BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa)
berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam
jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa
melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem
sirkulasi.
Limfangitis akut mempengaruhi anggota penting dari sistem kekebalan
tubuh-sistem limfatik. Limbah bahan-bahan dari hampir setiap organ dalam
tubuh mengalir ke pembuluh limfatik dan akan disaring dalam organ kecil yang
disebut kelenjar getah bening. Benda asing, seperti bakteri atau virus, diproses
dalam kelenjar getah bening untuk menghasilkan respon imun untuk melawan
infeksi.
Limfadenitis Tuberkulosis, suatu peradangan pada satu atau lebih kelenjar
getah bening. Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkolosis luar. Tuberkolosis
sendiri dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam
kepustakaan Sanskrit kuno.
Lymphedema terdiri dari dua kata yaitu Lymph (limfe) atau cairan getah
bening dan Edema atau sembab. Limfe adalah cairan tubuh yang mengalir di
dalam pembuluh limfe dan terdapat di seluruh bagian tubuh. Jika darah
membawa makanan, maka limfe mengandung limfosit yang berguna untuk
memerangi penyakit seperti infeksi dan kanker.
Elephantiasis/filariasis merupakan suatu infeksi parasit yang menyerang
pembuluh limfe, sehingga terjadi pembesaran satu atau lebih anggota gerak
yang diserangnya. (Christine Brooker, 2001)
1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
1. Definisi
2. Etiologi
3. Pathofisiologi
4. Penatalaksanaan
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan diagnostik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Limfangitis
a) Definisi
Limfangitis merupakan infeksi pembuluh limfe yang mengaliri suatu lokus
inflamasi. Tidak selalu, disebabkan oleh streptococcus beta-hemolyticus.
Limfangitis ditemukan dalam bentuk guratan subkutan berwarna merah yang
nyeri disepanjang pembuluh limfe yang terkena, dengan disertai limfadenopati
regional. Pembuluh limfe yang melebar terisi oleh neutrofil dan histiosit.
Inflamasi ini meluas ke dalam jaringan perilimfatik dan dapat berkembang
menjadi selulitis atau abses yang nyata. Keterlibatan limfonodus (limfedenitis
akut) pada infeksi ini dapat menimbulkan septicemia.
Limfangitis akut mempengaruhi anggota penting dari sistem kekebalan
tubuh-sistem limfatik. Limbah bahan-bahan dari hampir setiap organ dalam
tubuh mengalir ke pembuluh limfatik dan akan disaring dalam organ kecil yang
disebut kelenjar getah bening. Benda asing, seperti bakteri atau virus, diproses
dalam kelenjar getah bening untuk menghasilkan respon imun untuk melawan
infeksi.
Jika tidak diobati, bakteri dapat menyebabkan kerusakan jaringan di daerah
infeksi. Sebuah penuh nanah, menyakitkan benjolan disebut abses juga bisa
terbentuk di daerah yang terinfeksi. Selulitis, sebuah infeksi umum lapisan kulit
yang lebih rendah, dapat juga terjadi.
b) Etiologi
1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2. Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4. Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam
penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999; 370)
c) Patofisiologi
Kelenjar
limfoma
cenderung
teraba
kenyal,
seperti
karet,
saling
Tanda : Status mental: letargi, menarik diri, kurang minum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinal dari tubuh vetebral, keterlibatan diskus
pada kompresi / degenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan / nyeri pada nodus limfa yang terkena, misalnya pada
sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral) ; nyeri
tulang umum (keterlibatan tulamg limfomatus). Nyeri segera pada area yang
terkena setelah minum alkohol.
contoh
peningkatan
frekuensi
pernapasan
dan
kedalaman,
Tanda : Demam menetap tidak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380 C
tanpa gejala infeksi. Nodus limfe simetris, tak nyeri, membenkak / membesar
(nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan;
kemudian nudos aksila dan mediastinal). Nudus dapat terasa kenyal dan keras,
diskret dan dapat digerakkan. Pembesaran tonsil. Pruritus umum. Sebagian
area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo) .
j. Seksualitas
Gejala:
Masalah
tentang
fertilitas
kehamilan
(sementara
penyakit
tidak
k. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala : Faktor resiko keluarga (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
hodgkin dari pada populasi umum). Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja
katu / kimia). Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat 3,9 hari,
dengan intervensi bedah, 10,1 hari.
l. Rencana pemulangan :
Dapat memerlukan bantuan terapi medik / suplai, aktivitas perawat diri dan
atau pekerjaan rumah / transportasi, belanja. (Doengos,1999; 605-607)
Diagnosa keperawatan dan perencanan
Mencegah kotaminasi dan resiko infeki luka, dimana dapat memerlukan post
prostese.
Meskipun umumnya suhu meningkat pada fase dini pasca operasi dan atau
adanya menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan
inetrvensi untuk mencegah komplikasi lebih serius.
emosional).
Catatan
peristasia
bagian-bagian
tubuh
dapat
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semiFowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung artritis,
sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
Dilakukan
untuk
memastikan
efektivitas
pernafasan
sehingga
upaya
Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam
tenggorok atau trakea.
keseimbangan
cairan
yang
adekuat,
sebagaimana
ditunjukkan dengan tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan
kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan
pengeluaran urine yang sesuai.(Doengos, 1999; 913-915)
Intervensi:
Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
lokal
mungkin
mengindikasikan
formasi
hematoma
perdarahan.
5.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum
tekhnik
perilaku
yang
mampu
memampukan
kembali
Rasional:
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
2.2 LIMFEDENITIS
a) Definisi
Limfadenitis Tuberkulosis, suatu peradangan pada satu atau lebih kelenjar
getah bening. Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkolosis luar. Tuberkolosis
sendiri dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam
kepustakaan Sanskrit kuno. Nama "tuberculosis" berasal dari kata tuberculum
yang berarti benjolan kecil yang merupakan gambaran patologik khas pada
penyakit ini.
b) Etiologi
Penyebab terjadinya Limfadenitis sejauh ini ada beberapa tergantung dari
jenisnya, namun secara umum Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari
berbagai organisme yaitu bakteri, virus, protozoa, riketsia atau jamur. Secara
khusus penyebaran ke kelenjar getah bening terjadi melalui infeksi kulit,
telinga, hidung atau mata, yaitu:
Limfadenitis dan inguinal, Paronichya di ibu jari kaki atau infeksi di kaki
bagian bawah yang sering membuat rasa nyeri untuk berjalan
c) Gejala Klinik
Gejala klinis untuk menganalisa apakah terkena penyakit ini adalah kelenjar
getah bening yang terserang yaitu:
Pembesaran pada kelenjar getah bening yang terserang infeksi dan jika diraba
terasa lunak.
Terdapat nyeri tekan
Selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam dan tanda radang.
Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan ini akan
menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor
d) Pemeriksaan Penunjang
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
b. Sirkulasi
sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi
duktus empedu oleh pembesan nodus limfe (mungkin tanda lanjut). Pucat
(anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan/ atau feses. Riwayat obstruksi usus,
contoh intususepsi, atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi dari nudos limfa
retroperitonial).
Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran kanan atas dan
pembesaran pada palpasi (hematomegali). Nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan pembesaran pada palpasi (splenomegali). Penurunan haluaran urine, urine
gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/ gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung
kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
e. Makanan / Cairan
Tanda : Status mental: letargi, menarik diri, kurang minum terhadap sekitar.
Paraplegia ( kompresi batang spinal dari tubuh vetebral, keterlibatan diskus
pada kompresi/ degenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan / nyeri pada nodus limfa yang terkena, mis; pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung ( kompresi vertebral ) ; nyeri tulang
umum ( keterlibatan tulamg limfomatus ). Nyeri segera pada area yang terkena
setelah minum alkohol.
h. Pernafasan
contoh
peningkatan
frekuensi
pernapasan
dan
kedalaman,
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380 C tanpa
gejala infeksi. Nodus limfe simetris, tak nyeri, membenkak / membesar ( nodus
servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan kanan;
kemudian nudos aksila dan mediastinal ). Nodus dapat terasa kenyal dan keras,
diskret dan dapat digerakkan. Pembesaran tonsil, pruritus umum, sebagian area
kehilangan pigmentasi melanin ( vitiligo ).
j. Seksualitas
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga ( lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien
Hodgkin dari pada populasi umum ). Pekerjaan terpajan pada herbisida
( pekerja katu / kimia ). Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat
3,9 hari, dengan intervensi bedah, 10,1 hari.
l. Rencana pemulangan :
m. Spiritual
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat infeksi agen
injury biologi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum; penurunan
kekuatan / ketahanan; nyeri.
Intervensi
1) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan
integritas otot.
Tujuan :
Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.
(Doengos, 1999; 915-917)
Intervensi :
Evaluasi rasa sakit secara regular (misal setiap 2 jam x 12 ), catat karakteristik,
lokasi n intensitas ( skala 0-10 ).
Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler; miring.
Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan
imajinasi, visualisasi.
Berikan perwatan oral reguler.
Rasional:
Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan: sakit
kepala frontal dan atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam yang
mengikuti anestesi spinal, mengharuskan posisi terlentang, peningkatan
pemasukan cairan, dan pemberitahuan ahli anestesi.
emosional).
Catatan
peristasia
bagian-bagian
tubuh
dapat
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semiFowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung artritis,
sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum
tekhnik
perilaku
yang
mampu
memampukan
kembali
Rasional:
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
Mengetahui
penyebab
terjadinya
hiperthermi
karena
penambahan
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat
menyerap keringat.
2.3 LIMFEDEMA
1) Definisi
Limfedema disebabkan oleh obstruksi dan dilatasi pembuluh limfe dengan
akumulasi cairan interstisial di tempat yang dialiri oleh pembuluh limfe
bersangkutan. Penyebab obstruksi yang paling sering ditemukan adalah
keganasan,
reseksi
limfonodi
regional,
fibrosis
pasca-radiasi,
filariasis,
yaitu
pembengkakan
yang
disebabkan
oleh
gangguan
pengaliran cairan getah bening kembali kedalam darah. Pada umumnya dikenal
dua bentuk limfaedema, yakni yang kongenital dan yang didapat. Limfedema
kongenital merupakan suatu kelainan bawaan yang terjadi akibat tidak
terbentuknya atau terlalu sedikitnya pembuluh getah bening, sehingga tidak
Bisa juga akibat penyakit lain, seperti gagal jantung, sirosis hati, atau gagal
ginjal, yang menyebabkan kapasitas sistem limfe relatif tidak mencukupi beban
limfe yang berlebihan.
3) Gejala
Limfedema paling sring terjadi di tungkai, namun dapat mengenai bagian
tubuh yang lain seperti leher dan lengan. Pada limfedema kongenital,
pembengkakan dimulai secara bertahap pada salah satu atau kedua tungkai.
Pertanda awal dari limfedema bisa berupa bengak di kaki, yang menyebabkab
sepatu terasa sempit pada waktu sore. Pada stadium awal, pembengkakan akan
hilang jika tungkai di angkat. Lama-lama pembengkakan tampak lebih jelas dan
sudah
terjdi
lifedema
yang
sebegitu
parahnya,
tentu
saja
menyebabkan gangguan dalam fungsi maupun secara estetika. Selain itu kulit
dari bagian yang membengkak juga rentan mengalami trauma atau infeksi
berulang (selulitis) sehingga dapat memperberat kelainan yang sudah terjadi.
Peradangan pada sistem limfatik biasanya dimulai dengan selulitis atau
limfangitis yang berulang. Dapat terjadi dengan atau tanpa suhu yang
meningkat, seringkali terlihat bercak merah yang makin hari makin melebar,
akhirnya sebagian besar tungkai akan bengkak dan merah, panas serta perih.
Kelenjar limfe di bagian proksimalnya juga akan ikut membengkakdan nyeri
pada perabaan.
4) Pemeriksaan diagnostik
Untuk mendiagnosis limfedema maka diperlukan rangkaian pemeriksaan
mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang. Akan
ditanyakan sejak kapan kelainan itu muncul, hal apa yang terjadi sebelum
kelainan muncul, dan pertanyaan yang mengarah pada pencarian penyebab.
Pemeriksaan fisik tentu dengan melihat dan meraba. Limfadema
biasanya tidak disertai dengan pelebaran pembuluh darah setempat, berbeda
dengan pembengkakan yang disebabkan oleh kelainan pembuluh darah.
Kemudian dilakukan penekanan apakah bagian yang di tekan itu bisa kembali
seperti semula atau tidak. Biasanya kalau tahap awal bila ditekan masih bisa
kembali lagi. Jika sudah tahap lanjut dimana sudah tidak bisa kembali lagi,
berarti sudah ada pengerasan jaringan di dalamnya.
Selain itu ada pemeriksaan penunjang yang disebut limfangiografi, yakni
dengan memasukan zat kontras kedalam pembuluh limfe kemudian di rontgen.
Nantinya bisa dilihat pembuluh mana yang tersumbat.
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan darah lengkap
Foto rontgen
Hitung darah lengkap.
Foto rontgen.
Serologi.
Uji kulit.
Limfangiografi
5) Terapi
Limfedema tidak ada obatnya. Pada limfadema ringan, untuk mengurangi
pembengkakan bisa menggunakan perban kompresi. Pada lifedema yang lebih
berat, untuk mengurangi pembengkakan bisa digunakan stoking pneumatic
(stoking khusus yang bisa memberikan efek penekanan tertentu) selama 1-2 jam
perhari. Jika pembengkakan berkurang untuk mengendalikan pembengkakan,
penderita harus menggunakan stoking elastis setinggi lutut setiap hari, mulai
dari bangun tidur sampai menjelang tidur malam hari. Pada limfadema di
lengan, untuk mengurangi pembengkakan bisa digunakan stoking pneumatic
(stoking khusus yang bisa memberikanb efek penekanan tertentu) setiap hari.
Pada elefantiasis atau limfedema yang sangat berat mungkin perlu dilakukan
pembedahan ekstensif untuk mengangkat sebagian besar jaringan yang
membengkak
Tindakan itu adalah cara yang efektif walau memang hasilnya tidak
selalu memuaskan, apalagi dari segi estetika. Efektif karena memang perlu
dilakukan adalah membuang kelenjar dan pembbuluh yang menggalami
pembengkakan maka limfadema pun akan hilang. Namun harus tetap
diperhatikan bahwa operasi jangan sampai mengenai jaringan atau organ
penting lain di sekitarnya. Selain itu juga perlu di pastikan bahwa pasca operasi
tidak malah terjadi gangguan aliran limfe kembali.
Dari
sisi
sudah teratasi
tapi
memang
meninggalkan bekas yang tidak menyenangkan. Baik itu akibat tindakan bedah
(bekas jahitan) ataupun dari kelainannya sendiri. Limfedema yang parah
biasanya terjadi pada area tubuh yang luas sehingga tindakan operasi pun
harus dilakukan sayatan yang cukup .panjang sehingga menyisakan luka bekas
operasi yang cukup jelas. Selain itu kulit yang tadinya mengalami limfedema
biasanya akan lbih menebal, warna kulit lebih gelap dan menjadi kering atau
kasar. Belum lagi kalo pasien memiliki bakat keloid pada luka bekas operasi.
kompresi
vena
kava
superioroleh
pembesaran
nodus
limfe).
Rasional
Pantau tanda vital khususnya selama awal Selama periode waktu ini, potensial
terapi
memungkinkan
tindakan
untuk
dengan
pencegahan
melakukan
segera
terhadap
dan
komplikasi
selanjutnya.
Kolaborasi
berikan
antibiotik
sesuai berguna
indikasi
secara
profilaktik
untuk
mencegah infeksi.
basah
sumbu
bertindak
retrograt,
sebagai
menyerap
kontaminan eksternal.
Bantu drainase bila diindikasikan
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama
..x24
Rasional
mengevaluasi
ketidaknyamanan
analgesic
atau
derajat
dan
keefektifan
dapat
menyatakan
terjadinya komplikasi
Dorong pasien untuk menyatakan Menurunkan assietas atau takut dapat
masalah
meningkatkan
relaksasi
atau
kenyamanan
Dorong penggunaan teknik relaksasi, Membantu pasien untuk istirahat lebih
misalnya
bimbingan
visualisasi,
imajinasi, efektif
berikan
memfokuskan
kembali
senggang
Kolaborasi
dan
dan ketidaknyamanan.
:
berikan
obat
sesuai Menurunkan
nyeri,
meningkatkan
Rasional
atau
terjadinya
menunjang
infeksi,
perlambatan
Tingkatkan
nutrisi
dan
cairan adekuat
masukan Membantu
untuk
mempertahankan
jaringan
kebutuhan
dan
energy
memenuhi
seluler
untuk
perubahan
ketidakmampuan
sirkulasi
perifer
meraasakan
melindungi
sirkulasi
dan
permukaan
kulit,
Rasional
suhu
tubuh
pasien,
bila R/ mengetahui
diperlukan lakukan observasi ketat tubuh,
peningkatan
suhu
R/
mengurangi
panas
dengan
secara
menyebabkan
perlahan
tanpa
hipotermi
atau
menggigil
Anjurkan pasien untuk menggunakan R/
pakaian
yang
tipis
dan
Memberikan
rasa
nyaman
dan
menyerap keringat
keringat
dan
tidak
merangsang
Kolaborasi
intravena
dan
pemberian
pemberian
Obat
khususnya
untuk
2.4 ELEFENTIASIS
1) Definisi
Filariasis: penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. (DepKes,2003)
Filariasis : suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang
cacing dewasa nya hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia dan
ditularkan oleh serangga secara biologis. (Dr. Soedarto DTMH, Ph.D , 1996)
Elephantiasis: suatu pembesaran yang mencolok dari anggota gerak, dada dan
alat genetalia yang merupakan respon imunopatologis terhadap infeksi filaria
yang berlangsung lama oleh wuchereria atau brugia. (Mikrobiologi Kedokteran,
1996)
2) Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infestasi satu atau lebih cacing jenis filaria, yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
1. Wuchereria bancrofti.
Parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus di daerah perkotaan
dan nyamuk Anopheles serta nyamuk Aedes sebagai vector di daerah pedesaan.
2. Brugia malayi dan Brugia timori
Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
barbirostris. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan
oleh nyamuk mansonis. Brugia timori ditularkan oleh nyamuk Anopheles
barbirostris.
3) Patofisiologi
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva
stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (mikrofilaria)
sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang
reservoir yang mengandung microfilaria.
Nyamuk Culex quinquefasciatus sebagai vektor (penyebar penyakit) untuk
wuchereria bancrofti di daerah perkotaan. Di pedesaan vektor umumnya
Anopheles, Culez, Aedes, dan Mansonia. Spesies nyamuk vektor bisa berbeda
dari daerah satu dengan daerah lain.
Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi
sebelumnya tumbuh di dalam tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang
dalam otot nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak
aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk. Nyamuk pembawa mikrofilaria itu
lalu gentayangan menggigit manusia dan memindahkan larva infektif
tersebut.
Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke
pembuluh limfe. Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada malam hari,
selebihnya bersembunyi di organ dalam tubuh. Pemeriksaan darah ada-tidaknya
cacing biasa dilakukan malam hari. Selain manusia, untuk brugia malayi,
sumber penularan penyakit juga bisa binatang liar, seperti kera dan kucing
(hospes reservoir).
Setelah dewasa, cacing menyumbat pembuluh limfe dan menghalangi
cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan. Selain di kaki, pembengkakan bisa
terjadi di tangan, payudara, atau buah zakar. Di tubuh manusia cacing itu
menumpang makan dan hidup.
Ketika menyumbat pembuluh limfe di selangkangan, misalnya, cairan limfe
dari bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki membesar. Dapat terjadi
penyumbatan di ketiak, mengakibatkan pembesaran tangan.
4) Manifestasi klinis
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat.
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha.
Ketiak tampak kemerahan, panas dan sakit.
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis)
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema) dan sifatnya menetap.
1. Wuchereria bancrofti
Perjalanan penyakit filaria limfatik dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
stadium tanpa gejala, stadium akut yang ditandai dengan peradangan pada
saluran dan kelenjar limfe berupa limfadenitis, limfangitis retrograde, khusus
pria dapat ditemukan funikulitis, epididimitis, orkitis dan stadium menahun
yang ditandai dengan gejala yang sering dijumpai yaitu hidrokel, limfedema, dan
elevantiasis.
2. Brugia malayi dan Brugia timori
Keduanya menampakan gejala klinis yang sama. Stadium akut ditandai dengan
demam, peradangan saluran dan kelenjar limfe yang berulang, limfangitis
retrograd, tetapi tidak pernah mengenai system limfe alat kelamin.
5) Klasifikasi
Filariasisi / elephantiasis dibedakan menjadi 2 macam menurut masa
pertumbuhan parasit dalam tubuh manusia, yaitu:
1. Filariasis wuchereria bancrofti
2. Filariasis brugia malayi dan brugia timori
6) Pencegahan
Cara untuk mencegah penyakit kaki gajah dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya adalah:
Pembedahan
Elefantiasis membutuhkan tindakan pembedahan.
8) Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Keluhan utama
2. Diagnosa keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain:
3. Perencanaan
Kaji suhu tubuh pasien, bila diperlukan lakukan observasi ketat untuk
mengetahui perubahan suhu klien
R/ mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
R/ Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
Dx 3
Gangguan
citra
tubuh
berhubungan
dengan
perubahan
pada
penampilan.
Tujuan : klien bisa memahami perubahan penampilan tubunya.
Kriteria hasil : klien tampak tenang, dan lebih percaya diri.
Rencana tindakan :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limfangitis merupakan infeksi pembuluh limfe yang mengaliri suatu lokus
inflamasi. Kerap kali (tidak selalu), disebabkan oleh streptococcus betahemolyticus. Limfadenitis Tuberkulosis, suatu peradangan pada satu atau lebih
kelenjar getah bening. Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkolosis luar.
Limfedema adalah disebabkan oleh obstruksi dan dilatasi pembuluh limfe
dengan akumulasi cairan interstisial di tempat yang dialiri oleh pembuluh limfe
bersangkutan. Penyebab obstruksi yang paling sering ditemukan adalah
keganasan,
reseksi
limfonodi
regional,
fibrosis
pasca-radiasi,
filariasis,
Demikian
mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan
bagi semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
menyebabkan kekurang sempurnaan dalam makalah asuhan keperawatan ini,
baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan-perbaikan selanjutnya agar asuhan keperawatan selanjutnya dapat
lebih baik.
Untuk
menunjang
perkuliahan
Keperawatan
Kardiovaskuler
III,
DAFTAR PUSTAKA
1) Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah
Kariasa I Made, EGC, Jakarta
2) Brunner / Suddarth. ( 2000). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
3) Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ) 2007-2008.
4) Tulus Putra, Sukman dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius
Diposkan oleh Ardyan pradana di 07:03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook