Anda di halaman 1dari 54

HUBUNGAN PERSONAL HYGINE DENGAN KEJADIAN DEMAM

TYPHOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CARIU

NAMA : AYI SUMIATI

NIM : 0432950419021

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI 2021
SURAT PERNYATAAN

Dengan Hormat:

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayi Sumiati

NIM : 0432950419021

Mahasiswa Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S1 Angkatan 2019

Menyatakan Bahwa Skripsi Berjudul Hubungan Personal Hygine dengan

Kejadian DemamTyphoid di wilayah kerja Puskesmas Cariu adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber di kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya

Bekasi, 03 Februari 2021

Ayi Sumiati
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGINE DENGAN KEJADIAN DEMAM


TYPHOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CARIU

Ditunjukan dan disusun oleh :


Nama : Ayi Sumiati
NIM : 0432950419021

Jurusan/Program Studi : S1 Keperawatan

Telah di pertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal 05 Maret 2021 dan
di terima sebagai bagian persyaratan yang sah dan diperlakukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada jurusan Keperawatan Program Studi
Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi Kesehatan Bani Saleh.
Susunan Dewan Penguji
Ketua dewan Penguji :
Penguji I : Achmad Fauji, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB
Penguji II : Ns. Ashar Prima, M.Kep

Mengetahui dan Menyetujui


Bekasi, Maret 2021

Ketua Jurusan Keperawatan Ka.Prodi Keperawata S1

(Ns.Puji Astuti M.Kep.,Sp.Kep.MB) (Ns.Rika Harini, M.Kep., Sp.Kep.An)


NIP. 1320800010 NIP. 132071768
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelaesaikan penyusunan proposal

skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN

KEJADIAN DEMAM TYPHOID DI PUSKESMAS CARIU “. Keberhasilan

penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari arahan, bimbingan serta bantuan

dari semua pihak,untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak,khususnya kepada :

1. Bapak Achmad Fauji,Mkep.,Ns.,Sp.Kep.MB sebagai pembimbing 1 yang

senantiasa membimbing serta mengarahkan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ns. Ashar Prima, M.Kep sebagai pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr.ir.Mursyid Ma’sum,M.Agr sebagai ketua STIKES Banisaleh

Bekasi.

4. Kepada seluruh dosen dan staf akademik STIKES Banisaleh yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dr. faraitody Itamy,MKM sebagai Kepala Puskesmas Cariu yang

telah memberika izin untuk meneruskan jenjang pendidikan kepada

penulis.

6. Kepada kedua orang tua dan segenap kelurga besar yang telah
memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam mengerjakan

proposal skripsi ini.

7. Kepada suami dan anak tercinta,yang telah memberikan izin dan semangat

setiap hari,sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi ini

dengan baik.

8. Kepada semua staf Puskesmas Cariu terutama bagian rawat Inap,yang

telah memberika dukungan semangat kepada penulis.

9. Kepada semua teman-teman ankatan S1 Keperawatan kelas sentul yang

telah berjuang bersama dan menyelesaikan pendidikan,sehingga kita bisa

lulus bersama.

10. Kepada semua pihak yang telah memberikan semangat serta bantuan

kepada penulis, sehinga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi ini

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

serta masukan untuk perbaikan skripsi ini. semoga skripsi ini bisa

bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca.

Bekasi, Maret 2021

Penulis

Ayi Sumiati
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella typhi, biasanya disebabkan oleh makanan atau air yang

terkontaminasi. Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

memperkirakan jumlah kasus demam typhoid di seluruh dunia mencapai 11-

21 juta dengan 128- 160 ribu kematian tiap tahunnya. Mayoritas kasus

terjadi di Asia Selatan /Tenggara, dan Afrika (WHO, 2018).

Kejadian demam typhoid yang dilaporkan di Indonesia adalah 81,7%

100.000 penduduk, terbagi menurut kelompok umur 0,0 / 100.000 penduduk

(0-1 tahun), 148,7 / 100.000 penduduk (2-4 tahun), 180,3 / 100.000 (5-15

tahun) dan 51,2 / 100.000 (≥16 tahun). Data kasus typhoid di Puskesmas

Cariu pada tahun 2019 Rawat Inap Berjumlah 485 orang.

Faktor - faktor yang mempengaruhi kejadian demam

typhoid  antara lain jenis kelamin, usia, status gizi, kebiasaan jajan,

kebiasaan cuci tangan, pendidikan orang tua, tingkat penghasilan orang

tua, pekerjaan orang tua, dan sumber air. (Soedomo dkk. 2010;

Anonim. 2009).Sedangkan menurut (Harahap,2011) Faktor_faktor yang

mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut antara lain : sanitasi


umum,temperatur,polusi udara,dan kualitas air. Faktor sosial ekonomi

seperti kepadatan penduduk,kepadatan hunian,dan kemiskinan juga

mempengaruhipenyebarannya.

Demam typhoid menjadi penyebab utama dari penyakit dan

kematian terutama di kalangan anak-anak dan remaja, penyakit ini sangat

erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari hygiene pribadi

maupun sanitasi lingkungan, seperti lingkungan yang kumuh, kebersihan

tempat umum (restoran, rumah makan) yang kurang serta perilaku

masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat (Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, 2013)

Kejadian penyakit demam typhoid berhubungan dengan perilaku

hidup bersih sehat diantaranya sanitasi lingkungan yang buruk (tidak

menggunakan jamban saat BAB, kualitas sumber air bersih buruk)

higiene perorangan yang buruk (tidak mencuci tangan sebelum makan).

Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kebiasaan tidak

mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih merupakan hubungan

terjadinya demam tifoid (Whidy, 2012).

Demam typhoid harus mendapat perhatian serius dari semua

pihak, karena penyakit ini mewabah da n mengancam kesehatan

masyarakat. Dengan meningkatnya karier atau kasus yang kambuh dan

resistansi terhadap obat yang digunakan, masalahnya menjadi semakin

rumit, yang membuat pengobatan dan pencegahan menjadi sulit. Dengan

angka kejadian termasuk yang tertinggi di dunia yaitu : antara 358 sampai
810 per 100.000 pendudu/tahun. Penyakit ini di anggap serius karena

dapat di sertai dengan berbagai penyakit dan juga mempunyai angka

kematian yang cukup tinggi yaitu 1 sampai 5% dari penderita (Punjabi

NH, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian (Suhaemi, 2010) dari 30 responden

yang memiliki pengetahuan beresiko sebanyak 20 orang ( 66,7% ) dan 10

orang ( 33,3%) kategori memeliki pengetahuan beresiko demam typhoid

di karenakan seseorang memilki pengetahuan kurang mengenai demam

typhoid. Sedangkan responden yang memilki pengetahuan baik/ tidak

beresiko 10 orang (33,3%), 9 orang (30%) beresiko demam typhoid dan 1

orang (3,33%) tidak beresiko demam typhoid. Pengetahuan baik tidak

beresiko di karenakan responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik

mengenai kejadian demam typhoid. Kesenjangan dari hasil penelitian

adalah jumlah responden yang memiliki resiko terkena kasus demam

typhoid masih tinggi,Peneliti tertarik mengambil judul ini di karena kan

masih tingginya angka kasus pasien rawat inap di puskesmas cariu dengan

kasus demam typhoid.

B. Rumusan Masalah

Demam typhoid adalah infeksi sistemik yang di sebabkan oleh

salmonella typhi.Demam typhoid di tandai dengan demam yang berlangsung

selama seminggu atau lebih disertai dengan gangguan saluran

pencernaan.Berdasarkan hasil penelitian ( Suhaemi,2010 ) dari 30

responden yang memiliki pengetahuan beresiko sebanyak 20 orang ( 66,7


% ), 10 orang memiliki pengetahuan beresiko kurang ( 33,3 % ), 9 orang

memiliki pengetahuan baik ( 30 % ), 1 orang tidak memiliki resiko terkena

demam typhoid ( 3,33 % ). Kesenjangan dari kasus ini adalah tingkat

pengetahuan yang emiliki resiko terkena penyakit demam typhoid masih

tinggi. Peneliti tertarik dengan judul ini di karenakan jumlah penderita yang

di rawat dengan kasus demam typhoid di Puskesmas Cariu masih tinggi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut: “Apakah Ada Hubungan Personal Hygiene Dengan

Kejadian Demam Typhoid di Puskesmas Cariu”

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara personal hygine dengan kejadian demam typhoid di

puskesmas cariu.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik demograpi pada pasien demam

typhoid di puskesmas cariu.

2. Mendeskripsikan prevalensi personal hygine pada

pasien demam typhoid di puskesmas cariu.

3. Mendeskripsikan prevalensi kejadian demam typhoid

4. Untuk menganalisis hubungan antara personal hygine dan

kejadian demem typhoid di wilayah kerja puskesmas cariu.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menjadi pengalaman berharga dalam memperluas wawasan

keilmuan, cakrawala pengetahuan dan pengembangan keterampilan

serta sebagai ajang pengembangan diri.

2. Bagi Responden

Responden bisa mendapatkan informasi mengenai cara menjaga

personal hygiene dan jajan yang sehat untuk mencegah terjadinya

penyakit demam typhoid.

3. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan,

dapat menjadi salah satu bahan bacaan yang bermanfaat dan dapat

menjadi sumber motivasi bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi.

4. Bagi institusi kesehatan

Hasil penelitian ini di harapkan bisa bermanfaat untuk teman –teman

di puskesmas cariu.
12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Demam Typhoid

1. Pengertian Demam Typhoid

Demam typhoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit

infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella

typhi (Akhsin, 2010). Demam typhoid merupakan penyakit infeksi

akut pada usus halus dengan gejala demam lebih satu minggu atau

lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa

gangguan kesadaran (Rampengan, 2007). Dalam masyarakat penyakit

ini dikenal dengan nama tipes atau thypus, tetapi dalam dunia

kedokteran disebut typhoid fever atau thypus abdominalis, karena

berhubungan dengan usus di dalam perut. Penyakit demam typhoid

merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman

yang tercemar oleh bakteri Salmonella thyposa, (food and water borne

disease). Seseorang yang menderita penyakit tifus menandakan bahwa

ia sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi

bakteri ini (Akhsin, 2010).

2. Etiologi

Penyakit demam typhoid disebabkan oleh infeksi kuman

Salmonella typhosa atau Ebethella typhosa yang merupakan kuman


13

gram negatif, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat

hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia 16 maupun suhu yang

sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70 º C ataupun oleh

antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya

menyerang manusia (Rampengan, 2007).

Pathogenesis demam typhoid secara garis besar terdiri 3 proses,

yaitu proses invasi bakteri Salmonella typhi ke dinding sel epitel usus,

proses kemampuan hidup dalam makrofaq dan proses berkembang

biaknya kuman dalam makrofaq. Bakteri Salmonella typhi masuk ke

dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan atau

minuman yang terkontaminasi.

Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, terdapat di

seluruh dunia dengan reservoir manusia pula. Salmonella keluar

bersama tinja atau urine,

3. Epidemiologi

Demam typhoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti

penyakit menular lainnya, typhoid banyak ditemukan di negara

berkembang di mana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya

kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi

lingkungan, setempat, dan perilaku masyarakat. Angka 17 insidensi di

seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan

600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO (Word Health

Organisation) memperkirakan 70% kematian berada di Asia. Indonesia


14

merupakan negara endemik demam typhoid. Diperkirakan terdapat

800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan

sepanjang tahun (Widoyono, 2011).

4. Sumber Penularan dan Cara Penularan

Sumber penularan demam typhoid atau tifus tidak selalu harus

penderita tifus. Ada penderita yang sudah mendapat pengobatan dan

sembuh, tetapi di dalam air seni dan kotorannya masih mengandung

bakteri. Penderita ini disebut sebagai pembawa (carrier). Walaupun

tidak lagi menderita penyakit typhoid, orang ini masih dapat

menularkan penyakit typhoid pada orang lain. Penularan dapat terjadi

di mana saja dan kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi

makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi

kurang bersih (Addin, 2009).

Menurut Depkes RI ( 2006) beberapa kondisi kehidupan

manusia yang sangat berperan pada penularan demam typhoid adalah

Personal hygiene yang rendah dalam kehidupan sehari-hari seperti

tidak mencuci tangan setelah buang air besar, tidak mencuci tangan

sebelum makan serta kebiasaan tidak mencuci bahan makanan mentah

yang akan dimakan langsung.

Tujuan mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari

segala kotoran, mencegah penularan penyakit, dan melatih kebiasaan

yang baik (PMI, 2006) sedangkan hygiene makanan dan minuman

yang rendah merupakan faktor yang paling berperan pada penularan


15

typhoid. Banyak sekali contoh untuk ini diantaranya: makanan yang

dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur- sayuran dan

buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan

yang tercemar.

5. Patogenesis

Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman.

Setelah berada dalam usus halus, kuman mengadakan invasi ke

jaringan limfoid usus halus (terutama plak payer) dan jaringan limfoid

mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat

kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer)

menuju organ retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan

limpa. Di tempat ini, kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan

kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa

inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali masuk darah menyebar ke

seluruh tubuh (bakteremia sekunder), dan sebagian kuman masuk ke

organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman

tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan

menyebabkan reinfeksi usus.

Dalam masa bekteremia ini, kuman mengeluarkan endotoksin

yang susunan kimianya sama dengan antigen somatic

(lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap

terjadinya gejala-gejala dari demam typhoid. Demam typhoid

disebabkan oleh Salmonella typhosa dan endotoksinnya yang


16

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di

darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang

mengakibatkan timbulnya gejala demam (Rampengan, 2007).

6. Tanda dan Gejala

a. Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada

umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan

gejala penyakit tidaklah khas,berupa:

1) Anoreksia

2) Rasa malas

3) Sakit kepala bagian depan

4) Nyeri otot

5) Lidah kotor

6) Gangguan perut (Haryono, 2012).

b. Gambaran klasik demam typhoid (Gejala Khas).

Gambaran klinis klasik yang sering ditemukan pada penderita

demam typhoid dapat dikelompokkan pada gejala yang terjadi

pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga dan minggu

keempat sebagai berikut:


17

1) Minggu Pertama (awal infeksi)

Demam tinggi lebih dari 40 º C, nadi lemah bersifat dikrotik,

denyut nadi 80-100 per menit.

2) Minggu Kedua

Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah

tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah

menurun dan limfa teraba.

3) Minggu Ketiga

Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan

keluhan berkurang. Sebaliknya kesehatan penderita

memburuk jika masih terjadi delirium, stupor, pergerakan

otot yang terjadi terus- menerus, terjadi inkontinensia urine

atau alvi. Selain itu tekanan perut meningkat. Terjadi

meteorismus dan timpani, disertai nyeri perut. Penderita

kemudian mengalami kolaps akhirnya meninggal dunia akibat

terjadinya degenerasi miokardial toksik.

4) Minggu Keempat

Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami

penyembuhan (Soedarto, 2009).


18

7. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis demam typhoid, dapat ditentukan

melalui tiga dasar diagnosis, yaitu berdasar diagnosis klinis, diagnosis

mikrobiologis dan diagnosis serologis.

a. Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis adalah kegiatan anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mendapatkan sindrom klinis demam typhoid. Diagnosis klinis

adalah diagnosis kerja yang berarti penderita telah mulai dikelola

sesuai dengan managemen typhoid (Depkes RI, 2006).

b. Diagnosis Mikrobiologis

Metode ini merupakan metode yang paling baik karena spesifik

sifatnya. Pada minggu pertama dan minggu kedua biakan darah dan

biakan sumsum tulang menunjukkan hasil positif, sedangkan pada

minggu ketiga dan ke empat hasil biakan tinja dan biakan urine

menunjukkan positif kuat.

c. Diagnosis Serologis

Tujuan metode ini untuk memantau antibodi terhadap antigen O

dan antigen H, dengan menggunakan uji aglutinasi widal. Jika titer

aglutinin 1/200 atau terjadi kenaikan titer lebih dari 4 kali, hal ini

menunjukkan bahwa demam typhoid sedang berlangsung akut

(Soedarto, 2009).
19

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam typhoid ada tiga, yaitu :

a. Pemberian antibiotik

Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab

demam typhoid.

b. Istirahat dan perawatan

Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

komplikasi. Penderita sebaiknya beristirahat total di tempat

tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi

dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita.

Mengingat mekanisme penularan penyakit ini, kebersihan

perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan pasien untuk

buang air besar dan air kecil.

c. Terapi penunjang dan diet

Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita

diberi makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita

dapat diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa,

sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar

gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang

kesembuhan penderita (Widoyono, 2011).


20

9. Pencegahan

Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini

adalah :

a. Dari sisi manusia

1) Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari

penyakit ini dilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin

tipes atau typhoid yang disuntikan atau diminum dan

dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.

2) Pendidikan kesehatan pada masyarakat: sanitasi

lingkungan dan personal hygiene.

b. Dari sisi lingkungan hidup

1) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

2) Pembuangan kotoran manusia yang hygienis.

3) Pemberantasan lalat.

4) Pengawasan terhadap masakan di rumah dan penyajian

pada penjual makanan (Akhsin, 2010).

B. Personal Hygiene

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), hygiene diartikan

sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha

untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Personal hygiene


21

berasal dari bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene

berarti sehat. Hygiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan

Wartonah, 2006).

Hygiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa

kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan

dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan.

Peningkatan hygiene perorangan adalah salah satu dari program pencegahan

yakni perlindungan diri terhadap penularan typhoid (Depkes RI, 2006).

Kegiatan-kegiatan yang mencakup personal hygiene adalah:

a. Mandi

Menurut Irianto (2007), mandi merupakan bagian yang penting

dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau,

menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan

kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama

adalah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar

dengan membersihkan seluruh tubuh kita. Urutan mandi yang benar adalah

seluruh tubuh dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran

dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit,

kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga

keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan
22

lipatan-lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh

disiram sampai bersih sampai kaki.

b. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental

seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui

perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut

dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan

dapat mencegah halitosis. Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-

kurangnya 2 kali sehari dan sangat dianjurkan untuk berkumur-kumur atau

menggosok gigi setiap kali selepas kita makan. Kesehatan gigi dan rongga

mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja.

Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya

tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi

sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar.

Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi

jangan ditekan keras- keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat.

Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga

mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang

membusuk dan menjadi sarang bakteri.


23

c. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan

dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan

setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau

mengandung kuman penyakit, selalu tangan langsung menyentuh mata,

hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan

pemindahan sesuatu yang dapat menjadi penyebab terganggunya kesehatan

karena tangan merupakan perantara penularan kuman.

1) Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan

bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke

makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan

perlu mendapat prioritas tinggi, walaupun hal tersebut sering

disepelekan (Fathonah, 2005).

Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi, anak-anak,

penyaji makanan di restoran, atau warung serta orang-orang yang

merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak dengan feses,

urine atau dubur sesudah buang air besar (BAB) maka harus dicuci

pakai sabun dan kalau dapat disikat (Depkes RI, 2006). Pencucian

dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan pembilasan

dengan air mengalir akan menghanyutkan partikel kotoran yang


24

banyak mengandung mikroorganisme (Fathonah, 2005).

2) Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya

ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu

karena dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya cukup jauh.

Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat membantu dalam

mencegah penularan bakteri dari tangan kepada makanan (Depkes

RI, 2006). Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan

terpenting. Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang

makanan, maka tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci

karena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran,

menempel di tempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke

makanan yang tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti

berhasil mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB (Arisman,

2008).

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :

1) Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak

perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun

yang berbentuk cairan.

2) Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.

3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela

jari dan kuku.


25

4) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5) Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan

kerang (Atikah, 2012).

Penularan bakteri Salmonella typhi salah satunya melalui jari

tangan atau kuku. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan sebelum makan maka

kuman Salmonella typhi dapat masuk ke tubuh orang sehat melalui

mulut, selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit (Akhsin, 2010).

A. Kerangka Teori

Penularan Demam Typhoid :

1. Hygiene perorangan yang rendah

2. Sanitasi lingkungan yang kumuh Demam

3. Penyediaan air bersih yang tidak memadai typhoid

4. Jamban yang tidak memenuhi syarat

5. Pasien dengan karier typhoid yang tidak diobati


secara sempurna

6. Belum membudayakan program imuniasi.

Sumber : Depkes RI ( 2006 )


26

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen :

Personal Hygiene Variabel Dependen


Mandi
Perawatan mulut dan gigi Demam typhoid

Cuci tangan

C. Definisi Oprasional

NO VARIABEL DEFINISI CARA ALAT SKALA HASIL UKUR

UKUR UKUR

1 Data rekam Data pasien yang terdiagnosis Data Data Ordinal Pasien yang

medik demam typhoid oleh dokter rekam rekam menderita demam

medik medik typhoid di

puskesmas cariu

2 Data rekam Berkas yang berisi catatan di Data Data Ordinal 1. Pasien yang

medik dokumen mengenai identitas rekam rekam menderita

pasein,hasil medik medik demam

pemeriksaan,pengobatan,tindakan typhoid.

dan pelayanan lainnya yang di 2. Pasien yang

terima pasien pada sarana tidak menderita

kesehatan baik rawat jalan atau demam

rawat inap. typhoid.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan metode survey analitik dengan


menggunakan pendekatan cross sectional yaitu studi yang sifatnya
mengambil sampel waktu, sampel perilaku, sampel kejadian pada suatu
saat tertentu saja (Muhadjir, 2011: 43)

B. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel


bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) atau
variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab
munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya. Sedangkan
variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel
(akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari
variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita
ungkapkan dan jelaskan (Kerlinger, 1992:58-59).

1. Variabel Bebas (Independent) : Personal Hygine (X)

2. Variabel Tergantung (Dependent ) : Demam Typhoid (Y)


28

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dengan


karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau
subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2008). Populasi
yang menjadi fokus penelitian ini adalah populasi kasus yaitu
pasien demam typoid yang tercatat dalam rekam medik pada
2019-2021.
2. Sampel

Sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih atau diambil


dari suatu populasi. Dalam penelitian keperawatan, kriteria
sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, di mana kriteria itu
menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan.
Dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Tiro, 2009)
sebagai berikut:
n = N / (1 + (N x e²))

Keterangan:

n = Besar Sample

N = Ukuran Populasi atau Jumlah elemen dalam populasi

e = Nilai presisi atau tingkat signifikan yang telah di tentukan.


Umumnya dalam penelitian tingkat signifikansi di tentukan
sebesar 5% atau 0,05.
29

Perhitungan nya adalah :


n = N / (1 + (N x e²))

Sehingga : n = 100 / (1(100 x 0,005²))

n = 100/ (1 + (100 x 0,025))

n = 100 / (1+0,25))

n = 100 / 1,25

n = 80

Apabila dibulatkan maka besar sample minimal dari 100 populasi

pada margin of error 5% adalah sebesar 80.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan secara


non probability sampling dengan jenis purposive sampling yaitu
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2013).
a. Kriteria inklusi :

a) Mendapat persetujuan dari pihak puskesmas

b) Data pasien terdiagnosa pasti demam typhoid yang di

peroleh dari rekam medik

c) Data pasien demam typhoid yang menjalani rawat

jalan.
30

d) Data pasien demam typhoid yang berasal dari


daerah wilayah kerja puskesmas cariu.

e) Data pasien yang teregister dari bulan januari –


desember 2019

f) Data pasien berusian > 18 tahun

b. Kriteria eksklusi :

a) Tidak mendapat persetujuan dari pihak puskesmas.

b) Data pasien yang tidak terdiagnoasa demam typhoid

yang di peroleh dari rekam medik.

c) Data pasien yang tercantum tidak lengkap pada rekam

medik.

d) Data pasien demam typhoid yang berasal bukan dari

daerah wilayah kerja puskesmas cariu.

e) Data pasien yang tidak teregister dari bulan januari –

desember 2019.

f) Data pasien bukan berusia > 18 tahun.

D. Instrument penelitian

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan berupa observasi cara

mencuci tangan tertulis kepada responden untuk menjawabnya

(Sugiyono, 2006).Kuesioner yang di pakai adalah ( Eurike Risani

Seran,henry Paladeng,Vandry d.Kallo Mei 2015 )


31

KUESIONER ANALISIS FAKTOR RISIKO DEMAM TIFOID


PUSKESMAS CARIU
KABUPATEN BOGOR

Identitas Responden :
1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan Terakhir :

I. PERTANYAAN HIGIENE PERORANGAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID

( Eunike Risani Seran,Henry Paladeng,Vandry d.Kallo Mei 2015 )

1. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1.Apakah anda mencuci tangan setelah
buang air besar ?
32

2.Apakah anda mencuci tangan dengan Baik/ Kurang


menggunakan sabun? Baik
3.Apakah anda mencuci tangan dengan
menggosok tangan, sela-sela jaru dan
kuku?

2. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Sebelum Makan

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1. Apakah anda mencuci tangan sebelum
makan?
2. Apakah anda mencuci tangan dengan Baik/ Kurang
menggunakan sabun? Baik
3. Apakah anda mencuci tangan dengan
menggosok tangan, sela-sela jaru dan
kuku?

3. Kebiasaan Makan di Luar Rumah (warung/pedagang keliling).

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
Apakah anda suka makan diluar rumah
seperti di warung, rumah makan, ataupun
pedagang keliling ≥ 3 kali dalam Ya/Tidak
seminggu?

Jika jawaban “Ya”, jenis makanan apa yang sering anda beli ?(sebutkan)
Jawab: ......................................................................................................
.............................................................................................................

4. Kebiasaan Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan


Dimakan Langsung
33

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1. Ketika anda makan buah-buahan,
apakah buah tersebut di cuci sebelum
dimakan? Kurang Baik/
2. Ketika anda makan sayuran mentah Baik
(lalapan), apakah sayuran tersebut
dicuci sebelum dimakan?
34

Instumen Penelitian dikatan benar apabila :

a. Hasil kuosioner dikatakana kurang baik apabila responden


mengisi semua item pertanyan dengan jawaban YA.

b. Hasil kuosioner dikatakan kurang baik apabila responden mengisi


salah satu item pertangaan dengan ada yang menjawab TIDAK

E. Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini di bagi menjadi 3


tahapan yaitu : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
pelaporan.ketiga tahapan tersebut di jabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahapan persiapan penelitian di jabarkan sebagai berikut :

a. Peneliti menyusun proposal,pembimbingan proposal dan uji


proposal.

b. Peneliti mengurus kelayakan etik penelitian.

c. Peneliti mengurus perizinan penelitian meminta surat izin


pada bagian akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Banisaleh ( STIKES Bani saleh ) Bekasi

d. Peneliti Meminta Ijin Kepada Kepala Puskesmas Cariu


Bogor

34
35

e. Peneliti menyiapkan Kuosioner Online (Google Formulir)

f. Peneliti memberitahukan kepada responden ( pasien )


tentang penelitian yang akan di lakukan.

g. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian


kepada responden.

h. Peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden.

i. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara mengisi


kuosioner dengan google form.

j. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk


bertanya jika ada yang tidak dapat di pahami atau terdapat
keraguan di dalam mengisi kuosioner.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian di jelaskan sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan koordinasi dengan petugas yang lain


di puskesmas.

b. Peneliti menshare form kuosioner dengan petugas yang


lain di puskesmas.

c. Peneliti memberikan waktu pengisian form kuosioner


selama 1 minggu.

d. Peneliti mengumpulkan kuosioner penelitian.

35
36

3. Tahap Akhir

Setelah data terkumpul, tahap terakhir adalah tahapan pembuatan


laporan penelitian.
F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Pemberian nilai atau kode pada pilihan jawaban yang sudah

lengkap, diberi skor (4) untuk jawaban Selalu, skor (3) untuk pilihan

jawaban yang Sering, skor (2) untuk pilihan jawaban Jarang, dan skor

(1) untuk jawaban Tidak Pernah.

3. Tabulating

Pengolahan dan penyajian data dalam bentuk tabel deskiptif


sederhana. Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

36
37

G. Analisis Data (di cantumkan mean,median,modus )

1. Analisa Univariat

Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel hasil

penelitian pada umumnya dalam analisis hanya menggunakan

distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010).

Variabel dalam penelitian adalah personal hygiene.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square


(x2) Dengan menggunakan α=0,05 dan Confidence Interval (CI)
sebesar 95%,estimasi besar sampel dihitung dengan menggunakan
Odds ratio (OR). Dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan
adalah Chi-square karena untuk mengetahui hubungan.
a. Analisis Chi-square

Setelah diolah, kemudian dianalisis dengan uji statistik Chi-square


test untuk membuktikan adanya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Alasan peneliti memakai analisis chi - square karena untuk
mengetahui adanyan hubungan 2 variabel.

b. Penentuan Odds Ratio (OR)

Odds Ratio (OR) yaitu penilaian berapa sering terdapat paparan pada
kasus dibandingkan pada kontrol. Odd Ratio (OR) menunjukkan besarnya
peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyakit (Sastroasmoro
dan Ismail 2011). Penghitungan analisis hasil studi kasus kontrol dapat

37
38

dilakukan dengan melihat proporsi masing-masing variabel bebas yang


diteliti pada kasus dan kontrol dilakukan analisis variabel dengan cara
memasukkan setiap variabel yang diduga berisiko dengan kejadian demam
typhoid di wilayah kerja Puskesmas Cariu ke dalam tabel dengan
menghitung Odd Ratio (OR) dan CI 95% dengan kemaknaan p=0,05. Odd
Ratio (OR) digunakan untuk mengetahui seberapa besar peran faktor risiko
terhadap terjadinya penyakit demam typhoid dinilai seberapa sering
pajanan pada kasus dibandingkan pada control dapat di lihat pada table
berikut:

Kasus Kontrol Jumlah

Faktor risiko (+) Ya A b a+b

Faktor risiko (-) Tidak C d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sumber: Sastroasmoro dan Ismail, 2011.


Tabel 3.1 Penentuan Odds Ratio
Keterangan :

A = Kasus yang pernah mengalami paparan

B = Kontrol yang mengalami pajanan


C = Kasus yang tidak mengalami pajanan
D = Kontrol yang tidak mengalami pajanan

38
39

Data yang diperoleh dari lapangan, disajikan dalam

bentuk tabel dan dideskripsikan. Pendeskripsian data diperkuat

dengan penyajian mean, median, modus, tabel distribusi

frekuensi, dan diagram lingkaran.

a. Mean, Median, dan Modus

1) Mean (Me),

𝑀𝑒 = Σ fi Xi
fi

Rumus mean dalam data bergolong yang digunakan adalah :


Keterangan:

Me : mean untuk data bergolong


fi : jumlah data/sampel
fi Xi : produk perkalian antara fi pada tiap
interval data dengan tanda kelas (Xi). Tanda kelas (Xi)
adalah rata-rata dari nilai terendah dan tertinggi setiap
interval data.
(Sugiyono, 2010: 54)

Mean digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari skor

total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden,

yang tersusun dalam distribusi data.

2) Median (Md)

Median adalah suatu harga yang membagi luas

histogram frekuensi menjadi bagian yang sama besar. Rumus

Median untuk data bergolong adalah sebagai berikut :

39
40

1𝑛−𝐹
𝑀𝑑 = 𝑏 + 𝑝 (2 )
f

Keterangan :

Md : median
b : batas bawah, dimana median akan terletak
p :panjang kelas interval
n : banyaknya data/jumlah sampel
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median f
: frekuensi kelas median
(Sugiyono, 2010: 53)

Median digunakan untuk mencari nilai tengah dari

skor total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh

responden, yang tersusun dalam distribusi data.

3) Modus (Mo)

Modus adalah nilai yang sering muncul/nilai yang

frekuensinya banyak dalam distribusi data. Rumus Modus

untuk data bergolong adalah :

𝑏1
𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝑝 ( )
𝑏1 + 𝑏2

Keterangan :

Mo : modus
b : batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p : panjang kelas interval
b1 : frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval
yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
sebelumnya.

40
41

b2 : frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas


interval terdekat berikutnya.
(Sugiyono, 2010: 52)

Dalam penelitian ini, modus digunakan untuk mencari

jawaban yang sering muncul atau nilai yang frekuensinya

paling banyak dari responden dalam mengisi kuesioner

tentang minat mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan

pokok pengganti beras.

H. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut Hidayat (2008)

masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti


dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan


tujuan peneliti, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi

41
42

yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi
pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain - lain.
2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan


dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan


jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

I. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian lokasi


ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas
Cariu untuk responden kasus karena berdasarkan dari data awal yang
diperoleh banyak yang pernah mengalami demam typhoid yang telah

42
43

tercatat dalam buku rekam medik.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut akan


dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini akan dilaksanakan
pada tanggal 8 Maret 2021.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis, Jakarta: CV. Sagung Seto. 2011.

Soedarto. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto, 2009.

Susenas. Badan Pusat Statistik dalam Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Semester 1, 2013.

WHO. Typhoid Treatment Guidelines, Including New Recommendation For


The Us Of ORS and Zinc Supplementation For Clinic-Based Health
Workers. 2009.

Widoyono. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga, 2011.

Winnarny, Anny. Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status kesehatan


SMP. Laporan penelitian. Fakultas Ilmu Keperawatan Depok. 2007

Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka.


2010.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. 2013.

Suhaemi, (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam


Tyfoid Di RSUD SYEKH YUSUF KAB.GOWA. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makasar. Makasar.

Rampengan T.H dan Laurentz I.R. 2007. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta: EGC.

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011

Haryono, Rudi. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan, Yogyakarta


: Gosyen Publishing, 2012.

Alimul, Hidayat A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

44
45

Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &


D.Bandung:Alfabeta.

Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Halaman 74.

Soedarto. (2009). Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: SagungSeto.

45
46

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

NAMA : Ayi Sumiati simpen di lembar belakang stlh dafus

NIM : 0432950419021

DOSEN PEMBIMBING I : Achmad Fauji, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.M B

JUDUL SKRIPSI : Hubungan Personal Hygine Dengan Kejadian

Demam Typhoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cariu

NO HARI/TGL MATERI MASUKAN/SARAN TANDA TANGAN


BIMBINGAN BIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA DOSEN
1. Hari minggu, Bimbingan BAB 1 Ayi Sumiati Achmad
fauji,M.kep.,
Tanggal 06-02-21 skripsi tentang  Kasus demam typhoid
Ns.Sp.Kep.M.B
Jam 11.30 wib. tofik yang akan sebaiknya mengambil

di ambil. hubungan dengan pola

makan atau personal

hygiene.

 Kasus demam typhoid

sebaiknya mengambil

hubungan,bila

mengambil tindakan

kompres di takutkan

tidak terkejar karena

pasien tidak ada karena

46
47

pandemi.

2.
Hari rabu, Pembahasan BAB 1 Ayi Sumiati Achmad
Fauji,m.Kep,
Tanggal 16-02-21 revisi BAB 1  Pengertian demam
Ns, Sp.Kep,
Jam 16.00 wib. latar belakang. typhoid pada latar M.B
belakang sebaiknya di

kurangi.

 Data penderita demam

typhoid mencakup data

dunia-provinsi-

kabupaten-kecamatan-

puskesmas.

 Belum ada dampak

dari demam

typhoid,contoh : mual

dan muntah.

 Belum ada table

elaborasi.

 Pada rumusan masalah

di tambahkan.

3. Hari kamis, Pembahasan BAB 1 Ayi Sumiati Achmad Fauji,


M.Kep, Ns,

47
48

Tanggal 18-02-21 revisi BAB 1-3  Penulisan typhoid di Sp.Kep.M.B

Jam 19.00 wib. samakan hurufnya.

 Jurnal penelitian masih

kurang.

 Belum ada kesenjangan

dan solusi,

 Pada rumusan masalah

di tambahkan.

 Kesimpulan bab 1

(masalah,dampak,hasil

penelitian,dan

kesenjangan)

 Pada TUK di

cantumkan : gambaran

respon, gambaran

prilaku personal

hygiene, gambaran

demografi responden.

BAB 2

 Pada bab 2 di kurangi

materinya diambil yang

48
49

sesuai dengan arah

penelitian.

BAB 3

 Tanggal penelitian di

buat setelah tanggal

siding proposal.

 Rumus pada sample

harus di cantumkan

angka.

 Rumusan kriteria

inklusi dan ekslusi.

 Alasan memakai

analisis chi-square

kenapa.

 Kuosioner harus di

cantumkan nama

penelitinya.

 Kuosioner di ambil

hanya yang

berhunbungan dengan

personal hygiene saja.

49
50

 Daftar pustaka

menggunakan

mendeley.

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

NAMA : Ayi Sumiati simpen di lembar belakang stlh dafus

NIM : 0432950419021

DOSEN PEMBIMBING II : Ns. Ashar Prima, M.Kep

JUDUL SKRIPSI : Hubungan Personal Hygine Dengan Kejadian

Demam Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cariu

NO HARI/TGL MATERI MASUKAN/SARAN TANDA TANGAN


BIMBINGAN BIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA DOSEN
1. Hari senin, Konsultasi BAB 2 Ayi Sumiati Ns. Ashar

Tanggal 08-02-21 tentang  Artikel-artikel Prima, M.Kep

Jam 19.30 s/d BAB 1-3 Indonesia yang

22.11  Spesifik membahas demam

Wib. personal typhoid

hygiene BAB 3

 Bahaya  Pada case control

demam populasi data tidak

typhoid harus ada tahunnya.

 Satu  Populasi dalam

50
51

paragraf penelitian adalah pasien

harus dengan demam typhoid.

membahas  Rumus jumlah sample

ttg personal yang di tampilkan

hygiene adalah jumlah sample

 Bab 1 yang tidak di ketahui

hipotesis di (lemesco)

ganti  Analisa data:

dengan Tuk Bivariat di sajikan

dan Tum. dalam bentuk apa..

Univariat di sajikan

dalam bentuk…

Contoh: jenis

kelamin,pekerjaan,dll

 Instrument yang di

gunakan kuosioner

yang di pakai 2

macam :

a. Instrumenuntuk

mengukur personal

hygiene pasien

51
52

b. Instrument untuk

melihat status

kesehatan pasien

 Kuosioner penelitian

harus di tampilkan.

2. Hari minggu Pembahasan BAB 1 Ayi Sumiati Ns.Ashar

Tanggal 28-02-21 revisi BAB 1-3  Pada judul penelitian Prima, M.Kep

Jam 10.00 s/d harus ada tambahan

12.00 kata “apakah ada”

Wib.  Pada tujuan penelitian

ada tambahan Tuk dan

Tum.

BAB 2

 Pada kerangka konsep

di tambahkan

pengertian definisi

oprasional.

BAB 3

 Susuna bab 3 di

samakan

 Pada sampleharus

52
53

mencantumkan angka.

 Instrument penelitian

harus diurutkan tahapan

penelitiannya.

 Kuosioner penelitian

harus mencantumkan

nama penelitinya.

3. Hari kamis, Pembahasan BAB 1 Ayi Sumiati Ns.Ashar

Tanggal 04-02-21 revisi BAB 1-3  Kekurangan referensi Prima, M. kep

Jam 21.15 s/d pada paragraph latar

23.00 belakang

Wib.  Table elaborasi

perlukah di

cantumkan,konsul

pembimbing 1.

 Kesalahan tekhnik

penulisan TUK.

BAB 2

 Penulisan kriteria

inklusi dan eklusi

masih salah.

53
54

 Rumus slovin di

singkronkan dengan

kunjungan pasien.

54

Anda mungkin juga menyukai