Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Laporan Kasus CLP

Delirium YTT (F05.9)


Delirium Not Otherwise Specified (780.09).

Oleh :
dr. Dwiwahyu Ningsih.S

Pembimbing
Dr. dr. Sonny T. Lisal, SpKJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Laporan Kasus CLP


dengan judul “Delirium YTT (F05.9)”. Pada kegiatan konfrensi klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari : Senin
Tanggal : 30 Oktober 2017
Jam : 12.30 WITA
Tempat : Ruang. Pertemuan RSKD Prov. Sul-Sel

Makassar, Oktober 2017


Pembimbing,

Dr. dr. Sonny T. Lisal, SpKJ

2
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.B
No. RM : 570574
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Baru, Maros
Dikonsul dari Bagian Bedah Saraf ke Bagian Psikiatri tanggal 16 Oktober
2017, Masuk Rumah Sakit tanggal 29 September 2017.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny.M
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Desa Baru, Maros
Hubungan dengan pasien : Istri pasien

3
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang pasien laki-laki dikonsul dari bagian Bedah Saraf (Rawat
HCU), dengan keluhan gelisah. Gelisah dialami pasien sejak 4 hari
keluar dari ICU, pasien dirawat di ICU selama 2 hari setelah menjalani
operasi pengangkatan Tumor pada tanggal 10 Oktober 2017. Saat gelisah
pasien ingin mencabut selang infusnya dan bangun dari tempat tidurnya,
oleh keluarga tangan pasien di ikat menggunakan sarung. Pasien juga
dikeluhkan sulit tidur pada malam hari, bila diajak berbicara pasien
kadang dapat menjawab dengan baik, dan terkadang tidak nyambung.
Pasien selalu mengatakan melihat bayangan , sehingga pasien terlihat
seperti ketakutan .
Awal masuk, pasien dibawa oleh keluarga ke RS Wahidin pada
tanggal 29 September 2017 dengan keluhan nyeri kepala, yang dialami
sejak 1 tahun yang lalu, nyeri terutama saat beraktivitas dan berkurang
pada saat beristirahat. Selain nyeri kepala pasien juga mengeluhkan mata
kirinya yang semakin menonjol dan juga terasa nyeri seperti tertusuk-
tusuk dialami sejak 1 tahun .
Pasien sebelumnya pernah diopname di RSUD Kab.Maros Tahun
2016, dirawat selama 3 hari dengan keluhan nyeri kepala dan mata yang
menonjol. Pasien di diagnosis D/Glioblastoma Multiforme. Pasien teratur
berobat jalan di RSUD Maros selama 3 bulan dipoli bedah ditemani
sepupunya. Kemudian dianjurkan ke RSWS untuk pengobatan lebih
lanjut. Sejak mengetahui penyakitnya keluarga menyarankan pasien untuk
sering beristirahat dan mengurangi pekerjaannya. Seringkali pasien
terlihat sedih bila memikirkan anak-anaknya yang masih kecil dan
kebutuhan ekonomi keluarganya.

4
C. Riwayat Gangguan Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Tidak ada riwayat trauma kapitis dan kejang
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Tidak ada riwayat penggunaan Napza

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, dirumah ditolong oleh dukun. Selama
mengandung ibu pasien dalam keadaan sehat dan saat melahirkan
tidak ditemukan adanya kesulitan dalam persalinan. Pada masa ini,
pertumbuhan dan perkembangan sama seperti anak seusianya.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien pada masa ini sesuai dengan anak seusianya.
Tidak banyak informasi didapatkan pada masa ini.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Pasien masuk SD di Maros pada usia 6 tahun, prestasi di sekolah
biasa-biasa saja. Pasien termasuk anak yang pendiam, ramah dan
memiliki banyak teman.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
Setelah tamat SD, pasien melanjutkan ke SMP dimaros hingga
selesai .Pasien tidak melanjutkan pendidikannya di SMA karena
masalah ekonomi.

5
E. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien hanya tamat SMP dan tidak melanjutkan pendidikannya ke SMA
karena keterbatasan ekonomi dari keluarga pasien.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani mengurusi sawah dan kebun milik orang
tuanya, yang diwariskan kepada pasien. Sejak mengeluhkan nyeri kepala
pasien sudah jarang bekerja.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah dengan istrinya tahun 2007 dan memiliki 2 orang anak.
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan kewajiban agama dengan
baik.
F. Riwayat Keluarga
Pasien anak ke 2 dari 8 bersaudara. Tidak ditemukan riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga. (♂,♀,♀, ♂ , ♀, ♂,♂,♂)

Keterangan :
: anggota keluarga Laki-laki
: Anggota keluarga perempuan

: pasien
: anggota keluarga yang meninggal

6
G. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama istri, sepupu pasien dan kedua anaknya. Pasien
bekerja sebagai petani, dan istri pasien yang mengasuh ke dua anaknya, anak
pasien berumur 7 tahun dan 1 tahun.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Mata (Tgl 13 Oktober 2017 ) Post OP.
S : Mata kiri menonjol keluar, dikeluhkan sejak 1 tahun yang lalu, berawal
benjolan terlihat kecil namun makin lama semakin membesar hingga saat ini.
Mata merah (+), Riwayat penurunan penglihatan pada mata kiri (+), air mata
berlebih (-), kotoran mata berlebih (-). Riwayat DM dan Hipertensi tidak ada.
O: VOD  Saat ini suli dievaluasi, pasien tidak koperatif.
VOS  Saat ini sulit dievaluasi pasien tidak koperatif
- Oculus Dextra : Segmen anterior bola mata dalam batas normal.
- Oculus sinistra : Udem pada palpepra superior (+), hiperemis (+) ,
lagoftalmus 10 mm silia secret ada, konjungtiva hiperemis(+),
tempak kemosis sepanjang nasal hingga temporal, kornea kesan
keruh setengah dari kornea setinggi 8mm dari medial ke interior .
flouresens (+), iris coklat, detail lain sulit dievaluasi.
A : Oculus Sinistra prptosis + lagoftalmus + keratitis Exposure
P : - C. Polygram Zalf 1gr/ 8jam / OS
- C. Hyalub EDMD 1 tetes/ 4 jam / OS
- Eyelid tapping
Status Bedah Saraf (13 Oktober 2017) Post OP
S : Nyeri Kepala yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, nyeri terutama
dirasakan saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat. Riwayat muntah tidak
ada, riwayat demam tidak ada. Nyeri kepala dikeluhkan bersamaan dengan
mata kiri yang menonjol dan juga terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk. Riwayat
penyakit keganasan dalam keluarga tidak ada.

7
- Saat ini pasien telah dioperasi.( Diagnosis Pra bedah: Meningioma
Sinistra).
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 72 kali/menit
 Pernapasan : 26 kali/menit
 Suhu tubuh : 38,70 C.
A : D/ Post OP hr III Tumor removal.
P : - Oksigen 3-5 liter/ menit
- Cefipime 1gr/ 12jam/ IV
- Dexamethason 5 mg /8jam /IV
- Metamizole 1gr/ 8jam/ IV
- Paracetamol 1gr /8jam /IV/ Drips (Bila S: > 38,5)
- Fenitoin 100cc (dalam 100cc natrium Chlorida 0,9%)/8jam/Drips
Pemeriksaan Penunjang :
o Hasil Pemeriksaan Laboratorium : (14 Oktober 2017) Post OP
RBC : 3.88 x 106 / mm3 Kreatinin : 0,58 mg/dl
HB : 10,2 g/dL SGOT : 23 U/L (n: < 38)
HCT : 30,4 % SGPT : 23 U/L ( n: < 41)
WBC : 9.12 x 103 / mm3 Albumin : 3.9 gr/dl
PLT : 300 x 103 / mm3 Kolesterol HDL : 14 mg/dl
GDS : 130 mg/dL Kolesterol LDL : 64 mg/dl
Ureum : 30 mg/dl (n: 10-50) Natrium : 144 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L Klorida : 101 mmol/L

o Hasil CT-Scan ( 14 agustus 2017) Pra OP :


o Massa Heterogen intra axial pada lobus temporalis yang meluas retrobulbar
sinistral serta menyebabkan proptosis oculi sinistrasi susp. Ganglioglioma.
o Herniasi Subfalcine, - Brain Swelling,- Hydrocephalus non Communicating.

8
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tgl 16 Oktober 2017) Post OP
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
- Seorang pria, wajah tampak sesuai umur, perawakan sedang, kulit
sawo matang, tidak memakai baju, terpasang infus ditangan kanan,
mata kiri menggunakan Eyelid tapping dan pasien mengenakan sarung
bercorak kotak-kotak warna coklat.
2. Kesadaran
Berkabut
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien gelisah berusaha bangun dari tempat
tidurnya
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan kurang spontan,kurang lancar,
intonasi pelan
5. Sikap terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
A. Keadaan Afektif
1. Mood : sulit dinilai
2. Afek : sulit dinilai
3. Keserasian : tidak serasi
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan
B. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan: Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : Tidak terganggu
b. Tempat : Terganggu
c. Orang : Terganggu

9
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Sulit dinilai
b. Jangka Sedang : Sulit dinilai
c. Jangka Pendek : Sulit dinilai
d. Jangka Segera : Sulit dinilai
4. Konsentrasi dan Perhatian : Kadang teralihkan
5. Pikiran Abstrak : Terganggu
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Kurang

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : - Halusinasi visual : Pasien mengaku melihat
bayangan.
- Halusinasi auditorik ( Pasien mengaku
mendengar suara yang menakuti pasien).
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
 Produktivitas : kurang
 Kontinuitas : kadang irelevan
 Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran : tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Terganggu

10
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : terganggu
3. Penilaian Realitas : terganggu

H. Tilikan : Pasien merasa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan


(Tilikan 6)
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Gelisah dialami pasien sejak 4 hari saat keluar dari ICU, saat gelisah pasien
ingin mencabut selang infus dan bangun dari tempat tidurnya. Bila diajak berbicara
pasien kadang dapat menjawab dengan baik, dan terkadang tidak nyambung. Pasien
juga selalu mengatakan melihat bayangan yng menakutkan dan mendengar suara. .
Tanggal 10 Oktober 2017 sekitar 6 hari yang lalu pasien menjalankan operasi
pengangkatan tumor dikepala. Sebelumnya pasien pernah diopname di RSUD
Kab.Maros Tahun 2016, dirawat selama 3 hari dengan keluhan nyeri kepala dan
mata yang menonjol, berobat jalan selama 3 bulan. Kemudian dianjurkan ke RSWS
untuk pengobatan lebih lanjut.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan tampak seorang laki-laki
penampilan sesuai umur, perawakan sedang, tidak memakai baju, terpasang infus
ditangan kanan, kesadaran kesan berkabut, afek dan mood sulit dinilai, dan empati
tidak dapat dirabarasakan. Pada pemeriksaan fungsi kognitif didapatkan adanya
disorientasi tempat dan orang. Terdapat halusinasi auditorik dan visual dimana
pasien melihat bayangan dan mendengar suara yang menakuti pasien, pengendalian
impuls terganggu, pasien merasa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan dan
secara keseluruhan apa yang diutarakan pasien dapat dipercaya.

11
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan riwayat gangguan pasien, ditemukan adanya perilaku
berupa gelisah, terdapat riwayat berbicara dan tersenyum sendiri sehingga
keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
bagi pasien dalam fungsi sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
gejala berupa perubahan perilaku dialami setelah menjalani operasi
pengangkatan tumor . Hal ini berkaitan oleh adanya beberapa faktor dampak
dari pasca operasi bedah , yang berpengaruh menyebabkan gangguan pada
fungsi otak sehingga digolongkan sebagai Gangguan mental organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan adanya
keadaan gelisah, pasien ingin mencabut selang infus dan turun dari tempat
tidurnya, sulit tidur pada malam hari , kesadaran berkabut, terdapat
disorientasi orang dan tempat, pasien juga tidak dapat memusatkan dan
mepertahankan perhatian serta adanya halusinasi auditorik dan visual,
sehingga berdasarkan PPDGJ III diagnosis diarahkan ke Delirium YTT
(F05.9) dan Menurut DSM V didiagnosis Delirium Not Otherwise Specified
(780.09).
Aksis II
Dari informasi yang didapatkan, pasien dikenal sebagai orang yang
pendiam, penyabar dan pekerja keras. Data yang didapatkan ini belum cukup
untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian. Mekanisme
pertahanan yang sering digunakan adalah represi.
Aksis III
Anemia + Riwayat Operasi Pengangkatan Tumor
Aksis IV
Stressor Psikososial tidak ada

12
Aksis V
GAF Scale saat ini 50-41 yaitu gejala berat, disabilitas berat
GAF Scale satu tahun terakhir 60-51 yaitu gejala sedang, disabilitas
sedang

VII. DAFTAR MASALAH


Organobiologik
Ditemukan adanya kondisi medis berupa nyeri kepala dan penonjolan
bola mata yang terasa seperti tertusuk-tusuk sehingga pasien membutuhkan
farmakoterapi. Ditemukannya gejala berupa gelisah, sulit tidur, halusinasi
auditorik dan visual sehingga pasien membutuhkan psikofarmakoterapi
karena diduga terjadi ketidakseimbangan neurotransmiter.
Psikologik
Penyakit fisik yang dialami membutuhkan komitmen dan kesabaran
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi suportif dan edukasi keluarga.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
(Dubia ad bonam)
Faktor-faktor yang meringankan prognosis :
- Motivasi pasien yang besar untuk sembuh
- Dukungan keluarga yang baik.
- Tidak didapatkan adanya tanda –tanda keganasan
Faktor-faktor yang memperburuk prognosis :
- Perlangsungan penyakit yang kronis.

13
IX. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi :
Haloperidol 0,5 mg/ 1 tablet/8 jam/oral
Lorazepam 1 mg/12 jam/oral.
B. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Edukasi keluarga
C. Terapi dari Bagian Saraf
o IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 24 jam
o Oksigen 3-5 liter/ menit
o Cefipime 1gr/ 12jam/ IV
o Dexamethason 5 mg /8jam /IV
o Metamizole 1gr/ 8jam/ IV
o Fenitoin 100cc (dalam 100cc natrium Chlorida 0,9%)/8jam/Drips
Terapi dari Bagian Mata
- C.Polygram Zalf 1 gr/ 8 jam/OS
- C.Hyalub EDMD 1 tetes/4 jam/OS
- Eyelid tapping

X. FOLLOW UP
Follow up tanggal 17 Oktober 2017 (Pukul 13.00 WITA)
S : Pasien masih gelisah → pasien selalu ingin turun dari tempat tidur. Nyeri
kepala masih ada.
O: TD : 130/70 mmHg, HR : 105 x/mnt, RR: 26 x/mnt, SB : 36,50C
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor : gelisah (terfiksasi)
Verbalisasi : Tidak spontan, lambat, intonasi pelan
Afek : Sulit dinilai
Gang.persepsi : Halusinasi Visual Pasien melihat bayangan hitam.

14
Halusinasi Auditorik : Pasien mendengar suara yang
menakutkan.
Arus pikir : Kadang Irelevan.
Gangguan isi pikir : Observasi
A: Axis I : Delirium YTT (F05.9)
Axis III : Anemia + Riwayat Post.OP Tumor removal
P: Terapi dari Bagian Psikiatri :
R/ Haloperidol 0,5 mg / 1 tablet/ 8 jam/ oral
R/ Lorazepam 1 mg /12 jam /oral.
Psikoterapi suportif
Terapi dari Bagian Bedah Saraf :
- IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 24 jam
- Cefipime 1gr/ 12jam/ IV
- Dexamethason 5 mg/ 8jam/ IV
- Metamizole 1 gr /8jam/ IV/Drips
- Fenitoin 100cc (dalam 100cc natrium Chlorida 0,9%)/8jam/Drips
- Durogesic Patch
- Ranitidin 50 mg/ 12 jam/ IV
Terapi dari Bagian Mata
- C.Polygram Zalf 1 gr/ 8 jam/OS
- C.Hyalub EDMD 1 tetes/4 jam/OS
- Eyelid tapping

15
XI. DISKUSI
Pasien ini dikonsul dari Bagian Bedah Saraf dengan keluhan utama gelisah,
sulit tidur, kadang tidak nyambung bila diajak bicara dan melihat bayangan, tidak
dapat memusatkan perhatian dengan baik, kesadaran berabut dan terdapat disorientasi
tempat dan orang.. Kasus ini merupakan kasus Consultation Liasion Psychiatry
(CLP) di mana keluhan yang dialami pasien timbul akibat penyakit medis yang
dialami oleh pasien. Berdasarkan PPDGJ III, pasien ini didiagnosis sebagai Delirium
YTT (F05.9) dan menurut DSM V didiagnosis Delirium Not Otherwise Specified
(780.09).1-5
Kriteria diagnosis delirium berdasarkan PPDGJ III berupa : 4
 Gangguan kesadaran dan perhatian (dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan
koma, menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
 Gangguan kognitif secara umum (distrosi persepsi, ilusi dan halusinasi seringali
visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang
bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan, hendaya
daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif
masih utuh. Disorientasi waktu, pada kasus yang berat terdapat juga disorientasi
tempat dan orang).
 Gangguan psikomotor (hipo atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang
tidak terduga dari satu ke yang lain, waktu bereasi yang lebih panjang, arus
pembicaraan yang bertambah atau berkurang, reaksi terperanjat meningkat).
 Gangguan siklus tidur bangun (insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat
tidur sama sekali atau terbaliknya siklus tidur bangun, mengantuk pada siang hari,
gejala memburuk pada malam hari , mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk,
yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur).
 Gangguan emosional (misalnya depresi, ansietas atau takut, lekas marah, euforia,
apatis atau rasa kehilangan akal).

16
 Onset biasanya cepat, perjalanan penyakit hilang timbul sepanjang hari, kejadian
itu berlangsung kurang dari 6 bulan. Terdapat riwayat penyakit fisik dan otak
yang mendasarinya, adanya disfungsi otak.
Pada pasien ini ditemukan adanya keadaan kesadaran berkabut, sulit tidur bila
malam hari, tidak dapat memusatkan dan mempertahankan perhatian dengan baik,
adanya halusinasi auditorik dan visual, juga terdapat disorientasi tempat dan orang,
disertai peningkatan psikomotor (gelisah) dimana pasien ingin mencabut selang infus
dan mau turun dari tempat tidurnya. Adanya gejala gangguan mental ini dialami
setelah pasien menjalani operasi pengangkatan tumor, hal ini dikaitkan dengan
adanya beberapa faktor dampak dari pasca operasi bedah otak, yang berpengaruh
menyebabkan gangguan pada fungsi otak.

1. Dampak dari Operasi Bedah Otak:


1. Infeksi
Infeksi merupakan efek yang paling tidak diinginkan terkait dengan operasi
otak. Karena adanya lubang pada tengkorak maka bakteri mendapatkan akses untuk
menginfeksi otak selama operasi berjalan.
2. Perdarahan
Ada kemungkinan terjadinya perdarahan intrakranial pasca operasi dalam
kasus-kasus pengangkatan tumor ganas dan jinak, yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini berpotensi menyebabkan pasien menjadi
tidak sadar.
3. Kejang
Kejang dapat terjadi oleh karena adanya koneksi abnormal oleh aktivitas
listrik yang tidak biasa diotak.
4. Stroke
Stroke didefinisikan sebagai situasi darurat medis dimana aliran darah otak
mengalami gangguan mendadak. Stroke setelah operasi pengangkatan tumor otak
diakibatkan oleh karena adanya hambatan pada pembuluh darah.

17
5.Kerusakan Otak
Pengangkatan Tumor kadang menyebabkan kerusakan atau pun pengangkatan
beberapa jaringan normal otak sehingga dapat menyebabkan adanya kerusakan
permanen dari jaringan sehingga membutuhkan rehabilitasi.
6. Pembengkakan Otak
Akumulasi Cairan Cerebrospinal akibat pembedahan dapat menyebabkan
peningkatan intra kranial.
7. Penurunan tekanan intarkranial
Penurunan tekanan intarkranial akibat pengangkatan tumor yang besar dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri kepala dan vertigo akibat dari hilangnya tekanan
hidrostatik secara tiba-tiba dalam intrakranial.

Adapun perubahan transmisi neuronal yang dijumpai pada delirium melibatkan


berbagai mekanisme, yang melibatkan tiga hipotesis utama, yaitu:
a. Efek Langsung
Beberapa substansi memiliki efek langsung pada sistem neurotransmiter,
khususnya agen kolinergik dan dopaminergik. Lebih lanjut, gangguan metabolik
seperti hipoglikemia, hipoksia, atau iskemia dapat langsung mengganggu fungsi
neuronal dan mengurangi pembentukan atau pelepasan neurotransmiter.
b. Inflamasi
Delirium dapat terjadi akibat gangguan primer dari luar otak, seperti penyakit
inflamasi, trauma, atau prosedur bedah. Pada beberapa kasus, respons inflamasi
sistemik menyebabkan peningkatan produksi sitokin, yang dapat mengaktivasi
mikroglia untuk memproduksi reaksi inflamasi pada otak. Sejalan dengan efeknya
yang merusak neuron, sitokin juga mengganggu pembentukan dan pelepasan
neurotransmiter. Proses inflamasi berperan menyebabkan delirium pada pasiendengan
penyakit utama di otak

18
c. Stres
Faktor stres menginduksi sistem sarafsimpatis untuk melepaskan lebih banyak
noradrenalin, dan aksis hipotalamuspituitari-adrenokortikal untuk melepaskan lebih
banyak glukokortikoid, yang juga dapat mengaktivasi glia dan menyebabkan
kerusakan neuron.

Gambar 1. Hubungan antara berbagai faktor etiologi delirium7.

Consultation-Liasion Psychiatry (CLP) merupakan terapan disiplin ilmu


Psikiatri dalam ilmu kedokteran yang menjembatani psikiatri dengan kedokteran
umum dan bidan spesialisasi kedokteran lainnya. Seiring dengan perubahan
paradigma pelayanan kesehatan yan menuntut perbaikan kualitas. Maka langkah awal
dalam pelayanan ini adalah menentukan arah serta diagnosis yang tepat sehingga
intervensi yang diperlukan dapattepat sasaran. Intervensi adalah suatu langkah antara
diagnosis dan penerimaan pasien terhadap pengobatan. 10
Keterampilan komuniasi sangat penting dalam mendiagnosis sutu gangguan
dan mengikutsertakan pasien dalam usaha-usaha terstruktur untuk mengobati
gangguan tersebut. Keterampilan ini penting untuk intervensi singkat yang efektif.
Hal ini dapat diringkas oleh suatu akronim FRAMES, yaitu : 10-11
F : feedback on the patient’s risk or impairment

19
R : responsibility for change belongs to the patient
A : advice to change shoukd be spesific and nonambiguous
M : menu of alternative strategies
E : empathetic rather than confrontational counseling style
S : self-efficacy, a positive view of patient’s ability to change and the treatment
efficacy

Secara umum, tujuan dari konsultasi psikiatri dalam pelayanan medis adalah :10-11
1. Menjamin keamanan dan stabilitas dari pasien dalam lingkungan medis.
2. Mengumppulkan riwayat dan data medis yang cukup dari sumber yang
terpercaya untuk menilai pasien dan merumuskan masalah.
3. Mengatur pemeriksaan status mental dan pemeriksaan neurologis dan fisik bila
diperlukan.
4. Menetapkan diagnosis banding.
5. Membuat rencana terapi.

Pasien ini diberikan obat haloperidol, suatu antipsikotik tipikal potensi tinggi
yang dapat mengatasi agitasi dan halusinasi pada pasien dengan delirium. Dosis
efektif haloperidol pada kebanyakan penderita delirium berkisar antara 5-50 mg.
Selain itu pasien ini juga diberikan lorazepam yang merupakan Golongan
Benzodiazepin yang bekerja pada otak dan sistem saraf pusat sebagai ansiolitik
dengan meningkatkan efek dari fungsi neurotransmitter GABA.
Prognosis pada pasien ini adalah malam karena perlangsungan penyakitnya
yang kronis dan etiologi dari tumor pasien yang dicurigai merupakan keganasan.

20
IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT

2016 Awal pasien dirawat dan berobat jalan di RSUD Kab.Maros

29-September 2017 Pasien masuk UGD RSWS

10 Oktober 2017 Pasien menjalani Operasi Pengangkatan Tumor di RSWS

16 Oktober 2017 Pasien dikonsul ke bagian Psikiatri dengan keluhan gelisah.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Delirium dalam Sinopsis Psikiatri, Jilid


Satu, Binarupa Aksara, Jakarta, 2010.
2. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Delirium dalam Buku Ajar Psikiatri,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Puri B.K, Laking P.J, Treasaden. Delirium dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi
2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia, 2012.
4. Departemen Kesehatan RI. Delirium dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 1993.

5. First, M.B, et al. Delirium in Diagnostic Criteria From DSM V, American


Psychiatric Association, USA, 2013.

6. Luman A. Sindrom Delirium. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015.

7. Kolegium Psikiatri Indonesia. Modul X. Consultation Liasion Psychiatry.


PPDS Kedokteran Jiwa Departemen Psikiatri FK-UI.

8. Syamsulhadi HM. Penatalaksanaan Consultation Liasion Psychiatry dan


Aplikasi Klinis. Sebelas Maret University Press. Surakarta, 2012.

22
LAMPIRAN
AUTOANAMNESA I (TANGGAL 16 OKTOBER 2017)
Pukul 11.00 WITA, pasien berada diHCU Bedah Saraf RS Wahidin Sudirohusodo
- Seorang pria, wajah tampak sesuai umur, perawakan sedang, kulit
sawo matang, tidak memakai baju, terpasang infus ditangan kanan,
tampak mata kiri menggunakan Eyelid tappin, dan pasien
mengenakan sarung bercorak kotak-kotak warna coklat.
D : Selamat pagi pak, saya dokter Y dari Bagian Psikiatri, nama bapak siapa?
P : Iyah dok (bersuara pelan, sambil menggerakkan tangannya yang terikat).
IP : Ini pak Basri dok. Bapak gelisah terus, selalu mau bangun makanya kami
tangannya kami ikat dok.
D : Sudah berapa lama bapak seperti ini?
IP : Sejak 4 hari keluar dari ICU dok, Bapak sebelumnya dioperasi pengangkatan
tumor dikepala, katanya itu yang buat mata kirinya sakit dan menonjol keluar.
D : Sebelumnya apakah bapak pernah gelisah seperti ini?
IP : Waktu di ICU 2 hari, baik ji dok tidurnya. Nanti setelah dipindahkan ke
HCU,bapak mulai gelisah.
D : Maksud saya selama dirumah, sebelum dioperasi Ibu?
IP : Tidak pernah dok, Bapak bekerja seperti biasa dikebun dan sawahnya, Cuma
kalau sudah bekerja terlalu capek, kepala dan matany asudah mulai nyeri, jadi
saya bilang istirahat mi dulu jangan di paksa.
D : Sudah berapa lama bapak mengeluhkan nyeri kepala ibu?
IP : Sudah ada satu tahun dok, sepertinya bersamaan dengan matanya yang
semakin lama semakin menonjol. Karena tidak tahan nyerinya kami berobat di
RS. Umum Maros, berobat jalan 3 bulan dan setelah itu dikirim ke RS.
Wahidin untuk pegobatan selanjutnya. Karena setelah di Scan kepalanya
bapak, dokter di maros sarankan untuk di operasi.
D : Iya ibu, saya coba bertanya dulu dengan pak B tentang keadaannya.
D : Pak B, bapak berada di mana sekarang?

23
P : Di.. ( Sambil melirik disekitar).
D : Kalau ada dokter dan peralatan seperti di tangan bapak ini (sambil menunjuk
infus pasien). Kira –kira bapak berada dimana?
P : Pasien hanya diam dan sesekali melihat keatas.
D : Bapak kenal tidak siapa yang di samping bapak ini?
P : ini...istriku ( Sambil menunjuk kearah sepupunya), Pasien masih menggerak
gerakkan tangan nya yang terikat
D : Pak.. pak B, boleh lihat dokter dulu.. ( Pasien melihat keatas plafon sambil
menggerakkan badannya seraya akan bangun dari tempat tidur).
D : Apa yang bapak lihat?
A : Ada dato-dato.
D : Apa itu pak?
P : (Pasien tidak menjawab pertanyaan, Pasien selalu mau bangun dari tempat
tidurnya).
IP : Boneka itu dato-dato dok ,dari kemarin dia bilang. Tapi lebih sering ji
gelisah seperti ini dok, tidak tidur sudah 4 hari baru selalu mau buka ikatannya.( Istri
pasien memegangi tangan pasien yang menarik narik ikatannya)
D : Pak B, Kenapa gelisah?
P : Pasien tidak menjawab ( Pasien menggerakkan badannya untuk bangun dari
tempat tidur)
D : Ibu apakah bapak kadang tidak nyambung bila diajak bicara?
IP : Iya dok, biasa kami bertanya terus bukan itu jawabannya , tapi bapak lebih
sering diam dan bergerak gelisah seperti ini dok.
D : Baiklah ibu, nanti kami akan usahakan memeberikan pengobatan supaya
bapak jadi lebih tenang, dan pengobatan dari bedah saraf tetap dilanjutkan .Kalau
begitu bapak B istirahat dulu yah. Semoga bapak lekas sembuh.
IP : Iye dok, Terima kasih banyak..

24
LAMPIRAN
AUTOANAMNESA I I (TANGGAL 17 OKTOBER 2017)
Pukul 13.00 WITA, pasien berada di HCU Bedah Saraf RS Wahidin Sudirohusodo
- Seorang pria, wajah tampak sesuai umur, perawakan sedang, kulit
sawo matang, tidak memakai baju, terpasang infus ditangan kanan,
tampak mata kiri menggunakan Eyelid tappin, dan pasien
mengenakan sarung bercorak kotak-kotak warna coklat.
D : Assalamu alaikum pak B, bagaimana kabarta siang ini pak?
P : Pasien terdiam dan masih terlihat mau membuka ikatan tangannya.
IP : (Sambil memegang tangan pasien), Adami sedikit tidurnya dok..
D : Apa bapak masih gelisah tadi malam?
IP : Agak kurangmi gelisahnya dok dibanding kemarin.
D : Pak B, bisa lihat dokter pak?
P : Iya dok. (Pasien melihat ke dokter).
D : Bagaimana keadaan bapak hari ini?
P : (Sambil menggerak-gerakkan tangannya yang terikat) Ada dato-dato diatas
(sambil melihat keatas). Pasien tampak seperti ketakutan.
IP : Itu terus dia bilang dok, tapi tidak pernah ji berteriak, selaluji mau bangun
dari tempat tidur.
D : Iya ibu, Bapak harus terus dipantau jangan sampai terjatuh dari tempat tidur
jangan ditinggalkan sendiri. Untuk saat ini pengobatan tetap kami lanjutkan
dan setiap hari kami akan memantau keadaan pak B. Perlu ibu ketahui bahwa
keadaan gelisah seperti yang bapak alami adalah merupakan salah satu
dampak dari pasca operasi. Kami akan berusaha untuk memberikan terapi dan
tindakan medis yang maksimal. Insyaallah Bapak B Cepat sembuh.
IP : Iya dok, Insyaallah. Sekali lagi terima kasih dok.

25

Anda mungkin juga menyukai