Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A

DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

“DEMAM TYPHOID”

DI RUANG BURANGRANG III-5

Praktek Kerja

Di

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIKALONG WETAN


Jl. Cikalong No.290, Ciptagumati, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40556

DI SUSUN OLEH

Nama : Restianah Agustiani

NIS :

Program Keahlian : KEPERAWATAN

YAYASAN ADIDAYA NUSANTARA

SMK KESEHATAN ADIDAYA NUSANTARA BANDUNG BARAT


Jl. Raya Cikalong- Cipeundeuy
LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui/Mengesahkan

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Nama : Restianah Agustiani

NIS :

Program Keahlian : KEPERAWATAN

Cikalong Wetan, Maret 2019

Pembimbing Sekolah (Internal) Pembimbing Instansi (Eksternal)

YOGASWARA, Amd. Kep MIRA TRISETIATY, S. Kep

Mengetahui,

Kepala Sekolah, Pimpinan Instansi,

IDEN SUPARMAN, S. Pd dr. H. RIDWAN ABDULLAH PUTRA SpOG


BIO DATA SISWA
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan mengenai “
Gangguan Sistem Pencernaan Demam Typhoid” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
kepada nabi besar Muhammad Saw. beserta pengikutnya hingga akhir zaman.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing di sekolah, maupun pembimbing di
rumah sakit karena atas bimbingan yang diberikan, mendorong kami untuk menghasilkan sebuah
laporan Asuhan Keperawatan yang baik dan benar.

Rasa terima kasih juga kepada pembimbing pelaporan dan teman-teman yang turut serta
dalam pengerjaan laporan Asuhan Keperawatan ini, mengajukan setiap kritik dan saran agar
menghasilkan laporan yang baik dan benar.

Dengan selesainya laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, untuk itu saya banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1.) Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-Nya
2.) Ibu Mira Trisetiaty, S. Kep selaku kepala bidang keperawatan di RSUD Cikalong
Wetan yang telah memberikan bimbingan selama saya melaksanakan praktek.
3.) Bapak Iden Suparman, S. Pd selaku kepala sekolah SMK Kesehatan Adidaya
Nusantara Bandung Barat yang telah memberikan bimbingan serta nasehat selama
menjalankan pendidikan.
4.) Bapak Yogaswara, Amd. Kep selaku pembimbing utama yang telah memberikan ilmu
serta bimbingan selama menjalankan pendidikan.
5.) Bapak Kinkin Sodikin yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan
ini.
6.) Keluarga besar RSUD Cikalong Wetan yang telah memberikan banyak ilmu dan
memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu disini serta pengalaman yang hebat.
7.) Kedua orangtua yang telah membrikan motivasi dan semangat serta fasilitas selama
melaksanakan praktek.
8.) Seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi serta
membantu saya dalam menyelesaikan laporan praktek kerja
lapangan.

Saya menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna, karena kurangnya pengetahuan dan
pengalaman saya dalam pembuatan laporan ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam
pembuatan laporan ini, karena manusia tidak luput dari kesalahan. Jika ingin yang sempurna itu
hanyalah milik Allah SWT. Manusia hanya dapa mengoreksi kesalahan agar lebih baik
kedepannya lagi, maka saya akan menerima dengan ikhlas jika ada kesalahan atau kekeliruan
dalam penulisan laporan ini, saya harap bisa memakluminya, karena saya sedang tahap
pembelajaran. Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya dan bisa mengamalkan ke adik kelas.
Cikalong Wetan, Maret 2019

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella Typhii (Hidayat ,2008, Hal:120). Demam
Typhoid di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis
dan sub tropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000 (Widagdo, 2011,
Hal:218).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus
Demam Typhoid diseluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 juta kasus. Secara
keseluruhan, demam typhoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500
kematian pada tahun 2000. Insidens demam typhoid tinggi ( >100 kasus per 100.000 populasi per
tahun). Dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan
yang tergolong sedang ( 10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dibagian dunia lainnya.
Kejadian demam typhoid di dunia sekitar 21,6 juta kasus dan sebanyak di Asia Afrika dan
Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di
Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam tifoid
masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan angka
kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus per tahun, dan angka kematian 2,1 sampai 10,4% (WHO,
2004),. SEdangkan data World Health Organization (WHO) tahun (2009), memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam typhoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000
kematian tiap tahun.

Demam typhoid dan demam para typhoid adalah penyakit infeksi saluran akut usus halus
yang disebakan kuman Salmonella Typhii dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pemcernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit
menular endemic yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatn
di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang (Maharani, 2012).

Indonesia merupakan negara endenik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita
per 100.000 penduduk setiap tahun yang di temukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar
diseluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan penyakit lebih
bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang yang berpencar-
pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada keluarga pada
saat yang bersamaan (Widoyono, 2011, hal:144).

Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 demam typhoid termasuk
dalam kejadian luar biasa (KLB) dengan attack rate sebesar 0,37% yang menyerang 4 kecamatan
dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa. Pada tahun 2009 terjai peningkatan jumlah
penderita demam typhoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dan jumlah 3 desa
dengan attack rate sebesar 2,69%. Tahun 2010 kasus KLB demam typhoid kembali terjadi
dengan attack rate sebesar 1,36% yang menyerang kecamatan dengan 1 desa dan jumlah
penderita 26 jiwa (Dinkes Prop Jateng, 2010).

B. TUJUAN
1. Umum

Tujuan umum dari karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Demam Typhoid” adalah agar penulis dapat memahami dan
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2. Khusus

Tujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah Demam Typhoid di Ruang
Burangrang RSUD Cikalong Wetan Provinsi Jawa Barat
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan masalah Demam Typhoid
di Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan Demam
Typhoid di Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan dengan masalah Demam Typhoid di
Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah Demam Typhoid
di Ruang Burangrang RSUd Cikalong Wetan.

C. Manfaat
Manfaat Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan


Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam penanganan Demam
Typhoid.
2. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan demam typhoid.
b. Untuk meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan demam
typhoid.
c. Bagi Institusi Pendidikan
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa lebih banyak lagi terutama
dalam kegiatan pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pasien demam typhoid.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan agar lebih
baik khususnya pada anak dengan kasus demam typhoid.
4. Bagi Pasien
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau pedoman untuk menangani kasus demam
typhoid pada anak dan keluarganya.
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Pengertian Praktek Kerja Lapangan


Praktek Kerja Lapangan salah satu bentuk emplementasi secara sistematis dan sinkron
antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh
melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.

Pengalaman praktek kerja lapangan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan


terampil yang telah dimiliki disekolah pada situasi nyata dan terjun langsung ke lapangan sesuai
dengan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi saat itu.

Dengan dilakukannya praktek kerja lapangan ini diharapkan mampu mencapai


kompetensi lulusan yang dibutuhkan di dunia kerja dengan keterampilan yang siap menggunakan
teknologi maju yang digunakan di dunia kerja.

B. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


1.) Bagi Siswa

Siswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program kerja pada perusahaan


maupun instansi pemerintahan yang digunakan sebagai tempat praktek. Melalui praktek inilah
siswa mendapatkan pengalaman nyata serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia
kerja. Selain itu siswa juga akan mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan dan menjaga profesinya.

2.) Bagi Sekolah

Manfaat PKL yang diperoleh oleh sekolah yaitu sekolah mempunyai rekan kerjasama
untuk menjalin kerjasama dan mempromosikan sekolah dalam dunia perusahaan tersebut.
3.) Bagi Tempat PKL

Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademis
untuk membantu operasional perusahaan tersebut.

C. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 02 Januari 2019 dengan
mengambil tempat PKL di RSUD Cikalong Wetan, dan alamat tempat PKl di Jl. Cikalong, No.
290, Ciptagumati, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40556.

D. Sejarah Singkat Instansi


Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan adalah rumah sakit milik Pemda
Kabupaten Bandung Barat yang didirikan pada tahun 2015. RSUD Cikalong Wetan, Kabupaten
Bandung Barat, mulai didirikan pada tanggal 5 Agustus 2017. Rumah sakit milik pemerintah
daerah itu melengkapi kebuthan pelayanan kesehatan masyarakat setelah RSUD Cililin dan
RSUD Lembang.

Rumah sakit ini dibangun dua lantai, uang rawat inap, laboratorium, apotek, dan ruang
pemeriksaan di lantai dasar, gedung dua lantai ini bisa menampung sekitar 130 pasien. Kapasitas
beberapa ruang perawatan, yaitu VVIP 2 pasien, VIP 6 pasien, kelas I sebanyak 9 pasien, dan
sisanya kelas II dan III. Peletakkan batu pertama pembangunan RSUD Cikalong wetan pada
Selasa 29 Desember 2015. Pembangunan RSUD Cikalongwetan elah dimulai sejak 2008 lalu di
uji kelayakan. Pada 2011, dibuat Detail Engineering Design (DED). Akhir 2015 pembangunan
fisik dimulai, ditandai peletakkan batu pertama oleh Bupati Bandung Barat Abubakar.

Pembangunan rumah sakit tersebut menelan anggaran sekitar Rp. 130 miliar dari APBD
kabupaten, provinsi, dan pusat. Sementara proyek pelaksana pembangunan tersebut diserahkan
kepada PT Nindya Karya.

RSUD Cikalong Wetan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bandung


Barat, terutama di wilayah Cikalongwetan, Cipeundeuy, dan sekitarnya. Salah satu fasilitas
pelayanan di RSUD Cikalongwetan, yaitu:

a.) Rawat jalan;


b.) Rawat inap;
c.) IGD;
d.) CT Scan;
e.) ICU;
f.) Ruang Operasi;
g.) Rontgen;
h.) Laboratorium;
i.) Radiologi; serta
j.) Farmasi
RSUD Cikalong Wetan memiliki pelayanan Poli Spesialis yang jauh lebih lengkap dari
sebelumnya disertai dengan jumlah Dokter Spesialis yang lebih banyak dan berkualitas, yaitu:

a.) Poli Anak;


b.) Poli Kandungan ( OBGYN);
c.) Poli Poli Psikiatri;
d.) Poli Bedah;
e.) Poli THT;
f.) Poli Syaraf;
g.) Poli Gigi;
h.) Poli Spesialis Penyakit Dalam;
i.) Poli Dots; serta
j.) Poli Kulit

RSUD Cikalongwetan sudah bekerjasama dengan banyak asuransi dan perusahaan besar
sebagai provider kesehatan, agar dapat memberikan pelayanan dan perhatian yang besar terhadap
upaya meningkatkan derajat masyarakat di wilayah Cikalongwetan dan sekitarnya.

RSUD Cikalong Wetan segera beroperasi pada Agustus 2017. Hal ini menyusul telah
terbitnya nomor registrasi rumah sakit tersebut dari Kementrian Kesehatan.

“ Tinggal menunggu waktu untuk launching. Pembangunan sudah selesai dan sarana
penunjang juga sudah siap,” kata Pupu Sari Rohayati, Kepala Dinas Kesehatan KBB di
Ngamprah, Jum`at 21 Juli 2017.

Menurut Pupu, RSUD Cikalong wetan telah menerima nomor registrasi 3217007 dari
Kementrian Kesehatan pada 20 Juli kemarin. Dengan terbitnya nomor itu, RSUD dinyatakan
sudah siap beroperasi.

Meski demikian, saat itu RSUD tersebut masih kekurangan tenaga medis. Dari kebutuhan
240 orang, baru tersedia 84 orang. “Khususnya untuk Dokter spesialis, seperti radiologis masih
kosong. Ini secara bertahap akan dilengkapi sesuai dengan anggaran,” katanya.

Selain itu, menurut dia alat kesehatan yang sudah siap digunkan juga baru 60%. Namun
dia memastikan alkes akan segera tersedia dalam waktu dekat karena sekarang dalam proses
pengiriman.

Pupu mengungkapkan, RSUD Cikalong Wetan melengkapi kebutuhan pelayanan


kesehatan masyarakat setelah RSUD Cililin dan RSUD Lembang. RSUD Cikalong Wetan
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat KBB, terutama di wilayah Cikalong Wetan,
Cipeundeuy, dan sekitarnya.

RSUD tersebut merupakan rumah sakit terbesar dari dua rumah sakit lainnya milik
Pemkab Bandung Barat. Hal ini tidak terlepas dari cakupan pelayanan RSUD Cikalongwetan
yang cukup luas lantaran lokasinya berada di wilayah bakal pengembangan transit kereta cepat
Jakarta-Bandung.
E. Struktur Organisasi Instansi
F. Metoda Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan, dari mulai
tanggal 02 Januari 2019 sampai dengan 02 April 2019 dengan mengambil tempat Pkl di RSUD
Cikalong Wetan.

G. Strategi Pelaksanaan
Persiapan yang bisa membantu antara lain:

1.) Cari informasi dan pelajari perusahaan yang akan menjadi tempat PKL seperti apa
bisnisnya.
2.) Pelajari kembali atau paling tidak buka kembali buku-buku dari mata kuliah yang
berkaitan dengan bisnis perusahaan tempat PKL.
3.) Kalau perlu buat daftar pertanyaannya sekiranya memungkinkan.
4.) Jangan lupa persiapkan mental untuk PKL dan belajar, bukan untuk jalan-jalan
terutama yang PKL di luar kota, bukan berarti tidak boleh refreshing, yang penting
niat utamanya PKL itu belajar.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Demam Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindron sistemik yng terutama di
sebabkan oleh Salmonella Typhii. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonellosis.
Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A. S.
Schottmuelleri ( semula S. Paratyphi B) dan S. Hirscfeldii ( semula S. Paratyphi C). Demam
tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enteric yang lain ( Widagdo, 2011,
Hal:197). Menurut Ngastiyah ( 2005, Hal:236) tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever)
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan deman lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

Menurut Soedarto (2009, Hal:128) penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai tifus
abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella Typhii atau Salmonella
Paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia
maupun di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid atau tifus
abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada saluran
pencernaan atau pada usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhii yang masuk
melalui makan atau minuman yng tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk dengan gangguan
penurunan kesadaran.

B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, Hal:197) Etiologi dari demam Typhoid adalah Salmonella
Typhii, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam family Enterobacteriaceae.
Salmonella bersifat bergerak, bebentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan berbagai terhadap
berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4 C dalam 1 jam atau
60 C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagellum) adalah protein yang labil
terhadap panas. Pada S. Typhi, juga pada S. Dublin dan S. Hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu
polisakarida kapsul.
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa ,dan organ lainnya. Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman kedalam
peredarah darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya, kuman masuk
ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa,usus, dan kandung empedu (Suriadi & Yuliani,
2006, hal:254).

Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-
kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi & Yuliani,2006, hal:254).

D. Manifestasi KLinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak biasanya
lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masatunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran yang biasa ditemukan
menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:

1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu
tidak terlalu tinggi. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari.
Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga,
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden),
lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus),
hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabun. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen,
jarang terjadi spoor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat dan terlambat gejala
lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat diemukan resoela yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basildalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada
anak dewasa.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit taifus abdominalis, akan tetapi
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.
Menurut teori relaps terjadi karena terdapat basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu
penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukkan jaringan
fibrosis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal:256) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:

1. Pemeriksaan darah tepi


Leukopenia, limpositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperatif sumsum tulang.
3. Biakkan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksan selama dua
kali berturut-turut tidak didapatkan hasil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka
pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terdapat antigen O adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap
antigen H walapun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena
titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama
sembuh.

F. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal:220-221) komplikasi dari demam typhoid dapat digolongkan
dalam intra dan ekstra intestinal.

1. Komplikasi Intestinal diantaranya ialah:


a.) Pendarahan
Dapat terjadi pada 1-10% kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan ditandai
antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan denyut nadi.
b.) Perforasi Usus
Terjadi pada 0,5-3% kasus, setelah minggu pertama didahului oleh pendarahan
berukuran sampai beberapa cm dibagian distal ileum ditandai dengan nyeri abdomen
yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
2. Komplikasi Ekstraintestinal diantaranya ialah:
a.) Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik.
b.) Hepatitis dan Kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase serum
menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatitis.
c.) Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukkan yaitu kira-kira sebanyak 10%, umumnya disebabkan karena
adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d.) Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia blok sinoatrial, dan perubahan segmen ST dan
gelombang T. Pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nekrosis.
e.) Trombosis dan Flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala residual yaitu
termasuk tekanan intrak ranial meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum
akut, tunawicara, tunarunggu, mielitis tranversal, dan psikosis.
f.) Komplikasi lain
g.) Pernah di laporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefrisis, sindrom nefrotik,
meningitis, parotitis, orkitis, limpadenitis, osteomilitis, dan artritis.

G. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal:239) dan Ranuh (2013, hal:184-185) pasien yang dirawat
dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai
pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobtan sebagai berikut:

1. Isolasi Pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta


2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia, dan lain-lain
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan
diruangan
4. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui
sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan
lunak.
5. Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri. Obat antibiotik yang
sering digunakan adalah:
a.) Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan dosis 75
mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis, Chloramphenicol dapat
menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut
dapat memberikan efek samping yang serius.
b.) Ampicilin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6 dosis.
Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan
chloramphenicol.
c.) Amoxicilin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis.
d.) Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg SMX/kg/24
jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan yang ofisien.
e.) Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (suatu tablet mengandung 400 mg
sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim). Efektifitas obat ini hampir sama
dengan chloramphenicol.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pencernaan (Demam


Typhoid)

1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008, hal:154-155) adalah sebagai berikut:

a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat serta
nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan
suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu
pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak
besar.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden),
lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan
jarang disertai tremor.
2. Abdomen

Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi atau
mungkin diare atau normal.
3. Hati dan limfe

Membesar disertai nyeri pada perabaan.

1. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis, relatif pada
permukaan sakit
2.) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3.) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam fecces dan urine
2. Pemeriksaan Widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap anti
O, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikkan yang progresif.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan malabsorbsi

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Hasil yang diharapkan : Pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36°C-37°C dan
bebas dari demam.

INTERVENSI RASIONAL

 Pantau suhu tubuh pasien tiap 3 jam  Suhu tubuh 38°C-40°C menunjukkan
sekali proses penyakit infeksi akut
 Beri kompres hangat dan air hangat  Kompres dengan air hangat akan
sedikit-sedikit menurunkan demam
 Anjurkan pasien memakai pakaian  Memberi rasa nyaman, pakaian tipis
tipis dan menyerap keringat membantu mengurangi penguapan
tubuh

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat


Tujuan: volume cairan terpenuhi
Hasil yang diharapkan: status cairan tubuh adekuat, ditandai dengan membrane mukosa
lembab, turgor kulit elastis, tanda-tanada vital normal

INTERVENSI RASIONAL
 Observasi tanda-tanda vital  Mengetahui S, N, R dan TD
 Kaji pemasukan dan pengeluaran  Mengontrol keseimbangan cairan
cairan akibat dehidrasi
 Kaji status dehidrasi  Mengetahui derajat status dehidrasi
 Beri banyak minum  Membantu memelihara kebutuhan
cairan dan menurunkan resiko
dehidrasi

c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Hasil yang diharapkan : Terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan nyeri

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji tingkat, frekuensi, intensitas,  Suatu hal yang amat penting untuk
dan reaksi nyeri berhubungan memilih intervensi yang cocok untuk
dengan agens cedera biologis mengevaluasi keefektifan dari terapi y
 Ajarkan teknik distraksi dan  Menurunkan intensitas nyeri,
relaksasi nafas dalam meningkatkan oksigenasi darah
 Libatkan keluarga dalam tata  Menurunkan atau menghilangkan rasa
laksana nyeri dengan memberikan nyeri, membuat otot tubuh boleh
kompres hangat rileks, dan memperlancar aliran darah
 Atur posisi pasien senyaman  Posisi yang nyaman membuat pasien
mungkin sesuai keinginan pasien melupakan rasa nyerinya
 Kolaborasi pemberian obat  Untuk membantu mengurangi rasa
alnalgetik sesuai indikasi nyeri dan mempercepat proses
penyembuhan

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient


Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan : Nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi, berat badan
pasien meningkat dan pasien menjadi sehat kembali

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji nutrisi pasien  Mengetahui pemenuhan nutrisi
 Anjurkan kepada pasien untuk  Meningkatkan jumlah masukkan
memberikan makanan dengan dan mengurangi mual dan muntah
teknik porsi kecil tapi sering akibat kurang nutrisi
 Timbang berat badan pasien setiap  Mengetahui peningkatan dan
3 hari sekali penurunan berat badan
 Pertahankan kebersihan mulut  Menghilangkan rasa tidak enak pada
pasien mulut atau lidah
 Beri makanan lunak dan tidak  Mencukupi nutrisi tanpa memberi
boleh makan pedas beban yang tinggi pada usus
 Jelaskan pada keluarga pasien  Memberikan motivasi pada keluarga
pentingnya intake nutrisi yang pasien untuk memberikan makanan
adekuat sesuai kebutuhan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Dapat beraktivitas secara mandiri
Hasil yang diharapkan : Memperlihatkan kemajuan khusus tingkat aktivitas yang lebih tinggi dari
mobilitas yang mungkin

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji toleransi terhadap aktivitas  Menunjukkan respon fisiologis


pasien pasien terhadap stress aktivitas
 Kaji kesiapan meningkatkan  Stabilitas fisiologis pada istirahat
aktivitas akibat dengan kelemahan penting untuk meningkatkan tingkat
pasien aktivitas individual
 Berikan bantuan sesuai kebutuhan  Teknik penggunaan energi
dan anjuran menggunakan kursi menurunkan penggunaan energi
mandi, menyikat gigi atau rambut pada tubuh
 Dorong pasien untuk  Seperti jadwal meningkatkan
berpartisipasi dalam memiliki toleransi terhadap kemajuan
periode aktivitas aktivitas dan mencegah kelemahan

4. Pathway

Pathway Teori
Salmonella Typhi

Saluran Pencernaan

Usus Halus

Jaringan Limfoid

Lamina Frofia

Kelenjar Limfa Mesontreia

Alirah Darah

Organ res (Hati & Limpa)

Tidak difagosit Imflamasi

Hati & Limpa Endotoksin

Hepatomegali infeksi Solenomegali

Merangsang ujung saraf Penurunan Kesadaran Lemah Proses

Nyeri Perabaan Makan Lesu Demam

Nyeri Akut Mual dan muntah Intoleransi Aktivitas

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Hipertermi

5. Implementasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi
yang telah dilakukan dan evaluasi respon pasien. Hal ini dilakukan karena pencatatan
akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang
di observasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan
perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

BAB IV

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

“DEMAM TYPHOID”

DI RUANG BURANGRANG III-5

A. Pengkajian
1.) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 61 tahun
Tempat tanggal Lahir : Bandung, 07 Mei1957
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rm : 014553
Diagnosa Medis : Demam Typhoid
Tanggal masuk : 29/01/2019
Tanggal pengkajian : 29/01/2019
Jam masuk : 12.30
Jam pengkajian : 15.30
Alamat : Kp. Cijengkol, Rt01/Rw12, Ds. Nyalindung, Kec. Ciptatat
Kab. Bandung Barat
2.) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : PT. KAI (Pensiun)
Hub. Dengan pasien : Suami
Alamat : Kp. Cijengkol, Rt01/Rw12, Ds. Nyalindung, Kec. Cipatat,
Kab. Bandung Barat

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam/panas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29/01/2019, pasien mengatakan
demam/panas. Demam sangat menganggu aktivitas
P : Demam dirasakan ketika malam hari dan demam berkurang di pagi hari
Q : Demam/panas dirasakans seperti di siram air panas
R : Di bagian seluruh tubuh pasien
S : Demam/panas sangat mengganggu aktivitas
T : Setiap malam
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada penyakit keturunan
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Kesadaran : Composmentis

Penampilan : Pasien terlihat bersih

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital


Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi :89 x /menit
Respirasi :22 x /menit
Suhu :38
c. Pemeriksaan Head To Toe
 Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala simentris,rambut hitam keputih-putihan,keadaan


kepala kotor

Palpasi : Tidak ada benjolan

 Mata

Inpeksi : Bentuk mata simetris,konjungtiva berwarna merah,penglihatan


kurang normal

 Hidung

Inspeksi : Bentuk hidung simetris,tidak ada kotoran ,penciuman normal

 Mulut
Inspeksi : Bentuk mulut simetris , jumlah gigi berkurang ,keadaan mulut
bersih, gigi berwarna putih kekuningan, bibir kering dan pucat
 Telinga

Inpeksi :Bentuk telinga simetris,tidak ada kotoran,pendengaran kurang


normal

 Leher

Inpeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada kotoran,dan tidak ada


pembengkakan pada kelenjar
 Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris,tarikan napas normal

Auskultasi : Suara napas vesikuler

 Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen simetris,tidak ada kotoran

Perkusi : Sedikit kembung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekanan pada abdomen

Auskultasi : Bising usus 16 x /menit

 Genetalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

 Ektermitas atas

Bentuk simetris antara lengan kiri dan kanan terpasang infus ditangan kanan,
turgor kulit baik yaitu kembali sebelum 4 detik.

4 5

 Ektermitas bawah

Bentuk simetris antara kaki kiri dan kanan , dapat bergerak bebas, turgor kulit
baik yaitu kembali sebelum 4 detik.

5 5

D. Pola Aktivitas Sehari-hari


N JENIS AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
O
1. NUTRISI

a. Makan
 Frekuensi  2x sehari  2x sehari
 Jenis makanan  Nasi, lauk,tahu, tempe,  Nasi, sayur,
telur buah-buahan
 Porsi  1 porsi  ¼ porsi
 Pantangan  Tidak ada  Tidak boleh
makan pedas
 Keluhan  Tidak ada  Ada rasa pait
saat makan
b. Minum
 Jenis minum  Air putih, air the  Air putih
 Berapa gelas/hari  5 gelas  8 gelas
 Pantangan  Tidak ada  Tidak boleh
minum es

2. ISTIRAHAT TIDUR

a. Malam
 Berapa jam  8 jam  6 jam
 Dari jam  20.00 – 04.00  22.00 – 04.00
 Dengan penerangan  Ya  Ya
 Ada kesukaran tidur  Ya  Tidak
b. Siang
 Suka tidur siang  Ya  Ya
 1 jam
 Berapa jam  2 jam
 14.00 – 15.00
 Dari jam  13.00 – 15.00
3. ELIMINASI

a. BAB
 Frekuensi, warna, bau  1x sehari, kuning  Belum BAB
kecoklatan, bau khas
 Ada kesulitan  Tidak  Ya
 Di TT atau WC  Di WC  Di WC
 Di bantu atau sendiri  Sendiri  Di bantu
 Jalan atau naik kursi  Jalan  Kursi roda
roda
b. BAK  5-6 x sehari, kuning,  4-5 x sehari,
 Fekuensi, warna, bau bau khas kuning, bau
 Di WC khas
 Di TT atau WC  Di WC
 Tidak
 Apa ada kesulitan  Tidak  Ya
 Di bantu atau tidak  Di bantu

4. PERSONAL HYGIENE

a. Mandi
 Berapa kali sehari  2x sehari  1x sehari/seka
 Menggunakan sabun  Ya  Tidak
 Frekuensi gosok gigi  2x sehari  Tidak
 Pakai pasta gigi  Ya  Tidak
 Di TT atau WC  WC  Tidak
b. Berpakaian
 Berapa kali ganti  2x sehari  1x sehari
 Ada kesulitan  Tidak  Ya
 Di bantu atau tidak  Tidak  Di bantu
5. MOBILISASI dan
AKTIVITAS

 Aktivitas apa saja yang  Mobilitas maksimal  Di bantu


biasa dilakukan di sebagian
rumah
 Tidak  Ya
 Ada kesulitan
 Ya  Ya
 Apakah mampu
berbalik dari satu sisi
TT ke sisi lain
 Apakah mampu untuk  Ya  Ya
pindah dari TT ke kiri
 Apakah mampu berjalan  Ya  Ya
 Memerlukan alat bantu  Tidak  Ya

E. Data Psikososial
Pasien tampak kooferatif dengan perawat, hubungan pasien dengan hubungan keluarga
sangat terbuka.

F. Data Spiritual
Pasien sebelum sakit suka melakukan ibadah shalat 5 waktu dan setelah sakit pasien jarang
melakukan ibadah karena adanya sakit.

G. Data Penunjang

Anda mungkin juga menyukai