BLOK NUTRISI
Kelompok 8 :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur
kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah yang
berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang
spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup
dan sehat (Kusharisupeni, 2007).
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-
1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa
Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi.
Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai
”nutrisi”( Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1994).
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses
pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Almatsier,
2004).
Pada kasus PBL kali ini akan di bahas mengenai ketidakcukupan gizi dalam
tubuh yang menyebabkan masalah nutrisi. Berikut merupakan kasus yang kan di
analisis.
An. Jepri berusia 5 tahun datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan
perut buncit, badannya sangat kurus, rambut berwarna seperti rambut jagung, edema
pada ekstremitas, belum bisa berbicara dan berjalan. Informasi yang didapat dari
ibunnya mengatakan bahwa anak Jepri selama tiga tahun di beri makan singkong
karena keterbatasan ekonomi keluarga. Saat melakukan pengkajian, didapatkan bahwa
BB anak tersebut adalah 10 Kg, ners Panji kemudian menghitung status kategori
sangat kurus. Ners Panji berencana melakukan pengkajian lebih lanjut dan
menentukan masalah keperawatan pada anak Jepri, sehingga Ners Panji dapat
menentukan rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang tepat pada anak tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara marasmus dan kwashiorkhor.
2. Mengetahui patofisiologi penyakit edema.
3. Mengetahui pengakuran status gizi NCHS persentil, Z-Score dan IMT.
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus tersebut.
BAB II
No
Kwashiorkor Marasmus
.
1. Muka bulat seperti bulat (moon face) Anak terlihat tua dan tubuh kecil
2. Rambut tidak normal dan warna Rambut normal dan warnanya hitam
seperti jagung serta mudah dicabut
3. Lengan bagian bawah bengkak, Badan kurus dan tak ada lapisan
pembesaran pada hati dan edema kulit
pada kaki
9. Tampak sedih dan duduk diam tidak Lebih aktif dan tidak apatis
bergerak (apatis)
2. Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap
median, akhirnya memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau
nilai tengah dari jumlah populasi berasa diatasnya dan setengahnya berada
dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan
persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas
gizi lebih (Supariasa, 2001).
- SD = Standar deviasi lower, digunakan saat nilai riil kurang dari nilai median
Indeks SG Z-Score
Usia : 5 tahun
10−18,3
=
18,3−16
−8,3
= 2,3
= -3,6
Kesimpulan, Status gizi anak Jepri sangat rendah karena SG kurang dari -3 yaitu -3,6
Pengukuran yang lain yang dapat digunakan pada orang dewasa adalah dengan
menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh)
BB(kg)
Rumus : IMT = 2 2
TB ( m )
Pedoman :
- edema ekstremitas
- perut buncit
- BB = 10 kg
No Tanggal
Analisa data Masalah Etiologi Symptom
. pengkajian
1. 18 DS : Ketidak- Faktor
September Ibu pasien seimbangan ekonomi
2014 mengatakan nutrisi
DO :
BB = 10 kg
(20% dibawah
BBI)
Z-score = -3,6
(sangat rendah)
NCHS = 50%
(gizi buruk)
Perut buncit
Rambut jagung
Edema
ekstremitas
3. Rencana keperawatan
4. Nutritional
monitoring
a. monitor
pemilihan
makanan.
b. monitor
intake kalori Untuk
dan nutrient. mengetahui
c. catat perkembangan
perubahan pada status
signifikan nutrisi pasien
status nutrisi sebelum dan
dan inisiatif setelah
treatments dilakukan
d. catat ada tindakan
tidaknya luka, keperawatan,
edema, dll. serta
mengetahui
apakah ada
gangguan lain
atau tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi
buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Patofisiologi penyakit edema
disebabkan karena permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Tekanan osmotik darah lebih
besar dari pada limfe. Pengukuran menggunakan NCHS Z-Score didapat hasil -3,6 yang
menandakan anak Febri dalam kondisi sangat rendah status gizinnya. Diagnosa yang muncul
pada kasus tersebut Ketidakseimbangan nurisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
faktor ekonomi. Adapun batasan karakteristiknya antara lain : kurangnya makanan, BB lebih
dari 20% dibawah BBI dan hasil penghitungan Z score dan NCHS menunjukkan gizi pasien
sangat buruk.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Badudu-Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
NANDA. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Nency Y, Arifin M.T., 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal 21
Sep. 14, http://ppi-jepang.org.