Anda di halaman 1dari 2

A.

DEFINISI

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh. (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh >37,80C (100 oF) per oral atau 38,80C (101 oF) per rektal yang
sifatnya menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan
peningkatan suhu tubuh (suhu rektal > 38,80C (100,4 F)) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas (Perry
& Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas. (Perry & Potter, 2005). Hipertermia merupakan suatu kondisi di
mana terjadinya peningkatan suhu tubuh di atas 37,20C akibat dari system pertahanan tubuh
dari infeksi (viremia). (Sudoyo, Aru W, dkk, 2010).

B. TANDA DAN GEJALA

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor. Adapun gejala dan
tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

Suhu tubuh di atas nilai normal Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu > 37,80C (100 oF) per oral
atau 38,80C (101 oF) per rektal.

b. Gejala dan Tanda Minor

1.Kulit merah ,kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).

2.Kejang, kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak
terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi.

3.Takikardia , takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung
yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.

4.Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang cepat dan
dangkal.

5.Kulit terasa hangat, kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh
darah sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

C. TES DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resikoinfeksi

2. Pemeriksaan urine

3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid.
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody .Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah divaksinasi . Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid

4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5

5. uji tourniquet (siswantara,2013)

D. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan farmakologis

Tindakan menurunkan suhu mencakup intervennsi farmakologik yaitu dengan pemberian


antipiretik.Obat yang umum digunakan untuk menurunkan demam dengan berbagai penyebab
(infeksi, inflamasi dan neoplasama) adalah obat antipiretik.Antipiretik ini bekerja dengan

mempengaruhi termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan menghambat kerja
prostaglandin secara perifer (Hartini, 2012). Obat antipiretik antara lain asetaminofen, aspirin,
kolin dan magnesium salisilat, kolin salisilat, ibuprofen, salsalat dan obat- obat anti inflamasi
nonsteroid (NSAID). Asetaminofen merupakan obat pilihan, aspirin dan salisilat lain tidak boleh
diberikan pada anak-anak dan remaja. Ibuprofen, penggunaannya disetujui untuk menurunkan
demam pada anak- anak yang berusia minimal 6 bulan.Hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen
pada pasien-pasien dengan gangguan perdarahan (Hartini, 2012). Beberapa ibuprofen yang tidak
disetujui penggunaannya untuk anak-anak adalah nuprin, motrin IB, medipren.Pemberian
antipiretik yang berlebihan perlu diperhatikan, karena dapat menyebabkan keracunan (Totapally,
2005).

2. Tindakan non farmakologis

Tindakan non farmakologis tersebut seperti menyuruh anak untuk banyak minum air putih,
istirahat, serta pemberian water tepid sponge. Penatalaksanaan lainnya anak dengan demam
adalah dengan menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal dan mengusahakan agar
pakaian anak tidak tebal (Budi (2006)dalam Setiawati (2009).

Anda mungkin juga menyukai