Anda di halaman 1dari 70

oleh

Dengan Tutor Kami


OUR MEMBER
DITA
DINI
RIZKA
JOAN
RISTA
NURUL
CHA
AMNA
SUHENDRA
BUNGA
BLOK 18
INFEKSI & INFLAMASI
SISTEM
MUSKULUSKELETAL
SEMESTER 6
BIRDS NEST
Abdurrahman, seorang anak laki-laki berusia 10
tahun, dibawa ke RS dg keluhan sudah 1 bulan ini tdk
dpt menggerakkan kedua kakinya. Dari pemeriksaan
didapatkan paraplegia dan gibbus setinggi vertebrae
torakal XII. Sebelumnya diketahui ada riwayat batuk
kronis dan sering demam pada malam hari serta
penurunan BB. Hasil pemeriksaan leukosit 9000/mm
dan LED 50 mm/jam
Dokter selanjutnya melakukan rontgen dan
ditemukan osteolitik dan destruksi korpus vertebrae
dan penyempitan diskus intervertebralis dan birds
nest.
Bagaimana anda menjelaskan keluhan pd
Abdurrahman?
Gibbus : bungkuk
Paraplegia : kelumpuhan pd extremitas
inferior yang disebabkan oleh lesi pada medulla
spinalis.
Diskus intervertebralis : lempengan kartilago yg
membentuk sebuah bantalan vertebrata.
Birds nest : gambaran seperti sarang burung
yang merupakan tanda khas adanya abses.
1. Adakah hubungan usia dan jenis kelamin dg keluhannya?
Hipotesa:
Usia dan jenis kelamin berhubungan dan merupakan
faktor resiko terjadinya keluhan yang dialaminya dimana
biasanya lebih banyak terjadi pada laki-laki dg
perbandingan 1,5 : 2,1 dan sering pada usia < 20 tahun.

2. Mengapa abdurrahman tidak bisa menggerakkan kedua
kakinya?
Hipotesa:
Infeksi pada tulang belakangmenyebabkan terbentuk
absesabses-abses berisi sitokin inflamasimenekan
medula spinalismengganggu motoriktidak bisa
menggerakkan kakinya.

3. Apa yang menyebabkan paraplegia dan gibbus pd
abdurrahman?
Hipotesa:
Paraplegi : Infeksi pada tulang
belakangmenyebabkan terbentuk absesabses-
abses berisi sitokin inflamasimenekan medula
spinalismengganggu motoriktidak bisa
menggerakkan kakinya.
gibbus : infeksi TB paru menyebar melalui
hematogen menyerang organ yang
tervaskularisasi dengan baik (tulang) destruksi
korpus dan arcus vertebralis gibbus


4. Apakah ada hubungan keluhan sebelumnya
dengan keluhan sekarang?
Hipotesa
Ada hubungannya karena keluhan sebelumnya
merupakan gejala dari adanya infeksi M.
tuberkulosis yg kemudian menyebar secara
hematogen yang bersifat hematogenik tersamar
(occult hematogenic spread) mencapai organ
yang tervaskularisasi dengan baik tulang
5. Apa makna dari pemeriksaan lab?
Hipotesa:
Makna leukosit 9000/mm : dalam batas normal,
karna sifat infeksius dari M. tuberkulosis
LED 50 mm/jam : karena ada reaksi inflamasi


6. Apa makna dari pemeriksaan rontgen?
Hipotesa:
Makna dari px rontghen:
o Osteolitik : karena terjadi hiperemi dan eksudasi
terjadi kerusakan resisten terhadap TB
menyempit
o Abses corpus vertebrae IDEM
o Birds nest tanda ditemukannya abses pada
vertebrae.
7. Adakah pemeriksaan lain yang dapat dilakukan?
Hipotesa:
Px lainnya:
Uji tuberkulin (terutama pada TB kasus anak)
Px lab px darah biasanya didapatkan anemia
hipokrom
Ct-Scan
MRI
Kultur bakteri
Biopsi tulang
8. Apa dx dr keluhannya?
Hipotesa
Dx : Spondilitis TB stadium 4 derajat 4

9. Bagaimana tatalaksana yg dapat dilakukan?
Hipotesa:
Pemberian OAT untuk anak regiman 2HRZ/4HR
Dekompresi medulla spinalis
Terapi konservatif: bed rest, immobilisasi
mengggunakan korset (gips) pd vertebrae.
Terapi operatif drainase abses
10. Apa komplikasi yg dpt terjadi bila tdk segera
ditangani?
Hipotesa:
Komplikasi yg dpt terjadi:
Ruptur abses paravertebrae
Cedera corda spinalis

11. Bagaimana prognosisnya?
Hipotesa:
Prognosisnya DUBIA et MALAM, dikarenakan dari
manifestasi klinisnya sudah menyerang neuron dan
baru dilakukan tatalaksana setelah keluhan 1 bulan.
12. Apakah abdurrahman perlu dirujuk?
Hipotesa:
Kasus abdurrahman dirujuk karena untuk
spondilitis TB kompetensi dokter umum adalah
3B dan dikarenakan sudah ada paraplegi yg
menunjukkan sudah adanya komplikasi yg
menyerang saraf.
Infeksi dan
inflamasi susunan
muskuloskeletal
Faktor resiko
epidemiologi
etiologi
Patogenesis/patofis
Manifestasi klinis
px
fisik
penunjang
DD & DX rujukan komplikasi
penatalaksaan
Non farmako farmakologi
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
Penyakit dan inflamasi susunan muskuloskeletal
1. Piogenik :
Osteomielitis hematogen akut dan kronis
Arthritis septik akut
Tendovaginitis akut
Panaristum
Parinikia
2.Granulomatosa
Spondilitis TB
Arthritis TB
Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis
adalah suatu
proses inflamasi
akut ataupun
kronis dari tulang
dan struktur
struktur
disekitarnya
akibat infeksi
dari kuman
kuman piogenik
Osteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena
pada daerah tersebut peredaran darah nya lambat dan
banyak mengandung sinusoid sinusoid .

Penyebaran dapat terjadi :
1. Ke arah korteks membentuk abses subperiosteal dan selulitis
pada jaringan sekitarnya.
2. Menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak dan
abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan
menimbulkan kematian tulang yang disebut sequester.
3. Menyebar kearah medulla.
4. Menyebar ke persendian terutama bila lempeng
pertumbuhannya intra artikuler .
Sering ditemukan pada usia decade I II .
Tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan
infant.
Anak laki laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1).
Lokasi yang tersering adalah tulang panjang
seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna,dan
fibula.

Epidemiologi
Etiologi
Penyebab osteomielitis pada anak anak
Staphylococcus aureus (89 90%)

Streptococcus (4-7%)

Haemophillus influenza (2-4%)

Salmonella typhii dan Escherecia coli (1-2%)


Manifestasi Klinik

Fase akut adalah fase terjadinya infeksi sampai 10
15 hari. Pada fase ini anak tampak sangat sakit,
panas tinggi,pembengkakan, dan gangguan fungsi
anggota gerak yang terkena.
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri
tekan lokal dan pergerakan sendi yang terbatas,
namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan.
Dapat pula disertai gejala sistemik seperti
demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan
menurun pada anak.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju
endap darah yang meninggi dan leukositosis,
pada foto rontgen tidak ditemukan kelainan, namun
pada minggu kedua mulai ditemukan destruksi
tulang dan reaksi periostal pembentukan tulang
baru.
Presentasi radiologi dari Osteomielitis hematogen
akut mirip dengan gambaran neoplasma
seperti Leukimia limfositik akut, Ewings sarkoma,
dan histiositosis Langerhans. Karena itu,
dibutuhkan biopsi untuk menentukan diagnosis
pasti. Pada pemeriksaan kultur darah tepi,
ditemukan organisme penyebab infeksi.


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan lain untuk
menunjang ditegakkannya diagnosis
osteomielitis hematogen akut adalah :
Foto polos tulang : kelainan pada foto
polos ini baru dapat dilihat setelah 1
minggu, yaitu seperti kerusakan tulang
dan pembentukan tulang yang baru.
Bone scan : dapat dilakuakn pada
minggu pertama
MRI : jika terdapat fokus yang
gelap pada T1 dan fokus yang
terang pada T2, maka kemungkinan
besar adalah osteomielitis

Penatalaksanaan
1. Rawat inap dan bed rest total, serta diberikan
obat penghilang rasa nyeri
2. Dapat dilakuakan pemberian nutrisi tambahan
secara intravena
3. Dilakukan imobilisasi pada tulang yang terkena
dengan removable splint atau traksi untuk :
Mengurangi nyeri
Mencegah penyebaran
Mencegah kontraktur jaringan lunak
4. Pemberian antibiotik dapat dilakukan :
Melalui oral
Melalui infus : jika dilakuakn pemberian melalui
infus, maka diberikan selama 2 minggu,
kemudian diganti menjadi melalui mulut
5. Jika dala 24 jam pertama gejala tidak membaik,
maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada.
Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan
dipasang drainase.
6. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4
minggu hingga nilai Laju Endap Darah normal
Osteomielitis Kronis
lanjutan osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis
atau tidak terobati dengan baik. Namun dapat juga
terjadi setelah fraktur terbuka/ operasi tulang.
Etiologi => Staphylococcus Aureus, E. Colli, Proteus,
Pseudomonas.
Patogenesis
Infeksi => akibatkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan
spontan pada tulang normal. Sekuestrum berupa benda
asing (tulang mati) yang mencegah penutupan kloaka
(pada tulang) dan sinus (pada kulit)

Manifestasi Klinis
Cairan keluar dari luka/ sinus
demam & nyeri lokal hilang timbul

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Darah => LED dan leukosit meningkat
Titer antibody anti-Staphylococcus meningkat
Kultur dan uji sensitivitas untuk menentukan organisme penyebab dan
menentukan pengobatan.
Pemeriksaan Radiologis

Foto polos => tanda porosis dan sklerosis tulang, penebalan periost,
elevasi periost, sekuestrum.
Radioisotop Scanning => tegakkan diagnosis dengan memakai
99mTCHDP
CT dan MRI => lihat sejauh mana kerusakan tulang dan rencana
pengobatan.

Tatalaksana
Antibiotik => Osteomielitis tidak dapat diobati
dengan antibiotik semata.
Antibiotik tetap diberikan untuk :
cegah infeksi menyebar pada bagian tulang lain
mengontrol eksaserbasi akut
Operatif => keluarkan jaringan nekrotik dan
dekompresi tulang serta mempermudah
antibiotik mencapai sasaran. Dilakukan bila
fase eksaserbasi akut telah reda.

Komplikasi
Kontraktur sendi
Penyakit Amiloid
Fraktur patologis

Artritis Septik Akut
Definisi
Infeksi bakteri piogenik (penghasil nanah) akut
pada sendi yang jika tidak segera ditangani dapat
berlanjut menjadi kerusakan pada sendi

Epidemiologi
Sering terjadi bersamaan dengan osteomielitis
hematogenous
Merupakan penyakit yang sering timbul pada
anak-anak, terutama bayi baru lahir yang
menderita defisiensi imun
Pada anak-anak, lokasi yang paling sering terjadi adalah
pada sendi pinggul dan bahu
Pada orang dewasa, dapat terjadi di sendi manapun
Etiologi

Bakteri yang paling sering menyebabkan
terjadinya penyakit ini adalah Stafilokokus aureus
Bakteri lain yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit ini adalah golongan Streptokokus,
Pneumokokus, dan Salmonella.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan
terjadinya penyakit ini adalah HIV, AIDS,
dan penggunaan terapi adenokortikosteroid
jangka panjang secara intravena
Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang tampak pada bayi berbeda dengan pada anak-anak dan
dewasa, yaitu :
Bayi
Dapat ditemukan kekakuan pada sendi yang terkena
Nyeri pada pergerakan sendi
Dapat terjadi demam, namun gejala ini bukan patokan utama
Dapat terjadi dislokasi patologik pada sendi pada minggu kedua.
Anak-anak dan dewasa
Anak-anak dan orang dewasa dapat memberitahu lokasi terjadinya sakit
dan nyeri yang timbul saat pergerakkan
Karena sendi sakit, maka tubuh secara otomatis berusaha untuk
melindunginya dengan mengontraksikan otot-otot disekitar sendi
Kekakuan sendi jelas terlihat
Adanya demam
Subluksasi lebih sering terjadi daripada dislokasi
Pemeriksaan
Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan adanya
peningkatan sel darah putih dan laju endap darah
Jika terdapat kecurigaan kearah artritis septik akut, maka
perlu dilakukan segera aspirasi dengan jarum pada sendi
yang terkena sebagai langkah diagnostik dan juga
untuk mengetahui bakteri apa yang menginfeksi
supaya penanganannya tepat. Penemuan sel darah putih
yang lebih dari 100.000/ml pada aspirasi jarum merupakan
tanda kuat terjadinya artritis septik akut
Pemeriksaan foto roentgen dan juga ultrasonografi pada
minggu pertama dapat menunjukkan terjadinya
pembengkakan
Penatalaksanaan

Konservatif
Pemberian antibiotik dapat dilakukan sebelum operasi dilakukan.
Operasi
Tujuan utama dilakukannya operasi adalah untuk membersihkan nanah yang
ada pada sendi sehingga
tidak terjadi kerusakan yang lenjut pada sendi. Operasi dapat dilakukan
secara tertutup (arthroskopi lavage) atau dengan pembedahan terbuka.
Jika penyakit ini sudah lanjut, maka dapat dilakukan arthrodesis, yaitu
penyatuan sendi, untuk menghilangkan nyeri, meningkatkan stabilitas,
dan mengoreksi kelainan bentuk yang ada. Namun cara ini akan
mengakibatkan hilangnya pergerakan sendi.
Rehabilitasi
Pada model percobaan, dengan menggunakan tehnik Continuous Passive
Motion (CPM), ternyata dapat mencegah tulang rawan sendi dari
kerusakan.
Komplikasi

Dini
Kematian
Kerusakan sendi
Dislokasi patologik dari sendi
Kematian tulang
Lanjut
Penyakit degeneratif pada sendi
Dislokasi permanen
Fibrous ankylosis
Bony ankylosis
TENDOVAGINITIS
Disebut juga dengan TENOSINOVITIS
merupakan peradangan pada tendon yang disertai dengan
peradangan pada selubung pelindung disekeliling tendon
pada anamnesis pasien akan
menceritakan adanya riwayat trauma,
nyeri tekan pada lokasi dan tidak
dapat mempertahankan jari dalam
posisi flexi

penanganan dapat diberikan
antibiotik dan lakukan imobilisasi
Panarisium
Panarisium adalah infeksi palmar di jari. Umumnya di
falang distal.
Kulit palmar tebal, kuat dan erat hubungannya
dengan periosteum dan tulang falang distal melalui
septum jaringan ikat yang kokoh sehingga tangan
dapat memegang dengan kuat.
Ruang antara kulit, sekat jaringan ikat dan
tulang terbatas sehingga infeksi di ruang ini akan
membuat tekanan diruang ini menjadi tinggi dan
cepat terjadi nekrosis.
Gejala dan tanda khas
panarisium yaitu nyeri
hebat yang berdenyut
sehingga pasien tidak dapat
tidur malam .

Awalnya lokasi radang
terbatas , sangat nyeri
tekan dan tegang sekali,
sedangkan bengkak dan
merah kurang menonjol.

Fluktuasi normal pada jari
sehat hilang karena adanya
tegangan di ruang radang
yang mengandung nanah.
Penyebaran yang
menimbulkan cacat tangan
dapat di hindari bila panrisium
segara di insisi dan di salir
dengan menghindari cedera
saraf kulit .

Sarung tendo tidak bole
dibuka jika tidak ada gejala
dan tanda tendovagitis.
PARONIKIA
Definisi
Paronikia atau Cantengan adalah suatau reaksi
peradangan mengenai lipatan kulit dan jaringan
di sekitar kuku.
Klasifikasi
Paronikia akut dan paronikia kronis
Etiologi
Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh
infeksi bakteri, umumnya Staphylococcus aureus
atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan
Paronikia kronis disebab oleh jamur Candida
albicans .
Manifestasi Klinis
Paronikia akut
kemerahan, nyeri tekan di sekitar lipat kuku,
bengkak, adanya abses intra kutikular atau sub
kutikular dan dapat juga pada sisi lateral lipat
kuku
Paronikia kronis
> 6 minggu, peradangan, nyeri, bengkak secara
episodik, kutikula biasanya lepas dari lempeng
kuku, eritema mengkilat
Penatalaksanaan
- Drainase melalui insisi dengan atau tanpa anastesi
- Pengankatan 1/3 lempeng kuku untuk menambah
drainase
- Pemberian antibiotik dan antijamur
- Menjaga agar luka tetap kering
Pencegahan
Tidak memotong kuku secara berlebihan
Tidak mencongkel-congkel tepi kuku.
Pada kasus pasca operasi pengangkatan kuku,
hendaknya kuku dibiarkan tumbuh hingga melebihi
ujung jari dan memotong ujungnya tidak melebihi
ujung jari.
Membersihkan kuku setiap mandi.
Menghindari kelembaban jari agar tidak mudah infeksi.

Komplikasi
Abses
Perubahan menetap pada kuku
Penyebaran infeksi ke tempat lain
Spondilitis Tuberkulosis
Penyakit infeksi tulang belakang yang disebabkan
oleh kuman mycobacterium tuberculosis
Epidemiologi
Kejadian TB ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus
pertahun di Amerika.
Tempat yang paling sering adalah tulang
belakang yaitu setengah dari kejadian TB
ekstrapulmonal (50%).

Etiologi
Bakteri mycobacterium tuberculosis,
Berbentuk batang dan bersifat tahan asam.
Patogenesis
`Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri
dari lima stadium yaitu:
1. Stadium implantasi Setelah bakteri berada dalam
tulang, apabila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasimembentuk
koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah
paradiskus danpada anak-anak pada daerah
sentral vertebra.
2. Stadium destruksi awalSelanjutnya terjadi
destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang
ringan pada diskus. Proses ini berlangsungselama
3-6 minggu.

3. Stadium destruksi lanjutPada stadium ini
terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra,
dan terbentuk massa kaseosa serta pus
yangberbentuk cold abses, yang tejadi 2-3
bulan setelah stadium destruksi awal.
Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum dan
kerusakan diskus intervertebralis.


4. Stadium gangguan neurologisGangguan neurologis tidak berkaitan dengan
beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis
spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga
gangguan neurologis lebih mudahterjadi di daerah ini. Apabila terjadi
gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu:
i. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau
berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadigangguan saraf sensoris.

ii. Derajat IIKelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih
dapat melakukan pekerjaannya.

iii. Derajat IIIKelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak
atau aktivitas penderita disertai denganhipoestesia atau anestesia.

iv. Derajat IVGangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan
defekasi dan miksi.
5. Stadium deformitas residua, Stadium ini
terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium
implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat
permanen karenakerusakan vertebra yang
massif di depan
MANIFESTASI KLINIS

a. Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat
badan menurun.
b. Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit
(kaku) pada punggung. Pada anak-anak sering disertai
denganmenangis pada malam hari.
c. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang
menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada
melaluiruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh
tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal.
d. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan
spinale. Deformitas pada punggung (gibbus)
f. Pembengkakan setempat (abses)
g. Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).Kelainan
neurologis yang terjadi pada 50 % kasus spondilitis
tuberkulosa karena proses destruksi lanjut.

DIAGNOSIS SPONDILITIS TUBERKULOSA

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi Pada klien dengan spondilitis tuberkulosa
kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang
terlihat bentukkiposis.
b. PalpasiSesuai dengan yang terlihat pada inspeksi,
keadaan tulang belakang terdapat adanya gibbus pada
area tulangyang mengalami infeksi.
c. PerkusiPada tulang belakang yang mengalami infeksi
terdapat nyeri ketok.
d. AuskultasiPada pemeriksaan auskultasi, keadaan
paru tidak ditemukan kelainan.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium leukositosis dan LED meningkat.
b. Uji mantoux positif tuberkulosis.
c. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.
d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
e. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.
f. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.
g. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).
h Pemeriksaan radiologis:
1. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses
dingin tampak sebagai suatubayangan yang berbentuk spindle.
2. Pemeriksaan foto dengan zat kontras.
3. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus
vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya
massa abses paravertebral.
4. Pemeriksaan mielografi.
5. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler,
skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang.
6. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang
belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (Lauerman, 2006).

DIAGNOSIS BANDING SPONDILITIS TUBERKULOSA

1. Fraktur kompresi traumatik akibat tumor medulla spinalis.
2. Metastasis tulang belakang
3. Osteitis piogen
4. Poliomielitis dengan paresis atau paralisis tungkai dan skoliosis.
5. Skoliosis idiopatik
6. Kifosis senilis
7. Infeksi kronik non tuberkulosis seperti infeksi jamur (blastomikosis).

PROGNOSIS SPONDILITIS TUBERKULOSA

Prognosis dari spondilitis tuberkulosa bergantung dari
cepatnya dilakukan terapi dan ada tidaknya
komplikasineurologis. Diagnosis sedini mungkin dan
pengobatan yang tepat, prognosisnya baik walaupun tanpa
operasi.
Spondilitis dengan paraplegia awal, prognosis untuk
kesembuhan saraf lebih baik sedangkan spondilitis
denganparaplegia akhir, prognosis biasanya kurang baik.
Paraplegia disebabkan oleh mielitis tuberkulosa prognosisnya
buruk.
KOMPLIKASI SPONDILITIS TUBERKULOSA

1. Pottds paraplegiaa.

2. Ruptur abses paravertebraa.

3. Cedera corda spinalis (spinal cord injury).
PENATALAKSANAAN SPONDILITIS TUBERKULOSA


1. Terapi konservatif
a. Tirah baring (bed rest).
b. Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra.
c. Memperbaiki keadaan umum penderita.
d. Pengobatan antituberkulosa.Standar pengobatan berdasarkan program
P2TB
2. Terapi operatif

a. Cold abscesCold absces yang kecil tidak memerlukan operasi karena dapat
terjadi resorbsi spontan dengan pemberiantuberkulostatik. Pada abses yang
besar dilakukan drainase bedah.

b. Lesi tuberkulosa
1) Debrideman fokal.
2) Kosto-transveresektomi.
3) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

c. Kifosis
1) Pengobatan dengan kemoterapi.
2) Laminektomi.
3) Kosto-transveresektomi.
4) Operasi radikal.
5) Osteotom

Indikasi Terapi Operatif
a. Apabila dengan terapi konservatif tidak
terjadi perbaikan paraplegia atau malah
semakin berat..
b. Adanya abses yang besar sehingga
diperlukan drainase abses secara terbuka,
debrideman, dan bone graft.
c. Pada pemeriksaan radiologis baik foto
polos, mielografi, CT, atau MRI ditemukan
adanya penekanan padamedula spinalis
Artritis Tuberculosa
Artritis tuberculosa adalah penyakit
monoartikular yang bersifat kronik dan progresif.
Artritis tuberkulosis dapat terjadi pada semua
tingkat usia, pada umumnya dewasa. Penyakit ini
biasanya sebagai komplikasi dari sendi yang
berdekatan dengan osteomielitis atau penyebaran
secara hematogen dari infeksi viseral (dari paru-
paru).

Patofisiologi
Mikobakteri yang menyerang sendi
menginduksi terbentuknya konfluen
granuloma dengan nekrosis kaseosa.
Sinovium yang terinfeksi akan bertumbuh
menjadi pannus menutupi kartilago artikular
dan menghancurkan tulang di sekitar sendi.
Penyakit kronik membuat kehancuran yang
besar pada fibrosa ankilosis dan penghilangan
ruangan sendi.

Manifestasi Klinis
Gejala sistemik bisa terlihat bisa juga tidak. Jika
terlihat, gejala-gejala yang ditimbulkan adalah:
- Terbatasnya gerak sendi
- Berkeringat malam hari
- Sendi membengkak dan hangat
- Demam
- Atrofi otot
- Spasme otot
- Kelemahan otot
- Berat badan menurun
Pemeriksaan Penunjang
Aspirasi cairan sendi,
Bopsi jaringan sendi
Foto rontgrn thoraks dan sendi
Tuberculin skin test
Penatalaksanaan
Antibiotik
Analgetik
Jika kasus sudah sangat kronik, dilakukan
drainase abses pada medula spinalis atau
menstabilkan medula spinalis.

T
H
A
N
K
Y
O
U
Cha

Anda mungkin juga menyukai