Oleh:
Ni Wayan Krisma Andiani
(P07120014063)
Tingkat II.2 D III Keperawatan
&
Perry,
2006)
megungkapkan
NYERI AKUT
NYERI KRONIS
b. Kulit kering,hangat
c. Pupil normal atau dilatasi
d. Terus berlanjut setelah
penyembuhan
Klien tampak depresi
menarik diri
Klien menunjukkan perilaku yang Klien
sering
mengindikasikan
rasa
nyeri
menangis,menggosok
5
6
kali
dan
tidak
c. Sifat Nyeri
Walaupun nyeri merupakan sebuah pengalaman universal, sifat pastinya
tetap menjadi sebuah misteri. Diketahui bahwa nyeri sangat bersifat subjektif
dan individual dan bahwa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan
tubuh yang menandakan adanya masalah. Nyeri yang tidak ditangani
menyebabkan
bahaya
fisiologis
dan
psikologis
bagi
kesehatan
dan
penyembuhannya.
d. Fisiologi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis
dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan
nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri
sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersiapkan nyeri.
e. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Kontrol)
Teori Gate Kontrol dari Melzack dan Wall (1965), mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan
disepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di selsel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medula spinalis,
talamus, dan sistem limbik. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori
dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron
delta-A dan C melepaskan substansi P untuk menstransmisikan impuls melalui
mekanisme petahanan. Neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.
Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C,
maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien akan mempersepsikan
nyeri.
Saat impuls diantarkan ke otak, terdapat pusat korteks yang lebih tinggi
di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan
opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang
berasal dari tubuh. Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan
dengan menghambat pelepasan substansi P.
pendeskripsi
verbal
(Verbal
Descriptor
Scale,
VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang
tidak tertahankan.
b. Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
c. Skala Analog Visual
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
Untuk mengukur skala nyeri pada pasien pra operasi apendisitis,
peneliti menggunakan skala nyeri numerik. Karena skala nyeri numerik
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan teknik relaksasi progresif. Selain itu selisih antara
penurunan dan peningkatan nyeri lebih mudah diketahui dibanding skala
yang lain.
B. GEJALA DAN TANDA
1. Nyeri Akut
a. Mayor : Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan
tentang kualitas nyeri dan intensitasnya.
b. Minor :
Pupil dilatasi
Posisi berhati-hati
Raut wajah kesakitan
Menangis, merintih
dan keluarga.
Peka rangsangan
imobilitas
Depresi
nyeri.
Ansietas
Tampak lunglai
Berfokus pada diri sendiri
Kerusakan Sel
Reseptor Nyeri
Tekanan mekanis,deformasi
Dan suhu ekstrim
Dihantarkan
Serabut tipe delta A
Serabut tipe C
Medula Spinalis
Sistem Aktivas
Sistem Aktivitas
Area Grisea
Retikular
Retikular
Periakueduktus
Talamus
Hipotalamus dan
Talamus
Sistem Limbik
Otak
Nyeri
Akut
Nyeri
Persepsi
Nyeri
Kronis
Akibat Nyeri
Gerakan Tubuh
seperti: Gelisah
Interaksi
Sosial seperti:
menghindari
kontak sosial
Vokalisasi
Seperti:
Mengaduh
Ekspresi
Wajah
Seperti:
meringis
D. PEMERIKSAAN DIAGOSTIK
a. Riwayat Penyakit Klien
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Farmakologi
a. Distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu yang
menarik, misalnya menonton TV (Priharjo,1996)
b. Stimulasi kulit, seperti kompres dingin, Counteriten (plester
hangat), contralateral (message kulit pada area yang berlawanan
dengan nyeri)
2. Farmakologi (Analgesik Non Narkotik)
a. Nyeri ringan I (Farmakologi I)
Aspi
aminofen 325-650 mg 4-6 jam sekali.
b. Nyeri ringan (Farmakologi II)
Aset
Ibup
Keto
Sodi
Aset
Ibup
Sodi
Tram
Mor
vin bila terapi non narkotik tidak efektif pada riwayat terapi
narkotik pada nyeri
Anal
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
(pemicu)
yaitu
faktor
yang
mempengaruhi
gawat
atau
ringannyanyeri.
Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.
T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
1) Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu
perawt memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping
terhadap aspek, antara lain :
a. Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien
untuk menunjukkan semua daerah yang di rasa tidak
nyaman.Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan
bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai
bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat
bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih
dari satu sumber nyeri.
b. Intensitas
Skala Nyeri:
c. Kualitas Nyeri
sebab
informasi
yang
akurat
dapat
ahli
penyakit
akupuntur
dll)
yang
dalam,ahli
telah
tulang,ahli
klien
gunakan
pelayanannya.
f. Gejala Penyerta
nyeri
pusing,konstipasi
(misalnya:
dan
mual,nyeri
gelisah).Gejala
kepala,
penyerta
G. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
Definisi
Peng
Age
2. Nyeri kronis
Definisi
Peng
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian
1. Untuk menentukan
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
dilakukan untuk
lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi,
kualitas
keluarga dapat
tentang nyeri
3. Ajarkan
metode
Distraksi
nyeri
4. Ajarkan
teknik
relaksasi
progresif
pada klien.
5. Minimalkan
yang
selama
faktor
meningkatkan
nyeri.
6.Berkolaborasi
dokter
pemberian
analgetik
dengan
untuk
obat
mengetahui tentang
penanganannya.
3. Agar klien dapat
mengalihkan
perhatiannya sehingga
tidak terfokus pada
rasa nyeri yang
dialaminya.
4. Untuk membantu
menurunkan
ketegangan otot yang
dialami klien.
5. Untuk
meningkatkan
kenyamanan klien.
6. Obat analgetik
dapat membantu
mengurangi nyeri
pada klien.
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
mengunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
- Menyatakan rasa
aman setelah nyeri
berkurang
1. Lakukan
1. Untuk menentukan
pengkajian nyeri
secara komprehensif
dilakukan untuk
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
klien
frekuensi, kualitas
2. Agar perawat
dan faktor
mengetahui keadaan
presipitasi
klien dan
2. Monitor keadaan
klien
3. Jelaskan pada
klien dan keluarga
mempermudah
melakukan tindakan
keperawatan
3. Agar klien dan
keluarga mengetahui
cara penanganannya
4. Ajarkan klien
teknik non
mengalihkan
farmakologi (teknik
relaksasi
menghilangkan
progresif,teknik
ketegangan otot
distraksi )
5. Tingkatkan
kegiatan istirahat
tidur klien.
6. Berkolaborasi
5. Untuk
meningkatkan pola
tidur klien
7. Obat analgetik
dapat membantu
mengurangi nyeri
lain dalam
pada klien.
pemberian obat
analgetik
4.Tida
ada
ketegangan
otot
I. REFERENSI
Saku
Diagnosis
Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta : EGC
Wilkinson, Juidith M dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan NANDA Nic Noc Edisi 9. Jakarta : EGC
Mengetahui
Pembimbing
Praktik
(
NIP.
Mengetahui
Pembimbing Akademik