Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Dosen Pengampuh : Dessy Rindiyanti H, S.Kep.Ns., M.Kep

Di susun oleh kelompok 3 :

Aprilia nur malasari : A832012102


Dafit : A832012103
Mawadah : A832012111
Nurul fatmawati : A832012115
Rohmah : A832012116
Susi susyanti : A832012122

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAZHATUT THULLAB AL-MUAFA SAMPANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


A. Pengertian

Osteomielitis adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri atau fungsi pada
tulang. Infeksi ini dapat terjadi pada tulang itu sendiri jika cedera membuat tulang rentan
terkena kuman

B. Etiologi
1) Bakteri, sekitar 80% penyebab osteomielitis adalah bakteri staphylococcus aureus. Selain
itu, bakteri escherichia coli, pseudomonas, klebsiella. Salmonella, dan proteus juga
mungkin memicu osteomielitis.
2) Vinas, jamur dan mikroorganisme lain.
3) Infeksi jaringan lunak terdekat. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran
infeksi jaringan lunak sekitar tulang. Infeksi ini bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran, kanker. Atau ulkus di kulit yang disebabkan
oleh buruknya pasokan darah.
4) Asupan nutrisi buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus, artritis
rheumatoid, pernah menjalani pembedahan ortopedi, atau mengalami infeksi luka.
C. Manifestasi Klinis
a) Efek lokal
o Drainase dan ulserasi pada tempat yang terkena
o Pembengkakan, eritema dan hangat pada tempat yang terkena
o Nyeri tekan terlokalisasi
o Nyeri akut atau kronik dengan intensitas yang meningkat
b) Efek sistemik
o Keterlibatan nodus limfe, khususnya pada ekstremitas yang terkena
o Suhu tinggi disertai menggigil
o Malaise
o Takikardia
o Mual dan muntah
o Anoreksia
c) Fase akut. Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Demam meninggi, nyeri tulang dekat
sendi, tidak dapat menggerakkan anggota tubuh.
d) Fase kronik. Rasa sakit sedang, anggota tubuh yang terinfeksi memerah dan bengkak
dengan pus terus mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode nyeri berulang,
inflamasi dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut
akibat kurangnya asupan darah.
D. Patofisiologi

Faktor factor yang berperan dalam menimbulkan penyakit yaitu viruensi organisme
dan kerentanan hospes dengan status imun yang rendah. Penyakit ini lebih terbatas pada
metafisis tulang karena pembuluh darah cenderung melingkari metafisis sehingga
memungkinkan emboli terinfeksi menyangkut di daerah itu dan lapisan epifisis dapat
mencegah penyebaran infeksi ke sendi sehingga infeksi terkoalisir di metafisis. Itulah
sebabnya mengapa infeksi terjadi pada lapisan metafisis tulang yang
mengalamiperpertumbuhan pada anak-anak tetapi pada orang dewasa terjadi di dialisis.

E. Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan Darah: Sel darah putih meningkat sampai 30.000 gr/dl disertai dengan
peningkatan laju endap darah.
B. Pemeriksaan Titer Antibody dan Anti Staphylococcus Pemeriksaan kulturdarah untuk
menentukan bakteri dan diikuti uji sensitivitas,
C. Pemeriksaan Feses: Pemeriksaan feses untuk kultus dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
D. Pemeriksaan Biopsy Tulang Proses pengambilan tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
E. Pemeriksaan Radiologis: Pada 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologic
setelah 2 minggu terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang
dan pembetukan tulang yang baru.
F. Penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Istirahat local dengan bidai dan traksi
3. Pemberian cairan IV dan tranfusi darah (jika perlu)
4. Pemberian antibiotic secepatnya seusai dengan penyebab utama staphylococcus aureus
yang diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan tetap diberikan
sampai 2 minggu setelah laju endap darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemikantibioti gagal.
Pada drainase bedah pus dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra oseus dan untuk
biakan kuman
6. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A. B,C,D dan K. • Vitamin K Diperlukan untuk
pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat kalsium. Vitamin A,B dan C: Untuk
dapat membantu pembentukan tulang. Vitamin D: Untuk membantu pengerasan tulang
dengan cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang
kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas pasien. Data diri pasien seperti nama, jenis kelamin, usia, dll.
b) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu. Identifikasi adanya trauma tulang. fraktur terbuka,
atau infeksi lainnya seperti pneumonia, sinusitis, kulit atau infeksi gigi dan
infeksi saluran kemih.
2. Riwayat kesehatan sekarang. Identifikasi apakah pasien mengalami
pembengkakan disertai nyeri dan demam
c) Riwayat kesehatan keluarga. Kemungkinan pasien memiliki penyakit hereditas
d) Riwayat psikososial. Kemungkinan pasien mengalami depresi, kemarahan ataupun
stres,
e) Gaya hidup. Anoreksia, mual, muntah, atau pola nutrisi lainnya. Identifikasi
kemungkinan pasien mengalami adakah retensi urin dan kosntipasi.
f) Pemeriksaan fisik:
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam, dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetesm terapi kortikosteroid jangka
panjang) gdan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi (pada
osteomielitis akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5. Identifikasi peningkatan suhu tubuh
6. Kaji area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
7. B1 ( Breathing) Pada inspeksi didapatkan bahawa klien osteomyelitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks ditemukan taktil femitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak ditemukan suara napas tambahan
8. B2 ( Blood): Pada inpeksi tidak ditampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat dan iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan
S2 tunggal dan tidak ada murmur.
9. B3 (Brain): Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
10. B4 Bladder) Pengkajian kadar urinemeliptui warna, jumlah, karakteristik dan
berat jenis. Biasana pada osteomyelitis tidak mengalami kelainan pada system ini.
11. B5 (Bowel): Inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi
turgor kulit baik dan hepar tidak teraba. Perkusi suara timpani dan nada pantulan
gelombang cairan. Auskultasi peristaltic usus normal.
12. B6 (Bone): Akan ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembekakan
sendi akan menggangu fungsi motorie klien, Kerusakan integritas jaringan pada
kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus yang berbau khas
13. Pemeriksaan saraf kranial
 Saraf I: Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
 Saraf II: Tes ketajaman penglihatan normal
 Saraf III, IV dan IV: Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata
dan pupil isokor
 Saraf V: Tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak
ada kelainan
 Saraf VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris
 Saraf VIII: Tidak ditemukan tui konduktif dan persepsi
 Saraf IX dan X: Kemampuan menelan baik, tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius
H. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera Fisiologis (Inflamasi)
2) Gangguan integritas kulit/Jaringan b.d penurunan mobilitas.
3) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
4) Hipertermia b.d proses penyakit
5) Risiko infeksi d.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
6) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme
I. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Menejemen nyeri
pencedera fisiologis intervensi selama 3x 1. Identifikasi lokasi,
atau inflamasi. 24jam, maka tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, dan
kriteria hasil: intensitas nyeri.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi sekala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
2. Meringis non verbal
menururn 4. Identifikasi faktor yamg
3. Sikap protektif memperberat dan
menururn memperingan nyeri
4. Gelisah dan 5. Identifiksi pengetahuan
kesulitan tidur dan keyakinan tentang
menururn nyeri
5. Anoreksia, mual 6. Identifikasi pengaruh
dan muntah budaya terhadap respon
menururn nyeri
6. Ketegangan otot 7. Identifikasi pengaruh nyeri
dan pupil pada kualitas hidup
menurun 8. Monitor keberhasilan
7. Pola nafas dan terapi komplementer yang
tekanan darah sudah diberikan
membaik 9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
10. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
misallnya akupresul, terapi
musik dan dll
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
14. Jelaskan penyebab, priode,
dan peminyu nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian analgetik
1) Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus pereda,
kualitas, lokasi, dll).
2) Identifikasi riwayat
alegi obat
3) Identifikasi kesesuaian
jenis analgetik
(mis,narkotika, non
narkotika atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
4) Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
5) Monitor efektifitas
analgesik
6) Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal jika
perlu
7) Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioip untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
8) Tetapkan target
efektivitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
9) Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
10) Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
11) Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
J. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan system tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta
mengupayakan rasa aman, nyaman. dan keselamatan medis.

K. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menangkut pengumpulan data


obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang
perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan. keperawatan telah
tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru. Dari diagnosa yang sudah
ditetapkan diatas maka evaluasi atau hasil dari tindakan perawat maka tidak lagi merasakan
nyeri, tidak mengalami peningkatan suhu tubuh, asupan nutrisi tercukupi, sudah dapat
melakukan mobilisasi, terhindar dari kerusakan integritas kulit serta infeksi dan konsep diri
sudah positif.

Anda mungkin juga menyukai