“DEMAM TYPHOID”
Praktek Kerja
Di
DI SUSUN OLEH
NIS :
Menyetujui/Mengesahkan
NIS :
Mengetahui,
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan mengenai “
Gangguan Sistem Pencernaan Demam Typhoid” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
kepada nabi besar Muhammad Saw. beserta pengikutnya hingga akhir zaman.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing di sekolah, maupun pembimbing di
rumah sakit karena atas bimbingan yang diberikan, mendorong kami untuk menghasilkan sebuah
laporan Asuhan Keperawatan yang baik dan benar.
Rasa terima kasih juga kepada pembimbing pelaporan dan teman-teman yang turut serta
dalam pengerjaan laporan Asuhan Keperawatan ini, mengajukan setiap kritik dan saran agar
menghasilkan laporan yang baik dan benar.
Dengan selesainya laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, untuk itu saya banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1.) Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-Nya
2.) Ibu Mira Trisetiaty, S. Kep selaku kepala bidang keperawatan di RSUD Cikalong
Wetan yang telah memberikan bimbingan selama saya melaksanakan praktek.
3.) Bapak Iden Suparman, S. Pd selaku kepala sekolah SMK Kesehatan Adidaya
Nusantara Bandung Barat yang telah memberikan bimbingan serta nasehat selama
menjalankan pendidikan.
4.) Bapak Yogaswara, Amd. Kep selaku pembimbing utama yang telah memberikan ilmu
serta bimbingan selama menjalankan pendidikan.
5.) Bapak Kinkin Sodikin yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan
ini.
6.) Keluarga besar RSUD Cikalong Wetan yang telah memberikan banyak ilmu dan
memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu disini serta pengalaman yang hebat.
7.) Kedua orangtua yang telah membrikan motivasi dan semangat serta fasilitas selama
melaksanakan praktek.
8.) Seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi serta
membantu saya dalam menyelesaikan laporan praktek kerja
lapangan.
Saya menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna, karena kurangnya pengetahuan dan
pengalaman saya dalam pembuatan laporan ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam
pembuatan laporan ini, karena manusia tidak luput dari kesalahan. Jika ingin yang sempurna itu
hanyalah milik Allah SWT. Manusia hanya dapa mengoreksi kesalahan agar lebih baik
kedepannya lagi, maka saya akan menerima dengan ikhlas jika ada kesalahan atau kekeliruan
dalam penulisan laporan ini, saya harap bisa memakluminya, karena saya sedang tahap
pembelajaran. Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya dan bisa mengamalkan ke adik kelas.
Cikalong Wetan, Maret 2019
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella Typhii (Hidayat ,2008, Hal:120). Demam
Typhoid di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis
dan sub tropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000 (Widagdo, 2011,
Hal:218).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus
Demam Typhoid diseluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 juta kasus. Secara
keseluruhan, demam typhoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500
kematian pada tahun 2000. Insidens demam typhoid tinggi ( >100 kasus per 100.000 populasi per
tahun). Dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan
yang tergolong sedang ( 10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dibagian dunia lainnya.
Kejadian demam typhoid di dunia sekitar 21,6 juta kasus dan sebanyak di Asia Afrika dan
Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di
Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam tifoid
masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan angka
kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus per tahun, dan angka kematian 2,1 sampai 10,4% (WHO,
2004),. SEdangkan data World Health Organization (WHO) tahun (2009), memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam typhoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000
kematian tiap tahun.
Demam typhoid dan demam para typhoid adalah penyakit infeksi saluran akut usus halus
yang disebakan kuman Salmonella Typhii dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pemcernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit
menular endemic yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatn
di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang (Maharani, 2012).
Indonesia merupakan negara endenik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita
per 100.000 penduduk setiap tahun yang di temukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar
diseluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan penyakit lebih
bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang yang berpencar-
pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada keluarga pada
saat yang bersamaan (Widoyono, 2011, hal:144).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 demam typhoid termasuk
dalam kejadian luar biasa (KLB) dengan attack rate sebesar 0,37% yang menyerang 4 kecamatan
dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa. Pada tahun 2009 terjai peningkatan jumlah
penderita demam typhoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dan jumlah 3 desa
dengan attack rate sebesar 2,69%. Tahun 2010 kasus KLB demam typhoid kembali terjadi
dengan attack rate sebesar 1,36% yang menyerang kecamatan dengan 1 desa dan jumlah
penderita 26 jiwa (Dinkes Prop Jateng, 2010).
B. TUJUAN
1. Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Demam Typhoid” adalah agar penulis dapat memahami dan
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2. Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah Demam Typhoid di Ruang
Burangrang RSUD Cikalong Wetan Provinsi Jawa Barat
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan masalah Demam Typhoid
di Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan Demam
Typhoid di Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan dengan masalah Demam Typhoid di
Ruang Burangrang RSUD Cikalong Wetan.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah Demam Typhoid
di Ruang Burangrang RSUd Cikalong Wetan.
C. Manfaat
Manfaat Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
TINJAUAN UMUM
Manfaat PKL yang diperoleh oleh sekolah yaitu sekolah mempunyai rekan kerjasama
untuk menjalin kerjasama dan mempromosikan sekolah dalam dunia perusahaan tersebut.
3.) Bagi Tempat PKL
Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademis
untuk membantu operasional perusahaan tersebut.
Rumah sakit ini dibangun dua lantai, uang rawat inap, laboratorium, apotek, dan ruang
pemeriksaan di lantai dasar, gedung dua lantai ini bisa menampung sekitar 130 pasien. Kapasitas
beberapa ruang perawatan, yaitu VVIP 2 pasien, VIP 6 pasien, kelas I sebanyak 9 pasien, dan
sisanya kelas II dan III. Peletakkan batu pertama pembangunan RSUD Cikalong wetan pada
Selasa 29 Desember 2015. Pembangunan RSUD Cikalongwetan elah dimulai sejak 2008 lalu di
uji kelayakan. Pada 2011, dibuat Detail Engineering Design (DED). Akhir 2015 pembangunan
fisik dimulai, ditandai peletakkan batu pertama oleh Bupati Bandung Barat Abubakar.
Pembangunan rumah sakit tersebut menelan anggaran sekitar Rp. 130 miliar dari APBD
kabupaten, provinsi, dan pusat. Sementara proyek pelaksana pembangunan tersebut diserahkan
kepada PT Nindya Karya.
RSUD Cikalongwetan sudah bekerjasama dengan banyak asuransi dan perusahaan besar
sebagai provider kesehatan, agar dapat memberikan pelayanan dan perhatian yang besar terhadap
upaya meningkatkan derajat masyarakat di wilayah Cikalongwetan dan sekitarnya.
RSUD Cikalong Wetan segera beroperasi pada Agustus 2017. Hal ini menyusul telah
terbitnya nomor registrasi rumah sakit tersebut dari Kementrian Kesehatan.
“ Tinggal menunggu waktu untuk launching. Pembangunan sudah selesai dan sarana
penunjang juga sudah siap,” kata Pupu Sari Rohayati, Kepala Dinas Kesehatan KBB di
Ngamprah, Jum`at 21 Juli 2017.
Menurut Pupu, RSUD Cikalong wetan telah menerima nomor registrasi 3217007 dari
Kementrian Kesehatan pada 20 Juli kemarin. Dengan terbitnya nomor itu, RSUD dinyatakan
sudah siap beroperasi.
Meski demikian, saat itu RSUD tersebut masih kekurangan tenaga medis. Dari kebutuhan
240 orang, baru tersedia 84 orang. “Khususnya untuk Dokter spesialis, seperti radiologis masih
kosong. Ini secara bertahap akan dilengkapi sesuai dengan anggaran,” katanya.
Selain itu, menurut dia alat kesehatan yang sudah siap digunkan juga baru 60%. Namun
dia memastikan alkes akan segera tersedia dalam waktu dekat karena sekarang dalam proses
pengiriman.
RSUD tersebut merupakan rumah sakit terbesar dari dua rumah sakit lainnya milik
Pemkab Bandung Barat. Hal ini tidak terlepas dari cakupan pelayanan RSUD Cikalongwetan
yang cukup luas lantaran lokasinya berada di wilayah bakal pengembangan transit kereta cepat
Jakarta-Bandung.
E. Struktur Organisasi Instansi
F. Metoda Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan, dari mulai
tanggal 02 Januari 2019 sampai dengan 02 April 2019 dengan mengambil tempat Pkl di RSUD
Cikalong Wetan.
G. Strategi Pelaksanaan
Persiapan yang bisa membantu antara lain:
1.) Cari informasi dan pelajari perusahaan yang akan menjadi tempat PKL seperti apa
bisnisnya.
2.) Pelajari kembali atau paling tidak buka kembali buku-buku dari mata kuliah yang
berkaitan dengan bisnis perusahaan tempat PKL.
3.) Kalau perlu buat daftar pertanyaannya sekiranya memungkinkan.
4.) Jangan lupa persiapkan mental untuk PKL dan belajar, bukan untuk jalan-jalan
terutama yang PKL di luar kota, bukan berarti tidak boleh refreshing, yang penting
niat utamanya PKL itu belajar.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Demam Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindron sistemik yng terutama di
sebabkan oleh Salmonella Typhii. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonellosis.
Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A. S.
Schottmuelleri ( semula S. Paratyphi B) dan S. Hirscfeldii ( semula S. Paratyphi C). Demam
tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enteric yang lain ( Widagdo, 2011,
Hal:197). Menurut Ngastiyah ( 2005, Hal:236) tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever)
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan deman lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, Hal:128) penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai tifus
abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella Typhii atau Salmonella
Paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia
maupun di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid atau tifus
abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada saluran
pencernaan atau pada usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhii yang masuk
melalui makan atau minuman yng tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk dengan gangguan
penurunan kesadaran.
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, Hal:197) Etiologi dari demam Typhoid adalah Salmonella
Typhii, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam family Enterobacteriaceae.
Salmonella bersifat bergerak, bebentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan berbagai terhadap
berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4 C dalam 1 jam atau
60 C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagellum) adalah protein yang labil
terhadap panas. Pada S. Typhi, juga pada S. Dublin dan S. Hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu
polisakarida kapsul.
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang
biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa ,dan organ lainnya. Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman kedalam
peredarah darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya, kuman masuk
ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa,usus, dan kandung empedu (Suriadi & Yuliani,
2006, hal:254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-
kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi & Yuliani,2006, hal:254).
D. Manifestasi KLinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak biasanya
lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masatunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran yang biasa ditemukan
menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu
tidak terlalu tinggi. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari.
Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga,
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden),
lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus),
hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabun. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen,
jarang terjadi spoor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat dan terlambat gejala
lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat diemukan resoela yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basildalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada
anak dewasa.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit taifus abdominalis, akan tetapi
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.
Menurut teori relaps terjadi karena terdapat basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu
penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukkan jaringan
fibrosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal:256) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:
F. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal:220-221) komplikasi dari demam typhoid dapat digolongkan
dalam intra dan ekstra intestinal.
G. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal:239) dan Ranuh (2013, hal:184-185) pasien yang dirawat
dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai
pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobtan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008, hal:154-155) adalah sebagai berikut:
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat serta
nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan
suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu
pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak
besar.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden),
lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan
jarang disertai tremor.
2. Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi atau
mungkin diare atau normal.
3. Hati dan limfe
1. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis, relatif pada
permukaan sakit
2.) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3.) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam fecces dan urine
2. Pemeriksaan Widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap anti
O, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikkan yang progresif.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrient
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan malabsorbsi
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Hasil yang diharapkan : Pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36°C-37°C dan
bebas dari demam.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu tubuh pasien tiap 3 jam Suhu tubuh 38°C-40°C menunjukkan
sekali proses penyakit infeksi akut
Beri kompres hangat dan air hangat Kompres dengan air hangat akan
sedikit-sedikit menurunkan demam
Anjurkan pasien memakai pakaian Memberi rasa nyaman, pakaian tipis
tipis dan menyerap keringat membantu mengurangi penguapan
tubuh
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tanda-tanda vital Mengetahui S, N, R dan TD
Kaji pemasukan dan pengeluaran Mengontrol keseimbangan cairan
cairan akibat dehidrasi
Kaji status dehidrasi Mengetahui derajat status dehidrasi
Beri banyak minum Membantu memelihara kebutuhan
cairan dan menurunkan resiko
dehidrasi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, Suatu hal yang amat penting untuk
dan reaksi nyeri berhubungan memilih intervensi yang cocok untuk
dengan agens cedera biologis mengevaluasi keefektifan dari terapi y
Ajarkan teknik distraksi dan Menurunkan intensitas nyeri,
relaksasi nafas dalam meningkatkan oksigenasi darah
Libatkan keluarga dalam tata Menurunkan atau menghilangkan rasa
laksana nyeri dengan memberikan nyeri, membuat otot tubuh boleh
kompres hangat rileks, dan memperlancar aliran darah
Atur posisi pasien senyaman Posisi yang nyaman membuat pasien
mungkin sesuai keinginan pasien melupakan rasa nyerinya
Kolaborasi pemberian obat Untuk membantu mengurangi rasa
alnalgetik sesuai indikasi nyeri dan mempercepat proses
penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji nutrisi pasien Mengetahui pemenuhan nutrisi
Anjurkan kepada pasien untuk Meningkatkan jumlah masukkan
memberikan makanan dengan dan mengurangi mual dan muntah
teknik porsi kecil tapi sering akibat kurang nutrisi
Timbang berat badan pasien setiap Mengetahui peningkatan dan
3 hari sekali penurunan berat badan
Pertahankan kebersihan mulut Menghilangkan rasa tidak enak pada
pasien mulut atau lidah
Beri makanan lunak dan tidak Mencukupi nutrisi tanpa memberi
boleh makan pedas beban yang tinggi pada usus
Jelaskan pada keluarga pasien Memberikan motivasi pada keluarga
pentingnya intake nutrisi yang pasien untuk memberikan makanan
adekuat sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
4. Pathway
Pathway Teori
Salmonella Typhi
Saluran Pencernaan
Usus Halus
Jaringan Limfoid
Lamina Frofia
Alirah Darah
5. Implementasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi
yang telah dilakukan dan evaluasi respon pasien. Hal ini dilakukan karena pencatatan
akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang
di observasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan
perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA
“DEMAM TYPHOID”
A. Pengkajian
1.) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 61 tahun
Tempat tanggal Lahir : Bandung, 07 Mei1957
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rm : 014553
Diagnosa Medis : Demam Typhoid
Tanggal masuk : 29/01/2019
Tanggal pengkajian : 29/01/2019
Jam masuk : 12.30
Jam pengkajian : 15.30
Alamat : Kp. Cijengkol, Rt01/Rw12, Ds. Nyalindung, Kec. Ciptatat
Kab. Bandung Barat
2.) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : PT. KAI (Pensiun)
Hub. Dengan pasien : Suami
Alamat : Kp. Cijengkol, Rt01/Rw12, Ds. Nyalindung, Kec. Cipatat,
Kab. Bandung Barat
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam/panas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29/01/2019, pasien mengatakan
demam/panas. Demam sangat menganggu aktivitas
P : Demam dirasakan ketika malam hari dan demam berkurang di pagi hari
Q : Demam/panas dirasakans seperti di siram air panas
R : Di bagian seluruh tubuh pasien
S : Demam/panas sangat mengganggu aktivitas
T : Setiap malam
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada penyakit keturunan
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Mata
Hidung
Mulut
Inspeksi : Bentuk mulut simetris , jumlah gigi berkurang ,keadaan mulut
bersih, gigi berwarna putih kekuningan, bibir kering dan pucat
Telinga
Leher
Abdomen
Genetalia
Ektermitas atas
Bentuk simetris antara lengan kiri dan kanan terpasang infus ditangan kanan,
turgor kulit baik yaitu kembali sebelum 4 detik.
4 5
Ektermitas bawah
Bentuk simetris antara kaki kiri dan kanan , dapat bergerak bebas, turgor kulit
baik yaitu kembali sebelum 4 detik.
5 5
a. Makan
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Jenis makanan Nasi, lauk,tahu, tempe, Nasi, sayur,
telur buah-buahan
Porsi 1 porsi ¼ porsi
Pantangan Tidak ada Tidak boleh
makan pedas
Keluhan Tidak ada Ada rasa pait
saat makan
b. Minum
Jenis minum Air putih, air the Air putih
Berapa gelas/hari 5 gelas 8 gelas
Pantangan Tidak ada Tidak boleh
minum es
2. ISTIRAHAT TIDUR
a. Malam
Berapa jam 8 jam 6 jam
Dari jam 20.00 – 04.00 22.00 – 04.00
Dengan penerangan Ya Ya
Ada kesukaran tidur Ya Tidak
b. Siang
Suka tidur siang Ya Ya
1 jam
Berapa jam 2 jam
14.00 – 15.00
Dari jam 13.00 – 15.00
3. ELIMINASI
a. BAB
Frekuensi, warna, bau 1x sehari, kuning Belum BAB
kecoklatan, bau khas
Ada kesulitan Tidak Ya
Di TT atau WC Di WC Di WC
Di bantu atau sendiri Sendiri Di bantu
Jalan atau naik kursi Jalan Kursi roda
roda
b. BAK 5-6 x sehari, kuning, 4-5 x sehari,
Fekuensi, warna, bau bau khas kuning, bau
Di WC khas
Di TT atau WC Di WC
Tidak
Apa ada kesulitan Tidak Ya
Di bantu atau tidak Di bantu
4. PERSONAL HYGIENE
a. Mandi
Berapa kali sehari 2x sehari 1x sehari/seka
Menggunakan sabun Ya Tidak
Frekuensi gosok gigi 2x sehari Tidak
Pakai pasta gigi Ya Tidak
Di TT atau WC WC Tidak
b. Berpakaian
Berapa kali ganti 2x sehari 1x sehari
Ada kesulitan Tidak Ya
Di bantu atau tidak Tidak Di bantu
5. MOBILISASI dan
AKTIVITAS
E. Data Psikososial
Pasien tampak kooferatif dengan perawat, hubungan pasien dengan hubungan keluarga
sangat terbuka.
F. Data Spiritual
Pasien sebelum sakit suka melakukan ibadah shalat 5 waktu dan setelah sakit pasien jarang
melakukan ibadah karena adanya sakit.
G. Data Penunjang