Anda di halaman 1dari 42

PREVALENSI KECEMASAN TENAGA KESEHATAN

DI MASA PANDEMI COVID-19

NAMA : YUDHO SETIAWAN

NIM : 0432950419037

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI 2021
SURAT PERNYATAAN

Dengan Hormat:

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yudho Setiawan

NIM : 0432950419037

Mahasiswa Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S1 Angkatan 2019

Menyatakan Bahwa Skripsi Berjudul Prepalesi Kecemasan Tenaga Kesehatan

Di Masa Pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Cariu adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber di kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan

benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya

Bekasi, 03 Februari 2021

Yudho Setiawan
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGINE DENGAN KEJADIAN DEMAM


TYPHOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CARIU

Ditunjukan dan disusun oleh :


Nama : Yudho Setiawan
NIM : 0432950419037
Jurusan/Program Studi : Keperawatan

Telah di pertahankan dihadapan Dewan Penguji pada ...... dan di terima sebagai
bagian persyaratan yang sah dan diperlakukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S-1 Sekolah
Tinggi Kesehatan Bani Saleh.
Susunan Dewan Penguji
Ketua dewan Penguji :
Penguji I : Ns. Amzal Mortin Andaz,M.Kep
Penguji II : Ns. Ashar Prima, M.Kep

Mengetahui dan Menyetujui


Bekasi

Ketua Jurusan Keperawatan Ka.Prodi Keperawata S1

(Ns.Puji Astuti M.Kep.,Sp.Kep.MB) (Ns.Rika Harini, M.Kep., Sp.Kep.An)


NIP. 1320800010 NIP. 132071768
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi coronavirus-2019 (COVID-19) ditetapkan pertama kali sebagai

wabah yang penularannya terjadi antar manusia di Wuhan, China pada 31 Desember

2019. Penularan virus ini ditengarai terkait dengan penjualan daging yang berasal dari

binatang liar atau penangkaran hewan di pasar makanan laut (Cui, ., 2019). Gejala

umum yang didapati oleh pasien adalah demam, batuk dan mialgia atau kelelahan.

Gejala yang spesifik yaitu batuk berdahak, sakit kepala, hemoptisis (batuk yang

mengandung darah) dan diare. Komplikasi termasuk sindrom gangguan pernapasan

akut, cedera jantung akut dan infeksi bakteri sekunder (Huang, ., 2020). Sampai saat

ini, jumlah informasi tentang virus ini meningkat setiap hari dan semakin banyak data

tentang penularan dan rutenya, reservoir, masa inkubasi, gejala dan hasil klinis,

termasuk Prepalesi kelangsungan hidup yang dikumpulkan di seluruh dunia (Corman,

., 2020).

Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid-19, diantaranya yaitu

demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala (Lapostolle .,

2020; Lingeswaran ., 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang .

(2020), gejala klinis yang paling sering terjadi pada pasien Covid-19 yaitu demam
(98%), batuk (76%), dan myalgia atau kelemahan (44%). Gejala lain yang terdapat

pada pasien, namun tidak begitu sering ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit

kepala 8%, batuk darah 5%, dan diare 3%. Sebanyak 55% dari pasien yang diteliti

mengalami dispnea. Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga

dilaporkan oleh Kumar . (2020). Sakit abdominal merupakan indikator keparahan

pasien dengan infeksi COVID-19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit

abdominal, 7,8% pasien mengalami diare, 5,6% pasien mengalami mual dan/atau

muntah.

Adapun individu yang terinfeksi namun tanpa gejala dapat menjadi sumber

penularan SARS-CoV-2 dan beberapa diantaranya mengalami progres yang cepat,

bahkan dapat berakhir pada ARDS dengan case fatality rate tinggi (Meng ., 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Meng . (2020) menunjukkan bahwa dari 58 pasien

tanpa gejala yang dites positif Covid- 19 pada saat masuk RS, seluruhnya memiliki

gambaran CT-Scan toraks abnormal. Penemuan tersebut berupa gambaran opasitas

ground-glass dengan distribusi perifer, lokasi unilateral, dan paling sering mengenai

dua lobus paru. Setelah follow up dalam jangka waktu singkat, 27,6% pasien yang

sebelumnya asimptomatik mulai menunjukkan gejala berupa demam, batuk, dan

fatigue.

Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140

nm(Meng ., 2020; Zhu ., 2020). Penelitian untuk mengetahui agen penyebab wabah
di Wuhan juga dilakukan oleh Zhu . (2020). Hasil mikrograf elektron dari partikel

untai negatif 2019-nCoV menunjukkan bahwa morfologi virus umumnya berbentuk

bola dengan beberapa pleomorfisme. Diameter virus bervariasi antara 60-140 nm.

Partikel virus memiliki protein spike yang cukup khas, yaitu sekitar 9-12 nm dan

membuat penampakan virus mirip seperti korona matahari. Morfologi yang

didapatkan oleh Zhu . (2020) serupa dengan family Coronaviridae. Hasil analisis

filogenetik yang dilakukan oleh Zhu .(2020) menunjukkan hasil yang sama dengan

penelitian Xu . (2020), bahwa virus ini masuk dalam genus betacoronavirus dengan

subgenus yang sama dengan virus Corona yang menyebabkan wabah Severe Acute

Respiratory Syndrome(SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.

International Virus Classification Commisson menamakan agen kausatif ini sebagai

SARS-CoV-2(Lingeswaran ., 2020; Susilo ., 2020).

Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat

24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian

(CFR 3,4%).Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat terutama tenaga

kesehatan tidak siap menghadapinya baik secara fisik ataupun psikis (Sabir & Phil,

2016). Diantara kondisi psikologis yang dialami oleh masyarakat dan tenaga

kesehatan adalah rasa anxiety apabila tertular (Fitria, 2020), (Hanifah, Yusuf

Hasan, Nanda Noor, Tatang Agus, & Muhammad, 2020). Menurut American

Psychological Association (APA), kecemasan merupakan keadaan emosi yang

muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikirang yang
mebuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang,

naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya (Okazaki, 1997), (Beaudreau & O'Hara,

2009). Kartini Kartono bahwa anxiety adalah bentuk ketidakberanian ditambah

kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas (Kartono & Andari, 1989), (Annisa &

Ifdil, 2016).

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Prof. Dr. Dr

Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psikoneuro-imunologi

atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami

stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur

perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, Prepalesi pendidikan,

pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan mayarakat.

Kecemasan pre operasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu takut terhadap nyeri,

kematian, takut tentang ketidaktahuan, takut akan terjadi kecacatan dan ancaman lain

yang dapat berdampak pada citra tubuh (Muttaqin & Sari, 2009). Kecemasan

didapatkan paling tinggi pada pasien pre operasi mayor, sedangkan paling rendah

didapatkan pada pasien pre operasi minor (Wardani, 2012).

Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut terhadap

penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga berhubungan dengan

trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang

yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat

akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun bila


keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak

cemas. Dengan demikian cemas berkaitan dengan hubungan antara manusia.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: “ Prevalensi Kecemasan Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi

Covid-19”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah

Bagaimanakah Prevalensi kecemasan tenaga medis di puskesmas cariu di masa

pandemi covid-19?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah Mengetahui prevalensi Kecemasan pada

Tenaga Medis Puskesmas Cariu di masa Pandemi covid-19.

2. Tujuan khusus

Tujuan Khusus penelitian ini yaitu:

a. Mengidentifikasi Karakteristik Umum Tenaga Medis di Puskesmas Cariu di

masa Pandemi covid-19

b. Untuk mengidentifikasi Prepalesi Kecemasan pada Tenaga Medis

Puskesmas Cariu di masa Pandemi covid-19


c. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi Prepalesi Kecemasan

pada Tenaga Medis Puskesmas Cariu di masa Pandemi covid-19

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat

menyumbang referensi dan memperkaya khasanah ilmu Kesehatan

khususnya dibidang keperawatan yang berkaitan dengan gangguan

mental dalam hal ini berupa Cemas. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk melakukan

peneliatian selanjutnya yang lebih mendalm tentang Covid-19 .

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai:

a. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan asuhan keperawatan dengan gangguan mental

b. Bagi instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan sumbangan

pemikiran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan


mutu pelayanan kesehatan

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. CORONAVIRUS DISEASE 2019/COVID-19

2.1.1. Sejarah Coronavirus Disease 2019/Covid-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan

penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang

serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom

Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar

biasa muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan

Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020 yang kemudian diberi nama

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan


menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Hingga 23

April 2020, lebih dari 2.000.000 kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih

dari 210 negara dan wilayah seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia,

Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan,

Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret

2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang

terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.10 Prepalesi

mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan

yang tertinggi di Asia Tenggara.

Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di

seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi

COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika

Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak

dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30

Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru.

Italia memiliki Prepalesi mortalitas paling tinggi di dunia yaitu

11,3%.5, mengakibatkan lebih dari 195,755 orang meninggal dunia dan

lebih dari 781,109 orang sembuh.

Sedangkan untuk data terbaru Per 18 Agustus 2020 kasus COVID-19

di Dunia 22.034.440 dimana Amerika Masih menduduki peringkat


pertama5.620.361 kasus dan Indonseia yaitu 143.043 kasus serta DKI

Jakarta yaitu 30.597 kasus.

2.1.2. Gejala, Prepalesi Bahayanya Dan Transmisi Covid-19 Menginfeksi

Manusia

Gejala penderita COVID-19 pada umumnya umum berupa demam

≥380C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari

sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara

terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19,

maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium

lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya.

Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat menyebabkan

gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar

80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap

6 orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai

pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap.

Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun

bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis

yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan

penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah.

Melihat perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi

telah dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat.


Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi

sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.

Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet

yang keluar saat batuk atau bersin dari hidung atau mulut. Droplet tersebut

kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain

menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu

orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka

orang itu dapat terinfeksi COVID19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi

COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah

sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih

satu meter dari orang yang sakit. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-

CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama

setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan reproductive number (R0)

COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan R 0

sebesar 3,28. Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang

yang tidak bergejala COVID19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya.

Namun, banyak orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami

gejala ringan seperti batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang

mungkin terjadi pada tahap awal penyakit. Sampai saat ini, para ahli masih

terus melakukan penyelidikan untuk menentukan periode penularan atau

masa inkubasi COVID-19.


2.2. Kecemasan

2.2.1. Pengertian

Kecemasan merupakan perasaan keprihatinan, ketidakpastian dan

ketakutan tanpa stimulus yang jelas, dikaitkan dengan perubahan fisiologis

(takikardia, berkeringat, tremor, dan lain-lain).

Kecemasan adalah keadaan tegang psikis yang merupakan suatu

dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja pada kecemasan tidak timbul

dari dalam manusia, kondisi jaringan jasmani melainkan ditimbulkan oleh

sebab-sebab dari luar. Jika kecemasan-kecemasan tidak dapat

ditanggulangi secara efektif, maka dapat menimbulkan trauma, keadaan

jiwa traumatik ialah semacam guncangan jiwa, seolah- olah jiwa

mengalami luka. Traumatik menyebabkan sang pribadi dalam keadaan

tidak berdaya, serba infantil, serba kekanak-kanakan seperti anak kecil.

Kecemasan (anxiety) sebagai kesadaran bahwa kejadian yang

dihadapkan pada seseorang berada di luar jangkauan praktis dari sistem

konstruk orang tersebut. Manusia mungkin merasa cemas saat mereka

mengalami suatu kejadian yang baru.

2.2.2. Klasifikasi Prepalesi Kecemasan

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Kecemasan ada empat Prepalesian yaitu :

1) Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu

masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indera.

Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi

penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan

arahan orang lain.

3) Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada

detail yang kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain.

Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu

banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

4) Kecemasan Sangat Berat

Individu kehilangan kendali diri. Karena hilangnya kontrol, maka tidak

mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi

peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan

dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran

rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan

disorganisasi kepribadian.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

1. Teori PsikoanalitikR

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya id dan

ego. Id mempunyai dorongan naluri dan impuls primitif

seseorang, sedangkan ego mencerminkan hati nurani seseorang

dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi

kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya

bahaya yang akan datang.

2. Teori Interpersonal

Kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu

yang menimbulkan perasaan takut. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan. Individu

dengan harga diri yang rendah akan mudah mengalami

kecemasan.

3. Teori perilaku

Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus

lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak


produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Penilaian

yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam situasi tertentu

dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi

ancaman merupakan penyebab kecemasan pada seseorang.

4. Teori biologis

Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi

(GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis

yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan

penurunan kemampuan individu untuk mengatasi stressor

merupakan penyerta dari kecemasan.

2) Faktor presipitasi

1. Faktor Eksternal

• Ancaman Integritas Fisik

Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan

dasar sehari-hari yang bisa disebabkan karena sakit,

trauma fisik, kecelakaan.

• Ancaman Sistem Diri

Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan

kelompok, sosial budaya.


2. Faktor Internal

• Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang

yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu

dengan usia yang lebih tua.

• Stressor

Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu

yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam

kehidupan. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan

dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi

kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.

• Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang biasa dia tempati.

• Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.

Wanita memiliki Prepalesi kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih

peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi

perasaan cemasnya.
• Pendidikan

Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh Prepalesi

pendidikan. Semakin tinggi Prepalesi pendidikan maka

individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap

informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah

individu dalam menguraikan masalah baru.

(8) Pengalaman masa lalu

Pengalaman di masa lalu dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menghadapi stresor yang

sama.

(9) Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya kecemasan

dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi

masalah yang ada.

2.2.4. Indikator Kecemasan

Keluhan dan gejala umum dalam kecemasan dibagi menjadi

gejala somatik dan psikologis yaitu:

1) Gejala somatik terdiri dari :

1. Keringat berlebih

2. Ketegangan pada otot skelet yaitu seperti : sakit kepala,

kontraksi pada bagian belakang leher atau dada, suara


bergetar, nyeri punggung.

3. Sindrom hiperventilasi yaitu seperti: sesak nafas,

pusing, parestesi.

4. Gangguan fungsi gastrointestinal yaitu seperti: tidak

nafsu makan, mual, diare, dan konstipasi.

5. Iritabilitas kardiovaskuler seperti : hipertensi.

2) Gejala psikologis terdiri dari beberapa macam :

1. Gangguan mood seperti : sensitif, cepat marah, dan


mudah sedih.

2. Kesulitan tidur seperti: insomnia, dam mimpi buruk

3. Kelelahan atau mudah capek.

4. Kehilangan motivasi dan minat.

5. Perasaan-perasaan yang tidak nyata.

6. Sangat sensitif terhadap suara seperti: merasa tak tahan

terhadap suara-suara yang sebelumnya biasa saja.

7. Berpikiran kosong seperti : Tidak mampu

berkonsentrasi, mudah lupa.

8. Kikuk, canggung, koordinasi buruk.

9. Tidak bisa membuat keputusan seperti: tidak bisa

menentukan pilihan bahkan untuk hal-hal kecil

10. Gelisah, resah, tidak bisa diam.

11. Kehilangan kepercayaan diri.


12. Kecenderungan untuk melakukan

segala sesuatu berulang-ulang.

13. Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

14. Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang telah


dilakukan.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa

terdapat dua gejala umum kecemasan, yaitu gejala somatik

yaitu gejala fisik yang tampak pada individu yang sedang

mengalami kecemasan, dan gejala psikologis yang

dirasakan oleh individu yang mengalami kecemasan.

2.2.5. Alat Ukur Kecemasan

Prepalesi kecemasan dapat diukur dengan pengukuran skor

kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada

individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat

14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 Prepalesian skor antara 0 (nol

present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali

digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton

dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan.


Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas

cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan yaitu 0,93 dan

0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan

dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid

dan reliabel.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam penilaian

kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan ansietas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat tenang,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

3. Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri,

pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada

kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur: sukar masuk tidur, terbangun malam hari,

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi,

mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan: sukar konsentrasi, daya ingat buruk.

6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.
7. Gejala somatik: sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan

otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8. Gejala sensorik: penglihatan kabur, muka merah atau pucat,

merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, berdebar, nyeri di dada,

denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau

pingsan, detak jantung menghilang (berhenti).

10. Gejala respiratori: rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas, napas pendek/sesak.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, nyeri

sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa

penuh/kembung, mual, muntah, BAB lembek, kehilangan

berat badan konstipasi.

12. Gejala urogenital: sering buang air kecil, tidak dapat menahan

air seni, amenorrhea, menorrhagia.

13. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing atau sakit kepala, bulu-bulu berdiri.

14. Tingkah laku pada wawancara: gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat,

napas pendek dan cepat.


Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = jika tidak ditemukan gejala atau keluhan

1 = Gejala ringan (jika ditemukan minimal 1 dari

gejala/keluhan yang ada).

2 = Gejala sedang (jika ditemukan 50% dari gejala/keluhan

yang ada sesuai dengan indikator).

3 = Gejala berat (jika ditemukan lebih dari 50% dari

keseluruhan gejala/keluhan yang ada).

4 = Gejala sangat berat (jika ditemukan seluruh/semua gejala

yang ada).

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah

nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:

a) Skor ≤ 14 = tidak ada kecemasan.

b) Skor 14 – 20 = kecemasan ringan.

c) Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.


d) Skor 28-41 = kecemasan berat.

e) Skor 42-56 = kecemasan sangat berat.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Pandemi Covid
Kecemasan tenaga Kesehatan
19

Karakteristik Demografi:
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Pendidikan

Pendidikan

COVID-19 Dukungan
keluarga
Ringan
Sedang
Berat

Keterangan :

Variabel yang diteliti


B. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

variabel Defenesi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Kecemasan perasaan khawatir dan Instrument Rasio
tegang seseorang Dass 21
terhadap Virus Covid-
19.
Pendidikan
Jenis
Kelamim
usia

1. Prepalesi pendidikan adalah adalah pendidikan terakhir yang telah


di peroleh.
Kriteria Objektif:
SD
SMP
SMA
D3/S1

2. Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang dapat


membedakan dua mahluk sebagai laki-laki atau perempuan.
Kriteria Objektif:

Laki-laki : Bila responden berjenis kelamin laki-laki


Perempuan : Bila responden berjenis kelamin perempuan
3. Usia adalah umur responden atau pasien yang menjalani Covid-19
mulai dia lahir sampai saat ini.
Kriteria Objektif :

Dewasa muda : Bila responden memiliki usia 18-40 tahun Dewasa


tua : Bila responden memiliki usia > 40 tahun
4. Kecemasan adalah perasaan khawatir dan tegang seseorang
terhadap Virus Covid-19.
Kriteria Objektif:

Cemas Ringan : Skor 6-14 Cemas Sedang : Skor 15-27

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik


dengan metode cross sectional Study, yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel
independent dan dependen hanya satu kali, pada satu saat/pengukuran
dilakukan pada saat bersamaan dan pada sampel yang representative
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Prepalesi
kecemasan pada Covid-19.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti


(Noto Atmojo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi dalam
penelitian ini adalah Seluruh Petugas Kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Cariu berjumlah 68 Orang
2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dipergunakan sebagai


subjek peneliti melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses
mengetahui populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Sesuai
dengan tujuan penelitian maka teknik sampling yang digunakan
adalah Concecutive sampling.

Adapun responden yang digunakan sebagai sampel pada


penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria :
a. Kriteria inklusi

1.) Karyawan Puskesmas Cariu

2.) Tenaga Medis Puskesmas Cariu

b. Kriteria Eklusi

1. Tenaga Non Medis Puskesmas cariu

2. Karyawan Puskesmas Cariu Yang tidak Bersedia


menjadi Responden

3. Tenaga Kesehatan yang lagi cuti dan tidak masuk


bekerja saat pengambilan data.

Besar sampel diambil berdasarkan rumus:


n= N
1 + N (d²)

Keterangan:
N = Besar populasi n = Besar Sampel
d = Prepalesi kepergayaan yang diinginkan

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Puskesmas Cariu


pada bulan maret sampai juni 2021
F. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan


menggunakan instrument berupa kuisioner data demografi yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
karakteristik demografi
Dibagian awal terdiri dari identitas responden yang terdiri dari
nomor responden, tanggal, nama, tempat/tanggal lahir, usia, jenis
kelamin, suku, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan yang diukur dengan menggunakan skala guttman.
Bagian ketiga terdiri dari variabel dependen yaitu kecemasan
terdiri atas 14 item pertanyaan menurut HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale) yaitu : ditambahkan hasil uji validitas dan reliabilitas
instrument HARS.
0 = Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 = Ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)

2 = sedang (separuh dari gejala yang ada)


3 = berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 = Sangat Berat ( semua gejala ada)
Sedangkan untuk penilaian derajat kecemasan jika jumlah skore : Skor <
6 ( tidak ada kecemasan )
Skor 6-14 ( kecemasan ringan ) Skor 15-27 ( kecemasan sedang ) Skor >
27 ( kecemasan berat )

G. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini dbagi menjadi tiga yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap pelaporan:
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap pelaporan

Kerangka kerja penelitian ini dilaksanakan dengan urutan sebagai


berikut: Menentukan populasi penelitian

Menentukan jumlah sampel

Menentukan seleksi sampel berdasarkan kriteria inklusi dan


mengeluarkan sampel dari penelitian jika terdapat kriteria eksklusi

Melakukan penelitian dengan cara wawancara dan lembar kuesioner serta


mengumpulkan data dari rekam medis pasien

Melakukan pengolahan data (seleksi,editing,koding,tabulasi)


Menganalisis data secara univariat dan multivariat

Menyajikan hasil penelitian

Membuat hasil kesimpulan penelitian

Memberikan saran dan rekomendasi kepada pihak terkait


H. Teknik pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu data primer adalah data
yang diperoleh dari hasil jawaban kuisioner yang langsung diberikan
responden, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
buku rekam medis Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
tentang jumlah pasien yang menjalani terapi Covid-19 pertahun mulai
tahun 2009 dan 2010. untuk data primer dilakukan dengan cara :
3. Mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian

4. Melakukan validasi kuesioner dengan memberikan kuisioner kepada


warga cileungsi kidul yang reaktif kemudian dilakukan perhitungan
terhadap jawaban kuesioner tersebut dengan menggunakan SPSS.
Uji validasi adalah uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana
instrumen pengukur mampu mengukur apa yang diinginkan.
5. Melakukan penelitian dengan cara mendekati responden untuk
memberi penjelasan tentang penelitian ini, kemudian meminta
persetujuan untuk menjadi responden, setelah itu kuesioner
dibagikan kepada responden untuk diisi dengan didampingi oleh
peneliti.
6. Setelah jumlah sampel terpenuhi maka dilakukan pengolahan data.

I. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengambilan data, maka kemudian dilakukan


pengolahan data yang meliputi beberapa bagian yaitu :
7. Editing

Dilakukan setelah data terkumpul untuk memeriksa kelengkapan


data, berkesinambungan data dan memeriksi keseragaman data.
8. Koding

Dillakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu


memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban yang diberikan
oleh responden.
9. Tabulasi

Mengelompokkan data kedalam suatu tabel yang memuat sifat


masing-masing variabel dan sesuai dengan tujuan penelitian.

J. Analisa Data

Sebuah data diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan


bantuan komputer yaitu dengan program SPSS, adapun analisa yang
digunakan yaitu :
1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum


dengan cara mendiskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi
frekuensinya.
2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara


variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji
Fisher’s Exact test dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Dari
hasil uji statistik tersebut dapat diketahui Prepalesi signifikasi
hubungan antara kedua variabel tersebut.

K. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya


rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin
kepada tempat penelitian dalam hal ini yaitu Puskesmas Cariu. Setelah
memperoleh ijin dari instansi terkait, penelitian dilakukan dengan
menekankan masalah etika, meliputi:
1. Informed Consent

Lembaaran persetujuan diberikan pada setiap calon responden


yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon
responden menolak, maka peneliti tidak dapat memaksa dan
tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.
2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan


nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.
3. Confidientiality

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya


kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
peneliti.
LEMBAR KUESIONER KECEMASAN

Berilah tanda ( ) jika terdapat gejala yang terjadi selama menjalani


hemodialisa. Penilaian: 0 = Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 = Ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada) 2 = sedang (separuh
dari gejala yang ada)
3 = berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada) 4 = Sangat Berat
( semua gejala ada)

1) Perasaan Cemas (ansietas)

Cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2) Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Tidak bisa istirahat dengan tenang

Mudah terkejut

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah
3) Ketakutan

Pada gelap

Pada orang asing

Ditinggal sendiri

Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur

Sukar masuk tidur

Terbangun malam hari

Tidur tidak nyenyak

Bangun dengan lesu

Banyak mimpi-mimpi

Mimpi buruk

Mimpi menakutkan

5) Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi

Daya ingat buruk

Daya ingat menurun

Sering bingung
6) Perasaan depresi (murung)

Hilangnya minat

Berkurangnya kesenangan pada hobi


Sedih
Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7) Gejala somatik/fisik (otot)

Sakit dan nyeri di otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemerutuk

Suara tidak stabil

8) Gejala somatik/fisik (sensorik)


Tinitus (telinga berdenging)

Penglihatan kabur

Muka merah atau pucat

Merasa lemas

Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala Kardiovaskuler

Takikardia (denyut jantung cepat)

Berdebar-debar

Nyeri di dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

Detak jantung menghilang sekejap

10) Gejala Respiratori (pernafasan)

Rasa tertekan didada

Perasaan tercekik

Merasa napas pendek atau sesak

Sering menarik napas panjang

11) Gejala Gastrointestinal (pencernaan)

Sulit menelan

Perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri sebelum dan sesudah makan

Perasaan terbakar diperut

Rasa penuh atau kembung


Mual

Muntah

Buang air besar lembek

Sukar buang air besar (konstipasi)

Kehilangan berat badan

12) Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin)

Sering buang air kecil

Tidak dapat menahan air seni

Amenor/menstruasi yang tidak teratur

Menjadi dingin (frigid)

Ejakulasi dini

13) Gejala Autonom

Mulut kering

Muka merah

Mudah berkeringat

Pusing /sakit kepala

Bulu roma berdiri

14) Tingkah laku (sikap) pada wawancara


Gelisah

Tidak tenang

Jari gemetar

Kerut kening

Muka tegang

Otot tegang/mengeras

Napas pendek dan cepat

Muka merah

Jumlah skor :

Kesimpulan : Tidak ada kecemasam

Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat


Keterangan :

Skor < 6 ( tidak ada kecemasan ) Skor 6-14 ( kecemasan ringan )


Skor 15-27 ( kecemasan sedang ) Skor > 27 ( kecemasan berat
)
No.Responden: Tgl.Pengisian:

A. Data Demografi

1. Nama :

2. Usia :

3. Tempat/tanggal lahir :

4. Jenis kelamin :

5. Suku :

6. Status perkawinan :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :
DAFTAR PUSTAKA

Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis, Jakarta: CV. Sagung Seto. 2011.

Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka.


2010.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. 2013.
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D.Bandung:Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai