Anda di halaman 1dari 48

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................i

LAPORAN KASUS..............................................................................................1

I. IDENTITAS PASIEN...........................................................................1

II. RIWAYAT PSIKIATRI.......................................................................

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI..................................................5

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL................................................13

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT............................18

VI. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA...........................................19

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK .............................................................22

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL..............................................................23

IX. DAFTAR MASALAH..........................................................................24

X. RENCANA TERAPI............................................................................24

XI. PROGNOSIS........................................................................................26

XII. DISKUSI...............................................................................................26

XIII. KESIMPULAN.....................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37

LAMPIRAN..........................................................................................................39

i
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. KPD

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Manado, 10 Februari 1996

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku/Bangsa : Siau / Indonesia

Alamat :Singkil I Lingkungan V

Agama : Kristen Protestan

Tanggal datang di Poli : 11 April 2021

Cara datang di Poli : Diantar oleh keluarga

Tanggal pemeriksaan : 22 April 2021

Tempat pemeriksaan : Singkil (Rumah Pasien)

No. Telepon : 08127936****

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat diperoleh melalui:

1. Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 22 April

2021 di rumah pasien, bertempat di Singkil I Lingkungan V,

Kota Manado, Sulawesi Utara.

1
2. Alloanamnesis dengan kedua orang tua pasien, dilakukan pada

tanggal 22 April 2021 di rumah pasien, bertempat di Singkil I

Lingkungan V, Kota Manado, Sulawesi Utara.

A. Keluhan Utama

Biacara kacau, perilaku kacau.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Ratumbuysang

Manado yang di antar oleh kerluarganya pada tanggal 11 April

2021.menurut orang tua pasien, saat pasien datang ke IGD RS

Ratumbuysang Manado pasien datang degnan keluhan bicara

yang kacau dan perilaku yang kacau. Sebelumnya 4 hari yang

lalu sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien pulang dengan

keadaan mabuk jam 9 pagi, pasien mengatakan pasien 4 hari

yang lalu mulai merasa kebas di tangan dan kaki pasien, pasien

juga mengatakan merasa kepala pusing, pasien juga sempat

menyuruh orang tuanya untuk membakar baju-bajunya, menurut

pasien baju-baju tersebut adalah pemberian dari ibu suami

pasien yang sekarang sudah pisah namun tidak cerai, kemudian

saat 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit ayah pasien

mengatakan kalau pasien sudah mulai tidak nyambung saat

bercakap-cakap dengan beliau, ayah pasien mengatakan pasien

kadang menjawab sesuai dengan yang di tanya namun kadang

juga tidak nyambung apa yang pasien katakan. Pasien

mengatakan pasien mendengar suara bisikan yang mengatakan

2
kalau dirinya akan mati, pasien menceritakan hal tersebut

kepada ibunya pasien dan ibunya menasehaati pasien untuk

melawan bisikan tersebut dan berdoa. Pasien mengatakan

dirinya takut akan suaminya di karenakan pasien merasa dirinya

saat itu sedang hamil. Menurut ayah pasien, pasien sempat

muntah dan ingin mengeluarkan sesuatu dari mulut pasien. Saat

2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit menurut orang tua

pasien, pasien sudah mulai agresive namun masih bisa di

kendalikan, dan pasien sudah mulai tidak mengenali orang-

orang yang ada di rumah. Pasien juga sempat keluar rumah

dengan telanjang dan pasien mengatakan saat itu pasien tidak

sadar saat melakukan itu. Pada saat 1 hari yang lalu sebelum

masuk rumah sakit, pasien sudah menjadi agresive, dan kedua

orang tua pasien sempat membawa pasien ke pendeta untuk di

doakan, karena menurut kedua orang tua pasien, pasien sudah

berperilaku kacau dan sudah berteriak-teriak dan memecahkan

barang saat dibawa di rumah oma pasien, dan keesokan harinya

pasienpun dibawa ke rumah sakit jiwa Ratumbuysang Manado.

Saat pasien ditenangkan pasien mengatakan pasien mendengar

suara-suara yang mengatakan kalau dirinya akan mati. Kedua

orang tua pasien mengatakan saat pasien berperrlaku kacau

durasinya bisa sampai 30 menit. Suami pasien merupakan

seorang pelaut dan jarang pulang, pasien juga mengatakan kalau

dia juga mengalami kesulitan untuk tidur semenjak kejadian

3
pasien di tikam oleh suaminya yang terjadi bulan desember 2020

yang lalu. Saat itu pasien sempat kedapatan bersama laki-laki

lain yang adalah pasangan gelap pasien, pasien sendiri

mengatakan memang ada hubungan antara pasien dengan laki-

laki tersebut yang bukan suami pasien.

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang

seperti ini sebelumnya. Di keluarga pasien, pasien mengatakan

tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini sebelumnya,

namun anak pasien yang berusia 4 tahun memiliki

keterlambatan biacara. Pasien memiliki riwayat sakit maag sejak

tahun 2017, dan pernah dirawat rumah sakit pada tahun 2018

dengan keluhan sakit maag, dan sempat terjadi penurunan

kesadaran. Saat pasien berusia 7 tahun pasien pernah mengalami

sakit demam berdarah dan masuk rumah sakit.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatrik

sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medis

Pasien memiliki riwayat sakit maag sejak tahun 2017 dan

pernah dirawat di rumah sakit pada tahun 2018 dengan

keluhan sakit maag, dan sempat terjadi penurunan

kesadaran. Saat pasien berusia 7 tahun pasien pernah

mengalami sakit demam berdarah dan amsuk rumah sakit.

4
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien pernah mengkonsumsi alkohol dan terakhir pasien

mengkonsumsi alkohol 5 hari sebelum pasien masuk

rumah sakit. Pasien sudah mengkonsumsi alkohol sejak

pasien kuliah. Pasien juga mengkonsumsi rokok rata-rata 8

batang setiap harinya. Terakhir pasien berhenti merokok

yaitu 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien minum

kopi hanya 3 gelas/minggu, pasien jarang mengkonsumsi

kopi. Pasien mengatakan pasien pernah mengkonsumsi

narkoba namun tidak sering, pasien mengatakan narkoba

yang di gunakan adalah obat-obatan yang di campur

dengan minuman beralkohol.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak tunggal dari keluarga pasien. Saat

sedang mengandung pasien, ibu pasien mengatakan kondisi fisiknya

dalam keadaan baik dan ayah pasien mendampingi ibu pasien. Ibu

pasien jarang kontrol kehamilan, Pasien lahir spontan di rumah yang

dibantu oleh nenek pasien yang merupakan seorang biang kampug.

Pasien lahir cukup bulan dan tidak memiliki cacat bawaan atau

kelainan lainnya.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 0-3 Tahun)

5
Saat lahir, pasien dibesarkan oleh orang tua. Pada usia 0-1

tahun, pasien mendapatkan air susu ibu dan (ASI) sampai usia 6 bulan

dan juga susu formula di berikan hingga pasien berusia 2 tahun, dan

pada 0-1 tahun. Orang tua pasien mengatakan pasien bertumbuh

dengan normal dan aktif seperti anak lainnya.

Pada usia 1-3 tahun, pasien sudah dapat berdiri dan berjalan.

Menurut pasien, pasien dapat berjalan pada usia 2 tahun dan pada usia

2 tahun ini pasien sudah di ajarkan untuk pergi ke toilet sendiri,

namun pasien sudah lupa kapan pastinya pasien sudah bisa pergi ke

toilet sendiri. Orang tua pasien mengatakan semua perkembangan

pasien dalam batas normal seperti anak pada umumnya.

C. Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)

Pada usia 3-5 tahun, pasien adalah anak yang aktif, suka

bermain dengan saudara-saudaranya seperti anak pada umumnya.

Menurut orang tua pasien, pasien termasuk anak yang suka bergaul

dan berteman dengan siapa saja. Pasien merupakan anak yang penurut

dan patuh.

Pada usia 6-11 tahun, pasien memulai pendidikannya. Pasien

masuk di di SD Eben Heizer I Manado saat berusia 5 tahun. Pasien

merupakan siswa yang baik. Prestasi pasien di sekolah biasa-biasa

saja, pasien tidak pernah juara kelas namun juga tidak pernah tinggal

kelas. Pasien tidak mengalami kesulitan belajar di sekolah dan belajar

seperti anak-anak lainnya.

6
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pada usia 11-20 tahun, pasien masuk SMP N 1 Manado pada

usia 11 tahun dan kemudian melanjutkan ke jenjang SMK 1 Manado.

Sewaktu SMP dan SMA, pasien bergaul dengan siapa saja, tidak suka

pilih teman. Pasien bergaul dengan laki-laki ataupun perempuan.

Setelah lulus dari SMA, pasien lanjut kulaih di Jakarta pada tahun

2013, dan kemudian pada tahun 2015 pasien pindah di Universitas

Kristen Indonesia Tomohon dan kemudian pada tahun 2019 pasien

pindah lagi di Universitas Dellasale Manado.

E. Masa Dewasa

Pada usia 21-40 tahun, pasien tidak sampai tamat dalam

studinya di karenakan pasien sudah menikah.

F. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA masing-masing di

SD Eben Heazer I Manado, SMP N 1 Manado dan SMK N 1 Manado.

Pasien melanjutkan kuliah di perguruan tinggi di jakarta pada tahun

2013, dan kemudian pindah di Universitas Kristen Indonesia Tomohon

(UKIT) pada tahun 2015, dan pada tahun 2019 pasien pindah di

Universitas Dellasale Manado.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak bekerja, dan berprofesi sehari-hari sebagai Ibu

Rumah Tangga.

7
3. Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai perempuan.

Pasien menyadari secara biologis dan karakteristik dia adalah

seorang perempuan. Orientasi seksual pasien baik (menyukai

lawan jenis), hal ini ditunjukkan melalui pasien yang sempat

beberapa kali pacaran sewaktu SMP dan SMA dan menikah

dengan laki-laki.

4. Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah, pasien menikah pada tahun 2017. Saat

menikah pasien sudah hamil elbih dulu, dan ini merupakan

pernikahan pertama pasien. Konflik yang terjadi selama

pernikahan yaitu masalah kesetiaan dan keekrasan fisik dalam

rumah tangga. Hubungan pasien dan suami tidaklah harmonis,

dan pada bulan desember tahun 2020 yang lalu pasien pernah di

tikam oleh suami pasien bersama dengan pasangan gelap pasien.

Sejak hari itu pasien selalu merasa cemas, dan pasien menjadi

takut untuk hamil. Sekarang pasien dan suami pasien sudah

hidup terpisah dan sudah menjalani kehidupan masing-masing,

anak mereka sekarang di asuh oleh pasien dan keluarga pasien,

suami pasien pun bebas mengurus anaknya kapanpun suaminya

mau.

5. Riwayat Keagamaan

Pasien dibesarkan dalam lingkup agama Kristen

Protestan. Pasien sering pergi beribadah ke gereja

8
setiap minggunya. Pasien merupakan seorang yang

religius saat ini, sebelumnya pasien mengatakan pasien

tidak terlalu serius dalam soal agama, namun setelah

kejadian ini pasien lebih memperhatikan kehidupannya

soal beragama.

6. Aktivitas Sosial

Pasien aktif bergaul dengan teman-teman di sekitar

lingkungannya, dan waktu pasien kuliah, pasien aktif juga

bergaul bersama teman-temannya semasa kuliah, pasien

merupakan seorang yang senang berteman dengan siapa saja.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah terlibat dengan masalash hukum.

8. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah orangtua pasien yang terletak di

Singkil I Lingkungan V, Kota Manado. Pasien tinggal bersama

Ayah, Ibu, dan anak dari pasien.

9
DENAH RUMAH PASIEN

Ket.
Teras rumah

Pintu rumah

Kamar tidur pasien

Kamar tidur

Dapur

Ruang tamu

Kamar Mandi/WC

Halaman Luar.

10
9. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak tunggal dari keluarga pasien. Suami

pasien sebelumnya bekerja sebagai buruh di kapal, karena itu

suami pasien jarang berada di rumah. Hubungan dari suami

pasien dan pasien tidak terlalu baik, karena pada saat ini pasien

dan suami pasien sudah memutuskan untuk berpisah, namun

tidak cerai.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

Keterangan:
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal

11
G. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Keluarganya

Pasien merasa dirinya sakit dan pasien juga sadar pasien

membutuhkan pertolongan. Pasien mengatakan pasien sebelumnya

tidak seperti ini. Pasien mengatakan kalau dirinya mulai merasa takut

akan sesuatu hal, contohnya pasien merasa takut apabila dirinya akan

hamil setelah kejadian pasien di tikam oleh suami pasien sendiri.

Semenjak saat itu pasien sudah mulai tidak bisa tidur, dan biasanya

pasien menonton film korea saat pasien merasa tidak bisa tidur.

Pasien merasa bersyukur bisa memiliki orang tua yang seperti

orang tuanya, walau memang pasien mengatakan pasien banyak

kesalahan namun orang tuanya selalu membela dan selalu memberi

dukungan terhadap dirinya.

H. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien

Kedua orang tua pasien sangat menyayangi pasien. Menurut

kedua orang tua pasien, sebelumnya waktu sekolah pasien merupakan

anak yang aktif, dan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakuliler

yang ada di sekolah, menurut kedua orang tua pasien, pasien menjadi

seperti ini akibat memang pergaulan yang tidak bisa di kendalikan

oleh kedua orang tua pasien. Namun kedua orang tua pasien

mengatakan mereka tetap menyayangi pasien apapun yang telah

terjadi, karena menurut kedua orang tua pasien memang mungkin ini

sudah merupakan jalan Tuhan agar pasien mau mendengar apa yang di

ucapkan oleh mereka.

12
IV. PEMERIKSAAT STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang perempuan yang berusia 25 tahun,

tampak sesuai usia, berkulit sawo matang, rambut panjang,

berwarna hitam. Berpakaian baik dan rapi dengan kaos berwarna

putih dan celana hitam.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Selama wawancara, pasien tenang. Pasien tidak menghindari

kontak mata. Selama waawncara pasien dapat menjawab sesuai

dengan pertanyaan dan perhatian pasien tidak mudah

terpengaruh oleh sekitar. Pasien dapat menceritakan masalah

tentang gangguan yang dideritanya.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien sangat kooperatif dan terbuka dalam menceritakan

riwayat gangguan yang dideritanya. Namun pasien agak malu

untuk menceritakan kehidupan di masa lalu pasien. Pasien

bersikap baik, sopan, dan ramah saat diwawancara. Pasien dapat

menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan oleh pemeriksa,

penderita menjawab dengan intonasi yang normal, volume

sedang dan artikulasi jelas.

13
B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipotimia

2. Afek : Menyempit

3. Kesesuaian : Sesuai

C. Karakteristik Bicara

1. Kualitas

Spontan, volume sedang, suara jelas, dan artikulasi baik.

2. Kuantitas

Menjawab sesuai pertanyaan yang ditanyakan.

3. Hendaya bahasa

Tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan Persepsi

Tidak ditemukan adanya halusinasi audio (pendengaran).

E. Pikiran

1. Arus pikir

Koheren, dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

2. Isi pikir

Waham (-), Fobia (-), preokupasi dengan penyakitnya.

F. Kesadaran dan Kognitif

14
1. Kesadaran

Compos mentis, pasien dapat mengarahkan, mempertahankan,

mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

a. Orientasi waktu

Pasien mengetahui waktu pada saat pemeriksaan, siang

dan malam.

b. Orientasi tempat

Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di rumah saat

wawancara pertama kali.

c. Orientasi orang

Pasien dapat mengenali keluarganya, dan dokter yang

mewawancarainya.

3. Daya ingat

a. Daya ingat jangka panjang

Tidak terganggu, pasien dapat menceritakan masa

kecilnya dengan baik, bisa mengingat tanggal lahirnya,

mengingat nama suami dan anaknya.

b. Daya ingat jangka pendek

Tidak terganggu, pasien dapat mengingat apa yang ia

kerjakan sebelum dilakukannya wawancara.

15
c. Daya ingat segera

Tidak terganggu, pasien dapat mengingat kembali

beberapa nama benda yang disebutkan pemeriksa

beberapa waktu sebelumnya.

4. Konsentrasi dan perhatian

Tidak terganggu. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat

memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa dan

menjawab pertanyaan tersebut.

5. Kemampuan membaca dan menulis

Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Kemampuan visuospatial

Baik, pasien dapat menggambarkan denah jalan ke rumah pasien

dengan baik dan benar. Menggambar lingkaran, persegi dengan

jelas.

G. Pengendalian Impuls

Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang

cukup lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Penilaian Realitas

Pasien agak menyadari dirinya sakit, dan membutuhkan

pertolongan namun secara bersamaan pasien menyangkal bahwa

dirinya sakit, tugas dan pekerjaannya agak terganggu.

16
2. Tilikan

Tilikan derajat 6. Pasien menyadari dirinya sakit, dan

membutuhkan pertolongan. Pasien berusaha untuk mencari

pengobatan dari gangguan yang dia alami dan memiliki motivasi

untuk sembuh sangat baik.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Informasi yang diberikan pasien dapat dipercaya informasi tersebut

dapat dikonfirmasi oleh kedua orang tua pasien.

17
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik, kesadaran compos mentis

Tanda vital : TD 120/80 mmHg, N 65x/menit, RR 20x/menit, S

36,2°C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

R. Thoraks : Jantung dan Paru dalam batas normal

R. Abdomen : Hepar/Lien tak teraba, BU: normal

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)

2. Status Neurologikus

- N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N.okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N.IV), N. abducens

(N.VI)

Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki

gerakkan bola mata yang wajar.

- N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

- N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

- N. vestibulocochlearis (N.VIII)

18
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal

ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat

berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

- N. glosssopharyngeus (N.IX),

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

- N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

- N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Dari hasil autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan bahwa pasien

berjenis kelamin perempuan berusia 25 tahun lahir di Manado, 10 Februari

1996. Pasien merupakan suku siau, beragama Kristen Protestan, sudah

menikah dan tidak bekerja. Pasien telah menempuh pendidikan sampai

Sekolah Menengah Atas. Pasien tinggal bersama orangtuanya di Singkil I

Lingkungan V, Kota Manado.

Pasien di antar oleh keluarganya ke RSJ Prof. Dr. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada tanggal 11 April 2021 dengan keluhan pasien

berbicara kacau dan berperilaku kacau. Orang tua pasien sebelumnya

19
mengira pasien kerasukan sehingga memanggil pendeta untuk mendoakan

pasien, namun keluhan pasien tidak membaik, akhirnya pasien di bawa oleh

kedua orang tuanya di IGD RSJ Prof. Dr. dr. V. L. Ratumbuysang Manado

untuk mendapatkan pertolongan karena kondisi pasien yang semakin

agresive. Keluhan muncul pertama kali ± 4 hari yang lalu.

Ayah pasien bercerita keluhan muncul secara progresive, sebelumnya

4 hari yang lalu sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien pulang dengan

keadaan mabuk jam 9 pagi, pasien mengatakan pasien 4 hari yang lalu mulai

merasa kebas di tangan dan kaki pasien, pasien juga mengatakan merasa

kepala pusing, pasien juga sempat menyuruh orang tuanya untuk membakar

baju-bajunya, menurut pasien baju-baju tersebut adalah pemberian dari ibu

suami pasien yang sekarang sudah pisah namun tidak cerai, kemudian saat 3

hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit ayah pasien mengatakan kalau

pasien sudah mulai tidak nyambung saat bercakap-cakap dengan beliau,

ayah pasien mengatakan pasien kadang menjawab sesuai dengan yang di

tanya namun kadang juga tidak nyambung apa yang pasien katakan. Pasien

mengatakan pasien mendengar suara bisikan yang mengatakan kalau dirinya

akan mati, pasien menceritakan hal tersebut kepada ibunya pasien dan

ibunya menasehaati pasien untuk melawan bisikan tersebut dan berdoa.

Pasien mengatakan dirinya takut akan suaminya di karenakan pasien merasa

dirinya saat itu sedang hamil. Pasien juga pernah di ancam oleh pasangan

gelapnya yang akan membunuh pasien apabila pasien ingin meninggalkan

pasangannya. Menurut ayah pasien, pasien sempat muntah dan ingin

mengeluarkan sesuatu dari mulut pasien. Saat 2 hari yang lalu sebelum

20
masuk rumah sakit menurut orang tua pasien, pasien sudah mulai agresive

namun masih bisa di kendalikan, dan pasien sudah mulai tidak mengenali

orang-orang yang ada di rumah. Pasien juga sempat keluar rumah dengan

telanjang dan pasien mengatakan saat itu pasien tidak sadar saat melakukan

itu. Pada saat 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien sudah

menjadi agresive, dan kedua orang tua pasien sempat membawa pasien ke

pendeta untuk di doakan, karena menurut kedua orang tua pasien, pasien

sudah berperilaku kacau dan sudah berteriak-teriak dan memecahkan barang

saat dibawa di rumah oma pasien, dan keesokan harinya pasienpun dibawa

ke rumah sakit jiwa Ratumbuysang Manado.

Pasien mengatakan pasien tidak pernah seperti ini sebelumnya, namun

pasien mulai merasakan ketakutan sejak pasien di tikam oleh suami pasien

yang mendapatkan pasien bersama dengan pasangan gelap pasien. Sejak

saat itu pasien mulai tidak bisa tidur dengan baik, dan pasien sering

menonton drama korea apabila pasien tidak dapat tidur.

Berdasarkan dari pemeriksaan status mental, didapatkan pasien

berpenampilan rapi, kontak mata (+), dan pasien tampak sehat. Ekspresi

wajah tenang, mood hipotimia dengan afek menyempit. Pasien menjawab

sesuai pertanyaan dengan spontan, volume sedang dan artikulasi jelas.

Terdapat adanya halusinasi atau waham. Daya tilik baik dan derajat tilikan

6 dimana pasien menyadari dirinya sakit, membutuhkan pertolongan. Pasien

berusaha intik mencari pengobatan dari gangguan yang dia alami dan

memiliki motivasi untuk sembuh.

21
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnosis multiaksial.

A. Pada Aksis I, didapatkan gejala klinik berupa waham paranoid

(rujukan) yang di akibatkan intoksikasi zat dimana pasien meyakini

bahwa dirinya akan di bunuh oleh suaminya, dikarenakan pasien

merasa bahwa dirinya sedang hamil. Dari gejala dan durasi waktu

tersebut pasien di diagnosis dengan gangguan psikotik akut akibat

intoksikasi zat sesuai dengan kriteria diagnosis menurut DSM V.

B. Pada Aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian Paranoid.

Ciri kepribadian pada pasien ini yaitu paranoid. Ciri kepribadian ini di

tandai dengan sikap suka curiga terhadap orang lain, dimana pasien

merasa bahwa dirinya akan dibunuh oleh suami pasien dan pasangan

gelap pasien. Pasien mulai menyuruh membakar semua barang-barang

dari pasangan gelap pasien, karena pasien percaya bahwa pasien

sedang di guna-guna karena barang-barang seperti baju yang di

berikan dari pasangan gelapnya pasien.

C. Pada Aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna

sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III.

D. Pada Aksis IV, Masalah berhubungan dengan pasangannya. Pasien

mempunyai masalah dengan suami pasien yang pernah menikam

pasien, dan pasien juga sering diperlakukan kasar oleh suami pasien.

Pasien juga di ancam oleh pasangan gelap pasien apabila pasien ingin

meninggalkan pasangannya.

22
E. Pada Aksis V,Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current

80 – 71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pekerjaan, sekolah dll. Terdapat gejala waham, tetapi hubungan

sosial dan hubungan interpersonal pasien masih baik. GAF scale High

Level Past Year (HLPY) 90-81, gejalah minimal berfungsi baik,

cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasanya.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Aksis I : Psikotik Akut terkait zat dd psikotik akut.

B. Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid

C. Aksis III : Tidak ada

D. Aksis IV : Masalah pasangan

Pasien mengalami permasalahan dengan suami pasien yang sering

melakukan kekerasan kepada pasien, dan pernah menikam pasien, dan

juga pasien di ancam oleh pasangan gelap pasien untuk di bunuh.

E. Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current

80-71: terdapat gejala sementara dan dapat diatasi. Disabilitas ringan

dalam fungsi social, pekerjaan dan sekolah. GAF scale High Level

Past Year (HLPY) 90-81, gejalah minimal berfungsi baik, cukup puas,

tidak lebih dari masalah harian yang biasanya.

23
IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi : Tidak ada

B. Psikologi :Pasien menjadi agresive, bicara

kacau dan perilaku kacau. Pasien

juga ingin membakar barang-

barang pasien dan pasien sempat

keluar rumah dengan telanjang.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi :Pasien merasa tidak nyaman

dengan lingkungan tempat tinggal

pasien karena pasien merasa

tetangganya ikut menggunjikan

pasien mengenai masa lalunya.

X. RENCANA TERAPI

A. PSIKOFARMAKO

Haloperidol 2 mg 2x1 tab PO

Trihexyphenidil 2 mg 2x1 tab PO

B. PSIKOEDUKASI

1. Terhadap Pasien

a. Menjelaskan kepada pasien tentang apa yang sebenarnya

sedang pasien alami sehingga pasien dapat mengerti.

b. Menjelaskan kepada pasien tentang obat-obatan yang

diberikan, kegunaan dan efek samping yang dapat timbul

24
dari penggunaan obat tersebut serta pentingnya meminum

obat secara teratur.

c. Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar

tetap terus semangat dalam menjalani kehidupannya.

Jangan berkecil hati apalagi minder jika sedang bersama

teman-temannya. Berpikir positif lebih banyak lagi kepada

orang lain dan mulai belajar untuk mulai berteman dengan

siapapun. Jangan mengingat peristiwa masa lalu sebagai

suatu hal yang buruk, jadikan sebuah pelajaran untuk

menata masa depan yang lebih baik.

d. Menegaskan untuk hidup seperti biasa adanya.

2. Terhadap Keluarga

a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang gangguan

yang dialami pasien, penyebab terjadi gangguan tersebut

sehingga keluarga pasien dapat memahami dan menerima

keadaan pasien.

b. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan yang

diberikan, mulai dari kegunaan sampai efek samping yang

dapat ditimbulkan juga kepatuhan pasien dalam meminum

obat agar menjadi perhatian keluarga.

c. Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya peran

keluarga untuk pasien dalam keadaan seperti ini baik

25
dalam hal pengawasan tetutama tingkah laku pasien,

kebiasaan dan pentingnya minum obat.

d. Menjelaskan kepada keluarga untuk tetap memberikan

dukungan dan motivasi, perhatian dan kasih sayang

kepada pasien, jangan mengintimidasi apalagi

menyalahkan pasien apabila sewaktu-waktu pasien

melakukan kesalahan atau berperilaku yang dianggap

tidak wajar.

XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI

A. Diagnosis

Berdasarkan alloanamnesa, autoanamnesa dan pemeriksaan

status mental di dapatkan gejala klinis bermakna seperti adanya

perilaku tidak wajar yang terjadi 1 minggu terakhir, yaitu pasien

setelah mengkonsumsi alkohol, pasien mulai biacara kacau,

berperilaku kacau, dan berhalusinasi auditorik dan memiliki waham

paranoid. Pasien juga lupa kejadian yang terjadi saat pasien di antar ke

rumah sakit dan 1 hari sebelum pasien di antar ke rumah sakit.

Terdapat disabilitas terhadap fungsi sosial dan pekerjaan sehari-hari.

26
Berdasarkan DSM V kriteria diagnostik untuk gangguan

psikotik akibat zat/obat adalah:

Kriteria Diagnostik

A. Adanya salah satu atau kedua gejala berikut:

1. Waham.

2. Halusinasi.

B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan

laboratorium dari (1) dan (2):

1. Gejala dalam Kriteria A berkembang selama atau segera

setelah keracunan atau putus zat atau setelah terpapar obat.

2. Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala pada

Kriteria A.

C. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan psikotik

yang tidak diinduksi oleh zat/obat. Bukti gangguan psikotik

independen tersebut dapat mencakup hal berikut:

Gejala mendahului timbulnya penggunaan zat/obat; gejala

menetap untuk waktu yang cukup lama (misalnya, sekitar 1

bulan) setelah penghentian penarikan akut atau intoksikasi berat:

atau ada bukti lain dari gangguan psikotik yang diinduksi non-

zat/obat (misalnya, riwayat gangguan psikotik berulang episode

yang tidak terkait dengan zat/obat).

D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.

27
E. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara

klinis atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi

penting lainnya.1

Ciri-ciri esensial dari gangguan psikotik yang diinduksi oleh

zat/obat adalah waham dan/atau halusinasi yang menonjol (Kriteria A)

yang dinilai karena efek fisiologis suatu zat/obat (yaitu

penyalahgunaan obat, pengobatan, atau paparan toksin) (Kriteria B).

Halusinasi yang disadari individu sebagai akibat zat/obat tidak

termasuk di sini dan sebaliknya akan didiagnosis sebagai keracunan

zat. atau penarikan zat dengan penentu yang menyertainya "dengan

gangguan persepsi" (berlaku untuk penarikan alkohol; keracunan

ganja; penarikan obat penenang, hipnotis, atau ansiolitik; dan

keracunan stimulan).1

Gangguan psikotik yang diinduksi zat/obat dibedakan dari

gangguan psikotik primer dengan mempertimbangkan awitan,

perjalanan penyakit, dan faktor lainnya. Untuk penyalahgunaan obat,

harus ada bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan

laboratorium penggunaan zat, keracunan, atau penarikan. Gangguan

psikotik yang diinduksi zat/obat muncul selama atau segera setelah

terpapar obat atau setelah intoksikasi atau putus zat tetapi dapat

bertahan selama berminggu-minggu, sedangkan gangguan psikotik

primer dapat mendahului timbulnya penggunaan zat/obat atau dapat

terjadi selama masa pantang berkelanjutan. Setelah dimulai, gejala

28
psikotik dapat berlanjut selama penggunaan zat/obat berlanjut.

Pertimbangan lain adalah adanya fitur yang atipikal dari gangguan

psikotik primer (misalnya, usia atipikal saat onset atau perjalanan

penyakit). Misalnya, munculnya delusi de novo pada seseorang yang

berusia lebih dari 35 tahun tanpa riwayat gangguan psikotik primer

yang diketahui harus menunjukkan kemungkinan gangguan psikotik

yang diinduksi zat/obat. Bahkan riwayat gangguan psikotik primer

sebelumnya tidak mengesampingkan kemungkinan gangguan psikotik

yang diinduksi zat/obat. Sebaliknya, faktor-faktor yang menunjukkan

bahwa gejala psikotik lebih baik dijelaskan oleh gangguan psikotik

primer termasuk gejala psikotik yang menetap selama periode waktu

yang substansial (yaitu, satu bulan atau lebih) setelah intoksikasi zat

berakhir atau penghentian zat akut atau setelah penghentian

penggunaan obat; atau riwayat gangguan psikotik primer berulang

sebelumnya. Penyebab lain dari gejala psikotik harus dipertimbangkan

bahkan pada individu dengan intoksikasi atau putus zat, karena

masalah penggunaan napza tidak jarang terjadi pada individu dengan

gangguan psikotik yang disebabkan oleh non-zat/obat.

Selain empat area domain gejala yang diidentifikasi dalam

kriteria diagnostik, penilaian domain gejala kognisi, depresi, dan

mania sangat penting untuk membuat perbedaan yang sangat penting

antara berbagai spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.1

29
B. Kepribadian

Ciri kepribadian pada pasien ini yaitu paranoid. Ciri kepribadian

ini di tandai dengan sikap curiga terhadap orang lain, yang mana

pasien merasa kalau dirinya akan di bunuh oleh suaminya ataupun

pasangan gelapnya. Pasien mulai menjadi takut karena memang

pasien pernah di ancam oleh pasangan gelapnya dan pernah di tikam

oleh suaminya. Saat malam pasien merasa tidak bisa tidur akibat takut

apabila suaminya tiba-tiba pulang.

Kepribadian adalah karakter atau ciri seseorang dalam

kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan

dapat diramalkan. Ciri kepribadian bersifat fleksibel dan gambaran

klinisnya tidak memenuhi kriteria atau pedoman diagnostik bersifat

lebih ringan dari gangguan kepribadian. Pada seseorang dengan

gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan kelaurga,

pekerjaan dan fungsi sosial.2

Pedoman diagnostic kepribadian Paranoid menurut DSM-V

adalah

A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif (menyebar)

kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai

berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak

dalam konteks, seperti yang ditunjukkan empat (atau lebih)

berikut:

1) Menduga tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain

memanfaatkan, membahayakan atau mengkhianati dirinya.

30
2) Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya

tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja.

3) Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena

takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan

secara jahat melawan dirinya

4) Membaca arti merendahkan atau mengancam yang

tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa.

5) Secara persisten menanggung dendam yaitu tidak

memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.

6) Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya

yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat

bereaksi secara marah atau balas menyerang.

7) Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan,

tentang kesetiaan atau mitra seksual.

B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skozfrenia, suatu

gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik

lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi

medis umum.

Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizoffrenia,

tambahkan “pramorbid”, misalnya “gangguan kepribadian paranoid

(pramorbid)”.

Gangguan kepribadian paranoid adalah salah satu gangguan

kepribadian yang paling umum pada populasi. Prevalensi gangguan

kepribadian paranoid bervariasi dari 2,4% hingga 4,41%, dengan

31
tingkat lebih tinggi pada wanita daripada pria.3,4,5 Gangguan

kepribadian paranoid adalah prediktor kecacatan juga terkait dengan

kekerasan dan perilaku kriminal.3,6 Individu dengan gangguan

kepribadian paranoid jarang mencari pengobatan atas kemauan sendiri

tetapi dapat melakukannya atas perintah keluarga atau rekan kerja.11(7)

Sifat gangguan ini menyebabkan pasien kurang percaya terhadap

tenaga medis.3

Tidak ada obat yang disetujui oleh Food and Drug

Administration untuk gangguan kepribadian paranoid. Ulasan

Cochrane dari intervensi farmakologis untuk gangguan kepribadian

paranoid saat ini sedang berlangsung.3 Banyak literatur yang

diterbitkan berbentuk studi kasus atau seri kasus. Salah satu laporan

kasus tersebut menemukan terapi analitik kognitif sebagai intervensi

yang efektif.11 sementara yang lain menyarankan bahwa dalam jangka

pendek, penggunaan antipsikotik pada pasien dengan gangguan

kepribadian paranoid dikaitkan dengan peningkatan skor Clinical

Global Impression. Terapi kognitif telah disahkan sebagai teknik yang

berguna untuk psikiater umum.3 Pendekatan yang direkomendasikan

untuk psikoterapi psikodinamik untuk pasien ini termasuk bekerja

untuk membantu pasien mengubah persepsi mereka tentang asal-usul

masalah mereka sambil mempertahankan perhatian khusus pada

perawatan, obat-obatan, dan keamanan.. Dalam kasus pasien yang

merasa paranoid terhadap terapis, maka terapis membantu pasien

32
dalam mempertahankan rasa kontrol pasien yang kemungkinan akan

mencelakai terapis. 7

C. Terapi

Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini

Haloperidol 2mg 2x1 tablet dan rihexyphenidil 2 mg 2x1

Terapi pada pasien ini terdiri dari: 8,9

- Perawatan Rumah sakit

- Farmakoterapi

- Psokoterapi.

Aspek utama pengobatan adalah obat antipsikotik. Obat-obatan

lain mungkin digunakan sesuai dengan kebutuhan dan gejala individu

selama fase akut penyakit.10 Perawatan singkat di rumah sakit

diperlukan bagi pasien psikotik akut. Perawatan untuk gangguan

psikotik singkat biasanya meliputi psikoterapi dan / atau pengobatan.

Rawat inap mungkin diperlukan jika gejalanya parah atau jika

ada risiko orang mungkin melukai dirinya sendiri, atau orang lain.11

Pemeriksaan yang akan dilakukan berupa monitoring terhadap

gejalah, pemeriksaan tingkat bahaya terhadap diri sendiri dan rang

lain. Lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat

membentu pasien mempeoleh kembali rasa realitasnya. Evaluasi di

rumah sakit yaitu lingkungan, dan obat menurut efek pengurangan,

peningkatan fisik atau monitoring terhadap harapan.8,9

Obat anti psikotik yang digunakan yaitu anti psikotik reseptor

dopamine dan benzodiazepine. Obat psikotik antagonis reseptor yang

33
digunakan adalah haloperidol (halol). Pasien dengan efek samping

ekstrapiramidal (contoh orang muda) obat antikolinergik diberikan

bersamaan obat antipsikotik. Selain itu benzodiazepine dpat

digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine

sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam jangka panjang, namun

efektif dalam waktu singkat disertai efek samping yang lebih jarang

dari anti psikotik.8,9

Antipsikotik digolongkan menjadi antipsikotik tipikal dan

atipikal. Antipsikotik tipikal bekerja dengan memblokade dopamine

pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, obat ini efektif untuk

gejala positif. Antipsikotik atipikal bekerja terhadap reseptor dopamin

D2 dan reseptor serotonin 5 HT2 , sehingga efektif juga untuk gejala

negatif. 2

Obat anti psikosis yang kuat (Haloperidol) menimbulkan gejalah

ekstrapiramidal atau sindrom Parkinson.7(3) Efek samping pada otot

gemetar (tremor). Kejang otot (dystonia). Tiba-tiba otot-otot

mengencang dan bisa sangat menyakitkan. Uumumnya terjadi pada

otot leher dan mata. Perlambatan gerakan (akinesia), sulit bergerak,

merasa kaku. Gelisah (akathisia), perasaan tidak bisa diam, perlu

bergerak terus menerus. Ini bisa sangat tidak nyaman terutama ketika

hal itu terus-menerus dan mengganggu tidur. Gerakan ritmis dari

bagian-bagian tubuh yang disebut tardive dyskinesia. Efek samping

ini paling banyak umum dengan obat-obatan berpotensi tinggi:

34
haloperidol (Serenace), pimozide (Orap), thiothixene (Navane /

Thixit), trifluoperazine (Stelazine), dan zuclopenthixol (Clopixol).3(10)

Cara mengatasinya yaitu dengan ditambahkan trihexyphenidil

(artena) 3-4 kali 2 mg/hari dan sulfas atropine 0,50-0,75 mg (IM). Jika

gejalah ektrapiramidal terkendali penurunan dosis dilakukan secara

bertahap. Obat profilaksis Parkinson tidak dapat diberikan karena

dapat mempengaruhi penyerapan obat antipsikosis.12 Obat penenang

seperti diazepam dan lorazepam dapat digunakan jika orang tersebut

memiliki tingkat kecemasan dan / atau yang tinggi masalah tidur. 4(11)

Meskipun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi merupakan

kemungkinan untuk mengendlikan situasi jangka pendek, bagian yang

sulit dari terapi adalah integrasi psikologis pengalaman (dan

kemungkinan trauma pencetus jika ada) ke dalam kehidupan pasien

dan keuarga. Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok mungkin

diindikasi. Diskusi tetntang stressor, episode sikotik, dan

perkembangan strategi untuk mengatasinya. Masalah yang

berhubungan adalah membantu pasien mengatasi kehilangan harga

diri dan kepercayaan.1(8) Psikoterapi dapat membantu orang tersebut

mengidentifikasi dan mengatasi situasi atau peristiwa yang memicu

gangguan tersebut. Orientasi pasien dengan kenyataan daripada

berurusan dengan sumber kecemasan dapat membantu pada hari-hari

pertama perawatan. Dalam psikosis disosiatif, hipnosis dapat

membantu tidak hanya dalam diagnosis banding dari skizofrenia tetapi

juga untuk pengobatan gangguan tersebut. Psikoterapi untuk gangguan

35
kepribadian yang parah atau gangguan disosiatif juga dapat memicu

episode psikotik singkat, sehingga gangguan psikotik singkat dapat

dicegah dengan mengidentifikasi pasien siapa yang berisiko.11

XIII. KESIMPULAN

1. Pasien didiagnosis dengan Gangguan Psikotik Akut akibat penggunaan

zat

2. Dukungan dan motivasi terhadap pasien sangat diperlukan baik dari

keluarga, saudara dan teman-temannya.

3. Penggunaan obat secara teratur juga dibutuhkan untuk mengurangi

gejala dan mencegah kekambuhan.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Americaan Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American

Psychiatric Publishing, 2013.

2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2013.Vyas A, Khan M. Case

Report : Paranoid Personality Disorder. American journal of psychiatry

residents journal. 2016; 9-11.

3. Volim BA, Farooq S, Jones H, et al. Pharmacological interventions for

paranoid personality disorder. Europe PMC Funders Author Manuscripts.

2014; 1-14.

4. Torgerson S, Kringlen E, Cramer V: The prevalence of personality disorders

in a community sample. Arch Gen Psychiatry 2001; 58:590–596.

5. Johnson JG, Cohen P, Smailes E, et al: Adolescent personality disorders

associated with violence and criminal behavior during adolescence and early

adulthood. Am J Psychiatry 2000; 157:1406–1412.

6. The SAGE Encyclopedia of Abnormal and Clinical Psychology. :

"Gangguan Psikotik Singkat". SAGE Publications, Inc. Thousand

Oaks,2017.

7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication) Edisi 2014. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2014.

37
8. Sadock, Benjamin J. and Sadock V. A. Kaplan & Sadock Buku Ajar

Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC. 2010.

9. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.

10. Brief Psychotic Disorder. Mental Health Foundation of New Zealand with

financial assistance from ASB Trust. Auckland. 2002

11. Kellett S, Hardy G: Treatment of paranoid personality disorder with

cognitive analytic therapy: a mixed methods single case experimental

design. Clin Psychol Psychother 2014; 21:452–464.

38
LAMPIRAN

Transkrip Wawancara Psikiatri

Keterangan:

K: Dokter muda (Kevin Kaseger)

I: pasien (Kezia/Ichi)

P: Ayah Pasien

M: Ibu Pasien

K: Selamat sore ichi, saya dengan dokter muda kevin akan melakukan

wawancara, akan menanyakan tentang ichi pe kehidupan, menanyakan apa

yang ichi rasakan, apa ichi bersedia?

I: Ia

K: Mau bertanya dulu mungkin identitas dulu kang? Nama lengkapnya?

I: Kezia pricilla derry

K: Umur berapa sekarang?

I: 25

K: Tempat tanggal lahir?

I: Manado, 10 februari 1996

39
K: Sudah menikah?

I: Sudah

K: Pendidikan terakhir?

I: SMA

K: Sekara kerja?

I: Ohhh nda, cuman di rumah

K: Ohh berarti ibu rumah tangga ya?

I: Iya

K: Asal mana? Suku mana?

I: Kalo mama bantik, kalo papa siau

K: Baru agama apa?

I: Kristen protestan

K: Ini sekarang alamt dimana ya?

I: Singkil I lingkungan V

K: Ada nomor yang bisa di hubungi?

I: Kalau kita sekarang sudah nda pegang hp.

K: Oh berarti nanti kita catat, mama atau papa pe nomor hp jo kang? Waktu

pertama kali ke ratumbuysang, itu pertama kali berobat atau sudah pernah

sebelumnya?

40
I: Pertama kali

K: Ohhh pertama kali kang? Hari apa ya itu?

I: Itu kwa so kontrol hari senin

K: Sebelumnya hari apa?

I: Kita so lupa hari apa, soalnya so blank dang, pe pas maso di IGD itu, terus

ada dapa ika, cuman itu yang kita dapa inga.

K: Kira-kira so berapa minggu baru kontrol ulang? So 1 bulan atau?

I: Sudah 3 hari atau berapa lama, baru datang ulang ba kontrol.

K: Berapa lama dang ada di igd, maksudnya ada datang ke ratumbuysang

berapa lama?

I: Mama kwa yang tahu, kalo kita so ba lupa lupa.

K: Waktu pertama kali datang di IGD tanggal berapa ya itu?

M: tanggal 11 hari minggu. Tanggal 11 april hari minggu, 2 hari cuman noh.

K: oh cuman 2 hari terus pulang?

M : iya langsung pulang.

K: Yang bawa pa ichi di rumah sakit?

P: Torang keluarga.

Waktu itu ichi pe keluhan apa dang?

41
P: dia kwa sebenarnya hari ke 4 di rumah itu kong dia torang bawa ka rumah

sakit. Dia rupa grafik ba naikk naik, dari hari pertama dia pe muka ba rasa

kebas kebas dia pe tangan ba rasa dingin, kong dia ada sesuatu dia mau

muntah kasih keluar, kong dia pe komunikasi so mulai nda nyambung. Tapi

masih jaga konek noh, kalo jaga bacarita, kadang konek kadang nda. Baru

ka 2 dia so mulai meningkat itu, depe konektivitas itu lebih banyak eror.

K: masih nyambung ato so nyanda nyambung kalo bacarita?

P: mayoritas dia so nyanda nyambung, Cuma ada jeda di sekitar stengah jam

bagitu dia rasa normal noh, dia tabadiang noh, kong dia bajalang kasana

kamari, mar dia mangarti itu barang noh suruh buang dia lepas atau

komando jalan masuk, masuk noh dia, mar nyanda anuh dang nyanda

respon dalam sebuah kesadaran bagitu. Nah hari ka 3 dia so mulai ada

perlawanan so mulai ganas pa orang, pa depe mama bagitu, mar kalo pa kita

dia dengar noh, sampe dia so jaga, kong hari ka 3 itu dia so gemetar

gemetar depe tangan.

K: depe gemetar bagimana itu? Kayak kejang atau?

M: nda kejang

P: bukan kejang, tapi memang, kayak mo kasih keluar sesuatu, terus dia ta

rebah bagitu.

K: waktu dia mulai rebah, agak lama nda?

42
P: dia pe rebahan itu nda lama, nanti dia sadar noh. Itu nda lama Cuma sekian

menit nanti dia ulang lagi, kesana kemari jalan, biacara so nyanda konek so

`nyanda nyambung

K: sebelumnya pernah begini nda?

P: nyanda nda pernah begini

K: berarti pas tanggal sebelas ada bawa, baru 3 hari dia mulai begini kang?

P: hari ka 4 itu dia so sampe nyanda sadar dia sampe so jaga buka depe baju,

panas sto mungkin. Sampe torang piker kasiang ini anak apakah dia so

kerasukan ka apa?. Mar dia so baba ojo di lante, so suka tidor bagitu di

lante.

K: apa ada nda tindakan yang agresif yang ichi beking?

P: nah itu hari ka 4 noh itu. Dia so jaga ganu pa orang, sapapun dating dia

sampe kita pe sudara yang dari sebelah itu dia Tarik sampe tu baju ta rabe-

rabe.

K: pa itu orang yang ada dating?

P: io pa kita pe sudara itu yang ada dating

K: itu samua pas hari ka 4 kang?

P: io hari ka 4 itu, hari ka 4 pagi.

K: ichi masih ingat itu dari hari pertama sampe hari ka 4. Apa yang ichi rasa

waktu itu

43
I: yang kita inga hari pertama itu kitakan pulang toh.

K: darimana itu?

I: itu dari sebelah. Waktu itu mabuk kita.

K: jam berapa itu ichi pulang rumah?

I: pagi sto kang pa?

P: jam-jam 8 jam 9 sto itu.

I: kita pe sampe di rumah, kan ada ba carita deng mama deng papa toh, kage

mama kase mandi, kita minta mama yang kase mandi pa kita, sudah abis

mandi langsung maso kamar abis itu mulai rasa dingin noh, terus dari kaki

itu dia mulai dingin terus kepala dia mulai pusing sekali, berat sekali, kong

malah waktu itu so tidor toh, waktu itu ada ketring sto kang pa? waktu itu

seingat kita ada katering kong kita di kamar noh, jadi cuman pegang

handphone dang kong ba uni drama korea, itu yang kita inga, trus kita

bangun, kita duduk sini kita angkat kaki begini sambil lipat leper, baru ada

mama pe teman datang, ada antar panada, tanta nona sto yang ada antar

panada kang? Terus kita langsung maso kamar, keluar kamar, kita masuk

keluar kamar, baru mama suruh beking puding, kita beking noh puding, tapi

kita so nda sempat potong, biasa kita beking buah dang sampe kita potong

dang depe puding dang, waktu itu cuma sampe masak, kong taruh di pa

depe tampa noh sampe dia jadi keras dang, kong kita masuk ulang noh di

kamar, terus emmm, kita inga kita ada duduk disini, kong ada nawir sto ada

datang, kita ingat kita ada duduk disini kong ada pangko kaki begini, kong

44
ada cari-cari pa jetro kwa pa ade waktu itu, kong jetro blum ada, karena

depe papa masih tahang karena ada acara pa dorang toh, waktu itu kwa

dorang keluarga jetro pe papa ada ba pesan ketring di rumah sini dang kong

sudah noh jadi sampe di rumah cuma ta tinggal kita dengan ka betsi.

P: orang yang ada ba bantu pa maitua kwa ba masak-masak

K: waktu da ketring itu kang?

P: io

I: kita kwa rupa dengar sementara ba carita dengan mama semetara potong-

potong buah, kita dapa dengar kayak lonceng orang mati dang, kong abis

itu ka betsi bilang brayend kata itu, brayend yang ka alin pe paitua itu yang

ada ba hugel dang, dengan ka alin pe paitua pertama dang itu di bitung, dia

ada meninggal kata di sanger, itu yang ada meninggal kita dapa dengar

begitu, tapi nda tahu itu betul, cuman kita dapa dengar lonceng.

P: kalo disini hari itu, tu hari dia pertama ba anu ma, ada orang, ada lonceng

gereja, atau orang meninggal?

M: em, siapa ya?

K: sekitar hari apa itu berarti kang, hari?

I: waktu ada ba ketring dang

M: di atas gemis kata?

K: oh memang betul ada lonceng?

45
I: kong kita dengar kata kak brian kata yang ka alen pe paitua so meninggal, di

sanger di pa alen, alen tamaka pe paitua yang pertama dang.

M: hmmm, betsi da ba cerita pa kita betul.

K: oh berarti betul ya.

I: terus kita ada dengar musik bambu

P: oh ia waktu itu memang ada orang kaweng di dekat rumah.

K: kalo misalnya dengar orang bacarita begitu terus orang di sebelah nda

dengar pernah nda? Kayak suara bising begitu, cuman nda tahu dang itu

suara laki-laki atau perempuan begitu, pernah nda begitu?

I: ada sih, kayak ada, waktu hari itu ada yang bilang begini, jangan sampe

ngana mo tinggal sendiri di rumah, kayak kita pe dalam hati dang begitu. Itu

makanya kita minta mama pe tamang ka betsi noh ba tinggal di rumah, terus

pas ka betsi ba teman kita langsung nonton korea toh, cuman kita pe apa so

dingin skali noh begitu.

M: hari rabu itu toh?

I: io waktu ada ketring itu. Kong kita inga ada kita pe ika rambu pas kita ika

rambu kong putus toh, kong kita dapa inga itu rido pe mama punya dang,

kong kita kumpul dang kita suruh papa bakar waktu itu.

K: terima kasih atas waktunya dan keteranganya ya ichi.

I: Sama-sama dokter.

46
LAMPIRAN

47

Anda mungkin juga menyukai