Anda di halaman 1dari 7

A.

Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar

1. Definisi
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer
yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi,
dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya,dikarenakan hal tersebut dalam makalah ini kami akan membahas tentang
mekanisme perubahan suhu tubuh. Temperatur adalah suatu substansi panas atau dingin. Suhu
badan adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses badan dan jumlah
panas yang hilang ke lingkungan eksternal. Suhu inti adalah suhu dari jaringan tubuh dalam
hampir selalu constant sekitar ± 10 F ( ± 0.60C ) kecuali bila seseorang mengalami demam.
Suhu kulit berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai suhu lingkungan. Suhu normal rata-
rata secara umum adalah 36.50 sampai 37.50 C bila diukur per oral, dan 0.60 C lebih tinggi bila
diukur per rectal. ( Herlman, T. Heather.2012. )
2. Klasifikasi

a. Suhu Tubuh Inti (Core Temperature)

Suhu pada jaringan / organ vital yang baik perfusinya dan relatif sama (± 1 0F / ± 0,6 0C) à
distribusi panas pada bagian2 tubuh ini cepat à 37 0C / 98,6 0F. Secara fisik terletak di jaringan
dalam (kranial, toraks, rongga abdomen dan rongga pelvis). Tempat pengukuran : rectum,
membran timpani, esofagus, kandung kemih
b. Suhu Perifer / suhu kulit (Surface Temperature)

Suhunya tidak homogen dan bervariasi sepanjang waktu. Suhu ini memiliki sifat naik turun
sesuai dengan suhu lingkungan. Terletak pada kulit, jaringan sub kutan dan lemak. Tempat
pengukuran : kulit, axila dan oral. Suhu ini biasanya 2 – 4 0C dibawah suhu inti . Variasi suhu
20 0C (68 0F) – 40 0C (104 0F)
1. Suhu normal rata-rata secara umum adalah 98,0 0 – 98,6 0F (36,7 0 sampai 37 0C) bila dikur
per oral.

2. Suhu tubuh bervariasi tergantung dari bagian tubuh yang diukur, waktu pengukuran,
aktivitas dan umur.
3. Suhu aksila sekitar 1 0F (0,6 0C) << daripada suhu oral
4. Suhu rectal sekitar 1 0F (0,6 0C) >> suhu oral
5. Suhu tubuh tergantung dari variasi diurnal (irama sircadian), suhu tubuh rendah pada pagi
hari (terendah sekitar jam 4.00 pagi hari) dan mencapai maksimal pada sore hari antara jam
03.00 – 07.00 malam ( Herlman, T. Heather.2012. )

3. Patofisiologi
Bagian ini menjelaskan tentang patofisiologi dari peningkatan suhu tubuh yang dibagi menjadi
etiologi, proses terjadi, tanda gejala dan komplikasi.

1. Etiologi
Penyebab : adanya invasi bacteri, tumor otak, kondisi lingkungan yang panas (haet stroke /
serangan panas), Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan karena akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan suhu tubuh akan naik selama keadaan sakit. (Nanda, 2015-2017 dan Judith
M.Wilkinson,2016)

1. Proses terjadi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen maupun
endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen
adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit,
makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi
di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan
cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. (Nanda, 2015-2017 dan Judith
M.Wilkinson,2016)

1. Manifestasi Klinis
 Suhu tinggi 37,8oC per oral atau 38,8oC

 Takikardi

 Hangat pada sentuhan

 Menggigil

 Dehidrasi

 Kehilangn nafsu makan (Nanda, 2015-2017 dan Judith M.Wilkinson,2016)

1. Komplikasi

 Kerusakan sel-sel dan jaringan

 Kejang

 Hiperpireksia

 Heat stroke (Nanda, 2015-2017)

4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnostik dalam hal pengobatan. Pada pemeriksaan diagnostik akan dibahas
mengenai pemeriksaan laboratorium, Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh adalah:

1. Jenis Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium :

1. a) Darah lengkap

a. Hb, hematokrit/pcv meningkat sama atau lebih dari 20%, normal : PCV/hm= 3 x hb.
nilai normal: hb: laki-laki: 12,0-16,8g/dl, perempuan: 12,0-14,0 g/dl

PCV/Hm = laki-laki: 35-48%, perempuan: 34-48%

100. Trombosit menurun 100.000/niali normal : 150.000-400.000/

101. Leucopenia, kadang-kadang leucositosis ringan, nilai normal L/P : 4600-11400/

1. Penatalaksanaan Medis
Pada bagian ini menjelaskan tentang penatalaksanaan yang akan diberikan pada pasien dengan
peningkatan suhu tubuh yang meliputi 2 hal yaitu terapi farmakologi dan terapi suportif
 Terapi Farmakologi

1. a) Antipiretik à penurun demam

2. b) Obat non streoid à meningkatkan kehilangan panas

3. c) Steroid à memodifikasi sistem imun dan menyembunyikan tanda infeksi, tidak


digunakan u/ penanganan demam tetapi menekan demam yg terjadi akibat pirogen

 Terapi Suportif

1. a) Dilakukan dengan metode pembuangan panas lewat evaporasi, konduksi, konveksi,


atau radiasi

2. b) Selimut dingin dengan air yg bersirkulasi à pembungan panas konduktif

1. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar

2. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam 2011). Pada saat
pengkajian, data yang diperoleh dapat bersumber dari klien sendiri, orang terdekat, catatan
klien, riwayat penyakit, konsultasi hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis dan anggota
tim kesehatan lainnya, perawat lain dan literatur dimana seluruh data tersebut dapat diperoleh
dengan metode komunikasi, observasi dan pemeriksaan fisik (Nursalam, 2011).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien dengan peningkatan suhu tubuh
adalah :

 Data subyektift : pasien mengeluh badannya panas

 Data obyektif : suhu tubuh meningkat, kulit teraba panas, mukosa bibir kering

 Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mempunyai kewenangan untuk
memberikan asuhan keperawatan (Gordon 1976 dalam Nursalam 2011).
Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang meliputi :

 Peningkatan Suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus


2. Perencanaan
Nursalam (2011) mendefinisikan rencana keperawatan sebagai suatu dokumen tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi keperawatan. Langkah awal dalam
membuat perencanaan adalah menentukan prioritas masalah. Prioritas masalah ditentukan
dengan dua cara yaitu dengan menggunakan hierarki kebutuhan manusia(hierarki Maslow) dan
hierarki Kalish. Hierarki Maslow (1943) di dalam Nursalam (2011) menjelaskan bahwa
kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman nyaman, kebutuhan untuk bersosialisasi, kebutuhan akan penghargaan diri dan
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Maslow juga menyatakan bahwa klien memerlukan
suatu tahapan kebutuhan jika klien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Sedangkan
Kalish (1983) di dalam Nursalam (2011) menjelaskan lebih jauh tentang hierarki Kalish dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish
mendefinisikan kebutuhan untuk mempertahankan hidup seperti udara, air, suhu, eliminasi,
istirahat dan menghindari nyeri.

1. Prioritas masalah menurut Hierarki Kalish sebagai berikut :

 Peningkatan Suhu Tubuh

1. Rencana Asuhan Keperawatan

 Peningkatan Suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus

1. Rencana Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 24 Jam di harapkan


pasien tidak panas lagi

2. Criteria hasil:

o Suhu kembali normal 36,5-37,5˚C

o Akral pasien tidak teraba hangat/ panas

o Mukosa bibir pasien lembab

o Pasien tidak mengeluh panas lagi

3. Intervensi :

o Observasi tanda-tanda vital (TD,N, S, dan P)


Rasional: Pada pasien dengan hipertermi terjadi kenaikan tanda vital terutama suhu, nadi,
pernapasan, hal ini disebabkan karena metabolisme tubuh meningkat. peningka merupakan
salah satu gejala/ kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik secara local maupun secara
sistemik. Hal ini perlu diketahui sebagai dasar/pedoman dalam rencana intervensi.

 Beri kompres hangat pada daerah dahi dan aksila


Rasional: Daerah dahi dan aksila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembuluh darah
sehingga proses perpindahan panas lebih cepat.

 Beri minim sedikit-sedikit tapi sering (6-8 gelas/hari(1500-2000cc)


Rasional: Untuk mengganti cairan yang hilang dan mempertahankan keseimbangan cairan
didalam tubuh.

 Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat
Rasional: Pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat dapat mempercepat evaporasi

 Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat antipiretik


Rasional: Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas terutama
bagian hipotalamus posterior sebagai penyimpan panas.

3. Pelaksaanan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik.(Iyer, 1996 dalam Nursalam, 2011).Implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan (Nursalam, 2011)

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, danimplementasi intervensi
(Ignatavicius dan Bayne, 1994 dalam Nursalam, 2011)

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan
rencana tujuan yang telah di buat di intervensi.
1. Daftar Pustaka

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J. (2006). Diagnosa keperawatan. (Edisi keenam). Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Nanda. (2015-2017).Diagnosa keperawatan.(Edisi kesepuluh). Jakarta: EGC
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan. (Edisi kedua). Jakarta : Salemba
Medika.
Wilkinson,J.M.(2016). Diagnosa keperawatan.(Edisi kesepuluh). Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas (2007). Pengatar Ilmu Kesehatan. Yogyakarta : D-Medika.

Anda mungkin juga menyukai