OUR MEMBER DITA DINI RIZKA JOAN RISTA NURUL CHA AMNA SUHENDRA BUNGA BLOK 18 INFEKSI & INFLAMASI SISTEM MUSKULUSKELETAL SEMESTER 6 BIRDS NEST Abdurrahman, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, dibawa ke RS dg keluhan sudah 1 bulan ini tdk dpt menggerakkan kedua kakinya. Dari pemeriksaan didapatkan paraplegia dan gibbus setinggi vertebrae torakal XII. Sebelumnya diketahui ada riwayat batuk kronis dan sering demam pada malam hari serta penurunan BB. Hasil pemeriksaan leukosit 9000/mm dan LED 50 mm/jam Dokter selanjutnya melakukan rontgen dan ditemukan osteolitik dan destruksi korpus vertebrae dan penyempitan diskus intervertebralis dan birds nest. Bagaimana anda menjelaskan keluhan pd Abdurrahman? Gibbus : bungkuk Paraplegia : kelumpuhan pd extremitas inferior yang disebabkan oleh lesi pada medulla spinalis. Diskus intervertebralis : lempengan kartilago yg membentuk sebuah bantalan vertebrata. Birds nest : gambaran seperti sarang burung yang merupakan tanda khas adanya abses. 1. Adakah hubungan usia dan jenis kelamin dg keluhannya? Hipotesa: Usia dan jenis kelamin berhubungan dan merupakan faktor resiko terjadinya keluhan yang dialaminya dimana biasanya lebih banyak terjadi pada laki-laki dg perbandingan 1,5 : 2,1 dan sering pada usia < 20 tahun.
2. Mengapa abdurrahman tidak bisa menggerakkan kedua kakinya? Hipotesa: Infeksi pada tulang belakangmenyebabkan terbentuk absesabses-abses berisi sitokin inflamasimenekan medula spinalismengganggu motoriktidak bisa menggerakkan kakinya.
3. Apa yang menyebabkan paraplegia dan gibbus pd abdurrahman? Hipotesa: Paraplegi : Infeksi pada tulang belakangmenyebabkan terbentuk absesabses- abses berisi sitokin inflamasimenekan medula spinalismengganggu motoriktidak bisa menggerakkan kakinya. gibbus : infeksi TB paru menyebar melalui hematogen menyerang organ yang tervaskularisasi dengan baik (tulang) destruksi korpus dan arcus vertebralis gibbus
4. Apakah ada hubungan keluhan sebelumnya dengan keluhan sekarang? Hipotesa Ada hubungannya karena keluhan sebelumnya merupakan gejala dari adanya infeksi M. tuberkulosis yg kemudian menyebar secara hematogen yang bersifat hematogenik tersamar (occult hematogenic spread) mencapai organ yang tervaskularisasi dengan baik tulang 5. Apa makna dari pemeriksaan lab? Hipotesa: Makna leukosit 9000/mm : dalam batas normal, karna sifat infeksius dari M. tuberkulosis LED 50 mm/jam : karena ada reaksi inflamasi
6. Apa makna dari pemeriksaan rontgen? Hipotesa: Makna dari px rontghen: o Osteolitik : karena terjadi hiperemi dan eksudasi terjadi kerusakan resisten terhadap TB menyempit o Abses corpus vertebrae IDEM o Birds nest tanda ditemukannya abses pada vertebrae. 7. Adakah pemeriksaan lain yang dapat dilakukan? Hipotesa: Px lainnya: Uji tuberkulin (terutama pada TB kasus anak) Px lab px darah biasanya didapatkan anemia hipokrom Ct-Scan MRI Kultur bakteri Biopsi tulang 8. Apa dx dr keluhannya? Hipotesa Dx : Spondilitis TB stadium 4 derajat 4
9. Bagaimana tatalaksana yg dapat dilakukan? Hipotesa: Pemberian OAT untuk anak regiman 2HRZ/4HR Dekompresi medulla spinalis Terapi konservatif: bed rest, immobilisasi mengggunakan korset (gips) pd vertebrae. Terapi operatif drainase abses 10. Apa komplikasi yg dpt terjadi bila tdk segera ditangani? Hipotesa: Komplikasi yg dpt terjadi: Ruptur abses paravertebrae Cedera corda spinalis
11. Bagaimana prognosisnya? Hipotesa: Prognosisnya DUBIA et MALAM, dikarenakan dari manifestasi klinisnya sudah menyerang neuron dan baru dilakukan tatalaksana setelah keluhan 1 bulan. 12. Apakah abdurrahman perlu dirujuk? Hipotesa: Kasus abdurrahman dirujuk karena untuk spondilitis TB kompetensi dokter umum adalah 3B dan dikarenakan sudah ada paraplegi yg menunjukkan sudah adanya komplikasi yg menyerang saraf. Infeksi dan inflamasi susunan muskuloskeletal Faktor resiko epidemiologi etiologi Patogenesis/patofis Manifestasi klinis px fisik penunjang DD & DX rujukan komplikasi penatalaksaan Non farmako farmakologi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan: Penyakit dan inflamasi susunan muskuloskeletal 1. Piogenik : Osteomielitis hematogen akut dan kronis Arthritis septik akut Tendovaginitis akut Panaristum Parinikia 2.Granulomatosa Spondilitis TB Arthritis TB Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan struktur struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman kuman piogenik Osteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darah nya lambat dan banyak mengandung sinusoid sinusoid .
Penyebaran dapat terjadi : 1. Ke arah korteks membentuk abses subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya. 2. Menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak dan abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan kematian tulang yang disebut sequester. 3. Menyebar kearah medulla. 4. Menyebar ke persendian terutama bila lempeng pertumbuhannya intra artikuler . Sering ditemukan pada usia decade I II . Tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering adalah tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna,dan fibula.
Epidemiologi Etiologi Penyebab osteomielitis pada anak anak Staphylococcus aureus (89 90%)
Streptococcus (4-7%)
Haemophillus influenza (2-4%)
Salmonella typhii dan Escherecia coli (1-2%)
Manifestasi Klinik
Fase akut adalah fase terjadinya infeksi sampai 10 15 hari. Pada fase ini anak tampak sangat sakit, panas tinggi,pembengkakan, dan gangguan fungsi anggota gerak yang terkena. Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan sendi yang terbatas, namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula disertai gejala sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan menurun pada anak. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap darah yang meninggi dan leukositosis, pada foto rontgen tidak ditemukan kelainan, namun pada minggu kedua mulai ditemukan destruksi tulang dan reaksi periostal pembentukan tulang baru. Presentasi radiologi dari Osteomielitis hematogen akut mirip dengan gambaran neoplasma seperti Leukimia limfositik akut, Ewings sarkoma, dan histiositosis Langerhans. Karena itu, dibutuhkan biopsi untuk menentukan diagnosis pasti. Pada pemeriksaan kultur darah tepi, ditemukan organisme penyebab infeksi.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tambahan lain untuk menunjang ditegakkannya diagnosis osteomielitis hematogen akut adalah : Foto polos tulang : kelainan pada foto polos ini baru dapat dilihat setelah 1 minggu, yaitu seperti kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru. Bone scan : dapat dilakuakn pada minggu pertama MRI : jika terdapat fokus yang gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis
Penatalaksanaan 1. Rawat inap dan bed rest total, serta diberikan obat penghilang rasa nyeri 2. Dapat dilakuakan pemberian nutrisi tambahan secara intravena 3. Dilakukan imobilisasi pada tulang yang terkena dengan removable splint atau traksi untuk : Mengurangi nyeri Mencegah penyebaran Mencegah kontraktur jaringan lunak 4. Pemberian antibiotik dapat dilakukan : Melalui oral Melalui infus : jika dilakuakn pemberian melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut 5. Jika dala 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. 6. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai Laju Endap Darah normal Osteomielitis Kronis lanjutan osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak terobati dengan baik. Namun dapat juga terjadi setelah fraktur terbuka/ operasi tulang. Etiologi => Staphylococcus Aureus, E. Colli, Proteus, Pseudomonas. Patogenesis Infeksi => akibatkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan pada tulang normal. Sekuestrum berupa benda asing (tulang mati) yang mencegah penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit)
Manifestasi Klinis Cairan keluar dari luka/ sinus demam & nyeri lokal hilang timbul
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium
Darah => LED dan leukosit meningkat Titer antibody anti-Staphylococcus meningkat Kultur dan uji sensitivitas untuk menentukan organisme penyebab dan menentukan pengobatan. Pemeriksaan Radiologis
Foto polos => tanda porosis dan sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periost, sekuestrum. Radioisotop Scanning => tegakkan diagnosis dengan memakai 99mTCHDP CT dan MRI => lihat sejauh mana kerusakan tulang dan rencana pengobatan.
Tatalaksana Antibiotik => Osteomielitis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata. Antibiotik tetap diberikan untuk : cegah infeksi menyebar pada bagian tulang lain mengontrol eksaserbasi akut Operatif => keluarkan jaringan nekrotik dan dekompresi tulang serta mempermudah antibiotik mencapai sasaran. Dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda.
Komplikasi Kontraktur sendi Penyakit Amiloid Fraktur patologis
Artritis Septik Akut Definisi Infeksi bakteri piogenik (penghasil nanah) akut pada sendi yang jika tidak segera ditangani dapat berlanjut menjadi kerusakan pada sendi
Epidemiologi Sering terjadi bersamaan dengan osteomielitis hematogenous Merupakan penyakit yang sering timbul pada anak-anak, terutama bayi baru lahir yang menderita defisiensi imun Pada anak-anak, lokasi yang paling sering terjadi adalah pada sendi pinggul dan bahu Pada orang dewasa, dapat terjadi di sendi manapun Etiologi
Bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Stafilokokus aureus Bakteri lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah golongan Streptokokus, Pneumokokus, dan Salmonella. Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit ini adalah HIV, AIDS, dan penggunaan terapi adenokortikosteroid jangka panjang secara intravena Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang tampak pada bayi berbeda dengan pada anak-anak dan dewasa, yaitu : Bayi Dapat ditemukan kekakuan pada sendi yang terkena Nyeri pada pergerakan sendi Dapat terjadi demam, namun gejala ini bukan patokan utama Dapat terjadi dislokasi patologik pada sendi pada minggu kedua. Anak-anak dan dewasa Anak-anak dan orang dewasa dapat memberitahu lokasi terjadinya sakit dan nyeri yang timbul saat pergerakkan Karena sendi sakit, maka tubuh secara otomatis berusaha untuk melindunginya dengan mengontraksikan otot-otot disekitar sendi Kekakuan sendi jelas terlihat Adanya demam Subluksasi lebih sering terjadi daripada dislokasi Pemeriksaan Pemeriksaan darah rutin dapat menunjukkan adanya peningkatan sel darah putih dan laju endap darah Jika terdapat kecurigaan kearah artritis septik akut, maka perlu dilakukan segera aspirasi dengan jarum pada sendi yang terkena sebagai langkah diagnostik dan juga untuk mengetahui bakteri apa yang menginfeksi supaya penanganannya tepat. Penemuan sel darah putih yang lebih dari 100.000/ml pada aspirasi jarum merupakan tanda kuat terjadinya artritis septik akut Pemeriksaan foto roentgen dan juga ultrasonografi pada minggu pertama dapat menunjukkan terjadinya pembengkakan Penatalaksanaan
Konservatif Pemberian antibiotik dapat dilakukan sebelum operasi dilakukan. Operasi Tujuan utama dilakukannya operasi adalah untuk membersihkan nanah yang ada pada sendi sehingga tidak terjadi kerusakan yang lenjut pada sendi. Operasi dapat dilakukan secara tertutup (arthroskopi lavage) atau dengan pembedahan terbuka. Jika penyakit ini sudah lanjut, maka dapat dilakukan arthrodesis, yaitu penyatuan sendi, untuk menghilangkan nyeri, meningkatkan stabilitas, dan mengoreksi kelainan bentuk yang ada. Namun cara ini akan mengakibatkan hilangnya pergerakan sendi. Rehabilitasi Pada model percobaan, dengan menggunakan tehnik Continuous Passive Motion (CPM), ternyata dapat mencegah tulang rawan sendi dari kerusakan. Komplikasi
Dini Kematian Kerusakan sendi Dislokasi patologik dari sendi Kematian tulang Lanjut Penyakit degeneratif pada sendi Dislokasi permanen Fibrous ankylosis Bony ankylosis TENDOVAGINITIS Disebut juga dengan TENOSINOVITIS merupakan peradangan pada tendon yang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung disekeliling tendon pada anamnesis pasien akan menceritakan adanya riwayat trauma, nyeri tekan pada lokasi dan tidak dapat mempertahankan jari dalam posisi flexi
penanganan dapat diberikan antibiotik dan lakukan imobilisasi Panarisium Panarisium adalah infeksi palmar di jari. Umumnya di falang distal. Kulit palmar tebal, kuat dan erat hubungannya dengan periosteum dan tulang falang distal melalui septum jaringan ikat yang kokoh sehingga tangan dapat memegang dengan kuat. Ruang antara kulit, sekat jaringan ikat dan tulang terbatas sehingga infeksi di ruang ini akan membuat tekanan diruang ini menjadi tinggi dan cepat terjadi nekrosis. Gejala dan tanda khas panarisium yaitu nyeri hebat yang berdenyut sehingga pasien tidak dapat tidur malam .
Awalnya lokasi radang terbatas , sangat nyeri tekan dan tegang sekali, sedangkan bengkak dan merah kurang menonjol.
Fluktuasi normal pada jari sehat hilang karena adanya tegangan di ruang radang yang mengandung nanah. Penyebaran yang menimbulkan cacat tangan dapat di hindari bila panrisium segara di insisi dan di salir dengan menghindari cedera saraf kulit .
Sarung tendo tidak bole dibuka jika tidak ada gejala dan tanda tendovagitis. PARONIKIA Definisi Paronikia atau Cantengan adalah suatau reaksi peradangan mengenai lipatan kulit dan jaringan di sekitar kuku. Klasifikasi Paronikia akut dan paronikia kronis Etiologi Paronikia akut paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, umumnya Staphylococcus aureus atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan Paronikia kronis disebab oleh jamur Candida albicans . Manifestasi Klinis Paronikia akut kemerahan, nyeri tekan di sekitar lipat kuku, bengkak, adanya abses intra kutikular atau sub kutikular dan dapat juga pada sisi lateral lipat kuku Paronikia kronis > 6 minggu, peradangan, nyeri, bengkak secara episodik, kutikula biasanya lepas dari lempeng kuku, eritema mengkilat Penatalaksanaan - Drainase melalui insisi dengan atau tanpa anastesi - Pengankatan 1/3 lempeng kuku untuk menambah drainase - Pemberian antibiotik dan antijamur - Menjaga agar luka tetap kering Pencegahan Tidak memotong kuku secara berlebihan Tidak mencongkel-congkel tepi kuku. Pada kasus pasca operasi pengangkatan kuku, hendaknya kuku dibiarkan tumbuh hingga melebihi ujung jari dan memotong ujungnya tidak melebihi ujung jari. Membersihkan kuku setiap mandi. Menghindari kelembaban jari agar tidak mudah infeksi.
Komplikasi Abses Perubahan menetap pada kuku Penyebaran infeksi ke tempat lain Spondilitis Tuberkulosis Penyakit infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis Epidemiologi Kejadian TB ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus pertahun di Amerika. Tempat yang paling sering adalah tulang belakang yaitu setengah dari kejadian TB ekstrapulmonal (50%).
Etiologi Bakteri mycobacterium tuberculosis, Berbentuk batang dan bersifat tahan asam. Patogenesis `Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu: 1. Stadium implantasi Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasimembentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus danpada anak-anak pada daerah sentral vertebra. 2. Stadium destruksi awalSelanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsungselama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjutPada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra, dan terbentuk massa kaseosa serta pus yangberbentuk cold abses, yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum dan kerusakan diskus intervertebralis.
4. Stadium gangguan neurologisGangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudahterjadi di daerah ini. Apabila terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu: i. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadigangguan saraf sensoris.
ii. Derajat IIKelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.
iii. Derajat IIIKelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas penderita disertai denganhipoestesia atau anestesia.
iv. Derajat IVGangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan miksi. 5. Stadium deformitas residua, Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen karenakerusakan vertebra yang massif di depan MANIFESTASI KLINIS
a. Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. b. Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada anak-anak sering disertai denganmenangis pada malam hari. c. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada melaluiruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal. d. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinale. Deformitas pada punggung (gibbus) f. Pembengkakan setempat (abses) g. Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).Kelainan neurologis yang terjadi pada 50 % kasus spondilitis tuberkulosa karena proses destruksi lanjut.
DIAGNOSIS SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik: a. Inspeksi Pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentukkiposis. b. PalpasiSesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang terdapat adanya gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi. c. PerkusiPada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok. d. AuskultasiPada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan kelainan.
3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium leukositosis dan LED meningkat. b. Uji mantoux positif tuberkulosis. c. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium. d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional. e. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel. f. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah. g. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein). h Pemeriksaan radiologis: 1. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatubayangan yang berbentuk spindle. 2. Pemeriksaan foto dengan zat kontras. 3. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral. 4. Pemeriksaan mielografi. 5. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang. 6. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (Lauerman, 2006).
DIAGNOSIS BANDING SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Fraktur kompresi traumatik akibat tumor medulla spinalis. 2. Metastasis tulang belakang 3. Osteitis piogen 4. Poliomielitis dengan paresis atau paralisis tungkai dan skoliosis. 5. Skoliosis idiopatik 6. Kifosis senilis 7. Infeksi kronik non tuberkulosis seperti infeksi jamur (blastomikosis).
PROGNOSIS SPONDILITIS TUBERKULOSA
Prognosis dari spondilitis tuberkulosa bergantung dari cepatnya dilakukan terapi dan ada tidaknya komplikasineurologis. Diagnosis sedini mungkin dan pengobatan yang tepat, prognosisnya baik walaupun tanpa operasi. Spondilitis dengan paraplegia awal, prognosis untuk kesembuhan saraf lebih baik sedangkan spondilitis denganparaplegia akhir, prognosis biasanya kurang baik. Paraplegia disebabkan oleh mielitis tuberkulosa prognosisnya buruk. KOMPLIKASI SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Terapi konservatif a. Tirah baring (bed rest). b. Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra. c. Memperbaiki keadaan umum penderita. d. Pengobatan antituberkulosa.Standar pengobatan berdasarkan program P2TB 2. Terapi operatif
a. Cold abscesCold absces yang kecil tidak memerlukan operasi karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberiantuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.
b. Lesi tuberkulosa 1) Debrideman fokal. 2) Kosto-transveresektomi. 3) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.
c. Kifosis 1) Pengobatan dengan kemoterapi. 2) Laminektomi. 3) Kosto-transveresektomi. 4) Operasi radikal. 5) Osteotom
Indikasi Terapi Operatif a. Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.. b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka, debrideman, dan bone graft. c. Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielografi, CT, atau MRI ditemukan adanya penekanan padamedula spinalis Artritis Tuberculosa Artritis tuberculosa adalah penyakit monoartikular yang bersifat kronik dan progresif. Artritis tuberkulosis dapat terjadi pada semua tingkat usia, pada umumnya dewasa. Penyakit ini biasanya sebagai komplikasi dari sendi yang berdekatan dengan osteomielitis atau penyebaran secara hematogen dari infeksi viseral (dari paru- paru).
Patofisiologi Mikobakteri yang menyerang sendi menginduksi terbentuknya konfluen granuloma dengan nekrosis kaseosa. Sinovium yang terinfeksi akan bertumbuh menjadi pannus menutupi kartilago artikular dan menghancurkan tulang di sekitar sendi. Penyakit kronik membuat kehancuran yang besar pada fibrosa ankilosis dan penghilangan ruangan sendi.
Manifestasi Klinis Gejala sistemik bisa terlihat bisa juga tidak. Jika terlihat, gejala-gejala yang ditimbulkan adalah: - Terbatasnya gerak sendi - Berkeringat malam hari - Sendi membengkak dan hangat - Demam - Atrofi otot - Spasme otot - Kelemahan otot - Berat badan menurun Pemeriksaan Penunjang Aspirasi cairan sendi, Bopsi jaringan sendi Foto rontgrn thoraks dan sendi Tuberculin skin test Penatalaksanaan Antibiotik Analgetik Jika kasus sudah sangat kronik, dilakukan drainase abses pada medula spinalis atau menstabilkan medula spinalis.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis