Di susun oleh :
DESEMBER 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Pembimbing,
dr. Ngatwanto, SpP
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kesempatan yang diberikan
kepada kami untuk penyelesaian presentasi kasus Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit
Margono Soekarjo dengan penyakit Tuberculosis.
Serta ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam proses pengerjaan dan penyelesaian tugas ini. Yang mungkin
tanpa bantuannya akan banyak mengalami kesulitan.
Tugas yang berupa presentasi kasus ini bertujuan agar menambah pengetahuan
dalam bidang kedokteran dan macam penyebab sampai penatalaksanaan kasus ini.
Semoga dengan selesainya presentasi kasus ini dapat berguna bagi pendidikan
kedokteran Indonesia pada umumnya.
Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan. Jika ada kesalahan dalam
presentasi kasus ini kami mohon maaf dan kami harapkan perbaikan atasnya.
Tim Penyusun
BAB I
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Usia : 62 tahun
Alamat : Karang tengah kidul, Rt 04/05, Kedung Banten
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Pendidikan : Diploma
Tanggal masuk : 30 November 2012 pukul 08:20 WIB
Tanggal periksa : 11 Desember 2012
Ruang Rawat : Bangsal Asoka
No. CM : 147049
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Nyeri dada, sesak.
2. Keluhan tambahan :
Keringat pada malam hari, batuk berdahak berwarna putih bening dan
lemas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien, Tn. Y masuk ke IGD RSMS dengan keluhan nyeri dada sejak
makan sore. Nyeri nya terasa hilang timbul dan tidak hilang ketika pasien
istirahat. Nyeri dada dirasakan tiba-tiba. Pasien mengaku demam pada
pagi hari. Sesak nafas juga dirasakan pasien, yang memberat sejak siang
hari. Sesak dirasakan sudah sejak lama, namun pasien tidak pernah berobat
karena sesak dirasa ringan dan tidak sampai mengganggu aktivitas. Sesak
dirasakan sepanjang hari, dan membaik ketika beristirahat
Keluhan keringat pada malam hari juga diakui pasien, setiap malam
pasien berkeringat banyak. Batuk berdahak juga dirasa, terutama setelah
makan, pasien merasa terdapat dahak namun sulit untuk di batukkan atau
dikeluarkan. Dahak berwarna putih jernih dan kental. Penurunan berat
badan dirasakan sejak sebulan yang lalu pasien dengan berat badan: 65kg,
sedangkan saat ini pasien mempunyai berat badan 55 kg. Serta pasien
merasa lemas.
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat penyakit yang sama : Pasien belum pernah mengalami keluhan
yang sama seperti ini.
b.Riwayat hipertensi : diakui sejak 5 bulan terakhir
c. Riwayat TB : disangkal
d.Riwayat kencing manis : diakui
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat sakit ginjal : disangkal
g.Riwayat penyakit jantung : diakui sejak 3 tahun yang lalu.
h.Riwayat penyakit liver : disangkal
i. Riwayat mondok : diakui, 7 tahun yang lalu pasien sempat
di rawat di RS Brebes karena kecelakaan.
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b.Riwayat kencing manis : diakui
c. Riwayat alergi : disangkal
d.Riwayat sakit ginjal : disangkal
e. Riwayat penyakit perdarahan : disangkal
6. Riwayat sosial dan exposure
a. Community
Tn. Y berkeluarga dengan 4 orang anak. Pasien memiliki seorang istri
dan memiliki 4 orang anak. Di ruma terdapat perokok aktif, yakni
anak pasien. Keluarga pasien berstatus sosial dan ekonomi menengah
ke bawah, sumber pendanaan kesehatan berasal dari JAMKESMAS.
Di Lingkungan sekitar pasien banyak anak anak yang batuk batuk
dengan tuberkulosis paru.
b. Home
Tn. Y tinggal bersama istri dan anak – anaknya dalam satu rumah.
Belum ada anak yang menikah. Pasien tinggal di kawasan padat
penduduk. Rumah tersebut berdinding tembok, berlantai ubin dan
memiliki langit-langit dan beratap genting. Rumah memiliki jendela
dan ventilasi yang memadai, namun jarang untuk dibuka pintu maupun
jendelanya oleh pasien. Jarak rumah pasien dengan rumah yang laiinya
cukup dekat. Pasien memelihara binatang peliharaan berupa ayam
sekitar 10 ekor yang di beri kandang di belakang rumah pasien. Pasien
mengaku setiap hari mengurus ayam serta membersihkan kandang
ayam tersebut setiap hari. Untuk memasak air, Ny K menggunakan
tungku kayu bakar, sehingga asap pembakarannya banyak sekali
c. Occupation
Tn. Y merupakan pensiunan PNS, tidak bekerja dan tinggal di rumah.
Kebutuhan sehari-hari pasien tercukupi dari hasil pensiunan dan hasil
ternaknya.
d. Personal habit
Tn Y selalu menjaga kebersihan rumahnya. Selama beraktivitas
dirumah, Tn Y sering sekali bersih bersih di rumah maupun pada
ligkungan sekitar rumahnya. Pasien merupakan perokok, namun sudah
berhenti sejak sekitar 3 tahun yang lalu.
e. Diet and drugs
Menu makan pasien sering terdiri dari sepiring nasi beserta lauk tahu
tempe dan sayur. Lauk berganti ganti kadang ikan ataupun daging
ayam.
C. PEMERIKSAAN FISIK
11 Desember 2012
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 140/100 mmHg
b. Nadi : 88 ×/menit reguler-reguler,
isi dan tekanan cukup
c. Pernapasan : 26 ×/menit
d. Suhu : 36,5 °C
4. Tinggi badan : 170 cm
5. Berat badan : 65 kg
6. Status gizi (IMT) : 22,4 (normoweight)
7. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (-)
2) Mata
Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter 3 mm
3) Mulut
Bibir kering (-), bibir pucat (-), bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-) di garis tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-)
retraksi suprasternal (+), otot bantu napas (+) di kanan dan kiri
Palpasi: Pembesaran KGB (-)
c. Pemeriksaan thoraks
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris dan tidak tampak
ketertinggalan gerak antara hemithoraks kanan dan kiri.
Inspirasi berbanding inspirasi 2:1, kelainan bentuk dada
(-), retraksi intercostalis (+).
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi lapang paru sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ Ronki basah halus
paru -/- Ronki basah kasar di basal paru +/+ Wheezing -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap
No Jenis Pemeriksaan Hasil Ket.
28 Oktober 2012
1 Hb 14,8 gr/dL Normal
2 Leukosit 15.040 /ul (↑)
3 Ht 42 % (↓)
4 Eritrosit 4,6 x 106 /ul (↓)
5 Trombosit 146.000/ul (↓)
6 MCV 31,1 fl (↑)
7 MCH 34,7 pg Normal
8 MCHC 13,2 % Normal
9 RDW 10,0 % Normal
Hitung Jenis
1. Basofil 0,1 % Normal
2. Eosinofil 0,6 % (↓)
3. Neutrofil Batang 0,09 % (↓)
4. Neutrofil Segmen 64,9% (↑)
5. Limfosit 8,3 % (↓)
6. Monosit 6,7 % Normal
2. Kimia klinik dan elektrolit
No Jenis pemeriksaan 28 Oktober 2012 Ket.
1. LDH 320 U/L (↑)
2. Kolesterol Total 168 mg/dL (↓)
3. Trigliserid 119 mg/dL Normal
4 SGOT 14 U/L (↓)
5 SGPT 47 U/L Normal
6 CK 33 U/L (↓)
7. CKMB 21 U/L Normal
8. Glukosa Sewaktu 128mg/dL Normal
9. HbA1c 8,4 % (↑)
Mikrobilogi
Pewarnaan Zn 1x
BTA : NEGATIF
Leukosit : POSITIF
Epiteal : POSITIF
Pewarnaan Zn 2x
BTA : NEGATIF
Leukosit : POSITIF
Epiteal : POSITIF
Pewarnaan Zn 3x
BTA : NEGATIF
Leukosit : POSITIF
Epiteal : POSITIF
F. DIAGNOSIS KERJA
Tuberkulosis Paru Kasus Baru
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi :
a. O2 3 liter/ menit
b. IVFD RL 20tpm
c. ISDN 2x1 tab
d. Biscor 1x1/2 tab
e. Sanmol 3x500mg
f. Digoxin 1x1/2 tab
g. Spironolakton 1x1
h. Analsik 3x1
i. 2RHZE + 4R3H3
2. Non farmakologi :
a. Istirahat
b. Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga meliputi pencetus, terapi,
komplikasi penyakit, prognosis penyakit dan cara pencegahan
perburukan penyakit.
Rencana monitoring
a. Keadaan klinis pasien
b. Efek samping obat
I. PROGNOSIS
Ad fungsional : ad bonam
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosa kerja pasien (Ny. K) adalah asma akut sedang pada asma
persisten sedang Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
II.1 Pendahuluan
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret
1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap
sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk
dunia terinfeksi oleh Micobacterium tuberculosis. Pada tahun 1998 ada 3. 617.047
kasus TB yang tercatat di seluruh dunia.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia
produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya
prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang
muncul terjadi di Asia.(3)
II.3 Defenisi
II.4 Etiologi(4)
Micobacterium tuberculosis, basilus tuberkel, adalah satu diantara lebih
dari 30 anggota genus Mycobacterium yang dikenali dengan baik maupun banyak
yang tidak tergolongkan. Bersama dengan kuman berkerabat dekat yaitu M. bovis
kuman ini menyebankan tuberculosis.
II.5 Patogenesis
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis local), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis local bersama-sama limfadenitis
regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan
waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam
3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. (3) Tergantung dari
jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi :
BAB III
PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS
Kemasan :
1) Obat tunggal : obat disajikan secara terpisah.
Tabel 2. Jenis dan dosis OAT
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
Berat 3 kali seminggu selama 16
tiap hari selama 56 hari
Badan minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
1) Pasien kasus baru TB paru dengan BTA positif, dan TB dengan BTA negatif
beserta gambaran foto toraks lesi luas (termasuk luluh paru). Paduan obat
yang dianjurkan : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3atau 2RHZE/6HE.
Pengobatan fase inisial resimennya 2HRZE, maksudnya Rifampisin (R),
Isoniazid (H), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) diberikan setiap hari selama
dua bulan. Kemudian diteruskan ke fase lanjutan 4RH atau 4R3H3 atau 6HE,
maksudnya Rifampisin dan Isoniazid diberikan selama empat bulan setiap
hari atau tiga kali seminggu, atau diberikan selama 6 bulan. Bila ada fasilitas
biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi.
2) Pasien baru TB paru dengan BTA negatif beserta gambaran foto toraks lesi
minimal. Panduan obat yang dianjurkan : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3
atau 6RHE
3) Pasien TB paru kasus kambuh. Sebelum ada hasil uji resistensi dapat
diberikan 2RHZES/1RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi.
Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan RHE selama 5 bulan.
4) Pasien TB paru kasus gagal pengobatan. Paduan obat yang dianjurkan :
2RHZES/1RHZE/5RHE. Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya
diberikan obat lini 2 (contoh paduan : 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin,
etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid,
sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan fase awal dapat diberikan
2RHZES/1RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak
terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan RHE selama 5 bulan.
5) Pasien TB kasus putus obat. Paduan obat yang disediakan oleh Program
Nasional TB : 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3. Pasien TB paru kasus lalai
berobat akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria berikut :
a) Berobat < 4 bulan Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama. Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif, TB aktif
pengobatan diteruskan.
b) Berobat ≥ 4 bulan Bila BTA saat ini negatif, klinis dan radiologi tidak
aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila
gambaran radiolologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan
penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama. Bila BTA saat ini positif, pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama.
6) Pasien TB paru kasus kronik. Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum
ada hasil uji resistensi berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 4 macam OAT yang
masih sensitif) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid, dan lain-lain. Pengobatan minimal selama 18 bulan. Jika tidak
mampu dapat diberikan INH seumur hidup. Pertimbangkan pembedahan
untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan. Kasus TB paru kronik
perlu dirujuk ke dokter spesialis paru.
Sedangkan menurut buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi: (1)
1) Kategori-1 (2HRZE/ 4R3H3). Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a) Pasien baru TB paru BTA positif.
b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c) Pasien TB ekstra paru
2) Kategori -2 (2RHZES/ RHZE/5R3H3E3). Paduan OAT ini diberikan untuk
pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 4. Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
3 kali seminggu
tiap hari
Berat RH (150/150) +
Badan RHZE (150/75/400/275) + S
E(400)
Selama 28
Selama 56 hari selama 20 minggu
hari
3) Efek samping obat yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomats maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan. Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat
dengan pendekatan gejala. (1)
Tabel 5. Efek samping ringan OAT
Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”: Jika
seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan
dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan
OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang,
namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan
seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang.
Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk. (1)
Terdapat 6 elemen kunci dalam startegi stop TB yang direkomendasi oleh WHO :
Tipe Hasil
Uraian Tindak Lanjut
Pasien TB BTA
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT
BAB III
KESIMPULAN