UKM/UKP
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
LATAR
BELAKANG
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN
MONITORING
DAN EVALUASI
Komentar / Umpan Balik :
NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Topik : Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik untuk Pencegahan Demam Berdarah
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN
MONITORING
DAN EVALUASI
NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI KEGIATAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
Anamnesis :
Keluhan Utama : Timbul melenting diatas mata kiri.
RPS : Mulai Timbul sejak 2 hari yang lalu semakin banyak dan
hanya pada bagian atas mata kiri, terasa sangat nyeri.
Badan tidak panas.
RPD : -
R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja pabrik.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi
normal
Status Generalis :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x / menit
Temp. : 36,3 oC
Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu
(-), Bull Neck (-)
Thorax
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-)
P : pergerakan nafas simetris
P : Timpani
A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen
I : Flat simetris
A: Bising Usus Normal
P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-)
P: Timpani di seluruh lapangan abdomen
1. Istirahat dirumah
2. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan virus
herpes ini terhadap mata pasien.
Terapi Farmakologis :
NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI PEMERIKSAAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Mini Project
OLEH:
dr. Zaimanur
PEMBIMBING:
dr. Hj. Arina Wardhani
WAHANA:
Puskesmas Sematang Borang
Kota Palembang
Diajukan guna melengkapi tugas dokter internship periode Oktober 2018-Februari 2019
dipuskesmas bareng kecamatan bareng kabupaten jombang
Disusun oleh:
dr. Zainal Ulu Prima Saputra
Dokter Internship Puskesmas Bareng, Jombang
Pendamping:
dr. Andri Suharyono, M.KP
NIP. 1966. 1205. 2001. 12.1.001
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus
(DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai
terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi
perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktivitas
fisik, dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Ndraha, 2014).
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Sematang Borang mengenai penyakit DM
Untuk mengetahui apakah dengan program penyuluhan tentang DM dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang
1.4 Manfaat
Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang. Sebagai upaya
pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga meningkatkan kualitas dan harapan hidup
pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Sematang Borang Program ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk program selanjutnya, khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan
perilaku sehat pasien DM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-
macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus),
herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama
sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada
insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula
pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM
Tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi
insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin,
tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
kadar gula dalam darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu
dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2
biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia,
sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor
gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2011).
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler (PERKENI, 2011).
1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini.
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
- Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara.
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis DM.
Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan
spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki
keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan.
2. Kriteria diabetes mellitus
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di
bawah ini. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang
diperoleh.
TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus
2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan
pengaturan diet adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolism basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan
khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah terkendali
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI,
2011).
4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
- Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
- Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
- Penghambat glukoneogenesis (metformin)
- Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
- Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
- Insulin kerja pendek (short acting insulin)
- Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
- Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin
tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat
bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2011).
3.3 Sasaran
Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas
Sematang Borang Kota Palembang dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien prolanis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Sematang Borang
2. Pasien Prolanis yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang diabetes
melitus
Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 10 pasien yang merupakan pasien
prolanis yang melakukan kunjungan. Pasien DM tersebut kemudian dI minta
pencatatan identitasnya.
NIP.1965.0927.2022.12.2002
DOKUMENTASI PELAKSANAAN