Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN DBD DI

RUMAH PADA UPT PUSKESMAS JATINANGOR

Diajukan untuk memenuhi tugas profesi keperawatan pada stase anak

Di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Kelompok 4 :

ARI AROFAH LELI SITI NURLATIFAH

ANNISA LATHIFAH U NINA AMINAH AMALIYAH

DIAN KURNIAWAN RISA UTAMI

DIMAS NASRIANI F RIZKA AISYAH

FATIMAH NUR FAIZAH TIFFANY KHOIRUNNISA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

BANDUNG

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
TINJAUAN LITERATUR ..................................................................................................... 5
2.1 Prevalensi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................................ 5
2.2. Hasil Penelitian terkait Pencegahan DBD di Rumah ............................................... 6
2.3 Pendidikan Kesehatan .................................................................................................. 8
2.3.1. 3 M sebagai Upaya Pencegahan DBD ........................................................... 8
BAB III................................................................................................................................... 11
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN .................................................................... 11
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah ................................................................................ 11
3.2. Realisasi Pemecahan Masalah .................................................................................. 11
3.3. Khalayak Sasaran ...................................................................................................... 12
3.4. Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan) ........................................................ 12
3.4.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)............................................................. 12
3.4.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ........................................................... 13
3.4.3. Metode ............................................................................................................ 13
3.4.3. Langkah-Langkah......................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 15
BAB V ................................................................................................................................... 16
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17
LAMPIRAN........................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Dengue merupakan virus penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes
aegypty dan edes albopictus, nyamuk ini paling cepat dalam perkembang di seluruh
dunia hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Virus dengue banyak
ditemukan di daerah yang tropis dan sub tropis kebanyakan di daerah perkotaan dan
pinggiran kota si dunia ini (Infodatin, 2017). Indonesia memiliki iklim tropis yang
sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai penyakit yang melalui
vektor. Nyamuk penulari ini banyak ditemukan di daerah terpelosok di seluruh wilayah
Indonesia terkecuali daerah dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut.
Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya DBD yaitu rendahnya imunitas atau
kekebalan tubuh dari masyarakat serta kepadatan populasi nyamuk karena banyak
tempat perkembangbiakan nyamuk terutama pada musim hujan (Kemenkes, 2015).
Pada tahun 2016 angka kejadian di Indonesia mencapai 204.171 kasus dan
mengalami penurunan pada tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus pertahun. Salah satu
provinsi di Indonesia yang memiliki tingginya angka kejadian demam berdarah yaitu
provinsi Jawa Barat yang menempati ururtan pertama dengan kejadian sebanyak
10.016 kasus. Sedangkan untuk angka kematian karena demam berdarah Jawa Barat
menempati urutan ke tiga dengan jumlah kematian 54 orang (Infodatin, 2017). Adapun
informasi yang didapatkan dari informasi layanan kesehatan menyatakan bahwa awal
tahun 2019 adanya 48 kasus demam berdarah. Angka kejadian demam berdarah di kota
Bandung mengalami fluktuatif. Jumlah kasus tertinggi pada tahun 2013 yaitu 5.736
kasus angka tersebut kemudian menurun pada tahun 2014 yaitu 3.132 kasus. Namun
kemudian meningkat kembali pada tahun 2015 yaitu 3.640 dan 2016 sebanyak 3.880
namun kemudian kembali turun di tahun 2017 yaitu 1786 kasus dan kembali naik pada
tahun 2018 yakni 2.826 kasus (Rosadi, 2019).
Pada tahun 2012 insidensi demam berdarah di daerah sumedang memiliki 554
kasus dan 3 orang meninggal dan kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Jatinangor
sebanyak 57 kasus dan seorang meninggal. Kegiatan upaya pengendalian vektor
demam berdarah seperti larvasidasi, peneyelidikan epidemologi serta fogging sudah
dilakukan oleh petugas Puskesmas Jatinangor tetapi belum memberikan perubahan
terhadap insidensi salah satu penyebabnya karena faktor lingkungan dengan kepadatan
rumah yang dapat memudahkan nyamuk melakukan perkembangbiakan (Farida dkk,
2018). Berdasarkan hal tersebut bahwa kepadatan lingkungan yang menjadi salah satu
pemicu perkembangbiakan nyamuk oleh karena itu perlu di tingkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pencegahan demam berdarah di rumah dan di lingkungan sekitar.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
dapat teridentifikasi “Bagaimana Pencegahan Demam Berdarah di Rumah dan di
Sekitar Lingkungan Rumah”.

1.3 Tujuan

Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan


demam berdarah dan lingkungan sekitar agar masyarakat memahami serta
mengaplikasikan pencegahan demam berdarah di rumah

.
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Prevalensi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. World Health Organization (WHO) melaporkan
lebih dari 2,4 miliar orang dari 7,2 miliar (sekitar 40% dari penduduk dunia) saat ini
terinfeksi virus dengue dan Indonesia masih menduduki urutan tertinggi kejadian DBD
di Asia Tenggara (WHO, 2012). Demam Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di
kota Surabaya pada tahun 1968, di mana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang di
antaranya meninggal dunia, dengan angka kematian mencapai 41,3%. Pada tahun
2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
dan 1229 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi 85% dari
kejadian pada tahun 2968. Peningkatan dan penyebaran tersebut dapat disebabkan oleh
mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim,
perubahan kepadatan dan distribusi penduduk dan faktor epidemiologi lainnya yang
masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2014).

Di jawa Barat sendiri, Jumlah penderita penyakit DBD pada tahun 2016
mencapai 37.418 kasus lebih tinggi dibanding tahun 2015 (22.111 kasus). Demikian
juga dengan risiko kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan tajam
dari 47.34/100.000 penduduk menjadi 78.98/100.000 penduduk. Jumlah
KematianDBD tahun 2016 mencapai 277 orang dengan CFR sebesar 0.74%, ini
menunjukan penurunan dibanding tahun 2015 yang sebesar 0,83%. Toleransi ambang
batas Angka Kesakitan DBD tahun 2015 yang ditetapkan kurang dari 50/100.000
penduduk, pada tahun 2016, Terjadi peningkatn insiden yang signifikan dari
47,3/100.000 menjadi 78,98/100.000, anggka ini jauh melampaui ambang batas
walaupun demikian masih terdapat 9 Kab/Kota yang masih mempertahan Insiden Rate
nya dibawah 50/100.000 penduduk yaitu : Kab Garut, Kab Tasikmalaya, Kab
Majalengka, Kab Sukabumi, Kab Cianjur, Kab Pangandaran, Kab Subang, Kab
Karawang, dan Kab Bekasi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017).

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga 28 Januari 2019 tercatat
ada 2.204 orang yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD). Sebanyak 14 orang
di antaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di Kota Depok (319 kasus),
Kabupaten Bandung (236 kasus), Kota Cimahi (200 kasus), Kabupaten Bogor (198
kasus) dan Kabupaten Sumedang (193 kasus) (Ramdhani, 2019).

2.2. Hasil Penelitian terkait Pencegahan DBD di Rumah


Amrul Hasan dan Eka Sulistianingsih (2016), melakukan penelitian dengan
tujuan mengetahui hubungan kebiasaan melakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dan pencegahan gigitan nyamuk dengan kejadian DBD di Kotabumi Kabupaten
Lampung Utara dengan jumlah sampel sebanyak 406 individu yang terdiri dari 203
kasus dan 203 kontrol. Kriteria sampel kasus adalah penduduk yang menderita Demam
Berdarah Dengue yang dirawat di semua rumah sakit Lampung Utara. Kriteria sampel
kontrol adalah penduduk yang tinggal menetap di Kotabumi Kabupaten Lampung
Utara minimal 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan penelitian yang tidak mengalami
gejala demam berdarah dengue yang dialami minimal 1 bulan sebelum wawancara
dilakukan. Lampung utara merupakan salah satu kabupaten dari 13 Kabupaten / Kota
di Indonesia yang melaporkan adanya kejadian KLB DBD.

Hasil penelitian diketahui ada hubungan kebiasaan melakukan Pemberantasan


Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian demam berdarah dengue. Individu yang tidak
melakukan 3M memiliki risiko 4,45 (95% CI : 2,38-8,30) kali terkena DBD
dibandingkan dengan individu yang melakukan 2M atau 3M. Individu yang melakukan
1M (menguras atau menutup atau mengubur saja) berisiko 2,67 (95% CI: 1,46-4,89)
kali menderita DBD dibandingkan dengan individu yang melakukan 2 M atau 3 M
setelah dikontrol dengan variabel keberadaan benda yang dapat menampung air di
sekitar rumah dan kebiasaan melakukan pencegahan gigitan nyamuk.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan
melakukan pencegahan gigitan nyamuk berhubungan dengan kejadian DBD. Individu
yang tidak melakukan pencegahan gigitan nyamuk berisiko 5,43 (95% CI: 3,14-9,36)
kali terkena DBD dibandingkan dengan individu yang melakukan 2 dan 3 jenis
pencegahan gigitan nyamuk. Individu yang melakukan 1 pencegahan gigitan nyamuk
(mengunakan repellent atau anti nyamuk bakar atau menyemprot ruangan dengan
pembasmi serangga) berisiko 2,03 kali menderita DBD dibandingkan dengan individu
yang melakukan 2 dan 3 jenis pencegahan gigitan nyamuk setelah dikontrol dengan
pengetahuan dan keberadaan benda yang dapat menampung air di sekitar rumah.

Perilaku masyarakat merupakan faktor penting dari pencegahan penyakit DBD.


Istiqomah (2016) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan DBD pada Ibu rumah tangga di kelurahan Kramas Kota
Semarang, dengan sampel sebanyak 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD yaitu sikap (p= 0,005),
ketersediaan sarana prasarana (p= 0,003), serta dukungan kader (p= 0,002).

Faktor sikap berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD. Hal ini sesuai
dengan teori L. Green sikap merupakan faktor yang ada pada diri seseorang untuk
berperilaku. Sikap berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam
melakukan sesuatu. Jadi semakin baik sikap atau pandangan seseorang terhadap suatu
hal maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan terhadap hal tersebut.

Faktor ketersediaan sarana prasarana berhubungan dengan perilaku pencegahan


DBD. Hal ini sejalan dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor pemungkin yaitu ketersediaan
sarana dan prasarana. Dalam hal ini adalah sarana dan prasarana yang menunjang
perilaku pencegahan DBD. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian
responden menyatakan memiliki sarana prasarana yang tersedia dengan baik. Namun
sebagian lainnya ditemukan bahwa masih banyak responden yang tidak memiliki lahan
kosong yang digunakan untuk mengubur barang bekas, ketidaktersediaan abate di juga
menjadi kendala masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan DBD.

Faktor dukungan kader berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD. Hal


ini dengan teori L.Green yang menyebutkan bahwa dukungan kader merupakan salah
satu faktor reinforcing yang mempengaruhi perilaku seseorang. Oleh karena itu perlu
adanya pendidikan kesehatan mengenai pencegahan DBD oleh petugas kesehatan
untuk mengingatkan kembali pada masyarakat pentingnya pencegahan DBD.

2.3 Pendidikan Kesehatan


Dari data-data yang kami bahas di atas dapat dilihat bahwa tingginya
ketidaktahuan akan pendidikan kesehatan yang baik berdampak pada tingginya jumlah
responden yang tidak melakukan upaya pencegahan penyakit tersebut. Pentingnya
dilakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang
harapannya adalah perubahan sikap serta perilaku seseorang dalam pencegahan
penyakit. Hal ini D. Nyswander, pendidikan kesehatan adalah proses perubahan dari
dalam diri manusia itu sendiri untuk mencapai kesehatan pribadi dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dari sebuah pembentukan di
mana seseorang menolak atau menerima informasi baru atau perilaku-perilaku baru
dengan tujuan kesehatan hidup. Pendidikan kesehatan juga dapat disimpulkan sebagai
suatu upaya untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari dan mencegah
hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain, serta kemana seharusnya
mencari pengobatan. Pendidikan kesehatan hendaknya diajarkan sedini mungkin pada
anak, sehingga menjadi pembiasan di kala anak dewasa. Tujuan dari pendidikan
kesehatan pada anak adalah meningkatkan pengetahuan anak agar dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.1. 3 M sebagai Upaya Pencegahan DBD


Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah penyakit menular yang sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Cara penyebaran DBD dengan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Candra,2010).
Nyamuk ini cocok hidup pada iklim tropis atau sub tropis. Indonesia adalah tempat
hidupnya nyamuk Aedes Aegypti (Johansson dkk,2010).
Menurut data Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga 28
Januari 2019 tercatat ada 2.204 orang yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD).
Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di Kota
Depok (319 kasus), Kabupaten Bandung (236 kasus), Kota Cimahi (200 kasus),
Kabupaten Bogor (198 kasus) dan Kabupaten Sumedang (193 kasus) (Ramdhani,
2019).

Demam Berdarah Dangue bisa menyebabkan kebocoran plasma yang


mengakibatkan perdarahan, gagal ginjal, penurunan tekanan darah tiba-tiba (Syok),
kejang hingga bahkan bisa terjadinya kematian. Demam berdarah dangue sering
disebabkan dengan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan sanitasi lingkungan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untyk mencegah DBD yaitu 3M (
Menguras, Menutup, Manfaatkan kembali atau mendaur ulang) yang merupakan
bagian dari pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dipercaya efektif untuk
penanggulangan DBD (Tairas, 2015). Menurut hasil penelitian (Ernawati dkk, 2018)
menyebutkan bahwa pencegahan DBD di masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Masyarakat secara keseluruhan harus berperan serta secara aktif untuk upaya-upaya
pencegahan. Upaya pencegahan yang paling utama adalah pemberantasan sarang
nyamuk . hal ini dapat dilakukan dengan managemen lingkungan. Program 3M masih
memprioritaskan dilakukannya managemen lingkungan untuk penyelesaian masalah
DBD. Pemberantasan sarang nyamuk dianggap lebih efektif dalam upaya memberantas
penyakit DBD dibandingkan penggunaan kimiawi karena akan menimbulkan resistensi
pada vector penyakit. Namun, fakta yang terjadi di masyarakat masih menunjukkan
bahwa kimiawi masih menjadi pilihan masyarakat. Jadi petugas kesehatan masih perlu
melakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan penyebaran informasi
tentang DBD secara aktif.
BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Puskesmas Jatinangor
sebagai pelayanan
kesehatan (promotif,
preventif) demam berdarah

Pencegahan demam
berdarah dengan
pengendalian vektor
nnyamuk.

Pendidikan kesehatan
tentang pencegahan demam
berdarah di rumah dan
lingkungan sekitar rumah

3.2. Realisasi Pemecahan Masalah


Berdasarkan kerangka pemecahan masalah diatas, didapatkan realisasi
pemecahan masalah yang akan dilakukan yaitu melakuka Pendidikan Kesehatan
dengan tema Pencegahan Demam Berdarah di Rumah dan di sekitar Lingkungan
Rumah.
3.3. Khalayak Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang
mengunjungi Puskesmas Jatinangor.

3.4. Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)


Metode dan Tahapan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) sebagai berikut :

Topik : Pencegahan Demam Berdarah di Rumah dan di Sekitar

Lingkungan Rumah

Hari/ Tanggal : Jumat, 1 Maret 2018

Waktu : 08.30 – 09.00 WIB

1 x 30 menit

Tempat : Puskesmas Jatinangor

Sasaran : Bapak dan Ibu di Puskesmas Jatinangor

Metode : Ceramah dan Tanya-Jawab

Media : Leaflet, Power Point

3.4.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diadakan penyuluhan diharapkan Bapak dan Ibu yang sedang


mengunjungi Puskesmas Jatinangor dapat mengerti dan memahami serta
mengaplikasikan pencegahan demam berdarah di rumah dan lingkungan sekitar
rumah dengan baik dan benar.
3.4.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan pendidikan kesehatan pada bapak dan ibu mampu :

a. Mengerti tentang definisi demam berdarah

b. Mengetahui penyebab dan tanda gejala demam berdarah

c. Menyebutkan 3 dari 13 pencegahan demam berdarah di rumah dan


lingkungan sekitar

3.4.3. Metode

1. Ceramah

2. Tanya-Jawab

3.4.3. Langkah-Langkah

Kegiatan Peserta Alokasi


Tahap Kegiatan Pendidik Metode Media
Didik Waktu
Persiapan a. Menyiapkan area Memasuki ruangan - - 5’
(Pra- pertemuan
Kegiatan b. Menyiapkan Media
c. Menyiapkan diri
untuk bertemu
dengan peserta didik

Kegiatan a. Memberi salam dan a. Menjawab a. Ceramah - 5’


Pembuka memperkenalkandiri salam dan b. Ceramah
b. Menjelaskan mendengarkan c. Ceramah
maksud dan tujuan b. Mendengarkan d. Ceramah
kedatangan c. Mendengarkan
c. Melakukan kontrak dan menyetujui
waktu d. Mendengarkan
d. Menyebutkan materi dan
apa saja yang akan memperhatikan
disampaikan
Uraian Menjelaskan tentang a. Mendengarkan a. Ceramah a. Power 15’
Materi dan b. Ceramah Point
1. Definisi Demam memperhatikan c. Ceramah b. Leaflet
Berdarah
2. Penyebab dan Tanda b. Mendengarkan
dan Gejala Demam dan
Berdarah memperhatikan
3. Pencegahan Demam
Berdarah

Kegiatan a. Evaluasi singkat a. Menjawab Diskusi - 5’


Penutup b. Kesimpulan b. Menyimak
c. Mengucapkan c. Menjawab
Salam Salam
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Yang Dicapai

Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai “Bagaimana Pencegahan Demam


Berdarah di Rumah dan di Sekitar Lingkungan Rumah yang telah dilakukan di
puskesmas DPT Jatinangor berjalan sesuai dengan rencana pada saat perencanaan
kegiatan seperti pemberian pendididkan kesehatan tentang 3M yang dilakukan
kepada masyarakat tidak ada kendala yang berarti (Baik). Ketika pelakasanaan
pendidikan kesehatan yang dilakukan terdapat beberapa kendala seperti,
masyarakat sulit dalam menyimak materi yang diberikan oleh pemateri, kehadiran
mahasiswa PPN 37 saat melakukan pelakasanaan penyuluhan kesehatan agar dapat
memantu dan mengatasi tentang pentingnya melaksanakan perilaku 3M
dilingkungan masyarakat. Adapun hasil dari kegiatan yang dilakukan yaitu:
sebanyak 80% peserta penyuluhan dapat menyebutkan manfaat dari kegiatan 3M,
sebanyak 75% peserta penyuluhan dapat menyebutkan langkah langkah
penatalaksanaan 3M yang baik dan benar, peserta penyuluhan diharapkan dapat
melakukan tindakan tersebut dilingkungan masyarakat ataupun di rumah.

4.2 Rencana Keberlanjutan Program

Program pendidikan kesehatan yang dilakukan ini direncanakan akan


dievaluasi dan dibuat perencanaan kembali yang akan dilakukan oleh program
profesi nesr selanjutnya ataupun institusi lain yang dapat meneruskan kembali
program yang telah dilakukan ini.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penderita DBD di Jawa Barat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.


DBD sendiri menyebabkan syok, kejang, perdarahan, gagal ginjal kronik,
gangguan gastro intestinal dan juga bisa menyebabkan terjadinya kematian. maka
dari itu kita perlu melakukan pencegahan terhadap DBD, salah satunya dengan
cara 3M yaitu mengubur, membakar, dan mendaur ulang.

5.2 Saran

Pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya


pencegahan DBD, kemudian masyarakat juga harus lebih peduli terhadap
lingkungan sekitar agar lingkungan bersih dan tidak menjadi sarang nyamuk yang
dapat memicu DBD.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Bandung.

Ernawati, dkk. 2018. Gambaran Praktik Pencegahan Dengue (DBD) di wilayah


Endemik DBD. STIKES Sint Charolus Jakarta. Vol.9 No.1. (http://
ejournal.umm.ac.id/indeks.php/keperawatan/issue/view)

Farida, Cica Lavemita, Uun Sumardi, Nisa, Dwi.2018. Upaya Pengendalian Aedes
aegypti di Desa Cibeusi dan Cikeruh Kecamatan Jatinangor berdasar atas
Populasi Nyamuk. Global Medical and Health Communication

Hasan, Amrul & Eka Sulistianingsih. 2016. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD dan Pencegahan Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian DBD.
Jurnal Kesehatan : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjung Karang.
Vol.4 No.1. ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id.

Informasi Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia. 2018.


Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia tahun 2017.
www.depkes.go.id/resources/download/.../infodatin/infodatin-demam-berdarah

Istiqamah, Syamsulhuda & Besar Tirto Husodo. 2017. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada
Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Kramas Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2014. Infodatin: Situasi DBD. Jakarta Selatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.Demam Berdarah Biasanya


Meningkat di Januari. Pusat Komunikasi public secretariat
Rosadi. 2019. Waspada Tahun 2019 ada 48 kasus DBD di Kota Bandung. Layanan
Kesehatan Kota Bandung. http://bandung.merdeka.com/halo-bandung/waspada-
awal-tahun-2019-ada-48-kasus-dbd-di-kota-bandung-190119h.html

(WHO) World Health Organization. 2012. Global Strategy for Dengue Prevention and
Control
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN

Topik : Pencegahan Demam Berdarah di Rumah dan di Sekitar

Lingkungan Rumah

Hari/ Tanggal : Jumat, 1 Maret 2018

Waktu : 08.30 – 09.00 WIB

1 x 30 menit

Tempat : Puskesmas Jatinangor

Sasaran : Bapak dan Ibu di Puskesmas Jatinangor

Metode : Ceramah dan Tanya-Jawab

Media : Leaflet, Power Point

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diadakan penyuluhan diharapkan Bapak dan Ibu yang sedang mengunjungi
Puskesmas Jatinangor dapat mengerti dan memahami serta mengaplikasikan pencegahan
demam berdarah di rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan baik dan benar.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan pendidikan kesehatan pada bapak dan ibu mampu :

a. Mengerti tentang definisi demam berdarah

b. Mengetahui penyebab dan tanda gejala demam berdarah

c. Menyebutkan 3 dari 13 pencegahan demam berdarah di rumah dan lingkungan sekitar

3. Metode

1. Ceramah

2. Tanya-Jawab
4. Langkah-Langkah

Kegiatan Peserta Alokasi


Tahap Kegiatan Pendidik Metode Media
Didik Waktu
Persiapan a. Menyiapkan area Memasuki ruangan - - 5’
(Pra- pertemuan
Kegiatan b. Menyiapkan Media
c. Menyiapkan diri
untuk bertemu
dengan peserta didik

Kegiatan a. Memberi salam dan a. Menjawab a. Ceramah - 5’


Pembuka memperkenalkandiri salam dan b. Ceramah
b. Menjelaskan mendengarkan c. Ceramah
maksud dan tujuan b. Mendengarkan d. Ceramah
kedatangan c. Mendengarkan
c. Melakukan kontrak dan menyetujui
waktu d. Mendengarkan
d. Menyebutkan materi dan
apa saja yang akan memperhatikan
disampaikan
Uraian Menjelaskan tentang a. Mendengarkan a. Ceramah a. Power 15’
Materi dan b. Ceramah Point
1. Definisi Demam memperhatikan c. Ceramah b. Leaflet
b. Mendengarkan
Berdarah
dan
2. Penyebab dan Tanda memperhatikan
dan Gejala Demam
Berdarah
3. Pencegahan Demam
Berdarah

Kegiatan a. Evaluasi singkat a. Menjawab Diskusi - 5’


Penutup b. Kesimpulan b. Menyimak
c. Mengucapkan Salam c. Menjawab
Salam
I. MATERI PENYULUHAN

A. DEFINISI
Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita
DBD lainnya. Penyakit DBD ini ditandai oleh demam tinggi mendadak yang
berlangsung selama 2- 7 hari (Depkes, 2017).

B. PENYEBAB
Demam Berdarah disebabkan dari gigitan nyamuk dengan jenis nyamuk
yang belang hitam putih yaitu Aedes Aegypti. Apabila nyamuk Aedes menggigit
tubuh pasien yang terkena virus dengue, virus akan hidup di dalam tubuh nyamuk
dan dapat menularkan virusnya lewat gigitannya tersebut (Genis, 2007).

C. TANDA DAN GEJALA


Demam Berdarah ditandai dengan peteki (bintik – bintik merah), pendarahan
konjungtiva, epistaksis (mimisan), pendarahan mukosa, pendarahan gusi,
trombositopeni (<100.000), dan Demam dengue merupakan demam yang terjadi
selama 2 – 7 hari yang disertai nyeri kepala, nyeri retro-orbital, myalgia (nyeri
otot)/arthralgia (nyeri sendi), ruam-ruam di kulit, perdarahan, leukopenia
(rendahnya sel darah putih) (Depkes, 2015). Demam Berdarah memiliki 3 Fase,
yaitu :
1. Fase demam

Fasel awal yang paling khas terkena demam berdarah adalah demam
tinggi. Fase ini dialami secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius
selama 2 sampai 7 hari. Demam tinggi disertai dengan muka kemerahan, kulit
memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan sakit kepala. Apabila demam
berlangsung selama lebih dari 10 hari, maka kemungkinan demam tersebut
bukanlah gejala demam berdarah. Gejala lain yang menandakan anak terkena
demam berarah berupa nyeri dan infeksi tenggorokan, sakit sekitar bola mata,
anoreksia, mual dan muntah. Gejala demam berdarah dapat membuat penderita
menjadi sulit beraktivitas seperti pergi ke sekolah, melakukan kegiatan sehari-
hari, dan kegiatan rutin lainnya. Untuk mencegah dampak tersebut dianjurkan
untuk memperbanyak minum air putih untuk membantu menurunkan suhu dan
mencegah terjadinya dehidrasi.

2. Fase kritis

Fase kritis merupakan fase dimana penderita merasa sembuh dan dapat
melakukan aktivitas kembali. Fase ini disebut dengan fase “pengecoh” dengan
penurunan suhu tubuh hingga 37 derajat celcius ke arah normal. Apabila fase
ini terabaikan dan tidak mendaptkan pengobatan, maka trombosit akan terus
menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang tidak
disadari. Fase kritis ini berlangsung tidak lebih dari 24-38 jam. Pada fase ini
penderita mengalami kebocoran pembuluh darah dengan indikasi mimisan,
nyari perut yang tak tertahankan, dan pembesaran organ hati.

3. Fase penyembuhan

Fase penyembuhan dimana penderita demam berdarah akan kembali


merasakan demam. Pada fase ini trombosit perlahan naik dan normal kembali
dengan pengembalian cairan tubuh secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya
ditandai dengan peningkatan nafsu makan, fungsi diuretik yang membaik, dan
penurunan gejala nyeri perut.

D. PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH


Sampai saat ini, memang belum ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi
virus dengue tetapi yang perlu kita tahu bahwa penyebab utama dari
menyebarnya virus dengue tersebut ialah berdasarkan kondisi lingkungan
sekitar. Pencegahan yang dapat dilakukan di rumah, antara lain:
a. Gunakan obat nyamuk oles atau bakar di siang maupun malam hari
tetapi perlu diingat bahwa pemberian obat tersebut terhadap anak
dibawah 2 tahun dapat saja menyebabkan efek samping alergi atau
ketidakcocokkan.
b. Menggunakan kamper/kapur barus yang termasuk ampuh mengusir dan
membunuh berbagai serangga termasuk nyamuk.
c. Membersihkan AC/pendingin ruangan dengan membuang air yang ada
di dalam AC tersebut secara rutin untuk mencegah munculnya jentik-
jentik nyamuk.
d. Memasang kelambu saat tidur dan memakai pakaian panjang agar
melindungi dari gigitan nyamuk.
e. Pastikan jendela dan pintu tidak memiliki lubang kecil untuk nyamuk
masuk, gunakan kawat anti nyamuk agar udara tetap masuk tetapi tidak
disertai dengan nyamuk tersebut.

Pencegahan di lingkungan sekitar rumah antara lain, yaitu :


a. Membudidayakan 4M : Menutup,Menguras,Mengubur,Memantau.
b. Melakukan fogging atau pengasapan di lingkungan bahkan di rumah
masyarakat.
c. Membersihkan berbagai wadah yang tergenang air.
d. Membalikkan wadah-wadah yang kosong agar tidak menjadi tempat
nyamuk bersemayam.
e. Menaburkan bubuk abate di tempat genangan air agar mematikan
jentik-jentik nyamuk yang mungkin saja tersebar di penampungan air
tersebut..

E. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Medikamentosa gejala  kompres pada pembuluh darah besar (femoralis,
karotis, axilla) atau antipiretik. Analgesik untuk mengurangi nyeri kepala
hebat akibat panas yang tinggi.
3. Rehidrasi  Syok ringan: infus kecepatan 20ml/kgBB/jam jika sudah
teratasi ubah kecepatan infus menjadi 10ml/kgBB/jam. Syok berat: infus
diguyur atau diberikan ekspander plasma (hetastarch) dengan jumlah 15-29
ml/kgBB
4. Cek TTV (nadi, respirasi, tekanan darah, suhu) setiap jam
5. Cek Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada fase akut, setelah syok tertangani cel
setiap 24 jam

F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, peteke, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena (Smeltzer dan
Bare, 2002)
2. Kejang  peningkatan metabolisme termasuk kerja saraf yang meningkat
akibat suhu yang terlalu tinggi. Suhu pada pasien DHF biasanya >39oC dan
ini beresiko membuat sraf menjadi lebih aktif dalam bentuk eksitasi
berlebih sehingga terjadi kejang (Van Zeijl, Mullaart, & Galama, 2002).
3. Sindrom syok dengue  kondisi dimana terjadi perdarahan spontan yang
sangat mudah akibat dari penurunan trombosit yang begitu signifikan.
Ditandai dengan tanda-tanda perdarahan yang nyata: ekimosis, petekie,
hematoemesis, dan melena.
4. Acute/Chronic Kidney Disease  ketika syok dengue pada pasien DHF
tidak tertangani, maka aliran darah akan ditarik untuk menyuplai organ
vital (otak, jantung, dan paru-paru) sehingga renal blood flow akan
menurun dan dapat menyebabkan injury pada nefron sehingga berakhir
pada kondisi akut maupun kronik.
5. Perdarahan gastrointestinal  ketika nilai trombosit pasien menurun
drastis dan terjadi perdarahan spontan maka gastrointestinal adalah organ
yang memiliki kemungkinan besar untuk terjadi perdarahan. Perdarahan
bisa disebabkan karena nilai trombosit yang menurun atau suplai darah ke
organ gastrointestinal yang menurun akibat kondisi syok.

Anda mungkin juga menyukai