Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH


PATOLOGIS BERBAGAI SISTEM TUBUH : HIPERTERMIA DAN HIPOTERMIA

Dosen Pembimbing
Ni Made Wedri, A.Per.Pen, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Anak Agung Gde Agung Mahotama Putra

NIM : P07120222023

Kelas : 2A/Sarjana Terapan

Kelompok :3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2023/2024
A. KONSEP HIPERTERMIA DAN HIPOTERMIA
1. Konsep Hipertermia
a. Definisi
Hipertermi adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang
normal tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut Arif Muttaqin (2014)
hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Hipertermi merupakan peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu tubuh diatas normal yaitu
diatas 38°C (Anisa, 2019). Penanganan hipertermi dilakukan dengan 2 tindakan
yaitu tindakan farmakologi, tindakan non farmakologi maupun kombinasi dari
keduannya.
b. Tanda dan Gejala
Menurut Huda (2013) beberapa tanda dan gejala pada hipertermi, antara
lain sebagai berikut :
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal;
2) Konvulsi (kejang);
3) Kulit kemerahan;
4) Pertambahan RR;
5) Takikardi;
6) Saat disentuh tangan terasa hangat;
7) Fase fase terjadinya hipertermia.
c. Pathway

d. Pemeriksaan Penunjang
Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera
di lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat Celcius
dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil
akhir. Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh
yang disebabkan karena set point di pusat pengatur suhu di otak. Suatu nilai suhu
tubuh dikatakan demam jika melebihi 37, 2 derajat Celcius pada pengukuran di
pagi hari dan atau melebihi 37, 7 derajat Celcius pada pengukuran di sore hari.
Ada banyak metode yang digunakan untuk hipertermia. Berdasarkan luas area
yang diterapi, terbagi atas hipertermia lokal, hipertermia regional, dan hipertermia
total (seluruh tubuh).
1) Hipertermi Lokal
Pada hipertermia lokal pemanasan dilakukan pada area yang terbatas,
dalam hal ini jaringan kanker. Sumber panas yang digunakan antara lain
gelombang mikro, gelombang radio, dan gelombang suara frekuensi tinggi.
Untuk kanker yang terletak di permukaan tubuh atau dekat dengan kulit, alat
penghasil panas diletakkan di dekat tumor, kemudian pancaran gelombang
diarahkan kearea yang hendak dipanaskan. Jika kanker terletak di dalam atau
di sekeliling lubang-lubang tubuh sumber panas dimasukkan ke dalamnya
menggunakan alat khusus agar pemanasan langsung mengenai sasaran.
Sedang jika lokasi tumor jauh di dalam tubuh, misalnya pada kanker otak,
teknik yang digunakan adalah interstitial.
2) Hipertermi Regional

Hipertermia regional bertujuan untuk memanaskan area tubuh yang


lebih luas seperti seluruh lengan, tungkai, organ-organ tubuh, dan saluran-
saluran tubuh. Ada beberapa teknik yaitu:
a) Teknik pertama untuk kanker yang dekat lubang atau sepanjang saluran
tubuh seperti kanker mulut atau leher rahim, kanker kandungan, kanker
kandung kencing. Alat pemanas diletakkan di dekat lubang atau di dalam
saluran, kemudian pancaran panas dari gelombang mikro atau gelombang
radio diarahkan ke jaringan kanker yang menjadi sasaran.
b) Teknik kedua yaitu regional perfusion, untuk mengobati kanker di lengan
dan kaki,atau di dalam organ-organ tubuh seperti hati dan paru-paru.
Caranya, sebagian darah penderita dikeluarkan, dipanaskan, lalu dipompa
kembali ke dalam lengan, kaki, atau organ tersebut. Teknik ini biasanya
dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.
c) Teknik ketiga adalah CHPP (Continuous Hyperthermic Peritoneal
Perfusion) digunakan untuk mengobati kanker di dalam rongga perut
seperti peritoneal mesothelioma. Selama pembedahan, obat kemoterapi
dipanaskan kemudian dialirkanke dalam rongga perut, sehingga suhunya
mencapai 41, 1 derajat C - 42, 2 derajat C.

3) Hipertermi Total
Untuk kanker yang sudah bermetastase (menyebar) ke seluruh tubuh,
dilakukan hipertermia total (whole body hyperthermia). Penderita diselimuti
dengan selimut listrik atau air panas, atau dimasukkan ke dalam ruang panas
(semacam inkubator) untuk membuat suhu tubuhnya meningkat sampai 41,7
derajat C - 43, 8 derajat C.
e. Penatalaksanaan
1) Tindakan Farmakologis
Tindakan menurunkan suhu mencakup intervensi farmakologi yaitu
dengan pemberian antipiretik. Obat yang umum digunakan untuk
menurunkan demam dengan berbagai penyebab (infeksi, inflamasi, dan
neoplasama) adalah obat antipiretik. Antipiretik ini bekerja dengan
mempengaruhi termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan
menghambat kerja prostaglandin secara perifer.
Obat antipiretik antara lain asetaminofen, aspirin, kolin dan
magnesium salisilat, kolin salisilat, ibuprofen salsalat, dan obat-obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID). Asetaminofen merupakan obat pilihan,
aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberikan pada anak-anak dan remaja.
Ibuprofen, penggunaannya disetujui untuk menurunkan demam pada anak-
anak yang berusia minimal 6 bulan. Hindari pemakaian aspirin atau
ibuprofen pada pasien- pasien dengan gangguan perdarahan (Hartini, 2012).
Beberapa ibuprofen yang tidak disetujui penggunaannya untuk anak-anak
adalah nuprin, motrin IB, medipren. Pemberian antipiretik yang berlebihan
perlu diperhatikan, karena dapat menyebabkan keracunan.
2) Tindakan Non Farmakologis
Tindakan non farmakologis tersebut seperti menyuruh anak untuk
banyak minum air putih, istirahat, serta pemberian water tepid sponge.
Penatalaksanaan lainnya anak dengan demam adalah dengan menempatkan
anak dalam ruangan bersuhu normal dan mengusahakan agar pakaian anak
tidak tebal (Setiawati, 2009).
2. Konsep Hipotermia
2) Definisi
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35 derajat C (atau
95 F) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal,
esofageal, atau membran timpani, yang membran timpani, yang dilakukan
secara benar dilakukan secara benar. Hipotermia didefinisikan bila nisikan bila
suhu inti tubuh menurun hingga 35 derajat C (95̊ F) atau dapat lebih rendah lagi.
Hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi,
atau evaporasi. Local cold injury dan frostbite timbul karena hipotermia
menyebabkan penurunan viskositas darah dan kerusakan intraseluler
(intracellular injury). Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 derajat
C dan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Hipotermia ringan : 32 – 35 derajat C;
2) Hipotermia sedang : 28 – 32 derajat C;
3) Hipotermia berat : di bawah 28 derajat C.

Pengaturan suhu tubuh seluruhnya hampir dilakukan oleh mekanisme


umpan balik dari saraf, dan hampir semua mekanisme ini bekerja melalui pusat
pengaturan suhu pada hipotalamus. Mekanisme umpan balik ini akan bekerja
membutuhkan detector suhu, untuk menentukan bila suhu tubuh terlalu panas
atau dingin. Panas akan terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil
sampingan metabolisme dan panas tubuh juga secara terus menerus dibuang ke
lingkungan sekitar. Hipotermi terjadi karena terpapar dengan lingkungan yang
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)
(Mubarokah, 2017).
Menurut Majid, Judha, & Istianah (2011) hipotermi adalah suatu keadaan
suhu tubuh berada di bawah 36, 6 derajat C. Hipotermi juga terjadi akibat
kombinasi dari tindakan anastesi dan tindakan operasi yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi dari pengaturan suhu tubuh yang akan menyebabkan penurunan
suhu inti tubuh (care temperature).
3) Tanda dan Gejala
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) tanda dan gejala hipotermia
yaitu :
1) Mayor
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36, 5 derajat C - 37, 5 derajat
C)
2) Minor
a. Akrosianosis
b. Bradikardi (normal 120-160 x/menit)
c. Dasar kuku sianotik
d. Hipoglikemia
e. Hipoksia
f. Pengisian kapiler > 3 detik
g. Konsumsi oksigen meningkat
h. Ventilasi menurun
i. Piloereksi
j. Takikardi
k. Vasokontriksi perifer
l. Kutis memorata (pada neonatus)
4) Pathway

5) Pemeriksaan Penunjang
1) Trombosit
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
mengalami penurunan trombosit (<100.000/mm3).
2) Hemoglobin (Hb)
Hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
menunjukkan kelainan pada Hb. Hb akan mengalami peningkatan sebesar
20% dengan Hb normal pada laki-laki yaitu 14-16 gr/dL, dan pada
perempuan yaitu 12-16 gr/dL.
3) Hematrokrit
Biasanya hasil pemeriksaan darah lengkap pada pasien dengan DHF akan
menunjukkan kelainan pada hematrokrit (PCV) yang mengalami peningkatan
hingga 20% atau lebih. Hematokrit normal pada laki-laki yaitu 40-54%,
sedangkan pada perempuan yaitu 35-47%.
4) Leukopeni
(mungkin normal atau lekositosis) Kondisi rendahnya jumlah total sel darah
putih (leukosit) dibanding nilai normal. Nilai normal leukosit yaitu : 5000-
10.000 uL.
5) Isolasi virus
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah penderita atau jaringan-
jaringan, untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedangkan untuk
penderita yang meninggal melalui autopsy. Namun, hal ini jarang dikerjakan.
6) Serologi (Uji H): respon terhadap antibodi sekunder.
6) Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum manajemen pra-rumah sakit adalah mencegah
kehilangan panas lebih lanjut. Pasien dengan hipotermia ringan (> 33 derajat
Celcius) yang ditemukan di lingkungan yang dingin, prioritas pertama adalah
untuk mencari kemungkinan adanya cedera lain. Prioritas kedua adalah untuk
meningkatkan suhu inti pasien menjadi normal, sebelum dan selama perjalanan ke
rumah sakit. Manajemen hipotermia dimulai dengan penilaian primer yaitu jalan
napas, pernapasan, sirkulasi.
1) Pengkajian secara cepat tentang ABCDE
2) Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan cara memindahkannya
dari lingkungan dingin dan menggunakan selimut.
3) Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri.
4) Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada gangguan
kardiovaskular, penghangatan aktif eksternal dapat diterapkan (radiasi panas,
selimut hangat, immersi air hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan
hangat intravena dan oksigen yang dihangatkan.
5) Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular dibutuhkan pemanasan yang lebih
agresif (bilas lambung, kandung kemih, lavase peritoneal, dan pleural).
Temperatur cairan bilas bisa sampai 42˚C.
6) Pada fibrilasi ventrikular dilakukan defibrilasi sampai temperatur 30˚C,
meskipun 3 countershock harus dilakukan.
7) Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal merupakan metode pilihan
dari pada pasien hipotermia berat dalam henti jantung. Jika perlengkapan
tidak tersedia, resusitasi trakeostomi dan pijat jantung dalam dan bilas
mediastinal merupakan alternatif yang dapat diterima.
8) Semua pasien dengan frostbite superfisial terlokalisir atau hipotermia sedang
dapat dirujuk ke RS. Pasien yang tidak dirawat, mereka bisa kembali ke
lingkungan yang hangat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan ialah menilai informasi yang dihasilkan dari
pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal yang nantinya akan
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan diagnosa yang berfokus masalah atau
risiko. Pengkajian terdiri dari dua yaitu pengkajian skrining dan pengkajian
mendalam. Keduanya membutuhkan pengumpulan data, keduanya mempunyai tujuan
yang berbeda. Menurut Budiono (2016), pengkajian keperawatan adalah tahap awal
dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Data diperoleh dari wawancara dengan
pasien, keluarga, dan dokumentasi rekam medik pasien. Pengkajian keperawatan
meliputi riwayat penyakit, perawatan dan pengobatan yang lengkap, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan penapisan komplikasi. Adapun format
pengkajian keperawatan yaitu:
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
a) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
TTL :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No.RM :
Tangga Masuk RS :
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Hubungan dengan Pasien :
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga
membuatnya untuk segera datang ke rumah sakit
3) Keluhan Saat Dikaji
Keluhan saat dikaji merupakan keluhan yang dirasakan pasien saat perawat
melakukan pengkajian di rumah sakit
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan data yang akan diambil saat pengkajian berisi tentang dari
kapan pasien mengalami keluhan yang dirasakan saat ini, perjalanan
penyakit pasien dari sebelum dibawa ke rumah sakit sampai dengan
mendapatkan perawatan.
b) Riwayat Penyakit Terdahulu
Merupakan riwayat penyakit yang diderita pasien, ataupun pasien sempat
dirawat di RS sebelumnya
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Merupakan riwayat penyakit keturunan yang diderita oleh keluarga pasien.
Seperti hipertensi dan DM
5) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Kebutuhan Pernafasan Kebutuhan Bernafas
Kesulitan bernafas : ada/tidak
Kesulitan yang dirasakan : menarik/mengeluarkan nafas
Keluhan yang dirasakan :
b) Pola Kebutuhan Nutrisi Kebutuhan Nutrisi
Frekuensi atau Porsi makan :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Jenis Makanan :
Makanan yang disukai :
Makanan yang tidak disukai :
Makanan pantangan :
Nafsu makan :
Perubahan BB 3 bulan terakhir :
c) Pola Eliminasi
Buang Air Besar
Frekuensi :
Warna :
Waktu :
Konsistensi :
Motorik :
Verbal :
6) Keadaan Umum
a) Skala Nyeri
1. Ringan 2. Sedang 3. Berat
b) Status Gizi
BB : … TB : …
1. Gemuk 2. Kurus 3. Normal
c) Sikap
1. Tenang 2. Gelisah 3. Menahan nyeri
d) Personal Hygiene
1. Bersih 2. Kotor 3. lain -lain
e) Orientasi waktu/orang/tempat
1. Baik 2. Terganggu
7) Head to Toe
a) Kepala
Benuk :
lesi/luka :
b) Rambut
Warna :
Kelainan :
c) Mata
Pengelihatan :
Sklera :
Konjungtiva :
Pupil :
Kelainan :

Data tambahan…….
d) Hidung
Penghidu :
sekret/darah/cairan :
Tarikan cuping hidung :
e) Telinga
Pendengaran :
sekret/cairan/darah :
f) Mulut dan Gigi
Bibir :
Mulut dan tenggorokan :
Gigi :
g) Leher
Pembesaran tyroid :
Lesi :
Nadi karotis :
Pembesaran limfoid :
h) Thorax
Jantung :
1. Nadi….. 2. Kekuatan….. 3. Irama Paru…..
1. Frekuensi nafas….. 2. Kualitas…… 3. Suara nafas…..
1. Batuk….. 2. Sumbatan jalan nafas…..
Retraksi Dada :
1. Ada 2. Tidak ada
i) Abdomen
Peristaltik :
usus
Kembung :
Nyeri tekan :
Ascites :
j) Genetalia
Pimosis :
Alat bantu :
Kelainan :
k) Kulit
Turgor : 1. 2. 3. Lain-
Elastis Kering lain
Laserasi : 1. Luka 2. 3. Lain-lain
Memar
Warna kulit : 1. 2. Pucat 3. Cianosis
Normal
4. Ikterik 5. lain-lain…..
j) Ekstremitas
Kekuatan otot :
ROAM : 1. Penuh 2. Terbatas
Hemiplegi/parese : 1. Tidak 2. Ya, Kiri/Kanan
Akral : 1. Hangat 2. Dingin
Capillary refill : 1. <3 2. > 3 detik
time detik
Edema : 1. Tidak 2. Ada, di
daerah……
b. Analisis Data

DATA FOKUS ANALISIS MASALAH

DS (data subyektif): Berisikan analisis Masalah atau diagnosis


Merupakan data masalah keperawatan keperawatan yang
yang didapatkan menggunakan pohon diambil
dari pasien, seperti masalah
keluhan yang
dialami pasien

DO (data obyektif):
Merupakan data yang
diapatkan melalui
pemeriksaan dan melihat
kondisi pasien. Seperti
data TTV pasien dan
kondisi pasien
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis
terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang
sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat
pentingnya diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka
dibutuhkan standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan secara nasional di
Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah dibakukan
sebelumnya.
a. Hipertemia (D.0130) berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit (mis. infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian
dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma,
aktivitas berlebihan, penggunaan inkubator dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit
terasa hangat
b. Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan kerusakan hipotalamus,
konsumsi alkohol, berat badan ekstrem, mekurangan lemak subkutan,
terpapar suhu lingkungan rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian tipis,
penurunan laju metabolisme, tidak beraktivitas, transfer panas (mis.
konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi), trauma, proses penuaan, efek agen
farmakologis, kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
dibuktikan dengan kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh di bawah
nilai normal, akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hypoglycemia,
hipoksia, pengisian kapiler lebih dari 3 detik, konsumsi oksigen
meningkat, ventilasi menurun, piloereksi, takikardia, vasokonstriksi
perifer, kutis memorata (pada neonatus)
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
N Diagnosis Tujuan dan Intervensi Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Hipertermia Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
(D.0130) dilakukan Manajemen Manajemen
berhubungan tindakan Hipertemia
4. Lakukan(I.15506) Hipertemia (I.15506)
dengan dehidrasi, keperawatan penghangan aktif
terpapar selama …x… Observasi
eksternal (mis. Observasi
lingkungan panas, jam diharapkan - Identifikasi
Kompres hangat,- Mengetahui
lroses penyakit suhu tubuh penyebab
botol hangat, selimut penyebab
(mis. infeksi, tetap berada hipertermia (mis.
hangat, perawatan hipertermia
kanker), pada rentan dehidrasi, terpapar - Mengetahui
metode kangguru) suhu
ketidaksesuaian normal dengan lingkungan
5. Lakukan panas, tubuh
pakaian dengan kriteria hasil : penggunaan
penghangatan aktif- Mengetahui kadar
suhu lingkungan, 1. Mengigil inkubator)
internal (mis. Infus elektrolit
peningkatan laju membaik - Monitor
cairan suhu tubuh
hangat,- Mengetahui
metabolisme, 2. Suhu tubuh - Monitor
oksigen kadar
hangat, haluaran urine
respon trauma, membaik elektrolit
lavaseperitoneal - Mengetahui
aktivitas 3. Suhu kulit - Monitor
dengan haluaran cairan komplikasi akibat
berlebihan, membaik urine
hangat) hipertermia
penggunaan 4. Tekanan - Monitor komplikasi Terapeutik
inkubator darah akibat hipertermia
Edukasi - Membantu tubuh
dibuktikan dengan membaik Terapeutik
1. Anjurkan makan untuk beradapatasi
suhu tubuh diatas - Sediakan
atau minum hangat dengan suhu luar
nilai normal, kulit lingkungan yang (perpindahan suhu)
merah, kejang, dingin - Agar merasa
takikardi, takipnea, - Longgarkan atau nyaman
dan kulit terasa lepaskan pakaian - Untuk
hangat - Basahi dan kipasi menghantarkan
permukaan tubuh dingin
- Berikan cairan oral - Mencegah dehidrasi
- Ganti linen setiap - Mencegah
hari atau lebih penyebaran bakteri
sering jika - Peningkatan suhu
mengalami tubuh <380C belum
hiperhidrosis tentu karena
(keringat berlebih) demam, pemberian
- Lakukan antipiretik bukan
pendinginan indikasi mutlak
eksternal (mis, sebagai tatalaksana
selimut hipotermia karena tidak mampu
atau kompres dingin mencegah kejang
pada dahi, leher, demam
dada, abdomen, - Menghindari
aksila) terjadinya hipoksia
- Hindari pemberian Edukasi
antipiretik atau - Mempertahankan
aspirin ortostatik kondisi pasien
- Berikan oksigen, Kolaborasi
jika perlu - Mencegah dehidrasi
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama
merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak
implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat
berusaha mengumpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase ketiga
merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi keperawatan selesai
dilakukan. Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil pelaksanaan intervensi
keperawatan tersebut.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
meliputi perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dapat
berupa struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan, evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning) (Nursalam, 2016).
a. S (Subjektif) merupakan informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diberikan.
b. O (Objektif) merupakan informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
c. A (Analisis) merupakan membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
d. P (Planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi selalu berkaitan
dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu
dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor : tujuan tidak
realistis, tindakan keperawatan yang tidak tepat dan terdapat faktor lingkungan yang
tidak dapat.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, K. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada
An. D Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan
Kesehatan, 5(2), 12-17.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Pusdik DM Kesehatan.

Huda, A. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media.


Mubarokah, P. P. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Hipotermi Pasca
General Anestesi Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Yogyakarta.

Majid, A., Judha, M., & Istianah, U. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika :


Jakarta.

Setiawati. (2009). Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan
Kenyamanan pada Anak Usia Pra Sekolah dan Sekolah yang Mengalami
Demam di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Tahun 2009. Diperoleh tanggal 25 Februari 2024 http://www.digilib.ui.ac.id.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi
1, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Pembimbing / CT Denpasar, 7 Maret 2024


Nama Mahasiswa

Ni Made Wedri, A.Per.Pen, S.Kep, Ns, M.Kes Anak Agung Gde Agung Mahotama Putra
NIM. P07120222023
NIP. 196106241987032002

Anda mungkin juga menyukai