Anda di halaman 1dari 62

PORTOFOLIO

ILMU KESEHEATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Nadia Khairunnisa

41171096100006

Pembimbing UIN Pembimbing Puskesmas

dr. Erika Agustianti dr. Andri Sitepu

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019

I
IDENTITAS DIRI

Nama : Nadia Khairunnisa


NIM : 41171096100006
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 4 Desember 1995
Alamat : Jl. Bukit Raya Blok B2 no.7, Ciputat Timur
Program studi : Profesi Kedokteran
Angkatan : 2014
Rotasi klinik : Ilmu Kedokteran Komunitas
Periode : 26 Agustus – 28 September 2019

Jakarta, September 2019

Nadia Khairunnisa

II
DAFTAR ISI

IDENTITAS DIRI .............................................................................................. II
DAFTAR ISI ..................................................................................................... III
RESUME PASIEN .............................................................................................. 1
KEGIATAN INTERNAL .................................................................................... 2
Poli Tuberkulosis ............................................................................................. 2
Farmasi .......................................................................................................... 16
KEGIATAN EKSTERNAL .............................................................................. 24
Puskesmas Keliling ........................................................................................ 24
Posyandu ........................................................................................................ 31
MINI - CEX ...................................................................................................... 50
PENYULUHAN PESANTREN......................................................................... 39

III
RESUME PASIEN

Nama Jenis Fokus


Kegiatan Usia Diagnosis
Pasien Kelamin Refleksi

Poli TB Tn. A 31 tahun L TB Paru

Konjungtivitis
Farmasi An. M 1 bulan L
Bakterial

Imunisasi
Puskesmas Murid SD Campak dan
6-8 tahun L/P
Keliling kelas 1-3 Pemeriksaan
Kesehatan

Ibu hamil
& bayi/
ANC,
Posyandu balita di Beragam L/P
Imunisasi
posyandu
kecapi

Diare akut
Mini-cex Ny. SA 29 tahun P dengan
dehidrasi

Kader Penyuluhan
santri dan kesehatan
16-18
Pesantren santriwati L/P reproduksi &
tahun
ponpes NAPZA,
Tarmub Evaluasi

1
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama Kegiatan : Poli Tuberkulosis

Tempat : Puskesmas Pasir Nangka

Hari, tanggal : Senin, 2 September 2019

1. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Senini, 2 September 2019 saya mendapat giliran untuk
bertugas di poli TB (tuberkulosis) di Puskesmas Pasir Nangka. Poli TB di
puskesmas tersebut buka setiap hari Senin dan Rabu. Poli dijalankan oleh
seorang perawat yang sudah dilatih untuk memegang program TB, yaitu
Ibu Linda. Beliau bertanggung jawab terhadap semua program TB dan
kusta di Puskesmas Pasir Nangka.
Poli TB terletak di bagian belakang puskesmas, bersebelahan dengan
laboratorium dan balai pengobatan umum. Di poli TB terdapat satu buah
meja tulis dengan 2 buah kursi, satu buah meja yang diatasnya terdapat file-
file yang berisikan data-data pasien TB sejak tahun 2016-sekarang yang
dibagi berdasarkan triwulan, satu buah lemari penyimpanan obat KDT
yang sudah sesuai dengan data pasien, satu buah kipas angin, satu buah
wahstafel lengkap dengan sabun cuci tangan dan tissue dan satu buah
timbangan. Di dinding poli TB ditempel mengenai SOP tuberkulosis dan
kusta, capaian program tuberkulosis dan kusta, serta poster-poster edukasi
mengenai tuberkulosis dan kusta.
Saya memanggil seorang pasien, Tn. A usia 31 tahun. Saya melakukan
anamnesis dengan beliau, beliau datang dengan keluhan batuk darah sejak
2 bulan sebelumnya. Darah keluar setiap kali batuk, berwarna kemerahan
disertai dahak. Darah yang keluar setiap batuk sekitar 1-2 sendok teh.

2
Batuk sebenarnya sudah dialami sejak 2 tahun terakhir. Batuk berdahak,
dahak berwarna kuning kehijauan. Pasien sudah mencoba meminum obat
batuk yang dibelinya di warung namun tidak membaik. Sejak saat itu
pasien sering demam terutama malam hari dan membaik sementara setelah
pasien minum obat demam dari warung. Saat tidur malam pasien sering
berkeringat sehingga bajunya basah. Nafsu makan menurun, penurunan
berat badan sejak 2 tahun lalu sampai sekarang 2 kg. Selain batuk, pasien
juga mengeluh sesak yang dirasakan setelah batuk-batuk hebat. 2 tahun lalu
pasien berobat ke Puskesmas Cisoka, diperiksa foto rontgen dada yang
hasilnya menunjukan kemungkinan TB paru, lalu pasien dianjurkan cek
dahak. Saat itu hasil cek dahak pasien pagi dan sewaktu keduanya negatif,
sehingga pasien berpikir sendiri bahwa ta tidak sakit TB. Pasien lalu tidak
kembali datang ke Puskesmas Cisoka dan ia tidak menjalani pengobatan
TB.
Selama 2 tahun, batuk pasien tidak sembuh, 2 bulan terakhir batuk
semakin memberat dan pasien mulai batuk darah. 1 minggu yang lalu
pasien datang ke puskesmas yang berbeda, yaitu Puskesmas Pasir Nangka
dan dianjurkan cek rontgen dada dan juga pemeriksaan dahak pagi dan
sewaktu. Pada hari Senin, 2 September 2019 pasien membawa hasil
rontgen dada yang menunjukan gambaran infiltrat pada kedua lapang paru
yang menggambarkan TB paru, namun pemeriksaan dahak belum
dilakukan. Pasien mengatakan kalau sejak 2 tahun lalu tetangga depan
rumahnya menderita penyakit paru dan menjalani pengobatan selama 6
bulan, sekarang sudah selesai berobat. Tinggal bersama istri dan seorang
anaknya, tidak ada keluhan serupa pada keluarga pasien. Pasien tinggal di
wilayah padat penduduk, ventilasi dirumah dan pencahayaan baik. Riwayat
merokok sejak 5 tahun lalu. Pasien sekarang bekerja sebagai buruh pabrik.
Selama sakit pasien tetap bekerja di pabrik tanpa menggunakan masker.
Karena tidak ada bed untuk pemeriksaan fisik di poli TB maka
pemeriksaan fisik saya lakukan dengan posisi pasien duduk. Pasien datang
menggunakan masker, tampak sesak dengan retraksi otot bantu napas
intercostal. Kedua konjungtiva pasien tidak anemis. Pada pemeriksaan

3
paru didapatkan vocal fremitus meningkat, ekspansi dada normal, suara
napas vesikuler menurun di kedua lapang paru dengan rhonki (+/+) di
apeks paru. Kemudian saya menganjurkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan dahak sewaktu-pagi (SP), saya juga menjelaskan tatacara
mengeluarkan dahak.
Setelah itu saya mengedukasi pasien mengenai etika batuk dan bersin,
menganjurkan pasien untuk selalu memakai masker, membawa anggota
keluarga dirumah ke puskesmas untuk diperiksa dan menjelaskan
mengenai pengobatan TB dimana penting sekali kepatuhan pasien dalam
pengobatan yang minimal dilakukan selama 6 bulan. Serta saya juga
mengagendakan pertemuan dengan pasien pada hari Rabu, 4 September
2019 untuk melihat hasil pemeriksaan dahak lalu menentukan terapi.

Resume

Pasien laki-laki, Tn. A usia 31 tahun datang ke poli TB Puskesmas Pasir


Nangka dengan keluhan batuk darah sejak 2 bulan lalu. Batuk dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu kemudian memberat, dahak (+) warna kuning
kehijauan. Sejak 2 tahun yang lalu demam (+) terutama malam, keringat
(+) saat tidur malam, nafsu makan menurun (+), penurunan berat badan (+)
2 kg. Riwayat pengobatan TB (OAT) (-). Riwayat kontak dengan penderita
TB (+). Keluhan serupa pada anggota keluarga (-). Pasien tinggal di
wilayah padat penduduk, ventilasi dirumah dan pencahayaan baik. Riwayat
merokok (+) sejak 5 tahun lalu. Hasil pemeriksaan fisik retraksi intercostal
(+), pemeriksaan paru vocal fremitus meningkat, ekspansi dada normal,
suara napas vesikuler menurun di kedua lapang paru dengan rhonki (+/+)
di apeks paru. Hasil rontgen thorax TB paru aktif.

B. Nomor Rekam Medik : 0019808

C. Diagnosis : A16.1 TB Paru Kasus Baru

4
D. Diagnosis Holistik
• Aspek Personal
Pasien datang dengan keluhan batuk darah sejak 2 bulan lalu. Pasien
khawatir menderita TBC.
• Aspek Klinis
TB Paru Kasus Baru.
• Aspek Internal
Laki-laki usia 31 tahun, riwayat merokok.
• Aspek Eksternal
Tinggal di daerah padat penduduk, riwayat kontak dengan penderita TB
di lingkungan rumah, bekerja di pabrik.
• Aspek Sosial
Kategori 1 : Mandiri, dapat beraktivitas di dalam dan di luar rumah.

E. Tatalaksana
Non Medikamentosa
- Edukasi saat batuk dan menganjurkan memakai masker
- Menyarankan membawa anggota keluarga dirumah ke puskesmas
untuk diperiksa
- Menganjurkan pemeriksaan sputum pagi dan sewaktu serta
pemeriksaan lab darah
Medikamentosa
- OAT KDT Kategori I 2(HRZE)/4(HR)3 3 tablet KDT/kali minum
- Vitamin B6 1x1

2. Laporan Refleksi Kegiatan


A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah saya
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai dan mengarah ke
TB paru berdasarkan keluhan utama pasien, sehingga saya dapat
mendiagnosis pasien saya sebagai suspek TB paru. Anamnesis yang saya
dapatkan sesuai dengan literatur pedoman TB nasional, tahap awal

5
penemuan TB melalui anamnesis adalah batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan1.
Saya masih mendiagnosis pasien saya suspek TB paru karena pasien
baru terkonfirmasi secara radiologis melalui foto thorax dan belum
terkonfirmasi secara bakteriologis, maka saya menganjurkan pasien saya
untuk pemeriksaan dahak pagi dan sewaktu. Hal ini sesuai sengan
diagnosis TB paru untuk orang dewasa, penegakan diagnosis TB paru harus
ditegakan dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan dan tes cepat. Apabila pemeriksaan
bakteriologis hasilnya negatif, maka diagnosis TB paru dapat ditegakan
secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
setidaknya foto thorax yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang terlatih
TB1. Anjuran pemeriksaan dahak yang saya lakukan sudah sesuai
dengan literatur, menurut permenkes No. 67 tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis2, pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yaitu
sewaktu-pagi (SP) :
a. Sewaktu (S) : dahak ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan
b. Pagi (P) : dahak ditampung pada pagi hari setelah bangun tidur

Namun, anjuran pemeriksaan dahak menurut permenkes dengan


pedoman penatakansanaan TB nasional terdapat perbedaan. Menurut
pedoman penatalaksanaan TB nasional adalah pemeriksaan tiga contoh uji
dahak yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)1 :

a. Sewaktu (S) : dahak ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan


b. Pagi (P) : dahak ditampung pada pagi hari setelah bangun tidur
c. Sewaktu (S) : dahak ditampung di faskes saat hari penyerahan
spesimen dahak

6
Selain itu terdapat pemeriksaan untuk konfirmasi bakteriologis
lainnya yaitu GeneXpert (Xpert MTB) dan IGRA. Gene expert adalah
pemeriksaan molekuler yang menggunakan metode Real Time Polymerase
Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi kuantitatif yang menargetkan gen
rpoB pada M. tuberkulosis. Sampel yang digunakan adalah sputum. Waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan sekitar 2 jam3.
Sedangkan IGRA (IFN Gamma Release Assay) untuk mendeteksi infeksi
M. tuberculosis dalam tubuh dengan sampel pemeriksaan berupa darah.
IGRA bekerja dengean cara mengukur imunitas selular atau sel T terhadap
infeksi TB.

Kemudian saya juga menganjurkan istri dan anak pasien untuk


datang kembali ke poli TB puskesmas Pasir Nangka untuk juga melakukan
pemeriksaan, istri pasien dilakukan pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-
sewaktu dan anak pasien yang masih 3 tahun dilakukan pemeriksaan
Mantoux. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa diagnosis
TB anak dilakukan dengan memadukan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang lain yang sesuai disertai adanaya riwayat kontak erat dengan
pasien. Selanjutnya perlu dibuktikan apakah anak telah tertular kuman TB
dengan melakukan uji tuberculin1. Uji tuberkulin yang positif menandakan
adanya reaksi hipersensitivitas terhadap antigen (tuberkuloprotein), namun
hasil tuberkulin positif berlum tentu berarti anak tersebut menderita sakit
TB. Selain itu, diagnosis TB pada anak juga dapat dilakukan dengan sistem
skoring.

7
Gambar 1. Skoring TB pada Anak

Pada akhir pertemuan, saya melakukan edukasi pada pasien


mengenai etika batuk dan menganjurkan penggunaan masker. Saat batuk
dianjurkan menutup mulut dengan lengan atas atau tissue. Selain itu masker
juga sangat dianjurkan dipakai oleh penderita, bukan oleh orang lain
disekitar pasien. hal ini dilakukan agar meminimalisir transmisi serta
penularan M.tuberculosis ke orang lain untuk pengendalian TB4.

Tindakan yang saya rasa masih kurang adalah saya melakukan


pemeriksaan pasien dalam kondisi duduk, padahal secara etika nya
seharusnya dilakukan dengan pasien berbaring di bed. Selain itu saya juga
terlewat untuk melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) leher
saja. Karena berdasarkan literatur, adanya pembesaran KGB dapat
mengindikasikan TB kelenjar. TB kelenjar memiliki gejala klinis berupa
pembesaran KGB multipel, diameter 1 cm atau lebih, konsistensi kenyal,
tidak nyeri dan kadang saling melekat atau konfluens1. Saya juga belum
memberikan edukasi mengenai komplikasi TB apabila tidak diobati lebih

8
lanjut, manfaat pengobatan serta pencegahan penularan TB di tempat
kerjanya yaitu di pabrik.

B. Nilai profesionalisme/agama yang terkait


Dalam menyampaikan hal mengenai penyakit pasien dan
memberikan edukasi, diperlukan cara komunikasi yang baik. Apabila
komunikasi dilakukan dengan baik, pasien akan mengerti penyakitnya
dengan baik dan dapat melakukan hal-hal yang menunjang kesembuhan
dirinya serta pencegahan penyakit bagi orang-orang disekitarnya. Hal ini
sesuai dengan prinsip five stars doctor yaitu communicator.
Khususnya pada kasus TB, kasus ini merupakan penyakit menular
dan membutuhkan kepatuhan dalam pengobatannya. Oleh karena itu,
edukasi yang diberikan harus baik, efektif dan mudah dipahami oleh pasien
agar pengobatan dapat dilakukan tuntas dan meminimalisir penularan.
Pasien juga harus semangat dalam berikhtiar demi kesembuhannya. Seperti
yang dikatakan hadist “Tidaklah seorang mukmin tidak tertimpa
penderitaan berupa penyakit atau perkara lainya, kecuali Allah hapuskan
dengannya dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)5. Dan sesungguhnya penyakit itu dari Allah,
Dia-lah yang akan menyembuhkannya, “dan apabila aku sakit, Dialah
yang menyembuhkan aku” (Q.S As-Syuara : 80)6, maka sebagai mukmin
harus selalu semangat, ikhlas, sabar dan selalu berdoa serta gencar
berikhtiar pada saat kita sakit.

C. Hal yang harus saya pelajari lebih lanjut


Saya masih harus mempelajari alur diagnosis TB yang terkini pada
anak dan dewasa serta edukasinya. Hal ini dikarenakan kasus TB di
Indonesia masih sangat tinggi, sehingga sangat besar kemungkinan kita
nanti untuk menemui pasien TB selama praktek saat menjadi dokter nanti.
Ketepatan diagnosis pasien sangat penting untuk penatalaksanaan TB.

9
Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional
pengendalian tuberkulosis. 2014.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan
tuberkulosis. 2016
3. Kurniawan, Eka. et al. Nilai Diagnostik Metode “Real Time” PCR
GeneXpert pada Penderita TB Paru BTA Negatif. 2016.
4. WHO. WHO guideline on tuberculosis infection prevention and control.
2019.
5. Al-Bayan. 2010. Shahih bukhari muslim. Bandung: Jabal.
6. M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. 2017

10
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustianti TTD

dr. Andri Sitepu TTD

11
LAMPIRAN

Gambar 1. Kegiatan di Poli TB Gambar 2. Rekam Medik pasien

Gambar 3. Rontgen Thorax pasien Gambar 4. Ekspertise rontgen thorax pasien

12
LAMPIRAN

COPY REKAM MEDIS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 31 tahun
Alamat : Tegalsari, Tigaraksa
Pekerjaan : Buruh pabrik
No. RM : 0019808

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Batuk darah sejak 2 bulan sebelum ke pusesmas.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan batuk darah sejak 2 bulan sebelumnya.
Darah keluar setiap kali batuk, berwarna kemerahan disertai dahak. Darah
yang keluar setiap batuk sekitar 1-2 sendok teh. Batuk sebenarnya sudah
dialami sejak 2 tahun terakhir. Batuk berdahak, dahak berwarna kuning
kehijauan. Pasien sudah mencoba meminum obat batuk yang dibelinya di
warung namun tidak membaik. Sejak saat itu pasien sering demam
terutama malam hari dan membaik sementara setelah pasien minum obat
demam dari warung. Saat tidur malam pasien sering berkeringat sehingga
bajunya basah. Nafsu makan menurun, penurunan berat badan sejak 2
tahun lalu sampai sekarang 2 kg. Selain batuk, pasien juga mengeluh sesak
yang dirasakan setelah batuk-batuk hebat.
Selama 2 tahun, batuk pasien tidak sembuh, 2 bulan terakhir batuk
semakin memberat dan pasien mulai batuk darah. 1 minggu yang lalu
pasien datang ke puskesmas yang berbeda, yaitu Puskesmas Pasir Nangka
dan dianjurkan cek rontgen dada dan juga pemeriksaan dahak pagi dan
sewaktu. Pada hari Senin, 2 September 2019 pasien membawa hasil
rontgen dada yang menunjukan gambaran infiltrat pada kedua lapang paru

13
yang menggambarkan TB paru, namun pemeriksaan dahak belum
dilakukan. Pasien mengatakan kalau sejak 2 tahun lalu tetangga depan
rumahnya menderita penyakit paru dan menjalani pengobatan selama 6
bulan, sekarang sudah selesai berobat.

Riwayat Penyakit Dahulu


2 tahun lalu pasien memiliki keluhan serupa yaitu batuk berdahak lebih
dari 2 minggu, disertai sesak, demam saat malam, tidak nafsu makan dan
penurunan berat badan. Ia berobat ke Puskesmas Cisoka, diperiksa foto
rontgen dada yang hasilnya menunjukan kemungkinan TB paru, lalu pasien
dianjurkan cek dahak. Saat itu hasil cek dahak pasien pagi dan sewaktu
keduanya negatif, sehingga pasien berpikir sendiri bahwa ta tidak sakit TB.
Pasien lalu tidak kembali datang ke Puskesmas Cisoka dan ia tidak
menjalani pengobatan TB. Pasien memiliki kebiasaan merokok 3-4 batang
perhari sejak SMA, namun sejak 2 tahun lalu karena sesak napas, pasien
mengurang rokoknya menjadi 1-2 batang/hari. Riwayat konsumsi alkohol,
penggunaan jarum suntik dan obat terlarang disangkal. Riwayat penyakit
darah tinggi, kencing manis dan alergi obat maupun makanan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan batuk lama pada keluarga disangkal. Riwayat pengobatan paru
pada keluarga disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat pada keluarga
disangkal. Riwayat sakit darah tinggi dan kencing manis pada keluarga
disangkal.

Riwayat Personal dan Sosial


Pasien tinggal bersama istri dan seorang anaknya, tidak ada keluhan
serupa pada keluarga pasien. Pasien tinggal di wilayah padat penduduk,
ventilasi dirumah dan pencahayaan baik. Riwayat merokok sejak 5 tahun
lalu. Pasien sekarang bekerja sebagai buruh pabrik. Selama sakit pasien
tetap bekerja di pabrik tanpa menggunakan masker.

14
III. PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : Compos mentis
• Keadaan umum : Tampak sesak
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Frekuensi nadi : 96x/menit
• Frekuensi napas : 22x/menit
• Suhu : 37.0oC
• BB/TB : 51kg / 168 cm
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (+)
• Mulut : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
• Paru
I : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (+)
P : Pelebaran sela iga (-), vocal fremitus meningkat simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Vesikuler menurun pada kedua lapang paru, rhonki (+/+) pada
apeks paru, wheezing (-/-)
• Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS 5 1 jari medial linea midclavicula sinistra
P : Batas jantung dalam batas normal
A : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
I : Datar, simetris
A : BU (+) normal
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
• Ekstremitas :
Akral hangat, edema ekstremitas atas bawah (-/-), CRT <2 detik

15
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA INTERNAL FARMASI

Nama Kegiatan : Farmasi

Tempat : Puskesmas Pasir Nangka

Hari, tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

3. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Saya bertugas di bagian farmasi Puskesmas Pasir Nangka pada hari
Kamis, 29 Agustus 2019. Bagian farmasi terletak di sisi kiri bagian depan
puskesmas. Ruang farmasi berukuran sekitar 3 x 5 m2 yang didalamnya
terdapat 4 buah lemari sebagai penyimpanan obat, 4 buah meja, 5 buah
kursi dan 1 buah kulkas sebagai penyimpanan obat-obat supositoria. Pada
ruang tersebut terdapat 2 buah jendela bertralis yang digunakan sebagai
loket pengumpulan resep dan penyerahan obat. Bagian farmasi di
Puskesmas Pasir Nangka berada dalam pengawasan seorang asisten
apoteker yaitu Bu Lilis. Petugas farmasi yang berjaga disana ada 2 orang
bidan dan 3 orang mahasiswa SMK farmasi yang sedang magang.
Pasien yang sudah diperiksa dan mendapatkan resep baik dari poli BP
Umum, Bagian Anak, Bagian Gigi dan KIA akan mengumpulkan resep di
sebuah keranjang tempat pengumpulan resep yang diletakkan di jendela
bagian farmasi kemudian pasien menunggu obat disiapkan. Sebelum
menyiapkan obat-obatan, petugas farmasi mengecek ketersediaan obat,
jenis sediaan yang tersedia, dosis dan berapa banyak pemberiannya lalu
dicocokkan dengan usia pasien. Apabila ada hal yang dirasa
membingungkan atau kurang sesuai, petugas farmasi akan mengkonfirmasi

16
kembali ke dokter/petugas yang membuat resep dengan mendatangi poli
yang bersangkutan.
Obat-obatan sesuai resep akan diambil oleh petugas di bagian farmasi
dan diberi etiket obat yang ditulis menggunakan spidol. Untuk obat sirup,
etiket dicantumkan di kertas kecil yang ditempelkan ke botol obat,
sedangkan untuk obat tablet dan kapsul etiket dituliskan di plastik obat.
Etiket yang ditulis meliputi nama pasien, cara penggunaan dan kegunaan
obat. Setelah obat-obatan siap, petugas farmasi akan memanggil nama
pasien melalui jendela kecil. Selanjutnya petugas farmasi menanyakan
nama lengkap pasien, tanggal lahir, usia dan alamat pasien yang bertujuan
untuk mengkonfirmasi apakah sudah sesuai antara pasien dengan obat
sesuai resep yang diberikan. Sambil memberikan obat, petugas farmasi
mengedukasi mengenai berapa banyak obat yang diberikan, apa saja nama
obatnya, dosis dan cara penggunaan obat dan memberikan pasien bertanya
apakah masih ada hal yang ingin ditanyakan mengenai obatnya. Setelah
pasien memahami cara penggunaan obat, pasien diminta untuk tanda
tangan di belakang resep sebagai bukti bahwa resep telah diambil dan
sudah dilakukan edukasi.
Di bagian farmasi saya bertugas menyiapkan resep, membuat obat
puyer dan mengedukasi pasien. Tak lupa juga saya melihat jenis dan
sediaan obat yang ada di puskesmas. Saat saya bertugas, saya mendapatkan
sebuah resep atas nama An. M usia 1 bulan. Saya melihat pasien sedang
digendong oleh ayahnya, mata sebelah kanan pasien merah dan berair.
Pasien mejuga tampak rewel. Saya melakukan anamnesis singkat kepada
ayah pasien mengenai keluhan anaknya, ayah pasien menjelaskan bahwa
mata sebelah kanan anaknya mulai merah dan berair sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan mata merah dan berair hanya pada mata kanan, mata kiri tidak ada
keluhan. Keluhan terjadi saat bangun tidur, mata kanan pasien lengket dan
sulit dibuka, banyak kotoran pada mata pasien yang kemudian dibersihkan
dengan sapu tangan oleh ibu pasien. Kotoran mata hilang, mata kembali
bisa dibuka namun menjadi merah dan berair. Pasien menjadi rewel dan

17
selalu menangis. Pasien tidak demam, mata pasien juga tidak bengkak.
Mengenai penyebab mata merah, ayah pasien tidak mengetahuinya.
Pasien diberi resep gentamisin salep mata untuk pemakaian luar mata.
Saya mencari obat tersebut di lemari bagian obat topikal, namun tidak ada.
Sayapun bertanya ke asisten farmasi yang bertugas, ternyata memang tidak
tersedia gentamisin salep mata di puskesmas. Kemudian pihak farmasi
mengkonfirmasi ke dokter di bagian poli anak kalau gentamisin sediaan
salep mata tidak tersedia di puskesmas, yang ada adalah kloramfenikol
salep mata. Dokter mengganti resep menjadi kloramfenikol salep mata.
Penggantian obat dilakukan dokter dengan mencoret nama obat. Setelah itu
saya memanggil nama pasien yang tercantum pada resep, menanyakan
nama panjang, usia dan alamat pasien lalu menjelaskan obat dan cara
pemakaiannya. Berdasarkan kejadian tersebut saya merasa penting bagi
seorang dokter untuk mengetahui obat apa saja yang tersedia di tempat ia
bekerja (baik faskes tingkat 1, 2 atau 3).

B. Nomor Rekam Medik : 0018885

C. Diagnosis : Konjungtivitis Bakterial OD

D. Tatalaksana
Non medikamentosa
• Bila ada kotoran mata, bersihkan mata kanan dengan air hangat yang
matang menggunakan kassa steril / sapu tangan bersih yang baru dicuci
• Orang tua harus cuci tangan bila akan mengusap atau membersihkan
mata anak

Medikamentosa
• Kloramfenikol 1% salep mata 4 x 1 pada mata kanan

R/ Kloramfenikol 1% eye ointment 5 gr Tube No. I


ò 4 dd applik OD

18
4. Laporan Refleksi Kegiatan
A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah saat
pertama kali melihat resep, saya mengkaji komponen resep apakah
penulisannya sudah sesuai. Berdasarkan literatur, penulisan resep diatur
dalam Permenkes No. 26/Menkes/Per/I/I/1984 yang menyebutkan bahwa
resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Kepmenkes No.
280/Menkes/SK/V/1984 menyebutkan bahwa pada resep harus
mencantumkan: (1) Nama dan alamat penulis resep, serta nomer izin
praktek (2) Tanggal penulisan resep (3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap
penulisan resep (4) Dibelakang lambang R/ harus ditulis nama setiap obat
atau komposisi obat (5) Tanda tangan atau paraf penulis resep (6) Identitas
pasien berupa nama, usia dan jenis kelamin pasien1. Menurut literatur
lainnya komponen resep terdiri dari incriptio, invocation, prescribtio,
signature, subcriptio dan pro2. Pada kasus ini, penulisan resep masih
kurang lengkap, karena pada resep tidak dicantumkan nama penulis resep,
tanggal penulisan resep, jumlah obat yang ingin diberikan serta dosis
pemakaian obat dan paraf/tanda tangan penulis resep. Selain itu saya juga
mengecek ketersediaan obat gentamisin salep mata di Formularium
Nasional (Fornas), menurut Fornas gentamisin salep mata memang hanya
ada mulai ada di fasilitas kesehatan tingkat 2. Untuk di fasilitas ksehatan
tingkat 1 hanya tersedia kloramfenikol salep mata 1% 3.

19
Gambar 1. Daftar obat topikal mata berdasarkan Fornas

Saya juga sudah meninjau kembali obat yang diberikan apakah tepat
untuk pasien. Hal yang penting diperhatikan dalam pemberian resep adalah
7T yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat waktu pemberian, tepat obat, tepat
dosis, tepat turan pakai (label) dan tepat rute pemberian4. Dalam kasus ini
pemberian obat sudah tepat. Selain itu saya juga sudah menjelaskan dan
mengedukasi pasien mengenai obat dan cara pemakaiannya.

B. Nilai Profesionalisme/agama yang Terkait Kasus


Allah SWT berfirman dalam Al-Quran :

‫ﺖ ﻓَﮭَُﻮ َﯾْﺸﻔِْﯿِﻦ‬
ُ ‫ﺿ‬
ْ ‫َو إَِذا َﻣِﺮ‬
“Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku”
Q.S Asy-Syuara : 80.
Allah menciptakan obat untuk segala penyakit. Manusia berobat
dengan seorang dokter. Dokter adalah manusia ciptaan Allah, manusia
hanyalah hamba Allah yang tidak berdaya apa-apa. Sebagai seorang dokter,
kita hanyalah perantara yang diamanahkan oleh Allah dengan ilmu yang
Dia berikan untuk menolong sesama. Maka sebagai seorang dokter
handaknya untuk senantiasa mengingatkan pasien kita selain berikhtiar
penting juga untuk selalu berdoa dan memohon kesembuhan kepada Allah
SWT. Karena hanya Allah lah yang dapat menyembuhkan5.

C. Hal yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut


Saya perlu lebih banyak berlatih dalam menulis resep agar terbiasa
menulis resep dengan benar dan lengkap sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan resep. Selain itu saya juga harus lebih menghafalkan kembali
jenis obat, sediaannya serta dosisnya. Saya juga harus mengetahui
ketersedian obat khususnya di fasilitas kesehatan tingkat 1. Dan yang
paling menting menurut saya adalah ketelitian dalam penulisan resep agar
tidak terjadi kesalahan pada pemberian resep dan menjaga rasionalitas
terapi yang diberikan.

20
Daftar Pustaka

1. Rahmawati, Fita dan R.A Oetari. Kajian Penulisan Resep. Majalah Farmasi
Indonesia, 13(2), 86-94. 2002
2. Jas A. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi ke-2.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press. 2009
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Formularium Nasional. 2016
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tanggung Jawab Apoteker
Terhadap Keselamatan Pasien. 2008
5. Al-Quran dan Terjemahnya. 2009. Jakarta: Pustaka Al-Fatih

21
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustianti TTD

dr. Andri Sitepu TTD

22
LAMPIRAN

Gambar 1 dan Gambar 2. Resep pasien

Gambar 3. Pemanggilan pasien untuk


memberikan obat dan edukasi

23
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama Kegiatan : Puskesmas Keliling – Bulan Imunisasi Anak Sekolah

Tempat : SD Islam Daar el Khaer

Hari, tanggal : Selasa, 3 September 2019

1. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Salah satu program eksternal yang diadakan oleh puskesmas Pasir
Nangka adalah bulan imunisasi anak sekolah (BIAS). BIAS yang
dilaksanakan pada bulan Agustus ini adalah imunisasi campak dan
sasarannya yaitu siswa dan siswi sekolah dasar (SD) yang ada diwilayah
kerja puskesmas Pasir Nangka. Jumlah sekolah dasar yang ada disekitar
puskesmas Pasir Nangka sebanyak 36 sekolah. Selain BIAS, dilaksanakan
juga penjaringan kesehatan. Pada penjaringan tersebut dilakukan
pemeriksaan kesehatan telinga, gigi dan kuku. Setelah dilakukan
pemeriksaan akan dilakukan pencatatan dan pemberitahuan ke orang tua
murid mengenai saran kesehatan yang dianjurkan dokter.
Pada hari Selasa, 3 September 2019 saya bersama dua orang bidan dari
puskesmas Pasir Nangka mengikuti kegiatan BIAS dan penjaringan ke SD
Islam Daar el Khaer di daerah Pasir Nangka. Kegiatan dilakukan mulai dari
jam 08.00 sampai 11.00. Terdapat 23 siswa dan siswi kelas 1 SD yang akan
dilakukan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi campak, sedangkan untuk
siswa dan siswi kelas 2 dan kelas 3 SD, mereka hanya dilakukan
pemeriksaan kesehatan (penjaringan). Kegiatan dilaksanakan di kelas
masing-masing didampingi wali kelas. Saya dan kedua bidan puskesmas
duduk di depan kelas kemudian anak-anak dipanggil satu persatu kedepan
kelas untuk diperiksa dan disuntik.

24
Saya bertugas memeriksa kesehatan siswa dan siswi kelas 1, 2 dan 3
SD dan juga menyuntikan vaksin campak ke siswa-siswi kelas 1 SD.
Kegiatan yang pertama dilakukakan adalah pemeriksaan kesehatan. Saya
memeriksa satu-persatu kuku mereka, apakah kukunya panjang dan perlu
dipotong dan juga kebersihan sela-sela kuku. Kebanyakan dari mereka
memiliki kuku tangan yang rapih, sudah terpotong pendek dan sela-sela
kuku bersih walaupun ada beberapa anak yang memiliki kuku tangan yang
panjang dan sela-sela kuku yang kotor. Kemudian saya memeriksa gigi
mereka, melihat apakah ada gigi yang berlubang atau tanggal. Apabila gigi
mereka ada yang berlubang saya menanyakan apakah pernah sakit gigi dan
apakah rajin menggosok gigi dua kali sehari. Kebanyakan dari murid-murid
tersebut memiliki gigi berlubang dan sebagian ada yang tanggal.
Pemeriksaan yang terakhir adalah pemeriksaan telinga. Saya memeriksa
liang telinga mereka, melihat apakah terdapat serumen atau tidak.
Kebanyakan dari mereka memiliki serumen pada telinga mereka,
konsistensinya rata-rata lunak. Tidak ada yang memiliki masalah serumen
probe. Saat itu, saya tidak membawa senter, sehingga terpaksa
menggunakan senter telefon seluler.
Setelah pemeriksaan kesehatan, khusus untuk murid kelas 1 SD
dilakukan imunisasi campak. Vaksin yang diberikan sebanyak 0.5 ml
menggunakan spuit ukuran 1 cc yang sudah disiapkan dan disimpan di
cooler box. Saat akan melakukan penyuntikan, saya menggunakan
handscoen pada kedua tangan. Murid yang sudah dipanggil namanya lalu
bersiap disuntik, baju dibuka bagian lengan. Kapas yang dibasahi air hangat
diusapkan di daerah yang akan diinjeksi. Saya menyuntikan vaksin campak
di regio deltoid secara subkutan dengan mencubit lengan atas anak yang
akan disuntik, sudut jarum sebesar 45 derajat. Setelah itu saya melakukan
aspirasi untuk memastikan injeksi tidak masuk ke pembuluh darah, baru
setelah itu saya suntikan vaksinnya. Sebelum menarik keluar jarum suntik,
kapas saya siapkan didekat jarum untuk menekan lokasi injeksi. Saat sudah
selesai, suntikan bekas pakai saya buang ke kotak kuning khusus sampah
medik tajam yang disediakan dari puskesmas.

25
2. Laporan Refleksi Kegiatan
A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Kegiatan imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan1. Imunisasi diberikan
berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan, di Indonesia jadwal imunisasi
direkomendasikan oleh IDAI. Karena imunisasi yang diberikan saat bayi
belum cukup untuk melindungi terhadap peneyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, maka pemerintah mengeatur penyelenggaraan BIAS
berdasarkan Keputusan Kemenkes RI No. 1059/Menkes/SK/IX/2004.
Sasaran BIAS adalah seluruh anak-anak usia SD kelas 1, 2 dan 3 diseluruh
Indonesia. Sementara, jadwal pelaksanaan BIAS pada bulan Agustus
adalah imunisasi campak. Vaksin campak diberikan pada anak kelas 1 SD
atau sederajat. Pemberian vaksin ini merupakan imunisasi ulang atau
booster untuk meningkatkan kekebalalan tubuh sehingga dapat
memutuskan mata rantai penularan terhadap penyakit campak2.
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah sebelum
pelaksanaan BIAS saya sudah melakukan sebagian besar persiapan sesuai
dengan petunjuk teknis imunisasi MR yang disusun oleh WHO. Disebitkan
bahwa persiapan vaksin dan logistik imunisasi MR meliputi Auto-disable
Syringe atau ADS 0.5 ml, ADS 5 ml, safety box, kapas, formulir pencatatan,
anafilaktik kit, pen marker dan kantong plastik untuk limbah. Vaksin dan
pelarut disimpan di cool box dengan es pendingin agar suhu terjaga sekitar
2-8oC3.
Pelarutan vaksin saya lakukan saat sudah berada di lokasi pelaksanaan
BIAS. Pelarutan vaksin saya lakukan sudah sesuai dengan petunjuk, yaitu
melarutkan 5 ml pelarut menggunakan ADS 5 ml lalu dicampurkan ke
vaksin, setelah tercampur saya mengkocok vaksin perlahan agar tercampur
merata. Vaksin yang sudah dilarutkan langsung digunakan karena batas
waktunya hanya 6 jam. Setelah itu, saya mengambil vaksin 0.5 ml
menggunakan ADS 0.5 ml dan memasukannya kembali ke cool box sampai

26
akan menyuntikan ke siswa-siswi kelas 1 SD. Saat akan menyuntikan
vaksin, saya membersihkan daerah yang akan disuntik menggunakan kapas
yang telah dibasahi dengan air matang dan menunggunya hingga kering,
Lokasi penyuntikan di deltoid lengan kiri atas secara subkutan dengan
kemiringan 45 derajat. Setelah vaksin disuntikkan jarum ditarik keluar
sambil melakukan penekanan dengan kapas. Setelah selesai melakukan
imunisasi, saya memasukkan ADS bekas pakai ke dalam safety box lalu
dibawa kembali pulang ke puskesmas untuk dilakukan pemusnahan. Hal
yang saya lakukan ini sudah sesuai dengan petunjuk teknis dari WHO3
Tindakan yang saya rasa masih kurang adalah saya tidak menunggu
beberapa waktu untuk mengecek adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
atau KIPI. Sebenarnya vaksin MR adalah vaksin yang sangat aman, namun
tetap memiliki reaksi simpang yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Reaksi yang mungkin terjadi adalah reaksi lokal dan reaksi sistemik.
Reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi suntikan,
sedangkan reaksi sistemik berupa ruam atau rash, demam dan malaise.
Reaksi alergi berat seperti syok anafilaktik dapat terjadi pada pemberian
vaksni MR4. Seharusnya saya juga mengedukasi wali siswa kemana dapat
melapor bila terjadi KIPI dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
reaksi KIPI lokal. Selain itu saya juga tidak membawa anafilaktik kit yang
seharusnya wajib dibawa.

B. Nilai Profesionalisme/agama yang Terkait

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga kesehatan.


Hal ini dapat diamalkan salah-satunya dengan upaya preventif yang
bertujuan menghindari penyakit, salah satu tindakannya ialah dengan
melakukan imunisasi. Imunisasi adalah suatu tindakan medis untuk
membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, sehingga dengan
melakukan imunisasi dapat mencegah penyakit berat, kecacatan serta
kematian. Imunisasi juga dapat mencegah timbulnya penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah.

27
Berdasarkan hadist, Rasulullah SAW memerintahkan seseorang untuk
berobat. “Berobatlah, karena Allah tidak menjadikan penyakit kecuali
menjadikan pula obatnya, kecuali satu penyakit yaitu pikun (tua.)” H.R Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’l dan Ibnu Majah. Dan menurut kaidah fiqih yang

berbunyi ‫“ اﻟﺪﻓﻊ أوَل ﻣﻦ اﻟﺮﻓﻊ‬Mencegah lebih utama daripada


menghilangkan”.5

C. Hal yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut


Saya harus lebih teliti kembali dan memeriksa semua peralatan yang
dibutuhkan sebelum berangkat melaksanakan tugas agar tidak ada satu
peralatan dan bahan yang tertinggal, dalam hal ini adalah anafilaktik kit.
Saya juga harus lebih mempelajari tentang KIPI masing-masing vaksin
serta alur pelaporannya.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi. 2017.
2. Sundoro, Juanitasari. BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). 2011. Diakses
melalui www.bumn,go.id
3. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit KEMENKES
RI. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR). 2017.
4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Buku Ajar Imunisasi.
2014.
5. Majelis Ulama Indonesia. Fatwa MUI Tentang Imunisasi. 2016.

28
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustinati TTD

dr. Andri Sitepu TTD

29
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto setelah kegiatan BIAS di SDI Daar el Khaer

Gambar 2. Siswa-siswa setelah imunisasi

30
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama Kegiatan : Posyandu

Tempat : Posyandu Kecapi

Hari, tanggal : Senin, 9 September 2019

1. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Senin, 9 September 2019 saya bersama kedua teman saya dan
seorang bidan Puskesmas Pasir Nangka, Ibu Sidar, bertugas untuk
melakukan kegiatan eksternal puskesmas berupa posyandu. Kami
berkunjung ke tiga lokasi posyandu, salah-satunya adalah Posyandu
Kecapi. Posyandu tersebut berlokasi di Kampung Widara RT 02/RW 04
Desa Pematang, Pasir Nangka, Tigaraksa, Banten. Bangunan yang
digunakan untuk kegiatan posyandu adalah rumah kecil khusus untuk
posyandu, berukuran 4 x 4 m2 yang beralaskan lantai. Di dalam bangunan
tersebut terdapat satu buah bed untuk pemeriksaan, satu buah karpet, satu
buah timbangan digital dan satu buah timbangan dacin.
Posyandu Kecapi dikelola oleh kader posyandu yang semuanya adalah
ibu-ibu. Salah satu peran kader posyandu adalah untuk menyebarluaskan
informasi mengenai kegiatan di posyandu, kapan akan dilaksanakan
posyandu dan juga membantu dalam pencatatan peserta posyandu agar
semua terdata dengan baik. Saat saya datang, tampak posyandu sudah
ramai dengan ibu-ibu yang membawa anaknya. Ibu-ibu kader posyandu
sibuk mendata peserta posyandu, satu orang dibagian pendaftaran, satu
orang lainnya mencatat berat badan anak yang ditimbang dan satu orang
lagi membantu menimbang.

31
Kegiatan posyandu saat itu mencakup pengukuran berart badan anak
bayi dan balita, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil berupa Antenatal Care
(ANC) dan edukasi serta konseling permasalahan kesehatan ibu dan anak.
Saat pertama datang, saya dan kedua orang teman saya memperkenalkan
diri bahwa kami seorang dokter muda yang akan ikut membantu kegiatan
posyandu di hari itu. Pertama-tama saya melakukan pengukuran berat
badan bayi dan balita yang datang ke posyandu menggunakan timbangan
dacin. Bayi atau balita diposisikan tiduran/duduk di kain yang sudah
disangkutkan ke timbangan, lalu timbangan diputar dan diseimbangkan.
Bila sudah seimbang maka itulah berat anak atau balita dalam ukuran
kilogram.
Setelah melakukan pengukuran berat badan anak, saya membantu bidan
untuk melakukan imunisasi pada bayi/balita yang ingin di vaksinasi. Saya
melakukan anamnesis singkat pada ibu pasien mengenai usia anak dan
riwayat imunisasinya. Untuk riwayat imunisasinya saya memastikan
kembali dengan melihat catatan imunisasi di buku KIA milik pasien.
Imunisasi yang dilakukan di posyandu antaralain BCG, DPT, Polio, PCV
dan Campak. Kebetulan pasien yang saya anamnesis sedang akan
melakukan imunisasi DPT dan Polio (OPV). Saya mempersiapkan vaksin
DPTdengan mengambilnya menggunakan spuit 0.5 cc sekali pakai
sebanyak 0.5 cc. Penyuntikan dilakukan di paha kiri bagian lateral secara
intramuskular. Sebelum menyuntikan vaksin DPT, saya mengoleskan
bagian yang akan disuntik dengan menggunakan kapas yang sudah
dibasahi dengan air hangat. Setelah dilakukan penyuntikan vaksin DPT,
saat anak menangis, saya meneteskan OPV sebanyak 2 tetes ke mulut
pasien lalu melakukan pencatatan.
Di posyandu saya juga melakukan ANC pada ibu hamil. Saya
melakukan anamnesis dan mecatatnya dibuku KIA, mengukur tinggi
fundus uteri (TFU), melakukan pemeriksaan leopold dan memeriksa detak
jantung janin (DJJ) menggunakan doppler. Dengan kondisi ibu hamil
berbaring di bed periksa, pemeriksaan saya lakukan berurutan. Setelah

32
selesai pemeriksaan, dilakukan pencatatan di buku KIA dan ibu hamil
mendapatkan suplemen tablet tambah darah dan kalsium.

2. Laporan Refleksi Kegiatan


A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Posyandu merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat. Tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah untuk
pemberdayaan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil,
bayi dan anak balita. Posyandu memiliki kegiatan utama yang mencakup
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta
pencegahan dan penanggulangan diare. Dalam sebulan, posyandu
sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali yang waktunya disesuaikan
dengan kesepakatan antara pihak puskesmas, kader dan masyarakat1.
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah saya
sebelum melakukan penimbangan berat badan, saya kembali mengecek
timbangan dacin yang digunakan agar pengukurannya tepat. Saya juga
memastikan kain untuk menimbang bayi/balita sudah aman untuk
digunakan. Saat akan melakukan imunisasi pada bayi/balita saya selalu
mengecek buku KIA dimana catatan imunisasi tertulis di buku tersebut.
Yang saya lihat adalah jenis imunisasi yang sudah dilakukan, waktu
melakukan imunisasi tersebut dan mengkonfirmasi usia balita, sehingga
memberian vaksin sesuai dengan usianya. Acuan yang saya gunakan adalah
jadwal imunisasi anak yang dibuat oleh IDAI tahun 20172.

33
Gambar 1. Tabel Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun
Rekomendasi IDAI

ANC atau pelayanan pemeriksaan kehamilan salah satu fungsi


terpenting dari ANC. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan
kesehatan ibu dan janin serta memberikan informasi pada ibu hamil
mengenai kondisi kehamilan dan mengenai kelahiran agar dapat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat3. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas
apabila pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan pemerintah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa),
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

34
bila diperlukan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium
(rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus dan temu wicara/
konseling)4. Untuk pelaksanaan ANC dan konseling yang saya lakukakan
di Posyandu Kecapi, beberapa tindakan sudah saya lakukan sesuai dengan
literature.
Tindakan yang saya rasa masih kurang adalah dalam hal melakukan
tindakan aseptik-antiseptik. Sebelum melakukan imunisasi dan
pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil, saya tidak melakukan cuci tangan.
Hal ini disebabkan karena pada posyandu tidak tersedia washtafel untuk
mencuci tangan, cairan alcohol hand rub juga tidak ada. Selain itu saat
melakukan penyuntikan saya tidak menggunakan handscoen padahal
pemakaiannya bertujuan untuk alat pelindung diri. Hal ini disebkan karena
saya tidak membawa handscoen dari puskesmas. Saya juga terlewat
melakukan edukasi mengenai KIPI pada orang tua pasien. Saya juga
merasa kurang dalam hal antopometri bayi dan balita. Semestinya saat
melakukan penimbangan, selain mencatatnya saya juga mencocokan
dengan kurva WHO atau CDC, namun saya tidak membawa kurvanya.

B. Nilai Profesionalisme/agama yang Terkait


Dalam 5 stars doctors, salah satu kriteria lima kualitas seorang dokter
adalah care provider. Dokter memberikan pelayanan medis dengan
memperlakukan pasien secara holistik, memandang individu sebagai
bagian integral dari keluarga dan komunitas, memberikan pelayanan
bermutu, menyeluruh dan manusiawi dan dilandasi hubungan jangka
panjang dan saling percaya. Dalam hal ini seorang dokter yang datang
langsung ke pasyarakat dalam melakukan kegiatan seperti posyandu,
seorang dokter itu sudah mengamalkan salah satu poin 5 stars doctors.

35
C. Hal yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut

Saya harus lebih menghafal mengenai jadwal imunisasi bagi anak dan
balita serta memahami kejadian KIPI apa yang mungkin muncul pada setiap
jenis vaksin. Saya juga harus mempelajari lebih lanjut mengenai status gizi
pada anak.

Daftar Pustaka

1. Kemenkes RI Pusat Promosi Kesehatan. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan,


Posyandu Menjaga Anak dan Ibu Tetap Sehat. 2012
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun
Rekomendasi IDAI. 2017
3. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan Neonatal.
2014
4. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2012

36
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustianti TTD

dr. Andri Sitepu TTD

37
LAMPIRAN

Gambar 1. Loaksi Posyandu Kecapi Gambar 2. Saat melakukan pemeriksaan


Leopold dan DJJ pada ibu hamil

Gambar 3. Saat melakukan Gambar 4. Saat melakukan anamnesis


penyuntikan vaksin pada balita dan pencatatan dengan ibu hamil

38
LAPORAN KEGIATAN

MINI CEX KPKM

Nama Kegiatan : Mini CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise)

Tempat : KPKM Buaran

Hari, tanggal : 11 September 2019

1. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Kamis, 11 September 2019 saya bersama seluruh anggota kelompok
saya mengunjungi KPKM Buaran untuk melaksanakan mini-cex. Kami
datang pada pukul 08.00 WIB. Terlihat ada beberapa pasien yang sudah
datang dan sedang melakukan pendaftaran, saat itu pelayanan poli belum
dimulai. Kami menunggu penguji kami di dalam ruang penyuluhan sambil
belajar dan mempersiapkan diri untuk mini-cex. Kelompok kami
seharusnya diuji oleh dr. Risahmawati, namun karena beliau berhalangan
penguji kami digantikan menjadi dokter di KPKM yaitu dr. Sri Wahyuni
dan dr. Deryana. Tidak lama kemudian, dr. Deryana datang, kami
diperintahkan untuk bersiap-siap karena pelayanan poli akan segera
dimulai yang artinya mini-cex akan segera dilaksanakan. Kami yang
berjumlah enam orang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing tiga
orang. Tiga orang diuji oleh dr. Sri Wahyuni dan tiga orang lainnya diuji
oleh dr. Deryana. Untuk mini-cex saya diuji oleh dr. Deryana, belliau
bertanya stase apakah yang belum saya lewati. Saya menjawab kalau saya
belum melewati stase anak dan kardiologi. Lalu dr. Deryana memilihkan
pasien untuk mini-cex saya pasien dewasa.

39
Saya mendapatkan pasien wanita bernama Ny. AS, usia 29 tahun. Saya
mempersilahkan pasien untuk duduk di ruang pemeriksaan, memberi
salam, memperkenalkan diri saya sebagai dokter muda dan meminta izin
pasien untuk melakukan wawancara (anamnesis) serta pemeriksaan. Pasien
datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari yang lalu. BAB cair dengan
sedikit ampas, berwarna kuning kecoklatan, tidak disertai lendir maupun
darah. 1 hari yang lalu pasien BAB cair sebanyak kurang lebih 15x, tiap
kali BAB kurang lebih sebanyak 1 gelas air mineral kemasan. Pagi ini
pasien juga masih mengalami BAB cair sebanyak 3x dengan konsistensi
dan jumlah kurang lebih sama dengan kemarin. Pasien merasa lemas setiap
kali habis BAB cair namun pasien banyak minum air mineral. Pasien sudah
konsumsi obat anti-diare “diapet” yang dibei di warung sebanyak 1x tapi
tidak ada perbaikan. Selain itu pasien mengeluh sakit perut sejak 1 hari lalu,
sakit seperti mulas dan dirasa diseluruh bagian perut terutama saat akan
BAB. Pasien juga merasa mual, semalam pasien muntah 1x berupa
makanan yang ia makan sebelumnya. Demam tidak ada. Menurut pasien,
sebelum semua keluhan ini muncul pasien habis makan makanan pedas.
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan BAB cair namun tidak
separah sekarang. Waktu dahulu pasien BAB cair setelah pasien
mengkonsumsi makanan pedas juga. Pasien tidak ada riwayat dirawat di
rumah sakit ataupun konsumsi obat rutin. Riwayat alergi makanan atau
obat disangkal. Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal. Pada
keluraga pasien tidak ada yang mengeluh BAB cair seperti pasien.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat alergi makanan atau obat.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis di keluarga pasien tidak diketahui.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia tinggal di rumah
bersama suami dan seorang anaknya yang masih bayi. Pasien masih
menyusui. Pasien gemar konsumsi makanan pedas dan asam. Kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan jarang. Kebiasaan olah raga tidak pernah.

40
Setelah melakukan anamnesis langsung kepada pasien, saya melakukan
pemeriksaan fisik. Pertama saya melakukan penilaian terhadap keadaan
umum pasien, pemeriksaan tanda vital dan antopometri. Setelah itu saya
lanjutkan memeriksa status generalis pasien. dari hasil pemeriksaan fisik
pasien tampak sakit sedang, takikardi, obesitas grade I, mata cekung dan
bising usus meningkat. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saya
mendiagnosis pasien dengan diare akut suspek et causa virus dengan
dehidrasi.

Resume

Pasien wanita usia 29 tahun datang ke KPKM Buaran dengan keluhan


BAB cair sejak 1 hari yang lalu. BAB cair 15x sehari, konsistensi cair
dengan ampas, warna kuning kecoklatan, sekali BAB sebanyak 1 gelas air
mineral. BAB disertai lendir dan darah disangkal. Demam (-). Keluhan
penyerta berupa nyeri perut (+) sedikit, seperti rasa mulas terutama
sebelum BAB diseluruh lapang berut terutama sebelum BAB. Mual dan
muntah (+). Muntah 1x berupa makanan. Sebelum semua keluhan ini
muncul, riwayat konsumsi makanan pedas (+). Hasil pemeriksaan fisik
pasien tampak sakit sedang, takikardi, obesitas grade I, mata cekung dan
bising usus meningkat.

B. Nomor Rekam Medik : -

C. Diagnosis : R19.7 dan P74.1 Diare Akut suspek ec. Makanan pedas dengan
dehidrasi ringan-sedang (DD/diare akut susp. ec malabsorbsi)

D. Diagnosis Holistik
• Aspek Personal
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari yang lalu. Pasien
khawatir bila BAB cair tidak sembuh ia akan meninggal. Pasien juga
khawatir penyakitnya menular ke anaknya yang masih bayi

41
• Aspek Klinis
Gastroenteritis akut ec. Makanan pedas dengan dehidrasi ringan-sedang
• Aspek Internal
Perempuan, usia 29 tahun, gemar konsumsi pedas dan asam, jarang
mencuci tangan sebeum makan
• Aspek Eksternal
Tidak ada
• Aspek Skala Fungsional
Kategori 1 : Mandiri, dapat beraktivitas di dalam dan di luar rumah

E. Tatalaksana
Non-Medikamentosa
• Edukasi perbanyak minum air mineral (200-300 cc/kgBB/ hari) à
1.5 – 2L perhari
• Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum masak, setelah
buang air, sebelum menyusui
• Minum obat yang diberikan dokter. (1 bungkus oralit dilarutkan
dengan 200 cc air matang, diaduk, minum perlahan setelah diare,
buat 2 sachet setiap minum).
• Pergi ke IGD rumah sakit apabila kondisi semakin memburuk yaitu
BAB cair tidak berhenti setelah minum obat (dalam 48 jam),
muntah hebat hingga tidak bisa minum, berdebar-debar dan mulai
sesak, semakin lemas dan rasa haus sudah tidak ada (tidak mau
minum air)

Medikamentosa
• Oralit 2 sachet/kali minum (setiap habis diare)
• Zink tablet 20 mg 1 x 1 selama 10 hari
• Domperidone tablet 3 x 1 (apabila mual)

42
R/ Oralit sachet No. X
ò 1 dd sachet II
R/ Zink tab 20 mg No. X
ò 1 dd tab I
R/ Domeperidone tab 10 mg No. X
ò 3 dd tab I prn

2. Laporan Refleksi Kegiatan


A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Diare adalah buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare
kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu1.
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah dalam
melakukan anamnesis, urutan anamnesis sudah sesuai literature yaitu
perkenalan, membina rapport, menanyakan keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat personal sosial dan kekhawatiran serta harapan pasien2.
Anamnesis yang saya lakukan juga sudah terarah. Berdasarkan literatur,
untuk keluhan utama BAB cair yang harus ditanyakan adalah frekuensi,
konsistensi, volume, warna feses, bau dan gejala penyerta1. Pemeriksaan
fisik yang saya lakukan juga sudah benar. Saya memulainya dari keadaan
umum, kesadaran, pemeriksaan tanda vital berupa tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi napas, pemeriksaan suhu dan antopometri. Setelah itu saya
melakukan pemeriksaan fisik secara general dimulai dari mata hingga
seluruh ekstremitas3. Dalam melakukan diagnosis saya juga sudah benar,
pasien saya diagnosis sebagai idare akut suspek virus dikarenakan ada
kekhasan dalam anamnesis, yaitu frekuensi diare yang tinggi, cair, tidak
terlalu bau busuk dan tidak berwarna putih seperti air cucian beras4.

43
Tindakan yang saya rasa masih kurang adalah saat pemeriksaan
fisik, saya merasa kurang legeartis, karena pada awal pemeriksaan saya
berdiri di sisi kiri pasien, seharusnya saya berdiri di sisi kanan pasien.
Kemudian pada saat pemeriksaan fisik paru, saya sempat salah dalalm
urutan pemeriksaan. Hal pertama yang waktu itu saya lakukan adalah
auskkultasi paru, padahal semestinya saya melakukan inspeksi, palpasi,
perkusi dada terlebih dahulu sebelumnya. Saya juga kurang mengedukasi
pasien mengenai pada kondisi apa dan kapan pasien harus datang ke IGD
rumah sakit. Dalam terapi, saya seharusnya juga meresepkan oralit untuk
menggantikan elektrolit pasien yang hilang bersama diarenya.

B. Nilai Profesionalisme/agama yang Terkait Kasus


Sebagai seorang dokter, sudah semestinya melakukan pemeriksaan dan
terapi yang terbaik untuk kesehatan pasien. Hal ini tercermin pada prinsip
beneficence. Dokter harus mengutamakan manfaat yang lebih banyak
didapat bagi pasien. Selain itu sebagai dokter juga harus selalu belajar
menuntut ilmu, karena banyak sekali perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan.

C. Hal yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut


Saya perlu mempelajari lebih lanjut mengenai diagnosis banding
gastroenteritis, berdasarkan masing-masing etiologinya. Saya juga harus
lebih mendalami mengenai penatalaksanaan dan edukasi mengenai diare
dengan dehidrasi pada orang dewasa.

44
Daftar Pustaka

1. Zein, Umar. Diare Akut Dewasa. Medan : USU Press. 2011


2. Setiati, Siti dkk. Panduan Sistematis Untuk Diagnosis Fisik : Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Interna Publishing. 2016
3. Bickley L, et al. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Edisi 8. Jakarta : EGC. 2009
4. Sudoyo A, Setiyohadi, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta : Interna Publishing. 2012

45
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustianti TTD

dr. Andri Sitepu TTD

46
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto saat melakukan Mini-cex di KPKM Buaran


dengan dr. Deryana

47
LAMPIRAN

COPY REKAM MEDIS

IV. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. AS
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 29 tahun
Alamat : Jl. Jamat RT01/RW05
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Tanggal Kunjungan : 11 September 2019

V. ANAMNESIS
Keluhan Utama : BAB cair sejak 1 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


BAB cair dengan sedikit ampas, berwarna kuning kecoklatan, tidak disertai
lendir maupun darah. 1 hari yang lalu pasien BAB cair sebanyak kurang lebih
15x, tiap kali BAB kurang lebih sebanyak 1 gelas air mineral kemasan. Pagi
ini pasien juga masih mengalami BAB cair sebanyak 3x dengan konsistensi
dan jumlah kurang lebih sama dengan kemarin. Pasien merasa lemas setiap kali
habis BAB cair namun pasien banyak minum air mineral. Pasien sudah
konsumsi obat anti-diare “diapet” yang dibei di warung sebanyak 1x tapi tidak
ada perbaikan. Selain itu pasien mengeluh sakit perut sejak 1 hari lalu, sakit
seperti mulas dan dirasa diseluruh bagian perut terutama saat akan BAB. Pasien
juga merasa mual, semalam pasien muntah 1x berupa makanan yang ia makan
sebelumnya. Demam tidak ada. Menurut pasien, sebelum semua keluhan ini
muncul pasien habis makan makanan pedas.

48
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan BAB cair namun tidak
separah sekarang. Waktu dahulu pasien BAB cair setelah pasien
mengkonsumsi makanan pedas juga. Pasien tidak ada riwayat dirawat di rumah
sakit ataupun konsumsi obat rutin. Riwayat alergi makanan atau obat
disangkal. Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluraga pasien tidak ada yang mengeluh BAB cair seperti pasien.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat alergi makanan atau obat.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis di keluarga pasien tidak diketahui.

Riwayat Personal dan Sosial


Sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia tinggal di rumah
bersama suami dan seorang anaknya yang masih bayi. Pasien masih menyusui.
Pasien gemar konsumsi makanan pedas dan asam. Kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan jarang. Kebiasaan olah raga tidak pernah.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


• Kesadaran : Compos Mentis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Tekanan darah : 115/78 mmHg
• Frekuensi nadi : 120x/menit, regular, isi cukup
• Frekuensi napas : 20x/menit
• Suhu : 36.6oC
• BB/TB : 82 kg / 166 cm
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (+/+)
• Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (+)
• Mulut : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1

49
• Paru
I : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)
P : Pelebaran sela iga (-), vocal fremitus simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (+/+) pada apeks paru,
wheezing (-/-)
• Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS 5 1 jari medial linea midclavicula sinistra
P : Batas jantung dalam batas normal
A : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
I : Datar, simetris
A : BU (+) meningkat
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
• Ekstremitas :

Akral hangat, edema ekstremitas atas bawah (-/-), CRT <2 detik

50
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama Kegiatan : Penyuluhan Keseheatan Reproduksi dan NAPZA serta


Evaluasi mengenai PHBS, gizi, kesling dan penyakit yang
sering terjadi di pesantren.

Tempat : Pondok Pesantren Tarmub

Hari, tanggal : Kamis, 19 September 2019

1. Laporan Kegiatan
A. Deskripsi Kegiatan
Di wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka terdapat beberapa pesantren,
salah satunya adalah pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadin (Tarmub).
Pesantren ini merupakan pesantren binaan Dinkes dan FK UIN yang cukup
besar dengan jumlah santri dan santriwati yang banyak, sehingga kami
dititipkan untuk melakukakn penyuluhan dan evaluasi di pesantren ini oleh
pihak kampus. Santri dan santriwati yang mondok di pesantren ini berusia
sekitar 13-18 tahun. Santri berasal dari daerah yang beragam. Sebelum
memberikan penyuluhan, kami terlebih dahulu melakukan survey
mengenai kondisi santri dan lingkungan pondok pesantren untuk
menganalisis masalahnya.
Kunjungan pertama kami pada saat hari pertama kami tiba di
puskesmas yaitu tanggal 28 Agustus 2019. Saat itu kami melakukan
perkenalan dan mohon izin untuk mengadakan kunjungan. Pihak pondok
pesantren diwakilkan oleh Ibu Hj. Iroh menerima kami dengan sangat
terbuka. Setelah berkenalan, kami berbincang-bincang dengan pihak
pesantren mengenai profil pesantren Tarmub dan apa saja yang diharapkan
akan terjadi setelah kami melakukan pembinaan singkat pada santri dan
santriwati pondok pesantren ini.

51
Kunjungan kedua kami lakukan pada tanggal 4 September 2019 untuk
melihat lingkungan pondok pesantren, asrama santri dan kegiatan santri
sehari-hari. Kami juga melakukan wawancara dengan pengurus pesantren
dan beberapa santri mengenai kesehatan dan kebersihan pondok pesantren
ini serta masalah kesehatan yang sering terjadi. Kami berkeliling ditemani
dengan salah satu pengurus ponpes yang merupakan alumni pondok
pesantren tersebut. Kami melihat lingkungan pondok pesantren tertata
rapih, tidak ada ampah yang dibuang sembarangan. Pondok pesantren
menyediakan tempat sampah yang banyak sehingga sampah bisa
tertampung rapih. Tidak ada genangan air di sekitar ponpes, namun untuk
selokan air agak sedikit berbau tidak sedap. Pada asrama santriwati saat itu
sedang didlakukan pembangunan namun keadaan lantai bersih, ruangan
kamar juga bersih namun debu masih banyak yang berterbangan. Pada
kamar tidur masih banyak santriwati yang menggantung bajunya dan
meletakan tumpukan kasur yang kurang rapih. Kamar tidur santriwati juga
terbilang kecil, karena untuk ukuran 5 x 4 m2 ditempati oleh 12 santriwati.
Untuk kamar mandi cukup bersih meski ada genangan air di kamar mandi
yang memungkinkan untuk terjadi terpeleset. Pada salah satu kamar mandi
(pemandian besar) terdapat satu buah bak mandi yang panjang untuk mandi
bersama-sama, hal ini meningkatkan kemungkinan untuk tertularnya
penyakit kulit. Kami pun mendokumentasikan keadaan asrama ponpes ini.
Pada kunjungan ketiga tanggal 19 September 2019, kami melakukan
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan NAPZA serta melakukan
evaluasi hal-hal yang sudah disampaikan pihak puskesmas karena Tarmub
adalah ponpes asuhan Puskesmas Pasir Nangka. Kegiatan penyuluhan dan
evaluasi kami laksanakan pada hari Kamis, 19 September 2019 pukul 16.00
WIB sampai 17.45 WIB. Kami memilih waktu tersebut berdasarkan
kesediaan waktu dan izin dari pihak pesantren Tarmub. Kegiatan dilakukan
sore hari karena pada siang hari selama 1 minggu tersebut sedang
berlangsung ujian. Materi yang kami sampaikan kami sesuaikan untuk
peserta usia SMP sampai SMA.

52
Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi disampaikan oleh teman
saya, Aufa dan Ela selama 30 menit. Saat itu saya menyampaikan materi
NAPZA bersama Irfi. Materi yang kami sampaikan mencakup definisi,
jenis, golongan, efek serta dampak/akibat dari NAPZA. Tujuan kami
memberikan penyuluhan mengenai NAPZA adalah agar santri dan
santriwati sebagai generasi muda Indonesia dapat menjauhkan dan
membentengi diri dari NAPZA. Selain itu agak mereka bisa lebih peka dan
perduli terhadap orang-orang disekitarnya supaya dapat melindungi
keluarga/orang terdekat dari bahaya NAPZA. Saya mempresentasikan
mengenai jenis dan dampak/akibat dari penggunaan NAPZA. Saat kami
melakukan penyuluhan, audience tampak sangat antusias. Untuk
meningkatkakan partisipasi audience kami juga memberikan hadiah berupa
makanan kecil. Karena keterbatasan waktu, sesi tanya-jawab kami batasi
sebanyak 2 orang. Penyuluhan NAPZA kami lakukan dalam 20 menit.
Selain itu kami juga melakukan evaluasi serta review mengenai materi
yang sudah disampaikan oleh puskesmas sebelumnya. Evaluasi dilakukan
dengan menanyakan hal-hal yang sudah disampaikan di materi
sebelumnya, antaralain mengenai kesehatan lingkungan, perilaku hidup
bersih dan sehat, sebersihan lingkungan, gizi dan penyakit-penyakit yang
sering terjadi di pesantren. Untuk review-nya kami lakukan dengan
meluruskan apa yang telah dikemukakan para kader santri saat tanya-jawab
dan menjelaskannya kembali secara singkat dan padat bila diperlukan.
Kegiatan ini dilakukan oleh teman saya, Zakiyah dan Pandu selama 30
menit. Target yang kami rencanakan adalah kader-kader santri yang telah
dibina sebelumnya.
Hasil evaluasi kegiatan penyuluhan yang kami lakukan, terdapat peningkatan
pengetahuan santri mengenai “Kesehatan Organ Reproduksi dan NAPZA”
berdasarkan hasil tanya jawab. Sedangkan untuk hasil evaluasi mengenai
evaluasi kader-kader santri mengenai pengetahuan kesehatan dan kebersihan
lingkungan, PHBS, gizi dan penyakit-penyakit yang sering terjadi di pesantren
masih kurang baik karena banyak yang tidak tepat dalam menjawab pertanyaan
yang kami tanyakan. Secara umum, partisipasi santri baik karena mereka terlihat
sangat antusias mengikuti acara kami.

53
2. Laporan Refleksi Kegiatan
A. Refleksi Perbedaan Teori dan Praktik
Penyuluhan adalah salah satu metode dalam promosi kesehatan1.
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat. Hal ini ditujukan supaya masyarakat dapat menolong diri
mereka sendiri dan untuk mengemmbangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan kebiasaan masyarakat
setempat yang didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Tindakan yang sudah saya lakukan dengan benar adalah kami
sudah melaksanakan tahap perencanaan program penyuluhan sebelum
melakukan penyuluhan. Kami juga sudah melakukan kegiatan penyuluhan
sesuai dengan metode promosi kesehatan dengan metode penyuluhan
langsung dan kelompok besar. Berdasarkan literatur, proses perencanaan
program penyuluhan yang digunakan adalah Model Pesson yang terdiri
dari 8 tahap, yaitu pengumpulan data, analisis keadaan, identifikasi
masalah, perumusan tujuan, penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan,
menentukan kemajuan kegiatan, dan rekonsiderasi2.
Pengumpulan data kami lakukan saat kunjungan pertama dan kedua ke
pesantren Tarmub. Metodenya dengan wawancara dan dengan melihat
langsung ke lingkungan dan asrama di Tarmub. Kami sekelompok
berdiskusi untuk menentukan identifikasi masalah dan perumusan tujuan
kegiatan. Setelah itu dilakukan penyusunan rencana kegiatan agar
pelaksanaan program efisien. Metode promosi kesehatan berdasarkan
teknik komunikasi ada dua macam, yaitu, metode penyuluhan langsung dan
tidak langsung. Pada metode penyuluhan langsung, terjadi tatap muka
antara penyuluhan langsung atau komunikator dengan komunikan.
Sedangkan pada metode penyuluhan tidak langsung, komunikan
menggunakan media sebagai perantara dalam penyampaian pesan3.
Tindakan yang saya rasa masih kurang adalah kami datang ke
pesantren Tarmub untuk penyuluhan agak sedikit terlambat dikarenakan
terjadi miss komunikasi dengan pihak puskesmas. Seharusnya kami sudah

54
memikirkan mengenai pengondisian dan persiapan satu hari sebelumnya
sehingga saat hari H tidak ada lagi masalah seperti itu. Akibatnya waktu
jadi sangat sempit. Selain itu tidak ada indikator yang jelas mengenai
tingkat pemahaman kader santri dan santriwati terhadap materi yang sudah
disampaikan. Seharusnya diberikan pre-test dan post-test agar dapat dinilai
tingkat pemahamannya.

B. Nilai Profesionalisme/agama yang Terkait


Salah satu sifat seven stars doctor yang harus dimiliki seorang dokter
adalah care provider. Seorang dokter harus peduli dengan pasiennya.
Selain penyakit yang diderita pasien, dokter juga harus peduli terhadap
keadaan lingkungan hidup pasien. Dengan mengetahui lingkungan hidup
pasien, dokter juga bisa memberikan penanganan apabila di lingkungan
hidup pasien terdapat masalah. Hal tersebut dapat membantu proses
penyembuhan yang optimal4.
Dokter juga harus memperlakukan pasiennya secara adil tanpa
memandang latar belakang dari pasien. Dokter tidak boleh memandang
pasien dari tingkat pendidikannya atau dari kekayaannya. Bagaimana pun
latar belakang dan kondisi pasien harus tetap dilayani dengan baik5.

C. Hal yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut


Saya perlu berlatih untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat,
terutama dalam hal menggunakan Bahasa yang familiar bagi audienceyang
merupakan masyarakat awam.

55
Daftar Pustaka

1. Susilowati D. Promosi kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia, 2016.
2. Tim Dosen dan Tim Asisten. Buku Panduan Praktek Lapangan Mata Kuliah
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan. Laboratorium Komunikasi dan
Pembangunan Masyarakat Departemen Sosial Ekonomi Peternakan UGM,
2016.

3. Wardani, Novita I, Muyassaroh Y, Ani M. 2016. Dalam Setyabudi RG,


Dewi M. Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM.
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi. Okt 2017; 12(1):
81-00.
4. Boelen C. The five stars doctor. An asset to health care reform. Geneva:
WHO, 2009
5. Suryadi T. Prinsip-prinsip etika dan hokum dalam profesi kedokteran.
Disampaikan pada Pertemuan Nasional V JBHKI dan Workshop III
Pendidikan Bioetika dan Medikolegal di Medan, 14-17 Desember 2009

56
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Nadia Khairunnisa TTD

Nama Pembimbing dr. Erika Agustianti TTD

dr. Andri Sitepu TTD

57
LAMPIRAN

Gambar 1 dan 2. Foto lingkungan asrama santriwati


(kiri) Teras bagian atas ; (kanan) Bagian yang sedang dilakukan pembangunan

Gambar 3 dan 4. Foto kondisi kamar tidur santriwati


(kiri) Alas tidur yang ditumpuk ; (kanan) Pakaian yang tergantung di luar lemari

Gambar 5 dan 6. Foto kamar mandi dan ruang mengambil makan


(kiri) Kamar mandi lt.2 ; (kanan) Tempat mengambil makan

58
Gambar 7 dan 8. Foto ruang UKS dan halaman ponpes
(kiri) Ruang UKS dengan ranjang yang disediakan ; (kanan) Halaman ponpes yang rapih

Gambar 9. Dokumentasi saat saya dan Irfi melakukan


penyuluhan mengenai NAPZA

Gambar 10. Foto bersama setelah selesai acara

59

Anda mungkin juga menyukai