Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL

Judul : “Continuous venovenous hemofiltration versus extended daily hemofiltration


in patients with septic acute kidney injury: a retrospective cohort study”

“Hemofiltrasi venovenous kontinyu (terus-menerus) terhadap hemofiltrasi


harian yang diperpanjang pada pasien dengan cedera ginjal akut septik :
penelitian kohort retrospektif”

Oleh : Zhiping Sun, Hong Ye, Xia Shen, Hongdi Chao, Xiaochun Wu and Junwei Yang

Tahun : 2014

Tujuan : Melihat keefektifan hemofiltrasi venovenous berkelanjutan (CVVHF) dan


hemofiltrasi harian (EDHF) untuk pengobatan AKI septik.

Keyword : Acute Kidney Injury,

Setting : Nanjing, Cina

Latar belakang : Sepsis dan syok septik adalah penyebab dari cedera ginjal akut (AKI),
setidaknya 50% pasien di ICU disebabkan karena AKI. Diperkirakan terdapat 700.000
kasus sepsis terjadi setiap tahun dan lebih dari 210.000 kematian di Amerika Serikat
akibat sepsis. Kombinasi AKI dan sepsis dikaitkan dengan tingkat kematian sebesar
70%, dibandingkan dengan 45% di antara pasien dengan AKI saja. Beberapa
perawatan klinis, termasuk resusitasi volume dan terapi vasokonstriktor, hanya sedikit
efektif dalam meningkatkan fungsi ginjal dan mengurangi mortalitas. Terapi
penggantian ginjal berkelanjutan (CRRT) telah mendapatkan penerimaan luas untuk
pengobatan AKI pada pasien hemodinamik yang tidak stabil. Karena peningkatan
hemodinamik berhubungan dengan lebih sedikit iskemik ginjal dan CRRT dapat
mempercepat pemulihan fungsi ginjal, dan bahkan menghasilkan peningkatan
kelangsungan hidup. CRRT meliputi hemodialisis venovenous berkelanjutan
(CVVHD) dan hemofiltrasi venovenous terus menerus (CVVHF). Brunet et al. (1999)
menemukan bahwa CVVHF meningkatkan pembersihan molekul sedang hingga lebih
besar dibandingkan dengan CVVHD. Sehingga CVVHF lebih efektif mengurangi
efek sindrom respon inflamasi sistemik pada pasien sakit kritis dengan sepsis dengan
membersihkan sitokin inflamasi toksik yang besar, yang sebagian besar berada di
kisaran kelas molekuler menengah.

Pada beberapa penelitian mengenai terapi penggantian ginjal disebutkan mengenai


dosis yang diberikan dan modalitas RRT, akan tetapi tidak dibahas mengenai waktu
pengobatan dan waktu gangguan pengobatan dan terapi hemofiltrasi berkelanjutan
belum mengarah pada hasil yang membaik pada pasien sepsis dengan AKI. Sehingga
dalam studi ini membandingkan keefektifan CVVHF (terus menerus, pengobatan
pertama lebih dari 72 jam) dengan hemofiltrasi harian yang diperpanjang (EDHF, 8
hingga 12 jam setiap hari) pada pasien dengan AKI dari sepsis berat atau syok septik,
sehubungan dengan pemulihan fungsi ginjal dan kematian.

Sampel : 145 pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk pengobatan CVVHF (n = 65) dan
EDHF (n = 80).

Metode : Analisis retrospektif pasien AKI septik yang menjalani terapi penggantian ginjal
(RRT) antara Juli 2009 dan Mei 2013. AKI ditentukan sesuai dengan kriteria risiko,
cedera, kegagalan, kehilangan, dan gagal ginjal stadium akhir (RIFLE). Kriteria yang
terdaftar dalam kelompok CVVHF setidaknya 72 jam pada perawatan RRT pertama
dan pasien yang terdaftar dalam kelompok EDHF menerima pengobatan hemofiltrasi
selama setidaknya 8 jam, dan tidak lebih dari 12 jam setiap hari. Karakteristik
demografi, komorbiditas, dan lokasi perawatan (ICU, bangsal bedah atau medis),
diperoleh dari data rumah sakit. Pasien-pasien ini dirawat dengan CVVHF atau EDHF
dengan membran poliakrilonitrile yang sama dan buffer berbasis bikarbonat. Kriteria
eksklusi adalah: AKI non-septik, kegagalan untuk memenuhi kriteria CVVHF atau
EDHF, kematian pasien atau penghentian pengobatan dalam 72 jam setelah menerima
RRT, dan ketidakmampuan untuk mendapatkan rekam medis yang lengkap. Karena
perawatan CVVHF dilakukan secara terus-menerus, untuk memastikan penggunaan
membran yang efisien, hemofilter diganti secara rutin setiap 24 jam, dan pada waktu
apabila filter menggumpal secara prematur.

Hasil : CVVHF (n=65) dan EDHF (n=80). Pasien dalam kelompok CVVHF secara
signifikan memiliki pemulihan fungsi ginjal yang lebih tinggi dengan 50,77% dan
32,50% pada kelompok EDHF, P = 0,026. Median waktu untuk pemulihan ginjal
adalah 17,26 hari untuk pasien CVVHF dan 25,46 hari untuk pasien EDHF (P = 0,039).
Angka mortalitas pasien AKI sama yaitu 60 hari dengan semua penyebab kematian
adalah serupa antara CVVHF dan kelompok EDHF (44,62%, dan 46,25%, masing-
masing; P = 0,844). Pada analisis multivariat, terapi CVVHF efektif dalam pemulihan
fungsi ginjal (HR 3,74; 95% CI 1,82-7,68; P <0,001), tetapi tidak dengan mortalitas
(HR 0,69; 95% CI 0,34 hingga 1,41 ; P = 0,312).

Kesimpulan : Pasien dengan AKI septik yang menjalani CVVHF mengalami peningkatan
kejadian dan waktu yang lebih singkat untuk pemulihan ginjal ketika menjalani
CVVHF dibandingkan dengan EDHF, tanpa perbedaan yang signifikan dalam
mortalitas 60 hari. Pasien pada CVVHF memiliki hemodinamik yang stabil, bahkan
pada pasien dengan MAP yang lebih rendah sebelum memulai pengobatan dan
keseimbangan cairan negatif selama pengobatan. Waktu pengobatan awal untuk
CVVHF dan EDHF dalam penelitian menunjukkan bahwa perawatan berkelanjutan
bermanfaat untuk pasien yang tidak stabil secara hemodinamik pada AKI septik.

Referensi : Sun, Z., Ye, H., Shen, X., Chao, H., Wu, X., & Yang, J. (2014). Continuous
venovenous hemofiltration versus extended daily hemofiltration in patients
with septic acute kidney injury : a retrospective cohort study.

Anda mungkin juga menyukai