Anda di halaman 1dari 40

KUMPULAN LAPORAN KEGIATAN INTERNSHIP

UKM/UKP

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik : deteksi dini dan pencegahan penyakit HIV/AIDS

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023

LATAR
BELAKANG

PERMASALAHAN

PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN

MONITORING
DAN EVALUASI
Komentar / Umpan Balik :

Palembang, Oktober 2022


Dokter Internsip, Kepala Puskesmas Sematang Borang,

dr. Zaimanur dr. Hj. Arina Wardhani

NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik : Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik untuk Pencegahan Demam Berdarah

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023
LATAR Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga
BELAKANG masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan
jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan
salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat
dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Dengan
adanya jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka
kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-
ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), serta
penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan
masyarakat melalui jumantik, diharapkan masyarakat dapat secara
bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara
mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat (Depkes RI, 2010:
3).

Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun


cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.
Berdasarkan data Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
(P2B2), jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000
kasus. Pada tahun 2010 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia
sekitar 1.317 orang. Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus
DBD di Association of South East Asian Nations (ASEAN).
Potensi penyebaran DBD di antara negara- 2 negara anggota
ASEAN cukup tinggi karena banyak wisatawan keluar masuk dari
satu negara ke negara lain (Kompas, 19 Februaru 2011)

PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal


terpenting dalam pencegahan demam berdarah adalah
memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar yang ada, misalnya
dengan mengendalikan pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.

PERENCANAAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas


DAN PEMILIHAN jentik adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan
INTERVENSI
mengajarkan masyarakat cara untuk menghitung jentik.
PELAKSANAAN Diadakannya edukasi tentang cara menghitung jentik dan cara
menajaga kesehatan lingkungan yang benar dengan kunjungan
rumah secara langsung agar terhindar dari jentik dan mencegah
timbulnya penyakit demam berdarah.

MONITORING Setelah dilakukan pelatihan maka warga masyarakat diberikan


DAN EVALUASI stiker untuk mengontrol jumlah jentik yang ada di rumah dan
dilakukan evaluasi tiap bulan secara berkala oleh kader jumantik
yang sudah dilatih oleh petugas puskesmas guna menanggulangi
dan mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dan
meningkatkan adanya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan
sekitar.

Komentar / Umpan Balik :

Palembang, Oktober 2022


Dokter Internsip, Kepala Puskesmas Sematang Borang,

dr. Zaimanur dr. Hj. Arina Wardhani

NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

Topik : Pemeriksaan Dini Kanker Payudara

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023
LATAR
BELAKANG
PERMASALAHAN

PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN

MONITORING
DAN EVALUASI

Komentar / Umpan Balik :

Palembang, Oktober 2022


Dokter Internsip, Kepala Puskesmas Sematang Borang,

dr. Zaimanur dr. Hj. Arina Wardhani

NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Upaya Pengobatan Dasar

Topik : Herpes Zoster

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023
LATAR Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela,
BELAKANG yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya
nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas
pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara
1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas
50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui.

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan


berupa neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan
timbulnya kelainan kulit.3 Adakalanya sebelum timbul kelainan
kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan
malaise. Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema
kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan
cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel
mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat
pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat
menjadi krusta.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi seperti Neuralgia pasca


herpetic, Sindrom Ramshayhunt, kelainan pada mata, Infeksi
sekunder dan Paralisis Motorik.

Tujuan Penatalaksanaan dari herpes Zoster adalah untuk mencegah


infesksi sekundern NPH dan mengatasi nyeri akut akibat virus
Zooster ini.

PERMASALAHAN Identitas pasien


Nama : Tn B.
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : NTT (pekerja pabrik)

Anamnesis :
Keluhan Utama : Timbul melenting diatas mata kiri.
RPS : Mulai Timbul sejak 2 hari yang lalu semakin banyak dan
hanya pada bagian atas mata kiri, terasa sangat nyeri.
Badan tidak panas.
RPD : -
R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja pabrik.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi
normal
Status Generalis :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x / menit
Temp. : 36,3 oC

Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu
(-), Bull Neck (-)
Thorax
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-)
P : pergerakan nafas simetris
P : Timpani
A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen
I : Flat simetris
A: Bising Usus Normal
P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-)
P: Timpani di seluruh lapangan abdomen

Extrimitas : Oedema (-), deformitas (-)

Status Lokalis : Regio Orbita Sinistra


Didapatkan macula eritematosa. papul, vesikel bergerombol dengan
skuama,
Status Lokalis : Orbita Sinistra
mata kiri susah dibuka, oedem, keluar air mata

Diagnosis : Herpes Zoster Oftalmikus Sinistra


PERENCANAAN Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non
DAN PEMILIHAN farmakologis berupa edukasi
INTERVENSI
PELAKSANAAN Terapi Non Farmakologis :

1. Istirahat dirumah
2. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan virus
herpes ini terhadap mata pasien.

Terapi Farmakologis :

Tab Acyclovir 5 x 800 (7-10 hari)

Tab. Asam Mefenamat 3 x 500mg

Rujuk ke poli mata

MONITORING Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan


DAN EVALUASI pemeriksaan fisik, dokter dapat memantau kondisi pasien dan efek
obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien untuk
melakukan kontrol begitu obat habis

Komentar / Umpan Balik :

Palembang, Oktober 2022


Dokter Internsip, Kepala Puskesmas Sematang Borang,

dr. Zaimanur dr. Hj. Arina Wardhani

NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI PEMERIKSAAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Mini Project

OLEH:
dr. Zaimanur

PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani

WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang

Periode Agustus – Februari


2022 – 2023
LAPORAN MINI PROJECT

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN PROLANIS TENTANG


PENYAKIT DIABETES MELITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN
PEMERIKSAAN GULA DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG
KABUPATEN JOMBANG

Diajukan guna melengkapi tugas dokter internship periode Oktober 2018-Februari 2019
dipuskesmas bareng kecamatan bareng kabupaten jombang

Disusun oleh:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
Dokter Internship Puskesmas Bareng, Jombang

Pendamping:
dr. Andri Suharyono, M.KP
NIP. 1966. 1205. 2001. 12.1.001

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus
(DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai
terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi
perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktivitas
fisik, dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Ndraha, 2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan


penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa.
Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2
juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola
pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban
(14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2011).

Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada


pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
makrovaskular maupun mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit
sumbatan otak (stroke) dan penyakit jantung koroner, sedangkan komplikasi
mikrovaskular meliputi kerusakan ginjal, kebutaan, gangguan saraf tepi, dan kaki
diabetes. Komplikasi ini akan memberikan dampak terhadap kualitas hidup pasien,
harapan hidup pasien dan tentunya peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar
(PERKENI, 2011).

Salah satu komplikasi DM yang merupakan penyebab utama penderita harus


dirawat dengan waktu perawatan yang lama adalah kaki diabetes. Bahkan, 70 % di
antaranya memerlukan tindakan pembedahan dan lebih dari 40 % di antaranya
berakhir dengan amputasi. Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang
mendapat perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada
pengelolaan penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang
menjadi komplikasi, harus diamputasi kakinya dan meninggal dunia karena infeksi
berat (Hastuti, 2008).
Antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya komplikasi pada
pederita DM harus sudah dimulai dari sekarang, salah satunya adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita DM. Penyuluhan kesehatan pada
penderita DM merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencegah komplikasi
atau setidaknya menghambat perkembangan penyakit ke arah yang lebih berat.
Penyuluhan tersebut dapat meliputi beberapa hal, antara lain tentang DM,
pengetahuan mengenai pengaturan diet, latihan fisik atau senam kaki, minum obat dan
juga pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatanny. Dalam hal
ini diperlukan kerjasama yang baik antara penderita DM dan keluarganya dengan para
pengelola/ penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga lain.
Oleh karena itu pada program mini project ini, kami akan melakukan penyuluhan
kesehatan terhadap pasien diabetes melalui program Pojok Gizi (POZI) dan
Perawatan Kaki Diabetes (PAKIDES) sebagai upaya peningkatan perilaku hidup
sehat pada pasien DM.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut :
 Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borangi terhadap penyakit DM?
 Apakah dengan program Penyuluhan tentang DM dapat meningkatkan pengetahuan dan
perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Sematang Borang mengenai penyakit DM
 Untuk mengetahui apakah dengan program penyuluhan tentang DM dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang

1.4 Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang. Sebagai upaya
pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga meningkatkan kualitas dan harapan hidup
pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang Program ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk program selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan
perilaku sehat pasien DM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus


Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002) DM
merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat
dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin.
Pada WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang
tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin (PERKENI, 2011).

2.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-
macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus),
herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama
sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada
insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula
pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM
Tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi
insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin,
tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
kadar gula dalam darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu
dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2
biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia,
sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor
gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2011).

2.3 Faktor Resiko


Faktor risiko diabetes dapat dibagi menjadi : (PERKENI, 2011)
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
- Ras dan etnik
- Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
- Umur, risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.
- Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat pernah menderita
DM gestasional (DMG).
- Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg.
- Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan
bayi lahir dengan BB normal.
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi;
- Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Hipertensi (> 140/90 mmHg).
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
- Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan
resistensi insulin
- Penderita sindrom metabolic
- Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya
- Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, PAD (Peripheral Arterial
Diseases)

2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler (PERKENI, 2011).
1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini.
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
- Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara.
 Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
 Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis DM.
 Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan
spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki
keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan.
2. Kriteria diabetes mellitus
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di
bawah ini. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang
diperoleh.
TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus

*Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011

 Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):


3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa berpuasa paling
sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap
diperbolehkan diperiksa kadar glukosa darah puasa diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa),
atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5
menit berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

2.5 Pengelolaan Diabetes Mellitus


1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi (Ndraha, 2014).
Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan
perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk
pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik
melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga
kesehatan lain (Ndraha, 2014).
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani
pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:
- Mengikuti pola makan sehat
- Meningkatkan kegiatan jasmani
- Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman, teratur
- Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data yang ada
- Melakukan perawatan kaki secara berkala
- Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat
- Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,dan mau bergabung dengan
kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan
penyandang diabetes.
- Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

 Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:


- Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya kecemasan
- Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana
- Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi
- Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan pasien. Berikan
penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan yang diperlukan
oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium
- Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima
- Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan
- Melibatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi
- Memperhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan
keluarganya
- Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara
holistic (Ndraha, 2014).

2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan
pengaturan diet adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
 Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolism basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan
khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah terkendali
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)

3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI,
2011).

4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
 Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
- Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
- Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
- Penghambat glukoneogenesis (metformin)
- Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
 Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
 Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
- Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
- Insulin kerja pendek (short acting insulin)
- Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
- Insulin kerja panjang (long acting insulin)

 Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin
tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat
bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2011).

2.6 Pengaturan Diet pada Pasien Diabetes


Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat badan ideal
komposisi energi adalah 60 – 70% dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan 20 –
25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Sedangkan cara yang lebih
gampang lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 – 2500
kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori (Hiswani. 2006).
Tabel Kebutuhan Kalori Pasien Diabetes
Perhitungan Berat Badan Idaman.
Dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut :
Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
atau bagi mereka yang berumur lebih dari 40 tahun, rumus dimodifikasi menjadi.
Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu bera badan (kg) TB2 sebagai berikut :
Berat ideal : BMI 21 untuk wanita, BMI 22,5 untuk pria.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:


1. Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat
dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Umur 1 tahun membutuhkan
lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat
tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun
harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69
tahun dikurangi 10%, diatas 70 tahun dikurangi 20%.

3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.


Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dll kebutuhan
harus ditambah 20% dari kebutuhan basal
- Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal
- Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%
- Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari
basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi,Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung
kepada tingkat/kekurusannya.

Berikut ini makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari :


BAB 3
METODE

3.1 Jenis Program


Jenis program yang akan dilaksanakan pada mini project ini antara lain :
1. Rangkaian kegiatan bulanan Senam Prolanis
2. Pemeriksaan gula darah kepada pasien diabetes
3. Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan metode ceramah interaktif.
4. Penyuluhan kesehatan berisi pengertian diabetes, gejala, komplikasi,
pengelolaan secara umum, dan pengaturan gizi

3.2 Tempat dan Waktu


Kegiatan ini dilaksanakan di Lobby Puskemas Sematang Borang Kota Palembang
pada bulan ….

3.3 Sasaran
Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borang Kota Palembang dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien prolanis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Sematang Borang
2. Pasien Prolanis yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang diabetes
melitus
Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 10 pasien yang merupakan pasien
prolanis yang melakukan kunjungan. Pasien DM tersebut kemudian dI minta
pencatatan identitasnya.

3.4. Penyuluhan Diabetes


Pada penyuluhan kesehatan diabetes ini digunakan metode ceramah outdoor
serta pembagian Buku Sehat DM. Alat yang diperlukan :
 Microphone

 Meja dan kursi

3.5 Hasil dan Evaluasi Kegiatan


Hasil kegiatan program ini selanjutnya ditampilkan dalam bentuk data
deskriptif dan laporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatan program ini
dilakukan dengan penilaian beberapa indikator, yaitu: jumlah kehadiran peserta >50%
dari total undangan dan peningkatan nilai post test sebesar >20% dari nilai pre test.
DAFTAR PUSTAKA

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia 2011
Ndraha S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS, Vol. 27,
No.2, Hal. 9 – 16
Hastuti, R. 2008. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus
(Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Naskah Publikasi Tesis S-2
Magister Epidemiologi.
Hiswani. 2006. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. Naskah Publikasi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Flora et al. 2012. Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya
Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian
Sriwijaya, Vol.6, Hal. 7 – 15
Komentar / Umpan Balik :

Palembang, Oktober 2022


Dokter Internsip, Kepala Puskesmas Sematang Borang,

dr. Zaimanur dr. Hj. Arina Wardhani

NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai