NSAID) dengan 5. untuk memonitor
tingkat keparahan efektifitas analgesic
nyeri
4. Monitor tanda tanda Terapeutik:
vital sebelum dan 1. mengetahui jenis
sesudah pemberian analgesia optimal.
analgesic 2. Mengetahui
5. Monitor efektifitas penggunaan Infus
analgesic kontinu, atau bolus
opioid untuk
Terapeutik: mempertahankan
1. Diskusikan jenis kadar dalam serum
analgesik yang 3. Menargetkan
disukai untuk efektifitas analgesic
mencapai analgesia untuk
optimal, jika perlu mengoptimalkan
2. Pertimbangkan respons pasien
penggunaan Infus 4. mendokumentasikan
kontinu, atau bolus respons terhadap efek
opioid untuk analgesic dan efek
mempertahankan yang tidak diinginkan
kadar dalam serum
3. Tetapkan target Edukasi
efektifitas analgesic 1. menjelaskan efek
untuk terapi dan efek
mengoptimalkan samping obat
respons pasien
4. Dokumentasikan Kolaborasi:
respons terhadap efek 1. Mengkolaborasi
analgesic dan efek pemberian dosis dan
yang tidak diinginkan jenis analgesic, sesuai
indikasi.
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, sesuai
indikasi.
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, 1. mengetahui penyebab,
periode dan pemicu periode dan pemicu
nyeri nyeri
2. Jelaskan strategi 2. mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor 3. menganjurkan
nyeri secara mandiri memonitor nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. menganjurkan
analgetic secara tepat. menggunakan
5. Ajarkan Teknik analgetic secara tepat
nonfarmakologis 5. mengajarkan Teknik
untuk mengurangi nonfarmakologis
rasa nyeri untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian kolaborasi:
analgetic, jika perlu. 1. mengolaborasi
pemberian analgetic,
perawatan kenyamanan jika perlu.
(I.08245)
Observasi perawatan kenyamanan
1. Identifikasi gejala (I.08245)
yang tidak Observasi
menyenangkan (mis, 1. menilai kondisi
mual, nyeri, gatal, kesehatan seseorang
sesak) dan merancang
2. Identifikasi intervensi atau
pemahaman tentang perawatan yang sesuai
kondisi, situasi dan 2. membangun hubungan
perasaannya terapeutik,
3. Identifikasi masalah meningkatkan
emosional dan kepercayaan, dan
spiritual memfasilitasi proses
penyembuhan.
Terapeutik 3. membantu dalam
1. Berikan posisi yang merencanakan
nyaman intervensi yang
2. Berikan kompres holistik, menyediakan
dingin atau hangat dukungan psikologis
3. Ciptakan lingkungan yang dibutuhkan, dan
yang nyaman memastikan pelayanan
4. Berikan pemijatan kesehatan yang
5. Berikan terapi komprehensif.
akupresur
6. Berikan terapi terapeutik
hipnosis 1. agar pasien nyaman
7. Dukung keluarga dan saat tindakan
pengasuh terlibat dilangsungkan
dalam 2. membantu meredakan
terapi/pengobatan nyeri pasien
8. Diskusikan mengenai 3. agar pasien nyaman
situasi dan pilihan melakukan perawatan
terapi/pengobatan 4. agar nyeri pasien
yang diinginkan berkurang
5. mengurangi
Edukasi ketegangan otot,
1. Jelaskan mengenai meningkatkan
kondisi dan pilihan sirkulasi darah, dan
terapi/pengobatan meredakan berbagai
2. Ajarkan terapi gejala fisik
relaksasi 6. membantu mengelola
3. Ajarkan latihan stres, mengatasi
pernapasan kecemasan, dan
4. Ajarkan teknik memfasilitasi
distraksi dan perubahan perilaku
imajinasi terbimbing 7. memberikan
dukungan emosional
Kolaborasi dan praktis yang
1. Kolaborasi pemberian sangat dibutuhkan.
analgesik, 8. mendukung
antipruritus, pengambilan
antihistamin, jika keputusan berdasarkan
perlu kebutuhan dan
preferensi individu.
terapi relaksasi (I.09326) Ini menciptakan
Observasi hubungan yang
1. identifikasi kolaboratif antara
penurunan tingkat pasien dan penyedia
energi, layanan kesehatan
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau edukasi
gejala lain yang 1. membantu pasien dan
mengganggu keluarga memahami
kemampuan kognitif apa yang dihadapi,
2. Identifikasi teknik mengapa suatu
relaksasi yang pernah tindakan diperlukan
efektif digunakan 2. membantu
3. Identifikasi mengurangi tingkat
kesediaan, stres dan ketegangan
kemampuan, dan otot
penggunaan teknik 3. membantu pasien agar
sebelumnya teralihkan dari nyeri
4. Periksa ketegangan yang diderita
otot, frekuensi nadi, 4. membantu pasien
tekanan darah, dan mengalihkan
suhu sebelum dan pikirannya dari nyeri
sesudah latihan yang diderita
5. Monitor respons
terhadap terapi terapi relaksasi (I.09326)
relaksasi Observasi
1. memahami kondisi
Terapeutik individu agar tidak
1. Ciptakan lingkungan terjadi tanda stress
tenang dan tanpa 2. mengetahui terapi apa
gangguan dengan yang paling efektif
pencahayaan dan yang telah digunakan
suhu ruang nyaman, 3. Menilai kesediaan,
jika memungkinkan kemampuan, dan
2. Berikan informasi sejauh mana teknik
tertulis tentang relaksasi sebelumnya
persiapan dan telah digunakan
prosedur teknik membantu dalam
relaksasi merencanakan
3. Gunakan pakaian intervensi yang sesuai
longgar 4. memberikan informasi
4. Gunakan nada suara objektif tentang
lembut dengan irama respons tubuh
lambat dan berirama terhadap latihan atau
5. Gunakan relaksasi teknik relaksasi.
sebagai strategi 5. membantu mengukur
penunjang dengan kemajuan dan
analgetik atau mengevaluasi
tindakan medis lain, efektivitas intervensi.
jika sesuai
terapeutik
Edukasi 1. agar pasien merasa
1. Jelaskan tujuan, nyaman saat
manfaat, batasan, dan dilakukannya tindakan
jenis relaksasi yang keperawatan
tersedia (mis. musik, 2. membantu pasien
meditasi napas dalam, lebih memahami
relaksasi otot kegiatan yang akan
progresif) dilakukan
2. Jelaskan secara rinci 3. agar pasien tidak
intervensi relaksasi sesak saat melakukan
yang dipilih terapi relaksasi
3. Anjurkan mengambil 4. agar pasien tetap
posisi nyaman kooperatif dengan
4. Anjurkan rileks dan perawat
merasakan sensasi 5. meningkatkan
relaksasi efektivitas pemberian
5. Anjurkan sering obat
mengulangi atau
melatih teknik yang edukasi
dipilih 1. agar pasien
6. Demonstrasikan dan mengetahui jenis jenis
latih teknik relaksasi terapi relaksasi
(mis. napas dalam, 2. agar pasien mudah
peregangan, atau memahami tindakan
imajinasi terbimbing) yang diberikan
3. agar pasien merasa
nyaman selama
tindakan
4. agar pasien dapat
merasakan tindakan
terapi
5. agar pasien dapat
melakukan terapi
sendiri saat diperlukan
6. agar pasien
memahami seperti apa
saja tindakan terapi
yang dijalani.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan fase terakhir dalam proses keperawatan
(Kozier et al., 2011). Evaluasi dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana,
untuk melihat perkembangan pasien dan untuk melihat apakah tindakan
keperawatan yang dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain, setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan dan hasilnya
segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi dapat melibatkan pasien, keluarga
dan tim kesehatan, evaluasi yang dilakukan sesuai dengan standar dalam asuhan
keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi sumatif yang dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan dan
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama proses berlangsung.
Evaluasi keperawatan didokumentasikan dengan komponen SOAP yang berisikan:
Tgl/Jam No DX Evaluasi Hasil Paraf
S (Subjektif) merupakan
informasi berupa ungkapan yang
didapat dari pasien setelah
tindakan diberikan.
O (Objektif) merupakan
informasi yang didapat berupa
hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Analisis) merupakan
membandingkan antara
informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi.
P (Planning) merupakan
rencana keperawatan lanjutan
yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, A. A., & Sugeng, H. (2012). Gangguan Insomnia pada Mahasiswa yang Menyusun
Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri
Semarang). Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 4(3), 3.
Indriyani, D. P. R., & Gustawan, I. W. (2020). Manifestasi klinis dan penanganan demam
berdarah dengue grade 1: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis, 11(3), 1015–
1019. https://doi.org/10.15562/ism.v11i3.847
Nurdin, M. A., Arsin, A. A., & Thaha, R. M. (2018). Kualitas Hidup Penderita Insomnia
Pada Mahasiswa. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2), 128.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3464
Mubarak, W., Nurul, C., Joko, S. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur
Tetap Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Yosepa, A., M. (2022). Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia
Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu Tahun 2022. Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
LEMBAR PENGESAHAN
I Made Wedri, A.Per.Pen., S.Kep., Ns., M.Kes. Anak Agung Gde Agung Mahotama
NIP: 196106241987032002 Putra
NIM: P07120222023