Pembimbing :
Disusun Oleh :
2018730128
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Demam Rematik Akut”. Laporan
kasus ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik stase Pediatri di RSUD Sayang Cianjur.
Penulis menyadari laporan refreshing ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan laporan selanjutnya. Atas selesainya
laporan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Muhammad Ifan Romli, Sp. A yang telah memberikan persetujuan dan
pembimbingan. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan
para pembaca.
A. IDENTITAS PASIEN
● Nama : An. S
● Jenis kelamin : Perempuan
● Usia : 12 tahun 8 bulan
● Tanggal lahir : 22 November 2009
● No. RM : 0098****
● Alamat : Cikidang 03/03 warungdoyong
● Tanggal masuk RS : 29 Juli 2022
● Tanggal periksa : 02 Juni 2022
IDENTITAS ORANGTUA
● Nama ayah/usia : Tn.A / 48 Tahun
● Pekerjaan ayah : Buruh serabutan
● Pendidikan : SD
● Penghasilan : 2.000.000-2.500.000
● Nama ibu/usia : Ny. R / 52
● Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
● Pendidikan : SD
● Penghasilan :-
● Suku : Sunda
● Agama : Islam
● Ruang rawat : Samolo 3
● Riwayat pengobatan
● Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik makanan, cuaca
dan obat-obatan.
● Riwayat Psikososial
Pasien tinggal dengan kedua orangtuanya. Pasien tinggal di rumah
yang memiliki ventilasi cukup baik, sumber air bersih menggunakan PAM.
Pasien mudah lelah jika beraktifitas sehari-hari, jika pelajaran olahraga di
sekolah pasien tidak ikut karena merasa jantung berdebar dan sesak. Pasien
sering tidak masuk sekolah terkait keluhan tersebut.
● Riwayat imunisasi
Menurut ibu pasien, pasien sudah diberikan imunisasi :
1. Usia 0 bulan : Hepatitis B
2. Usia 1 bulan : BCG, Polio 0
3. Usia 2 bulan : DPT, HB, Hib 1, Polio 1, PCV 1, Rotavirus 1
4. Usia 3 bulan : DPT, HB, Hib 2, Polio 2
5. Usia 4 bulan : DPT, HB, Hib 3, Polio 3, PCV 2, Rotavirus 2
6. Usia 6 bulan : PCV 3, Rotavirus 3, Influenza
7. Usia 9 bulan : MR, JE 1
8. Usia 12–18 bulan : Varicela (2x interval 6 minggu – 3
bulan), Hepatitis A (2x interval 6 - 36)
9. Usia 9 Tahun–14Tahun : HPV (1 kali)
C. PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum : Tampak sakit sedang
● Kesadaran : Compos mentis (GCS: 15 E4M6V5)
● Tanda-tanda vital :
‐ Nadi : 98 x/menit, regular
‐ Suhu : 37,7 °C
‐ Pernapasan : 27-28 x/menit
‐ SpO2 : 98%
‐ TD : 110/70
● Antropometri
‐ Berat badan : 30 kg
‐ Tinggi badan : 143 cm
‐ IMT : 14,7 kg/m2
● Status gizi
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Mulut Mukosa bibir lembab, sianosis (-), perdarahan gusi (-), tonsil T1-T1,
faring hiperemis (-)
Thoraks ● Paru:
I: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-/-)
Pa: Vokal fremitus (+/+)
Pe: Sonor (+/+)
A: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung
I: ictus cordis tidak terlihat
Pa: ictus cordis sulit teraba
Ekstremita Akral hangat (+/+/+/+), CRT < 2 detik. Gerakan involunter kedua tangan
s (chorea syndenhaim +)
Status Neurologis
Pupil : RCL (+/+), RCTL (+/+)
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I/II/II : (-/-/-)
Kernig sign : (-)
N.cranial : Parese n. III, n.VII (-)
Motorik : Tonus otot baik, klonus (-), atrofi (-)
Kekuatan :
5 5
5 5
Refleks fisiologi
- Bicep : (+/+)
- Tricep : (+/+)
- Patella : (+/+)
- Achilles : (+/+)
Refleks patologis
- Babinski : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hemoglobin 12,1 g/dL 12-16
MCV 68.7 fL 80 – 94
Elektrolit
Natrium (Na) 151,5 135-148 mEq/L
Kalium (K) 3,55 3,50-5,30 mEq/L
Calcium Ion 1,11 1,15-1,29 mmol
E. RESUME
- Anak Perempuan usia 11 tahun 3 bulan
- Tangan dan kaki bergerak sendiri sejak 1minggu yang lalu
- Berbicara kurang jelas, hanya mampu mengucapkan per kata, berbicara tidak
mampu jika mengucapkan sebuah kalimat
- Murmur (+)
- Perkembangan sesuai usia
- Konjungtiva anemis
- Pergerakkan involunter tangan dan kaki
- Hipernatremia (Natrium 151,5)
- Hipokalsemia (Calcium Ion 1,11)
F. DIAGNOSIS
- Diagnosis :
Susp Demam Rematik Akut
H. TATALAKSANA
Paracetamol
Penisilin/eritromicin 40 mg/ KGBB/ Hari
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad functionam : Ad Bonam
Quo ad sanationam : Ad Bonam
J. FOLLOW-UP
30 – 07 – 2022 (06.00)
S Demam (-), Nyeri dada kiri (+), Bicara cadel/sulit, tangan dan kaki gerak gerak
tidak mau berhenti, nyeri kepala
O Kes : CM
TD : 100/70
Nadi : 120 x/menit, nadi teraba kuat
S: 36,5°C
RR: 24x/menit
SPO2 : 99%
K/L : normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), cekung (-/-)
Mulut : mukosa bibir lembab
Thorax : retraksi (-) murmur (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, pergerakkan involunter ekstremitas atas
bawah
A Susp. DRA
EKG
Kesimpulan: LVH kriteria Sokolow Lyon (S V1 + R V5 >35)
RO THORAX
Cor tidak membesar
Pulmo: tampak infiltrate minimal di parakardian kanan
Kesimpulan: Bronkopneumonia (mild) kanan, Tidak tampak kardiomegali
Laboratorium ( 30 Juli 2022 ) Urin Rutin
P Periksa ASTO
Konsul dr Bambang Sp.JP
inj. Cefotaxime 3x1gr
Paracetamol 3 x 2 ½ cth
eritromicin 40mg/KgBB/hari
Haloperidol pulv 2x3mg
03 – 08 – 2022 (06.00)
S Demam (-), Nyeri dada kiri (-), Bicara cadel/sulit, tangan dan kaki bergerak
gerak sendiri sudah berkurang, nyeri kepala (-)
O Kes : CM
TD : 100/60
Nadi : 78 x/menit, nadi teraba kuat
S: 36,4°C
RR: 20x/menit
SPO2 : 99%
K/L : normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), cekung (-/-)
Mulut : mukosa bibir lembab
Thorax : retraksi (-) murmur (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, pergerakkan involunter ekstremitas atas
bawah
A DRA
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
Kesimpulan:
MR mild-moderate AR tritial e.c Rheumatoid Fever
Fungsi sistolik LV baik, kontraktilitas RV baik, disfungsi diastolic grade I
04 – 08 – 2022 (06.00)
S Demam (-), Nyeri dada kiri (-), Bicara mampu mengucapkan kalimat, tangan
dan kaki bergerak gerak sendiri sudah berkurang, nyeri kepala (-)
O Kes : CM
TD : 120/80
Nadi : 94 x/menit, nadi teraba kuat
S: 36,7°C
RR: 20x/menit
SPO2 : 99%
K/L : normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), cekung (-/-)
Mulut : mukosa bibir lembab
Thorax : retraksi (-) murmur (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”, pergerakkan involunter ekstremitas atas
bawah
A DRA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. DEFINISI
Penyakit reaksi autoimun yang mengenai multisystem terutama mengenai jantung,
sendi, otak, jaringan kutan dan subkutan, timbul setelah infeksi tenggorokan oleh group A
beta hemolytic streptococcal rheumatogenic strain (GABHS) dengan penyulit serius berupa
gejala sisa pada katup jantung dan disebut penyakit jantung rematik yang cenderung
kambuh
Penyakit autoimun berupa peradangan akut, difus dan non supuratif yang terjadi
pada individu yang rentan setelah tonsilofaringitis yang tidak tertanggulangi dan
diakibatkan oleh respons imunologis lambat yang terjadi setelah infeksi Streptococus B
hemolyticus grup A.
Penyakit jantung rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat gejala sisa
dari DRA, yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung
1.2. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian DRA pada anak usia 5-14 tahun diperkirakan sekitar 336.000 kasus
baru pertahun, dengan angka kematian sebesar 1,5%. Insiden DRA memuncak pada usia 5-
15tahun, sekitar 5% dari semua kasus DRA terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun. DRA
Lebih banyak kejadian di negara berkembang, berkaitan dengan angka kemiskinan,
lingkungan buruk dan sosioekonomi yang rendah berdampak terhadap usaha pencegahan
dan pengobatan terhadap infeksi streptococcus.
1.3. ETIOLOGI
Penyebab demam rematik adalah infeksi oleh Streptokokus B- hemolitikus grup A,
secara spesifik Streptokokus pyogenes. Bakteri ini merupakan bakteri ekstraseluler Gram
positif, yang dilapisi oleh lapisan luar asam hialuronik. Dinding selnya terdiri dari unit
karbohidrat N-asetil-D- glukosamin yang terikat ke polimer rhamnose. Klasifikasi
mikroorganisme ini oleh Lancefield menjadi 20 serogrup yaitu grup A-H, dan K-V, dimana
masing-masing strain mempunyai target organ spesifik. Berdasarkan data epidemiologis,
serotipe Streptokokus grup A mempunyai kecenderungan yang kuat menyebabkan
faringotonsilitis dan kemudian menyebabkan demam rematik. Streptococus Beta
hemolitikus grup a Memproduksi enzim ekstraseluler berupa streptolisin S dan O, enzim
streptolisin O dapat berikatan dengan antistreptolisin O, yaitu antibody yang diproduksi
oleh manusia setelah infeksi streptococcus yang memproduksi streptolisin O ASTO (anti
streptolisin O) secara kuantitatif (akan meningkat) Hanya 2-3% individu yang menderita
streptococcus berlanjut menjadi DRA, dan 30-80% pasien yang yang pernah DRA
mengalami rekurensi akibat streptococcus grup A.
1.4. PATOFISIOLOGI
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi Streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian7.
Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinik
demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinik tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum (gejala minor) dan manifestasi spesifik
(gejala mayor) demam reumatik/penyakit jantung reumatik7.
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung atau penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukkan gejala apa-apa7.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini
baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu
dapat mengalami reaktivasi penyakitnya7.
2. Artritis
Artritis ARF paling sering menyerang sendi-sendi besar, terutama lutut,
pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Banyak sendi yang sering terlibat,
dengan timbulnya artritis pada sendi yang berbeda baik dipisahkan dalam waktu atau
tumpang tindih, sehingga memunculkan deskripsi "polyratritis" migrasi "atau" aditif ".
Setiap sendi terpengaruh selama beberapa hari hingga satu minggu, dengan seluruh
episode sembuh tanpa pengobatan dalam waktu satu bulan. Nyeri sendi bisa sangat
parah, terutama pada anak-anak yang lebih tua dan remaja, dan sering tidak sesuai
dengan tanda-tanda klinis peradangan 11
Atralgia yang merupakan suatu kriteria minor, juga sering menyebabkan seorang
dokter mendiagnosa sebagai Demam reumatik terutama jika terdapat kriteria minor
yang lain, seperti febris dan bukti adanya infeksi streptokukkus seperti ASTO.
Penelitian di RS Hasan sadikin bandung menunjukkan terdapat 24 kasus dari 113 kasus
dengan atralgia dan febris, yang setelah ditelaah ulang, tidak memenuhi kriteria Jones,
hasil ekokardiografi juga tidak menunjukkan adanya tanda-tanda karditis.9
3. Chorea Sydenham
Insidensi sydenham chorea muncul dalam 1-6 bulan setelah infeksi streptokokus,
progresif secara perlahan dan memberat dalam 1-2 bulan.Kelainan neurologis berupa
gerakan involunter yang tidak terkoordinasi (choreiform), pada muka, leher, tangan dan
kaki. Disertai dengan gangguan kontraksi tetanik dimana penderita tidak bisa
menggenggam tangan pemeriksa secara kuat terus menerus (milk sign).12
Chorea dapat muncul dengan sendirinya, tanpa ciri-ciri ARF lainnya dan tanpa
bukti infeksi streptokokus, karena chorea dapat terjadi berbulan-bulan setelah infeksi
streptokokus. Jika chorea memiliki presentasi yang terisolasi, penting untuk
mengecualikan penyebab lain dari chorea, seperti systemic lupus erythematosus,
penyakit Wilson, dan reaksi. Dalam semua kasus yang dicurigai chorea reumatik,
pemeriksaan jantung dan ekokardiogram harus dilakukan, karena chorea sangat terkait
dengan carditis.11
4. Eritema Marginatum
Muncul dalam 10% serangan pertama Demam reumatik biasanya pada
anak anak, jarang pada dewasa.Lesi berwarna merah, tidak nyeri dan tidak
gatal dan biasanya pada batang tubuh, lesi berupa cincin yang meluas secara
sentrifugal sementara bagian tengah cincin akan kembali normal.10
5. Nodulus Subkutan
Nodul subkutan muncul beberapa minggu setelah onset demam
rematik, dan biasanya tidak disadari penderita karena tidak nyeri. Biasanya
berkaitan dengan karditis berat, lokasinya di permukaan tulang dan tendon,
serta menghilang setelah 1-2 minggu.
B. Manifestasi Minor
Demam hampir selalu ada pada poliartritis reumatik; ia sering ada pada
karditis yang tersendiri (murni) tetapi pada korea murni. Jenis demamnya
adalah remiten, tanpa variasi diurnal yang lebar, gejala khas biasanya kembali
normal atau hampir normal dalam waktu 2/3 minggu, walau tanpa pengobatan.
Artralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif pada sendi. Artralgia
biasanya melibatkan sendi besar. Kadang nyerinya terasa sangat berat
sehingga pasien tidak mampu lagi menggerakkan tungkainya13.
Termasuk kriteria minor adalah beberpa uji laboratorium. Reaktan fase akut
seperti LED atau C-reactive protein mungkin naik. Uji ini dapat tetap naik
untuk masa waktu yang lama (berbulan-bulan). Pemanjangan interval PR pada
elektrokardiogram juga termasuk kriteria minor13.
Nyeri abdomen dapat terjadi pada demam reumatik akut dengan gagal
jantung oleh karena distensi hati. Nyeri abdomen jarang ada pada demam
reumatik tanpa gagal jantung dan ada sebelum manifestasi spesifik yang lain
muncul. Pada kasus ini nyeri mungkin terasa berat sekali pada daerah sekitar
umbilikus, dan kadang dapat disalahtafsirkan sebagai apendistis sehingga
dilakukan operasi13.
Anoreksia, nausea, dan muntah seringkali ada, tetapi kebanyakan akibat
gagal jantung kongestif atau akibat keracunan salisilat. Epitaksis berat
mungkin dapat terjadi. Kelelahan merupakan gejala yang tidak jelas dan
jarang, kecuali pada gagal jantung. Nyeri abdomen dan epitaksis, meskipun
sering ditemukan pada demam reumatik, tidak dianggap sebagai kriteria
diagnosis13
1.7.
Gejala mayor Karditis 50%
Takikardia, sesak, berdebar
(endocarditis, myocarditis, pericarditis)
Poli arthritis 80%
Nyeri sendi hebat
Umumnya asimetris sehingga anak tidak
mau jalan, sering nyeri berpindah-
pindah, bengkak, kemerahan
Korea Sydenham 10%
Gerakan yang tidak disengaja dan tidak
bertujuan, inkoordinasi muscular, serta
emosi yang labil. Kelabilan emosinya
khas, pasien sangat mudah menangis,
dan menunjukkan reaksi yang tidak
sesuai, kehilangan perhatian, gelisah,
serta tidak koperatif
Eritema marginatum <5%
Ruam tidak gatal, macular, dengan tepi
eritema yang menjalar dari bagian satu
ke bagian lain mengelilingi kulit yang
tampak normal. Lesi ini berdiameter
sekitar 2,5cm, tersering pada batang
tubuh dan tungkau proksimal, dan tidak
melibatkan wajah.
Nodul subkutan (jarang)
Nodul tidak nyeri dan teraba keras,
biasanya pada sisi ekstensor ekstremitas
Anamnesis riwayat demam rheumatic
Demam
Atralgia
Nyeri sendi ringan, biasanya sendi besar
Gejala minor
Laboratorium
Peningkatan leukosit, LED dan CRP
EKG
Pemanjangan interval PR
Pemeriksaan Penunjang
1.8. PENATALAKSANAAN
1.9. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA