LIMFADENITIS TUBERKULOSIS
Disusun Oleh:
Anna Fitriyana
1710029070
Pembimbing:
dr. Meiliati Aminyoto, M.Kes, Sp. GK
dr. Opiansyah
LAPORAN KASUS..............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB 1.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................3
1.2 Tujuan..................................................................................................................................4
LAPORAN KASUS..............................................................................................................5
2.1 Anamnesis...........................................................................................................................5
2.2 Pemeriksaan Fisik...............................................................................................................8
2.3 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................9
2.4 Diagnosis.............................................................................................................................9
2.5 Penatalaksanaan..................................................................................................................9
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA..................................................................10
3.1 Identitas Pasien.................................................................................................................10
3.2 Data Anggota Keluarga.....................................................................................................10
3.3 Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga, dan Lingkungan...............................................10
3.2 Penilaian APGAR Keluarga.............................................................................................13
3.3 Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga.............................................................................14
3.4 Analisis Aspek dalam Diagnosis Holistik Keluarga..........................................................16
PEMBAHASAN...................................................................................................................18
4.1 Mandala of Health.............................................................................................................18
4.2 Pembahasan........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................................27
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Tujuan
Tujuan pembelajaran kasus ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari bahwa pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan
kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga
sebagai suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga
tidak hanya terbatas pada organ tubuh atau suatu penyakit tertentu saja. Dalam
laporan kasus kedokteran keluarga ini ditujukan pada kasus Ny. T dengan
diagnosis “Limfadenitis Tuberkulosis”.
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ketika berobat ke Puskesmas Palaran adalah timbul
benjolan di leher sejak 1 bulan.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit dan Pengobatan
Pada awal bulan Agustus 2019, pasien mengeluhkan timbul benjolan di
leher bagian tengah. Awalnya benjolan hanya berukuran kecil kira- kira sebesar
kacang, dan tidak terasa nyeri. Setelah 2 minggu selanjutnya, pasien merasa
benjolan di lehernya bertambah besar ukurannya yaitu sebesar kelereng kira-
kira 3cm dan terkadang pasien merasakan nyeri pada benjolannya, konsistensi
kenyal. Kemudian pasien mengaku memeriksakan dirinya ke Mantri di daerah
sekitar rumahnya. Lalu menurut mantri tersebut benjolan tersebut
kemungkinan adalah tumor jinak dan disarankan oleh Mantri untuk di bekam
atau diperiksakan keluhan tersebut ke Dokter/Rumah sakit. Seminggu setelah
periksa ke Mantri, tanggal 27 Agustus 2019 pasien memeriksakan dirinya ke
Rumah sakit AWS, dan dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, dan FNAB
dan dari hasil pemeriksaan RS pasien kemudian didiagnosis TB ekstra paru
5
yaitu limfadenitis TB. Tanggal 28 Agustus 2019, pasien kemudian diberikan
pengobatan OAT kategori 1 dari RS. Pada tanggal 7 September 2019 pasien
datang ke Puskesmas Palaran, untuk kontrol dan mengambil obat OAT. Pada
saat itu juga pasien diperiksakan sputum BTA dan hasil sputum BTA (---).
Pada saat anamnesis pasien, pasien mengaku keluhan batuk lama tidak
ada sebelumnya, demam tidak ada, sesak nafas tidak ada, penurunan nafsu
makan maupun penurunan berat badan tidak dirasakan pasien. Namun pasien
mengaku sering mengalami berkeringat saat malam hari walaupun dalam
keadaan dingin. Pasien tidak mengetahui kemungkinan tertular sakit TB
darimana. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan OAT Kategori 1 fase
intensif selama 2 bulan.
6
sputum BTA dan hasil sputum BTA (---).
16 Oktober 2019 Dilakukan anamnesis pasien, pasien mengaku riwayat
keluhan batuk lama (-), demam (-), sesak nafas (-),
penurunan nafsu makan maupun penurunan berat
badan (-), berkeringat saat malam hari (+) walaupun
dalam keadaan dingin. Pasien tidak mengetahui
kemungkinan tertular sakit TB darimana.
Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan OAT
Kategori 1 fase intensif selama 2 bulan.
f. Genogram
Keterangan:
7
: Laki-laki : Sudah meninggal
: Perempuan : Pasien
8
• Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
2.4 Diagnosis
ICD 10 (A18.8) Tuberculosis of other specified organs.
ICD 10 (I.10) Essential (primary) hypertention
2.5 Penatalaksanaan
1. Non-farmakologis
a. Edukasi mengenai penyakit Limfadenitis TB terdiri dari definisi,
penyebab, menyakinkan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan, serta cara
bagaimana agar tidak menularkan ke orang lain
b. Edukasi pasien untuk tetap melanjutkan terapi dan rutin kontrol sesuai
yang sudah ditentukan oleh tenaga medis yang menangani penyakit pasien.
c. Edukasi keluarga untuk ikut mendukung pasien agar tetap melanjutkan
pengobatan dengan rutin serta mendukung pemenuhan gizi yang berperan
dalam keberhasilan pengobatan Limfadenitis TB.
2. Farmakologis
Dokter:
a. OAT KDT kategori 1 fase awal
b. Pemberian anti hipertensi berupa amlodipin dengan dosis 10mg 1 tab/per
2.6 Prognosis
Functionam : Dubia ad bonam
Sanationam : Dubia ad bonam
Vitam : Dubia ad bonam
BAB 3
9
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Pekerjaan : IRT
Alamat lengkap : Jl. Ampera RT. 40, Rawa Makmur, Palaran
10
dapat dibuka. Kebutuhan air dari PDAM.
4 Besarnya daya listrik 1300 Watt
5 Tingkat pendapatan keluarga :
a. Pengeluaran rata-rata/bulan Rp. 2.000.000,00
Bahan makanan: beras, lauk,
sayur, air minum, dan bahan baku
untuk usaha makanan pasien
Di luar bahan makanan Rp. 2.000.000,00
Cicilan rumah, Kesehatan,
Listrik, Lain-lain
Penghasilan keluarga/bulan +/- Rp 10.000.000,00 (tidak tetap)
No Lingkungan Keterangan
1 Sosial Hubungan dengan lingkungan sekitar baik. Meskipun
hanya di rumah, pasien dan keluarga sering menyapa
tetangga saat bertemu.
2 Fisik/Biologik
Perumahan dan fasilitas Baik
Luas tanah 15 x 60 meter
Luas bangunan 10 x 25 meter
Jenis dinding terbanyak Beton
Jenis lantai terluas Beton (keramik)
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK Kegiatan mandi, cuci, dan kakus dilakukan di dalam
12
kamar mandi pribadi.
Sarana Pembuangan Air Limbah Mempunyai septik tank
Sumber air sehari-hari Air PDAM
Sumber air minum Air galon
Pembuangan sampah Sampah dikumpulkan di dalam plastik dan dibuang ke
TPA
3.2 Penilaian APGAR Keluarga
Hampi Kadang Hampir
Kriteria Pernyataan r Selalu Kadang Tidak
(2) (1) Pernah (0)
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota
Adaptasi √
keluarga sudah menjalankan sesuai
dengan seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
Kemitraan √
solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan √
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
Saya puas dengan kehangatan dan
Kasih
kasih sayang yang diberikan √
Sayang
keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan
Jumlah 10
Keterangan:
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
13
Total skor ≤ 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan:
Nilai skor keluarga ini adalah 10, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
sehat.
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok √
Apakah ada yang memiliki Tidak ada keluarga pasien yang
kebiasaan merokok? aktif merokok
2 Persalinan
Di mana istri melakukan Bersalin dengan dukun kampung di √
persalinan? Rumah.
4 Balita ditimbang
Apakah saat balita sering Di praktik dokter spesialis anak dan √
ditimbang? Di mana? posyandu.
5 Sarapan pagi
√
Apakah seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga rutin
memiliki kebiasaan sarapan pagi? sarapan pagi
7 Cuci tangan
Apakah anggota keluarga Pasien rutin cuci tangan dengan √
mempunyai kebiasaan mencuci sabun sebelum dan sesudah makan,
tangan dengan sabun sebelum serta sesudah buang air besar.
makan dan sesudah BAB?
14
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga Pasien rutin melakukan kebiasaan √
memiliki kebiasaan gosok gigi menggosok gigi 3 kali sehari
menggunakan odol?
9 Aktivitas fisik/olahraga √
Apakah anggota keluarga Pasien tidak rutin melakukan
melakukan aktivitas fisik atau olahraga
olahraga teratur?
B. Lingkungan Sehat
1 Jamban
Apakah di rumah tersedia Tersedia jamban pribadi. √
jamban dan seluruh keluarga
menggunakannya?
2 Air bersih dan bebas jentik
Apakah di rumah tersedia air Di rumah menggunakan sumber air √
bersih dengan tempat air tidak yang berasal dari PDAM dan bebas
ada jentik? dari jentik.
3 Bebas sampah
Apakah di rumah tersedia Rumah terlihat bersih dan √
tempat sampah? Di lingkungan tidak tampak sampah
sekitar rumah tidak ada sampah berserakan di daerah sekitar
berserakan? rumah.
4 SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL di Di sekitar rumah terdapat √
sekitar rumah septic tank untuk
pembuangan limbah.
5 Ventilasi
√
Apakah ada pertukaran udara di Terdapat ventilasi
dalam rumah
6 Kepadatan
Apakah ada kesesuaian rumah Rumah baik untuk 7 orang √
dengan jumlah anggota keluarga? penghuni
7 Lantai √
Apakah lantai bukan dari tanah? Lantai rumah dari beton
C. Indikator Tambahan
15
1 ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan Ya √
hanya mendapat ASI saja sejak
lahir sampai 6 bulan?
2 Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu terakhir Pasien mengkonsumsi
anggota keluarga mengkonsumsi sayur dan mengkonsumsi √
buah dan sayur? buah
Jumlah 15 3
Klasifikasi
SEHAT I: Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah)
SEHAT II: Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III: Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV: Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru)
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 15 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk
dalam klasifikasi SEHAT III.
No Aspek Rincian
1 Alasan kedatangan Pasien mencari pengobatan untuk keluhan benjolan di leher
pasien sejak 1 bulan. Pasien dan keluarga berharap ia dapat sembuh
dan bisa menjalani aktivitas seperti biasa. Hal yang
dikhawatirkan pasien saat ini adalah cemas akan benjolan di
lehernya yang semakin membesar dan terasa nyeri hilang
timbul, pasien takut jika benjolan itu adalah tumor jinak. Pasien
juga mengaku takut menularkan penyakitnya kepada orang
lain, khususnya kepada suami, anak dan cucunya. Pasien
sempat 1x berobat ke Mantri sekitar rumah, 1 kali berobat ke
dokter spesialis mengenai keluhannya. Pasien juga takut jika
setelah menyelesaikan pengobatan, penyakitnya dapat muncul
kembali.
16
2 Diagnosis klinis, ICD 10 (A18.8) Tuberculosis of other specified organs.
biologikal, ICD 10 (I.10) Essential (primary) hypertention
psikomental, Pasien belum memahami perihal hubungan antara kedua
intelektual, nutrisi, penyakitnya.
derajat keparahan
17
3.8 Diagnosis Keluarga
Pasien bernama Ny. T merupakan pasien rawat jalan Puskesmas Palaran yang
didiagnosis dengan Limfadenitis TB + Hipertensi. Pasien merasa benjolan di lehernya
semakin membesar dan terasa nyeri hilang timbul. Secara umum pasien memiliki
kesadaran PHBS yang cukup baik dan fungsi keluarga yang sehat. Keluarga ini
menempati rumah dengan ventilasi yang kurang memadai dan sinar matahari yang
tidak cukup masuk ke dalam rumah. Keluarga ini memiliki sanitasi lingkungan yang
baik. Pengetahuan pasien mengenai penyakit, cara penularan dan pengobatan
penyakitnya kurang baik terutama dalam hal pentingnya memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan pertama ketika ada keluhan, perlunya kesadaran tentang keadaan
penyakit yang dialami pasien saat ini untuk mencapai keberhasilan pengobatan dan
pencegahan komplikasi yang dapat terjadi. Untuk keteraturan minum obat dan kontrol
kesehatan rutin sudah cukup baik.
18
MANDALA OF HEALTH
GAYA HIDUP
• Kurang beraktivitas fisik dan olahraga.
PERILAKU KESEHATAN
• Kurangnya pengetahuan pasien mengenai
Limfadenitis TB dan Hipertensi, cara
penularannya, kontrol rutin kesehatan kepada
fasilitas kesehatan tingkat pertama di
lingkungan tempat tinggal PASIEN
LINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-
ICD 10 (A18.8) Tuberculosis of other EKONOMI
BIOLOGI specified organs. • Tingkat pendidikan pasien, tidak tamat
• Infeksi Mycobacterium tuberculosis SD.
ICD 10 (I.10) Essential (primary)
• Usia tergolong rentan terjadi perburukan
hypertention
klinis
• Saat usia bayi pasien tidak mendapatkan
vaksin BCG maupun vaksin yang lainnya
PELAYANAN KESEHATAN
• Pasien tidak memiliki jaminan
LINGKUNGAN FISIK kesehatan
• Kondisi rumah pasien tidak memiliki
ventilasi yang memadai dan beberapa
jendela tidak dapat dibuka, sehingga KELUARGA
cahaya sulit masuk dan udara sulit • Keluarga pasien tidak mengetahui tentang
bertukar. Limfadenitis TB, cara penularan, dan faktor
risikonya
• Keluarga pasien kurang mengetahui tentang
Hipertensi dan pengobatannya
• Keluarga tidak langsung berobat kepada tenaga 19
medis ketika ada keluhan
Tabel Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga
Rencana Sasaran Skor Skor
Masalah Upaya penyelesaian Resume hasil akhir perbaikan
Pembinaan Pembinaan awal akhir
- Edukasi mengenai penyakit Limfadenitis TB - Pasien paham mengenai
dan Hipertensi pada pasien dan keluarga penyakit Limfadenitis TB dan
Faktor Perilaku Kesehatan
- Edukasi mengenai pentingnya kepatuhan Hipertensi, pentingnya
- Kurangnya pengetahuan pasien
dalam terapi OAT, kontrol kesehatan setiap kepatuhan berobat, dan
mengetahui limfadenitis TB dan Edukasi Pasien
bulan serta evaluasi terapi OAT. kemungkinan timbulnya efek
Hipertensi, cara penularan, dan dan 3 5
- Edukasi pentingnya peran keluarga untuk samping obat.
pentingnya kontrol kesehatan motivasi Keluarga
selalu mengingatkan dan memberi dukungan - Pasien dan keluarga termotivasi
agar terapi dapat tuntas seperti yang sudah untuk melanjutkan terapi dan
ditentukan. rutin kontrol
20
- Pasien dan keluarga memahami
Lingkungan Fisik
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pentingnya memiliki ventilasi
- Kondisi rumah pasien tidak memiliki
Pasien dan mengenai pentingnya memiliki ventilasi yang baik di dalam rumah
ventilasi yang memadai dan Edukasi 3 5
Keluarga yang baik di dalam rumah untuk mengurangi - Pasien dan keluarga berencana
beberapa jendela tidak dapat dibuka.
risiko penularan bakteri TB memasang merenovasi jendela
yang tidak dapat dibuka
Keluarga - Pasien dan keluarga memahami
- Keluarga pasien kurang mengetahui - Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai Limfadenitis TB, cara
tentang Limfadenitis TB, cara mengenai penyakit Limfadenitis TB, cara penularan, faktor risiko, dan
penularan, faktor risiko, dan Pasien dan penularan, faktor risiko, dan pengobatannya pengobatannya
Edukasi 3 5
pengobatannya Keluarga - Edukasi kepada pasien dan keluarga - Pasien dan keluarga memahami
- Keluarga pasien kurang mengetahui mengenai penyakit Hipertensi, pola makan mengenai Hipertensi, pola
tentang Hipertensi, pola makan yang yang sesuai, dan pengobatannya makan yang sesuai, dan
sesuai, dan pengobatannya pengobatannya
Klasifikasi Skor:
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar
oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.
Skor 5: Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.
21
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini membahas salah satu pasien rawat jalan di Puskesmas
Lempake atas nama Ny. T berusia 56 tahun yang terdiagnosis dengan Limfadenitis TB
dan Hipertensi. Keluhan awal yang dialami pasien adalah timbul benjolan di leher
sejak 1 bulan, semakin membesar disertai nyeri hilang timbul, konsistensi kenyal,
ukuran sebesar kelereng. Sesak nafas (-), berkeringat saat malam (+), penurunan nafsu
makan (-), dan badan lemas (+).
Pada pasien ditemukan adanya pembesaran kalenjer limfe daerah leher, ini
merupakan bentuk TB ekstrapulmonal yang sering terjadi dan terbanyak pada kelenjer
limfe leher. Kebanyakan kasus dapat timbul 6-9 bulan setelah infeksi awal
M.Tuberkulosis, tetapi beberapa kasus dapat timbul bertahun-tahun. Lokasi
pembesaran kelenjer limfe yang sering adalah di servikal anterior, submandibula,
supraklavikula, inguinal dan aksila. Kelenjar limfe biasanya membesar perlahan-lahan
pada stadium awal penyakit. Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras,
discrete, dan tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di
bawah atau di atasnya. Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi
bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada dan leher-bawah saling
bersilangan. Uji tuberkulin biasanya menunjukkan hasil positif. Diagnosis definitif
memerlukan pemeriksaan histologis dan bakteriologis yang diperoleh melalui biopsi,
yang dapat dilakukan di fasilitas rujukan dan pada pasien akan direncanakan biopsi
untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologis.
Tatalaksana pada pasien sudah sesuai Menurut Kemenkes RI 2015, dimana
pada pasien dengan limfadenitis TB pengobatan yang diberikan pada fase intensif
berupa 2(RHZE) dan pada fase lanjutan 4(RH)3. Pada fase intensif pasien Setelah
diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien harus dievaluasi. Respon
pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis berkurang, nafsu makan meningkat,
berat badan meningkat, demam menghilang, dan batuk berkurang. Apabila respon
pengobatan baik maka pemberian OAT dilanjutkan sampai dengan 6 bulan. Sedangkan
apabila respon pengobatan kurang atau tidak baik maka pengobatan TB tetap
dilanjutkan tetapi pasien harus dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Setelah
pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan evaluasi
baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto toraks. Meskipun
gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti, tetapi apabila
dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan dan pasien
dinyatakan selesai.2
Saat dilakukan edukasi dan konseling mengenai pengobatan OAT oleh
pemegang program TB Puskesmas Palaran, diketahui bahwa pasien memiliki 1 orang
anak berusia 39 tahun. Berdasarkan Permenkes Nomor 76 Tahun 2016, anak pasien
tidak memerlukan profilaksis dengan INH karena keduanya sudah berusia di atas 5
tahun.
Ketika dilakukan kunjungan ke rumah pasien, ditemukan bahwa kondisi rumah
pasien memiliki ventilasi yang kurang memadai dan kurangnya paparan sinar matahari
yang masuk ke dalam rumah. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko penularan TB
karena umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab. Oleh karena itu, ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan
dan paparan langsung dengan sinar ultraviolet akan mematikan sebagian besar kuman
dalam waktu beberapa menit (Kemenkes, 2014).
4.1 Mandala of Health
a. Usia dan Komorbid
Pasien memiliki komorbid berupa penyakit Hipertensi.
b. Dukungan Keluarga
Pasien merupakan seorang istri dengan 2 anak. Pasien TB dengan komorbid
Hipertensi yang menjalani pengobatan dalam jangka waktu lama membutuhkan
dukungan keluarga untuk kepatuhan minum obat dan pemenuhan gizi. Dukungan
merupakan faktor pendorong yang bisa berupa emosional, informasi dan sesuatu yang
dapat berpengaruh terhadap diri seseorang yang dapat diberikan oleh individu lain
seperti keluarga, kerabat, teman kerja dll (Selvarajan, Signh, & Cloninger, 2016).
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan,
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasi,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Hernilawati,
2008). Efek dukungan keluarga terhadap penderita penyakit kronis antara lain
mengurangi stress yang dialami oleh penderita, meningkatkan tingkat kepercayaan
penderita, dapat mengubah pola hidup yang tidak sehat dan membuat penderita tidak
mersa terasingkan (Miller & DiMatteo, 2012).
c. Lingkungan Fisik
Lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi tingginya kejadian TB paru
adalah lingkungan rumah yang kurang sehat, misalnya kurang adanya fasilitas ventilasi
yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, kepadatan hunian dalam rumah
dan bahan bangunan di dalam rumah (Muaz, 2014). Kondisi rumah pasien didapatkan
fasilitas ventilasi yang kurang memadai dan kurangnya paparan terhadap sinar
matahari di dalam rumah. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko penularan terhadap
kuman TB.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuka pintu dan jendela setiap
pagi hari, mengupayakan sinar matahari masuk ke dalam rumah dengan memasang
genteng kaca plastik agar tidak gelap dan mengurangi kelembaban serta dapat
membunuh kuman TB (Muaz, 2014).
4.2 Tatalaksana Dokter Muda
Penatalaksanaan penyakit harus melibatkan dua aspek, yaitu tatalaksana
nonfarmakologis dan tatalaksana farmakologis. Tatalaksana nonfarmakologis yaitu
berupa edukasi mengenai penyakit, risiko penularan, pengobatan, serta komplikasi
yang bisa terjadi akibat penyakit yang diderita. Sedangkan terapi farmakologis berupa
pemberian obat-obatan yang berfungsi untuk menghilangkan infeksi yang terjadi.
4.2.1 Tatalaksana Nonfarmakologis
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien tentang penyakit yang diderita saat
ini yaitu Limfadenitis TB dengan Hipertensi, cara penularan dan pencegahan,
pengobatan, monitoring pengobatan serta komplikasi yang dapat terjadi. Pasien dan
keluarga diharapkan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin terutama tekanan
darah setiap 1 bulan sekali dan tepat waktu dalam evaluasi pengobatan TB pada bulan
ke 2, 5 dan 6. Bekerjasama dengan poli gizi dalam hal konseling dan edukasi cara
pemenuhan gizi harian pasien untuk dapat memperbaiki gizi pasien.
4.2.2 Tatalaksana Farmakologis
a. TB Paru
Pada pasien ini didiagnosis dengan TB paru terkonfirmasi klinis,
sehingga diberikan OAT KDT kategori 1 dengan dosis 4 tablet/hari berupa
2HRZE/4(HR)3
b. Hipertensi
Merujuk pasien ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk
mendapatkan pengobatan hipertensi jika tekanan darah tidak terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2015). Konsensus Pengelolaan Tuberkulosis dan Diabetes Mellitus
(TB-DM) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Muaz, F. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru Basil
Tahan Asam Positif di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Tahun 2014.
Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selvarajan, Signh, B., & Cloninger, A. P. (2016). Role of Personality and affect on the
sosial support and work family conflict relationship. Journal Of Vocational
Behavior, 39-56.
Tubillah, M. H. (2017). Karakteristik Pasien Limfadenitis Tuberkulosis di Rumah
Sakit Al- Islam Bandung Periode Tahun 2016. Bandung Meeting on Global
Medicine & Health, 1.
World Health Organization (WHO). 2018. Global Tuberculosis Report 2018. Geneva:
World Health Organization 2018.
LAMPIRAN