Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh.Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39oC.Selain adanya tanda klinis,
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter &
Perry,2010).
Hipertermia merupakan keadaan dimana individu mengalami atau beresiko
mengalami peningkatan suhu tubuh lebih dari 37°C (100°F) peroral atau 38,8C (101°f)
per rectal karena peningkatan ketentuan terhadap faktor faktor eksterna.

Hipertermia disebabkan karena adanya infeksi. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih, yang umunya steril. Istilah ini dipakai
secara bergantian dengan instilah infeksi urin. Termasuk pyla berbagai infeksi disaluran
kemih yang tidak hanya megalami kandung kemih (prostatitis, uretritis)

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak, remaja, dewasa, maupun pada umur lanjut. Akan tetapi dai kedua
jenis kelamin, wanita lebih sering dari pria dari angka populasi umum, kurang dai 5-
15%. Untuk menyaakan adanya ISK harus ditemukan bakterin di dalam urin. Bakteri uria
bermakna yang disertai gejala pada sauran kemih disebut bakteri uria bergejela
sedangkan yang tana gejala disebut bakteru uria tanpa gejala. Mikro organism yang
paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob.

Menurut WHO infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua
terserring pada tubuh sesudah infeksi sauran pernafasan dan sebanyak 8,3juta kasus
dilaporkan pertahun. Infeksi ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki laki.
Indonesia merupakan Negara berenduduk ke empat terbesar dunia setelah China, India,
Dan Amerika Serikat. Sementara itu penduduk Indonesia yang menderita infeksi saluran
kemih diperkirakan sebanyak 222juta jiwa. 65% disertai dengan hipertrmi. Infeksi

1
saluran kemih di Indonesia dan Pravelensinya masih cukup tinggi, menurut perkiraan
departemen kesehatan republic Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-
100 kasus per100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180ribu kasus baru pertahun.
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 22 November 2016 di RSI Sakinah Mojokerto
menunjukkan bahwa selama bulan januari hingga November 2016 terdapat 109 kasus
infeksi saluran kemih pada orang dewasa, dan yang mengalami hipertermia sebanyak
73orang dengan jumlah kasus tertinggi pada bulan april yaitusejumlah 33 orang.

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal antara 36°C-37°C.
terjadinya peningkatan suhu tubuh pada penderita dengan infeksi saluran kemih
disebabkan oleh adanya reaksi kuman E.coli yang masuk kedalam tubuh yang
mengeluarkan endotoksin sehingga terjadi kerusakan sel . hal ini akan merangsang
leukosit untuk melepas zat epirogen yang mempengaruhi pusat termogulasi di
hipotalamus sehingga menimbulkan hipertrmia. Perawat sangat berperan penting untk
mengtasi hipertermia. Tindakan mengatasi atau menurunkan suhu ini mencakup
intervensi farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk terapi farmakologi obat antipiretik ,
aspirin, fan obat obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Asetaminofen merupakan obat
pilihan, aspirin dtidak diberikan pada anak anak karena terdapat hubungan antara
penggunaan aspirin pada anak anak dengan firus influenza atau cacar air dan syndroma
reye. Strategi nonfarmakologis teerrdiri dari mempertahankan intek cairan yang adekuat
untuk mencegah dehidrasi. Intervensi lain nya adalah memakai pakaian yang berwarna
cerah, melepas jaket atau tidak menggunakan baju yang tebal, dan mengatur suhu
ruangan yang sesuai (25,6c.) dalam mengatasi hipertermia juga bias dengan melakukan
kompres. Kompres seluruh badan dengan air hangat dapat memfalitasi pengeluaran
panas, serta dibutuhkan untuk meningkatkan keefektifan pemberian antipiretik. Namun
selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan. Selain itu, kompres alcohol juga
dikenal sebagai bahan untuk mengompres. Namun kompres menggunakan es sudah tidak
di anjurkan karena pada kenyataan panas tidak turun bahkan naik dan dapat
menyebabkan, menggigil, dan kebiruan. Metode kompres yang lebih baik adalah
kompres tepid sponge.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan


keperawatan yang professional dan bermutu tentang penyakit system reproduksi : saluran
kemih, sehingga penulis mengambil judul “Asuhan keperawatan hipertermia pada kasus
infeksi saluran kemih di RSI Sakinah Mojokerto”

2
1.2 Batasan masalah

masalah pada studi kasus ini dibatasi asuhan keperawatan hipertermia pada kasus
infeksi sauran kemih di RSI SAKINAH MOJOKERTO.

1.3 Rumusan masalah

“bagaiman asuhan keperawatan hipertermia pada kasus infeksi saluran kemih di RSI
SAINAH MOJOKERTO?”

1.4 Tujuan Studi Kasus


1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan hipertermia pada kasus infeksi saluran kemih di
RSI Sakinah Mojokerto
1.4.2 Tujuan Khusu
Dalam melakukan asuhan keperawatan hipertermia pada kasus infeksi sauran kemih
di RSI Sakinah Mojokerto, penulis diharkan mamu untuk :
1. Melakukan pengkajian keperawatan hipertermia pada kasus infeksi saluram kemih
di RSI Sakinah Mojokerto
2. Menetakan diagnosis keperawatan hipertermia pada kasus infeksi saluran kemih
di RSI Sakinah Mojokerto.
3. Menyusun perencanaan keperawatan hipertermia pada kasus infeksi saluran kemih
di RSI Sakinah Mojokerto
4. Melaksanakan tindakan keperawatan hipertermia ada kasus infeksi sauran kemih
RSI Sakinah Mojokerto
5. Melakukan evaluasi keperawatan hipertermia pada kasus infeski saluran kemih di
Rsi Sakinah Mojokerto

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Memerkaya ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kasus infeksi saluran
kemih dengan hipertermia di RSI Sakinah Mojokerto dan sebagai bahan masukan
untuk pengembangan ilmu keperawatan.
1.5.2 manfaat raktis
1. bagi perawat

3
meningkatkan keteramilan dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat ada
kasus infeksi saluran kemih dengan hipertermia.
2. Meningkat mutu pelayanan dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat
ada kasus infeksi saluran kemih dengan hipertermia
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan tambahan referensi tentang asuhan keperawatan hipertermia pada
kasus infeksi saluran kemih
4. Bagi klien
Mendaatkan asuhan keperawatan yang baik hingga dapat mengurangi keluhan dan
temperature tubuh dan kembali normal.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertermia


2.1.1 Pengertian
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
kenaikan suhu tubuh <37,8C (100F) per oral atau 38,8C (101F) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012).

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (NANDA, 2012).
Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas rentang
normalnya (NIC NOC, 2007).

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanisme


termoregulasi (Ensiklopedia Keperawatan). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh
yang lebih besar dari jangkauan normal (Doenges Marilynn E.). Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah keadaan dimana suhu inti
tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh
dari individu

2.1.2 Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen.
Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya :
Dehidrasi Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak layak
Kecepatan metabolisme meningkat
Pengobatan/ anesthesia
Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
Aktivitas yang berlebihan

5
2.1.3 Batasan Karakteristik
Tim Pokja SDKI (2017) batasan karakteristik hipertermia adalah:
Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Suhu tubuh diatas nilai normal
Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardia
d. Takipnea
e. Kulit terasa hangat
Batasan karakteristik hipertermia menurut Carpenito (2009) adalah sebagai
berikut:
Mayor (harus terdapat)
Suhu tubuh lebih dari 37,8C (100F) per oral atau 38,8 C (101F) peroral.
Minor (mungkin terdapat)
1) Kulit kemerahan
2) Hangat pada sentuhan
3) Takikardia
4) Menggigil/merinding
5) Dehidrasi
6) Sakit dan nyeri yang spesifik (misal:sakit/malaise/kelelahan,kehilangan nafsu makan)

6
2.1.4 Faktor yang berhubungan
Menurut Tim Pokja SDKI (2017) faktor yang berhubungan dari hipertermia adalah:
Penyebab
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misal:infeksi,kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktifitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
Kondisi klinis yang terkait:
1. Panas infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
Hipertermia disebabkan oleh mekanisme pengatur panas hipotalamus yang
disebabkan oleh meningkatnya produksi panas endogen. Ada juga yang menyebutkan
bahwa hipertermia terjadi karena infeksi,reaksitransfusi,tumor,imunisasi,dehidrasi,dan
juga karena adanya pengaruh obat (arvin et al,2009)

Faktor yang berhubungan menurut wikinson(2016) adalah sebagai berikut:


1. Obat atau anasthesia
2. Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
3. Dehidrasi
4. Penyakit atau trauma
5. Pakaian yang tidak tepat
6. Peningkatyan laju metabplisme
7. Terpajan pada lingkungan yang panas
8. Aktifitas yang berlebihan

7
2.1.5 Penatalaksanaan
Perawat sangat berperan penting untuk mengatasi hipertermia. Tindakan mengatasi
atau menurunkan suhu ini mencangkup intervensi farmakologi dan non farmakologi.
Untuk terapi farmakologi obat anti piretik yang digunakan untuk mengatasi demam
antara lain asetaminofen,aspobat obat anti inflamasi nonsteroid.
Strategi non farmakologi terdiri dari mempertahankan intake cairan yang adekuat
untuk mencegah dehidrasi. Intervensi lainnya adalah memakai pakaian yang berwarna
cerah, jaket yang tebal,dan mengatur suhu ruangan yang sesuai (25,6) dalam mengatasi
hipertermia juga bisa dengan melakukan kompres (setiawati,2009)

2.2 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih


2.2.1 Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah berkembang biaknya mikroorganisme didalam
saluran kemih,yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,virus atau
mikroorganisme lain. Tempat yang sering mengalami ISK adalah kandung kemih,dan
ginjal (tato suharyanto,2009).

2.2.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih


1. Infeksi Saluran Kemih Bawah
a. Sistitis
Adalah infeksi kandung kemih yang sering terjadi pada wanita yang aktif
secara seksual dan wanita menepouse
b. Ureteritis
Adalah inflamasi uretra,yang sering terjadi pada wanita dan memiliki
manifestasi klinis yang sama seperti sistitis.
c. Prostatitis
Adalah inflamasi kelenjar prostat,yang terfjadi pada pria dewasa pada semua
kelompok usia.
2. Infeksi Saluran kemih Atas
a. Pielonefritis
Merupakan infeksi pada parenkin ginjal yang disebabkan oleh infeksi

8
2.2.3 Etiologi
Menurut Slamet Suyono (2004) penyebab infesi saluran kemih adalah:
Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus yang kemudian yang naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif ternyata
E-colli menduduki tempat teratas,yang kemudian diikuti oleh:
a. Proicus
b. Pseudomonas
c. Klibseria
Jenis kokus Gram-positiflebih jarang sebagai penyebab ISK. Virus juga sering
ditemukan pada urin tanpa gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 juga
diduga penyebab sistitis hemoragic. Candida merupakan jamur yang paling sering
menyebabkan ISK terutama dengan pasien dengan kateter.

2.2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Slamet Suyono (2004) manifestasi klinis infeksi saluran kemih adalah:
gejala ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang bsering ditemukan adalah : disuria,polisakarida, tenesmus,nokturia,terjadi
bersamaan. Nyeri suprapublik dan daerah pelvis. Polisakarida terjadi aklibat kandung
kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500ml karena mukosa yang meradang
sehingga sering kencing.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut:
a. Pada ISK bagian bawah,keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas
diuretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikitserta rasa yang tidak enak
b. Pada ISK bagian atas ditemukan gejala sakit
kepala,malaise,mual,muntah,demam,menggigil,rasa tidak enak,nyeri di pinggang

2.2.5 Patofisiologi
Sebagian besar adalah infeksi usus asenden,pada wanita jalur yang bisa terjadi
adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulva,kemudian masuk ke kandung
kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan
seksual. Pada pria , setelah prostat berkoloni maka akan terjadi infeksi asenden.
Mungkin juga bisa terjadi akibat pemasangan alat seperti kateter,terutama pada
golongan usia lanjut ( M Clevo,2012)

9
Wanita yang menderita sakit ini karena uretra yang pendek, masuknya kuman dalam
hubungan seksual dan mungkin perubahan ph dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. Pada wanita frekuensi berkemih yang jarang juga memiliki peran ( M
Clevo 2012)

10
Pathway
Akumulasi dan faktor resiko
(infeksimikroorganisme,penggunaa
n steroid dalam jangka yang
panjang,usia lanjut,anomaly saluran
kemih,cidera uretra,riwayat ISK)

Makanan terkontaminasi
mikroorganisme masuk lewat mulut

HCL (lambung)

Hidup

Usus terutama Plek Player

Kuman mengeluarkan
Endotoksin

Bakterimia primer

Tidak difagosit

Bakterimia sekunder

Hipotalamus

Menekan termogulator

Hipertemia

11
2.2.6 Diagnosis
Diagnosa pasti ditegakkan dengan kultur organisme melalui urine,terutama
sampel dari urine porsi tengah. Sampel ini dikirimkan segera ke laboraturium atau
dalam waktu 24 jam dalam lemari es dengan suhu 4 derajat. Bila sulit ambil urin yang
pertama dalam kandung kemih dapat meningkatkan jumlah bakteri ( M Clevo,2012)
Penggunaan kateter yang didiagnosis hanya untuk pasien yang hanya memakai
kateteer. Aspirasi suprapublik berguna bagi bayi dan dewasa dimana pemeriksaan
urine porsi tengah berulang kali tidak menunjukkan hasil terkontaminasi atau hasil
jumlah bakteri yang rendah (M Clevo,2012)
Menurut Priscillia (2016) pemeriksaan laboraturium pada ISK adalah sebagai
berikut:
1. Urinalisis
2. Pewarnaan Gram urine
3. Pemeriksan kultur dan sensitivitas urine
4. SDP dengan deferensial

2.2.7 Penatalaksanaan
menurut M Clevo (2012) penatalaksanaan infeksi saluran kemih adalah sebagai
berikut:
1. Secara umum tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan
cepat,meminimalisasi dan frekuensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas.
Tujuan ini dapat tercapai dengan pemberian antibiotic sambil mencari penyebab
2. Pelaksanaan pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar progresifitasnya
tidak berlanjut. Dalam memilih anti biotic harus memperhatikan beberapa hal
yaitu efek samping (terutama pada ginjal),harga resistensi,kepatuhan,dan interaksi
obat.
3. Antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati ISK tidak berkomplikasi pada
lansia adalah trimetropin
4. TMP/SMX telah menjadi obat kini terutama pada ISK non komplikata karena
mampu membunuh banyak jenis mikroorganisme,kecuali enterococcus kelebihan
lain adalah TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan
lansia yang memiliki kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai
tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX pada Ecoli.

12
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan Hipertermia Dengan Kasus ISK
2.3.1 Pengkajian Data
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari anamnese allo dan auto anamnese. Data
subjektif menurut Wijaya dan Putri (2013) terdiri dari:
a. Biodata pasien
Nama,umur,jenis kelamin,orang tua,tanggal MRS,nomor rekam
medik,diagnosa medis,diagnosa medis,catatan kedatangan,keluarga yang dapat
dihubungi
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering pasien rasakan adalah Disuria, Poliuria. Nyeri,
Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli
kedalam kolon.
d. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu ditanyakan adalah Apakah sebelumnya pernah sakit ISK atau
sebelumnya memiliki riwayat penyakit ISK sebelumnya
e. Riwayat penyakit kluarga
Uyang perlu dikaji dalam penyakit keluarga adalah Apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau tidak
f. Riwayat psiko sosial spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan
dalam beribadat karena klien lemah.
a) Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin
BAK. Sosial Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada
bicara klien sopan.
b) Budaya
Adakah kebudayaan pada lingkungan yang menyebabkan klien terkena atau
berisiko terkena penyakit ISK tersebut
c) Spiritual
Tidak dikaji
13
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksanaan
Terjadi perubahan hidup yang tidak sehat karena defisit perawatan diri akibat
kelemahan,sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang juga memerlukan
perawatan yang serius (muttaqin,2008)
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) intake minum yang kurang
2) mual,muntah
3) anoreksia
4) demam peningkatan suhu
c. Pola eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urin keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri
5) Diare
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola tidur dan istirahat
1) Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola persepsi dan kognitif
1) Nyeri suprapubic
2) Disuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum penderita dalam keadaan lemah,composmetis,apatis,stupor,.
Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan untuk menilai kesadaran klien.
Tanda vital:suhu tubuh meningkat,nadi meningkat,respirasi dan meningkat.

14
b. Sistem Integumen
1) Kulit tergantung pada keadaan penderita apabila kekurangan O2 kulit akan
kebiruan kekurangan cairan turgor kulit tidak elastis. (muttaqin 2008)
2) Kuku jika pnderita kehilangan O2 akan tampak kebiruan (muttaqin,2008)
c. Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin,2008)
1) Kepala : bentuk normal simetris
2) Muka : bentuk kadang tidak simetris
3) Leher : tidak ada
d. Sistem pernafasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
2.3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanya
masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua factor-
faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien
untuk mencegah atau menghilangkan masalah. Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien infeksi saluran kemih adalah
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya
peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anoreksia.
5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

15
2.3.3 Intervensi keperawatan
1) Dianosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan
oleh adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
Tujuan : menurunkan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC, perabaan tidak hangat , tidak
menggigil.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.

Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional :Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama keringat.

3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan paha.

Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau menurunkan
suhu secara evaporasi.

4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.

5) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

16
2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatanyang direncanakan oleh perawat,melaksanakan anjuran dokter
dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah ukuran keberhasilan dari rencana keperwatan dalam
memenuhi kebutuhan penderita. Tujuan tindakan untuk menurunkan hipertermi
adalah teratasi, evaluasi yang dilakukan dengan memastikan tidak adanya peningkatan
suhu tubuh

17
BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan yang di gunakan dalam menyelenggarakan


studi kasus.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan
memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang biasa mempengaruhi volidity suatu
hasil, selain itu desain riset juga berguna sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan
dan pelaksaan peneliti untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pernyataan
(Nursalam,2008).

Desain peneliti ini adalah Case Study yaitu meneliti suatu permasalahan melalui studi
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu orang,
sekelompok penduduk yang terkena masalah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara
mendalam dianalisis baik dari segi faktor yang berhubungan dengan kasus itu
sendiri,faktor yang mempemgaruhi,maupun kejadian yang muncul sehubungan dengan
kasus serta tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu
(Notoatmodjo,2012).

Dalam penelitian ini studi kasus yang dilakukan adalah Asuhan Keperawatan pada
klien yang mengalami Infeksi Saluran Kemih dengan diagnosa keperawatan Hipertemia
di RSI Sakinah Mojokerto.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
pada Klien yang Mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK) Berhubungan dengan
Hipertermi” di RSI Sakinah Mojokerto adalah sebagai berikut :

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung
kemih,yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi
urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih (prostatis,uretritis) (M.Clevo 2012). Infeksi Saluran Kemih dapat

18
menimbulkan masalah Hipertermi akibat endotoksin yang dilepaskan oleh kuman
penyebab. Menurut Potter dan Perry (2010), tubuh manusia dapat berfungsi secara
normal hanya dalam rentang temperatur yang terbatas atau sempit yaitu 36,5-37,5◦C
(98,6◦F) ± 1◦C. Hipertermia merupakan kondisi kenaikan suhu tubuh diatas kisaran
normal (Nurarif & Kusuma,2016). Hipertemia pada klien yang mengalami Infeksi
Saluran Kemih disebabkan karena efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus dan proses infeksi (Wijaya & Putri,2013).

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan objek yang akan diteliti dalam studi kasus yaitu dewsa
(usia<20tahun) yang telah terdiagnosa Infeksi Saluran Kemih dan atau keluarganya serta
mengalami masalah masalah keperawatan hipertemi dengan suhu tubuh lebih dari
37,5◦C. Jumlah partisipan yang akan digunakan sebanyak 2orang.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dalam
rentang waktu bulan april-mei 2017. Penelitian dilakukan selama minimal 3 hari
berturut-turut
3.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian : dilakukan melalui wawancara dengan klien atau keluarga yang berisi
tentang riwayat keperawatan yaitu ada biografi,riwayat kesehatan sekarang,riwayat
kesehatan dahu;lu,riwayat kesehatan keluarga,riwayat psikososial,dan pola fungsi
kesehatan
2. Observasi dan pemeriksaan fisik : data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
yang terdiri dari inspeksi,auskultasi,palpasi dan perkusi yaitu keadaan
umum,kesadaran,tanda vital,dan pemeriksaan head to toe
3. Studi dokumentasi : dihasilkan dari hasil rekam medis klien berupa hasil
pemeriksaan diagnostik
3.6 Uji Keabsaan
Uji keabsaan data dimaksudkan untuk menguji kualitas dan informasi yang diperoleh
hingga data validasi tinggi.

19
3.7 Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,observasi,dan dokumen


(WOD). Data yang telah dikumpulkan akan ditulis dalam bentuk catatan lapang,
kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti meragkum,memilih hal-hal pokok,memfokuskan
pada hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal hal yang penting,dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mrlakukan
pengumpulan data selanjutnya,dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,2012).

Data hasil wawancarayang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu
dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal.

3.7.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan tabel dan teks naratif. Kerahasiaan klien terjamin
dengan mengaburkan identitas dari klien. Data yang disajikan,kemudian dibahas dan
dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu,dan secara teoritas dengan perilaku
kesehatan.

3.7.4 Simpulan

Penarikan simpulan dilakukan dengan metode induksi. Metode induksi yaitu


penarikan kesimpulan dari hal-hal yang khusus yang diarahkan kepada hal-hal umum
untuk mengetahui jawaban dari permasalahan dalam penelitian. Kesimpulan tersebut
kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung,dengan melihat kembali reduksi
data maupun pada penyajian data. Sehingga kesimpulan tersebut merupakan jawaban
dari rumusan masalah dan tidak menyimpang dari permasalahan penelitian, yaitu Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami Infeksi Saluran Kemih dengan hipertermia.

20
3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari STIKES Bina
Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto serta mengajukan permohonan kepada untuk
mendapatkan persetujuan dilakukan penelitian. Setelah membuat persetujuan,selanjutnya
penelitian dilakukan dengan menekankan etika peneliti,yaitu :

3.8.1 Informedconcent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan


responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed concent
adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui damapaknya.

3.8.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam


penggunaan subyek peneliti dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil peneliti yang disajikan.

3.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan


kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2012).

21
BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Hasil asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2 yang mengalami infeksi saluran kemih
di RSI Sakinah Kota Mojokerto selama 3 hari bahwa :
1. Peneliti melakukanpengkajian secar subjektif yaitu pasien mengeluh badannya panas
dan objektif yaitu suhu tubuh klien 1 dan 2 dalam kategori febris 1 38,1 C dan klien 2
37,8 C
2. Diagnosa keperawatan yaitu hipertermia berhubungan dengan agen infeksi penyakit.
3. Intervensi yang dilakukan peneliti adalah pantau suhu inti melalui rute yang tepat
(mis:timpanik,rectal),observasi keluhan dan tingkat kesadaran, pantau dan catat
semua sumber kehilangan cairan,seperti urine,muntah diare dan kehilangan cairan
yang tidak disadari ,anjurkan pasien untuk minum sebanyak 1,5-2 liter dalam 24
jam,anjurkan menggunakan pakaian yang longgar dan ringan,berikan kompres air
biasa,kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat (antibiotik,antipiretik)
4. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana asuhan yaitu memantau suhu inti
melalui rute yang tepat (mis: timpanik,rectal) ,observasi keluhan dan tingkat
kesadaran memantau dan mencatat semua sumber kehilangan cairan,seperti
urine,muntah diare dan kehilangan cairan yang tidak disadari ,anjurkan pasien untuk
minum sebanyak 1,5-2 liter dalam 24 jam,anjurkan menggunakan pakaian yang
longgar dan ringan,berikan kompres air biasa,kolaborasi dengan tenaga medis untuk
pemberian obat (antibiotik,antipiretik)
5. Evaluasi pada klien 1 dan 2terjadi pada hari ketiga masalah teratasi karena klien
sudah tidak mengeluh panas maupun pusing,tanda-tanda vital sudah dalam batas
normal. Terjadi perbedaan antara klien 1 dan klien 2 dimana suhu tubuh klien 1 lebih
tinggi dari klien 2 sudah tidak mengalmi panas, badan sudah tidak teraba hangat,dan
suhu tubuh sudah normal. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi keperawatan pada
klien 1 dan mlien 2 tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

22
5.2 Saran
5.2.1 Klien
1. Menghindari aktifitas yang berlebihan pada saat cuaca panas
2. Menghindari mengkonsumsi makanan yang dijual sembarangan
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
5.2.2 Keluarga
1. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Menyediakan makanan yang bersih dan sehat
3. Segera mendtangi tenaga kesehatan bila mengalami panas dan panas saat
berkemih jangan dibiarkan lama dirumah.

23

Anda mungkin juga menyukai