Oleh :
I KOMANG CAKRA WIBAWA YUTI
1914201140
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
DHF adalah penyakit febris akut, seringkali disertai dengan nyeri kepala, nyeri
tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya (WHO, 2004)
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus
dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,
timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue serotif 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui
vektor nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah
3. Patofisiologi
1) Anatomi Trombosit
Glikogen Glikokalik
s
Graula padat
electron
Membran
plasma
Graula -α spesifiK
Filamen
submemb
ran
Mitokond Sistem tubular
ria padat
2) Fisiologi Trombosit
reaktif yang luas tempat protein koagulasi plasma diabsorpsi secara selektif.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada DHF adalah demam atau
panas, lemah, sakit kepala, anoreksia (mual, haus, sakit saat menelan), nyeri
ulu hati, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi
nyeri tekan pada epigastrik. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah,
hipotensi, ekstermitas dingin, gelisah, sianosis perifer dan nafas dangkal. Pada
dan kelenjar getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan
(Mansjoer, 2000).
4) Komplikasi DHF
a) Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas dan satu-
perdarahan lain.
d) Derajat IV : Derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tak teraba
4. Manifestasi Klinis
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes egypty. Pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamin dan serotinin yang
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat
hebat sehingga terjadi koagulapati atau gangguan fungsi trombosit yang menimbulkan
dapat terjadi.. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
dan penghancuran fibrin. Disamping itu akan merangsang sistem kinin yang berperan
dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal ini berakibat
mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.
Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. Gambaran klinis sangat bervariasi dari yang sangat
ringan hingga yang sedang dengan masa inkubasi antara 3 - 15 hari rata-rata 5 - 8
hari.
5. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
1) Darah
Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3
dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya. Pada saat suhu
meningkat.
2) Air seni
3) Sumsum tulang
4) Serologi
Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada
c) Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama dapat berupa : susu, teh
manis, sirup, jus buah, dan oralit. Pemberian cairan merupakan hal yang paling
d) Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan makanan per
a. Kristaloid
L a r u t a n r i n g e r l a k t a t ( R L ) a t a u d e k t r o s e 5 % dalam larutan RL
b. Koloid
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas : pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, analisa
a. Data Subjektif lemah, panas atau demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,
b. Data Objektif suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan, mukosa
bibir kering, pendarahan gusi, lidah kotor, tampak bintik merah pada
perabaan pada epigastrik, pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa,
pada renjatan (derajat IV), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
2. Diagnosa Keperawatan
kapiler.
b. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder
cairan tubuh
darah (trombositopenia)
kelemahan
3. Perencanaan
2008).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Menurut Alimul (2000)
prioritas masalah berdasarkan yang mengancam jiwa pasien adalah sebagai berikut :
Tindakan keperawatan
b) Anjurkan pasien banyak minum ±1,5 liter (1500 cc) per hari
kebutuhan pengganti.
lebih lanjut.
Tindakan keperawatan :
umum pasien.
d) Beri kompres air hangat (pada daerah axila dan lipatan paha)
Tindakan keperawatan :
saat perdarahan
hebat.
terjadi perdarahan
Tindakan keperawatan :
komplikasi
sirkulasi.
Tindakan keperawatan :
d a p a t t i m b u l a k i b a t d a r i adanya p e r d a r a h a n d a n a n j u r k a n
(hcmatemesis).
lengkap)
Tindakan keperawatan :
a) Timbang berat badan tiap hari
b) Beri HE pada pasien atau keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Tindakan keperawatan :
diperlukan.
Rasional : Untuk menghilangkan distensi meningkatkan kebiasaan
Tindakan keperawatan :
kenyamanan
Tindakan keperawatan :
a) Kaji keluhan pasien
memenuhi kebutuhannya.
Tindakan keperawatan :
c) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya
atau psikologis
Tindakan keperawatan :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien atau keluarga
b) Beri penjelasan pada pasien atau keluarga tentang penyakit, penyebab dan
pencegahannya.
c) Beri kesempatan keluarga atau pasien untuk menanyakan hal-hal yang tidak
diketahui
pasien
4. Implementasi (pengertian)
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.
Implementasi disesuaikan degan intervensi yang telah disusun. (Alimul, 2008).
C. Daftar Pustaka
Muhamadiyah
Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi ketiga). Jakarta : EGC
2009).
Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. (edisi ketiga). Jakarta : Media
Aesculapius
Soegijanto, Soegeng. (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta
: Salemba Medika
Suriadi & Rita, Y. (2000). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto
World Health Organization. (2004). Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam