KELOMPOK
A. Latar Belakang
Penyakit membran hialin (PMH) atau Hyaline Membrane Disease (HMD) terjadi pada
bayi preterm insidensnya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. HMD
60–80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15–30% pada bayi
yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan
dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan seksiosesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin,
dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena (Dudell & Stoll, 2012).
Insidens tertinggi terjadi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih, penelitian di Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2001 dari 41 bayi yang preterm, 14 bayi mengalami
sindrom gawat nafas, dan 7 bayi didiagnosis HMD, bayi dilahirkan dari kehamilan kecil yaitu 32
minggu, sehingga menunjukkan prevalensi HMD pada bayi preterm sebesar 17% (Dzulfikar,
2003). Faktor resiko terjadinya HMD, seperti ibu dengan penyakit diabetes melitus, ras, jenis
kelamin, dan hipotiroid. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu persalinan preterm, sectio secaria,
dan nilai Apgar yang rendah (POGI, 2011).
Ibu yang diindikasi akan mengalami persalinan preterm, sebelum persalinan diberikan
kortikosteroid. Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurukan insidensi penyakit, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan pada usia kehamilan kurang dari
35 minggu (Prawirohardjo, 2012).
Kortikosteroid dapat menurunkan insidensi HMD sebesar 60% dan mortalitas sebesar
40%. Tidak didapatkan peningkatan angka infeksi atau efek samping yang buruk pada ibu.
Manfaat maksimal didapatkan ketika kortikosteroid diberikan lebih dari 24 jam sebelum
kelahiran, namun masih belum pasti apakah penggunaannya perlu diulang. Pemberian
kortikosteroid dianjurkan untuk kelahiran pada usia gestasi 24–34 minggu, akan tetapi jika
pemberian dosis obat dan jarak pemberiannya kurang tepat, kortikosteroid dapat memicu sintesis
surfaktan dan maturasi paru (Tom & Avroy, 2008).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Hyaline Membrane Disease (HMD) pada bayi
2. Untuk mengetahui penyebab dari Hyaline Membrane Disease (HMD)
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Hyaline Membrane Disease(HMD)
4. Untuk mengetahui pathways dari Hyaline Membrane Disease (HMD)
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan penatalaksaan pada Hyaline Membrane
Disease
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Hyaline Membrane Disease
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
a. Premature (usia gestasi dibawah 32 minggu)
b. Asfiksia perinatal
c. Maternal diabetes
d. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar.
Hyaline Membrane Disease (HMD sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens
berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia
kehamilan ibu. Semakin tinggi kejadian HMD pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua
usia kehamilan, semakin rendah kejadian HMD (Surasmi, 2003).
Kegagalan mengembangkan functional residual capacity (FRC) dan kecenderungan dari paru
yang terkena untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya tegangan
permukaan dan absennya phosphatidylglycerol, phosphatidylinositol, phosphatidylserine,
phosphatidylethanolamine dan sphingomyelin.
Pembentukan surfaktan dipengaruhi Ph normal, suhu dan perfusi. Asfiksia, hipoksemia, dan
iskemia pulmonal yang terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan stress dingin, menghambat
pembentukan surfaktan. Epitel yang melapisi paru-paru juga dapat rusak akibat konsentrasi
oksigen yang tinggi dan efek pengaturan respirasi, mengakibatkan semakin berkurangnya
surfaktan.
C. Manifestasi
a. Penyakit membrane hyaline ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan berat badan
1000-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat
badan lebih dari 2500 gram.
b. Riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir kehamilan. Tanda
gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama.
c. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi paru
yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti dispnea atau
hiperpneu, sianosis karena saturasi O2 yang menurun dan karena pirau vena arteri dalam
paru atau jantung, retraksi suprasternal, epigastrium, interkostal dan respiratory grunting
Gambaran klinik yang biasa ditemukan pada HMD yaitu gangguan pernafasan berupa:
- Dispneu
- Sianosis
- Retraksi suprasternal/epigastrik/intercostals
- Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
Bradikardi
Hipotensi
Kardiomegali
Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
Hipotermi
Tonus otot yang menurun
Pada gambaran radiology: Terdapat bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular
disertai dengan air bronkogram.
D. Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel
pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada
minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan
sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun menyebabkan metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic sehingga terjadi asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris menyebabkan transudasi kedalam
alveoli sehingga terbentuk fibrin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah
keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya
atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode
perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR
dan kehamilan kembar.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain
yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membrane hyaline misalnya
pneumothoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain. Gambaran klasik yang ditemukan pada foto
rontegn paru ialah adanya bercak difus berupa infiltrate retikulogranuler ini, makin buruk
prognosis bayi.
2. Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan Darah Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari
45 mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi
normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan kurangnya oksigenasi
di dalam paru dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan
ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. Ph darah menurun dan defisit
biasa meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5 -37 derajat C) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator,
kelembaban ruangan juga harus adekuat (70-80%) (Ngastiyah, 2005).
2. Pemberian oksigen Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena
berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi seperti: fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasis retrolental),
(Ngastiyah, 2005).
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. Asidosis metabolik
yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3, secara intravena
(Ngastiyah, 2005).
4. Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan
dosis 50.000-100.000 u/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa
gentamicin 3-5 mg/kg BB/hari (Ngastiyah, 2005).
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien HMD adalah pemberian surfaktan eksogen
(surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun harganya amat mahal (Ngastiyah, 2005).
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit membrane hyaline, diantaranya (Staf
Pengajar, IKA, FKUI, 2005):
a. Perdarahan intrakranial oleh belum berkembangnya sistem saraf pusat terutama sistem
vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang kadangkadang disertai renjatan. Faktor
tersebut dapat membuka nekrosis iskemik, terutama pada pembuluh darah kapiler di daerah
periventrikular dan dapat juga di ganglia basalis dan jaringan otak.
b. Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang menurun, apneu, gerakan bola
mata yang aneh, kekakuan ekstermitas dan bentuk kejang neonatus lainnya.
c. Komplikasi pneumothoraks atau pneuma mediastrium mungkin timbul pada bayi yang
mendapatkan bantuan ventilasi mekanis. Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak
terkontrol baik, mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara pernafasan yang
memasuki rongga-rongga toraks atau rongga mediastrium.
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas pasien
Nama : By. Ny. D
Tanggal lahir : 25 November 2022
No. RM : 412721
Nama Ibu : Ny. D
Nama Ayah : Tn. D
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam
Usia ibu : 28 tahun
E. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas ( kelemahan otot pernafasan)
D.0005
2. Risiko hipotermia b/d prematuritas (D.0140)
3. Risiko infeksi b/d peningkatan imaturitas system imun. (D.0142)
4. Risiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan (D.0032)
5. Risiko Gangguan Perlekatan berhubungan dengan hospitalisasi (D.0127)
PATWAY KASUS
Factor ibu : Plasenta Previa Totalis, Perdarahan Factor janin : DJJ takikardi
RISIKO DEFISIT
NUTRISI
NO. HARI/TGL ANALISA DATA DIAGNOSA & INTERVENSI IMPLEMENTASI / EVALUASI
CATATAN PERAWAT.
1. 26/11/2022 DS : DIAGNOSA : Obeservasi : S:-
Pola nafas tidak efektif b.d - Memonitor k/u bayi dan
DO : hambatan upaya nafas ( kelemahan mengukur TTV bayi O : Keadaan umum:
- Bayi Prematur usia 1 otot pernafasn) D.0005 Evaluasi : SpO2 : 99%, Perawatan bayi Premature
hari, usia Gestasi 32 HR : 135x/menit, RR : usia 1 hari Usia Gestasi 32
minggu, usia koreksi LUARAN : Pola napas membaik. 58x/menit, CRT <3 detik. miggu, Usia Koreksi 32
32 minggu +1 hari. (L.01004 ) dengan kriteria hasil : - Memonitor pola nafas minggu+1 hari, bayi aktif
- Bayi aktif, menangis - Pola nafas membaik bayi, dan adanya suara dan menangis, retraksi
kuat, - Dispnea menurun nafas tambahan minimal,
- SpO2 98 % - Penggunan otot bantu nafas Evaluasi : tidak ada bunyi Tanda Tanda Vital : HR
- HR 144x/menit menurun napas tambahan 135x/mnt, SpO2 99%
- RR : 60-62x/menit - Nafas cuping hidung menurun CRT< 3 detik, RR :
- BBL : 1760gr Terapeutik : 58x/menit
- RR membaik (40-60x/menit)
- Retraksi ada minimal, - Mempertahankan Terpasang: CPAP Bubble
- NCH tidak ada, INTERVENSI: Manajemen jalan kepatenan jalan napas bayi PEEP7 fIO2 30%, ,
- Terpasang OGT no. 8 nafas I.01011 (Pantau CPAP) dan Terpasang OGT no. 8
(25/11/2022) pemberian oksigen (25/11/2022)
- Terpasang CPAP - Memposisikan bayi semi
Tindakan
Bubble PEEP : 7, FiO2 fowler
30% , Flow 6, Observasi A:
- Hasil AGD 1 jam tgl - Monitor pola Edukasi : Pola napas tidak efektif
25/11/2022 : pH : 7,4, nafas( frekuensi ,kedalaman,usaha - Menganjurkan OT cara teratasi sebagian.
PCO2 : 19,9 mmHg nafas) mencuci tangan sebelum
- Monitor bunyi nafas tambahan dan sesudah kontak P:
PO2 : 96 mmHg
- Hasil Rontgen thorax ( gurgling, mengi, weezing, ronchi) dengan bayi Observasi :
AP : Gambaran - Memberi informasi ke OT - Monitor pola nafas bayi.
Hyalin Membran Teraupetik respon bayi selama - Monitor kondisi umum
Disease Grade 1-2 - Pertahankan jalan nafas perawatan. bayi dan TTV bayi
(Perbaikan ) - Posisikan semi fowler Therapeutik:
Kolaborasi : - Atur posisi bayi
- Berikan oksigen
- Terpasang CPAP Bubble - bersihkan jalan nafas
Edukasi PEEP : 7, FiO2 30% , Flow
- Beri informasi ke orangtua 6. - Cuci tangan 6 langkah
respon bayi saat di observasi - Memberikan Therapy dan 5 moments
perawatan Neokaff 1x8,8 mg Kolaborasi dengan DPJP
- Anjuran ot untuk mencuci untuk tatalaksana:
tangan sebelum memegang bayi 1. CPAP Bubble peep 7
Fio2 30%
Kolaborasi 2. Therapy Neokaff
1x8,8mg
- Pemberian terapi cpap sesuai
program
- Pemberian terapi obat dan dosis
sesuai program.
Edukasi
- Demontrasikan Teknik
keperawatan metode kanguru
(PMK) Untuk bayi ke Orang Tua
bayi.
Kolaborasi :
- Rencana Pasang PICC
- Rencana Therapy PG 1
Dextrose 10%, 40 ml,
dengan kebutuhan
cairan 60cc/KgBB
- Rencana terapi Lipid 1
gram
No. TANGGA ANALISA DATA DIAGNOSA & INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 27/11/2022 DS : DIAGNOSA : Obeservasi : S:-
Pola nafas tidak efektif b.d - Memonitor k/u bayi dan
DO : hambatan upaya nafas ( kelemahan mengukur TTV bayi O : Keadaan umum:
- Bayi Prematur usia 2 otot pernafasan) D.0005 - Memonitor pola nafas Perawatan bayi Premature
hari, usia Gestasi 32 bayi, dan adanya suara usia 2 hari Usia Gestasi 32
minggu, usia koreksi 32 LUARAN : Pola napas membaik. nafas tambahan miggu, Usia Koreksi 32
minggu +2 hari (L.01004 ) dengan kriteria hasil : minggu+2 hari, bayi aktif
- Bayi aktif, menangis - Pola nafas membaik Terapeutik : dan menangis, retraksi
kuat. - Dispnea menurun - Mempertahankan minimal,
- SpO2 95 % - Penggunan otot bantu nafas kepatenan jalan napas Tanda Tanda Vital : HR
- HR 124-135x/menit menurun bayi (Pantau CPAP) dan 138x/mnt, SpO2 96%
- RR : 56-58x/menit - Nafas cuping hidung menurun pemberian oksigen CRT< 3 detik, RR :
- Suhu : 36,7 ᵒC dalam - Memposisikan bayi semi 56x/menit
- RR membaik (40-60x/menit)
suhu inkubtor 32,5⁰C fowler Terpasang: CPAP Bubble
- BB Lahir : 1760gr, INTERVENSI: Manajemen jalan PEEP 6 FiO2 25%, Flow 6
BB saat ini : 1.780 gr, Edukasi : Terpasang OGT no. 8
nafas I.01011 - Menganjurkan OT cara
naik 20 gram. (25/11/2022)
- Retraksi minimal, mencuci tangan sebelum
Tindakan dan sesudah kontak A:
- NCH tidak ada,
Observasi dengan bayi Pola napas tidak efektif
- Terpasang OGT no. 8
- Terpasang CPAP - Monitor pola - Memberi informasi ke teratasi sebagian.
Bubble PEEP : 6, FiO2 nafas( frekuensi ,kedalaman,usaha OT respon bayi selama
25% , Flow 6, nafas) perawatan. P:
- Monitor bunyi nafas tambahan Observasi :
( gurgling, mengi, weezing, ronchi) Kolaborasi : - Monitor pola nafas bayi.
- Terpasang CPAP Bubble - Monitor kondisi umum
Teraupetik PEEP : 6, FiO2 25% , Flow bayi dan TTV bayi
- Pertahankan jalan nafas 6 Therapeutik:
- Memberikan Therapy - Atur posisi bayi
- Posisikan semi fowler
Neokaff 1x8,8 mg - bersihkan jalan nafas
- Berikan oksigen
- Cuci tangan 5 moments
Kolaborasi dengan DPJP
Edukasi untuk tatalaksana:
- Beri informasi ke orangtua 1. CPAP Bubble peep 6
respon bayi saat di observasi FiO2 25%
perawatan 2. Therapy Neokaff 1x
- Anjuran OT untuk mencuci 8,8mg
tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
Kolaborasi
- Pemberian terapi cpap sesuai
intruksi dokter
- Pemberian terapi obat sesuai
intruksi dokter
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin dirumah
- Demontrasikan Teknik
keperawatan metode kanguru
(PMK) Kepada OT bayi
Kolaborasi
- Pemberian terapi obat sesuai
intruksi dokter
4. 27/11/2022 DS : DIAGNOSA: IMPLEMENTASI: EVALUASI :
DO : Risiko deficit Nutrisi b.d Observasi : S:
- Bayi Prematur usia 2 ketidakmampuan menelan - Memonitor kepatenan O:
hari, usia Gestasi 32 (D.0032) akses intravena - Bayi Prematur usia 2 hari,
minggu, usia koreksi 32 Evaluasi : jalan infuse usia Gestasi 32 minggu,
minggu +2 hari LUARAN : Status Nutrisi Bayi lancar. usia koreksi 32 minggu +2
membaik (L.03031) dengan criteria - Memonitor asupan nutrisi hari
Terpasang infuse PICC
- Bayi aktif, menangis
dengan total cairan 65 hasil:
kuat,Terpasang infuse PICC
cc/kgBB. - BB bayi meningkat Terapeutik
ditangan kiri, masuk 13 cm.
- Memberikan cairan
- PG 1 Dextrose 10% - Dengan terapi PG 1
(30ml), INTERVENSI : parenteral sesuaai dextrose 10%, 30 ml,
60cc/KgBB/Hari. Manajemen Nutrisi Parenteral kebutuhan kebutuhan cairan
(I.03120) - Hitung balance diuresis 65cc/KgBB,
Lipid 1 gram Observasi : - Lipid 1 gram,
5cc/KgBB/Hari - Monitor kepatenan akses 5cc/KgBB/hari.
- Perut teraba supel, intravena Edukasi : - Perut teraba supel,
kembung tidak ada - Monitor asupan nutrisi - Mengajarkan ibu teknik kembung tidak ada, tidak
tidak ada muntah. pompa ASI dan cara ada muntah.
- Suhu bayi : 36, 7ᵒC, Terapeutik penyimpanan ASIP - Suhu bayi 36,5ᵒC, suhu
dengan suhu - Berikan nutrisi parenteral sesuai - Menganjurkan ibu untuk incubator 32,5ᵒC, SpO2
incubator 32,5⁰C kebutuhan makan makanan yang 96%, HR 138x/menit,
- HR : - Hitung balance diuresis bernutrisi - Terpasang OGT no. 8
124-135x/menit - Menganjurkan ibu cuci (25/11/2022),
- RR : 56x/menit tangan sebelum dan - Balance : +4,2 cc/24 jam
Edukasi :
- SpO2 : 95%. sesudah melakukan - Diuresis : 2
- Ajarkan ibu cara pompa ASI yang pompa ASI.
- BB saat ini : 1.780, cc/kgBB/jam/ 24 jam.
benra - Bayi masih dipuasakan.
naik 20 gram.
- Ajarkan ibu cara penyimpanan
ASI yang benar A : Risiko deficit Nutrisi b.d
- Anjurkan ibu untuk makan ketidakmampuan menelan tidak
makanan yang bernutrisi. terjadi
- Anjurkan ibu cuci tangan P:
sebelum dan sesudah melakukan - Monitor TTV dan K/U bayi
- Monitor kepatenan OGT
pompa ASI.
- Rencana ganti OGT tgl
- Ajarkan ibu cara pengiriman ASI 28/11/2022
ke ruang NICU. - Palpasi perut bayi.
NO. TANGGA ANALISA DATA DIAGNOSA & INTEVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. 28/11/2022 DS : DIAGNOSA : Obeservasi : S:-
Pola nafas tidak efektif b.d - Memonitor k/u bayi dan
DO : hambatan upaya nafas ( kelemahan TTV bayi O : Keadaan umum:
- Bayi Prematur usia 3 otot pernafasan) D.0005 - Memonitor pola nafas Perawatan bayi Premature
hari, usia Gestasi 32 bayi, dan adanya suara usia 3 hari Usia Gestasi 32
minggu, usia koreksi 32 LUARAN : Pola napas membaik. nafas tambahan miggu, Usia Koreksi 32
minggu +3 hari (L.01004 ) dengan kriteria hasil : minggu+3 hari, bayi aktif
- Bayi aktif, menangis - Pola nafas membaik Terapeutik : dan menangis, retraksi
kuat. - Dispnea menurun - Mempertahankan minimal,
- SpO2 98-100 % - Penggunan otot bantu nafas kepatenan jalan napas Tanda Tanda Vital : HR
- HR 132x/menit menurun bayi (Pantau CPAP) dan 126x/mnt, SpO2 96-98%
- RR : 50x/menit - Pemanjangan fase menurun pemberian oksigen CRT< 3 detik, RR :
- Suhu : 36,6 ᵒC dalam - Memposisikan bayi semi 48x/menit, CPAP sudah
- Nafas cuping hidung menurun
suhu incubator 32⁰C fowler dilepas.
- Frekuensi nafas membaik
- Retraksi tidak ada, Terpasang: Terpasang OGT
- NCH tidak ada, Edukasi : no. 8 (01/12/2022)
INTERVENSI: Manajemen jalan - Menganjurkan OT cara
- Terpasang OGT no. 8 nafas I.01011
- Terpasang CPAP mencuci tangan sebelum A:
Bubble PEEP : 5, FiO2 dan sesudah kontak Pola napas tidak efektif
Tindakan dengan bayi teratasi.
21% , Flow 6,
Observasi - Memberi informasi ke
- Monitor pola OT respon bayi selama P:
nafas( frekuensi ,kedalaman,usaha perawatan. Observasi :
nafas) - Monitor pola nafas bayi.
- Monitor bunyi nafas tambahan Kolaborasi :
- Monitor kondisi umum
( gurgling, mengi, weezing, ronchi) - Terpasang CPAP Bubble
bayi dan TTV bayi
PEEP : 5, FiO2 21% , Flow
Therapeutik:
Teraupetik 6
- Atur posisi bayi
- Memberikan Therapy
- Pertahankan jalan nafas - Cuci tangan 6 langkah dan
Neokaff 1x8,8 mg,
- Posisikan semi fowler 5 moments
- Instruksi DPJP CPAP di
- Berikan oksigen Kolaborasi dengan DPJP
lepas.
untuk tatalaksana:
Edukasi 1. Therapy Neokaff
- Beri informasi ke orangtua 1x8,8mg
respon bayi saat di observasi
perawatan
- Anjuran OT untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
Kolaborasi
- Intruksi dokter lepas CPAP
- Pemberian terapi obat sesuai
intruksi dokter
Kolaborasi
- Pemberian terapi obat sesuai
program
KESIMPULAN
Bayi Ny. D. usia 3 hari saat ini kondisi bayi mulai stabil, Tanda-tanda Vital
dalam batas normal. SpO2 : 98-100%, HR : 134x/menit, RR: 48x/menit, Suhu :
36,8 ℃, CRT <3 detik, pernapasan spontan, tidak ada retraksi, bayi riwayat
pemasangan CPAP bubble 3 hari, telah dilakukan tindakan keperawatan seperti
: Monitor TTV, Pola nafas, pemberian terapi Antibiotik sesuai program,
pemberian nutrisi sesuai program, pencegahan infeks, pemantauan suhu sesuai
NTE (Neonatal Thermal Environment).
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
Saran yang diberikan untuk orang tua yang bisa dilakukan dirumah, seperti :
Edukasi Laktasi, PMK, perawatan bayi prematur dan pencegahan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Anak. Volume I1. Edisi 15. Jakarta: EGC. Ngastiyah. (2005).
Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta: EGC. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. (2005).
Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: bagian ilmu Kesehatan Anak
Fakultaas Kedokteran UI. Surasmi, A, dkk. (2003).
Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC. Suriadi dan Rita. (2001). Asuhan
Keperawatan pada Anak Edisi 1 Jakarta