Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS PEDIS DEXTRA KLURIS DI


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DI RUANG GATOTKACA

Di susun oleh :
DARMATASIYAH BANDA
NPM: 233203005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2023 – 2024
BAB I
KONSEP DASAR
1. Defenisi
Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan.
Tempat yang paling sering terkena adalah ekstermitas, tetapi selulitis juga
dapat terjadi di kepala, kulit kepala, dan leher. Organisme penyebab selulitis
adalah Staphyolococcus aureus, Streptococus grup A, dan Streptococcus
pneumonia. Infeksi infasif di sebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B
yang sekarang jarang di jumpai karena imunisasi pada masa anak. Pada masa
anak yang masih kecil sering kali di laporkan adanya riwayat trauma atau
infeksi saluran pernapasan atas atau sinusitis. Tempat infeksi di tandai dengan
pembengkakan dengan batas tidak tegas di sertai nyeri tekan dan hangat.
Infeksi dapat meluas ke jaringan yang lebih dalam atau menyebar secara
sistemik (Cecily, 2020).
Selulitis adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri streptococus atau
stapilococus atau bakteri lainnya pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan
subkutan. Infeksi ini sangat umum terjadi, sebagian besar kasus selulitis
mudah untuk sembuh jika di rawat lebih awal, semakin lama mendapat
perawatan, semakin kecil kerusakan pada kulit (Padila, 2020).
Selulitis merupakan inflamasi kulit (dermis) dan jaringan ikat yang berada
di bawahnya disebabkan oleh infeksi. Selulitis biasanya terjadi pada wajah
atau ekstermitas karena robekan pada kulit atau karena trauma. Anak sering
memiliki riwayat impetigo, folikulitis, otitis media baru-baru ini, atau
sinusitis. Infeksi dapat terjadi pada atau dekat luka yang terbuka, gigitan
hewan, area infusi intravena atau bahkan di area yang memiliki riwayat
trauma baru-baru ini tidak jelas. Selulitis juga dapat di sebabkan oleh abses
(Axton, 2018).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Selulitis adalah
infeksi akut yang disebabkan oleh streptococus atau stapilococus atau bakteri
lainnya pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan subkutan.

2. Etiologi
A. Invasi bakteri dan jamur, (Padila, 2020) :
1) Di sebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
2) Pada bayi yang terkena penyakit ini di sebabkan oleh Streptococcus grup
3) Infeksi dari jamur, Aeromonas hydrophila
4) S. Pneumoniae ( Pneumococcus)

B. Penyebab lain :
1) Luka di kulit
2) Gigitan serangga
3) Riwayat penyakit pembuluh darah perifer
4) Diabetes mellitus
5) Obesitas
6) Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid

3. Klasifikasi
A. Selulitis preseptal
B. Selulitis orbita
C. Abses subperiosteal
D. Abses orbita
E. Thrombosis sinus kavernosus

4. Tanda dan Gejala


Gejala awal Selulitis di awal dapat berupa : Kemerahan pada daerah yang
terkena Selulitis, merasakan nyeri tekan, kulit yang terinfeksi menjadi panas
dan bengkak, adanya lepuhan kecil berisi cairan (vesikel), adanya lepuhan
besar berisi cairan (bula), ada pula pus, kebanyakan pasien Selulitis juga
merasakan demam karena proses inflamasi yang terjadi, dan juga menggigil,
malaise, sakit kepala, tekanan darah pasien rendah, juga bisa timbul abses
(Padila, 2020).

5. Komplikasi
Komplikasi Selulitis yang dapat terjadi pada pasien : Komplikasi dapat
berupa gangguan sistemik salah satunya yaitu septicemia, osteomyelitis juga
dapat terjadi, artritis septik, meningitis, hilangnya ketajaman pengelihatan,
hingga potensi abses otak .

6. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu berupa pemeriksaan
darah yang akan didapatkan hasil leukositosis, membiarkan sekret fistel dan
uji resistensinya, kultur darah dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telang
memang di duga, BUN level dan juga creatinin level (Padila, 2020).

7. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan pada penyakit Selulitis menurut Cecily, 2020 : Anak-
anak dengan Selulitis dapat di obati dengan antibiotik oral sebagai pasien
rawat jalan jika gejalanya terlokalisasi tanpa demam. Bila ada gejala sistemik,
anak itu harus di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena
(IV). Kompres hangat diberikan di daerah yang terkena Selulitis. Lokasi ini di
tinggikan dan di imobilisasi bila mungkin. Asetaminofen di berikan
seperlunya untuk mengatasi demam dan nyeri. Selama 24 jam sampai 36 jam
pertama setelah pemberian antibiotik, umunya Selulitis akan tampak
membaik. Pemberian antibiotik dapat di ganti dari IV menjadi oral bila gejala
kemerahan, hangat, dan pembengkakan telah berkurang secara nyata. Total
lamanya pemberian antibiotik kira-kira 10 sampai 14 hari. Insisi dan drainase
dapat di lakukan jika daerah itu menjadi supuratif.
PATWAY
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
A. Identitas
B. Pengumpulan Data
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain:
1) Data objektif
yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
2) Data subjektif
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.
3) Focus dalam data
a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b. Pola koping sebelumnya dan sekarang
c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e. Resiko untuk masalah potensial
f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
2) Riwayat Penyakit Keluarga
3) Riwayat Pengobatan
D. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a. Kesadaran
b. Tanda – tanda vital
2) Body System
a. Sistem pernapasan
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem Persyarafan
d. Sitem Perkemihan
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem integument
Pemeriksaan pada siku, kulit, kepala, celah gluteus, jari-jari tangan,
jari-jari kaki, punggung kuku, tungkai atas dan bawah.
Pemeriksaan ini mencakup :
1) Warna : pucat, eritema, ikterus, cokelat muda.
2) Suhu
3) Kelembaban/kekeringan
4) Tekstur kulit : kasar atau halus
5) Lesi : primer ( bercak, plak, tumor, bulla, bintul, pustula, kista);
(sisik, kerak, parut, keloid); dan vaskuler (ptekie, ekimosis)
6) Kondisi rambut : warna, tekstur, distribusi, kerontokan rambut
7) Kondisi kuku : konfigurasi, warna, konsistensi, (clubbing,
paronikia)
8) Turgor kulit : adanya edema atau tidak
g. Sistem muskuluskeletal
h. Sistem endokrin
i. Sistem reproduksi
j. Sistem penglihatan
2. Masalah Keperawatan
A. Nyeri akut D.0077 berhubungan dengan peningkatan permeabilitas jaringan
B. Hipertermi D.0130 berhubungan dengan proses penyakit
C. Gangguan intergritas kulit D.0129 berhubungan dengan eritema pada kulit

3. Perencanaan dan intervensi


SDKI SIKI SLKI
Nyeri akut D.0077 berhubungan Tingkat nyeri L.08066 Manajemen Nyeri (I. 08238)
dengan peningkatan permeabilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
jaringan keperawatan , diharapkan masalah  Observasi tanda-tanda vital
nyeri dan kenyamanan: nyeri akut  Identifikasi lokasi, karakteristik,
dapat teratasi dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan
 Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri.
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun  Identifikasi respons nyeri non
 Gelisah menurun verbal
 Kesulitan tidur menurun  Monitor efek samping
 Pola napas membaik penggunaan analgesic
2. Terapeutik
 Tekanan darah membaik  Berikan teknik nonfarmakologis
 Perilaku membaik  Kontrol lingkungan yang
memperat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan teknik
nonfarmakologis (teknik napas
dalam)
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Hipertermi D.0130 berhubungan Termogulasi L.14134 Manajemen Hipertermi I.15506


dengan proses penyakit Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan diharapkan suhu tubuh  Identifkasi penyebab hipertermi
tetap berada pada rentang normal (mis. dehidrasi terpapar
dengan kriteria hasil : lingkungan panas penggunaan
1. Menggigil menurun incubator)
2. Suhu tubuh membaik  Monitor suhu tubuh
3. Suhu kulit membaik 2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Gangguan intergritas kulit D.0129 Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit (I.11353)
berhubungan dengan eritema pada L.14125 1. Observasi
kulit Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,  Indentifikasi penyebabguan
diharapkan masalah integritas kulit integritas kulit
dan jaringan meningkat dengan 2. Terapeutik
kriteria hasil:  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
 Kerusakan jaringan menurun baring
 Kerusakan lapisan kulit menurun  Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang
 Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
 Gunakan prodk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan /alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
3. Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum aie yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ektremen
 Anjurkan menggunsakn tabir
surya SPF miniml 30 menit
saat berada diluar ruangan
 Anjurkan mandi menggunaan
sabun secukupnya
4. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Pasien
Selulitis merupakan penyakit infeksi yang terjadi di kulit, baik itu dermis
maupun jaringan subkutan. Gejala klinis yang muncul dapat berupa gejala
akut dan gejala sistemik. Gejala akut yaitu eritema, nyeri, edema, inflamasi
supurasi pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan gejala sistemik
berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri local.
Dalam mengatasi selulitis, selain pengobatan menggunakan antibiotik,
juga diperlukan pengobatan komplementer dari bahan tanaman yang sedikit
memiliki efek samping. Adapun salah satu tanaman yang berpotensi yaitu
Serai. Serai (Cymbopogon citratus) termasuk ke dalam keluarga rerumputan
(Poaceae), nama lainnya yaitu Lemongrass karena memiliki aroma seperti
jeruk lemon.
Serai mengandung minyak esensial seperti α-sitral (geranial) dan β-sitral
(neral) telah diisolasi, dikarakterisasi dan dianalisis dari daunnya. Senyawa ini
adalah antibakteri aktif. Dalam pengobatan tradisional, tanaman tersebut telah
digunakan untuk memerangi infeksi bakteri seperti salah satunya selulitis.
Selain itu, kandungan lain pada Serai yaitu CcI, polifenol, tanin, dan
flavonoidnya, terutama luteolin, cassiaoccidentalin, carlinoside dan
cynaroside, bermanfaat sebagai efek antiinflamasi topikal. Polifenol ini bisa
menjadi bahan aktif sebagai agen antiinflamasi yang efektif untuk pengobatan
patologi terkait peradangan pada kulit.
Citral yang diekstraksi dari Serai dapat menghambat mediator inflamasi
dan berfungsi sebagai aditif dalam krim dan salep untuk mengobati
peradangan topikal. Citral juga telah dilaporkan dapat menekan tumor necrosis
factor (TNF)-α yang diinduksi neutrofil pada konsentrasi 0,1% (Cassia, 2013).
Selain itu, Citral dapat menghambat induksi nitric oxide synthase (iNOS),
produksi nitric oxide (NO) dan jalur lain yang diinduksi lipopolisakarida
(LPS), dan menghambat peradangan jaringan secara oral dan topikal (80-
90%). (Meidania & Pratiwi, 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Axton, Sharon.2018. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Cecily, Lynn Betz. 2020. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi
Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(2),
163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90

Padila. 2020. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Pearce, Evelyn C. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku
Nuhamedika

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai