Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PERUBAHAN SUHU TUBUH HIPERTERMI

OLEH:
I Komang Cakra Wibawa Yuti
1914201140

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (NERS)
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI (ITEKES BALI)
DENPASAR
2021
A. Konsep Teori
1. Definisi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per
rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012). Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (NANDA, 2012). Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal (Doenges
Marilynn E.).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah
keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga menyebabkan
peningkatan suhu tubuh dari individu.
2. Anatomi fisiologi
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas seseorang yang
melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung,
tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas
seksual.
Hipotalamus berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan,nyeri ,
kegembiraan, dan kemarahan . Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan
atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan system
endokrin.
3. Faktor penyebabnya :
 Dehidrasi
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
 Pakaian yang tidak layak
 Kecepatan metabolisme meningkat
 Pengobatan/ anesthesia
 Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
4. Gangguan terkait KDM
a. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam
yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
b. Proses terjadi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan
menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam
proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus
anterior dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
c. Manifestasi Klinis
 Suhu tinggi 37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
 Takikardia
 Hangat pada sentuhan
 Menggigil
 Dehidrasi
 Kehilangan nafsu makan
d. Komplikasi
 Kerusakan sel-sel dan jaringan
 Syok Hipovolemik
 Kejang
 Kematian
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM
a. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infeksi
b. Pemeriksaan urine
c. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
thypoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
e. Uji tourniquet
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Antipiretik penurun demam
2) Obat non streoid meningkatkan kehilangan panas
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Dilakukan kompres air hangat di bagian lipatan badan.
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
 Pasien mengeluh panas
 Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2) Data Objektif
 Suhu tubuh >37oC
 Takikardia
 Mukosa bibir kering
b. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan
suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, pasien mengeluh lemas
c. Perencanaan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, pasien mengeluh lemas
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan
1) Rencana Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah
hipertermi teratasi
2) Kriteria Hasil
a) Menunjukkan penurunan suhu tubuh
b) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c) Pasien tampak tidak lemas
d) Mukosa bibir lembab
3) Rencana Tindakan
a) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
b) Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
c) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
d) Anjurkan pasien banyak minum
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
e) Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh
tubuh
f) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher bagian belakang
Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas
g) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai
pengertian, penanganan, dan terapi yang diberikan tentang
penyakitnya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien
da keluarganya
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
diberikan (A. Aziz Alimul H. 2006).
e. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, yaitu :
1) Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-
37,4oC)
2) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
3) Pasien tampak tidak lemas
4) Mukosa bibir lembab
Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
C. WOC

Agen Infeksi Mediator Inflamasi Dehidrasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen Penurunan cairan intrasel

Mempengaruhi Hipotalangus Anterior

Demam

Peningkatan suhu tubuh

HIPERTERMI

Anda mungkin juga menyukai