Pembimbing :
dr. Lukman Ali Husin, Sp.PD
Oleh :
Anggi Nur Indah Sari
2017730009
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 DEFINISI GANGGUAN GINJAL AKUT..............................................................6
2.2 EPIDEMIOLOGI.....................................................................................................1
2.3 ETIOLOGI...............................................................................................................2
2.4 PATOFISIOLOGI...................................................................................................4
2.5 DIAGNOSIS............................................................................................................7
2.6 TATALAKSANA..................................................................................................10
2.7 PENCEGAHAN....................................................................................................12
2.8 KOMPLIKASI.......................................................................................................13
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi
ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal
terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
4
serta keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan penyakit ini. Edukasi terhadap
pasien dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang memungkinkan akan
sangat membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu
memperbaiki kualitas hidup penderita.2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan ginjal akut adalah penurunan mendadak faal ginjal dalam 48 jam yaitu berupa :
• Kenaikan kadar keatinin serum ≥0,3 mg/dL (≥ 26,4 µmol/l),
• Presentasi kenaikan kreatinin serum ≥ 50% (1,5 x kenaikan dari nilai dasar),
atau
• Pengurangan produksi urin (oliguria yang tercatat <0.5ml/kg/jam untuk > 6
jam berturut-turut
ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi GgGA dengan kriteria RIFLE yang terdiri dari 3
kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG atau kriteria
UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori yang
menggambarkan prognosis gangguan ginjal seperti terlihat dalam tabel 2.1.5
7
Tabel 2. 2. Klasifikasi GgGA dengan kriteria AKIN
2.2 EPIDEMIOLOGI
Gangguan ginjal akut menjadi penyakit komplikasi pada sekitar 5-7% acute care
admission patient dan mencapai 30% pada pasien yang di admisi di unit perawatan
intensif (ICU). GgGA juga menjadi komplikasi medis di Negara berkembang,
terutama pasien dengan latar belakang adanya penyakit diare, penyakit infeksi seperti
malaria, leptospirosis, dan bencana alam seperti gempa bumi. Insidennya meningkat
hingga 4 kali lipat di United State sejak 1988 dan diperkirakan terdapat 500 per
100.000 populasi pertahun. Insiden ini bahkan lebih tinggi dari insiden stroke.4
Beberapa laporan dunia menunjukkan insiden yang bervariasi antara 0,5- 0,9%
pada komunitas, 7% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 36- 67% pada
1
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan 5-6% Pasien ICU dengan
GgGA memerlukan Terapi Penggantian Ginjal ( TPG atau Replacement Renal
Therapy (RRT)).4 Terdapat variasi definisi yang digunakan dalam studi klinis dan
diperkirakan menyebabkan variasi yang luas dari laporan insiden dari GgGA itu
sendiri (1-31%) dan angka mortalitasnya (19-83%).6
2.3 ETIOLOGI
Etiologi gangguan ginjal akut dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis GgGA, yakni (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa
menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (GgGA prarenal,55%); (2) penyakit
yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (GgGA
renal/intrinsik,40%); (3) penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih
(GgGA pascarenal,5%). Angka kejadian penyebab GgGA sangat tergantung dari
tempat terjadinya GgGA.4
2
Redistribusi cairan :
• Hipoalbuminemia (sindroma nefrotik, sirosis hepatis, malnutrisi)
• Syok vasodilator (sepsis, gagal hati)
• Peritonitis
• Pankreatitis
• Rhabdomiolisis (“Crush injury”)
• Asites
• Obat-obat vasodilator
• Obstruksi renovaskular
• Arteri Renalis (stenosis intravaskuler, emboli, laserasi trombus)
• Vena renalis (trombosis intravaskuler, infiltrasi tumor)
3
• Vaskulitis sistemik : SLE, Wegener’s granulomatous, poliarteritis nodosa,
henoch-schonlein purpura, IgA nefritis, sindrom goodpasture
• Glumerulonegritis membranoproliferatif
• idiopatik
Oklusi mikrokapiler/glomerular :
• thrombotic thrombocytopenic purpura, hemolytic uremic syndrome, koagulasi
intravaskular diseminata cryoglobulinemia, emboli kolestrol
Nekrosis Kortikal Akut
2.4 PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relatif
konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua mekanisme
yang berperan dalam autoregulasi ini adalah:4
4
sistim saraf simpatis, sistim rennin-angiotensin serta merangsang pelepasan
vasopressin dan endothelin-I (ET-1), yang merupakan mekanisme tubuh untuk
mempertahankan tekanan darah dan curah jantung serta perfusi serebral. Pada keadaan
ini mekanisme otoregulasi ginjal akan mempertahankan aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (LFG) dengan vasodilatasi arteriol afferent yang dipengaruhi oleh
reflek miogenik, prostaglandin dan nitric oxide (NO), serta vasokonstriksi arteriol
afferent yang terutama dipengaruhi oleh angiotensin-II dan ET-1. 4
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab gangguan ginjal akut (GgGA):
ginjal. 10
Penanganan terhadap hipoperfusi ini akan memperbaiki homeostasis intrarenal
menjadi normal kembali. Otoregulasi ginjal bisa dipengaruhi oleh berbagai macam
obat seperti ACEI, NSAID terutama pada pasien – pasien berusia di atas 60 tahun
dengan kadar serum kreatinin 2 mg/dL sehingga dapat terjadi GGA pre-renal. Proses
ini lebih mudah terjadi pada kondisi hiponatremi, hipotensi, penggunaan diuretic,
sirosis hati dan gagal jantung. Perlu diingat bahwa pada pasien usia lanjut dapat
timbul keadaan – keadaan yang merupakan resiko GGA pre-renal seperti penyempitan
pembuluh darah ginjal (penyakit renovaskuler), penyakit ginjal polikistik, dan
nefrosklerosis intrarenal. Sebuah penelitian terhadap tikus yaitu gagal ginjal akut
prerenal akan terjadi 24 jam setelah ditutupnya arteri renalis. 4
5
II. Gagal Ginjal Akut Intra Renal (Azotemia Intrinsik Renal)
Gagal ginjal akut intra renal merupakan komplikasi dari beberapa
penyakit parenkim ginjal. Berdasarkan lokasi primer kerusakan tubulus
penyebab gagal ginjal akut inta renal, yaitu :
Salah satu penyebab tersering GGA intrinsik lainnya adalah sepsis, iskemik
6
ditemui dan bisa dikonsep secara anatomi tergantung bagian major dari kerusakan
parenkim renal : glomerulus, tubulointerstitium, dan pembuluh darah. 4
Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan
aliran darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini
disebabkan oleh prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi
penurunan aliran darah ginjal dibawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2 dan
A-II. Tekanan pelvis ginjal tetap meningkat tetapi setelah 5 jam mulai menetap.
Fase ke-3 atau fase kronik, ditandai oleh aliran ginjal yang makin menurun dan
penurunan tekanan pelvis ginjal ke normal dalam beberapa minggu. Aliran darah
ginjal setelah 24 jam adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu tinggal 20%
dari normal. Pada fase ini mulai terjadi pengeluaran mediator inflamasi dan faktor
- faktor pertumbuhan yang menyebabkan fibrosis interstisial ginjal. 4
2.5 DIAGNOSIS
A. Pendekatan Diagnosis
Pada pasien yang memenuhi kriteria diagnosis GgGA sesuai dengan yang
7
membedakan kedua keadaan ini antara lain riwayat etiologi PGK, riwayat
etiologi penyebab GgGA, pemeriksaan klinis (anemia, neuropati pada PGK) dan
perjalanan penyakit (pemulihan pada GgGA) dan ukuran ginjal. Patokan
tersebut tidak sepenuhnya dapat dipakai. Misalnya, ginjal umumnya berukuran
kecil pada PGK, namun dapat pula berukuran normal bahkan membesar seperti
pada neuropati diabetik dan penyakit ginjal polikistik. Upaya pendekatan
diagnosis harus pula mengarah pada penentuan etiologi, tahap GgGA, dan
penentuankomplikasi. 4
B. Pemeriksaan Klinis
2. Membedakan gagal ginjal akut dengan kronis misalnya anemia dan ukuran
ginjal yang kecil menunjukkan gagal ginjal kronis.
8
tidak dapat mengukur secara tepat LFG karena tergantung dari
produksi (otot), distribusi dalam cairan tubuh, dan ekskresi oleh ginjal
b. Volume urin. Anuria akut atau oliguria berat merupakan indicator yang
spesifik untuk gagal ginjal akut, yang dapat terjadi sebelum perubahan
nilai-nilai biokimia darah. Walaupun demikian, volume urin pada
GgGA bisa bermacam-macam, GgGA prerenal biasanya hampir selalu
disertai oliguria (<400ml/hari), walaupun kadang tidak dijumpai
oliguria. GGA renal dan post-renal dapat ditandai baik oleh anuria
maupun poliuria.
9
eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis tubulointerstitial; cast leukosit dan
pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis interstitial. 6
2.6 TATALAKSANA
10
Gangguan ginjal akut akibat lain penyakit ginjal intrinsik seperti
glomerulonefritis akut atau vaskulitis dapat merespon glukokortikoid, alkylating
agen, dan atau plasmapheresis, tergantung pada patologi primer. Glukokortikoid
juga mempercepat remisi pada beberapa kasus interstitial nefritis alergi. Kontrol
agresif tekanan arteri sistemik adalah penting penting dalam membatasi cedera
ginjal pada hipertensi ganas nephrosclerosis, toxemia kehamilan, dan penyakit
pembuluh darah lainnya. Hipertensi dan AKI akibat scleroderma mungkin sensitif
terhadap pengobatan dengan inhibitor ACE. 6
Pada dasarnya tata laksana GgGA sangat ditentukan oleh penyebab GgGA dan
pada tahap apa GgGA ditemukan. Jika ditemukan pada tahap prarenal dan inisiasi
(kriteria RIFLE R dan I), upaya yang dapat dilakukan adalah tata laksana optimal
penyakit dasar untuk mencegah pasien jatuh pada tahap GgGA berikutnya. Upaya ini
meliputi rehidrasi bila penyebab GgGA adalah prarenal/hipovolemia, terapi sepsis,
penghentian zat nefrotoksik, koreksi obstruksi pascarenal, dan meng- hindari
penggunaan zat nefrotoksik. Pemantauan asupan dan pengeluaran cairan harus
dilakukan secara rutin. Selama tahap poliuria (tahap pemeliharaan dan awal
perbaikan), beberapa pasien dapat mengalami defisit cairan yang cukup berarti,
11
sehingga pemantauan ketat serta pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit harus
dilakukan secara cermat. Substitusi cairan harus diawasi secara ketat dengan
pedoman volume urin yang diukur secara serial, serta elektrolit urin dan serum. 6
12
2.7 PENCEGAHAN
Gangguan ginjal akut dapat dicegah pada beberapa keadaan misalnya penggunaan zat
kontras yang dapat menyebabkan nefropati kontras. Pencegahan nefropati akibat zat
kontras adalah menjaga hidrasi yang baik, pemakaian N-asetyl cystein serta pemakaian
purosermid pada penyakit tropik perlu di waspadai kemungkinan GgGA pada
gastrointeristis akut, malaria dan demam berdarah.Pemberian kemoterapi dapat
menyebabkan ekskresi asam urat yang tinggi sehingga menyebabkan GgGA. 4
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada GgGA dan memerlukan pengelolaan segera adalah4
3. Asidosi metabolik
Ginjal memegang peranan penting dalam pengaturan kesimbangan asam bau Pada
GgGA teradi perurunan IFG secara mendadak yang mengakibatkan
teradinyapenimbunan anion organik. Akibat gangguan reabsorbsi dan regenerasi
13
produki bikarbonat menurun Kedua mokanisme in akan menimbukan komplikasi
metabolik asidosis pada penderita GgGA.
4. Gagal Jantung
Akibat kelebihan cairan intravakular dapat teradi edema perferifer, asites atau efusi
pleura. Bila fungsi jantung memburuk akan teradi gagal jantung akut dengan edema
paru yang dapat disertai hipertensi pada sindrom kardo-renal atau hipotensi pada syok
kardiogenik
5. Gagal napas
Gagal napas sering terjadi pada GgGA dan mekanismenya belum jelas Beberapa hal
yang dapat menjadi penyebab gagal napas pada GGA adalah:
a. Kelebihan cairan intravaskular (edema kardiogenik)
b. Disfungsi ventrikel kiri (edema kardiocenik)
c. Peningkatan permeabilitas kapiler paru (Acute Respiratory Distress Syndrome
ARDS)
d. Gangguan paru akut (acute lung injury)
6. Azotemia
Peningkatan toksin uremik (azotemia) pada GGA menimbukan berbaga kelinan
antara lain gangguan saluran pencernaan (anoreksia mual muntah gangguan kesadaran
dengan derajat ringan sampai koma perikarditis efusi perkard, tamponade kardiak,dan
berbagai kelainan yang dapat mengancam jiwa.
Semua komplikasi datas teriadi akibat kegagalan fungsi ekskresi maupun
endokrin ginjal dan umumnya terjadi pada penderita dengan peryakit gawat darurat
atau gagal organ multipel. Bila tidak dikelola dengan baik komplikasi-komplikasi
tersebut seringkali menimbulkan kematian.
14
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan Ginjal Akut adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal
untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN). Dalam identifikasi pasien digunakan kriteria RIFLE dan
AKIN, sehingga memberikan evaluasi yang lebih akurat. Berdasarkan patofisiologi utama
dari penyebab gangguan ginjal akut terbagi menjadi tiga kelompok yaitu penurunan perfusi
ginjal (pre-renal),penyakit intrinsik ginjal (renal) dan obstruksi renal akut (post renal).
Diagnosis dini, modifikasi pola hidup dan pengobatan penyakit yang mendasari sangatlah
penting pada pasien dengan GgGA.
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
M. Wilson Lorraine, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th edition. Jakarta:
16