Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu
metode penelitian dengan tujuan utama untuk mengetahui gambaran suatu keadaan
secara objektif (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran
kebutuhan bermain pasien kanker anak usia 6-12 tahun yang menjalani perawatan di
Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris (Setiadi,
2007). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kebutuhan bermain
pada anak kanker usia 6-12 tahun.

3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional


3.3.1 Definisi Konseptual
3.3.1.1 Kebutuhan Bermain
Bermain merupakan salah satu kebutuhan anak yang harus terpenuhi untuk
stimulasi tumbuh kembang. Kebutuhan bermain akan berbeda sesuai dengan tahap
tumbuh kembang dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti usia, jenis
kelamin, dan status kesehatan. Bermain secara garis besar terdiri dari dua jenis, yaitu
permainan aktif dan permainan pasif. Pada permainan aktif,kesenangan diperoleh dari
dari apa yang mereka lakukan sendiri sedangkan permainan pasif kesenangan diperoleh
dari aktivitas orang lain. Bermain aktif contohnya adalah bermain
mengamati/menyelidiki (exploratory play), bermain kostruksi, bermain drama, dan
permainan olahraga. Sementara itu permainan pasif contohnya adalah melihat gambar di
buku atau majalah, mendengarkan dongeng atau musik, dan menonton televisi
(Soetjiningsih, 2013).
Perbedaan mendasar dari bermain pada anak usai balita dan usia 6-12 tahun
adalah bergesernya sifat permainan menjadi lebih sosial dibandingkan saat masih balita.
Secara ideal, permainan siswa sekolah dasar melibatkan banyak pemain, keterampilan
yang diasah juga lebih kompleks, dan durasi permainan lebih lama. Anak lebih menyukai
permainan yang lebih menantang, bersifat persaingan dengan pokok perhatian pada
keunggulan dan mengasah keterampilan.
Menurut Finegan et al permainan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu permainan aktif dan petualangan (active and adventurous), permainan atletik
(athletic), permainan kasar (rough and tumble), dan permainan tenang (quiet). Setiap
jenis permainan mempunyai keunggulannya masing-masing untuk menstimulasi tumbuh
kembang. Keempat jenis permainan tersebut disusun berdasarkan hasil wawancara
terhadap anak usia sekolah, baik laki-laki maupun perempuan.

3.3.2 Definisi operasional


Tabel 1. Definisi operasional kebutuhan bermain
Variabel Definisi Skala Alat ukur Hasil ukur
operasional pengukuran
Kebutuhan Ikut serta dalam Interval Kuesioner Kebutuhan akan
bermain permainan yang jenis permainan
mereka inginkan tertentu :
berdasarkan jenis Kebutuhan tinggi
permainan yang (> mean)
ada. Jenis Kebutuhan
permainan tersebut rendah (≤ mean)
adalah :
1. permainan
aktif dan
petualangan
(active and
adventurous),
2. permainan
atletik
(athletic),
3. permainan
kasar (rough
and tumble),
dan
4. permainan
tenang (quiet).

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 42 orang. Sampel dalam penelitian
ini adalah anak kanker usia 6-12 tahun yang menjalani perawatan di Ruang Poli
Kemoterapi Rumah dr. Sakit Hasan Sadikin Bandung. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling, yaitu pemilihan sampel
dengan menggunakan seluruh populasi yang ada, yaitu sebanyak 42 orang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah orang tua dari pasien anak dengan
kanker usia 6-12 tahun yang sedang menjalani perawatan di ruang poli kemoterapi,
mampu berkomunikasi, dan bersedia menjadi responden.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Jenis
instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner
atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 2013). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner baku yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 15
pertanyaan positif untuk orang tua pasien tentang gambaran kebutuhan bermain anaknya.
Kuesioner ini dibuat oleh Finegan et al, salah satu staf di departemen psikologi rumah
sakit khusus anak di Kanada, dan dibuat berdasarkan permainan yang sering dimainkan
anak laki-laki maupun anak perempuan beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pilihan permainan yang dilakukan.Jenis permainan dalam instrumen ini dikelompokkan
menjadi empat, yaitu permainan aktif dan petualangan (active and adventurous),
permainan atletik (athletic), permainan kasar (rough and tumble), dan permainan tenang
(quiet).
Permainan aktif dan petualangan diantaranya adalah melakukan permainan aktif dan
petualangan di taman bermain, aktif secara fisik ketika bermain, anak menyukai berlari
atau melompat, dan dapat melempar bola dengan baik. Permainan atletik meliputi
permainan yang bersifat olahraga seperti bermain sepak bola, hockey, baseball, dll.
Permainan kasar dinilai dari kesukaan anak-anak dalam bermain di lingkungan yang
aktif dan ramai, suka bergulat, dan suka berteriak saat bermain. Untuk permainan tenang
terdiri dari bermain puzzle, permainan papan, menggambar, membuat kerajinan, dan
permainan fantasi. Setiap jenis permainan tersebut akan diukur sesuai dengan kebutuhan
anak sehingga dapat diketahui kebutuhan permainan seperti apa pada anak kanker usia
sekolah.
Instrumen ini akan diterjemahkan melalui proses backward dan forward translation.
Backward translation adalah proses menerjemahkandengan cara satu atau lebih
penerjemah mengadaptasi instrumen dari bahasa asal ke bahasa target. Selanjutnya
penerjemah yang berbeda mengadaptasi kembali instrumen yang telah diadaptasi (dalam
bahasa target) kedalam bahasa asalnya. Kemudian, versi asli dan versi yang telah
diadaptasi kembali dibandingkan dan dinilai kesetaraannya. Sejauh kedua versi tes dalam
bahasa asal terlihat mirip, namun tetap memperhatikan kesetaraan dari tes versi bahasa
asal dan bahasa target (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005).
Dalam forward translation, seorang penerjemah, ataupun sekelompok penerjemah
mengadaptasi instrumen dari bahasa asalnya ke bahasa target. Kemudian, kesamaan dari
kedua versi tes ini dinilai oleh kelompok penerjemah lain. Revisi dapat dibuat pada versi
tes bahasa target untuk memperbaiki masalah yang diidentifikasi oleh para penerjemah.
Terkadang sebagai langkah terakhir, orang lain, meski tidak harus penerjemah, akan
mengedit tes versi bahasa target untuk menghaluskan bahasa (Hambleton, Merenda, &
Spielberger 2005).Untuk instrumen yang berhubungan dengan medis, forward
translation dilakukan oleh seorang penerjemah, sebaiknya seorang profesional
kesehatan, yang akrab dengan terminologi area yang dicakup oleh instrumen.
Penerjemah harus memiliki pengetahuan tentang budaya berbahasa Inggris namun
bahasa ibu penerjemah harus menjadi bahasa utama dalam menerjemahkan ke bahasa
target.Penerjemah harus selalu mengarahkan pada konseptual yang setara dengan sebuah
kata atau frasa, bukan terjemahan kata demi kata, bukan terjemahan harfiah. Mereka
harus mempertimbangkan definisi istilah asli dan mencoba menerjemahkannya dengan
cara yang paling relevan. Bahasa target harus ditujukan untuk audiens yang paling
umum. Penerjemah harus menghindari bahasa untuk audiens profesional seperti orang-
orang dalam bidang kedokteran atau kelompok profesional lainnya (WHO, 2016).

3.6 Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian,
peneliti akan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur pengumpulan data. Kuesioner
merupakan alat ukur yang terdiri dari beberapa pertanyaan secara tertulis (Hidayat,
2008). Sebelum pengisian kuesioner, peneliti melakukan informed consent terlebih
dahulu kemudian mengawasi responden selama mengisi kuesioner untuk mengantisipasi
jika ada pertanyaan yang akan diajukan.

3.7 Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah item-item pertanyaan pada
kuesioner tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur (valid) dan untuk mengetahui
kesamaan dari hasil pengukuran menggunakan instrumen tersebut setelah digunakan
berkali-kali (reliabel). Uji coba dilakukan dengan cara menyebarkan instrumen yang
akan digunakan kepada responden yang bukan merupakan anggota sampel penelitian
namun memiliki karakteristik yang hampir sama.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas dapat memperkuat dan membuktikan dengan tepat apa yang seharusnya
diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur hal-hal
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Untuk
melihat apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur maka
perlu diukur dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pernyataan) dengan
total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai untuk mengukur validitas
instrumen adalah teknik korelasi item total Pearson Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌𝑖 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌𝑖 )
𝑟𝑟𝑥 =
√{𝑛 ∑𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 }

Keterangan :
rᵣᵪ = Korelasi antara instrument pertanyaan secara keseluruhan
n = Jumlah responden
ΣX = Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan responden
ΣY = Jumlah jawaban responden untuk instrument ke- i
ΣX = Jumlah responden untuk keseluruhan instrument yang dikuadratkan
Σ Y ² = Jumlah jawaban responden untuk instrument ke-i yang dikuadratkan
Suatu item pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian
yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,30.
(Kaplan & Saccuzo, 1993).
Uji validitas pada instrumen baku ini dilakukan dengan melakukan uji
instrumen pada 239 orang tua yang bersedia untuk mengisi Play Activity Questionnaire
(PQ). Awalnya, PQ ini terdiri dari 28 item pertanyaan, namun setelah dilakukan uji
validitas terdapat 13 item pertanyaan yang memiliki koefisien validitas menggunakan
Pearson Product Moment kurang dari 0,30. Dengan demikian, 15 item pertanyaan pada
kuesioner ini telah valid dengan nilai Pearson Product Moment lebih dari sama dengan
0,30.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila diukur atau
diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Reliabilitas dalam
suatu kuesioner diukur berdasrkan koefisien realibilitas Alpha Cronbach untuk
mengukur reliabilitas instrumen yang berbentuk uraian atau kuesioner dan skala
bertingkat. Suatu instrumen dikata reliabel bila nilai indeks reliabilitasnya lebih dari atau
sama dengan 0,7. (Kaplan & Saccuzo. 1993). Rumus Alpha Cronbach adalah:

𝑘1 ∑ 𝑎𝑏2
𝑟11 = [ ]− [ 2 ]
(𝑘 − 1) 𝑎𝑡

Dimana,
(∑ 𝑋𝑏 )2
∑ 𝑋𝑏 2 −
𝑛
𝑎𝑏2 =
𝑛
dan
(∑ 𝑋𝑡 )2
∑ 𝑋𝑡 2 −
𝑛
𝑎𝑡2 =
𝑛
Keterangan :
r₁₁ = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 𝑎𝑏2 = Jumlah varian butir
𝑎𝑡2 = Varian total
n = Jumlah responden
𝑋𝑏 = Skor tiap butir
𝑋𝑡 = Skor total

Uji reliabilitas pada instrumen baku ini menunjukkan, indeks reliabilitas dari 15
item pertanyaan PQ adalah 0,87 sehingga kelimabelas pertanyaan tersebut reliabel.

3.8 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan proses untuk memperoleh data atau kesimpulan
berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga
menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Langkah-langkah dalam proses
pengolahan data adalah:

1. Editing
Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
Setelah data terkumpul kemudian diedit untuk memeriksa kelengkapan data yang
telah diisi oleh responden.
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data untuk
mempermudah pengolahan data. Adapun ketentuan kode jawaban yang
digunakan untuk pertanyaan menggunakan rentang nilai 1-7 dimana 1 adalah
angka terendah dengan keterangan “tidak sama sekali”, 4 adalah “sedang”, dan 7
adalah “sering”.
3. Entri Data
Dalam entri data peneliti memasukkan data yang dikumpulkan ke dalam
komputer supaya diperoleh data masukan yang siap diolah.
4. Tabulasi
Peneliti mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan.

3.9 Analisa Data

Untuk menganalisis data penelitian, metode yang digunakan adalah deskriptif


kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran
yang diproses dengan cara menjumlahkan, dibandingkan dengan yang tersedia dan
diperoleh hasil presentase. Analisa data berupa analisis univariat dilakukan terhadap
variabel tunggal dari hasil penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian dimasukan
kedalam pengukuran dan pemberian skor skala Likert. Skala pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah modifikasi dengan poin yang disesuaikan dengan konsep
skala Likert.
Langkah pertama adalah menghitung banyaknya responden yang memberi nilai pada
skor tertentu secara keseluruhan dari setiap item pertanyaan. Kemudian dilihat skor
terbanyak (mode) dari responden yang memilih pada angka berapa dari skala Likert
dengan rentang 1-7 yang ada di setiap item pertanyaan. Selanjutnya adalah menghitung
skor dari keseluruhan item pertanyaan dengan mengalikan jumlah responden yang
menjawab dikalikan skor, lalu disusun reratanya (mean). Dalam penelitian ini, kebutuhan
akan jenis permainan dari setiap item pertanyaan dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu rendah dan tinggi. Berdasarkan nilai tersebut untuk mengetahui kebutuhan bermain
dari setiap item pertanyaan apakah tinggi atau rendah dilihat melalui nilai mean. Jika
skor kurang dari sama dengan nilai mean maka kebutuhan akan permainan tersebut
rendah dan jika skor lebih dari nilai mean maka kebutuhan akan permainan tersebut
dikatakan tinggi.

3.10 Prosedur Pengambilan Data


3.10.1 Prosedur Persiapan
Prosedur awal dilakukan dengan mendapatkan izin dari Bagian Riset dan Etik
Rumah Sakit dr.HasanSadikin Bandung, dengan menjelaskan maksud dan prosedur
penelitian.
3.10.2 Prosedur Pelaksanaan
Data dikumpulkan dengan berkunjung ke Ruang Poli Kemoterapi dengan
membawa kuesioner untuk diisi. Jika subjek tidak dapat mengisi kuesionernya, maka
peneliti akan melakukan teknik wawancara sesuai dengan kuesioner dan mengisinya
dalam lembar jawaban.
3.10.3 Prosedur Akhir
Peneliti mengumpulkan seluruh lembar jawaban instrumen dari semua subjek
penelitian dan mengolah data dengan menggunakan software dan menyajikannya dalam
laporan. Laporan akan diserahkan kepada Bagian Poli Kemoterapi dan ruang rawat anak
Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung sebagai bukti bahwa penelitian telah selesai
dilakukan.

3.11 Etika Penelitian


Secara umum, terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan
Milton (1999) yang dikutip Dharma (2012). Empat prinsip tersebut diantaranya:

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia


Responden dalam penelitian ini diberi kebebasan untuk berpartisipasi (autonomy).
Peneliti juga membuka diri terhadap pertanyaan-pertanyaan responden maupun
orang tua responden mengenai prosedur penelitian, tujuan penelitian, dan
sebagainya. Setelah responden bersedia, maka peneliti meminta dokumen informed
consent secara tertulis.
2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek
Peneliti menjamin kerahasiaan akan informasi-informasi yang diberikan responden
terkait penelitian dengan memberikan kode pada setiap responden. Kode responden
ini juga digunakan pada keperluan publikasi ilmiah, sehingga peneliti menjamin
kerahasiaan data penelitian.
3. Menghormati Keadilan dan Inklusivitas
Penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat, cermat, dan hati-hati, dan dilakukan
secara profesional. Penelitian ini juga memperlakukan subjek penelitian dengan adil
dan tidak membeda-bedakan subjek satu dengan lainnya.
4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan
Penelitian ini secara umum tidak memiliki resiko kerugian, ataupun manfaat secara
langsung bagi responden. Peneliti menjelaskan secara terbuka pada responden
bahwa penelitian ini tidak akan bermanfaat untuk jangka waktu sekarang, dan
manfaat yang ditimbulkan di masa depan juga mungkin tidak terasa oleh responden
dikarenakan manfaat penelitian ini sepenuhnya tergantung pada setiap keluarga
masing-masing dan pola asuh dari keluarga itu sendiri serta peran tenaga kesehatan
jika anak sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Jika suatu keluarga atau
tenaga kesehatan dan pihak rumah sakit mengikuti hasil dari penelitian yang
peneliti lakukan maka dapat dipastikan responden dapat merasakan manfaat dari
penelitian ini.

3.12 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah di Ruang Poli Kemoterapi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin
Bandung, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai