Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEEERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DENGUE HEMORAGIC FEVER

Oleh :
I KOMANG CAKRA WIBAWA YUTI
1914201140

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengertian

DHF adalah penyakit febris akut, seringkali disertai dengan nyeri kepala, nyeri

tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya (WHO, 2004)

DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus

dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,

manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda - tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan kematian (Soegeng, 2002).

2. Etiologi

DHF disebabkan oleh virus dengue serotif 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui

vektor nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan

beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah

satu serotipe akan menimbulkan antibiotik seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi ada perlindungan terhadap serotipe lain (Mansjoer, 2000)

3. Patofisiologi

1) Anatomi Trombosit

TROMBOSIT (Price, 2006)

Glikogen Glikokalik
s
Graula padat
electron
Membran
plasma

Graula -α spesifiK
Filamen
submemb
ran
Mitokond Sistem tubular
ria padat
2) Fisiologi Trombosit

Trombosit merupakan benda-benda yang mati dengan bentuk bulat

lonjong, ukurannya bermacam-macam, berwarna putih. Fungsi penting dalam

pembekuan darah. Trombosit dengan struktur bagian terluar sel adalah

glikokaliks dan membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit

untuk membentuk sistem membran terbuka yang menyediakan permukaan

reaktif yang luas tempat protein koagulasi plasma diabsorpsi secara selektif.

Fospolipid membran sangat penting dalam konversi faktor koagulasi X

menjadi Xa. Dibagian dalam trombosit terdapat lapisan filamen submembran,

kalsium nukleotida, mitokondria, sistem tubular padat, glikogen, granula padat

elektron, granula  spesifik fibrinogen (Price, 2006).

3) Tanda dan Gejala DHF

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada DHF adalah demam atau

panas, lemah, sakit kepala, anoreksia (mual, haus, sakit saat menelan), nyeri

ulu hati, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi

(sembelit), mukosa bibir kering, wajah kemerahan (flushing), perdarahan gusi,

lidah kotor (kadang-kadang), petekie (uji torniquet positif), epistaksis,

ekimosis, hematoma, hematemesis, melena, hiperemia pada tenggorokan dan

nyeri tekan pada epigastrik. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah,

hipotensi, ekstermitas dingin, gelisah, sianosis perifer dan nafas dangkal. Pada

DHF sering dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa (splenomegali),

dan kelenjar getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan

(Mansjoer, 2000).
4) Komplikasi DHF

Adapun komplikasi dari penyakit DHF adalah hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan atau syok hipovolemia.

5) Klasifikasi DHF (WHO, 2004).

a) Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas dan satu-

satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif.

b) Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

c) Derajat III : Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau

hipotensi (sistul ≤ 80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab

dan penderita gelisah.

d) Derajat IV : Derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tak teraba

dan tekanan darah yang tak terukur, dapat disertai dengan

penurunan kesadaran, sianosis dan asidosis.

4. Manifestasi Klinis

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes egypty. Pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok,

timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial

seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. DHF dapat terjadi bila

seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus

dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,

sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus


antibodi) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah

mengakibatkan pembentukan aktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit dan

aktivasi koagulasi. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen,

yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamin dan serotinin yang

menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat

berperan dalam terjadinya renjatan Timbulnya agregasi trombosit menyebabkan

pelepasan trombosit oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia

hebat sehingga terjadi koagulapati atau gangguan fungsi trombosit yang menimbulkan

renjatan/syok. Renjatan yang berkepanjangan dan berat menyebabkan diseminated

intravaskuler coagulation (DIC) sehingga perdarahan hebat dengan prognosis buruk

dapat terjadi.. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir

terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,

plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin

dan penghancuran fibrin. Disamping itu akan merangsang sistem kinin yang berperan

dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal ini berakibat

mengurangnya volume plasma, hipotensi, hipoksia, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit

mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.

Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan,

asidosis metabolik dan kematian. Gambaran klinis sangat bervariasi dari yang sangat

ringan hingga yang sedang dengan masa inkubasi antara 3 - 15 hari rata-rata 5 - 8

hari.
5. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :

1) Darah

Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3

dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya. Pada saat suhu

meningkat kedua kalinya sel limposit relatif sudah bertambah dan

sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada DHF umumnya dijumpai

trombositopenia (<100.000/mm 3) dan haemokonsentrasi (kadar Ht ¿ 20%

dari normal). Uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.

Pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokalemia, Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase (SGOT), Serum

Glutamik Pyruvik Transaminase (SGPT), ureum dan PH darah mungkin

meningkat.

2) Air seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

3) Sumsum tulang

Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada

hari kelima dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari kesepuluh

biasanya sudah kembali normal untuk semua data.

4) Serologi

Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi:

Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada

masa akut dan konvalesen


6. Penatalaksanaan Medis

a) Tirah baring atau istirahat baring

b) Diet makanan lunak

c) Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama dapat berupa : susu, teh

manis, sirup, jus buah, dan oralit. Pemberian cairan merupakan hal yang paling

penting bagi penderita DHF. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,

memberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.

d) Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila

pasien terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan makanan per

oral atau didapatkan nilai hematokrit yang bartendensi terus meningkat

(>40 vol %). Jumlah cairan yang d i b e r i k a n t e r g a n t u n g d a r i d e r a j a t

d e h i d r a s i d a n kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam

1/3 larutan Nacl 0,9%.

e) Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume dengan cepat

mencakup berikut ini :

a. Kristaloid

L a r u t a n r i n g e r l a k t a t ( R L ) a t a u d e k t r o s e 5 % dalam larutan RL

(D5/RL), larutan Ringer Asetat ( RA ) a t a u d e k t r o s e 5 % d a l a m

l a r u t a n a s e t a t (D5/RA), larutan garam faali (D5/GF)

b. Koloid

Dekstran 40 dan plasma.

f) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi,

pernapasan). Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

g) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari


h) Pemberian obat antipiretik

i) Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda

vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

j) Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut

k) Pemberian antibiotika bila terdapat kekhwatiran infeksi sekunder

l) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

B. TINJAUAN ASKEP

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri atas : pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, analisa

masalah dan diagnosa keperawatan (Ngastiyah, 2005 ; Suriadi, 2000).

a. Data Subjektif lemah, panas atau demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,

pegal-pegal pada seluruh tubuh, konstipasi, mual muntah, anoreksia,

pasien atau keluarga bertanya-tanya tentang penyakit DHF.

b. Data Objektif suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan, mukosa

bibir kering, pendarahan gusi, lidah kotor, tampak bintik merah pada

kulit (petekie), uji tourniquet positif, epistaksis (perdarahan hidung), ekimosis,

hematoma, hematemesis melena, hiperemia pada tenggorokan, nyeri

perabaan pada epigastrik, pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa,

pada renjatan (derajat IV), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal, hipoprotenemia, hiponatremia,

hipokloremia, PH darah mungkin meningkat, keluarga/pasien tampak tegang .

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler.
b. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder

terhadap infeksi virus dengue.

c. Risiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya masukan

cairan tubuh

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopenia).

e. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan

darah (trombositopenia)

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual-muntah

g. Konstipasi berhubungan dengan kekurangan volume cairan

h. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan kelainan veseral hepar

dan proses patologis penyakit

i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transportasi

oksigen sekunder akibat hipovolemi, efek deconditioning dari tirah baring,

kelemahan

j. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri, perubahan lingkungan

sekunder akibat hospitalisasi

k. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

3. Perencanaan

Rencana keperawatan ada 2 tahap yaitu prioritas dan rencana perawatan.

Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan

dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis

pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan atau keperawatannya. (Alimul,

2008).
Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Menurut Alimul (2000)

prioritas masalah berdasarkan yang mengancam jiwa pasien adalah sebagai berikut :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

Tujuan: Kebutuhan cairan pasien terpenuhi/adekuat

Tindakan keperawatan

a) Kaji keadaan umum pasien

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan normalnya

b) Anjurkan pasien banyak minum ±1,5 liter (1500 cc) per hari

Rasional : Menambah cairan dalam tubuh

c) Catat intake dan output cairan

Rasional : Memberi informasi tentang keadekuatan volume cairan dan

kebutuhan pengganti.

d) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai program dokter.

Rasional : Untuk mempertahankan/mengganti cairan dalam tubuh

e) Cek Hb, Ht, trombosit setiap 6 jam

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma dalam pembuluh

darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan

lebih lanjut.

2) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder

terhadap infeksi virus dengue.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37C).

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam atau lebih sering.


Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

b) Kaji karakteristik demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi terjadinya demam.

c) Anjurkan pasien banyak minum yaitu ± 1,5 liter per hari

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan

cairan yang banyak atau adekuat.

d) Beri kompres air hangat (pada daerah axila dan lipatan paha)

Rasional : Kompres air hangat membantu menurunkan panas

e) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

Rasional : Dapat membantu menurunkan panas.

3) Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan masukan

cairan dalam tubuh atau perdarahan

Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi

Tindakan keperawatan :

a) Monitor keadaan umum pasien

Rasional : Untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama

saat perdarahan

b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam

Rasional : Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan

umum pasien baik.

c) Observasi tanda-tanda syok

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok

yang dialami pasien


d) Monitor tanda-tanda perdarahan

Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi, sehingga

pasien tidak sampai ke tahap syok hipovolemik atau perdarahan

hebat.

e) Kolaborasi dalam pemasangan IVFD, beri therapi cairan intravena jika

terjadi perdarahan

Rasional : Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi

kehilangan cairan tubuh yang hebat

4) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopenia).

Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam

Rasional : Hipotensi dan bradikardi menandakan adanya penurunan aliran

darah, perubahan suhu kulit (lebih dingin atau lebih hangat)

menandakan adanya gangguan dalam suplai darah kapiler

b) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol, dapat menyebabkan

perdarahan sehingga terjadi penurunan suplay darah.

c) Pantau frekuensi jantung dan irama

Rasional : Frekuensi dan irama jantung dapat menentukan adanya

komplikasi

d) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan


Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan

sirkulasi.

5) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopenia)

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi

Tindakan keperawatan :

a) Anjurkan pada pasien untuk banyak istirahat tirah baring

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

b) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga t e n t a n g b a h a y a y a n g

d a p a t t i m b u l a k i b a t d a r i adanya p e r d a r a h a n d a n a n j u r k a n

u n t u k s e g e r a melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan seperti

digusi, hidung (epistaksis), berak darah (melena) atau muntah darah

(hcmatemesis).

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk

penanganan dini jika terjadi perdarahan.

c) Kolaborasi pemberian tranfusi (trombosit concentrate)

Rasional : Meningkatkan kadar trombosit dalam darah

d) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah

lengkap)

Rasional : Melalui data lab dapat diketahui tingkat kebocoran plasma

6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya

nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual, muntah.

Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi (adekuat)

Tindakan keperawatan :
a) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

b) Beri HE pada pasien atau keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga

motivasi untuk makan meningkat.

c) Kaji makanan yang disukai

Rasional : Menambah atau merangsang nafsu makan

d) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : Meningkatkan asupan nutrisi tanpa merangsang muntah

e) Sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : Mengurangi mual dan meningkatkan nafsu makan

f) Kolaborasi dalam pemberian obat anti emetik sesuai indikasi

Rasional : Anti emetik mengurangi rasa mual dan muntah

7) Konstipasi berhubungan dengan kekurangan volume cairan

Tujuan : Pasien bisa eleminasi secara normal

Tindakan keperawatan :

a) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus

Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda

bahwa fungsi defekasi hilang

b) Berikan makanan tinggi serat (buah,sayur)

Rasional : Dapat meningkatkan peristaltik usus.

c) Kolaborasi dalam pemberian selang rectal dan supositoria jika

diperlukan.
Rasional : Untuk menghilangkan distensi meningkatkan kebiasaan

defekasi yang normal.

d) Kolaborasi dalam pemberian obat laksatif

Rasional : Melembekkan feses, meningkatkan fungsi defekasi sesuai

kebiasaan, menurunkan ketegangan abdomen.

8) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan kelainan veseral hepar

dan proses patologis penyakit

Tujuan : pasien merasa nyaman

Tindakan keperawatan :

a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan indikator adanya perubahan

kenyamanan

b) Observasi skala nyeri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

c) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi

Rasional : Tehnik distraksi dapat mengalihkan perhatian dari nyeri atau

ketidaknyamanan dan relaksasi dapat memberikan rasa nyaman.

d) Berikan posisi yang nyaman sesuai toleransi abdomen,

Rasional : Posisi yang nyaman membantu relaksasi tubuh.

e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional : Analgetik mengurangi rasa nyeri

9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transfortasi

oksigen sekunder akibat hipovolemi, tirah baring, kelemahan

Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL

Tindakan keperawatan :
a) Kaji keluhan pasien

Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien

b) Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan pasien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam

memenuhi kebutuhannya.

c) Bantu pasien untuk mandiri dalam memenuhi ADLnya

Rasional : Dengan melatih kemandirian pasien makan pasien tidak

mengalami ketergantugan pada perawat

10) Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri, perubahan lingkungan

sekunder akibat hospitalisasi

Tujuan : Kebutuhan tidur pasien terpenuhi

Tindakan keperawatan :

a) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi kebisingan

Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur

b) Kaji pola tidur pasien

Rasional : Untuk mengindentifikasi dan melakukan intervensi yang tepat

c) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya

bantal, guling dan lain-lain.

Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis

atau psikologis

d) Instruksikan tindakan relaksasi

Rasional : Membantu menginduksi tidur.

11) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan : Pengetahuan pasien/keluarga bertambah

Tindakan keperawatan :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien atau keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien atau

keluarga tentang penyakit.

b) Beri penjelasan pada pasien atau keluarga tentang penyakit, penyebab dan

pencegahannya.

Rasional : Agar pasien atau keluarga mengerti tentang penyakit,

penyebab dan pencegahannya

c) Beri kesempatan keluarga atau pasien untuk menanyakan hal-hal yang tidak

diketahui

Rasional : Mengurangi kecemasan dan memotivasi dalam perawatan

pasien

d) Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan

Rasional : Untuk mengetahui tentang informasi yang telah diberikan

apakah benar-benar sudah dimengerti atau tidak

e) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien atau keluarga

Rasional : Memberi support dalam proses penyembuhan

4. Implementasi (pengertian)

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh

perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,

pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.

Implementasi disesuaikan degan intervensi yang telah disusun. (Alimul, 2008).

5. Evaluasi (sesuaikan dengan permasalahan yang muncul)

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh

perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,

pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.
Implementasi disesuaikan degan intervensi yang telah disusun. (Alimul, 2008).

Dalam proseskeperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal

yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan cairan pasien terpenuhi

2) Suhu tubuh menurun (dalam batas normal 3C-37°C)

3) Syok hipovolemik tidak terjadi

4) Perfusi jaringan perifer adekuat

5) Perdarahan tidak terjadi

6) Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi

7) Pasien bisa eleminasi secara normal

8) Rasa nyaman terpenuhi

9) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

10) Pasien tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur

11) Pengetahuan bertambah

C. Daftar Pustaka

Alimul, A.H.A. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan. (edisi keenam). Jakarta : EGC

Djunaedi, D. (2006). Demam Berdarah. Malang : UPT Penerbitan Universitas

Muhamadiyah

Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi ketiga). Jakarta : EGC

Demam Berdarah. 2008. http://www.Idepfoudcation.org (Diperoleh tanggal 23 Juni

2009).
Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. (edisi ketiga). Jakarta : Media

Aesculapius

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Price, Sylvia, A. (2006). Patofisiologi. (edisi IV). Jakarta : EGC

Soegijanto, Soegeng. (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta

: Salemba Medika

Suriadi & Rita, Y. (2000). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto

World Health Organization. (2004). Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam

Berdarah Dengue. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai