Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEMAM

BERDARAH DENGUE PADA TN.O DAN NN.O.N


DENGAN MASALAH HIPERTERMI
DI RUMAH SAKIT HARAPAN
BUNDA KOTA BATAM
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

WAN ULFAH KURNIATI


526080718039

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
KOTA BATAM TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEMAM
BERDARAH DENGUE PADA TN.O DAN NN.O.N
DENGAN MASALAH HIPERTERMI
DI RUMAH SAKIT HARAPAN
BUNDA KOTA BATAM
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Satu Persyratan untuk


Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

WAN ULFAH KURNIATI


526080718039

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
KOTA BATAM TAHUN 2021

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL RISET : ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH DEMAM BERDARAH DENGUE
PADA TN.O DAN NN.O.N DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN
HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT
HARAPAN BUNDA KOTA BATAM
TAHUN 2021
NAMA MAHASISWA : Wan Ulfah Kurniati
NIM : 526080718039

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan akan dipertahankan
dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Institut Kesehatan Mitra Bunda.

BATAM, 17 Juli 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Ns. Savitri Gemini, M.Kep) (Ns. Inke Asmika S.kep)

Mengetahui,
Program Studi D-III Keperawatan
Ketua,

(Ns, Isna Aglusi Badri, M.Kep)

iii
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan dan akan Diperbaiki
Sesuai Dengan Masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program
Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda Persada
Pada tanggal 17 Juli 2021

Mengesahkan
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda Persada

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Ns. Savitri Gemini, M.kep) (Ns. Inke Asmika, S.Kep)

PENGUJI I PENGUJI II

(Ns. Larasuci Arini, M. Kep) (Roza Erda, MKM,MM)

Mengetahui,
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Ketua

Ns. Isna Aglusi Badri, M. Kep

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Wan Ulfah Kurniati
NIM : 526080718039
Judul : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Demam Berdarah
Dengue Pada Tn.O dan Nn.O.N Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan
Bunda Kota Batam Tahun 2021
Program Studi : D-III Keperawatan
Institusi : Institut Kesehatan Mitra Bunda

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis


tulis ini adalah benar – benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang penulis akui
sebagai hasil tulisan atau pikiran penulis sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah
ini adalah hasil jiplakan, maka peneliti bersedia menerima saksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Batam, 17 Juli 2021


Pembuat pernyataan

Wan Ulfah Kurniati

Mengetahui,
Pembimbing Utama Pebimbing Pendamping

(Ns. Savitri Gemini, M.Kep) (Ns. Inke Asmika S. Kep)


v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Wan Ulfah Kurniati
2. NIM : 526080718039
3. Tanggal Lahir : 15 Desember 2000
4. Tempat Lahir : Tanjung Batu
5. Alamat Rumah : Jl.Kampung Tengan Bt.17 Kundur Barat
6. Alamat email : wanulfahkurniati@gmail.com
7. Telpon : A: Rumah :-
B : Hp : 085270930409
C : Orang tua : 085271141270

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD 007 KANGKA KUNDUR BARAT KARIMUN
Lulus tahun : 2012
2. Pendidikan MTS SWASTA UMMUL QURO KUNDUR BARAT
KARIMUN
Lulus Tahun : 2015
3. Pendidikan MA SWASTA UMMUL QURO KUNDUR BARAT
KARIMUN
Lulus Tahun : 2018

Batam, 17 Juli 2021

Wan Ulfah Kurniati


526080718039

vi
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEMAM BERDARAH
DENGUE PADA TN.O DAN NN O.N DENGAN MASALAH
HIPERTERMI DI RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA
KOTA BATAM TAHUN 2021

Wan ulfah kurniati


Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda

Dosen Pembimbing
Ns. Savitri Gemini M,Kep
Ns. Inke Asmika S,Kep

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Demam Berdarah Dengue, Hipertermi

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus Dengue dan di tularkan melalui vektor nyamuk Aedes
Aegpty dan Aedes Albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupu anak-
anak 15 tahun. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
yang masih menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang bekembang,
khususnya indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberi Asuhan
Keperawatan Demam Berdarah Dengue pada Tn.O dan Nn.O.N dengan masalah
Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam Tahun 2021. Metode
yang digunakan dalam studi kasus ini adalah deskriptif. Menggunakan format
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, dengan teknik wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik untuk mengumpulkan data dari klien. Hasil penelitian ini
dilakukan selama pada Tn.O 4 hari dan Nn.O.N 4 hari dengan 1 diagnosa
keperawatan, intervensi dilakukan sesuai dengan masalah pasien dan dilaksanakan
sesuai dengan rencana hasil evaluasi semua intervensi teratasi, dilihat dari hasil
catatan perkembangan, suhu tubuh mulai normal, trombosit naik. Diharapkan
kepada keluarga untuk dapat mengenali tanda dan gejala Demam Berdarah
Dengue (DBD) sehingga keluarga dapat membawa langsung ke pelayanan
kesehatan.

vii
MEDICAL NURSING CARE, SURGERY, DENGUE HEMORRHAGIC
FEVER, TN.O AND NN O.N WITH PROBLEMS HYPERTHERY
IN MOTHER'S HOSPITAL HOSPITALS
BATAM CITY IN 2021

Wan ulfah Kurniati


Nursing Diploma Study Program
Mitra Bunda Health Institute

Supervisor
Ns. Savitri Gemini M,Kep
Ns. Inke Asmika S,Kep

Keywords: Nursing Care, Dengue Hemorrhagic Fever, Hyperthermia

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute infectious disease caused by the


Dengue virus and is transmitted through the Aedes Aegypti and Aedes Albopictus
mosquito vectors. DHF can attack adults and children 15 years. Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease that still causes health
problems in developing countries, especially Indonesia. This study aims to
provide Nursing Care for Dengue Hemorrhagic Fever to Mr. O and Ms. O.N with
hyperthermia problems at Harapan Bunda Hospital, Batam City in 2021. The
method used in this case study is descriptive. Using the Medical Surgical Nursing
Care format, with interview, observation and physical examination techniques to
collect data from clients. The results of this study were carried out for Mr. O 4
days and Ms. ON 4 days with 1 nursing diagnosis, the intervention was carried out
according to the patient's problem and carried out according to the evaluation
plan. platelets rise. It is hoped that families will be able to recognize the signs and
symptoms of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) so that families can take them
directly to health services.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

Demam Berdarah Dengue Pada Tn.O Dan Nn.O.N Dengan Masalah

Keperawatan Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Kota Bunda Batam

Tahun 2021’’

Di kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, baik

secara materil ataupun moril, dengan harapan semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan bapak, ibu, saudara dan saudari :

1. Ibu Hj. Gusnawati STr.Keb, MKM selaku Ketua Yayasan Harapan Bunda.

2. Bapak dr. H. Mawardi Badar, MM, selaku rektor Institut Kesehatan Mitra

Bunda Batam.

3. Ibu Ns. Isna Aglusi Badri, M. Kep, selaku Ketua Prodi Diploma III

Keperawatan Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam

4. Ibu Ns. Savitri Gemini M,Kep selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan, masukan waktu motivasi serta bimbingan kepada

peneliti.

5. Ibu Ns, Inke Asmika, S. Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, masukan waktu dan motivasi serta bimbingan

kepada peneliti.

ix
6. Seluruh Staf dosen yang telah banyak memberikan bimbingan selama

menjalani pendidikan di Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

7. Teristimewa kepada ke dua orang tua saya ibu Zira yang selalu mendukung

dan mensuport saya apabila saya merasa putus asa dan juga terutama ayah

saya Wan Zulyadi yang berjuang dan mensuport saya selalu,begitu juga

teruntuk adik-adik ku Wan Salsabila Amarthya dan Wan Muhammad

Aydeal Saputra serta orang yg sering ada dan selalu mendukung saya, dan

terima kasih kepada keluarga besar Mid yang telah memberikan motivasi

serta bimbingan kepada peneliti yang tidak pernah putus dan tidak

terhingga.

8. Sahabat saya yang memberi motivasi Wida Ningsih, Sri Dwi Wahyuni,

Nurhadzikin serta teman-teman tingkat III angkatan tahun 2018, yang tidak

bisa saya tuliskan satu persatu yang memberikan bantuan dan dukungan

kepada penulis selama berkuliah dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Bagian perpustakaan yang telah membantu peneliti dalam memperoleh

referensi dalam penyusunan proposal ini.

Besar harapan peneliti, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

sumbangan pikiran dalam penelitian selanjutnya. Aamiin

Batam, 17 Juli 2021

Wan Ulfah Kurniati

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN......................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS.....................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR SKEMA..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue).........................10
2.1.1 Pengertian DBD..................................................................10
2.1.2 Etiologi DBD......................................................................12
2.1.3 Klasifikasi kasus.................................................................13
2.1.4 Cara penularan....................................................................13
2.1.5 Gejala klinis........................................................................14
2.1.6 patofisiologi........................................................................14
2.1.7 anatomi dan fisiologi..........................................................15
2.1.8 pengembang biakan nyamuk..............................................17
2.1.9 Pemberantasan vektor intensif............................................17
2.1.10 komplikasi...........................................................................19
2.1.11 Pemeriksaan Penunjang......................................................19
xi
2.1.11 Penatalaksanaan..................................................................20
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Medikal Bedah (KMB)......................21
2.2.1 Definisi Keperawatan Medikal Bedah................................21
2.3 Konsep Dasar Hipertermi...............................................................23
2.3.1 Definisi Hipertermi.............................................................23
2.3.2 Dampak Hipertermi............................................................24
2.3.3 Pengaturan Suhu Tubuh......................................................25
2.3.4 Peran Perawat Menangani Hipertermi................................25
2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertermi.........26
2.4.1 Pengkajian..........................................................................26
2.4.2 Diagnosa Keperawatan......................................................36
2.4.3 Intervensi...........................................................................36
2.4.4 Implementasi Keperawatan...............................................41
2.4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................41
2.5 Kerangka Konseptual......................................................................42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan/Desain penelitian.........................................................43
3.2 Subyek Studi Kasus........................................................................43
3.3 Fokus Studi.....................................................................................44
3.4 Defenisi Operasional......................................................................44
3.5 Instrumen Pengumpulan Data.........................................................45
3.6 Metode Pengumpulan Data45
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus.......................................................49
3.8 Analisa dan Penyajian Data............................................................49
3.9 Etika Studi kasus.............................................................................50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian..................................................52
4.2 Hasil studi kasus..............................................................................53
4.2.1 Pengkajian............................................................................53
4.2.2 Pemeriksaan penunjang........................................................73
4.2.3 Diagnosa keperawatan.........................................................80
xii
4.2.4 Rencana tindakan keperawatan............................................80
4.3 Pembahasan.....................................................................................94
4.3.1 Pengkajian............................................................................94
4.3.2 Diagnosa keperawatan.........................................................97
4.3.3 Intervensi keperawatan.........................................................99
4.3.4 implementasi keperawatan...................................................100
4.3.5 evaluasi.................................................................................102
4.3.6 Keterbatasan study kasus.....................................................106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................107
5.2 Saran................................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi................................................................................37

Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Pasien Demam Berdarah Dengue..............53

Tabel 4.2 Riwayat Psikososial Dan Spritual Demam Berdarah

Dengue..................................................................................58

Tabel 4.3 Pola Kebiasaan Sehari-Hari Demam Berdarah Dengue.......60

Tabel 4.4 Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan Demam

Berdarah Dengue..................................................................64

Tabel 4.5 Pengkajian Fisik Demam Berdarah Dengue.........................65

Tabel 4.6 Therapy.................................................................................75

Tabel 4.7 Analisa Data Demam Berdarah Dengue...........................76

Tabel 4.8 Rencana Keperawatan Demam Berdarah Dengue................80

Tabel 4.9 Catatan Perkembangan Demam Berdarah Dengue...............82

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi sistem hematologik..........................................15

Gambar 4.1 Genogram Tn.o...............................................................56

Gambar 4.2 Genogram Nn.o.n...........................................................57

xv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway..........................................................................18

Skema 2.2 Kerangka Konseptual.....................................................42

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Ke Dinas Kesehatan Kota Batam


Lampiran 2 Surat Balasan Dinas Kesehatan Kota Batam
Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Di Rumah Sakit Harapan Bunda
Lampiran 4 Surat Balasan Pengambilan Data di Rumah Sakit Harapan
Bunda
Lampiran 5 Surat Pengambilan Data Di Rumah Sakit Umum Embung
Fatimah Batam
Lampiran 6 Surat Balasan Pengambilan Data di Rumah Sakit Umum
Embung Fatimah Batam
Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan di Rumah Sakit harapan
bunda
Lampiran 8 Surat Balasan Studi Pendahuluan di Rumah Sakit harapan
bunda
Lampiran 9 Surat izin penelitian
Lampiran 10 surat balasan penelitian rumah sakit harapan bunda
Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan
Lampiran 12 Inform Consent
Lampiran 13 Jadwal Kegiatan Mahasiswa
Lampiran 14 Lembar Konsultasi Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

yang di sebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui vektor

nyamuk dari spesies Aedes Aegypty atau Aedes Albopictus, peran

vektor dalam penyebaran penyakit menyebabkan kasus banyak di

temukan pada musim hujan ketika banyak munculnya genangan air

yang menjadi tempat perindukan nyamuk, Selain iklim dan kondisi

lingkungan, beberapa studi menunjukan bahwa DBD berhubungan

dengan mobilitas dan kepadatan penduduk, dan prilaku masyarakat.

(Profil Kesehatan Indonesia 2019)

Data dari hasil WHO yang di dapatkan pada tahun 2017

mengalami penurunan sebanyak 50.172 kasus dan sedangkan pada

tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 71.598 kasus di kawasan asia

pasifik termaksud indonesia. (WHO 2017-2018)

Mengutip data yang dimiliki Kementrian Kesehatan, jika

umumnya puncak kasus DBD berakhir pada bulan maret, namun hal

itu tak berlaku pada tahun ini kasus terus bertambah hingga juli 2020,

Kemenkes mencatat sebanyak 71,633 kasus DBD dengan angka

kematian mencapai 459 jiwa, dan DBD urutan pertama. (kemenkes

RI, 2020)

1
2

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2018 mencatat jumlah penderita

Deman Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2018 sbanyak 1.352

orang, Jumlah penderita DBD brdasarkan klompok usia pada usia 1-4

tahun mencapai 9,23% usia 5-4 tahun mencapai 41,72% dan usia 15-

44 tahun mencapai 37,25% (Dinkes Provinsi Kepri, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2019

mencatat jumlah penyakit Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue

(DBD) pada tahun 2019 sebanyak 1.158 orang (Profil Dinkes Kota

Batam, 2019)

Jumlah kasus yang di temukan pada Rekam Medik Rumah Sakit

Umum Embung Fatimah terdapat 123 kasus masalah DBD dalam

kurun waktu tahun 2020 (Rekam Medis Rumah Sakit Embung

Fatimah Kota Batam tahun 2020) penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) pada tahun 2020 di Rumah Sakit Harapan Bunda sebanyak 579

kasus 2 orang meninggal (sumber data RSHB 2020)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 April

2021 pada Tn.H Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan masalah

Hipertermi di Rumah Sakit Harapan Bunda menyimpulkan bahwa

intervensi yang dilakukan kepada Tn.H ialah monitor suhu tubuh,

monitor kadar eletrolit, sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan

dan lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, lakukan

kompres, anjurkan tirah baring, dan kolaborasi pemberian cairan dan

oral, hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa klien Demam


3

Berdarah Dengue (DBD) dengan Hipertermi terdapat suhu tubuh

39,5oc, tubuh terasa hangat/panas, klien sudah demam selama 3 hari,

kulit kemerahan, pasien tampak lemas, tidak selera makan, trombosit

104.000 sedangkan trombosit normal 150.000-450.000, pemeriksaan

anti dengue igG dengan hasil positif dan klien juga di diagnosa

Demam Berdarah Dengue/DHF, dan dilakukan pengkompresan air

hangat kepada Tn.H di karnakan Tn.H mengeluh badannya terasa

hangat dan setelah beberapa jam dilakukan kompres air hangat suhu

tubuh Tn.H menurun dari 39,5oc ke 38,0oc dan dari data di atas maka

penulis dapat mengambil diagnosa keperawatan Hipertermi.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Arumsari

pada tahun (2020) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien

Dengue Hemorrhagic Fever dengan masalah Hipertermi di RS Panti

Waluya Malang” penelitin ini di lakukan di RS Waluya Malang,

pengambilan data dan penelitian ini di lakukan di ruang Santa Maria

Paviliun dan Placida Paviliun, di temukan 2 orang klien diagnosa

keperawatan yang muncul dari kedua partisipn setelah di lakukan

pengkajian sama yakni Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

virus Dengue, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat di

laksanakan pada implementasi keperawatan yaitu dengan memonitor

suhu, monitor suhu dan warna kulit, tingkatkan asupan nutrisi dan

adekuat, gunakan matras penghangan selimut penghangat dan

penghangatan ruangan, gunakan kasur pendingin serta pemberian


4

antipiretik, dan evaluasi keperawatan menandakan kulit memerah

menurun, suhu tubuh berada disuhu normal, pucat menurun, serta

masalah keperawatan teratasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmud

tahun (2020) dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Demam

Berdarah Dengue dalam pemenuhan kebutuhan Termoregulasi”

dengan hasil penelitian yang di dapatkan dari An.F demam,nyeri ulu

hati, bercak-bercak merah, mengigil, membran mukosa kering,

demam sejak 3 hari yang lalu, sakit kepala, mual muntah 3x, dari hasil

pengkajian dan observasi tersebut diatas didapatkan diagnosa

keperawatan yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi

virus, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat di

laksanakan pada implementasi keperawatan ajarkan kompres hangat,

pengukuran suhu, penggunaan pakaian penyerap keringat,

menciptakan lingkungan yang nyaman, anjurkan banyak dan minum

dan evaluasi keperawatan di dapatkan bercak merah berkurang, suhu

tubuh menurun, mual muntah berkurang, membran mukosa membaik,

sakit kepala berkurang di dapatkan masalah teratasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Wijayanti

tahun 2019 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien anak

dengue hemorrhagic fever (DHF) dengan masalah hipetermi” hasil

penelitian yang di dapatkan pada klien 1 mengalami pusing, badan

mengiggil, perut mual dan nafsu makan menurun dengan suhu: 37,9 oc
5

dan klien 2 dengan pusing, mual muntah, tubuh mengigil dan di sertai

muntah dengan suhu : 38,2oc ditegakan diagnosa pada klien 1 dan 2

yaitu Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue sebagian

besar rencana tindakan keperawatan dapat di laksanakan pada

implementasi keperawatan, monitor suhu tubuh pada anak, identifikasi

penyebab hipertermi, monitor penyebab hipertermi, berikan cairan

oral, hindari pemeberian antiperetik dan aspirin, anjurkan tirah baring,

dan evaluasi keperawatan suhu tubuh membaik, mengigil menurun,

pucat menurun, mual muntah menurun dan di dapati masalh teratasi.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi

oleh virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

dan pada kasus DBD ini masalah yang sering muncul ialah hipertermi,

ruam, timbul syok dan perdarahan, nyeri pada sendi, leukopenia, serta

trombositopenia, dan pada kasus ini hipertermi yang sangat sering

terjadi, lama demam selama 5-7 hari dengan rentang di atas normal

yaitu 37,5oc-40oc serta hipertermi ini adalah masalah utama jika

terjadinya demam. (widyanto, 2013) dan pada masalah Hipertermia

tujuan/kriteria hasil yang harus di capai selama selama melakukan

tindakan asuhan keperawatan ialah, kulit memerah menurun, kejang

menurun, akrosianosis menurun, konsumsi oksigen menurun, kulit

memarota menurun, pucat menurun, takikardia menurun,

takipneamenurun, brardikardia menurun, suhu tubuh membaik, suhu

kulit membaik, serta tekanan darah membaik. Dengan tindakan


6

keperawatan yang di lakukan ialah monitor suhu tubuh, monitor

haluaran urine, monitor komplikasi penyebab hipertermia, sediakan

lingkungan yang dingin, longgarka atau lepaskan pakaian,basuhi dan

kipas permukaan tubuh, berikan cairan oral, ajari tirah baring,

kolaborasi pemberian cairan daneletrolit intravena, jika perlu . ( Tim

Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Dampak yang ditimbulkan apabila hipertermi tidak segera

ditangani adalah dehidrasi, terjadi karena peningkatan pengeluaran

cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan,

Hipertermi juga dapat menyebabkan peningkatan frekuensi denyut

jantung dan metabolisme energi, Hal ini menimbulkan rasa lemah,

nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat dan pada

keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesadaran dan

persepsi (delirium karena demam) serta kejang. (Puspitasari, 2018)

Solusi yang dapat di lakukan pada pasien yang mengalami

Hipertermi ialah dengan memberikan kompres hangat efektif

menurunkan suhu tubuh klien, dan melakukan kolaborasi pemberian

cairan oral/intravena (Soedarto, 2012) Peran perawat sebagai pendidik

atau edukator terhadap penyakit DBD salah satunya adalah pemberi

informasi kepada penderita penyakit DBD, untuk menghindari

kemungkinan efek yang lebih lanjut, Banyak efek buruk yang terjadi

pada penyakit DBD, oleh karena itu penting sekali perawat dalam

memberikan informasi tetang DBD, Selain itu peran perawat adalah


7

sebagai advokat pasien memberikan pelayanan sesuai standar yang

harus di berikan kepada pasien, Dan juga sebagai sebagai fasilitator,

peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan

melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun

intervensi, melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah

ditentukan dan melakukan evaluasi. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2016).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Demam Berdarah Dengue Pada Tn.O dan Nn.O.N Dengan

Masalah Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Harapan Bunda

Kota Batam tahun 2021”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Demam Berdarah Dengue Pada

Tn.O dan Nn.O.N Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di

Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Tn.O dan

Nn.O.N Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah


8

Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Harapan Bunda

Kota Batam tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melaksanakan pengkajian Keperawatan

Medikal Bedah pada Tn.O dan Nn.O.N Demam

Berdarah Dengue Dengan Masalah

Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021.

1.3.2.2 Mampu menegakan diagnosa Keperawatan

Medikal Bedah pada Tn.O dan Nn.O.N Demam

Berdarah Dengue Dengan Masalah

Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021.

1.3.2.3 Mampu menyusun intervensi Keperawatan

Medikal Bedah pada Tn.O dan Nn.O.N Demam

Berdarah Dengue Dengan Masalah

Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021.

1.3.2.4 Mampu implementasi terhadap intervensi yang

telah direncanakan pada klien Demam Berdarah

Dengue dengan masalah keperawatan Hipetermi

di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

tahun 2021.
9

1.3.2.5 Melaksanakan evaluasi dari implementasi yang

telah dilakukan pada Tn.O dan Nn.O.N

Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah

Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah pada Tn.O dan Nn.O.N Demam

Berdarah Dengue Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi

di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021.

1.4.2 Manfaat Peraktis

1.4.2.1 Bagi Klien Atau Keluarga

Menambah ilmu pengetahuan dalam

pentalaksanaan kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD) pada anggota keluarga.

1.4.2.2 Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman

memberikan masukan dalam penanganan

Demam Berdarah Dengue (DBD) sesuai

dengan prosedur dan berbasis bukti.


10

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi sebagai masukan perkembangan

teori dan di jadikan acuan dalam proses

pembelajaran Keperawatan.

1.4.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini, dapat menjadi sumber

informasi dan rujukan bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)

2.1.1 Pengertian DBD

Demam berdarah adalah penyakit demam yang di sebabkan oleh

virus Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan

nyamuk dari genus aedes, seperti Aedes aegypti adalah vektor

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak di

temukan. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap

darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa

inkubasi virus di dalam tubuh nyamyk selama 8-10 hari. Nyamuk

yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut

kemanusia sehat yang digigitnya. (Najmah, 2016)

Menurut Suriadi tahun 2010 (di kutip dalam Kurniawati, 2016)

derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4 golongan yaitu :

2.1.2.1 Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan

uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.

2.1.2.2 Derajat II :

Sama dengan drajat I, ditmbah gejala perdarahan spontan.

2.1.2.1 Derajat III :

11
12

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit (<120

mmHg).

2.1.2.2 Derajat IV :

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.

2.1.2 Etiologi DBD

Dalam penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menjadi

agen adalah Virus Dengue, Virus penyebab DHF/DSS adalah flavi

virus dan terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1, 2, 3, dan 4 (dengue -

1,-2,-3 dan-4). Virus ini di tularkan ke manusia melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi. Aedes Aegypti hidup

diperkotaan dan berkembang biak terutama di wadah buatan manusia.

Tidak seperti nyamuk lainya, Aedes Aegypti adalah pengumpan

sehari-waktu, priode mengigit puncaknya adalah pagi dan malam

sebelum senja, penyeberanya adalah karena teloransi terhadap suhu di

bawah titik beku, hibernasi dan kemampuan untuk berlindung di

habitat mikro. (Najmah, 2016)

2.1.3 Klasifikasi kasus

Kasus DBD dapat di klasifikasi menjadi 3 bagian menurut

(Widyanto, 2013), yaitu:

a. Kasus suspek (tersangka)


13

Apabila terjadi demam tinggi mendadak dalam jangka waktu 2-

7 hari denga satu atau lebih gejala yang ditandai dengan uji

tourniquet positif, perdarahan di bawah kulit, perdarahn di

tempat penyuntikan dan perdarahan pada mukosa.

b. Kasus probable

Apabila pemeriksaan laboraturium menunjukan trombosit

<100.000/mm3.

c. Kasus confirm

Apabila terjadi kenaikan titer 4 kali kadar antibody IgH, di

teukan IgM pada KLB, dan dapat isolasi virus dengue dari

serum atau spesimen autopsi.

2.1.4 Cara penularan


Virus dengue yang termasuk grub B arthropod borne virus

(Arbovirus) di tularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty betina atau juga nyamuk Aedes Albopictus namun bukan

vektor utama. Sekali terinfeksi arbovirus, selama hidupnya nyamuk

akan terinfeksi dan dapt terus menular virus itu ke manusia,

Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menularkan virus ke

generasi berikutnya dengan car transovarial (Widyanto, 2013)

2.1.5 Gejala klinis

Gejala prodormal demam Dengue, antara lain nyeri kepala,

nyeri punggung. Yang khas pada Demam Dengue adalah timbul

demam sifatnya mendadak tinggi yang kadang disertai menggigil.


14

Demam yang di ikuti dengan sakit kepala dan kemerahan di muka,

nyeri di bagian belakang mata yang timbul 24 jam kemudian dan di

ikuti oleh fotofobia, nyeri pungung,otot dan persendian, malaise

yang timbul diikuti penurunan nafsu makan, konstifasi, nyeri perut,

radang tenggorokan. Demam yang ditimbulakn berkisar antara

39,4oC bersifat bifasik dan akan berlangsung 5-7 hari, ruam akan

timbul pada saat demam, berbentuk seperti urtikaria diwajah, leher

dan dada, lama dan derajat keparahan bisa bervariasi pada setiap

individu, masa sembuh pada pasien dewasa bisa memanjang.dan

akan terjadi tanda-tanda perdarahan sebagai komplikasi,

perdarahan gusi, saluran cerna. Gejala-gejala ini harus dibedakan

dari DBD. (Soegijanto, 2016)

2.1.6 Patofisiologi

Virus Dengue ditransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus, Vektor tersebut tersebar meluas di

daerah tropis dan sub tropis di berbagai belahan dunia, Virus

Dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan

nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase akut / fase

demam hingga klinis demam menghilang. Demam tersebut

diakibatan oleh virus yang masuk melalui kulit yang terigigit

nyamuk menyebabkan viremia yang dapat menstimulasi sel

makrotag untuk produksi pirogen endogen lalu masuk ke

hipotalamus yang dapa mengacaukan termogulasi menjadikan


15

pasien heiperpireksia sehingga dapat menyebabkan peningkatan

suhu tubuh (Hipertermi). Secara klinis, perjalanan penyakit dengue

dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam (febrile), fase kritis, dan fase

penyembuhan. Fase demam berlangsung pada demam hari ke-1

hingga ke 3, fase kritis terjadi pada dmam hari ke-3 hingga 7, dan

fase penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6 sampai 7.

Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika perubahan

tanda dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam berdarah

dengue (DBD). (Cris Tanto, 2014) dikutip dalam Kurniawati, 2016.

2.1.7 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 anatomi fisiologi sistem hematologik (syaifudin, 2011)

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti

(di daerah perkotaan) dan Aedes Albopictus (di daerah perdesaan)

nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang

menjadi terinfeksi sangat mengigit manusia yang sedang sakit dan

viremia (terdapat virus di daranya). Menurut laporan terakhir, virus

dapat pula di tularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-

telurnya, Virus berekembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10


16

hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini

mengigit orang lain maka virus dengue akan di pindahkan bersama

air liur nyamuk, dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang

selama 4-6 hari dan orang tersebu akan mengalami sakit demam

berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh

manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. Orang yang

didalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semua nya akan sakit

demam berdarah dengue. ada yang mengalami demam ringan dan

sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa

gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue

selama satu minggu,sehingga dapat menularkan kepada orang lain

di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularanya.sekali

terinfeksi,nyamukmenjadi infeksi seumur hidup. (Widoyono, 2011)

2.1.8 Pengembangbiakan nyamuk

a) Nyamuk aedes aegepty bertelur dan berkembang biak di

penampungan air jernih yaitu : bak mandi, tempayan, air

drum yang tidak tertutup, tempat minum burung, vas bunga,

ban bekas, pot tanaman air, potongan bambu, kaleng, botol

dan barang bekas lainya.

b) Telur-telur itu diletakan menempel pada dinding

penampungan air, di atas permukaan air.

c) Setiap kali betelur, nyamuk betian dapat mengeluarkan

sekitar 100 butir, ukuranya sekitar 0,7.


17

d) Setelah 2 hari terendam air, telur-telur itu menetas akan

menjadi jentik.

e) Setelah 6-8 hari menjadi jentik, dia akan menjadi kepompong

nyamuk.

f) Dan setelah 2 hari menjadi pupa, dia akan menjadi nyamuk

dewasa (Irianto, 2014)

2.1.9 Pemberantasan vektor intensif

Foging focus : dalam keadaan krisis ekonomi saat ini,dan terbatas

maka kegiatan foging hanya dilakukan apabila hasil penyelidikan

epidemologi betul-betul memenuhi kriteria.

Abatisasi : dilaksanakan di desa atau kelurahan endemis terutama

di sekolah dan tempat tempat umum, semua tempat penmpungan

air dirumah dan bangunan yang di temukan jentik ditaburi bubuk

abate sesuai dengan dosis 1 sendok makan peres (10g) abate untuk

100 liter air (Irianto, 2014)


18

PATHWAY

Virus dengue terdapat


pada nyamuk aedes
aeygypty

Nyamuk aedes aeygypty


menggigit manusia

Masuk ke aliran darah

viremia

mekanisme tubuh Renjatan (proses


untuk melawan virus imunologi)

Peningkatan asam
Ke pembuluh darah ke
lambung
otak melalui aliran darah
Resiko
ketidakseim
Anoreksia,mual,muntah Virus berkembang
bangan
cairan kedalam darah

Defisit nutrisi
hipertermi

Skema 2.1 perjalanan penyakit dbd (Muwarni, 2011)

2.1.10 Komplikasi

Komplikasi demam berdarah dengue menurut Chris Tanto

(2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016.

1. Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis, Dapat terjadi

baik pada
19

2. syok maupn tanpa syok

3. Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan.

4. Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.

2.1.11 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang Demam Berdarah Dengue menurut

Chris Tanto (2014) dikutip dalam Kurniawati tahun 2016 :

1. Laboratorium (sesuaikan dengan perjalanan penyakit) : pada

hari ke-3 umumnya leukosit menurun atau normal, hematokrit,

mulai meningkat (hemokonsentrasi), dan trombositopenia terjadi

pada hari ke 3-7. Pada pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan

limfositosis (peningkatan 15%) mulai hari ke-3, ditandai adanya

limfosit atipik.

2. Uji serologi : uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut

dan fase konvalesens.

3. Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi pleura :

Rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG.

2.1.12 Pentalaksanaan

Pentalaksanaan Demam Berdarah Dengue menurut Filda dan

Maya (2014) adalah :

2.1.12.1 Demam Berdarah Dengue Renjatan


20

Rasa haus dan dehidrasi timbul karena demam

tinggi, anoreksia dan mual muntah, klien harus banyak

minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam, dapat berupa air teh,

sirup, atau oralit, panas dapat di beri kompres air hangat

atau alkohol 70%

Pemberian infus di laksanakan padaklien apabila :

a. Muntah, sulit makan peroral, muntah mengancam

dapat terjadinya dehidrasi dan asidosis.

b. Nilai hemotokrit tinggi.

c. Demam dengue disertai dengan renjatan (DSS).

1) Prinsip : mengatasi renjatan dengan penggantian

volume cairan yaitu cairan RL.

2) Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif

apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah teraba,

amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 80

mmHg/lebih, kecepatan tetesan dikurangi

menjadi 10 ml/kgBB/jam, menginggat kebocoran

plasma biasanya berlangsung selama 24-48 jam,

maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2

hari lagi walaupun tanda-tanda vitaltelah nyata

baik. Karena hematokrit merupakan indeks yang


21

terpecaya dalam menentukan kebocoran plasma,

maka pemeriksaan Ht perlu dilakukan secara

periodik, selanjutnya kecepatan tetesan diberikan

sesuai dengan keadaan gejala klinis dan nilai

hematokrit.

2.2 Konsep dasar Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

2.2.1 Definisi Keperawatan Medikal Bedah

Printis keperawatan moderen, Florence Nightingale,

menerangkan bahwa tujuan keperawatan adalah menempatkan

pasien dalam kondisi terbaik sebagaimana bawaan atas segala

tindakan yang di berikan kepadanya. (Smeltzer, 2010)

Keperawatan medikal bedah merupakan studi ilmu

keperawatan yang memfokuskan pada konsep dan prinsip

keperawatan medikal bedah yang selanjutnya menjadi latar

belakang penerapan ilmu dan teknologi keperawatan dalam

memenuhi kebutuhan pasien dewasa yang mengalami perubahan

fsiologi dengan atau tanpa gangguan struktur, misalnya sistem

pernafasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem

perkemihan, sistem endokrin, sistem persarafan, sistem

muskulosketal, sistem integumen, sistem kekebalan, dan reproduksi

serta persoalan menyangkut kronis, menurut pengertian tersebut


22

keperawatan medikal bedah harus memenuhi empat hal berikut

(Gustinez, 2016)

2.2.2.1 Pelayanan profesional

Dalam memberikan perawatan kepada pasien,

perawat harus memberikan pelayanan keperawatan secara

holistik dengan memandang pasien dalam segala aspek

baik secara biologis, sosial, kurtural, maupun spiritual

dalam setiap tindakan, asuhan keperawatan harus di

berikan secara profesional sesuai dengan standardisasi

profesi keperawatan, pelayanan tersebut harus diberikan

oleh seorang perawat yang memiliki kopetensi dan telah

menamatkan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang

pendidikan tinggi.

2.2.2.2 Berdasarkan ilmu pengetahuan

Perawat yang mengemban tugas keperawatan telah

menyelesaikan studi pendidikan formal yang sudah di

tetapkan oleh pemerintah dan menguasai ilmu-ilmu

keperawatan seiring berjalanya waktu, ilmu pengetahuan

akan terus berubah sewaktu-waktu (dinamis). Hal tersebut

menuntut perawat agar pemberi asuhan keperawatan

kepada psien dilaksanakan berdasarkan perkembangan

ilmu pengetahuan terbaru.

2.2.2.3 Menggunakan scientific methods


23

Perawat harus memenuhi tahap-tahap dalam proses

keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah, pendekatan

yang di maksud ialah standar kriteria hasil, dan standar

intervensi yang berlaku dan telah dispakati bersama.

2.2.2.4 Berlandaskan etika keperawatan

Etika keperawatan harus dijadikan landasan perawat

dalam melaksanakan setiap tugas keperawatan.

2.3 Konsep dasar hipertermi

2.3.1 Definisi hipertermi

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal,

dengan batasan karakteristik kulit merah, suhu tubuh meningkat di

atas normal, kulit teraba hangat, takikardia, takipnea dan faktor

yang berhubungan ketidakmampuan atau penurunan kemampuan

berkeringat,dehidrasi.(Kurniawan, 2016)

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal di oral karena kegagalan

termoregulasi (sumber : Nanda, 2015-2017).

Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami atau

beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh 37,8oC per oral atau

38,8oC per rektal yang sifatnya menetap karena factor eksternal

(Lynda Juall Carpenito, 2012).

hipertermi adalah salah satu manifestasi kelinis yang sering di

temukan, kebanyakan peneliti melaporkan 100% penderita DHF di


24

dahului oleh hipertermi yang terdapat dalam fase demam,

hipertermi merupakan salah satu keadaan suhu tubuh di atas normal

akibat dari peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus (safitri,

2018)

2.3.2 Dampak hipertermi

Dampak yang ditimbulkan apabila hipertermi tidak segera di

tangani adalah dehidrasi, terjadi karena peningkatan pengeluaran

cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh kekurangan

cairan,hipertermi juga dapat menyebabkan peningkatan ferkuensi

denyut jantung dan metabolisme energi, nyeri sendi dan sakit

kepala, gelombang tidur yang lambat dan pada keadaan tertentu

dapat menimbulkan gangguan (delirium karena demam) serta

kejang, keadaan yang lebih bahaya lagi ketika suhu tubuh mencapai

40oc, pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran

keringat akan terjadi disoreantasi, sikap apatis dan kehilangan

kesadaran bahkan terjadi syok (Puspitasaro, 2018)

2.3.3 Pengaturan suhu tubuh

Mekanisme fisiologis dan prilaku mengatur keseimbangan antara

panas yang hilang dan panas yang dihasilkan atau termogulasi agar

suhu tubuh tetap konstan dan ada dalam rentang yang sesuai, ada

berbagai mekanisme untuk mempertahankan hubungan antara

produksi panas dan kehilangan panas, terapkan pengetahuan


25

tentang mekanisme kontrol suhu untuk mendukung pengaturan

suhu, produksi panas, pengaturan suhu tergantung pada proses

produksi panas normal, panas yang dihasilkan oleh tubuh adalah

produksi lainnya dari metabolisme, ketika metabolisme meningkat

panas yang dihasilkan meningkat, ketika metabolisme menurun

maka panas yang dihasilkan lebih sedikit, diaphrosis/keringat

dingin adalah keringat yang terlihat terutama terjadi di dahi dan

dada bagian atas meskipun dapat dilihat bagian lain tubuh untuk

setiap jam latihan dalam kondisi panas, 2L cairan tubuh bisa hilang

dalam keringat (Rowland, 2011)

2.3.4 Peran perawat menangani hipertermi

Peran perawat dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah

memeberikan tindakan keperawatan secara mandiri atau

kolaborasi,salah saktu tindakan mandiri memberikan kompres

hangat pada daerah yang memiliki pembuluh darah besar seperti

dibawah ketiak, lipatan paha, dan lipatan lutut bagian dalam

(susilo, 2016)

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF

2.4.1 Pengkajian

Menurut (Magfuri, 2015) adalah upaya mengumpulkan data secara

lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah


26

kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental,

sosial maupun spritual dapat di tentukan.

Tahap pengkajian :

2.4.1.1 Pengupulan data

Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai masalah

kesehatan dan keperawatan yang ada pada pasien yang

menyangkut aspek fisik, mental, sosial, dan spritual serta

faktor lingkungan yang mempengaruhinya secara update

dan dapat analisis, Pengumpulan data dimulai sejak klien

masuk ke rumah sakit, selama klien dirawat secara terus

menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah

/melengkapi data.

Data obyektif : Data yang diperoleh melalui pengukuran,

pemeriksaan dan pengamatan, misalnya suhu tubuh,

tekanan darah, serta warna kulit.

Data subyektif : Data yang diperoleh dari keluhan yang

dirasakan pasien,atau dari keluarga pasien/saksilain

misalnya: kepala pusing, nyeri dan mual.

Bahasa subyektif dan obyektif :

Hindari penggunaan istilah yang rancu seperti “tampaknya”

dan nyatakan secara spesifik apa yang anda :


27

2.4.1.1.1 Lihat : perdarahan, pucat, jenis drainase,

warna, postur.

2.4.1.1.2 Dengar : keluhan pasien, gumaman, krepitas,

suara usus, atau tidak adanya suara ketika

seharusnya ada.

2.4.1.1.3 Bau : nafas aseton, bau feses pada muntahan,

drainase yang berbau aneh

2.4.1.1.4 Rasa : pergerakan pada fraktur, area panas dan

indurasi, kulit yang panas, dingin, kering atau

lembab.

Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

2.4.1.1.1 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

2.4.1.1.2 Pola koping sebelumnya dan sekarang

2.4.1.1.3 Fungsi status sebelumnya dan sekarang

2.4.1.1.4 Respon terhadap terpi medis dan tindakan

keperawatan

2.4.1.1.5 Risiko untuk masalah potensial

2.4.1.1.6 Hal-hal yang menjadi dorongan atau keluhan

pasien.

2.4.1.2 Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang

ilmu pengetahuan.
28

Karakteristik data :

2.4.1.2.1 Lengkap : seluruh data diperlukan untuk

mengidentifikasi masalah keperawatan klien.

Data yang terkumpul harus lengkap guna

membantu untuk mengatasi masalah klien yang

adekuat. Misalnya klien tidak mau makan kaji

secara mendalam kenapa klien tidak mau makan

(tidak cocok mkananya, kondisi fisiknya

menolak untuk makan / patologis atau sebab-

sebab yang lain).

2.4.1.2.2 Akurat dan nyata : untuk menghindari

kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat

dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya

apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan

diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya

validasi terhadap semua data yang sekiranya

meragukan. Perawat tidak boleh lanhsung

membuat kesimpulan tentang suatu kondisi

klien. Misalnya, klien tidak mau makan.

Perawat tidak boleh langsung menuliskan “klien

tidak mau makan karena depresi berat”

diperlukan penyelidikan lanjutan untuk

mendapatkan kondisi klien.


29

2.4.1.2.3 Relevan : pencatatan data yang komperhensif

dan sesuai apa adanya.

Sumber data :

2.4.1.2.1 Primer : sumber data primer adalah data-data

yang dikumpulkan klien, yang dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang

masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapinya.

2.4.1.2.2 Skunder : sumber data skunder adalah data-data

yang dikumpulkan dari orang terdekat klien

(keluarga), seperti orang tua, saudata atau pihak

yang mengerti dan dekat dengan klien

2.3.1.2.3 Lainya : catatan klien, (perawat atau rekam

medis klien) yang merupakan riwayat penyakit

dan perawatan klien di masa lalu.

Cara pengumpulan data :

Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah,

sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data

berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat

kesehatan, keadaanfisik, psikologis, sosialspritual, intelgensi,

hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainya, cara yang

biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien

antara lain: wawancara (interview), pengamatan (observasi),


30

pemeriksaan fisik (pshyical assessment) dan studi

dokumentasi.

Wawancara :

Wawancara adalah menanyakan atau mmbuat tanya jawab

yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, bisa

juga disebut dengan anamensa.

Tahap wawancara/komunikasi

Persiapan :

Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus

melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat

diharapkan tidak memiliki prasangka buruk terhadap

klien,karena menganggu dalam membina hubungan saling

percaya dengan klien.

Pembukaan atau perkenalan :

Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara

adalah dengan memperkenalan diri : nama, status, tujuan

wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang

menjadi pokok pembicaraan.

Isi/tahap kerja :

Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan

arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui.

Hal-hal yang perlu di perhatikan :

2.4.1.2.1 Fokus wawancara adalah klien


31

2.4.1.2.2 Mendengarkan dengan penuh perhatian, jelaskan

jika perlu

2.4.1.2.3 Menannyakan keluhan yang paling dirasakan oleh

klien

2.4.1.2.4 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

oleh klien

2.4.1.2.5 Gunakan pertanyaan yang terbuka dan tertutup

tepat pada waktunya.

2.4.1.2.6 Sentuh tereaputik, bila diperlukan dan

memungkinkan.

Terminasi :

Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara,

sehingga dapat diharapkan pada akhir wawancara perawat

dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil

kesimpulan bersama. Jika di perlukan, perawat perlu

membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.

Hal-hal yang perlu di perhatiakan dalam melakukan

wawancara dengan klien adalah :

2.4.1.2.1 Menerima keberadaan klien sebagaimana

adanya.

2.4.1.2.2 Memberi kesempatan kepada klien untuk

menyampaikan keluhan-keluhanya/pendapatnya

secara bebas.
32

2.4.1.2.3 Dalam melakukan wawancara harus dapat

menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien

2.4.1.2.4 Perawat harus bersikap sopan dan tenang dan

penuh perhatian

2.4.1.2.5 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

2.4.1.2.6 Tidak bersifat menggurui

2.4.1.2.7 Memperhatikan pesan yang disampaikan

2.4.1.2.8 Mengurangi hambatan-hambatan

2.4.1.2.9 Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak

tepat/sesuai, cara duduk).

2.4.1.2.10 Mendengarkan penuh dengan perasaan

2.4.1.2.11 Memberikan kesempatan istirahat kepada klien.

Pengamatan/observasi :

Observasi adalah mengamati prilaku dan keadaan klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan

keperawatan klien.

Hal-hal yang perlu di perhatiakan dalam melakukan observasi

adalah :

2.4.1.2.1 Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita

lakukan dijelaskan secara trinci kepada klien

(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus

dilakukan) karna terkadang hal ini dapat

meningkatkan kecemasan klien atau


33

mengaburkan data (data yang di peroleh

menjadi tidak murni).

2.4.1.2.2 Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan

spiritual klien.

2.4.1.2.3 Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan,

sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh

perawat yang lain.

Pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik

dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah.

inspeksi :

adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat

bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatn. Hasilnya

seperti : mata kuning, terdapat struma dieher, kulit kebiruan

dan lain-lain.

Auskultasi :

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

pendengaran biasanya menggunakan alat yang akan disebut

dengan stetoskop. Hal-hal yang didengar adalah : bunyi

jantung, suara nafas, dan bisning usus.

Perkusi :

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk

bagian tubuh mengunakan tanggan atau alat bantu seperti


34

reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang

(dibicarakan khusus) juga dilakukan pemeriksaan lain yang

berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya :

kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru

(mengetahui pengembangan paru) dan lain-lain.

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

2.4.1.2.1 head to-toe (dari kepala samapai dengan kaki)

2.4.1.2.2 ROS (review of system)

2.4.1.2.3 Pola fungsi kesehatan

2.4.1.3 Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan, masalah kesehatan tersebut ada yang

dapat di intervensikan dengan asuha keperawatan (masalah

keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih

memerlukan tindakan medis, selanjutnya di susun diagnosa

keperawatan sesuai dengan prioritas.

Model-model keperawatan dalam pengkajian /

pengumpulan data :

Gordon (1982) pola kesehatan fungsional

2.4.1.3.1 Pola pentalaksanaan kesehatan /presepsi sehat

d. Pola sehat-sejahtera yang dirasakan

e. Pengetahuan tentan gaya hidup dan

berhubungan dengan sehat.


35

f. Pengetahuan tentang praktik kesehatan

preventif.

g. Ketaatan pada ketentuan media keperawatan.

2.4.1.3.2 Pola nutrisi-metabolik

a. Pola makan biasa dan masukan cairan

b. Tipe makanan dan cairan

c. Peningkatan/penurunan berat badan

d. Nafsu makan, pilihan makanan

2.4.1.3.3 Pola eliminasi

a. Defekasi, berkemih

b. Penggunaan alat bantu

c. Penggunaan obat-obatan

2.4.1.3.4 Pola aktivitas-latihan

a. Pola aktivitas, latihan dan rekreasi

b. Kemampuan untuk mengusahakan aktivitas

sehari-hari (merawat diri, bekerja dan lain-

lain)

2.4.1.3.5 Pola tidur dan istirahat

a. Pola tidur-istirahat dalam 24 jam

b. Kulitas dan kuantitas tidur

2.4.1.3.6 Pola kognitif - preseptual - keadekuatan alat

sensori.

a. Penglihatan, perasa, pembau


36

b. Kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan

pembuatan keputusan

2.4.1.3.7 Pola presepsi-konsep diri

a. Sikap klien mengenai dirinya

b. Presepsi klien tentang kemampuannya

2.4.1.3.8 Pola emosional

a. Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri

dan peran diri

2.4.1.3.9 Pola peran dan tanggung jawab

a. Presepsi klien tentang pola hubungan

b. Presepsi klien tentang peran dan tanggung

jawab

2.4.1.3.10 Pola seksual-reproduksi

a. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan

klien terhadap seksualitasnya

b. Tahap dan pola repodruksi

2.4.1.3.11 Pola koping dan toleransi stres

a. Kemampuan mengendaikan stres

b. Sumber pendukung

2.4.1.3.12 Pola nilai dan keyakinan

a. Nilai, tujuan dan keyakinan

b. Spritual

c. Konflik
37

Model ROY’S(1984) model adaptasi

2.4.1.3.1 Kebutuhan fisiologik

a. Aktivitas dan istirahat

b. Nutrisi

c. Eliminasi

d. Cairan dan eletrolit

e. Oksigen

f. Proteksi

g. Pengantar suhu

h. Penganturan sistem endokrin

2.4.1.3.2 Konsep diri.

2.4.1.3.3 Fungsi peran.

2.4.1.3.4 Interdependent.

2.4.2 Diagnosa keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit infeksi di

buktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit memerah,

proses infeksi.

2. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikn dengan

trauma/perdarahan

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

dibuktikan dengan berat badan menurun, nafsu makan menurun,

membran mukosa pucat, infeksi.


38

2.4.3 Intervensi

Tabel 2.1

Intervensi keperawatan SDKI

Diagnosa Tujuan/kreteria hasil Intervensi

Keperawatan

Hipertermia D.0130 Termogulasi L.09091 Manajemen hipertermia


l.15506
Kategori :lingkungan Definisi :
Definisi :
Subkategori : Pengaturan suhu tubuh agar
keamanan dan proteksi tetap berada dalam rentang Mengidentifikasi dan
normal mengelola peningkatan suhu
Definisi : suhu tubuh
tubuh akibat difungsi
meningkat di atas Ekspetasi : membaik
termogulasi.
rentang normal
Setelah dilakukan tindakan
Tindakan
Penyebab : termogulasi dengan kriteria
hasil : Observasi :
1. Dehidrasi
a. kulit merah menurun a. identifikasi penyebab
2. Terpapar hipertermia (mis.
lingkungan panas b. kejang menurun dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
3. Proses penyakit c. akrosianosis menurun penggunaan inkubator)
(mis, infeksi,
kangker) d. konsumsi oksigen b. monitor suhu tubuh
menurun
4. Ketidaksesuaian c. monitor kadar elektrolit
pakaian pakaian e. piloreksi menurun
dengan suhu d. monitor haluaran urine
lingkungan f. vaskonstriksi prifer
menurun e. monitor komplikasi
5. Peningkatan laju akibat hipertermia
metabolisme g. kulit memorata menurun
terpautik :
6. Respon trauma h. pucat menurun
a. sediakan lingkungan
7. Aktivitas i. takikardia menurun yang dingin
berlebihan
j. takipnea menurun b. longgarkan atau
8. Penggunaan lepaskan pakaian
ingkubator k. bradikardi menurun
c. basahi dan kipas
l. dasar kuku permukaan tubuh
sianolikmenurun
Gejala dan tanda d. berikan cairan oral
mayor : m. hipoksia menurun
e. ganti linen setiap hari
1. Suhu tubuh di atas n. suhu tubuh membaik atau lebih sering jika
nilai normal mengalami
hiperhidrosis (keringat
39

Gejala dan tanda o. suhu kulit membaik berlebihan)


minor :
p. kadar glukosa darah f. lakukan pendinginan
1. Kulit merah membaik eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
2. Kejang q. pengisian kapiler kompres dingin pada
membaik dahi, leher, dada,
3. Takikardia
abdomen, aksila)
r. ventilasi membaik
4. Takipnea
g. hindari pemberian
s. tekanan darah membaik antipretik atau aspirin
5. Kulit terasa hangat

Kondisi klinis h. berikan oksigen, jika


terkait : perlu

1. Proses infeksi edukasi :

2. Hiperteroid a. ajari tirah baring

3. Stroke kolaborasi :
a. kolaborasi pemberian
4. Dehidrasi cairan dan eletrolit
intravena, jika perlu
5. Trauma

6. Prematuritas

Resiko Definisi : Manajemen cairan l.03098


ketidakseimbangan
Ekuilibrium antara volume Definisi :
cairan D.0036
cairan di ruangan intraselular
Mengidentifikasi dan
Kategori : Fisiologis dan ekstrasalular tubuh.
mengelola keseimbangan
Subkategori : Ekspetasi : meningkat cairan dan mencegah
Nutrisi/cairan komplikasi akibat
Setelah dilakukan tindakan
ketidakseimbangan cairan
Definisi : keseimbangan cairan
dengan kriteria hasil : tindakan
Beresiko
mengalami penurunan, a. Asupan cairan meningkat Observasi
peningkatan, atau
b. Keluaran urin meningkat a. Monitor status hidrasi
percepatan perpindahan
(mis. Ferkuensi nadi,
cairan dari
c. Kelembaban membran kekuatan nadi,
intravaskular,
mukosa meningkat akral,pengisian kapiler,
interstisial atau
kelembapan mukosa,
intraselular.
d. Asupan makanan turgo kulit, tekanan
Faktor resiko meningat darah)
1. Prosedur e. Edema menurun b. Monitor berat badan
pembedahan haran
mayor f. Dehidrasi menurun
c. Monitor badan sebelum
2. Trauma/ g. Asites menurun dan sesudah dialisis
perdarahan
h. Konfusi menurun d. Monitor hasil
3. Luka bakar pemeriksaan
i. Tekanan darah membaik
40

4. Aferesis j. Denyut nadi membaik laboraturium

5. Asites k. Membran mukosa Terapeutik


membaik
6. Obstruksi a. Catat intake-output dan
intestinal l. Mata cekung membaik hitung balance cairan 24
jam
7. Peradangan m. Turgor kulit membaik
pankreas b. Berikan asupan cairan,
n. Berat badan membaik sesuai kebutuhan
8. Penyakit ginjal dan
kelenjar c. Berikan cairan
intravena, jika perlu
9. Disfungsi
intestinal Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
Kondisi klinis terkait diuretik, jika perlu
1. Prosedur
pembedahan
mayor

2. Penyakit ginal dan


kelenjar

3. Perdarahan

4. Luka bakar

defisit nutrisi D.0019 Status nutrisi L.03030 Manajemen nutrisi l.03119


Kategori : fisiologis Definisi : Definisi :
Subkategori : Nutrisi Keadekuatan asupan nutrisi Mengidentifikasi dan
dan Cairan untuk memenuhi kebutuhan mengelola asupan nutrisi
metabolisme. yang seimbang
Definisi :
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Beresiko mengalami
status nutrisi dengan
asupan nutrisi tidak Observasi :
kriteria hasil :
cukup untuk
a. Identifikasi status
memenuhi kebutuhan a. Porsi makan yang
nutrisi
metabolisme dihabiskan meningkat
Faktor resiko b. Identifikasi alergi dan
b. Kekuatan otot pengunyah
intoleransi makanan
1. Ketidak mampuan meningkat
menelan makanan c. Identifikasi makanan
c. Kekuatan otot penelan
yang disukai
2. Ketidakmampuan meningkat
mencerna makanan d. Identifikasi kebutuhan
d. Verbalisasi keinginan
kalori dan jenis nutriant
3. Ketidakmampuan untuk meningkat kan
mengabsorbsi nutrisi meningkat e. Idintifikasi perlunya
nutrien penggunaan selang
e. Pengetahuan untuk
nasogastrik
4. Peningkatan pemilihan makanan yang
kebutuhan sehat meningkat f. Monitor asupan
metabolisme makanan
41

5. Faktor ekonomi f. Pengetahuan pemilihan g. Monitor berat badan


(mis. Finansial minuman yang sehat
tidak mencukupi) meningkat h. Monitor hasil
pemerikasaan
6. Faktor fisikologis g. Pengetahuan tentang laboraturium
(mis. Stres, standart nutrisi yang tepat
keengganan untuk meningkat Terapeautik
makan) a. Lakukan oral haigine
h. Penyiapan dan
sebelum makan
Kondisi klinis terkait penyimpanan makanan
yang aman meningkat b. Pasilitasi menentukan
1. Stroke
pedoman diet (mis.
i. Penyiapan dan
2. Parkinson Piramida makanan)
penyimpanan minuman
3. Luka bakar yang aman meningkat c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
4. Kanker j. Sikap terhadap makanan /
sesuai.
minuman sesuai dengan
5. Infeksi tujuan kesehatan d. Berikan makanan tinggi
meningkat serat untuk mencegak
6. AIDS konstipasi
k. Perasaan cepat kenyang
menurun e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinngi protein
l. Nyeri abdomen menurun
f. Berikan suplemen
m. Sariawan menurun
makanan, jika perlu
n. Rambut rontok menurun
g. Hentikan pemberian
o. Dire menurun makanan melalui selang
nasogetrk jika asupan
p. Berat badan membaik oral dapat di toleransi

q. Ferkuensi makan Edukasi


membaik a. anjurkan posisi duduk,
jika mampu
r. Nafsu makan membaik
b. ajarkan diet yang di
s. Bising usus membaik
programkan, kolaborasi
t. Membran mukosa
kolaborasi
membaik
a. kolaborasi pemberian
meditasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiematik) jika
perlu

b. kolaborasi dengan ahli


gizi untuk memntukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
42

2.4.4 implementasi keperawatan

implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana

perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak

langsung terhadap klien (potter & perry, 2010)

2.4.5 evaluasi keperawatan

evaluasi merupakanlngkah proses keperawatan yang

memungkinkan perawat untuk menentukan apakan intervensi

keperawatan telah berhasil meningkat kondisi klien (potter & perry,

2010).
43

2.5 kerangka konseptual

Faktor internal daya Mudah terinfeksi Vektor


tahan tubuh (virus dengue) nyamuk
aedes
Hipertermi pada Demam Berdarah Dengue aegepty
(DBD)menurut Nurarif & Kusuma,2015
Meningatnya seting suhu hipotalamus Demam Berdarah
menyebabkan perbedaan antara suhu seting poin Dengue (DBD)
dan suhu tubuh,dimana suhu seting poin akan Lingkungan
lebih tinggi dari pada suhu tubuh,untuk rumah,
menyamakan perbedaan ini Suhu tubuh akan kepadatan
Faktor
meningkat dan menjadi hipertermia. HIPERTERMI penduduk,mobi
eksternal
litas penduduk,
kualitas
perumahan
Asuhan
keperawatan Lingkungan
a. Pengkajian Pengetahuan DBD, fisik : curah
sikap DBD, prilaku hujan, suhu,
b. Diagnosa
DBD kelembapan
c. Intervensi udara
3M(memanfaatkan,
d. Implementasi menguras ,menutup)
e. evaluasi

Model Roy’s (1984) : Model adaptasi:


1) Kebutuhan fisiologik
a. Aktivitas dan istirahat
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Cairan dan elektrolit
e. Oksigen
f. Pengaturan suhu
g. Pengaturan sistem
endokrin
2) Konsep diri
3) Fungsi peran
4) interdependent
Skema 2.2 Kerangka konseptual

Modifikasi Roy(1984), dalam muwarni(2011), Nurarif&Kusumatentang Demam

Berdarah Dengue (2015).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN STUDI KASUS

3.1 Pendekatan/Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan

studi kasus bertujuan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah Demam Berdarah Dengue Pada Tn.O dan

Nn.O.N Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam tahun 2021. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

3.2 Subyek Studi Kasus

Untuk studi kasus tidak dikenal populasi dan sampel, namun lebih

mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi

subyek studi kasus sekurang-kurangnya dua klien (individu, keluarga

atau masyarakat kelompok khusus) dengan masalah keperawatan yang

sama yang diamati secara mendalam. Subyek studi kasus perlu

dirumuskan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.1 Kriteria Inklusi

3.3.1.1 Klien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang di

opname di ruang rawat inap pada hari pertama di RS.

Harapan Bunda.

44
45

3.3.1.2 Klien yang bersedia untuk menjadi responden di RS

Harapan Bunda di buktikan dengan infrom consent

3.3.1.3 Klien dengan usia 11-60 tahun.

3.3.2 Kriteris Eksklusi

3.3.2.1 Klien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berusia

masih anak-anak 2-10 tahun.

3.3.2.2 Klien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang memiliki

komplikasi penyakit lain.

3.3.2.3 Klien dengan drajat 3 dan 4 dengan keadaan gawat

darurat

3.3.2.4 Klien yang sudah di rawat hari ke 2

3.3 Fokus Studi

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan

titik acuan studi kasus. Fokus studi dari kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) pada pasien Tn.O dan Nn.O.N dengan Hipertermi


46

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Studi Kasus Asuhan Keperawatan

3.4.1.1 penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

penyakit infeksi yang disebakan oleh virus dengue dan

ditularkan oleh virus adaengue melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegepty. (Anjas, 2013)

3.4.1.2 Hipertermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh di

atas rentang normal akibat dari meningkatnya pusat

pengaturan suhu hipotalamus. (safitri,2018)

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan (format pengkajian KMB) sesuai

ketentuan yang berlaku dan ballpoin. Untuk observasi menggunakan

steteskop dan thermometer.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Tehnik pengumpulan data dalam

studi kasus ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu –


47

keluarga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat

lainnya.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan:

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi/ IPPA) pada sistem

tubuh klien.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dibawah ini:

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan oleh orang yang bersangkutan dalam

pelaksanaan studi kasus maupun penelitian. Data primer dapat

diambil dari :

a. Wawancara mendalam

Salah satu metode yang digunakan penulis untuk

mendapatkan data adalah dengan wawancara. Dimana

penulis mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan

dari seorang responden. Anamnesa dilakukan dengan dua

cara yaitu:

1. Autoanamnesa

Autoanamnesa merupakan anamnesa yang

dilakukan kepada pasien secara langsung.

2. Alloanamnesa
48

Alloanamnesa merupakan anamnesa yang

dilakukan kepada keluarga pasien untuk

memperoleh data tentang pasien contoh key

informen dari ibu/ayah klien atau perawat.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk

mengetahui gejala/ masalah kesehatan yang dialami oleh

pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :

1. Inspeksi

Adalah suatu proses observasi yang

dilaksanakan secara sistematik dengan

menggunakan indera penglihatan, pada kasus DBD

ini dilakukan sesuai atau berdasarkan format asuhan

keperawatan medikal bedah.

2. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang

menggunakan indra peraba tangan dan jari-jari

adalah suatu instrument yang sensitif yang

digunakan untuk mengumpulkan data tentang

temperature, nadi, akral, adapun pemeriksaan

palpasi pada pasien DBD : untuk mengetahui

temperatur pada tubuh pasien.


49

3. Perkusi

Adalah melakukan pengetukan dengan ujung-

ujung jari pada daerah permukaan tubuh dengan

tujuan menghasilkan suara, pada DBD tidak

dilakukan pemeriksaan ini.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan dengan jalan

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh

dengan menggunakan stestoskop, pada pemeriksaan

DBD ini yaitu didapatkan suara nafas vesikuler yang

lemah.

5. Observasi

Yaitu suatu prosedur yang berencana antara

lain meliputi melihat, mencatat jumlah dan taraf

aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan

masalah yang diamati, pada pemeriksaan DBD

pemeriksaan ini dilakkan untuk mengobservasi

keadaan pasien, tanda-tanda vital pasien.

3.6.2 Data Sekunder


Adalah data yang diperoleh dari mempelajari status maupun

dokumentasi milik pasien, data dari catatan keperawatan dan

studi. Data sekunder meliputi :


50

a. Studi Pustaka

Penulis mencari, mengumpulkan, mempelajari

referensi yang membahas tentang asuhan keperawatan

dan konsep penyakit tersebut.

b. Studi Dokumenter

Studi dilakukan dengan mempelajari status

kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter,

bidan maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil

pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan penunjang. Test

laboratorium dan penelitian pendukung adalah

komponen essensial dari pengujian fisik sebagai test dan

penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari skrining

rutin.

3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

3.7.1 Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus telah di lakukan di ruangan rawat inap lantai 3

tuip RS. Harapan Bunda.

3.7.2 Waktu Studi Kasus

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan juni 2021,pada Tn.O dari

tanggal 23-26 juni dan pada Nn.O.N dari tanggal 25-28 juni 2021.
51

3.8 Analisa dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan

dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif

yang dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular/ narasi

dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi

kasus yang merupakan data pendukungnya.

3.9 Etika Studi Kasus

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi

dari Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam dan permintaan izin kepada

kepala ruangan. Setelah mendapat persetujuan (izin) barulah melakukan

penelitian dengan menekan masalah etika yang meliputi


52

3.9.1 Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-hak responden.

3.9.2 Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut di beri

kode.

3.9.3 Menunjukkan surat izin penelitian

Peneliti datang menunjukkan surat izin penelitian dari

fakultas untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

3.9.4 Penjelasan tentang peneliti

Responden dalam peneliti ini akan diberikan informasi

tentang sifat dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

3.9.5 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam dibawah naungan yayasan Bunda

Mandiri Group, hadir menjawab kebutuhan masyarakat indonesia dalam

pelayanan kesehatan yang lebih baik dan memuaskan dengan motto “kepuasan

anda adalah kepuasan kami”.

Rumah Sakit Bunda Batam, berdiri diatas lahan seluas 2989,12 m2,

dengan luas bangunan saat ini mencapai 7771,71m2, dengan jumlah poli klinik 20

ruangan, ruangan rawat inap jalan dan 169 tempat tidur.

Wilayah Rumah Sakit Harapan Bunda di Kota Batam berbatasan dengan :

Bagian Utara : Berbatasan dengan SPBU

Bagian Selatan : Berbatasan dengan Hotel Evitel

Bagian Timur : Berbatasan dengan Sekolah Kartini

Bagian Barat : Berbatasan dengan Hotel Seruni

Rumah Sakit Harapan Bunda mulai beroperasi pada tanggal 05 Juni 1986

no.YM 02.04.3.10804 yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia. Dalam perjalanannya Rumah Sakit Harapan Bunda merupakan Rumah

Sakit Swasta yang pertama di Kota Batam dan mempunyai jaringan kerja sama

baik dalam Negeri maupun luar Negeri. Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

mempunyai tenaga medis dokter yang telah mempunyai cukup pengalaman baik

dokter umum maupun dokter spesialis. Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

merupakan Rumah Sakit tipe C.

53
54

4.2. Hasil Studi Kasus

4.2.1. pengkajian

Tabel 4.1

Hasil Anamnesa Pasien Demam Berdarah Dengue Dengan

Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota

Batam

IDENTITAS PASIEN

Pasien 1 Pasien 2

Nama : Tn. O Nama : Nn. O.N

Nomor RM : 350144 Nomor RM : 822842

Umur : 21 tahun Umur : 11 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : perempuan

Agama : kristen Agama : islam

Alamat :bengkong indah Alamat : seraya garden

Tanggal masuk : 23-06-2021 Tanggal masuk : 25-06-2021

Tanggal pengkajian : 23-06-2021 Tanggal pengkajian : 25-06-2021

Ruang rawat : Tulip 3 Ruang rawat : Tulip 2

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Penyakit Pasien 1 Pasien 2

Riwayat masuk Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan pada tanggal

rumah sakit tanggal 23 juni 2021 Tn. O 25 juni 2021 jam 14.30 pasien
55

datang ke IGD Rumah Sakit masuk ke IGD dengan keluhan

Harapan Bunda pada jam demam sudah 5 hari panas naik

12.00 dengan keluhan suhu turun tak kunjung reda, serta

badanya terasa tinggi sudah pasien mengatakan mual muntah

3 hari, nyeri di seluruh dan pasien mengatakan sendinya

badan dan persendian, dan terasa nyeri dan di bawa ke IGD

sulit makan karena batuk Rumah Sakit Harapan Bunda.

dan pilek, serta pasien

mengatakan mual dan

muntah, sebelum ke IGD

pasien pingsan.

Keadaan pasie saat Pengkajian dilakukan pada Pengkajian di lakukan pada

pengkajian tanggal 23 juni 2021 pada tanggal 25 juni 2021 pada jam

jam 14.00 dari hasil 16.00 dari hasil pengkajian

pengkajian pasien tampak pasien tampak lemas, saat

lemas, pasien tampak dilakukan uji torniquet tampak

meringis karna nyeri di bintik-bintik merah keluar di

bagian sendinya, pasien bagian tangan serta dada pasien,

tampak mual muntah, pasien suhu tubuh terasa hangat, pasien

tampak pucat, saat di tampak tidak selera makan,

lakukan pemeriksaan tubuh pasien tampak mual dan muntah,

suhu pasien tampak tinggi, pasien tampak meringis karenya

turgor kulit sedang serta di nyerinya, dan dilakukan vital


56

lakukan uji torniquet sign :

tampak bintik-bintik di Td : 100/80 mmHg

bagian tangan pasien S : 39,0 oc

dengan hasil vital sign : N : 90 x/i

Td : 100/70 mmHg Rr : 24 x/i

S : 39,5oc Kesadaran : composmetis

N : 80x/i GCS : 15

Rr : 20 x/i

Kesadaran : composmetis

GCS : 15

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan Pasien mengatakan belum

yang lalu mengalami sakit ini hanya pernah mengalami penyakit

sekali dan pernah yang sama sebelumnya

mengalami demam tetapi

hanya demam biasa

Riwayat alergi Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat alergi memiliki riwayat alergi

sebelumnya sebelumnya

Riwayat Pasien mengatakan belum Pasien mengatakan belum

kecelakaan pernah kecelakaan pernah kecelakaan sebelumnya

sebelumnya

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan Pasien mengatakan keluarga


57

keluarga keluarganya pada saat ini belum pernah memilikiriwayat

sedang demam dan belum yang sama

pernah memiliki riwayat

yang sama sebelumnya.

a. Genogram Keluarga

Gambar 4.1
58

Genogram Tn.O

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Garis keturunan :

Tinggal serumah :

Gambar 4.2

Genogram Nn. O.N


59

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Garis keturunan :

Tinggal serumah :

Tabel 4.2
60

Riwayat Psikososial Dan Spritual Demam Berdarah Dengue Dengan

Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

MEKANISME KOPING TERHADAP STRES

Pasien 1 Pasien 2

1. Saat mengalami stres Tn.O 1. Saat mengalami stres

mengatakan hanya tidur Nn.O.N hanya tidur

dan tidak melakukan apa- dikarnakan saat sakit

apa. Nn.O.N mengatakn lebih

banyak tidur.

PERSEPSI PASIEN TERHADAP PENYAKITNYA

Pasien 1 Pasien 2

1. Hal yang di pikirkan saat 1. Hal yang dipikirkan saat

ini : Tn.o hanya ini : Nn.o.n hannya

memikirkan untuk segera berharap bisa pulih

sembuh dari sakitnya dan kembali.

bisa mulai berktivitas lagi 2. Harap setelah menjalani

seperti biasanya perawatan : Nn.o.n

2. Harap setelah menjalani berharap bisa sembuh total

perawatan : Tn.o berharap atas penyakit yang kini ia

pertolongan medis dapat rasakan.

membantunya untuk 3. Perubahan yang dirasakan

segera pulih setelah sakit : Nn.o.n


61

3. Perubahan yang dirasakan mengatakan semenjak

setelah jatuh sakit : Tn.o sakit terasa lemas dan

mengatakan semenjak tidak nafsu makan

sakit nafsu makan nya

sangat berkurang ia juga

mengatakan saat sakit

hanya bisa terbaring di

tempat tidur

SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

Pasien 1 Pasien 2

1. Aktivitas agama / nilai 1. Aktivitas agama /

kepercayaan yang kepercayaan yang

dilakukan : pasien hanya dilakukan : pasien selalu

berdoa atas kesembuhanya berdoa agar ia cepat

2. Nilai-nilai yang sembuh.

bertentangan dengan 2. Nilai-nilai yang

kesehehatanya : pasien bertentangan dengan

mengatakan tidak ada kesehatan : pasien

nilai-nilai yang mengatakan tidak ada

bertentangan dengan nilai-nilai yang

penyakitnya betentangan dengan

kesehatanya.
62

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKITNYA

Pasien 1 Pasien 2

1. Pasien mengatakan 1. Awalnya pasien hanya tau

awalnya dia hanya tau dia dia hanya demam biasa

hanya demam biasa saja lalu di bawa ke IGD

barulah ia mengetahui dia

terkena DBD.

Tabel 4.3

Pola Kebiasaan Sehari-Hari Demam Berdarah Dengue Dengan

Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

POLA MAKAN ( FREKUENSI, JUMLAH, KOMPOSISI )

Pasien 1 Pasien 2

1. sebelum sakit : pasien 1. Sebelum sakit : Pasien

mengatakan makan lebih mengatakan makan lebih

dari 3 kali sehari dengan dari 3 kali sehari dengan

jumlah seporsi sehari lauk pauk seperti sayur,

dengan lauk pauk (sayur, nasik dan lauk

nasi, lauk) 2. Saat dirawat : pasien

2. saat dirawat : pasien mengatakan hanya

mengatakan hanya makan makanan yang di

makan makanan dari sediakan dari rumah


63

rumah sakit dan hanya sakit dan makan sangat

setengah dari porsi sedikit karna tidak

biasanya karena memiliki selera makan,

kurangnya selera makan dan pasien mengatakan

dan sakit tenggorokan setiap makan sering

saat menelan. muntah dan terasa mual.

PEMENUHAN CAIRAN (JUMLAH, JENIS)

Pasien 1 Pasien 2

1. Sebelum sakit : pasien 1. Sebelum sakit : pasien

mengatakan minum mengatakan sering

lebih dari 8-10 gelas sekali minum air putih

perhari dan juga kadang sebelum sakit perkiraan

minum teh manis. 6-8 gelas perhari.

2. Saat sakit : pasien 2. Saat sakit : pasien

mengatakan minum air mengatakan juga sering

putih kurang dari minum air putih dan

biasanya yaitu 4 gelas meminum jus buah

perhari dan saat sakit dia jambu serta jus jeruk.

sering minum jus buah

jambu.

POLA ELIMINASI ( FREKUENSI, JUMLAH, WARNA,


64

KONSISTEN )

Pasien 1 Pasien 2

BAK BAK

1. Sebelum sakit :pasien 1. Sebelum sakit : pasien

mengatakan BAK sesuai mengatakan sering BAK

dengan yang di minum lebih dari 4 kali dengan

dengan warna kuning warna kuning jernih.

jernih. 2. Saat dirawat : Pasien

2. Saat dirawat : pasien mengatakan BAK nya

mengatakan jarang BAK lebih dari 4 kali dengan

dikarnaka jarang warna kuning jernih

meminum air putih BAB

BAB 1. Sebelum sakit : pasien

1. Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1 kali

mengatakan BAB hanya sehari.

1 kali sehari. 2. Saat dirawat : paien

2. Saat dirawat : pasien mengatakan belum ada

mengatakan belum ada BAB selama dirawat.

BAB selama dirawat.

POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR

Pasien 1 Pasien 2

1. Sebelum sakit : pasien 1. Sebelum sakit : pasien


65

mengatakan tidur 7-8 mengatakan tidur 7-8

jam per hari. jam perhari

2. Saat dirawat : pasien 2. Saat dirawat : pasien

mengatakan sulit tidur mengatakan lebih sering

karna sering terkejut. tidur saat sakit.

PERSONAL HYGIENE

Pasien 1 Pasien 2

1. Sebelum sakit : pasien 1. Sebelum sakit : pasien

mengatakan mandinya mengatakan mandi lebih

lebih dari 1x sehari dari 2x perhari.

2. Saat dirawat : pasien 2. Saat dirawat : pasien

mengatakan hanya di lap mengatakan belum ada

menggunakan washlap mandi dan hanya

dan air hangat. mengganti pakaian dan

sikat gigi.

AKTIFITAS FISIK

Pasien 1 Pasien 2

1. Sebelum sakit : pasien 1. Sebelum sakit : pasien

mengatakan aktivitas mengatakan masih bisa

yang dilakukan bekerja melakukan aktivitas secara

di PT. mandiri

2. Saat dirawat : pasien 2. Saat dirawat : pasien

mengatakan hanya bisa mengatakan butuh bantuan


66

terbaring dan lemas. orang tua atau perawat

yang bertugas karena

badanya terasa begitu

lemas.

Tabel 4.4

Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan Demam Berdarah

Dengue Dengan Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda

Kota Batam

Pola kebiasaan Pasien 1 Pasien 2

1. Merokok : pasien 1. Ferkuensi : - 1. Ferkuensi : -

1 dan 2 tidak 2. Jumlah :- 2. Jumlah :-

merokok 3. Lama 3. Lama

pemakaian : pemakaian :

- -

2. Minuman keras : 1. Ferkuensi : 1. Ferkuensi : -

pasien 1 dan 2 2. Jumlah :- 2. Jumlah :-

tidak 3. Lama 3. Lama

mengkonsumsi pemakaian : pemakaian :

minuman keras - -

3. Ketergantungan 1. Ferkuensi : - 1. Ferkuensi : -

obat : pasien 1 2. Jumlah :- 2. Jumlah :-

dan 2 tidak
67

ketergantungan 3. Lama 3. Lama

obat pemakaian : pemakaian :

- -

Tabel 4.5

Pengkajian Fisik Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah

Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

KEADAAN UMUM

Pasien 1 Pasien 2

1. Kesadaran : composmentis 1. Kesadaran : composmentis

E : 4 V = 5 M = 6 GCS 15 E : 4 V = 5 M = 6 GCS 15

2. Berat badan / tinggi badan : 2. Berat badan / tinggi badan :

BB : 70 KG TB : 180 CM BB : 28 KG TB : 130 CM

3. Tanda-tanda vital : 3. Tanda-tanda vital :

TD : 100/70 mmHg TD : 100/80 mmHg

N : 80 X/I N : 90 X/I

RR : 22 X/I RR : 24 X/I

S : 39.0OC S : 39.5OC

SISTEM PENGLIHATAN

Pasien 1 Pasien 2

1. Posisi mata : simetris 1. Posisi mata : simetris


68

2. Kelopak mata : normal 2. Kelopak mata : normal

3. Gerakan kelopak mata : 3. Gerakan kelopak mata :

normal normal

4. Konjungtiva : anemis 4. Konjungtiva : anemis

5. Kornea : normal 5. Kornea : normal

6. Sklera : anikterik 6. Sklera : anikterik

7. Pupil : isokor 7. Pupil : isokor

8. Otot-otot mata : tidak ada 8. Otot-otot mata : tidak ada

kelainan kelainan

9. Fungsi penglihatan : baik 9. Fungsi penglihatan : baik

10. Tanda-tanda radang : tidak 10. Tanda-tanda radang : tidak

ada tanda-tanda radang ada tanda-tanda radang

11. Pemakaian kaca mata : 11. Pemakaian kaca mata :

tidak ada pemakian kaca tidak ada pemakian kaca

mata mata

12. Pemakaian lensa kontak : 12. Pemakaian lensa kontak :

tidak ada pemakian lensa tidak ada pemakian lensa

kontak kontak

SISTEM PENDEGARAN

Pasien 1 Pasien 2

1. Daun telinga : normal dan 1. Daun telinga : normal dan

tidak sakit saat digerakan tidak sakit saat digerakan


69

2. Bentuk : normal 2. Bentuk : normal

3. Kondisi telinga : normal 3. Kondisi telinga : normal

4. Cairan dari telinga : tidak 4. Cairan dari telinga : tidak

ada ada

5. Perasaan penuh dalam 5. Perasaan penuh dalam

telinga : tidak ada telinga : tidak ada

6. Tinitus : tidak ada 6. Tinitus : tidak ada

7. Fungsi pendengaran : baik 7. Fungsi pendengaran : baik

8. Pemakain alat bantu : tidak 8. Pemakain alat bantu : tidak

memakai alat bantu memakai alat bantu

pendengaran pendengaran

SISTEM WICARA

Pasien 1 Pasien 2

1. Kesulitan / gangguan 1. Kesulitan / gangguan wicara

wicara : pasien tidak : pasien tidak mengalami

mengalami kesulitan kesulitan ataupun gangguan

ataupun gangguan wicara wicara

SISTEM PERNAFASAN

Pasien 1 Pasien 2

1. Jalan nafas : bersih tidak 1. Jalan nafas : bersih tidak ada

ada sumbatan sumbatan

2. Pernafasan : tidak sesak 2. Pernafasan : tidak sesak


70

3. Ferkuensi : 22x/i 3. Ferkuensi : 24x/i

4. Irama : teratur 4. Irama : teratur

5. Kedalaman : dalam 5. Kedalaman : dalam

6. Batuk : tidak ada baguk 6. Batuk : tidak ada baguk

7. Suara nafas : normal 7. Suara nafas : normal

(vesikuler) (vesikuler)

SISTEM KARDIOVASKULER

Pasien 1 Pasien 2

1. Nadi : 80 x/i 1. Nadi : 90 x/i

2. Irama : teratur 2. Irama : teratur

3. Denyut : lemah 3. Denyut : lemah

4. Tekanan darah : 100/70 4. Tekanan darah : 100/80

mmHg mmHg

5. Temperatur kulit : hangat 5. Temperatur kulit : hangat

6. Warna kulit : pucat 6. Warna kulit : pucat

7. Edema : tidak ada edema 7. Edema : tidak ada edema

SIRKULASI JANTUNG

Pasien 1 Pasien 2

1. Irama : teratur 1. Irama : teratur

2. Kelainan bunyi jantung : 2. Kelainan bunyi jantung :

tidak ada kelainan bunyi tidak ada kelainan bunyi

jantung jantung
71

3. Nyeri dada : tidak ada nyeri 3. Nyeri dada : tidak ada nyeri

dada dada

SISTEM SARAF

Pasien 1 Pasien 2

1. Tingkat kesadaran : 1. Tingkat kesadaran :

composmetis composmetis

2. Pupil : isokor 2. Pupil : isokor

3. Reaksi pupil terhadap 3. Reaksi pupil terhadap

cahaya : kanan : positif cahaya : kanan : positif kiri :

kiri : positif positif

4. Glasgow coma skala (GCS) 4. Glasgow coma skala (GCS)

E:4M:5V:6 E:4M:5V:6

SISTEM PENCERNAANN

Pasien 1 Pasien 2

1. Keadaan mulut : tidak 1. Keadaan mulut : sedikit

berbau tidak ada gigi karies berbau tidak ada gigi karies

2. Kesulitan menelan : ya, 2. Kesulitan menelan : ya,

pasien mengatakan sulit pasien mengatakan tidak

menelan karena batuk selera makan

sudah 3 hari 3. Keadaan saliva : normal

3. Keadaan saliva : normal 4. Mual : iya

4. Mual : iya 5. Muntah : iya, dengan isi


72

5. Muntah : iya, dengan isi makanan dan cairan

makanan dan cairan 6. Nafsu makana: kurang

6. Nafsu makana: kurang 7. Nyeri di daerah perut : ya

7. Nyeri di daerah perut : ya 8. Rasa penuh di perut : tidak

8. Rasa penuh di perut : tidak 9. Kebiasaan BAB : 1 x/hari

9. Kebiasaan BAB : 1 x/hari 10. Diare pasien mengatakan

10. Diare pasien mengatakan tidak mengalami diare

tidak mengalami diare 11. Warna feses : coklat

11. Warna feses : kuning 12. Konsistensi :tidak ada

12. Konsistensi :tidak ada kelainan

kelainan 13. Kosntipasi : pasien

13. Kosntipasi : pasien mengatakan tidak

mengatakan tidak mengalami konstipasi

mengalami konstipasi

SISTEM IMUNOLOGI

Pasien 1 Pasien 2

1. Alergi : pasien mengatakan 1. Alergi : pasien mengatakan

tidak memiliki riwayat tidak memiliki riwayat

alergi alergi

SISTEM ENDOKRIN

Pasien 1 Pasien 2

1. Nafas berbau : tidak 1. Nafas berbau : iya


73

2. Gamgre : tidak ada gangren 2. Gamgre : tidak ada gangren

3. Tremor : pasien tidak 3. Tremor : pasien tidak

mengalami tremor mengalami tremor

4. Pembesaran kelenjar 4. Pembesaran kelenjar tiroid :

tiroid : tidak ada tidak ada pemebesaran

pemebesaran kelenjar kelenjar tiroid.

tiroid.

SISTEM UROGENITAL

Pasien 1 Pasien 2

1. Perubahan pola berkemih : 1. Perubahan pola berkemih :

BAK : 2-3 kali sehari BAK : 2-3 kali sehari

dengan jumlah sedang dengan jumlah sedang

dengan warna urine kuning 2. Rasa sakit waktu BAK :

jernih tidak

2. Rasa sakit waktu BAK : 3. Keluhan sakit pinggang :

tidak tidak

3. Keluhan sakit pinggang : 4. Pembesaran kelenjar

tidak prostat : tidak

4. Pembesaran kelenjar

prostat : tidak

SISTEM INTEGUMEN

Pasien 1 Pasien 2
74

1. Keadaan rambut : teksture 1. Keadaan rambut : teksture

baik, ada sedikit ketombe, baik, tidak ada ketombe,

sedikit kotor. bersih.

2. Kuku : pendek dan bersih 2. Kuku : pendek dan bersih

3. Kulit : turgor kulit sedang, 3. Kulit : turgor kulit baik,

dengan warna pucat, dengan warna pucat,

keadaan kulit adanya keadaan kulit adanya

bercak-bercak merah. bercak-bercak merah.

SISTEM MUSCULOSKLETAL

Pasien 1 Pasien 2

1. Kesulitan dalam 1. Kesulitan dalam

pergerakan : pasien tidak pergerakan : pasien tidak

mengalami kesulitan dalam mengalami kesulitan dalam

pergerakan pergerakan

2. Sakit pada tulang sendi : 2. Sakit pada tulang sendi :

pasien tidak mengalami pasien tidak mengalami

sakit pada tulang sendi sakit pada tulang sendi

3. Fraktur : pasien tidak 3. Fraktur : pasien tidak

mengalami fraktur mengalami fraktur

4. Kelainan bentuk tulang : 4. Kelainan bentuk tulang :

pasien tidak mengalami pasien tidak mengalami

kelainan bentuk tulang kelainan bentuk tulang

5. Kelemahan / kelumpuhan : 5. Kelemahan / kelumpuhan :


75

pasien tidak mengalami pasien tidak mengalami

kelemahan dan kelumpuan kelemahan dan kelumpuan

6. Kekuatan otot : lemah 6. Kekuatan otot : lemah

4.2.2 Pemeriksaan Penunjang

PASIEN 1

Parameter Result Ref.range


76

WBC L 3.8 x 10^3/ul 4.8-10.8


Lymph# L 0.8-4.0
Mid# 0.8 x 10^3/ul 0.1-0.9
Gran# L 2.0-7.0
0.3 x 10^3/ul
Lymph% 30.0-40.0
Mid% H 2.7 x 10^3/ul 3.0-9.0
Gran% 50.0-70.0
20.5%
HGB 14.0-18.0
8.9%
RBC H 70.6% 4.70-6.10
HCT H 42.0-52.0
MCV 80.0-94.0
MCH L 27.0-31.0
MCHC L 17.7 g/dl 32.0-36.0
RDW-CV 11.5-14.5
RDW-SD 35.0-56.0
6.49 x 10^6/ul
PLT L 150-450
MPV 56.7% 7.0-11.0
PDW L 15.0-17.0
PCT 87.4 fl 0.108-0.282
27.2 pg
31.2 g/dl
13.0%
42.9 fl

104 x 10^3/ul
8.4 fl
15.8
0.137%

PASIEN 2

Parameter Result Ref.range


77

WBC 2.4 x 10^/ul 4.8-10.8


Lymph# H 0.8-4.0
Mid# 0.9 x 10^3/ul 0.1-0.9
Gran# L 2.0-7.0
0.2 x 10^3/ul
Lymph% H 30.0-40.0
Mid% L 1.3 x 10^/ul 3.0-9.0
Gran% 50.0-70.0
35.7%
HGB 14.0-18.0
11.7%
RBC 52.6% 4.70-6.10
HCT H 42.0-52.0
MCV L 80.0-94.0
MCH L 27.0-31.0
MCHC L 13.0g/dl 32.0-36.0
RDW-CV 11.5-14.5
RDW-SD 35.0-56.0
5.23 x 10^6/ul
PLT L 150-450
MPV 42.4% 7.0-11.0
PDW H 15.0-17.0
PCT L 81.2 fl 0.108-0.282
24.8 pg
30.6 g/dl
12.4%
41.2 fl

67 x 10^3/ul
10.3 fl
17.0
0.069%

Tabel 4.6

Therapy ( obat-obatan )

Pasien 1 Pasien 2
78

1. omeprazole 40 mg IV 1. RL 20 tpm IVFD

2. ondancentron 8 mg IV 2. Sanmol 3x2 oral

3. paracetamol 1 gr IV 3. Ranitidine 2x3

4. Leovofioxatin 500 mg IV 4. Picyn 3x1

5. Neorobion 500 mg drip

6. RL 30 TPM IVFD

7. Intunal 3x1 oral

8. Sucraflat 3x2 oral

9. Asetlisistein 2x1 oral

10. Norages 5 gr

Tabel 4.7

Analisa Data Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah Hipertermi Di

Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam


79

PASIEN 1

DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds : pasien mengatakan Virus dengue terdapat Hipertermi


pada nyamuk aedes
suhu tubuhnya sangat aeygypty

panas demam sudah 3


Nyamuk aedes
hari, pasien aeygypty menggigit
manusia
mengatakan sendinya

terasa nyeri, pasien


Masuk ke aliran darah
mengatakan sudah

pilek dan batuk selama Viremia

3 hari, pasien
Renjatan (proses
mengatakan sulit imunologi)

makan di karnakan
Ke pembuluh darah ke
tenggorokan terasa otak melalui aliran
darah
nyeri, pasien

mengatakan nafsu Virus berkembang


kedalam darah
makan berkurang serta

mual dan muntah


hipertermi
Do : pasien tampak

lemas, pasien tampak

pucat, turgor kulit

sedang, suhu tubuh

tampak di atas normal,


80

setelah dilakukan uji

terniquet timbul bintik

bintik merah di

sekitaran tangan, pasien

tampak meringis karna

nyeri di persendianya,

pasien tampak tidak

selera makan dan sulit

menelan karena

tenggorakannya nyeri,

pasien tampak mual

dan muntah, walaupun

pasien sulit menelan

dan tidak selera maka

pasie masih bisa

memaksakan diri untuk

maka dan minum

Dan dilakukan

pemeriksaan TTV :

TD : 100/70 mmHg

S : 39,0OC

RR : 20X/I
81

N : 80X/I

PASIEN 2

DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds : pasien Virus dengue terdapat Hipertermi


pada nyamuk aedes
mengatakan suhu aeygypty

tubuhnya tinggi sudah


Nyamuk aedes
demam selama 5 hari, aeygypty menggigit
manusia
pasien mengatakan

nyeri di persendianya,
Masuk ke aliran darah
pasien mengatakan

badanya lemas, pasien Viremia

mengataka tidak selera


Renjatan (proses
makan, pasien imunologi)

mengatakan mual dan


Ke pembuluh darah ke
muntah, pasien otak melalui aliran
darah
mengatakan terdapat

bercak-bercak merah di Virus berkembang


kedalam darah
dadanya

Do : pasien tampah
hipertermi
suhu tubuh di atas

normal, saat dilakuka

pengecekan torniquet
82

tampak muncul bintik-

bintik merah di sekitar

tangan dan dadanya,

pasien tampak pucat,

pasien tampak lemas,

pasien tampak

meringis nyei di

persendianya, pasien

tampak tidak ada selera

makan, pasien tampak

mual dan muntah,

dengan hasil TTV :

TD : 110/80 mmHg

RR : 24X/I

N : 90X/I

S : 39,5OC

4.2.3 Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit infeksi dibuktikan

dengan suhu tubuh diatas niai normal kulit memerah proses infeksi

4.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 4.8
83

Rencana Keperawatan Demam Berdarah Dengue Dengan

Masalah Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota

Batam

Diagnosa Tujuan/kreteria hasil Intervensi

Keperawatan

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Tindakan


termogulasi keperawatan
Penyebab : Observasi :
selama 4x24jam dengan
9. Terpapar kriteria hasil : f. identifikasi penyebab
lingkungan panas hipertermia (mis.
t. kulit merah menurun
dehidrasi, terpapar
10. Proses penyakit lingkungan panas,
u. pucat menurun
(mis, infeksi, penggunaan inkubator)
kangker) v. suhu tubuh membaik
g. monitor suhu tubuh
11. Ketidaksesuaian w. suhu kulit membaik
pakaian pakaian h. monitor komplikasi
dengan suhu x. tekanan darah membaik akibat hipertermia
lingkungan
terpautik :
12. Aktivitas
i. sediakan lingkungan
berlebihan
yang dingin
Gejala dan tanda
j. longgarkan atau
mayor :
lepaskan pakaian
2. Suhu tubuh di atas
nilai normal k. basahi dan kipas
permukaan tubuh
Gejala dan tanda
minor : l. berikan cairan oral
6. Kulit merah m. ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
7. Kulit terasa hangat mengalami
hiperhidrosis (keringat
Kondisi klinis
berlebihan)
terkait :
7. Proses infeksi n. lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

o. hindari pemberian
antipretik atau aspirin

edukasi :
84

b. ajari tirah baring

kolaborasi :
b. kolaborasi pemberian
cairan dan eletrolit
intravena, jika perlu

Nama Pasien : Tn.O

No. RM : 350144

Ruangan rawat : Tulip 3

Tabel 4.9
85

Catatan Perkembangan Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah

Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

Hari Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)

/tanggal keperawatan tindakan

23-juni- Hipertermi 14:00 1. mengidentifikasi S : Klien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia demam sudah 3 hari, tidak

dengan Proses 14:10 2. memonitor suhu tubuh kunjung turun serta nafsu

penyakit 14:15 3. memonitor komplikasi makan berkurnag lalu

infeksi penyebab hipertermia pasien mengatakan mual

dibuktikan 14:30 4. menyediakan dan muntah, pasien juga

dengan suhu lingkungan yang mengatakan nyeri di

tubuh diatas dingin persendianya

niai normal 14:50 5. melonggarkan dan O : saat dilakukan

kulit memerah melepaskan pakaian pengkajian temperatur

proses infeksi 14:55 6. membasahi dan kulit terasa hangat, dan

mengipasi permukaan dilakukan uji terniquet

tubuh timbul bintik-bintik merah

15:05 7. kolaborasi pemberian dintangan, pasien tampak

obat, cairan eletrolit, pucat, pasien tampak

intravena, jika perlu lemah, pasien tampak

15:15 8. memberi cairan oral meringis, pasien tampak

15:20 9. melakukan mual dan muntah, pasien

pendinginan eksternal tampak tiak selera makan


86

yaitu dengan Dengan TTV :

mengkompresi pasien TD : 100/70 mmHg

15:25 10. mengajarkan tirah RR : 22x/i

baring N : 80 x/i

S : 39,0oc

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

24-juni- Hipertermi 10:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia tubuhnya masih terasa

dengan Proses 10:05 2. memonitor suhu tubuh hangat, pasien mengatakan

penyakit 10:10 3. memonitor komplikasi nyeri di bagian sendinya,

infeksi penyebab hipertermia pasien mengatakan sulit

dibuktikan 10:20 4. menyediakan untuk menelan makanan,

dengan suhu lingkungan yang psien mengeluh batuk serta

tubuh diatas dingin pilek, pasien mengatakan

niai normal 10:25 5. melonggarkan dan masih mual dan muntah.

kulit memerah melepaskan pakaian O : suhu tubuh pasien

proses infeksi 10:30 6. membasahi dan tampak hangat, tampak

mengipasi permukaan bintik-bintik merah di

tubuh tangan, pasien tampak

10:35 7. mengganti linen setiap lemas, pasien tampak sulit

hari menelan dan kurang selera

10:50 8. melakukan makan, pasien tampak


87

pendinginan eksternal mual dan muntah, pasien

yaitu dengan tampak meringis nyeri di

mengkompresi pasien sendinya, pasien tampak

11:00 9. mengajarkan tirah pucat serta lemas, dengan

baring TTV :

11:05 10. kolaborasi pemberian TD :100/70

obat, cairan eletrolit, RR :82 X/I

intravena, jika perlu S :38,7OC

11:30 11. memberi cairan oral N :22X/I

A : Masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

25-juni- Hipertermi 13:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia tubuhnya masih terasa

dengan Proses 13:05 2. memonitor suhu tubuh hangat, pasien mengatakan

penyakit 13:10 3. memonitor komplikasi masih terasa nyeri di

infeksi penyebab hipertermia bagian persendianya,

dibuktikan 13:20 4. menyediakan pasien mengatakan masih

dengan suhu lingkungan yang ada bintik-bintik merah di

tubuh diatas dingin tangannya, pasien

niai normal 13:30 5. melonggarkan dan mengatakan tubuhnya gak

kulit memerah melepaskan pakaian sedikit lebih baik dari

proses infeksi 13:35 6. membasahi dan sebelumnya, pasien


88

mengipasi permukaan mengatakan batuk dan

tubuh pilek berkurang, pasien

13:40 7. mengganti linen setiap mengatakan selera

hari makannya agak sedikit

13 :50 8. melakukan membaik, pasien

pendinginan eksternal mengatakan mual muntah

yaitu dengan berkurang.

mengkompresi pasien O : suhu tubuh pasien

14:05 9. mengajarkan tirah masih terasa hangat, lemas

baring tampak berkurang, pucat

14:10 10. kolaborasi pemberian tampak berkurang ,

obat, cairan eletrolit, tampak masih ada bintik-

intravena, jika perlu bintik merah, pasien

14:30 11. memberi cairan oral tampak menghabiskan

makanan, mual muntah

pasien tampak berkurang,

pasien tampak meringis

nyeri di sendinya, dengan

TTV :

TD : 100/80 mmHg

RR : 22x/i

S : 38,0oc

N : 82x/i
89

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

26-juni- Hipertermi 09:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia suhu tubuhnya berkurang,

dengan Proses 09:10 2. memonitor suhu tubuh pasien mengatakan mual

penyakit 09:05 3. memonitor komplikasi dan muntah bekurang,

infeksi penyebab hipertermia pasien mengatakan masih

dibuktikan 09:20 4. menyediakan terasa nyeri di sendinya,

dengan suhu lingkungan yang pasien mengatakan masih

tubuh diatas dingin terdapat bintik-bintik

niai normal 09:25 5. melonggarkan dan merah di tangannya,

kulit memerah melepaskan pakaian pasien mengatakan sudah

proses infeksi 09:30 6. membasahi dan bisa makan seperti

mengipasi permukaan biasanaya batuk, pilek,

tubuh serta nyeri tenggorokan

09:50 7. mengganti linen setiap berkurang.

hari O : suhu tubuh pasien

10:00 8. melakukan tampak membaik, lemas

pendinginan eksternal berkurang, pucat tampak

yaitu dengan berkurang, nafsu makan

mengkompresi pasien tampak membaik, mual

10:20 9. mengajarkan tirah dan muntah tampak

baring berkurang dengan


90

11:00 10. kolaborasi pemberian pemeriksaan ttv :

obat, cairan eletrolit, TD : 100/80 mmHg

intravena, jika perlu RR : 22x/i

11:20 11. memberi cairan oral S : 36,5oc

N : 80x/i

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Nama pasien : Nn.O.N

No. RM : 822842

Ruangan rawat : TULIP 2


91

Catatan Perkembangan Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah

Hipertermi Di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota Batam

Hari Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)

/tanggal keperawatan tindakan

25-juni- Hipertermi 16:00 1. mengidentifikasi S : Klien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia demam sudah 5 hari, naik

dengan Proses 16:10 2. memonitor suhu tubuh turun serta nafsu makan

penyakit 16:15 3. memonitor komplikasi berkurnag lalu pasien

infeksi penyebab hipertermia mengatakan mual dan

dibuktikan 16:25 4. menyediakan muntah, pasien juga

dengan suhu lingkungan yang mengatakan lemas serta

tubuh diatas dingin nyeri di persendianya

niai normal 16:30 5. melonggarkan dan O : saat dilakukan

kulit memerah melepaskan pakaian pengkajian temperatur

proses infeksi 16:35 6. membasahi dan kulit terasa hangat, dan

mengipasi permukaan dilakukan uji terniquet

tubuh timbul bintik-bintik merah

16:50 7. melakukan dintangan dan dada pasien,

pendinginan eksternal pasien tampak pucat,

yaitu dengan pasien tampak lemah,

mengkompresi pasien pasien tampak meringis,

16:55 8. mengajarkan tirah pasien tampak mual dan

baring muntah, pasien tampak


92

19:00 9. kolaborasi pemberian tiak selera makan

obat, cairan eletrolit, Dengan TTV :

intravena, jika perlu TD : 110/80 mmHg

19:05 10. memberi cairan oral RR : 24x/i

N : 90 x/i

S : 39,5oc

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

24-juni- Hipertermi 10:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia tubuhnya masih terasa

dengan Proses 10:10 2. memonitor suhu tubuh hangat, pasien mengatakan

penyakit 10:15 3. memonitor komplikasi nyeri di bagian sendinya,

infeksi penyebab hipertermia pasien mengatakan sulit

dibuktikan 10:20 4. menyediakan untuk menelan makanan,

dengan suhu lingkungan yang pasien mengatakan masih

tubuh diatas dingin mual dan muntah.

niai normal 10:25 5. melonggarkan dan O : suhu tubuh pasien

kulit memerah melepaskan pakaian tampak hangat, tampak

proses infeksi 10:30 6. membasahi dan bintik-bintik merah di


93

mengkipasi permukaan tangan dan dada pasien,

tubuh pasien tampak lemas,

10:40 7. mengganti linen setiap pasien tampak kurang

hari selera makan, pasien

11:00 8. melakukan tampak mual dan muntah,

pendinginan eksternal pasien tampak meringis

yaitu dengan nyeri di sendinya, pasien

mengkompresi pasien tampak pucat serta lemas,

10:05 9. mengajarkan tirah dengan TTV :

baring TD :110/80

11:00 10. kolaborasi pemberian RR :82 X/I

obat, cairan eletrolit, S :39,0OC

intravena, jika perlu N :22X/I

11:10 11. memberi cairan oral A : Masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

25-juni- Hipertermi 13:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia tubuhnya masih terasa

dengan Proses 13:10 2. memonitor suhu tubuh hangat, pasien mengatakan

penyakit 13:15 3. memonitor komplikasi masih terasa nyeri di

infeksi penyebab hipertermia bagian persendianya,

dibuktikan 13:30 4. menyediakan pasien mengatakan masih

dengan suhu lingkungan yang ada bintik-bintik merah di

tubuh diatas dingin tangannya dan dadanya,


94

niai normal 13:35 5. melonggarkan dan pasien mengatakan

kulit memerah melepaskan pakaian tubuhnya agak sedikit

proses infeksi 13:40 6. membasahi dan lebih baik dari

mengipasi permukaan sebelumnya, pasien

tubuh mengatakan tidak selera

14:00 7. mengganti linen setiap makan, pasien mengatakan

hari mual muntah berkurang.

14:20 8. melakukan O : suhu tubuh pasien

pendinginan eksternal masih terasa hangat, lemas

yaitu dengan tampak berkurang, pucat

mengkompresi pasien tampak berkurang ,

14:30 9. mengajarkan tirah tampak masih ada bintik-

baring bintik merah, pasien

`14:35 10. kolaborasi pemberian tampak belum selera

obat, cairan eletrolit, makan, mual muntah

intravena, jika perlu pasien tampak berkurang,

14:40 11. memberi cairan oral pasien tampak meringis

nyeri di sendinya, dengan

TTV :

TD : 90/80 mmHg

RR : 22x/i

S : 38,0oc

N : 80x/i
95

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

26-juni- Hipertermi 09:00 1. mengidentifikasi S : pasien mengatakan

2021 berhubungan penyebab hipertermia suhu tubuhnya berkurang,

dengan Proses 09:10 2. memonitor suhu tubuh pasien mengatakan mual

penyakit 09:15 3. memonitor komplikasi dan muntah bekurang,

infeksi penyebab hipertermia pasien mengatakan masih

dibuktikan 09:25 4. menyediakan terasa nyeri di sendinya,

dengan suhu lingkungan yang pasien mengatakan masih

tubuh diatas dingin terdapat bintik-bintik

niai normal 09:30 5. melonggarkan dan merah di tangannya dan

kulit memerah melepaskan pakaian dadanya, pasien

proses infeksi 09:35 6. membasahi dan mengatakan sudah bisa

mengipasi permukaan makan seperti biasanaya.

tubuh O : suhu tubuh pasien

09:50 7. mengganti linen setiap tampak membaik, lemas

hari berkurang, pucat tampak

10:00 8. melakukan berkurang, nafsu makan

pendinginan eksternal tampak membaik, mual

yaitu dengan dan muntah tampak

mengkompresi pasien berkurang dengan

10:05 9. mengajarkan tirah pemeriksaan ttv :

baring TD : 100/60 mmHg


96

11:00 10. kolaborasi pemberian RR : 22x/i

obat, cairan eletrolit, S : 36,0oc

intravena, jika perlu N : 80x/i

11:10 11. memberi cairan oral A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengkajian
97

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagi sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer dkk,

2012). Pengkajian tersebut dilakukan kepada pasie I dan II yang

mengalami penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang tulip

RSHB Batam.

Dari hasil pengkajian Tn.O pasien mengatakan demam yang

dirasakan sudah 3 hari yang tidak kunjung sembuh, pasien juga

mengatakan mual dan muntah di rumah saat selesai makan, pasien

juga mengatakan tidak memiliki selera makan serta sakit tengorokan

jika menelan dikarnakan batuk dan pilek, pasien juga mengatakan

nyeri pada bagian sendinya, serta pingsan sebelum di bawa ke IGD,

saat dilakukan observasi pada tanggal 23-juni-2021 pada jam 14:00

di dapatkan pasien tampak lemas, pasien tampak pucat, tubuh pasien

terasa sangat hangat dan dilakukan uji terniquet timbul bintik-bintik

merah di bagian tangan dengan pengecekan vital sign yaitu TD :

100/70 mmHg, N : 80x/i S : 39,0oc RR : 22x/i, trombosit 104.000.

Dari hasil pengkajian Nn.O.N pasien mengatakan demam

dirasakan sudah 5 hari, dengan panas yang turun naik yang tak

kunjung sembuh lalu dibawah ke IGD RSHB pasien juga

mengatakan nyeri di persendian serta tidak memiliki selera makan

dan muntah sudah beberapa kali di sertai dengan mual, dan

dilakukan observasi pada tanggal 25-juni-2021 jam 16:00 pasien


98

tampak pucat, pasien tampak lemas, saat dilakukan uji terniquet

terdapat bintik-bintik merah di bagian tangan dan dada, dan pasien

tampak meringis menahan nyeri sendinya, pasien tampak tidak selera

makan, pasien tampak mual dan muntah dengan hasil vital sign TD :

100/80 mmHg, N : 90X/I, S : 39,5 OC, RR : 24X/I dan hasil lab

trombosit 67.000.

Menurut trend diasease, tren penyakit saat ini (2014) Demam

Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF)

merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue

dan di tularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes

Albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak

dibawah umur 15 tahun. Virus Dengue merupakan famili

Flaviviridae, keempat serotipe virus dengue yang disebut DEN-1,

DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, dapat dibedakan dengan metodologi

serologis. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe

menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh

serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara

dan parsial terhadap serotipe yang lain. Klasifikasi Demam Berdarah

Dengue berdasarkan penyakit derajat 1 (ringan) demam disertai

gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji terniquet

positif pada derajat 2 sama dengan derajat 1 disertai dengan

perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan lainya derajat 3

ditemukan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan


99

darah menurun (20 mmHg atau kurang) pada derajat 4 terdapat DSS

dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Arumsari

pada tahun (2020) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien

Dengue Hemorrhagic Fever dengan masalah Hipertermi di RS Panti

Waluya Malang” penelitin ini di lakukan di RS Waluya Malang,

pengambilan data dan penelitian ini di lakukan di ruang Santa Maria

Paviliun dan Placida Paviliun, di temukan 2 orang klien diagnosa

keperawatan yang muncul dari kedua partisipn setelah di lakukan

pengkajian sama yakni Hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi virus Dengue, sebagian besar rencana tindakan keperawatan

dapat di laksanakan pada implementasi keperawatan yaitu dengan

memonitor suhu, monitor suhu dan warna kulit, tingkatkan asupan

nutrisi dan adekuat, gunakan matras penghangan selimut penghangat

dan penghangatan ruangan, gunakan kasur pendingin serta

pemberian antipiretik, dan evaluasi keperawatan menandakan kulit

memerah menurun, suhu tubuh berada disuhu normal, pucat

menurun, serta masalah keperawatan teratasi.

Pada pasien I dan II tidak terdapat perbedaan yang spesifik

hanya pada pasien I terdapat bintik-bintik merah hanya di bagian

tangan, sedangkan pada pasien II bintik-binik merah terdapat di

bagian tangan dan dada pasien. Dan pasien I pingsan sebelum di


100

bawa kerumah sakit dan mengeluh sakit tengorokan saat menelan

sedangkan pasien II hanya mengeluh nyeri sendinya.

Hasil yang didapatkan pada pasien sesuai dengan teori yang di

tunjukan bahwa pasien I dan pasien II mengalami uji torniquet

positif dengan adanya pendarahan pada kulit yaitu bintik-bintik

merah di bagian tubuh hanya saja di pasien I di tangannya saja dan

pasien II terdapat di tanggan dan dadanya, kemudian pada pasien I

mengeluh nyeri di tenggorokan nya saat menelan sedangkan pasien

II hanya mengeluh nyeri pada persendianya.

4.3.2 Diagnosa keperawatan

Menurut Herman dkk (2016) diagnosa keperawatan adalah

keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakan

tentang maasalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa

keperawatan biasanya terdiri dari tiga komponen yaitu respon

manusia (masalah), faktor berhubungan, tanda dan gejala.

Hasil pengkajian yang di dapat bisa ditegakkan diagnosa

keperawatan pada pasie I peningkatan suhu tubuh/Hipertermi

berhubungan dengan peroses penyakit, penulis menegakan diagnosa

ini karena diperoleh dari data yang menunjang saat pengkajian.

Pada pasien II tidak ada perbedan dengan pasien I, diagnosa

keperawatan yang didapat yaitu peningkatan suhu tubuh/Hipertermi


101

berhubungan dengan peroses penyakit, penulis menegakan diagnosa

ini karena diperoleh dari data yang menunjang saat pengkajian.

Hipertermi mengacu pada batasan karakteristik yaitu adanya

kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas normal, takikardia,

kulit terasa hangat. Hal ini menunjukan antara hasil studi kasus dan

teori tidak ada kesenjangan bahwa batasan karakteristik hipertermi

yaitu konvulsi, kulit memerah, peningkatan suhu tubuh diatas

kisaran normal, dan kulit terasa hangat. (Herman dkk 2015)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmud

tahun (2020) dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Demam

Berdarah Dengue dalam pemenuhan kebutuhan Termoregulasi”

dengan hasil penelitian yang di dapatkan dari An.F demam,nyeri ulu

hati, bercak-bercak merah, mengigil, membran mukosa kering,

demam sejak 3 hari yang lalu, sakit kepala, mual muntah 3x, dari

hasil pengkajian dan observasi tersebut diatas didapatkan diagnosa

keperawatan yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi

virus, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat di

laksanakan pada implementasi keperawatan ajarkan kompres hangat,

pengukuran suhu, penggunaan pakaian penyerap keringat,

menciptakan lingkungan yang nyaman, anjurkan banyak dan minum

dan evaluasi keperawatan di dapatkan bercak merah berkurang, suhu

tubuh menurun, mual muntah berkurang, membran mukosa

membaik, sakit kepala berkurang di dapatkan masalah teratasi.


102

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Wijayanti

tahun 2019 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien anak

dengue hemorrhagic fever (DHF) dengan masalah hipetermi” hasil

penelitian yang di dapatkan pada klien 1 mengalami pusing, badan

mengiggil, perut mual dan nafsu makan menurun dengan suhu:

37,9oc dan klien 2 dengan pusing, mual muntah, tubuh mengigil dan

di sertai muntah dengan suhu : 38,2oc ditegakan diagnosa pada klien

1 dan 2 yaitu Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue

sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat di laksanakan

pada implementasi keperawatan, monitor suhu tubuh pada anak,

identifikasi penyebab hipertermi, monitor penyebab hipertermi,

berikan cairan oral, hindari pemeberian antiperetik dan aspirin,

anjurkan tirah baring, dan evaluasi keperawatan suhu tubuh

membaik, mengigil menurun, pucat menurun, mual muntah menurun

dan di dapati masalh teratasi.

4.3.3 Intervensi keperawatan

perencanaan (intervensi) adalah suatu peroses didalam

pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang

sesuatu, apa yang dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan,

siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawtan (Dermawan,

2015)

peroses perencanaan keperawatan meliputi penetapan tujuan

perawatan, penetapan kriteria hasil, dan pemilihan intervensi yang


103

tepat nantinya akan dilakukan. Tujuannya adalah hasil yang di

inginkan tercapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan,

sedangkan kriteria hasil adalah standart evaluasi yang memberikan

petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat

pertimbangan. Tujuan dan kriteria hasil yang dilakukan oleh penulis

berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat di observasikan dan

diukur, ada batas waktu, relistik dan ditentukan perawat dan pasien

(Setiadi, 2014)

4.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah perencanaan penyelesaian tindakan yang

diperlukan untuk memenuhi, kriteria hasil seperti digambarkan

dalam rencana tindakan yang dilakukan oleh perawat, pasien,

anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain atau kombinasi dari

yang disebut diatas (Dermawan, 2012)

Implementasi hari pertama tindakan pertama yaitu

mengidentifikasi penyebab hipertermia yang dilakukan pada pasien I

data subjektif pasien bersedia dilakukan observasi selama dilakukan

tindakan keperawatan, pasien mengalami panas tubuhnya sejak

tanggal 20 juni 2021 yang lalu dan di bawa ke rumah sakit pada

tanggal 23 juni 2021 pasien rawat inap di Rumah Sakit Harapan

bunda Batam, data objektif kulit pasien teraba sangat panas, mukosa

bibir tampak kering, dan meminta pasien untuk membuka jaket yang

di pakai agar suhu tubuhnya menurun dengan TTV TD : 100/70


104

mmHg S : 39,5OC RR : 22X/I N: 80X/I dan hasil lab trombosit :

104.000.

Implementasi kedua yaitu memonitor suhu tubuh dilakukan

pada pasien I data subjektif pasien mengatakan bersedia dilakukan

pengukuran suhu tubuh, data ojektif suhu tubuh di atas normal yaitu

39,0oC dan pada pasien II data subjektif pasien mengatakan bersedia

dilakuakan pengukuran suhu tubuh, data ojektif yang di dapatkan

suhu tubuh pasien di atas normal yaitu 39,5oC.

Implementasi ketiga yaitu melakukan pendinginan eksternal

yaitu dengan mengkompresi pasien yang di lakukan pada pasien I

data subjektif yang di dapatkan pasien bersedia di kompresi

menggunakan air hangat, data objektif klien tampak rileks saat

dilakukan tindakan pengkomprsan air hangat dan pada pasien II data

subjektif pasien bersedia dilakukan tindakan pengkompresan air

hangat, data ojektif pasien tampak tenang saat dilakukan tindakan

pengkompresan air hangat. Menurut jurnal penelitian pada uji analisa

serta suhu tubuh setelah tindakan kompres hangat selama 10 menit,

terjadi penurunan 0,97oc (Purwanti dkk,2015). Hal ini menjukan

antara implementasi dan teori yang sudah ada tidak terdapat

kesenjangan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan yang

menujujan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah axila dan

dahi mempunyai efek dalam menurunkan suhu tubuh pada pasien

demam. Penurunan suhu tubuh pasien yang di kompres air hangat di


105

daerah axila rata-rata 0,0933oc sedangkan penurunan suhu tubuh

pasien yang di kompresi air hangat di dahi rata-rata 0,0378oc. Suhu

tubuh sebelum di beri kompres air hangat ialah 39,0 oc sedangkan

setelah di lakukan tindakan pengkompresan air hangat suhu tubuh

menjadi 38,7oc sehingga terdapat penurunan 0,3oc.

Implementasi keempat yaitu kolaborasi pemberian obat oral,

eletrolit, intravena yang dilakukan pada pasien I dan pasien II dari

data subjektif kedua pasien mengatakan akan meminum obat yang di

berikan, data objektif dari kedua pasien, pasien tampak langsung

meminum obat yang di berikan. Menurut jurnal penelitian pada

penderita DBD mendapatkan antipiretik, data hasil penelitian

menunjukan terapi terbanyak adalah pemberian paracetamol

sebanyak 58 penderita (78,38%) dan pemberian duplikasi ibuprofen

dan paracetamol sebanyak 1 penderita (1,35%) (Andriani dkk, 2015).

Hal ini menunjukan antara implementasi dan teori yang sudah ada

tidak terdapat kesenjangan bahwa pada pasien DBD mendapatkan

antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2014).

4.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana,

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,

keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah

untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang


106

disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perancanaan (Setiadi,

2014).

Pada evaluasi penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu

sesuai SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Evaluasi

dilakukan setiap hari pada pasien I evaluasi dilakukan selama 4x24

jam yaitu dari tanggal 23-26 juni 2021 dan pada pasien II evaluasi

dilakukan selama 4x24 jam yaitu dari tanggal 25-28 juni 2021.

Evaluasi hari pertama pasien I didapatkan data subjektif pasien

mengatakan badanya panas sudah sejak 3 hari yang lalu dan

panasnya tidak kunjung turun, pasien mengatakan tubuhnya terasa

nyeri, pasien mengatakan sulit menelan karna tenggorokanya sakit,

pasien mengatakan tidak selera makan, pasien mengatakan mual dan

muntah dan data ojektif kulit di raba panas, pasien tampak pucat,

pasien tampak lemas, mukosa bibir tampak kering, pasien tampak

tidak selera makan, pasien tampak mual muntah, saat di lakukan uji

torniquet tanggan pasien mengeluarkan bintik-bintik merah, TTV :

TD : 100/70mmHg S : 39,0OC N : 80x/i RR : 22x/i. Analisa masalah

belum teratasi, planning lanjutkan Intervensi : pantau suhu setiap 2

jam, berikan kompres hangat, berikan baju tipis untuk menyerap

keringat, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik.

Evaluasi hari kedua pasien I didapatkan data subjektif : klien

mengatakan badanya masih panas. Data objektif temperatur hangat,

pasien mengatakan tubuhnya terasa hangat, pasien mengatakan tidak


107

selera makan, pasien mengatakan masih mual muntah. Data objektif

temperatur kulit hangat, mukosa bibir kering, klien tampak lemas,

klien tampak pucat, klien tampak mual muntah dengan TTV TD :

100/70mmHg N : 82x/i RR : 22x/i S : 38,7oc. Assasement masalah

belum teratasi planning intervensi dilanjutkan : memberi kompres

hangat, kolaborasi pemberian antipiretik.

Evaluasi hari ketiga pasien I didapatkan data subjektif : pasien

mengatakan hangat badanya agak menurun, data objektif temperatur

sedang, klien tampak sudah tidak pucat lagi dan mukosa bibir

lembab di dapatkan TTV TD:110/80mmHg N:80X/I RR:22X/I

S:38,0OC. Assasment masalah teratasi sebagian, planning intervensi

dilanjutkan : kolaborasi pemberian antipiretik.

Evaluasi hari keempat pasien I didapatkan data sebjektif : klien

mengatakan demam turun. Data objektif temperatur dingin, klien

tampak tidak pucat lagi dan mukosa bibir lembab TTV : TD :

110/80mmHg, N : 82x/i, S: 36,8oc, RR:22x/i. Assasment masalah

teratasi, planning intervensi dihentikan.

Evaluasi hari pertama pasien II didapatkan data subjektif

pasien mengatakan panas yang dirasakan sudah 5 hari dan suhu

tubuhnya turun naik, pasien mengatakan nyeri sendinya, data

objektif kulit teraba hangat, mukosa bibir kering, pasien tampak

pucat, pasien tampak lemas, saat dilakukan uji torniquet tampak

timbul binti-bintik merah di sekitaran tangan dan dada pasien, di


108

dapatkan hasil TTV : TD :110/80mmHg, S:39,5oC, RR:24x/i,

N:90x/i. Assasment masalah belum teratasi, planning intervensi

dilanjutkan : memberikan kompres hangat, berikan baju tipis untuk

menyerap keringat, kolaborasi antipiretik.

Evaluasi hari kedua di dapatkan data subjektif : klien

mengatakan badanya masih terasa panas. Data ojektif temperatur

kulit hangat, klien tampak lemah, klien tampak pucat, didapatkan

hasil TTV : TD:100/80mmHg, S:39,0oc, N:85x/i, RR:22x/i.

Assasment masalah belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan :

memberikan kompres air hangat, kolaborasi pemberian antipiretik

Evaluasi hari ketiga pasien II di dapatkan data subjektif : klien

mengatakan panasnya sudah turun. Data ojektif temperatur sedang,

didapatkan TTV : TD:100/70mmHg, N:80x/i, S:38,0oc, RR:22x/i.

Assasment masalah teratasi sebagian, planing intervensi dilanjutkan :

memberikan kompres air hangat, kolaborasi pemberian antipiretik.

Evaluasi hari keempat pasien II di dapatkan data subjektif :

pasien mengatakan suhu tubuhnya turun. Data ojektif temperatur

dingin, klien tampak tidak pucat lagi dan mukosa bibir pasien

lembab didapatkan TTV : TD : 100/70mmHg N: 88x/i S:36,0 oc RR :

22x/i. Assasment masalah teratasi, planning intervensi dihentikan.


109

4.3.6 Keterbatasan study kasus

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Harapan Bunda Kota Batam, namun demikian masih memiliki

keterbatasan pada penelitian ini yaitu peneliti baru membahas satu

topik diagnosa hipertermi.


110

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan yang penulis dapatkan dalam studi kasus pembahasan pada

“Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Demam Berdarah Dengue Pada Tn.O

Dan Nn.O.N Dengan Masalah Hipertermi di Rumah Sakit Harapan Bunda Kota

Batam Tahun 2021”,penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian dapat dilakukan sesuai dengan teori yang ada

5.1.2 Didapatkan masalah pada klien 1 dan klien 2 yaitu peningkatan suhu

tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi.

5.1.3 Rencana asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan klien

5.1.4 Implementasi dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dilakukan selama 4 x 24 jam pada klien 1 dan sesuai 4 x 24

jam pada klien 2

5.1.5 Evaluasi selama implementasi yang dilakuan selama 1 jam pada klien 1

dan selama 1 jam pada klien 2, hasilnya yaitu kondisi klien ada

perubahan yang baik, pasien melaporkan panas berkurang

5.1.6 Dokumentasi yang dilakukan di tulis di rekam medik pasien dan laporan

peneliti.

110
111

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Klien Atau Keluarga

Diharapkan dapat memahami dan menerapkan pengetahuan

tentang Demam Berdarah Dengue sehingga pasien atau keluarga dapat

merawat dan memberi dukungan kepada diri sendiri maupun anggota

keluarga lain yang mengalami masalah Demam Berdarah Dengue.

5.2.2 Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,kemampuan dan

keterampilan dalam penanganan kasus Demam Berdarah Dengue

sehingga dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat dan

menyeluruh sesuai teori yang ada.

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan kepada peneliti

selanjutnya tentang Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue

Dengan Peningkatan Hipertermi, serta dapat menambah dokumen

tentang asuhan keperawatan demam berdarah dengue.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini, dapat menjadi sumber pengetahuan,

informasi dan pedoman bagi peneliti selanjutnya.


112

DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing diagnosis

handbook, an evidence based to planning care (11th ed.) St. Louis:

Elsevier

Ali, zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of

Nursing (10thed.) USA: Pearson Education.

Bowker, G. C., Star, S. & Spasser, M. (2001). Classifying Nursing Work. OJIN:

Online Journal of Issues in Nursing, 3(2)

Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

CDC. Mosquito life-Cycle . 2012 [updated 2012; cited 14 february 2015];

Availablefrom;

http;//www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/m_vaccines/en/.

Delaune & Ladner (2011). Fudamental of nursing, standard and practices (4th ed.).

USA: Delmar, Cengage Learning.

Doenges, E. Marliyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta: EGC

Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procesdures (9th

ed). UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Ester Monica dkk, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 3,

Jakarta EGC

Kementrian kesehatan RI . profil kesehatan RI 2013 2014

Khotimah K. DEMAM BERDARAH DENGUE, Waspadalah sumatera Ekspres.

2015.

112
113

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. 2015 APLIKASI Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jogjakarta:

Medi/Action

Puspitasari, S.2018’Asuhan Keperawatan pada klien Dengan Hipertermia pada

Kasus Dengue Haemaorgic Fever(DHF) Di RS Sakinah Mojokerto’,

Manuscipt, sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI

Safitri, N 2018,’Asuhan Keperawtan Dengue Haemorogic Fever (DHF) pada an.k

dan an.q dengan Masalah Hipetermi di Ruangan Bougenvile RSUD

Dr.Haryoto Lumajang Tugas Akhir, Universitas Jember

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar diagnosa keperawatan Indonesia (1st.

Ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI, DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

definisi dan indikator diagnostikedisi 1 cwetakan III (Revisi). Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.


114

WHO. alih bahasa. Ester. M. (1999). Demam Berdarah Dengue: Diagnosis,

pengobatan, pencegahan, dan pengendalian Jakarta: penerbit buku

Kedokteran EGC.

WHO. Dengue and severe Dengue . 2015 [updated 2015; cited 13 febuary 2015];

avaliable from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.

WHO. alih bahasa. Ester. M. (1999). Demam Berdarah Dengue: Diagnosis,

pengobatan, pencegahan, dan pengendalian Jakarta: penerbit buku

Kedokteran EGC.

Widoyono, S.(2008). Penyakit teropis epidemiologi, penularan, pencegahan,

pemberantasanya. Jakarta : erlangga.

Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals

of Nursing (3th ed.). philadelphia: F. A. Davis Compay.

Anda mungkin juga menyukai