Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN BENIGNA HIPERPLASI BPH(NYERI)


RSUD DR. DORIS SYLVANUS

Disusun Oleh :

Rifky Shafarullah

NIM: PO.62.20.1.22.040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XXV A

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang Membuat Laporan Pendahuluan,

Nama Mahasiswa : Rifky Shafarullah

Nim : PO6220122040

Tingkat/Semester : Semester III

Program studi : D-III Keperawatan Reg25a

Tahun Akademik :2022/20023

Yang Menyetujui Laporan Pendahuluan,

Pemimbik Klinik : Riko, Amd.Kep

Pemimbing Institusi : Ns.Maria Magdalena, S.Kep,.MmedEd

:Ns, Sucipto Dwitantan, M.Kep,. Sp. KMB

Palangka Raya, November 2023

Pemimbing Klinik Pemimbing Institusi

Riko, Amd.Kep Ns, Sucipto Dwitantan, M.Kep,.Sp. KMB


A. Pengertian
Nyeri adalah penyakit yang ditandai dengan sensasi tidak menyenangkan yang hanya
dapat dijelaskan secara akurat oleh orang yang mengalaminya, karena pengalaman rasa sakit
dan ketidaknyamanan setiap orang berbeda (Alimul, 2015). Nyeri adalah pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak nyaman yang terjadi sebagai akibat dari kerusakan jaringan , atau
kerusakan jaringan yang ada atau yang akan datang. Menurut International Association for the
Study of Pain (IASP), nyeri adalah fenomena rumit yang tidak hanya mencakup respons fisik
atau mental, tetapi juga emosi emosional individu. Penderitaan seseorang atau individu dapat
menjadi penyebab utama untuk mencari perawatan medis, dan juga dapat menjadi alasan
individu untuk mencari bantuan medis. Kenyamanan individu diperlukan, dan itu harus
menyenangkan. Sakit merupakan kebutuhan penderitanya. Nyeri adalah keadaan tidak nyaman
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang terjadi dari suatu daerah tertentu (Siti Cholifah,
et al 2020). Sehingga dari pernyataan diatas, nyeri adalah suatu stimulus yang tidak
menyenangkan dan sangat kompleks yang dapat diamati secara verbal maupun nonverbal.

B. Etiologi
Etiologi nyeri
a. Trauma
1. Mekanik, rasa nyeri timbuk akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka dll.
2. Thermis, nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas dingin,
misalnya kena api.
3. Khermis, nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa akut.
4. Elektrik, nyeri timbul karena aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang
menimbulkan kekejanga otot dan luka bakar.
b. Neoplasma
1. Jinak
2. Ganas
c. Peradangan – nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
e. Trauma psikologis

C. Tanda Dan Gejala


Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut:
1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif : mengeluh nyeri
b. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
2. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : tidak tersedia Objektif : tekanan darah meningkat,
pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
D. Patofisiologi
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut.Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif
nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.Rangsang
nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan visera. Sel yang nekrotik akan melepaskan K+ dan
protein intrasel yang dapat mengakibatkan inflamasi. Mediator penyebab nyeri akan
dilepaskan. Leukotrien, prostatglandin E2, dan histamine akan mensensitisasi
nosiseptor selain itu lesi jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah sehingga melepaskan
bradikinin dan serotonin. Jika terdapat penyumbatan pembuluh darah, akan terjadi iskemia dan
penimbunan K+ dan H+ ekstrasel yang diakibatkan akan semakin mengaktifkan nosiseptor
yang telah tersensitasi. Perangsangan nosiseptor melepaskan substansi peptide P (SP) dan
peptide yang berhubungan dengan gen kalsitonin (CGRP), yang meningkatkan respon
inflamasi dan menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas vaskular.

E. Pemeriksaan Penunjang
EKG (Elektrokardiografi)
Pemeriksaan ini merupakan suatu penilaian yang berguna untuk mencatat data
tentang aktivitas listrik jantung, denyut jantung, dan integritas konduksi listrik
jantung. fungsi dari pemeriksaan EKG yaitu untuk mengetahui aritmia
jantung, hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemia dan infark miokard, efek
obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia, gangguan keseimbangan
elektrolit khususnya kalium, serta penilaian fungsi pacu jantung
ECG (Echocardiography)
Echocardiography adalah tes ultrasound non-invasif yang digunakanan untuk
memeriksa ukuran, bentuk dan pergerakan struktur jantung. fungsi dari ECG
yaitu mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi. Selain itu ECG juga dapat dipergunakan dalam
membedakan berbagai murmur jantung
Rontgen dada
Pemeriksaan rontgen dada dilakukan bertujuan untuk menunjukkan adanya
pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik
atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
Sean jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung
Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kiri dan kanan, stenosis katup atau insufisiensi serta mengkaji
potensi arteri koroner
Elektrolit
Dapat berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik
Oksimetri nadi Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM
AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalisis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan penekanan karbondioksida
Enzim jantung
Meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung, misalnya infark
miokard

F. Pathway
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri Distraksi (mengalihkan perhatian
terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang)
Kompres hangat
3. Mengajarkan teknik relaksasi
2. Penatalaksanaan Medis
a. penatalaksanaan medis untuk CHF yaitu: mengurangi beban miokardial, dengan
pemberian diuretik, menempatkan klien pada posisi semi fowler untuk
mengurangi dispnea, mengurangi retensi cairan, retensi cairan dan natrium,
pemberian obat inotropik, pemberian oksigen, pemberian inhibitor ACE, dan
mengurangi stress.

H. Pengkajian Fokus
1. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah.
2. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.
3. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringar, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat menggunakan
skala dari 0-10.
4. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana
timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.

I. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


1. D.0077 Nyeri Akut
2. D.0078 Nyeri Kronis

J. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. D.0077 Nyeri Akut Setelah dilakukan dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan …x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri akut karakteristik,
pada pasien pasien dapat berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
berkurang atau hilang dengan kriteria intensi intensitas nyeri tas
hasil: nyeri
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Skala nyeri (0-3) 3. Monitor efek
2. Pasien tidak meringis samping penggunaan
3. Klien tidak gelisah analgetik 4. Berikan teknik
4. Tidak mengalami kesulitan tidur norfarmakologi
5. Frekuensi Nadi dalam rentang normal untuk mengurangi rasa
(80- nyeri
100 x/menit) 5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Ajarkan teknik non
farmakologi
untuk mengurangi nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetic
Pemberian Analgesik
1. Identifikasi karakteristik
nyeri
2. Identifikasi kesesuaian
jenis
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon px
4. Jelaskan efek terapi dan
efek
samping obat
5. Koraborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik

2. D.0078 Nyeri Kronis Setelah dilakukan dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan …x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri kronis pada pasien karakteristik,
dapat berkurang berkurang atau hilang durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
Kontrol Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Klien mampu melaporkan nyeri 3. Monitor efek
terkontrol 2. Klien mampu mengenali samping penggunaan
penyebab nyeri analgetik
3. Klien mampu menggunakan teknik 4. Berikan teknik
nonfarmakologi norfarmakologi
4. Skala nyeri klien berkurang (0-3) untuk mengurangi rasa
nyeri
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Ajarkan teknik non
farmakologi
untuk mengurangi nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetic
Perawatan Kenyamanan
1. Identifikasi gejala yang
tidak
menyenangkan
2. Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Berikan posisi yang
nyaman
4. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
5. Berikan terapi akupresure
6.Ajarkan tentang teknik
relaksasi

Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) dan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

K. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi

L. Evaluasi
1. Nyeri Akut
a. Klien mengatakan nyeri berkurang (0-3)
b. Klien tidak meringis
c. Klien tidak gelisah
d. Klien tidak mengalami kesulitan tidur
e. Frekuensi Nadi dalam rentang normal (80-100 x/menit)
2. Nyeri Kronis
a. Klien mampu melaporkan nyeri terkontrol
b. Klien mampu mengenali penyebab nyeri
c. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasi Definisi dan Kriteria Hasil . DPP PPNI.

Wahyudi, A. S. dan A. W. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Keperawatan Dasar . Mitra
Wacana Media.
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai