Kelompok 4 :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
TINJAUAN LITERATUR ..................................................................................................... 5
2.1 Prevalensi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................................ 5
2.2. Hasil Penelitian terkait Pencegahan DBD di Rumah ............................................... 6
2.3 Pendidikan Kesehatan .................................................................................................. 8
2.3.1. 3 M sebagai Upaya Pencegahan DBD ........................................................... 8
BAB III................................................................................................................................... 11
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN .................................................................... 11
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah ................................................................................ 11
3.2. Realisasi Pemecahan Masalah .................................................................................. 11
3.3. Khalayak Sasaran ...................................................................................................... 12
3.4. Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan) ........................................................ 12
3.4.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)............................................................. 12
3.4.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ........................................................... 13
3.4.3. Metode ............................................................................................................ 13
3.4.3. Langkah-Langkah......................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 15
BAB V ................................................................................................................................... 16
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17
LAMPIRAN........................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Di jawa Barat sendiri, Jumlah penderita penyakit DBD pada tahun 2016
mencapai 37.418 kasus lebih tinggi dibanding tahun 2015 (22.111 kasus). Demikian
juga dengan risiko kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan tajam
dari 47.34/100.000 penduduk menjadi 78.98/100.000 penduduk. Jumlah
KematianDBD tahun 2016 mencapai 277 orang dengan CFR sebesar 0.74%, ini
menunjukan penurunan dibanding tahun 2015 yang sebesar 0,83%. Toleransi ambang
batas Angka Kesakitan DBD tahun 2015 yang ditetapkan kurang dari 50/100.000
penduduk, pada tahun 2016, Terjadi peningkatn insiden yang signifikan dari
47,3/100.000 menjadi 78,98/100.000, anggka ini jauh melampaui ambang batas
walaupun demikian masih terdapat 9 Kab/Kota yang masih mempertahan Insiden Rate
nya dibawah 50/100.000 penduduk yaitu : Kab Garut, Kab Tasikmalaya, Kab
Majalengka, Kab Sukabumi, Kab Cianjur, Kab Pangandaran, Kab Subang, Kab
Karawang, dan Kab Bekasi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017).
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga 28 Januari 2019 tercatat
ada 2.204 orang yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD). Sebanyak 14 orang
di antaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di Kota Depok (319 kasus),
Kabupaten Bandung (236 kasus), Kota Cimahi (200 kasus), Kabupaten Bogor (198
kasus) dan Kabupaten Sumedang (193 kasus) (Ramdhani, 2019).
Faktor sikap berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD. Hal ini sesuai
dengan teori L. Green sikap merupakan faktor yang ada pada diri seseorang untuk
berperilaku. Sikap berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam
melakukan sesuatu. Jadi semakin baik sikap atau pandangan seseorang terhadap suatu
hal maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan terhadap hal tersebut.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untyk mencegah DBD yaitu 3M (
Menguras, Menutup, Manfaatkan kembali atau mendaur ulang) yang merupakan
bagian dari pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dipercaya efektif untuk
penanggulangan DBD (Tairas, 2015). Menurut hasil penelitian (Ernawati dkk, 2018)
menyebutkan bahwa pencegahan DBD di masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Masyarakat secara keseluruhan harus berperan serta secara aktif untuk upaya-upaya
pencegahan. Upaya pencegahan yang paling utama adalah pemberantasan sarang
nyamuk . hal ini dapat dilakukan dengan managemen lingkungan. Program 3M masih
memprioritaskan dilakukannya managemen lingkungan untuk penyelesaian masalah
DBD. Pemberantasan sarang nyamuk dianggap lebih efektif dalam upaya memberantas
penyakit DBD dibandingkan penggunaan kimiawi karena akan menimbulkan resistensi
pada vector penyakit. Namun, fakta yang terjadi di masyarakat masih menunjukkan
bahwa kimiawi masih menjadi pilihan masyarakat. Jadi petugas kesehatan masih perlu
melakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penyebaran informasi
tentang DBD secara aktif.
BAB III
Puskesmas Jatinangor
sebagai pelayanan
kesehatan (promotif,
preventif) demam berdarah
Pencegahan demam
berdarah dengan
pengendalian vektor
nnyamuk.
Pendidikan kesehatan
tentang pencegahan demam
berdarah di rumah dan
lingkungan sekitar rumah
Lingkungan Rumah
1 x 30 menit
3.4.3. Metode
1. Ceramah
2. Tanya-Jawab
3.4.3. Langkah-Langkah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Bandung.
Farida, Cica Lavemita, Uun Sumardi, Nisa, Dwi.2018. Upaya Pengendalian Aedes
aegypti di Desa Cibeusi dan Cikeruh Kecamatan Jatinangor berdasar atas
Populasi Nyamuk. Global Medical and Health Communication
Hasan, Amrul & Eka Sulistianingsih. 2016. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD dan Pencegahan Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian DBD.
Jurnal Kesehatan : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjung Karang.
Vol.4 No.1. ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id.
(WHO) World Health Organization. 2012. Global Strategy for Dengue Prevention and
Control
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Lingkungan Rumah
1 x 30 menit
Setelah diadakan penyuluhan diharapkan Bapak dan Ibu yang sedang mengunjungi
Puskesmas Jatinangor dapat mengerti dan memahami serta mengaplikasikan pencegahan
demam berdarah di rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan baik dan benar.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
3. Metode
1. Ceramah
2. Tanya-Jawab
4. Langkah-Langkah
A. DEFINISI
Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita
DBD lainnya. Penyakit DBD ini ditandai oleh demam tinggi mendadak yang
berlangsung selama 2- 7 hari (Depkes, 2017).
B. PENYEBAB
Demam Berdarah disebabkan dari gigitan nyamuk dengan jenis nyamuk
yang belang hitam putih yaitu Aedes Aegypti. Apabila nyamuk Aedes menggigit
tubuh pasien yang terkena virus dengue, virus akan hidup di dalam tubuh nyamuk
dan dapat menularkan virusnya lewat gigitannya tersebut (Genis, 2007).
Fasel awal yang paling khas terkena demam berdarah adalah demam
tinggi. Fase ini dialami secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius
selama 2 sampai 7 hari. Demam tinggi disertai dengan muka kemerahan, kulit
memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan sakit kepala. Apabila demam
berlangsung selama lebih dari 10 hari, maka kemungkinan demam tersebut
bukanlah gejala demam berdarah. Gejala lain yang menandakan anak terkena
demam berarah berupa nyeri dan infeksi tenggorokan, sakit sekitar bola mata,
anoreksia, mual dan muntah. Gejala demam berdarah dapat membuat penderita
menjadi sulit beraktivitas seperti pergi ke sekolah, melakukan kegiatan sehari-
hari, dan kegiatan rutin lainnya. Untuk mencegah dampak tersebut dianjurkan
untuk memperbanyak minum air putih untuk membantu menurunkan suhu dan
mencegah terjadinya dehidrasi.
2. Fase kritis
Fase kritis merupakan fase dimana penderita merasa sembuh dan dapat
melakukan aktivitas kembali. Fase ini disebut dengan fase “pengecoh” dengan
penurunan suhu tubuh hingga 37 derajat celcius ke arah normal. Apabila fase
ini terabaikan dan tidak mendaptkan pengobatan, maka trombosit akan terus
menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang tidak
disadari. Fase kritis ini berlangsung tidak lebih dari 24-38 jam. Pada fase ini
penderita mengalami kebocoran pembuluh darah dengan indikasi mimisan,
nyari perut yang tak tertahankan, dan pembesaran organ hati.
3. Fase penyembuhan
E. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Medikamentosa gejala kompres pada pembuluh darah besar (femoralis,
karotis, axilla) atau antipiretik. Analgesik untuk mengurangi nyeri kepala
hebat akibat panas yang tinggi.
3. Rehidrasi Syok ringan: infus kecepatan 20ml/kgBB/jam jika sudah
teratasi ubah kecepatan infus menjadi 10ml/kgBB/jam. Syok berat: infus
diguyur atau diberikan ekspander plasma (hetastarch) dengan jumlah 15-29
ml/kgBB
4. Cek TTV (nadi, respirasi, tekanan darah, suhu) setiap jam
5. Cek Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada fase akut, setelah syok tertangani cel
setiap 24 jam
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, peteke, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena (Smeltzer dan
Bare, 2002)
2. Kejang peningkatan metabolisme termasuk kerja saraf yang meningkat
akibat suhu yang terlalu tinggi. Suhu pada pasien DHF biasanya >39oC dan
ini beresiko membuat sraf menjadi lebih aktif dalam bentuk eksitasi
berlebih sehingga terjadi kejang (Van Zeijl, Mullaart, & Galama, 2002).
3. Sindrom syok dengue kondisi dimana terjadi perdarahan spontan yang
sangat mudah akibat dari penurunan trombosit yang begitu signifikan.
Ditandai dengan tanda-tanda perdarahan yang nyata: ekimosis, petekie,
hematoemesis, dan melena.
4. Acute/Chronic Kidney Disease ketika syok dengue pada pasien DHF
tidak tertangani, maka aliran darah akan ditarik untuk menyuplai organ
vital (otak, jantung, dan paru-paru) sehingga renal blood flow akan
menurun dan dapat menyebabkan injury pada nefron sehingga berakhir
pada kondisi akut maupun kronik.
5. Perdarahan gastrointestinal ketika nilai trombosit pasien menurun
drastis dan terjadi perdarahan spontan maka gastrointestinal adalah organ
yang memiliki kemungkinan besar untuk terjadi perdarahan. Perdarahan
bisa disebabkan karena nilai trombosit yang menurun atau suplai darah ke
organ gastrointestinal yang menurun akibat kondisi syok.