Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN SAMPUL

PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DISUSUN OLEH :

Inderawati Binti Ramli C014182118


Nur Hikmah C014182163
Anidya Ghina Maisarah C014182267

Kennard Aristo Arifin XC064191013

PEMBIMBING :

dr. Muh. Firdaus Kasim M.Sc

drg. St. Maisarah. M.Kes

BAGIAN KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

JUNI 2021
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PENATALAKSANAAN DEMAM
BERDARAH DENGUE

Inderawati Binti Ramli1*, Nur Hikmah1*, Anidya Ghina Maisarah1* Idvian 1*


Kennard Aristo
Arifin1*, Firdaus Kasim1*
1) Bagian Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Pencegahan
*Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan
oleh nyamuk yang telah menyebar dengan cepat. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah
tropis, dengan variasi risiko lokal yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan urbanisasi.
Kejadian demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa
dekade terakhir. Studi kasus ini memberikan pengetahuan tentang pengelolaan demam berdarah
dengue dengan pendekatan kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik. Kasus ini
mendeskripsikan seorang lelaki berusia 23 tahun dengan demam berdarah dengue. Intervensi
dilakukan pada berbagai pihak (mis. anggota keluarga, komunitas sekitar, tenaga medis) dan
berbagai aspek (mis. gaya hidup, medikasi dan kontrol penyakit). Dengan adanya dukungan dari
keluarga sebagai support system utama dan masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan
lingkungan dapat menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue.

Kata kunci: demam berdarah dengue, demam.


MANAGEMENT OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER USING FAMILY MEDICINE
APPROACH

Inderawati Binti Ramli1*, Nur Hikmah1*, Anidya Ghina Maisarah1* Idvian 1*


Kennard Aristo
Arifin1*, Firdaus Kasim1*
1) Departement of Community and Preventive Medicine
*Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar, Indonesia

ABSTRACT

Background: Dengue Hemorrhagic fever is a viral disease transmitted by mosquitoes that


has spread rapidly. Dengus fever is a widespread thoughout the tropics with local variations in
risk influenced by rainfall, temperature and urbanization. The incidence of dengue fever has
increased worldwide in recent decades. This study case, presents knowledge about managing the
dengue hemorrhagic fever with holistic and comprehensive family medicine approach. This case,
reports a 23 years old man with dengue hemorrhagic fever. The various intervention among
parties (such as family members, patient’s communities, medical provider) and many aspects
(such as life style, medication, disease control) has been being applied. Family as a support
system and the surrounding community to keep the environment clean can reduce the incidence
of dengue hemorrhagic fever.

Keyword: dengue hemorrhagic fever, fever.


PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk
yang telah menyebar dengan cepat. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis,
dengan variasi risiko lokal yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan urbanisasi. Kejadian
demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade
terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan karenanya jumlah aktual kasus
Demam berdarah dengue dilaporkan, Jumlah kasus yang dilaporkan meningkat dari 2,2 juta pada
tahun 2010 menjadi lebih dari 3,34 juta pada tahun 2016 (WHO, 2018).

Di wilayah tropis dan sub tropis benua Asia ialah benua yang dimana untuk setiap tahun
terdapat penderita DBD yang sangat tinggi. Sejak tahun 1968 hingga 2009, kasus DBD paling
tinggi di seluruh dunia adalah Indonesia seperti yang dinyatakan World Health Organization
(WHO).

Di Sulawesi Selatan terdapat 2.114 kasus DBD yang dimana 19 orang meninggal pada
tahun 2018. Kemudian terdapat kasus terdapat jumlah kasus sebanyak 683 orang, 10 orang
meninggal serta terdapat 323 suspek dari tanggal 22 hingga 31 januari tahun 2019.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit ini berasal dari virus yang bernama
Dengue yang berasal dari genus Flavivirus dan termasuk dalam keluarga Flavivirus. Hal yang
menyebabkan terkena dari penyakit ini ialah gigitan dari nyamuk yang terkena infeksi dari virus
Dengue yang bernama nyamuk Aeges Aegypty.

Beberapa di antaranya adalah faktor inang (host), lingkungan (environment), dan faktor
penular serta patogen (virus). Faktor inang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap
penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografis (ketinggian dari
permukaan laut, kelembaban, suhu, dan iklim) serta jenis kepadatan nyamuk sebagai vektor
penular penyakit tersebut. Nyamuk Aeges Aegypty hidup di permukiman padat penduduk, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Larva nyamuk atau biasa juga disebut jentik hidup pada berbagai
macam tempat penampungan air misalnya bak mandi, drum air, tempayan, ember, dan juga
ditemukan hidup di kolam-kolam, berbagai macam genangan air, dan di dalam lubang-lubang
pohon.
Maka dari itu,masyarakat perlu meningkatkan kesiagaan dan harus berhati-hati dengan
penyakit DBD di lingkungan sekitar.

DESKRIPSI KASUS

Tn R, usia 23 tahun adalah seorang penjual gorengan yang berdomisili di Jalan Baji Bicara
No. 2B RW 01, RT 001, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar.
Pasien belum menikah dan saat ini tinggal bersama kedua orang tua, nenek dan kedua
saudaranya. Awal mulanya pasien mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu. Demam dirasakan
terus menerus selama 4 hari. Pasien juga mengeluh sakit kepala yang dirasakan bersamaan
dengan munculnya demam. Sakit kepala dirasakan timbul hilang. Sakit kepala dirasakan
memberat saat beraktivitas ringan dan membaik setelah beristirahat. Riwayat mual muntah tidak
ada. Riwayat batuk tidak ada. Riwayat nyeri ulu hati ada. Nafsu makan berkurang ada. Riwayat
perdarahan tidak ada. Riwayat pengobatan dan konsumsi herbal tidak ada. BAB dan BAK
lancar.

Riwayat stres dan depresi tidak ada. Pasien tidak merokok, dan tidak mengonsumsi
alkohol. Riwayat penyakit hipertensi, hepatitis, DM, jantung, dan gagal ginjal tidak ada. Riwayat
keluarga yang memiliki penyakit yang sama tidak ada.

Pasien yang bekerja sebagai penjual gorengan di pinggir jalan. Riwayat stres dan depresi
disangkal. Menurut keterangan pasien, keluarga sangat mendukung perawatan terkait
penyakitnya.

Pasien belum menikah dan sekarang tinggal di rumah bersama kedua orang tua, nenek
serta kedua saudaranya. Pasien dapat bersosialiasi dan memelihara hubungan baik dengan
keluarga dan tetangga. Keluhan pasien tidak mengganggu fungsi sosialisasi. Pasien mengaku
pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari- hari. Jarak dari rumah ke puskesmas kurang lebih
dari 500 m, kira- kira 5 menit menggunakan kendaraan pribadi yakni motor. Untuk Asuransi
kesehatan, keluarga tersebut menggunakan BPJS.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum: baik; suhu: 38,5°C; tekanan darah:
100/60 mmHg; nadi: 103x/menit; nafas: 22 x/menit; berat badan: 59 kg; tinggi badan: 158 cm;
IMT: 23,6 kg/m2. Pemeriksaan fisis thorax, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.
Pemeriksaan Rumple Leede positif.

Berdasarkan Bentuk keluarga pada pasien ini adalah keluarga inti. Adapun genogram
keluarga (Gambar 1) dan Family Circle (Gambar 2)

Gambar 1. Genogram Keluarga

Ibu pasien
Ayah
pasien
Adik
Adik 1
Pasien 1
Adik 2

Adik 1
Nenek
pasien

Gambar 2. Family Circle


Secara subjektif, fungsionalitas kelurga pasien dievaluasi menggunakan Family APGAR.
Dimana pasien mendapatkan dukungan penuh dalam aspek adaptasi, kemitraan, pertumbuhan,
kasih sayang dan kebersamaan dalam menangani penyakitnya. Maka hasilnya adalah 10 dari
total 10 yang mengindikasikan fungsi keluarga yang baik (highly functional family).

Sering/ Kadang- Jarang/


No Pernyataan
Selalu (2) Kadang (1) Tidak (0)
Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada
1 √
keluarga saya, bila saya menghadapi masalah

2 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya



membahas serta membagi masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan
3 mendukung keinginan saya melaksanakan √
kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara2 keluarga saya
4 menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi √
emosi

5 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya



membagi waktu bersama

Tabel 1. Fungsionalitas keluarga berdasarkan Family APGAR

Pasien tinggal bersama dengan kedua orangtua, nenek serta kedua saudaranya. Jarak dari
rumah ke puskesmas kurang lebih 500 m. Pasien tinggal di rumah pribadi yang terletak di daerah
yang padat. Di dalam rumah pasien terdapat 2 lantai, dimana kedua lantai tersebut tidak memiliki
kamar tidur, ada 1 buah kamar mandi, ruang tamu, dan dapur. Kondisi rumah pasien cukup
sempit untuk dihuni oleh 6 orang ditambah dengan tidaknya ruangan pribadi seperti kamar tidur
sehingga banyak barang-barang yang berserakan tata letaknya. Rumah tersebut padat diisi oleh
barang-barang yang tidak berguna dan belum dibuang. Lantai rumah dilapisi semen. Penerangan
baik, ventilasi kurang baik, ruangan tidak dilengkapi jendela. Rumah sudah menggunakan listrik.
Sumber air berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), digunakan untuk minum,
mandi, dan mencuci. Lingkungan sekitar rumah padat penduduk. Limbah di sekitar rumah dan
lingkungan dialirkan ke got yang ada didepan rumah. Kondisi got yang ada tampak dangkal dan
kurang mengalir serta terbuka.

Diagnostik holistic dapat ditegakkan pada pasien melalui 5 aksis. Pada aspek 1, alasan
kedatangan: Pasien demam dan nyeri kepala serta nyeri ulu hati yang dirasakan sejak 4 hari yang
lalu. Persepsi: Pasien sedang mendapatkan sakit sedang yang akan sembuh seiring dengan
pengobatan yang sedang didapatkan. Harapan: Pasien berharap agar keluhannya dapat
menghilang dan pasien dapat beraktifitas seperti biasanya. Pada aspek 2, berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang, terdapat diagnosa klinis Dengue Hemorhagic Fever (ICD 10
A91)

Aspek 3 Pengetahuan yang kurang terkait dengan usaha preventif dari demam berdarah
dengue serta kurangnya kesadaran untuk tetap menjaga lingkungan yang bersih, bebas dari
sarang nyamuk. Pada aspek 4, psikososial keluarga: keluarga kurang memahami pengobatan
demam berdarah namun memberi dukungan serta bersedia untuk selalu memantau kondisi
kesehatan pasien. Aspek 5 menunjukan pasien tidak terpengaruh buruk oleh kondisi penyakitnya
(skala fungsional derajat 1). (Gambar 3)

Penanganan terhadap pasien ini adalah anjuran perubahan lifestyle, penuhi kebutuhan
cairan, serta diberikan Paracetamol 500 mg (3 dd 1). Selain itu pasien juga diedukasi untuk
melakukan selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih. Dalam upaya mengevaluasi status
kesehatan pasien secara komprehensif, digunakan konsep Mandala of Health.
KOMUNITAS

Gaya Hidup
Pola makan yang tidak
teratur

Perilaku Pola makan yang tidak Lingkungan Sosio-psiko- ekonomi


Kesehatan teratur
- Higiene pribadi kurang
baik -Dukungan dari keluarga baik
-Sadar akan kesehatan dan
rutin memeriksakan diri ke -Penghasilan keluarga cukup
layanan kesehatan
-Kehidupan sosial baik

Pasien lelaki usia 23


tahun dengan keluhan
demam terus-menerus Lingkungan kerja
Pelayanan Kesehatan
disertai sakit kepala dan
nyeri ulu hati selama 4 Pasien adalah penjual
jarak rumah dengan puskesmas dekat
hari gorengan

KELUARGA Lingkungan
Faktor biologi
Paham tentang penyakit pasien fisik:
Ventilasi kurang baik.
tidak ada Kebersihan lingkungan
tempat tinggal kurang baik
DISKUSI

Wawancara pada pasien dilakukan secara langsung pada tanggal 19 Mei 2021 untuk
melakukan perkenalan terhadap pasien dan menganalisa kondisi pasien secara holistik.
Wawancara mengenai kondisi pasien meliputi, anamnesis, kondisi keluarga, lingkungan, dan
kondisi psikososial.

Dari hasil anamnesis, didapatkan masalah kesehatan yaitu seorang pasien laki-laki berusia
23 tahun mengeluh demam yang dirasakan terus menerus sejak 4 hari yang lalu. Demam juga
disertai dengan nyeri kepala yang muncul bersamaan dengan demam. Selain itu, pasien juga
mengeluh adanya penurunan nafsu makan. Demam berdarah dengue bermanifestasi demam
dengan pola bifasik disertai dengan demam derajat tinggi yang berlangsung 3 hari sampai 1
minggu dan biasanya disertai dengan sakit kepala parah terutama retrobulbar), kelelahan, mialgia
dan nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, diare, muntah dan sakit perut adalah manifestasi lain
yang dilaporkan.( Shamimul Hasan dkk, 2016) Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan
umum: baik; suhu: 38,5°C; tekanan darah: 100/60 mmHg; nadi: 103x/menit; nafas: 22 x/menit;
berat badan: 59 kg; tinggi badan: 158 cm; IMT: 23,6 kg/m 2. Pemeriksaan fisis thorax, abdomen
dan ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan Rumple Leede positif. Kriteria klinis dapat
berupa (1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-
7 hari, hampir tidak bereaksi terhadap pemberian antipiretik; (2) terdapat manifestasi perdarahan,
termasuk seperti uji bendung/torniquet positif, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, dan melena; (3) hepatomegali; (4) syok. (WHO, 2011)

Pengobatan demam berdarah dengue tergantung pada fase maupun derajat DBD. Pada fase
demam, diberikan terapi antipiretik berupa paracetamol tablet 500 mg yang diminum sehari yang
diberikan 3-4 kali pemberian. Lalu pada diberikan resusitasi cairan sesuai dengan kebutuhan
cairan. Terapi cairan kristaloid berupa ringer asetat seperti asering 10 mL/KgBB/jam pada 30
menit pertama. Bila tidak membaik dapat diulang untuk pemberian 10 mL/KgBB/jam untuk 30
menit berikutnya. Bila membaik dapat diturunkan berturut-turut 7 ml, 5 ml, 3ml, 1,5 ml/kgbb/
jam.

Pasien merupakan seorang lelaki yang berusia 23 tahun. Berdasarkan penelitian Adri
(2016) pada penelitian tersebut responden yang mendominasi ialah 20-30 tahun (27,1%) atau
sejumlah 26 responden. Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap
infeksi virus dengue, Semua golongan dapat terserang virus dengue meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir (Kusumawati, 2017).

Pasien merupakan seorang penjual gorengan. Berdasarkan hasil penelitian, jenis pekerjaan
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD. Penduduk yang bekerja di luar rumah
beresiko 6,64 kali lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang bekerja di dalam rumah.
(Wita, 2014) Penelitian lain juga membuktikan bahwa penduduk yang bekerja 2,04 kali lebih
berisiko terkena penyakit DBD dibandingkan dengan penduduk yang tidak bekerja/sekolah
sedangkan penduduk yang bersekolah memiliki risiko 3,75 kali terkena DBD dibandingkan
penduduk yang tidak bekerja/sekolah. (Abu et al, 2012)

Kesadaran pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar maupun dalam rumah
masih rendah sehingga pencegahan dari tertularnya penyakit DBD ini masih kurang. Walaupun
pengetahuan tetapi kurangnya kesadaran pasien terhadap kebersihan sekitar serta banyaknya
masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, sangat memengaruhi pencegahan
penyakit DBD ini. Seperti yang diungkapkan dalam Notoatmodjo (2010) reaksi emosional
seseorang dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku
bagi objek yang dimaksud.

KESIMPULAN

Pasien didiagnosis secara klinis dengan demam berdarah dengue berdasarkan keluhan
demam yang dirasakan terus menerus dan nyeri kepala sejak 4 hari yang lalu. Berdasarkan WHO
2011 pasien ini termasuk klasifikasi demam berdarah dengue grade 1, maka terapi yang diberikan
adalah antipiretik dan penuhi kebutuhan cairan. Kurangnya kesadaran pasien untuk menjaga
kebersihan lingkungan sekitar rumah dapat meningkatkan resiko akan penularan demam berdarah
dengue sehingga pentingnya edukasi serta kegiatan gotong royong diadakan di lingkungan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Niyati Khetarpal, Ira Khanna, 2016. "Dengue Fever: Causes, Complications, and Vaccine Strategies", Journal
of Immunology Research, vol. 2016, Article ID 6803098, 14 pages. https://doi.org/10.1155/2016/6803098

Kemenkes 2018 “Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia"]

World Health Organization. 2011. Comprehensive guidelines for prevention and control of
dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi: WHO-
SEARO

World Health Organization. 2018.Comprehensive guidelines for prevention and control of


dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded edition. New Delhi: WHO-
SEARO

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Wita, Refni, 2014. Faktor Risiko Kejadian Dbd Di Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren
Sawit, Jakarta Timur Tahun 2014. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Abu, Ahmadi dan Supriyono, Widodo. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumawati B. R. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah


Dengue di dusun Pelembang Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Madiun. Peminatan
Kesehatan Lingkungan Prodi KesMAs Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Arifatus Sholihah, Pius Weraman, Jacob M. Ratu. 2020. Analisis spasial dan pemodelan faktor
risiko demam berdarah Dengue tahun 2016-2018 di Kota Kupang, Program Pascasarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana Kupang.

Bellinda Putri, Jeini Ester, Grace D. 2020. Gambaran Perilaku Masyarakat tentang Upaya
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai