Anda di halaman 1dari 18

DHF pada

Remaja
LISNAWATI, MEDINA HABIBAH, FATIMAH NUR
PPN 37 UNPAD
APA ITU DHF?
 DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) disebut juga dengan
DBD (demam berdarah Dengue) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopicttus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DHF lainnya (Depkes, 2017)
 Penyakit ini umumnya ditandai dengan demam yang
berlangsung selama 2-7 hari
Epidemiologi DHF

Virus dengue banyak ditemukan di daerah


tropis dan subtropis dan di daerah pinggiran
serta perkotaan yang merupakan penyakit
endemik (Infodatin, 2018)

Prevalensi DBD umumnya mengalami


peningkatan dan menimbulkan kematian
mencapai 90% (Kemenkes, 2014)
Epidemiologi DHF
Tahun  Insidensi demam berdarah pada bulan Januari-Febuari sebanyak
2019 13.219 orang penderita dengan jumlah kematian sebesar 137 orang.
Di Penderita terbanyak terdapat pada golongan anak usia 5-14 tahun
Indonesia (47,72%), dan usia 15-44 tahun (34,49%) (Kemenkes RI, 2016)

Di  menempati urutan pertama di provinsi Indonesia dengan angka


kejadian sebanyak 10.016 kasus. Sedangkan untuk kematian, Jawa
Jawa
Barat menempati urutan ke tiga dengan jumlah kematian 54 orang
Barat (Infodatin, 2018)

Di  Kejadian DBD mengalami peningkatan pada tahun 2017 ke 2018.


Januari tahun 2019 kejadian DBD terjadi sebanyak 37% pada anak
Bandung
usia sekolah 4-15 tahun (Dinkes, 2019).
 DHF disebabkan oleh infeksi virus dengue yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti dan
Penyebab Aedes Albopicttus
dan Faktor
Risiko  Faktor risiko terdiri dari 3:
1. Imunitas/ daya tahan tubuh rendah
2. Riwayat DHF sebelumnya
3. Lingkungan dan perilaku masyarakat
Tanda dan Gejala
1. FASE DEMAM

Sakit Ruam pada


kepala kulit Muntah

Demam Nyeri otot, Mual


tinggi nyeri sendi
Tanda dan Gejala
2. FASE KRITIS

gusi berdarah
3. FASE PENYEMBUHAN
atau mimisan

Nyeri perut Trombosit turun


Penatalaksanaan
PERTOLOGAN PERTAMA

CEK SUHU TUBUH

KOMPRES
Penatalaksanaan
PENGOBATAN LANJUTAN

Pemeriksaan  Infus
Laboratorium  Pemberian
obat

KOMPRES
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan
dengan program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) yaitu
dengan cara 3M Plus
1. Menguras
2. Menutup
3. Mengubur
Pencegahan Lain
1. Menaburkan bubuk larvasida/abate pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan

2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk

3. Menggunakan kelambu saat tidur

4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

5. Menanam tanaman pengusir nyamuk

6. Mengatur cahaya dan ventilasi rumah

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian


ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
a. Data pengenalan keluarga (data umum): nama kepala keluarga,
alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, latar
belakang budaya, agama, status sosial-ekonomi, dan rekreasi
keluarga
b. Data Perkembangan dan Sejarah Keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak
pertama dari keluarga inti.
 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, meliputi tugas
perkembangan yang belum dipenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
 Riwayat keluarga inti, yaitu data kesehatan seluruh keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak).
 Riwayat keluarga sebelumnya, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga
dari pihak ayah maupun ibu.
ASUHAN KEPERAWATAN
c. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik rumah dan lingkungan sekitar
 Karakteristik tetangga dan komunitas, terdiri dari tipe penduduk
(pedesaan atau perkotaan), sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah.
 Mobilitas geografis keluarga, menanyakan berapa lama keluarga
tinggal di tempat tersebut, riwayat pindah rumah, dan lokasi tempat
tinggal asal.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, penggunaan
pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan keluarga di komunitas.
 Sistem pendukung keluarga
d. Data Struktur Keluarga
 Pola komunikasi
 Struktur kekuatan keluarga, termasuk data siapa yang membuat
keputusan dalam keluarga.
 Struktur peranNilai-nilai keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
e. Fungsi Keluarga
 Fungsi afektif,
 Fungsi sosialisasi,
 Fungsi perawatan kesehatan,
 Fungsi ekonomi
 Fungsi reproduksi

f. Koping Keluarga
 Stressor dalam keluarga dan kemampuan mengenali stressor
 Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
 Strategi koping yang digunakan
ASUHAN KEPERAWATAN
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kepala dan leher
 Wajah: ruam, pembengkakan sekitar mata, nyeri saat menggerakkan bola
mata.
 Mulut: mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kotor, sianosis.
 Hidung: mimisan.
 Leher: pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal
posterior (Nursalam, 2013).
3) Dada: Nyeri tekan pada epigastrik dan napas dangkal.
4) Abdomen: Hepatomegali saat palpasi, penurunan turgor kulit pada
keadaan dehidrasi.
5) Genitelia dan anus
 Alvi: diare, konstipasi, melena.
 Urine: oliguria sampai anuria.
6) Ekstremitas: Ditemukan adanya peteki. Pada grade IV, dapat ditemukan
data ekstremitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari-hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN & RENCANA ASUHAN
a. Hipertermi pada An. R, keluarga Tn. D berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenai penanganan demam berdarah dengue.
Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 30 menit diharapkan
keluarga klien mengetahui cara penanganan hipertermi pada penyakit DBD
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan kunjungan rumah 7 kali diharapkan klien dan keluarga:
 Mengenal masalah DBD: Definisi, Penyebab, Tanda dan gejala dan Pencegahan
 Mengetahui cara menangani hipertermi
Kriteria evaluasi: verbal
Standar evaluasi: Klien dan keluarga menjelaskan kembali tentang DBD (definisi, penyebab,
tanda dan gejala, serta pencegahan), Klien dan keluarga menjelaskan kembali cara
menangani hipertermi
ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI:
 Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang DBD (definisi,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan)
 Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara penanganan
hipertermi
 Demonstrasikan pada klien dan keluarga cara menangani hipertermi dengan (jurnal)
 Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
Referensi
 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2019). Dinkes Dorong Cegah DBD di Sekolah. Restrieved from:
https://dinkes.bandung.go.id/dashboard.php?page=pengumuman&id=72
 Farida, Cica Lavemita, Uun Sumardi, Nisa, Dwi. (2018). Upaya Pengendalian Aedes aegypti di Desa Cibeusi dan
Cikeruh Kecamatan Jatinangor berdasar atas Populasi Nyamuk. Global Medical and Health Communication
 Informasi Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Penyakit Demam
Berdarah di Indonesia tahun 2017. www.depkes.go.id/resources/download/.../infodatin/infodatin-demam-
berdarah
 Istiqamah, Syamsulhuda & Besar Tirto Husodo. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Kramas Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
 Kementrian Kesehatan Indonesia. (2014). Infodatin: Situasi DBD. Jakarta Selatan.
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016) .Demam Berdarah Biasanya Meningkat di Januari. Pusat
Komunikasi public secretariat
 Rosadi. (2019). Waspada Tahun 2019 ada 48 kasus DBD di Kota Bandung. Layanan Kesehatan Kota Bandung.
http://bandung.merdeka.com/halo-bandung/waspada-awal-tahun-2019-ada-48-kasus-dbd-di-kota-bandung-
190119h.html
 Widyatama. (2018). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pare. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Volume 10, Nomor 4, Oktober 2018.
 Kristiyanto, Daniel Herry. (2017). Perbandingan Pemberian Jus Jambu dan Ekstrak Daun Jambu Biji terhadap
Peningkatan Kadar Trombosit pada Pasien DBD di Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Jurnal Stikes.
18 (2007-2017).

Anda mungkin juga menyukai