Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR


((NYERI AKUT, NYERI KRONIS, INSOMNIA)

Dosen Pembimbing :
Ni Made Wedri, A.Per.Pen, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :
Nama : Anak Agung Gde Agung Mahotama Putra
NIM : P07120222023
Kelas : 2A / S.Tr Keperawatan
Kelompok : 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
Konsep Dasar nyeri akut dan nyeri kronis
A. Pengertian
Nyeri adalah penyakit yang ditandai dengan sensasi tidak menyenangkan yang
hanya dapat dijelaskan secara akurat oleh orang yang mengalaminya, karena
pengalaman rasa sakit dan ketidaknyamanan setiap orang berbeda (Alimul, 2015).
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman yang terjadi
sebagai akibat dari kerusakan jaringan , atau kerusakan jaringan yang ada atau yang
akan datang (Aydede, 2017).
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri adalah
fenomena rumit yang tidak hanya mencakup respons fisik atau mental, tetapi juga emosi
emosional individu. Penderitaan seseorang atau individu dapat menjadi penyebab
utama untuk mencari perawatan medis, dan juga dapat menjadi alasan individu untuk
mencari bantuan medis.
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) secara umum
klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis:
1. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai
dengan kurang dari enam bulan.
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya
sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.

B. Tanda dan Gejala


1. Tanda dan Gejala Nyeri Akut
a. Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
b. Tanda dan gejala Minor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
- Tekanan darah meningkat
- pola napas berubah
- nafsu makan berubah
- proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
2. Tanda dan Gejala Nyeri Kronis
a. Tanda dan gejala Mayor
1) Subjektif
- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi (tertekan)
2) Objektif
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
b. Tanda dan gejala Minor
1) Subjektif
- Merasa takut mengalami cedera berulang
2) Objektif
- Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
- Fokus menyempit
- Berfokus pada diri sendiri
C. Pohon masalah

D. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium :
a) Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera
b) Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
c) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi
d) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
h) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i) Ureum
j) Protein
k) Hapusan Luka
l) Urine Lengkap, dll Rontgen : Foto Thorax, dll
2. KG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak

E. Penatalaksanaan medis
Menurut Rahayuningsih (2017) mengatakan bahwa penanganan pertama pada luka
bakar antara lain:
a. Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
b. Memadamkan pakaian yang terbakar
c. Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
d. Menyiram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
e. Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang
kering dan tidak menghantarkan arus (non conductive).
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka bakar
terdapat beberapa prioritas tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu
sebagai berikut:
a. Menghentikan Proses Pembakaran
b. Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera
dilakukan pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak
apabila disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan penderita pada tanah
(drop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk memadamkan api.
Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap mengalami proses perjalanan
pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau direndam
dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman
ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila pertolongan
datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan menimbulkan
hipotermia. Tidak diperbolehkan sekali-kali mengompres luka bakar dengan
kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
c. Perawatan Luka Bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan
kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara
agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar
agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan
di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
1) Penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur,
2) Luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi.
3) Penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.

Konsep Dasar Insomnia


A. Pengertian
Insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan
dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu. Insomnia merupakan
salah satu faktor yang dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup
bisa dipandang dari segi subjektif dan objektif. Segi subjektif merupakan perasaan enak
dan puas atas segala sesuatu secara umum, sedangkan secara objektif adalah
pemenuhan tuntutan kesejahteraan materi, status sosial dan kesempurnaan fisik secara
sosial budaya. Menurut Cella penilaian kualitas hidup penderita insomnia dapat dilihat
pada aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, fungsi sosial, fungsi peran dan perasaan
sejahtera.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth
edition (DSM-IV) insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih
dimana keadaan sulit tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan.
Sebagian besar insomnia terbagi menjadi dua macam, yaitu insomnia primer
dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah insomnia persisten, yang terjadi selama
paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebab yang jelas. Menurut DSM-IV, insomnia
primer yang dialami sebagian seseorang merupakan kombinasi antara kesulitan
memulai tidur dan sangat sering terbangun saat tidur. Sedangkan sebagian orang lagi
hanya mengeluhkan tidur yang tidak memuaskan, dimana individu tersebut merasa
tidurnya kurang berkualitas. Insomnia primer sering diasosiasikan dengan
bertambahnya kondisi fisik dan psikologis pada malam hari yang berkombinasi dengan
kondisi negatif saat tidur. Insomnia sekunder ini merupakan suatu keadaan insomnia
yang berhubungan dengan gangguan mental atau faktor-faktor organik secara
bermakna.
B. Tanda dan Gejala
Insomnia dapat ditandai oleh:
1. Kesulitan Memulai Tidur (Onset Insomnia): Kesulitan untuk tertidur pada awal
malam.
2. Kesulitan Mempertahankan Tidur (Maintenance Insomnia): Bangun tidur di
tengah malam dan kesulitan untuk kembali tidur.
3. Bangun Terlalu Awal (Early Morning Awakening): Terbangun lebih awal dari
yang diinginkan dan sulit untuk kembali tidur.
4. Tidak Merasa Segar Setelah Tidur: Meskipun tidur, tetapi merasa lelah atau
tidak segar saat bangun.
5. Kesulitan Berkonsentrasi atau Fokus: Masalah dalam mempertahankan
perhatian dan konsentrasi selama aktivitas sehari-hari.
6. Perubahan Mood: Perubahan mood seperti iritabilitas, kecemasan, atau depresi
dapat terjadi.
7. Penurunan Kinerja Fisik dan Mental: Insomnia dapat mempengaruhi kinerja
baik secara fisik maupun mental.
C. Pohon masalah

D. Pemeriksaan diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Tes darah, untuk mendeteksi kadar gula darah atau kadar hormon tiroid
2. Polisomnografi atau sleep study, untuk mengetahui aktivitas otak dan kondisi
tubuh pasien saat sedang tidur
3. Pemindaian dengan USG atau CT scan, untuk memeriksa kelainan pada prostat,
jantung. atau sistem pernapasan
E. Penatalaksanaan medis
Tatalaksana Farmakologi yang diterapkan pada penderita Insomnia adalah sebagai
berikut:
1. Benzodiazepine
Benzodiazepine (BZDs) adalah obat yang paling sering digunakan untuk
mengobati insomnia pada usia lanjut. Efek yang ditimbulkan oleh BZDs adalah
menurunkan frekuensi tidur pada fase REM, menurunkan sleep latency, dan
mencegah pasien terjaga di malam hari.
2. Obat golongan non-benzodiazepine yang aman pada usia lanjut yaitu:
a. Zaleplon
Dapat digunakan jangka pendek maupun jangka panjang, tidak ditemukan
terjadinya kekambuhan atau withdrawal symptom setelah obat dihentikan
b. Zolpidem
Zolpidem merupakan obat hipnotik yang berikatan secara selektif pada
reseptor benzodiazepine subtipe 1 di otak. Efektif pada usia lanjut karena tidak
mempengaruhi sleep architecture
c. Eszopiclone
Golongan non-benzodiazepine yang mempunyai waktu paruh paling lama
adalah eszopiclone yaitu selama 5 jam pada pasien usia lanjut. Scharf et al
dalam penelitiannya menyimpulkan eszopiclone 2 mg dapat menurunkan sleep
latency, meningkatkan kualitas dan kedalaman tidur, meningkatkan TST pada
pasien usia lanjut dengan insomnia primer
d. Melatonin reseptor agonist
Melatonin Reseptor Agonist (Ramelteon) obat baru yang direkomendasikan
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi insomnia kronis pada
usia lanjut
e. Sedating Antidepressant
Sedating antidepressant hanya diberikan pada pasien insomnia yang
diakibatkan oleh depresi. Amitriptiline adalah salah satu sedating
antidepressant yang digunakan sebagai obat insomnia, akan tetapi pada usia
lanjut menimbulkan beberapa efek samping yaitu takikardi, retensi urin,
konstipasi, gangguan fungsi kognitif dan delirium.
3. Non medis
a. Terapi relaksasi otot progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi
dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,
2013)
b. Terapi Pemijatan
Terapi pijat merupakan salah satu bentuk terapi alternatif yang banyak
digunakan untuk meredakan gejala penyakit tertentu. Terapi ini tidak hanya
dapat memberikan efek relaksasi, tetapi juga efektif untuk mengatasi stres dan
meredakan nyeri.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan ialah menilai informasi yang dihasilkan dari
pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal yang nantinya akan
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan diagnosa yang berfokus masalah atau risiko.
Pengkajian terdiri dari dua yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam.
Keduanya membutuhkan pengumpulan data, keduanya mempunyai tujuan yang
berbeda.
Menurut Budiono (2016), pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga, dan
dokumentasi rekam medik pasien. Pengkajian keperawatan meliputi riwayat penyakit,
perawatan dan pengobatan yang lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
dan penapisan komplikasi. Adapun format pengkajian keperawatan yaitu:
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
a. Identitas Pasien meliputi:
Nama :
Umur :
TTL :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No.RM :
Tangga Masuk RS :
b. Identitas Penanggung Jawab meliputi:
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Hubungan dengan Pasien :
2. Keluhan Utama
Keluhan uatama merupakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga
membuatnya untuk segera datang ke rumah sakit
3. Keluhan Saat Dikaji
Keluhan saat dikaji merupakan keluhan yang dirasakan pasien saat perawat
melakukan pengkajian di rumah sakit
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan data yang akan diambil saat pengkajian berisi tentang dari kapan
pasien mengalami keluhan yang dirasakan saat ini, perjalanan penyakit pasien
dari sebelum dibawa ke rumah sakit sampai dengan mendapatkan perawatan.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
Merupakan riwayat penyakit yang dideruta pasien, ataupun pasien sempat
dirawat di RS sebelumnya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Merupakan riwayat penyakit keturunan yang diderita oleh keluarga pasien.
Seperti hipertensi dan DM
5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Kebutuhan Pernafasan
Kebutuhan Bernafas :
Kesulitan bernafas : ada/tidak
Kesulitan yang dirasakan : menarik/mengeluarkan nafas
Keluhan yang dirasakan :
b. Pola Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan Nutrisi :
Frekuensi/Porsi makan :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Jenis Makanan :
Makanan yang disukai :
Makanan yang tidak disukai :
Makanan pantangan :
Nafsu makan ;
Perubahan BB 3 bulan terakhir :
c. Pola Eliminasi
1) Buang Air Besar
Frekuensi :
Warna :
Waktu :
Konsistensi :
2) Buang Air Kecil
Frekuensi :
Warna :
Bau :
d. Pola Istirahat dan Tidur
Waktu tidur (jam) :
Lama tidur/hari :
Kebiasaan pengantar tidur :
Kebiasaan saat tidur :
Kesulitan dalam tidur :
e. Pola Gerak dan Aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan :
Olahraga :
Kegiatan di waktu luang :
Kesulitan/keluhan dalam hal ini :
[ ] pergerakan tubuh
[ ] bersolek
[ ] mandi, berhajat
[ ] mudah merasa kelelahan
[ ] mengenakan pakaian
[ ] sesak nafas setelah aktivitas
f. Pola Rasa Aman dan Nyaman
Rasa Aman selama di RS :
Rasa Nyaman ketika di RS :
g. Pola Kebiasaan Seksual
Gangguan Hungungan Seksual :
Pemahaman Terhadap Fungsi Seksual :
h. Pola Pikir
Alat Bantu yang digunakan :
[ ] kaca mata [ ] alat bantu pendengaran
Kesulitan yang dialami :
[ ] Sering pusing
[ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas
dingin [ ] membaca/menulis
i. Pola Persepsi Diri
Hal yang dipikirkan saat ini :
Harapan setelah menjalani perawatan :
Perubahan yang dirasakan selama sakit :
a) Suasana hati :
b) Hubungan / komunikasi
- Bicara
[ ] jelas
[ ] relevan
[ ] mampu mengekspresikan
[ ] mampu mengerti orang lain
Bahasa utama :
Bahasa daerah :
- Tempat tinggal
[ ] sendiri
[ ] bersama orang lain, yaitu……………..
- Kehidupan Keluarga
Adat istiadat yang dianut :
Pembuatan keputusan dalam keluarga :
Pola komunikasi :
Keuangan :
- Kesulitan dalam keluarga
[ ] Hubungan dengan orang tua
[ ] Hubungan dengan sanak keluarga
[ ] Hubungan dengan suami/istri
6. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tekanan Darah :
Suhu :
Nadi :
Pernafasan :
b. Kesadaran :
GCS :
Eye :
Motorik :
Verbal :
c. Keadaan Umum
1) Skala Nyeri :
1. Ringan 2. Sedang 3. Berat
2) Status Gizi :
BB :
TB :
1. Gemuk 2. Kurus 3. Normal
3) Sikap :
1. Tenang 2. Gelisah 3. Menahan nyeri
4) Personal Hygine :
1. Bersih 2. Kotor 3. lain -lain
5) Orientasi waktu/orang/tempat :
1. Baik 2. Terganggu
d. Head To Toe
1) Kepala
Bentuk :
lesi/luka :
2) Rambut
Warna :
Kelainan :
3) Mata
Pengelihatan :
Sklera :
Konjungtiva :
Pupil :
Kelainan :
Data tambahan…….
4) Hidung
Penghidu :
sekret/darah/cairan :
Tarikan cuping hidung :
5) Telinga
Pendengaran :
skret/cairan/darah :
6) Mulut dan Gigi
Bibir :
Mulut dan tenggorokan :
Gigi :
7) Leher
Pembesaran tyroid :
Lesi :
Nadi karotis :
Pembesaran limfoid :
8) Thorax
Jantung :
1. Nadi….. 2. Kekuatan ….. 3. Irama…..
Paru :
1. Frekuensi nafas….. 2. Kwalitas …… 3. Suara nafas…

4. Batuk… 5. Sumbatan jalan nafas……


Retraksi dada :
1. Ada 2. Tidak ada
9) Abdomen
Peristaltik usus :
Kembung :
Nyeri tekan :
Ascites :
10) Genetalia
Pimosis :
Alat bantu :
Kelainan :
11) Kulit
Tugor : 1. Elastis 2. Kering 3. Lain-lain

Laserasi : 1. Luka 2. Memar 3. Lain-lain

Warna kulit : 1. Normal 2. Pucat 3. Cianosis

4. Ikterik 5. lain-lain,.....
12) Ekstremitas
Kekuatan otot :
ROAM : 1. Penuh 2. Terbatas
Hemiplegi/parese : 1. Tidak 2. Ya, Kiri/Kanan
Akral : 1. Hangat 2. Dingin
Capillary refill time : 1. <3 detik 2. > 3 detik
Edema : 1. Tidak 2. Ada, di daerah……
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Lab seperti pemeriksaan darah dan
urine
B. Analisis Data

DATA FOKUS ANALISIS MASALAH

DS (data subyektif): Berisikan analisis Masalah atau diagnosis


Merupakan data yang masalah keperawatan keperawatan yang
didapatkan dari menggunakan pohon diambil
pasien, seperti masalah
keluhan yang
dialami pasien

DO (data obyektif):
Merupakan data yang
diapatkan melalui
pemeriksaan dan melihat
kondisi pasien. Seperti
data TTV pasien dan
kondisi pasien

C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi, agen pencedera fisiologi, agen pencedera fisik
d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
2. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem saraf, penekanan
saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan neurotransmiter,neuromodulator, reseptor,
gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis, kondisi
pasca trauma, tekanan emosional,riwayat penganiayaan. d.d mengeluh nyeri, merasa
depresi(tertekan), tampak meringis, gelisa, tidak mampu menuntaskan aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan), Kurang kontrol tidur, Kurang privasi, Restraint
fisik, Ketiadaan teman tidur, Tidak familiar dengan peralatan tidur d.d Mengeluh sulit
tidur, Mengeluh sering terjaga, Mengeluh tidak puas tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup, Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
D. Rencana Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Hasil

(D.0077) (L.08066) Manajemen nyeri Manajemen nyeri


Nyeri akut Setelah dilakukan (I.08238) (I.08238)
berhubungan Intervensi Tindakan Tindakan
dengan (b.d) agen keperawatan Observasi: Observasi:
pencedera kimiawi,
selama.... X 24 jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
agen pencedera
fisiologi, agen maka tingkat nyeri karakteristik, durasi, mengidentifikasi
pencedera fisik menurun dengan frekuensi, kualitas, lokasi, karakteristik,
dibuktikan dengan kriteria hasil: intensitas nyeri durasi, frekuensi,
(d.d) mengeluh 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala kualitas, intensitas
nyeri, tampak menurun nyeri nyeri
meringis, bersikap 2. Meringis 3. Identifikasi respons 2. Untuk
protektif (mis.
menurun nyeri non verbal mengidentifikasi skala
Waspada, posisi
menghindari nyeri), 3. Sikap protektif 4. Identifikasi factor nyeri
gelisah, frekuensi menurun yang memperberat 3. Untuk
nadi meningkat, 4. Gelisah menurun dan memperingan mengidentifikasi
sulit tidur 5. Kesulitan tidur nyeri respons nyeri non
menurun 5. Identifikasi verbal
Frekuensi nadi pengetahuan dan 4. Untuk
membaik keyakinan tentang mengidentifikasi
nyeri factor yang
6. Identifikasi pengaruh memperberat dan
budaya terhadap memperingan nyeri
respon nyeri 5. Untuk
7. Identifikasi pengaruh mengidentifikasi
nyeri pada kualitas pengetahuan dan
hidup keyakinan tentang
8. Monitor keberhasilan nyeri
terapi komplementer 6. Untuk
yang sudah diberikan mengidentifikasi
9. Monitor efek samping pengaruh budaya
penggunaan analgetic terhadap respon nyeri
7. Untuk
Terapeutik: mengidentifikasi
1. Berikan teknik pengaruh nyeri pada
nonfarmakologis kualitas hidup
untuk mengurangi 8. Untuk memonitor
rasa nyeri (mis. keberhasilan terapi
TENS, hipnosis komplementer yang
akupresur, terapi sudah diberikan
musik, biofeedback, 9. Untuk memonitor efek
terapi pijat, samping penggunaan
aromaterapi, teknik analgetic
imajinasi terbimbing
kompres Terapeutik:
hangat/dingin, terapi 1. memberikan teknik
bermain) nonfarmakologis
2. Kontrol lingkungan untuk mengurangi
yang memperberat rasa nyeri.
rasa nyeri (mis. suhu 2. mengontrol
ruangan, lingkungan yang
pencahayaan, memperberat rasa
kebisingan) nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan 3. memfasilitasi istirahat
tidur dan tidur
4. Pertimbangkan jenis 4. mempertimbangkan
dan sumber nyeri jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan dalam pemilihan
strategi meredakan strategi meredakan
nyeri nyeri

Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, 1. mengetahui penyebab,
periode dan pemicu periode dan pemicu
nyeri nyeri
2. Jelaskan strategi 2. mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor 3. menganjurkan
nyeri secara mandiri memonitor nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. menganjurkan
analgetic secara tepat. menggunakan
5. Ajarkan Teknik analgetic secara tepat
nonfarmakologis 5. mengajarkan Teknik
untuk mengurangi nonfarmakologis
rasa nyeri untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi:
analgetic, jika perlu. 1. mengolaborasi
pemberian analgetic,
Pemberian analgesic jika perlu.
(I.02061)
Tindakan Pemberian analgesic
Observasi: (I.02061)
1. Identifikasi Tindakan
karakteristik nyeri Observasi:
(mis. Pencetus, 1. mengetahui
Pereda, kualitas, karakteristik nyeri
lokasi, intensitas, 2. mengetahui Riwayat
frekuensi, durasi) alergi obat
2. Identifikasi Riwayat 3. mengetahui
alergi obat kesesuaian jenis
3. Identifikasi analgesic
kesesuaian jenis 4. mengetahui tanda
analgesic (mis. tanda vital sebelum
Narkotika, dan sesudah
nonnarkotika, atau pemberian analgesic
NSAID) dengan 5. untuk memonitor
tingkat keparahan efektifitas analgesic
nyeri
4. Monitor tanda tanda Terapeutik:
vital sebelum dan 1. mengetahui jenis
sesudah pemberian analgesia optimal.
analgesic 2. Mengetahui
5. Monitor efektifitas penggunaan Infus
analgesic kontinu, atau bolus
opioid untuk
Terapeutik: mempertahankan
1. Diskusikan jenis kadar dalam serum
analgesik yang 3. Menargetkan
disukai untuk efektifitas analgesic
mencapai analgesia untuk
optimal, jika perlu mengoptimalkan
2. Pertimbangkan respons pasien
penggunaan Infus 4. mendokumentasikan
kontinu, atau bolus respons terhadap efek
opioid untuk analgesic dan efek
mempertahankan yang tidak diinginkan
kadar dalam serum
3. Tetapkan target Edukasi
efektifitas analgesic 1. menjelaskan efek
untuk terapi dan efek
mengoptimalkan samping obat
respons pasien
4. Dokumentasikan Kolaborasi:
respons terhadap efek 1. Mengkolaborasi
analgesic dan efek pemberian dosis dan
yang tidak diinginkan jenis analgesic, sesuai
indikasi.
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, sesuai
indikasi.

(D.0078) (L.08066) Manajemen nyeri Manajemen nyeri


nyeri kronis Setelah dilakukan (I.08238) (I.08238)
berhubungan Intervensi Tindakan Tindakan
dengan kondisi keperawatan Observasi: Observasi:
muskuloskeletal selama.... X 24 jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
kronis, kerusakan maka tingkat nyeri karakteristik, durasi, mengidentifikasi
sistem saraf, menurun dengan frekuensi, kualitas, lokasi, karakteristik,
penekanan saraf, kriteria hasil: intensitas nyeri durasi, frekuensi,
infiltrasi tumor, 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala kualitas, intensitas
ketidakseimbangan menurun nyeri nyeri
neurotransmiter,ne 2. Meringis 3. Identifikasi respons 2. Untuk
uromodulator, menurun nyeri non verbal mengidentifikasi skala
reseptor, gangguan 3. Sikap protektif 4. Identifikasi factor nyeri
imunitas, gangguan menurun yang memperberat 3. Untuk
fungsi metabolik, 4. Gelisah menurun dan memperingan mengidentifikasi
riwayat posisi kerja 5. Kesulitan tidur nyeri respons nyeri non
statis, kondisi pasca menurun 5. Identifikasi verbal
trauma, tekanan Frekuensi nadi pengetahuan dan 4. Untuk
emosional,riwayat membaik keyakinan tentang mengidentifikasi
penganiayaan. nyeri factor yang
dibuktikan dengan 6. Identifikasi pengaruh memperberat dan
mengeluh nyeri, budaya terhadap memperingan nyeri
merasa respon nyeri 5. Untuk
depresi(tertekan), 7. Identifikasi pengaruh mengidentifikasi
tampak meringis, nyeri pada kualitas pengetahuan dan
gelisa, tidak hidup keyakinan tentang
mampu 8. Monitor keberhasilan nyeri
menuntaskan terapi komplementer 6. Untuk
aktivitas yang sudah diberikan mengidentifikasi
9. Monitor efek samping pengaruh budaya
penggunaan analgetic terhadap respon nyeri
7. Untuk
Terapeutik: mengidentifikasi
1. Berikan teknik pengaruh nyeri pada
nonfarmakologis kualitas hidup
untuk mengurangi 8. Untuk memonitor
rasa nyeri (mis. keberhasilan terapi
TENS, hipnosis komplementer yang
akupresur, terapi sudah diberikan
musik, biofeedback, 9. Untuk memonitor efek
terapi pijat, samping penggunaan
aromaterapi, teknik analgetic
imajinasi terbimbing
kompres Terapeutik:
hangat/dingin, terapi 1. memberikan teknik
bermain) nonfarmakologis
2. Kontrol lingkungan untuk mengurangi
yang memperberat rasa nyeri.
rasa nyeri (mis. suhu 2. mengontrol
ruangan, lingkungan yang
pencahayaan, memperberat rasa
kebisingan) nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan 3. memfasilitasi istirahat
tidur dan tidur
4. Pertimbangkan jenis 4. mempertimbangkan
dan sumber nyeri jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan dalam pemilihan
strategi meredakan strategi meredakan
nyeri nyeri

Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, 1. mengetahui penyebab,
periode dan pemicu periode dan pemicu
nyeri nyeri
2. Jelaskan strategi 2. mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor 3. menganjurkan
nyeri secara mandiri memonitor nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. menganjurkan
analgetic secara tepat. menggunakan
5. Ajarkan Teknik analgetic secara tepat
nonfarmakologis 5. mengajarkan Teknik
untuk mengurangi nonfarmakologis
rasa nyeri untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian kolaborasi:
analgetic, jika perlu. 1. mengolaborasi
pemberian analgetic,
perawatan kenyamanan jika perlu.
(I.08245)
Observasi perawatan kenyamanan
1. Identifikasi gejala (I.08245)
yang tidak Observasi
menyenangkan (mis, 1. menilai kondisi
mual, nyeri, gatal, kesehatan seseorang
sesak) dan merancang
2. Identifikasi intervensi atau
pemahaman tentang perawatan yang sesuai
kondisi, situasi dan 2. membangun hubungan
perasaannya terapeutik,
3. Identifikasi masalah meningkatkan
emosional dan kepercayaan, dan
spiritual memfasilitasi proses
penyembuhan.
Terapeutik 3. membantu dalam
1. Berikan posisi yang merencanakan
nyaman intervensi yang
2. Berikan kompres holistik, menyediakan
dingin atau hangat dukungan psikologis
3. Ciptakan lingkungan yang dibutuhkan, dan
yang nyaman memastikan pelayanan
4. Berikan pemijatan kesehatan yang
5. Berikan terapi komprehensif.
akupresur
6. Berikan terapi terapeutik
hipnosis 1. agar pasien nyaman
7. Dukung keluarga dan saat tindakan
pengasuh terlibat dilangsungkan
dalam 2. membantu meredakan
terapi/pengobatan nyeri pasien
8. Diskusikan mengenai 3. agar pasien nyaman
situasi dan pilihan melakukan perawatan
terapi/pengobatan 4. agar nyeri pasien
yang diinginkan berkurang
5. mengurangi
Edukasi ketegangan otot,
1. Jelaskan mengenai meningkatkan
kondisi dan pilihan sirkulasi darah, dan
terapi/pengobatan meredakan berbagai
2. Ajarkan terapi gejala fisik
relaksasi 6. membantu mengelola
3. Ajarkan latihan stres, mengatasi
pernapasan kecemasan, dan
4. Ajarkan teknik memfasilitasi
distraksi dan perubahan perilaku
imajinasi terbimbing 7. memberikan
dukungan emosional
Kolaborasi dan praktis yang
1. Kolaborasi pemberian sangat dibutuhkan.
analgesik, 8. mendukung
antipruritus, pengambilan
antihistamin, jika keputusan berdasarkan
perlu kebutuhan dan
preferensi individu.
terapi relaksasi (I.09326) Ini menciptakan
Observasi hubungan yang
1. identifikasi kolaboratif antara
penurunan tingkat pasien dan penyedia
energi, layanan kesehatan
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau edukasi
gejala lain yang 1. membantu pasien dan
mengganggu keluarga memahami
kemampuan kognitif apa yang dihadapi,
2. Identifikasi teknik mengapa suatu
relaksasi yang pernah tindakan diperlukan
efektif digunakan 2. membantu
3. Identifikasi mengurangi tingkat
kesediaan, stres dan ketegangan
kemampuan, dan otot
penggunaan teknik 3. membantu pasien agar
sebelumnya teralihkan dari nyeri
4. Periksa ketegangan yang diderita
otot, frekuensi nadi, 4. membantu pasien
tekanan darah, dan mengalihkan
suhu sebelum dan pikirannya dari nyeri
sesudah latihan yang diderita
5. Monitor respons
terhadap terapi terapi relaksasi (I.09326)
relaksasi Observasi
1. memahami kondisi
Terapeutik individu agar tidak
1. Ciptakan lingkungan terjadi tanda stress
tenang dan tanpa 2. mengetahui terapi apa
gangguan dengan yang paling efektif
pencahayaan dan yang telah digunakan
suhu ruang nyaman, 3. Menilai kesediaan,
jika memungkinkan kemampuan, dan
2. Berikan informasi sejauh mana teknik
tertulis tentang relaksasi sebelumnya
persiapan dan telah digunakan
prosedur teknik membantu dalam
relaksasi merencanakan
3. Gunakan pakaian intervensi yang sesuai
longgar 4. memberikan informasi
4. Gunakan nada suara objektif tentang
lembut dengan irama respons tubuh
lambat dan berirama terhadap latihan atau
5. Gunakan relaksasi teknik relaksasi.
sebagai strategi 5. membantu mengukur
penunjang dengan kemajuan dan
analgetik atau mengevaluasi
tindakan medis lain, efektivitas intervensi.
jika sesuai
terapeutik
Edukasi 1. agar pasien merasa
1. Jelaskan tujuan, nyaman saat
manfaat, batasan, dan dilakukannya tindakan
jenis relaksasi yang keperawatan
tersedia (mis. musik, 2. membantu pasien
meditasi napas dalam, lebih memahami
relaksasi otot kegiatan yang akan
progresif) dilakukan
2. Jelaskan secara rinci 3. agar pasien tidak
intervensi relaksasi sesak saat melakukan
yang dipilih terapi relaksasi
3. Anjurkan mengambil 4. agar pasien tetap
posisi nyaman kooperatif dengan
4. Anjurkan rileks dan perawat
merasakan sensasi 5. meningkatkan
relaksasi efektivitas pemberian
5. Anjurkan sering obat
mengulangi atau
melatih teknik yang edukasi
dipilih 1. agar pasien
6. Demonstrasikan dan mengetahui jenis jenis
latih teknik relaksasi terapi relaksasi
(mis. napas dalam, 2. agar pasien mudah
peregangan, atau memahami tindakan
imajinasi terbimbing) yang diberikan
3. agar pasien merasa
nyaman selama
tindakan
4. agar pasien dapat
merasakan tindakan
terapi
5. agar pasien dapat
melakukan terapi
sendiri saat diperlukan
6. agar pasien
memahami seperti apa
saja tindakan terapi
yang dijalani.

(D.0055) (L.05045) Intervensi Utama 1. (I.05174)


Gangguan Pola Pola Tidur 1. (I.05174) Dukungan Tidur
Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur Tindakan
berhubungan Intervensi Tindakan Observasi :
dengan (b.d) keperawatan Observasi : - Untuk
Hambatan selama.... X 24 jam - Identifikasi pola mengidentifikasi pola
lingkungan (mis. maka Pola Tidur aktivitas dan tidur aktivitas dan tidur
kelembapan membaik dengan - Identifikasi faktor - Untuk
lingkungan sekitar, kriteria hasil: pengganggu tidur mengidentifikasi
suhu lingkungan, 1. Keluhan sulit (fisik dan atau faktor pengganggu
pencahayaan, tidur meningkat psikologis) tidur (fisik dan atau
kebisingan, bau 2. Keluhan sering - Identifikasi makanan psikologis)
tidak sedap, jadwal terjaga meningkat dan minuman yang - Untuk
pemantauan/pemeri 3. Keluhan tidak mengganggu tidur mengidentifikasi
ksaan/tindakan), puas tidur (mis. kopi, teh, makanan dan
Kurang kontrol meningkat alkohol, makan minuman yang
tidur, Kurang 4. Keluhan pola mendekati waktu mengganggu tidur
privasi, Restraint tidur berubah tidur, minum banyak (mis. kopi, teh,
fisik, Ketiadaan meningkat air sebelum tidur) alkohol, makan
teman tidur, Tidak 5. Keluhan istirahat - Identifikasi obat tidur mendekati waktu
familiar dengan tidak cukup yang dikonsumsi tidur, minum banyak
peralatan tidur, meningkat Teraprutik : air sebelum tidur)
dibuktikan dengan 6. Kemampuan - Modifikasi - Untuk
(d.d) Mengeluh beraktivitas lingkungan (mis. mengidentifikasi obat
sulit tidur, menurun pencahayaan, tidur yang dikonsumsi
Mengeluh sering kebisingan, suhu, Teraprutik :
terjaga, Mengeluh matras, dan tempat - Untuk membuat
tidak puas tidur, tidur) Batasi waktu pasien nyaman
Mengeluh pola tidur siang, jika perlu - Untuk menghilangkan
tidur berubah, - Fasilitasi stress sebelum tidur
Mengeluh istirahat menghilangkan stress - Untuk mengatur
tidak cukup, sebelum tidur jadwal tidur rutin
Mengeluh - Tetapkan jadwal tidur - Untuk meningkatkan
kemampuan rutin kenyamanan
beraktivitas - Lakukan prosedur - Untuk menunjang
menurun untuk meningkatkan siklus tidur-terjaga
kenyamanan (mis. Edukasi :
pijat, pengaturan - Untuk memberikan
posisi, terapi informasi pentingnya
akupresur) tidur cukup selama
- Sesuaikan jadwal sakit
pemberian obat - Untuk mengatur
dan/atau tindakan kebiasaan waktu tidur
untuk menunjang - Untuk menghindari
siklus tidur-terjaga makanan/minuman
Edukasi : yang mengganggu
- Jelaskan pentingnya tidur
tidur cukup selama - Untuk membantu
sakit pasien tidur
- Anjurkan menepati - Untuk memberikan
kebiasaan waktu tidur indormasi tentang
- Anjurkan faktor - faktor yang
menghindari berkontribusi terhadap
makanan/minuman gangguan pola tidur
yang mengganggu (mis. psikologis, gaya
tidur hidup, sering berubah
- Anjurkan penggunaan shift bekerja)
obat tidur yang tidak - Agar pasien bisa
mengandung supresor mekakukan relaksasi
terhadap tidur REM otot autogenik atau
- Ajarkan faktor - cara nonfarmakologi
faktor yang lainnya
berkontribusi
terhadap gangguan 2. (I.12362)
pola tidur (mis. Edukasi
psikologis, gaya Aktivitas/Istirahat
hidup, sering berubah Tindakan
shift bekerja) Observasi :
- Ajarkan relaksasi otot - Untuk
autogenik atau cara mengidentifikasi
nonfarmakologi kesiapan dan
lainnya kemampuan menerima
informasi
2. (I.12362) Terapeutik :
Edukasi - Untuk memberikan
Aktivitas/Istirahat pendidikan kesehatan
Tindakan sesuai kesepakatan
Observasi : Edukasi :
- Identifikasi kesiapan - Untuk memberikan
dan kemampuan informasi pentingnya
menerima informasi melakukan aktivitas
Terapeutik : fisik/olahraga secara
- Sediakan materi dan rutin
media pengaturan - Untuk menganjurkan
aktivitas dan istirahat pasien terlibat dalam
- Jadwalkan pemberian aktivitas kelompok,
pendidikan kesehatan aktivitas bermain atau
sesuai kesepakatan aktivitas lainnya
- Berikan kesempatan - Untuk menganjurkan
kepada pasien dan menyusun jadwal
keluarga untuk aktivitas dan istirahat
bertanya - Untuk
Edukasi : mengidentifikasi
- Jelaskan pentingnya kebutuhan istirahat
melakukan aktivitas (mis. kelelahan, sesak
fisik/olahraga secara napas saat aktivitas)
rutin - Untuk
- Anjurkan terlibat mengidentifikasi
dalam aktivitas target dan jenis
kelompok, aktivitas aktivitas sesuai
bermain atau aktivitas kemampuan
lainnya
- Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
- Anjurkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(mis. kelelahan, sesak
napas saat aktivitas)
- Ajarkan cara
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas sesuai
kemampuan
E. Implementasi Keperawatan
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan. Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
diantaranya observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI. 2018). Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan
evaluasi. Intervensi keperawatan ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, memfasilitasi koping serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar tercapainya tujuan dan kriteria hasil
yang sudah dibuat dalam intervensi.

Tgl/Jam No DX Implementasi Respon Paraf /


Nama

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan fase terakhir dalam proses keperawatan
(Kozier et al., 2011). Evaluasi dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana,
untuk melihat perkembangan pasien dan untuk melihat apakah tindakan
keperawatan yang dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain, setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan dan hasilnya
segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi dapat melibatkan pasien, keluarga
dan tim kesehatan, evaluasi yang dilakukan sesuai dengan standar dalam asuhan
keperawatan. Evaluasi terdiri dari evaluasi sumatif yang dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan dan
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama proses berlangsung.
Evaluasi keperawatan didokumentasikan dengan komponen SOAP yang berisikan:
Tgl/Jam No DX Evaluasi Hasil Paraf

S (Subjektif) merupakan
informasi berupa ungkapan yang
didapat dari pasien setelah
tindakan diberikan.
O (Objektif) merupakan
informasi yang didapat berupa
hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Analisis) merupakan
membandingkan antara
informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi.
P (Planning) merupakan
rencana keperawatan lanjutan
yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, A. A., & Sugeng, H. (2012). Gangguan Insomnia pada Mahasiswa yang Menyusun
Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri
Semarang). Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 4(3), 3.

Indriyani, D. P. R., & Gustawan, I. W. (2020). Manifestasi klinis dan penanganan demam
berdarah dengue grade 1: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis, 11(3), 1015–
1019. https://doi.org/10.15562/ism.v11i3.847

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pengertian DBD.

Nurdin, M. A., Arsin, A. A., & Thaha, R. M. (2018). Kualitas Hidup Penderita Insomnia
Pada Mahasiswa. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2), 128.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3464

Mahardika, I. G. W. K., Rismawan, M., & Adiana, I. N. (2023). Hubungan Pengetahuan


Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Dbd Pada Anak Usia Sekolah Di Desa
Tegallinggah. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 7(1), 51–57.
https://doi.org/10.37294/jrkn.v7i1.473

Mubarak, W., Nurul, C., Joko, S. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur
Tetap Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Permana, M. G. C. (2013). Insomnia dan Hubungannya Terhadap Faktor Psikososial pada


Pelayanan Kesehatan Primer. E-Jurnal Medika Udayana, 2(2), 4–5.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Yosepa, A., M. (2022). Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia
Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu Tahun 2022. Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 7 Maret 2024


Nama Pembimbing / CT: Nama Mahasiswa

I Made Wedri, A.Per.Pen., S.Kep., Ns., M.Kes. Anak Agung Gde Agung Mahotama
NIP: 196106241987032002 Putra
NIM: P07120222023

Anda mungkin juga menyukai