Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA AMAN DAN


NYAMAN HIPERTERMIA DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN KOMPRES AIR
HANGAT

Oleh:
Nisma Khairani
2214901050

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns.Amelia Susanti,S.Kep.,M.Kep.,Sp.,Kep.,J) (Ns.Elia Fitria, S.Kep)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR (PPKD)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
T.A. 2022/2023
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1.Pengertian
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (36,5°C -37,5
°C) Hipertermi adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (SDKI, 2017).
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi
karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis,
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,
2017). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah
keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga menyebabkan
peningkatan suhu tubuh dari individu.
B. Anatomi Fisiologi
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara
mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki
seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan (Dewi,2017) . Suhu tubuh dihasilkan
dari:
a. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate atau BMR) disemua sel tubuh.
b. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas.
c. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil
hormon lain, misalnya hormon Growth hormone dan testosterone.
d. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epinephrine, norepineprine, dan
rangsangan simpatis pada sel.
e. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi didalam sel itu
sendiri terutama bila temperatur menurun
C. Manifestasi Klinis
Berikut beberapa tanda dan gejala menurut SDKI (2017):
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardia
d. Takipnea
e. Akral hangat
Menurut Pramatwati (2019) Fase - fase terjadinya hipertermi terbagi menjadi 3 fase
sebagai berikut:
a. Fase I: awal
a. Peningkatan denyut jantung
b. peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat
d. Kulit pucat dan dingin
e. Merasakan sensasi dingin
f. Dasar kuku mengalami sianosis
g. Rambut kulit berdiri
h. Pengeluaran keringat berlebih
i. Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II : proses demam
a. Proses menggigil lenyap
b. Kulit terasa hangat/panas
c. Merasa tidak panas/dingin
d. Peningkatan nadi & laju pernafasan
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi ringan sampai berat
g. Mengantuk, delirium/kejang akibat iriasi sel saraf
h. Lesi mulut
i. Kehilangan nafsu makan
c. Fase III : pemulihan
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Menggigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
D. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami hipertermi menurut SDKI
(2017) adalah :
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker dll)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
E. Patofisiologi
Hipertermi adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksiatau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab hipertermi, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogeneksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamuspirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas, inilah yang menimbulkan
hipertermi. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Padaanak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %.
Kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
<neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Infeksi

Pirogen eksogen dan pirogen eksogen

Pirogen eksogen menstimulasi monosit, limfosit, dan neutrofil

Leukosit mengeluarkan zat kimia (pirogen endogen)

Hipotalamus anterior dirangsang oleh pirogen eksogen dan pirogen endogen

Prostaglandin

Terjadi mekanisme untuk meningkatkan panas antara menggigil,


vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.

Hipertermi

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertermia adalah sebagai berikut:
a. Trombositopenia
b. Hemoglobin meningkat
c. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
d. Hasil kimia darah menunjukkan hipoproteinemia & hiponatremia
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Farmakologis
a. Antipiretik Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap
penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh,
pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi.
Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas. 2
b. Antipiretika - Pemberian parasetamol: 10-15 mg/kg BB/ kali (dapat
diberikan secara oral atau rektal). - Metamizole (novalgin): 10 mg/kg
BB/kali per oral atau intravenous. Ibuprofen: 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral
atau rektal.
2. Terapi Non Farmakologis
a. Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigenke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air hangat biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.

H. Konsep Askep
1. Pengkajian
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Memfokuskan pada masalah dan gejala yang dirasakan klien
Memfokuskan penyebab yang mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
Memfokuskan pada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien
b) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
disarankan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lana bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini
tidak dikeluhkan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit
lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunaka.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien dengan menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.
e) Riwayat tidur
Data yang diperlukan dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola
tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelas tidur dan
lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang
dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan,
status emosional dan mental saat ini.
f) Genogram
g) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan menjelaskan tentang
bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah kesehatan
itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat
melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data
yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign
merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang
menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan
kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya
olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
h) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tandatanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
a) Kepala
Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan
kasar, penampilan, depigmentasi.
b) Muka/ Wajah
- Simetris atau tidak?
- Apakah ada nyeri tekan? penampilan berminyak,
diskolorasi bersisik,
- bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata; Tidak
halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
c) Mata
Apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
d) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen
telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran
e) Hidung
- Apakah ada pernapasan cuping hidung?
- Adakah nyeri tekan?
- Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
f) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g) Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda
infeksi faring, cairan eksudat?
h) Leher
- Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid?
- Adakah pembesaran vena jugularis?
i) Thorax
- Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi Intercostale?
- Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
- Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
j) Jantung
- Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya?
- Adakah bunyi tambahan?
- Adakah bradicardi atau tachycardia?
k) Abdomen
- Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen?
- Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?
- Adakah tanda meteorismus?
- Adakah pembesaran lien dan hepar?
l) Kulit
- Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya?
- Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
m) Ekstremitas
- Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstermitas?
n) Genetalia
- Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
- Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan
merupakan bagian vital dalam menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk
membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016):
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
3. Intervensi Keperawatan

Tabel Intervensi Keperawatan Teoritis

NO SDKI SLKI SIKI


1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x Observasi
proses penyakit 24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
termoregulasi membaik hipertermia (mis: dehidrasi,
dengan kriteria hasil: terpapar lingkungan panas,
1.Menggigil menurun penggunaan inkubator)
2.Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh
3. Suhu kulit membaik - Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urin
- Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik

- Sediakan lingkungan yang


dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan .Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi keperawatan. rencana atau menghentikan rencana Hasil dari evaluasi dalam
asuhan keperawatan adalah : Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Dan Tujuan tidak
tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang di dapat dari klien setelah
dilakukan tindakan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planing) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa.
I. Tindakan Terapi Melakukan Kompres Hangat
1. Pengertian
Kompres hangat adalah tindakan memberikan rasa hangat pada klien dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh
tertentu yang memerlukan (Prihandhani,2016). Terapi kompres hangat merupakan
tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan
rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Sultoni, 2018).
2. Tujuan
Jacob, dkk. (2016) menjelaskan tujuan pemberian kompres hangat sebagai berikut:
a. Merangsang sirkulasi dengan mendilatasi pembuluhpembuluh darah
b. Meredakan nyeri dan bendungan dengan memperlancar aliran darah
c. Memberikan kehangatan dan kenyamanan
d. Merangsang penyembuhan
e. Meringankan retensi urine
f. Meringankan spasme otot
g. Mengurangi pembengkakan jaringan
3. Indikasi dan kontras indikasi
1) Indikasi
a. Klien demam menurunkan demam/suhu tubuh.
b. Memberikan rasa hangat, nyaman, dan tenang.
c. Klien yang mempunyai penyakit peradangan atau nyeri , seperti radang
persendian kronis.
2) Kontra indikasi
a. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Rasional: Panas akan
meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.
b. Peradarahan aktif. Rasional: Panas akan menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatkan perdarahan.
c. Edema non inflamasi. Rasional: Panas meningkatkan permeabilitas kapiler
dan edema.
d. Tumor ganas terlokalisasi Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat
metastase (tumor sekunder).
e. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh (Riri Segita et al.,
2021:8)
4. Langkah-langkah kerja
a. Persiapan Alat
- Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhann
- Bak steril berisi kassa beberapa dengan ukuran yang sesuai
- Waslap 2 buah
- Pengalas
- Handscoon bersih
b. Pra Interaksi
- Membaca status klien
- Mencuci tangan
- Menyiapkan alat
c. Interaksi
- Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan waktu lamanya tindakan yang akan dilakukan
- Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
d. Tahap Kerja
- Dekatkan alat-alat kedekat klien
- Perhatikan privasi klien
- Cuci tangan
- Menggunakan handscoon
- Atur posisi klien dengan nyaman
- Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan kompres
- Ambil waslap, lalu masukkan di dalam baskom yang berisi air hangat
- Kemudian ambil waslap tersebut, lalu bentangkan pada area yg akan
dikompres
- Lakukan prasat ini selama 15 – 30 menit, tiap 5 menit ganti
Terminasi
- Rapihkan klien dan alat
- Melepaskan handscoon kemudian cuci tangan
- Evaluasi respon klien
- Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
- Pamitan pada klien
Dokumentasi
- Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
- Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2019. Fundamental Keperawatan,Edisi 7


Buku 3. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi danKlasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Herdman, T , H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Lestari, Hernida D. 2016. Guru Pembelajar Modul Guru Produktif Keperawatan.
Depok:Kemendikbud
Purnamasari, Elly dkk. 2017. Buku Panduan Praktikum 18 Kompetensi Asisten
Keperawatan.Bogor:In Media
Rosyidi, Kholid. 2013. Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta: TIM

Potter, Patricia A., Perry,


Anne G. 2009. Fundamental
Keperawatan,
Edisi 7 Buku 3. Jakarta:
Salemba Medika
NANDA International. 2012.
Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Morhead, Sue, Johnson,
Marion, Maas, Meriden L.,
Swanson, Elizabeth.
2006. Nursing Outcomes
Classification (NOC), Fourth
Edition. Missouri: Mosby
Dochterman, Joanne
Mccloskey, Bulechek, Gloria
M. 2004. Nursing
Interventions Classification
(NIC), Fourth Edition.
Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai