Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. N DAN NY.

M HIPEREMESIS

GRAVIDARUM DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOVOLEMIA DI

RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA BATAM

KARYA TULIS ILMIAH

Di ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Diploma III Keperawatan

DINDA DEWI AGUSTINE

NIM 526080718006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA


Ny. N DAN Ny. M HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
HIPOVOLEMIA DI RUMAH SAKIT HARAPAN
BUNDA BATAM
NAMA MAHASISWA : DINDA DEWI AGUSTINE
NIM : 526080718006

Karya Tulis Ilmiah ini akan diperiksa, disetujui, dan telah dipertahankan dihadapan
tim penguji Karya Tulis Ilmiah Institut Kesehatan Mitra Bunda.

Batam, 13 Juli 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Resi Novia, M.Kep Ns. Savitri Gemini, M.Kep

Mengetahui,
Program Studi D-III Keperawatan
Ketua,

Ns. Isna Aglusi Badri, M.Kep

ii
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Akan Di pertahankan dan Diperbaiki Sesuai
Dengan Masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda Pada
Tanggal 13 Juli 2021

Mengesahkan
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Resi Novia, M.Kep Ns. Savitri Gemini, M.Kep

PENGUJI I PENGUJI II

Ns. Didi Yunaspi, M.Kep Ns. Hidayat Hartanto Permana, S.Kep

Mengetahui,
Program Diploma Tiga Keperawatan
Ketua,

Ns. Isna Aglusi Badri, M.Kep

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Dinda Dewi Agustine
NIM : 526080718006
Judul : Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. N Dan Ny. M
Hiperemesis Gravidarum Dengan Diagnosa Keperawatan
Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Program Studi : D-III Keperawatan
Institusi : Institut Kesehatan Mitra Bunda

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Batam, 13 Juli 2021


Pembuat Pernyataan

Dinda Dewi Agustine

Mengetahui,
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Resi Novia, M. Kep Ns. Savitri Gemini, M. Kep

iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Dinda Dewi Agustine
2. NIM : 526080718006
3. Tanggal Lahir : 19 Agustus 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat Rumah : Perum. Persero Blok N.01
6. Alamat Email : dindadewiagustine19@gmail.com
7. Telepon: a. Hp : 0821-6902-1261
b. Orang Tua : 0852-1608-6554

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD N 004 Batu Ampar Lulusan tahun 2012
2. Pendidikan SMP N 29 Batam Lulusan tahun 2015
3. Pendidikan SMA N 14 Batam Lulusan tahun 2018

Batam, 13 Juli 2021

Dinda Dewi Agustine


NIM : 526080718006

v
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. N DAN Ny. M
HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN HIPOVOLEMIA DI RUMAH
SAKIT HARAPAN BUNDA

Dinda Dewi Agustine


Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Institut Kesehatan Mitra Bunda

Dosen Pembimbing
Ns. Resi Novia, M. Kep
Ns. Savitri Gemini, M. Kep

Kata Kunci : Ibu Hamil, Hiperemesis Gravidarum, Hipovolemia

ABSTRAK

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam
atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu aktivitas. Muntah yang
berlebihan akan membuat tubuh kehilangan cairan dan hal ini akan mengganggu
sirkulasi darah serta metabolisme tubuh janin. Angka kejadian hiperemesis
gravidarum masih cukup tinggi, sehingga ibu hamil perlu mendapat penanganan.
Tujuan penelitian ini adalah mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami hiperemesis gravidarum dengan masalah keperawatan
hipovolemia. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Subjek
penelitian ini adalah 2 pasien dengan kasus hiperemesis gravidarum, teknik
pengumpulan data di deskripsikan secara naratif dan dilakukan dengan teknik
wawancara (hasil wawancara berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, dan
riwayat penyakit terdahulu pada pasien), observasi atau pemeriksaan fisik dari data
pasien yang diambil di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam. Hasil studi kasus pada
kedua pasien dengan hiperemesis gravidarum di dapatkan diagnosa keperawatan
prioritas yaitu hipovolemia. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam di dapatkan bahwa masalah keperawatan yang dialami pasien 1 dan pasien 2
teratasi dan intervensi di hentikan. Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang
telah di jelaskan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan
bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis
gravidarum.

vi
MATERNITY NURSING CARE FOR Mrs. N AND Mrs. M
HYPEREMESIS GRAVIDARUM WITH A NURSING
DIAGNOSIS OF HYPOVOLEMIA AT HARAPAN
BUNDA BATAM HOSPITAL

Dinda Dewi Agustine


Nursing Diploma III Study Program
Mitra Bunda Health Institute

Lecturer
Ns. Resi Novia, M. Kep
Ns. Savitri Gemini, M. Kep

Keywords : Pregnant Women, Hyperemesis Gravidarum, Hypovolemia

ABSTRACT

Hyperemesis gravidarum is nausea and vomiting that is more than 10 times in 24


hours or at any time in pregnant women to interfere with activities. Excessive
vomiting will make the body lose fluids and this will interfere with blood circulation
and metabolism of the fetus. The incidence of hyperemesis gravidarum is still quite
high, so pregnant women need to get treatment. This research method uses the case
study method. The subjects of this study were 2 patients with cases of hyperemesis
gravidarum, data collection techniques are described in a narrative manner and
carried out using interview techniques (the results of the interview contain the
identity of the patient, the chief complaint and patient’s past medical hystory),
observation or physical examination of patient data taken at harapan bunda batam
hospital. The results of the case study in both patients with hyperemesis gravidarum
obtained a priority nursing diagnosis of hypovolemia. After nursing care for 3 x 24
hours it was found that the nursing problems experienced by patient 1 and patient 2
were resolved and the intervention was stopped. Based on the results of nursing
care that have been described, it is hoped that it can be used as learning material
and reference material in providing nursing care to patients with hyperemesis
gravidarum.

vii
KATA PENGHANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada saya sehingga dapat

menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan Maternitas Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah

Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2021”.

Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Diploma III Keperawatan Institut Kesehatan Mitra Bunda. Dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Gusnawati, S. Tr.Keb, MKM, selaku Ketua Yayasan Harapan Bunda.

2. Bapak dr.H. Mawardi Badar, MM, selaku Rektor Institut Kesehatan Mitra

Bunda.

3. Ibu Ns. Isna Aglusi Badri, M.Kep, selaku Ketua Prodi Diploma Tiga

Keperawatan.

4. Ibu Ns. Resi Novia, M.Kep, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan

pengarahan, masukan, waktu dan motivasi serta bimbingan kepada saya.

5. Ibu Ns. Savitri Gemini, M.Kep, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

pengarahan, masukan, waktu dan motivasi serta bimbingan kepada saya.

6. Seluruh Dosen dan Staff Institut Kesehatan Mitra Bunda, terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

viii
7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan perhatian,

dukungan, semangat, serta do’a restu sehingga saya dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan

motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan

dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan serta bimbingan yang telah diberikan mendapat

rahmat dan hidayat dari Allah SWT. Saya berharap semoga Karya Tulis Ilmiah Ini

dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Batam, 13 Juli 2021

Penulis,

Dinda Dewi Agustine

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................... v
ABSTRAK .........................................................................................................................vi
ABSTRACT ......................................................................................................................vii
KATA PENGHANTAR.................................................................................................. viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktik........................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 10
2.1 Konsep Dasar Kehamilan ...................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Keperawatan Maternitas ...................................................... 10
2.1.2 Pengertian Kehamilan ............................................................................ 10
2.1.3 Tanda – Tanda Kehamilan ..................................................................... 11
2.2 Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum ............................................... 25
2.2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum ......................................................... 25
2.2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum ......................................................... 26
2.2.3 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum ......................................... 26
2.2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum .................................................. 27
2.2.5 Pathway Hiperemesis Gravidarum......................................................... 30

x
2.2.6 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum ............................................ 31
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum ................................ 34
2.2.8 Diagnosa Keperawatan pada Hiperemesis Gravidarum ......................... 34
2.3 Konsep Dasar Hipovolemia ................................................................... 35
2.3.1 Definisi Hipovolemia ............................................................................. 35
2.3.2 Etiologi Hipovolemia ............................................................................. 35
2.3.3 Tanda dan Gejala Hipovolemia.............................................................. 36
2.3.4 Pengaturan Volume Cairan Tubuh ......................................................... 37
2.4 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum .................................... 39
2.4.1 Pengkajian .............................................................................................. 39
2.4.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 47
2.4.3 Intervensi................................................................................................ 47
2.5 Kerangka Konseptual............................................................................. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN STUDI KASUS .......................................... 57
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 57
3.2 Subjek Studi Kasus ................................................................................ 57
3.2.1 Kriteria Inklusi ....................................................................................... 57
3.2.2 Kriteria Ekslusi ...................................................................................... 58
3.3 Fokus Studi ............................................................................................ 58
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi .......................................................... 58
3.5 Instrumen Pengumpulan Data................................................................ 58
3.6 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 59
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 59
3.6.2 Jenis Data ............................................................................................... 59
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus .............................................................. 62
3.7.1 Lokasi Studi Kasus ................................................................................ 62
3.7.2 Waktu Studi Kasus ................................................................................. 62
3.8 Analisa dan Penyajian Data ................................................................... 62
3.9 Etika Studi Kasus................................................................................... 63
3.9.1 Informed Consent (Persetujuan) ............................................................ 63
3.9.2 Anomity (Tanpa Nama) ......................................................................... 64
3.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan) ................................................................ 64
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................................. 65
4.1 Hasil Studi Kasus................................................................................... 65

xi
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................. 65
4.2 Hasil Studi Kasus................................................................................... 67
4.2.1 Pengkajian .............................................................................................. 67
4.2.2 Analisa Data ........................................................................................... 72
4.2.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 74
4.2.4 Intervensi Keperawatan ......................................................................... 75
4.2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .............................................. 76
4.3 Pembahasan ........................................................................................... 91
4.3.1 Pengkajian .............................................................................................. 91
4.3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 93
4.3.3 Intervensi Keperawatan ......................................................................... 94
4.3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 96
4.3.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 105
4.4 Keterbatasan Studi Kasus .................................................................... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 109
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 109
5.2 Saran .................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Hiperemesis Gravidarum................................47


Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Pasien Hiperemesis Gravidarum............................. ...67
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Hiperemesis Gravidarum.................................69
Tabel 4.3 Analisa Data Pasien Hiperemesis Gravidarum.......................................72
Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan Pasien...............................................................75
Tabel 4.5 Implementasi Keperawatan pasien 1......................................................76
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan pasien 2.......................................................83

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Hiperemesis Gravidarum......................................................30

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hiperemesis Gravidarum ................................56

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan Izin Pengambilan Data Dari Dinas Kesehatan

Lampiran 2 Surat Balasan Izin Pengambilan Data Dari Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam

Lampiran 3 Surat Permohonan Data ke Rumah Sakit Embung Fatimah Batam

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Pengambilan Data Dari Rumah Sakit Embung
Fatimah Batam

Lampiran 5 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Dari Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Studi Kasus Dari Rumah Sakit Harapan Bunda
Batam

Lampiran 7 Surat Balasan Izin Penelitian Studi Kasus Dari Rumah Sakit
Harapan Bunda Batam

Lampiran 8 Inform Concent

Lampiran 9 Format Asuhan Keperawatan

Lampiran 10 Lembar Konsultasi

Lampiran 11 Jadwal Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat

hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan merupakan

suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ

reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan

seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar

kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Yanti, 2017, dalam Khasanah,

2019). Selama proses kehamilan, ibu hamil akan mengalami perubahan

fisiologis seperti pertambahan berat badan, punggung pegal-pegal, pusing,

dada terasa penuh karena terjadi pembesaran uterus dan payudara, mengalami

penurunan aktivitas karena kurangnya energi dalam sel yang mengakibatkan

rasa lemah, dan pergerakan usus menurun sehingga menimbulkan respon fisik

berupa mual dan muntah (Khasanah, 2019).

Mual muntah adalah gejala yang normal dan sering terjadi pada trimester

pertama (Setyawati et al, 2014, dalam Yusniar, 2020). Namun apabila

berlebihan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum

menjadi buruk, inilah yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24

jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu aktivitas (Nurarif

1
2

& Kusuma, 2015). Sebagian ibu hamil tidak dapat mengatasi mual muntah

yang berkelanjutan sehingga menyebabkan hipovolemia (Manuaba, 2012,

dalam savitri, 2019). Hipovolemia adalah penurunan volume cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler (Tim pokja SLKI DPP PPNI,

2019). Hipovolemia dapat disebabkan karena diare, luka bakar, trauma,

perdarahan, dan muntah-muntah (Putra, 2016). Tanda dan gejala hipovolemia

yaitu perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan

nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah,

penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa

kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh,

peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat

badan, haus, kelemahan, mata cekung, peningkatan laju pernapasan,

peningkatan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan blood urea nitrogen

(Nurarif & Kusuma, 2015; Gustinerz, 2019, ¶ 3, diunduh tanggal 28 Mei 2021

dari https://gustinerz.com,).

Muntah yang membahayakan ini berbeda dari morning sickness normal

yang umumnya dialami ibu hamil karena intensitasnya melebihi muntah

normal dan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, defisiensi

nutrisi, dan kehilangan berat badan. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

mengakibatkan dehidrasi yang dimanifestasikan sebagai hipotensi, takikardia,

peningkatan hematokrit, serta penurunan produksi urin. Vomitus menyebabkan

penurunan cairan asam lambung juga kandungan alkalin dari bagian saluran

cerna yang lebih dalam, hal ini menyebabkan terjadinya asidosis metabolik.
3

Pada kasus-kasus yang ekstrem ini, embrio dan janin dapat mati dan ibu dapat

meninggal akibat perubahan metabolik yang menetap (Yanti, 2017, dalam

Khasanah, 2019).

Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka

kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum

dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang kondisi hiperemesis gravidarum terus

menerus dan sulit sembuh, membuat pasien dehidrasi. Pada kasus-kasus

ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan

(Kevin, 2011, dalam Oktavia, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) kehamilan dengan

Hiperemesis Gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di

dunia dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai dari 0,3% di Swedia,

0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2%

di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian Hiperemesis

Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan

(Maruroh dan Ikke R, 2016, dalam Kadir, 2019).

Menurut Kementrian Kesehatan (2019) 30% - 49,9% ibu hamil di

Indonesia mengalami hiperemesis gravidarum pada setiap kehamilan dalam

hitungan 1 tahun, dengan angka kejadian 60-80% pada primigravida dan 40-

60% pada multigravida (Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Diantara ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan, 8%

mengalami demam tinggi, kejang, anemia, dan hipertensi, 5% mengalami


4

pendarahan, 3 ibu hamil mengalami bengkak kaki wajah dan tangan, sakit

kepala disertai kejang, 3% ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum, 2%

ibu hamil mengalami mulas sebelum 9 bulan dan 2% ibu hamil mengalami

ketuban pecah dini. Hiperemesis gravidarum menempati urutan ke-4 pada

komplikasi kehamilan (Survei Demogravis dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

2017).

Pada tahun 2019 di Rumah Sakit Embung Fatimah didapatkan ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 55 orang dan tahun 2020 berjumlah

21 orang. Sedangkan di Rumah Sakit Harapan Bunda didapatkan jumlah ibu

hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 417 orang dan tahun 2020

berjumlah 272 orang.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 02 april 2021 pada

Ny. A dengan Hiperemesis Gravidarum di Wilayah Kerja Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam menyimpulkan bahwa hasil pengkajian pada klien

dengan hiperemesis gravidarum tidak dapat makan maupun minum sejak 2 hari

lalu, klien sulit menelan, klien tampak lemas, pucat, mata cekung, mukosa bibir

kering, dan turgor kulit ≥ 2 detik, klien BAK 2-3 kali sehari ± 100 cc, muntah

± 500 cc, air metabolisme 425 cc, IWL 1.275 cc, klien terpasang infus RL 500

cc fls 1 diguyur. Balance cairan – 950 cc.

Mayoritas ibu hamil mengalami beberapa jenis mual di pagi hari dan

setidaknya ada 60.000 kasus hiperemesis gravidarum dilaporkan dirawat

dirumah sakit, dan jumlahnya diperkirakan jauh lebih tinggi karena banyak ibu
5

hamil yang hanya dirawat di rumah atau rawat jalan saja (American Pregnancy

Association, 2018).

Penelitian Nur Aini (2018) dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.

N Dan Ny. S Dengan Hiperemesis Gravidarum Yang Mengalami Masalah

Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Teratai RSUD Dr.

Haryoto Lumajang Tahun 2018. Dari hasil pengkajian asuhan keperawatan

didapatkan bahwa kedua klien dengan hiperemesis gravidarum mengalami

penurunan turgor kulit dan lidah, penurunan haluaran urine, kulit dan membran

mukosa kering, tanda-tanda vital abnormal, dan kedua klien di diagnosa

Hipovolemia.

Penelitian Christina Ayu Savitri (2019) dengan judul Asuhan

Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah Hipovolemia

Di Rumah Sakit Waluya Malang, menyimpulkan dari hasil pengkajian asuhan

keperawatan didapatkan bahwa kedua klien dengan hiperemesis gravidarum

tidak dapat makan maupun minum, mata cekung, mukosa bibir kering, turgor

kulit ≥ 2 detik, dan klien tampak pucat. Kedua klien juga di diagnosa

hipovolemia.

Dari hasil kajian literatur diatas bahwa masalah keperawatan

hipovolemia merupakan masalah yang sering muncul pada pasien hiperemesis

gravidarum. Hiperemesis gravidarum tidak hanya berdampak pada ibu hamil

tetapi juga berdampak pada janin (Sesaring dkk, 2017, dalam Savitri, 2019).

Muntah yang berlebihan akan membuat tubuh kehilangan cairan dan hal ini

akan mengganggu sirkulasi darah serta metabolisme tubuh janin, sehingga


6

dapat menyebabkan bayi tumbuh kecil dalam lahir atau Intra Uterine Growth

Retardation (IUGR) dan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Tiran & Denise,

2013, dalam Abidah, 2019). Akibat dari kekurangan cairan yang tidak segera

di tangani dan terus berlanjut yaitu ibu hamil akan mengalami syok dan

meghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum

yang terjadi pada ibu hamil perlu mendapat penanganan segera terutama

apabila pasien sampai mengalami kekurangan cairan (Gunawan, 2011, dalam

Aini, 2018).

Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di

rumah sakit untuk melakukan proses pengobatan. Pengobatan dilakukan

dengan tujuan untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan dan

elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan (Willy, 2019, dalam Yusniar,

2020).

Adanya permasalahan kesehatan yang dialami ibu dengan hiperemesis

gravidarum membawa implikasi kepada asuhan keperawatan khususnya

perawat maternitas. Perawat maternitas dituntut untuk mampu memberikan

pelayanan keperawatan profesional, sehingga dapat mengatasi masalah yang

ditimbulkan pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum (Romania, 2015).

Prinsip penatalaksanaan hiperemesis gravidarum meliputi rehidrasi untuk

menggantikan cairan yang hilang dengan pemberian cairan infus, pemberian

obat melalui intravena untuk mengurangi mual-muntah, koreksi dehidrasi dan

pemberian vitamin serta kalori untuk mempertahankan nutrisi dan cairannya

(Aini, 2018).
7

Dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada pasien hiperemesis gravidarum dengan masalah hipovolemia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan

Keperawatan pada Ny. N dan Ny. M Hiperemesis Gravidarum dengan

diagnosa keperawatan hipovolemia di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan asuhan

keperawatan pada Ny. N dan Ny. M Hiperemesis Gravidarum dengan

diagnosa keperawatan hipovolemia di Rumah Sakit Harapan Bunda

Batam.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dan Ny. M

Hiperemesis Gravidarum dengan diagnosa keperawatan

hipovolemia di Rumah sakit Harapan Bunda Batam.

1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dari masalah pada

Ny. N dan Ny. M Hiperemesis Gravidarum dengan diagnosa

keperawatan hipovolemia di Rumah Sakit Harapan Bunda

Batam.

1.3.2.3 Mampu menyusun intervensi dari setiap diagnosa keperawatan

yang telah ditemukan pada Ny. N dan Ny. M Hiperemesis


8

Gravidarum dengan diagnosa keperawatan hipovolemia di

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam.

1.3.2.4 Mampu melaksanakan implementasi terhadap intervensi yang telah

direncanakan pada Ny. N dan Ny. M Hiperemesis Gravidarum

dengan diagnosa keperawatan hipovolemia di Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam.

1.3.2.5 Mampu melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan asuhan

keperawatan pada Ny. N dan Ny M Hiperemesis Gravidarum

dengan diagnosa keperawatan hipovolemia di Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya konsep atau teori tentang ilmu pengetahuan

keperawatan khususnya maternitas dan tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan Hiperemesis Gravidarum.

1.4.2 Manfaat Praktik


1.4.2.1 Bagi Pasien

Sebagai pengetahuan dan wawasan bagi pasien jika

mengalami hal serupa dapat langsung menerapkan apa yang telah

diberikan.
9

1.4.2.2 Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan pengetahuan, pengalaman dan menambah

wawasan peneliti dalam melakukan ilmu yang telah di dapat

selama belajar.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Sebagai sumber bacaan di perpustakaan khususnya tentang

keperawatan maternitas dalam pemberian asuhan keperawatan

pada kasus Hiperemesis Gravidarum.

1.4.2.4 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan guna meningkatkan mutu

pelayanan khususnya tentang kasus yang diteliti.

1.4.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau dapat

dijadikan masukan bagi penelitian berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan

profesional keperawatan yang ditunjukan kepada wanita pada masa usia

subur (WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan,

melahirkan, nifas sampai 6 minggu dan bayi yang dilahirkan sampai usia

40 hari beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar

dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai

kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan (Aspiani, 2018).

2.1.2 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita

terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan

merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang

memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami

kehamilan (Yanti, 2017 dalam Khasanah, 2019).

10
11

2.1.3 Tanda – Tanda Kehamilan

Secara klinik, tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam tiga

kategori, yaitu tanda pasti, tanda tidak pasti, dan tanda kemungkinan

kehamilan. Tanda-tanda kehamilan menurut Dartiwen dan Nurhayati

(2019), antara lain :

2.1.3.1 Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a. Amenorhea (Terlambat datang bulan)

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus

(endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorhea atau

tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan.

Namun, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti

kehamilan karena amenorhea dapat juga terjadi pada beberapa

penyakit kronik, tumor-hipofise, perubahan faktor-faktor

lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering gangguan

emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau

mereka yang ingin sekali hamil (pseudocyesis atau hamil

semu).

b. Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari

rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan, dalam

kedokteran sering dikenali dengan morning sickness karena

munculnya sering kali pada pagi hari. Mual dan muntah


12

diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh

emosi penderita yang tidak stabil. Biasanya terjadi pada bulan-

bulan pertama kehamilan dan menghilang pada akhir triwulan

pertama.

c. Mastodinia

Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara

disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah

asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh esterogen dan

progesteron. Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan

terjadinya kehamilan, akan tetapi hal ini bukan merupakan

petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada

pengguna kontrasepsi hormonal, dan penderita tumor otak atau

ovarium. Payudara mensekresi kolostrum biasanya setelah

kehamilan lebih dari 16 minggu.

d. Quickening

Quickening adalah persepsi gerakan janin yang biasanya

dirasakan pada umur kehamilan 16-20 minggu.

e. Sering buang air kecil

Frekuensi kencing bertambah dan biasanya pada malam

hari disebabkan karena desakan uterus yang membesar. Hal ini

terjadi pada trimester kedua, keluhan ini hilang ketika uterus

yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir


13

kehamilan, gejala timbul kembali karena janin mulai masuk ke

ruang panggul dan menekan kembali kandung kemih.

f. Perubahan warna kulit

Perubahan ini antara lain cloasma, yakni warna kulit

yang kehitam-hitaman pada pipi, biasanya muncul setelah

kehamilan 16 minggu. Pada daerah areola dan puting susu

warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahan ini disebabkan

oleh Melanocyte Stimulating Hormone (MSH). Pada kulit

daerah abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan

yang disebut striae gravidarum, yaitu perubahan warna seperti

jaringan parut.

g. Mengidam

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama

mengandung. Ibu hamil sering meminta makanan atau

minuman tertentu, terutama pada trimester pertama, akan

tetapi akan segera menghilang dengan makin tuanya

kehamilan.

2.1.3.2 Tanda – Tanda Kemungkinan Kehamilan (Dugaan Hamil)

a. Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk, dan

konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak dan bentuknya

globuler. Teraba balotemen, tanda ini muncul pada minggu ke


14

16-20 setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan

amnion cukup banyak. Balotemen adalah tanda adanya benda

terapung atau melayang dalam cairan.

b. Tanda piskacek’s

Tanda piskacek’s yaitu di mana uterus membesar ke

salah satu jurusan hingga menonjol ke jurusan pembesaran

tersebut. Uterus membesar secara simetris menjauhi garis

tengah tubuh (setengah bagian terasa lebih keras dari yang

lainnya) bagian yang lebih besar tersebut terdapat pada tempat

melekatnya kehamilan (implantasi). Sejalan dengan

bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus menjadi

semakin simetris.

c. Perubahan pada serviks

1) Tanda heagar

Tanda ini berupa pelunakan pada daerah isthmus

uteri, sehingga daerah tersebut ketika diberi penekanan

mempunyai kesan lebih tipis, dan uterus mudah difleksikan.

Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual.

Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi

nyata pada minggu ke 7-8.


15

2) Tanda goodell’s

Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks

terasa lebih lunak, penggunaan kontrasepsi oral juga dapat

memberikan dampak ini.

3) Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina

dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan

(lividea). Tanda-tanda ini disebut tanda chadwick. Warna

portio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat

genitalia interna akan membesar, hal ini karena oksigenasi

dan nutrisi meningkat.

4) Tanda Mc Donald

Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah

difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau

tidaknya jaringan itshmus.

d. Pembesaran abdomen

Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16,

karena pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan

menjadi rongga perut.


16

e. Kontraksi uterus

Tanda ini muncul belakangan dan ibu mengeluh

perutnya kencang tetapi tidak disertai rasa sakit.

f. Pemeriksaan abdomen

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif.

2.1.3.3 Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti hamil adalah kondisi yang mengindikasikan

adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui

pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa. Indikator pasti hamil

adalah penemuan keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak

dapat dijelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain.

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dapat di dengar dengan stetoscope laenec pada minggu

17-18. Dengan doppler DJJ dapat di dengar lebih awal lagi,

sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa

juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali

pusat, bising uterus, dan nadi ibu.

b. Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan

mencapai 12 minggu, akan tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu

pada usia kehamilan 16-20 minggu. Gerakan pertama bayi


17

yang dapat dirasakan ibu disebut quickening atau yang dikenal

dengan kesan kehidupan. Walaupun gerakan awal ini dapat

dikategorikan tanda pasti kehamilan dan estimasi usia

kehamilan, akan tetapi hal ini sering keliru dengan gerakan

usus akibat perpindahan gas di dalam lumen saluran cerna.

c. Terlihat bagian-bagian janin pada pemeriksaan USG

Pada ibu yang diyakini dalam kondisi hamil, maka

dalam pemeriksaan USG terlihat adanya gambaran lain. USG

memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan

(gestasional sac) pada minggu ke-5 hingga ke-7. Pergerakan

jantung biasanya bisa terlihat pada 42 hari setelah konsepsi

yang normal atau sekitar minggu ke-8. Melalui pemeriksaan

USG dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong janin

serta merupakan metode yang akurat dalam menentukan usia

kehamilan.

2.1.3.4 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil

Menurut Dartiwen dan Nurhayati (2019) ada beberapa

perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil trimester

I, II, dan III, yaitu:


18

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama

karena pengaruh esterogen dan progesteron yang

meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar.

Minggu pertama itshmus rahim bertambah panjang dan

hipertropi sehingga terasa lebih lunak (tanda hegar). Pada

kehamilan 5 bulan rahim teraba seperti berisi cairan

ketuban, dinding rahim tipis sehingga bagian-bagian anak

dapat diraba melalui dinding perut, terbentuk segmen atas

rahim dan segmen bawah rahim.

Posisi rahim dalam kehamilan: awal kehamilan ante

atau retrofleksi, akhir bulan kedua uterus teraba 1-2 jari

diatas simpisis pubis. Uterus sering berkontraksi tanpa

nyeri, konsistensi lunak, kontraksi ini di sebut braxton hiks.

Kontraksi ini merupakan tanda kemungkinan hamil dan

kontraksi terjadi sampai akhir kehamilan menjadi his.

2) Serviks uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama

kehamilan sehingga serviks menjadi lunak dan bewarna

biru. Perubahan serviks terutama terdiri atas jaringan

fibrosa. Glandula servikalis mensekresikan lebih banyak


19

plak mucus. Fungsi utama dari plak mucus ini adalah untuk

menutup kanalis servikalis dan untuk memperkecil resiko

infeksi genital yang meluas keatas. Menjelang akhir

kehamilan kadar hormon relaksin memberikan pengaruh

perlunakan kandungan kolagen pada serviks.

Dalam persiapan persalinan, esterogen dan hormon

plasenta relaksin membuat serviks lebih lunak. Sumbatan

mucus yang disebut operculum terbentuk dari sekresi

kelenjar serviks pada kehamilan minggu ke-8. Sumbatan

mucus tetap berada dalam serviks sampai persalinan

dimulai, dan pada saat itu dilatasi serviks menyebabkan

sumbatan tersebut terlepas. Mucus serviks merupakan salah

satu tanda awal persalinan.

3) Vagina dan vulva

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina

dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan (livide)

disebut tanda chadwick. Vagina membiru karena pelebaran

pembuluh darah, pH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya

produksi asam laktat karena kerja laktobaci acidophilus,

keputihan, selaput lendir vagina mengalami edematus,

hyperthropy, lebih sensitif meningkat seksual terutama

triwulan III, warna kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi

vena yang terjadi akibat kerja hormon progesteron.


20

4) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus

luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta pada

kehamilan 16 minggu. Ditemukan pada awal ovulasi

hormon relaxing mempunyai pengaruh menenangkan

sehingga pertumbuhan janin menjadi baik sampai aterm.

b. Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomatropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga payudara menjadi lebih besar, areola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari

putting susu dapat keluar cairan berwarna putih jernih disebut

colostrum.

Perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi

laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar esterogen,

progesteron, laktogen plasental dan prolaktin. Stimulasi

hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi

pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara.

Payudara terus tumbuh sepanjang kehamilan dan ukuran

beratnya meningkat hingga mencapai 500 gram untuk masing-

masih payudara.
21

c. Sistem Endokrin

Korpus luteum dalam ovarium pada minggu pertama

menghasilkan esterogen dan progesteron, yang dalam stadium

ini memiliki fungsi utama untuk mempertahankan

pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta

pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast menghasilkan

hormon korionik gonandotropin yang akan mempertahankan

korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh dan

mengambil alih produksi esterogen dan progesteron dari

korpus luteum.

Esterogen merupakan faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan

natrium, serta pelepasan hormon hipofise. Sementara itu,

progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot

polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan

duktus laktiferus dan alveoli, dan perubahan sekretorik dalam

payudara.

Plasenta menghasilkan dua hormon spesifik lainnya,

yaitu hormon laktogenik dan relaksin. Hormon laktogenik

meningkatkan pertumbuhan, menstimulasi perkembangan

payudara dan mempunyai peranan yang penting dalam

metabolisme lemak maternal, sedangkan hormon relaxin

memberikan efek relaksan khususnya pada jaringan ikat.


22

Sekresi kelenjar hipofise menurun dan selanjutnya akan

meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin (kelenjar

thyroid, paratiroid, dan adrenal). Prolaktin meningkat secara

berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan, namun fungsi

prolaktin dalam memicu laktasi disupresi sampai plasenta

dilahirkan dan kadar esterogen menurun.

d. Sistem Perkemihan

Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urine,

khususnya akibat desakan yang ditimbulkan oleh peningkatan

tekanan intra abdomen dapat terjadi menjelang akhir

kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot

pada dasar panggul (akibat progesteron) dan peningkatan

tekanan akibat penambahan isi uterus. Akibat perubahan ini

pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih tertekan

oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul keinginan

sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya

kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke

PAP, keluhan sering kencing akan timbul kembali karena

kandung kemih mulai tertekan. Di samping sering kencing,

terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya

peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga

filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69%.


23

e. Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan

enek (nause) sebagai akibat hormon esterogen yang meningkat

dan peningkatan HCG dalam darah, tonus otot traktus

digestivus menurun sehingga motilitas juga berkurang yang

merupakan akibat dari jumlah progesteron yang besar dan

menurunnya kadar motalin (suatu peptida hormonal yang

diketahui mempunyai efek perangsang otot-otot polos).

Makanan lebih lama dalam lambung dan apa yang telah

dicerna lebih lama berada dalam usus. Hal ini baik untuk

reabsorbsi akan tetapi menimbulkan obstipasi yang memang

merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Dijumpai

pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis),

yang biasanya terjadi pada pagi hari dikenal dengan morning

sicknes.

Nausea (mual) atau vornitus (muntah) yang terjadi pada

awal bulan kehamilan sering dijumpai dan biasanya ringan.

Penyebab yang pasti belum diketahui tetapi kemungkinan

besar keadaan ini merupakan reaksi terhadap peningkatan

kadar hormon. Jika berlangsung melebihi 14 minggu atau bila

terjadi hiperemesis, maka morning sicknes ini di anggap

sebagai keadaan abnormal dan memerlukan tindakan aktif.


24

Pada bagian mulut terjadi hiperemi pada gusi, berongga,

dan membengkak. Gusi cenderung mudah berdarah karena

pengaruh dari kadar esterogen yang meningkat dan

menyebabkan peningkatan vaskularisasi selektif dan

proliferasi jaringan ikat. Tidak ada peningkatan saliva namun

wanita mengeluarkan ptialisme (kelebihan saliva). Perasaan

ini diduga akibat wanita secara tidak sadar jarang menelan saat

mual.

f. Sistem Pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon

terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan

kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan

kadar esterogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga

berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Wanita

hamil bernapas lebih dalam tetapi frekuensi napasnya hanya

sedikit meningkat. Peningkatan pernapasan yang berhubungan

dengan frekuensi napas normal menyebabkan peningkatan

volume napas satu menit sekitar 26. Peningkatan volume napas

satu menit disebut hiperventilasi kehamilan, yang

menyebabkan konsentrasi karbon dioksida di alveoli menurun.

Selain itu pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu

terjadi desakan rahim yang membesar pada umur kehamilan


25

32 minggu sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan

kebutuhan O2 yang meningkat.

Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita

hamil sering mengeluhkan sesak napas sehingga

meningkatkan usaha bernapas. Pada 32 minggu keatas karena

usus-usus tertekan uterus yang membesar kearah diafragma

sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan

wanita hamil kesulitan bernapas.

2.2 Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

2.2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual

dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-

hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan ini rata-rata

muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu (Susilawati dan Erlina, 2017,

dalam susanti & firdayanti, 2019).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat

dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,

penurunan berat badan atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu

aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin didalam kandungan. Pada

umumnya terjadi pada minggu ke 6-12 masa kehamilan, yang dapat

berlanjut hingga minggu ke 16-20 masa kehamilan (Diah et al, 2015,

dalam Fitriyana, 2019).


26

2.2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Menurut Amru Sofian (2012, dalam Nurarif & Kusuma, 2015)

penyebab dari hiperemesis gravidarum yaitu :

2.2.2.1 Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan

kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

2.2.2.2 Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi

maternal dan perubahan metabolic.

2.2.2.3 Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan

pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

memikul tanggung jawab, dll.

2.2.2.4 Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dll.

2.2.3 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum

Menurut Nengah Runiari (2019) tanda dan gejala hiperemesis

gravidarum di bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

2.2.3.1 Tingkat I (Ringan) :

Mual dan muntah terus menerus yang mempengaruhi

keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu

makan tidak ada, berat badan menurun dan tekanan darah sistol

menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit

berkurang, lidah kering, dan mata cekung.


27

2.2.3.2 Tingkat II (Sedang) :

Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih

menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi lemah dan cepat,

tekanan darah menurun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung

dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria,

dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan

karena mempunyai aroma khas, dan dapat pula ditemukan dalam

urine.

2.2.3.3 Tingkat III (Berat) :

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran

menurun dari somnolen sampai koma, nadi lemah dan cepat,

tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal

terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke

enselopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia,

dan perubahan mental.

2.2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas, namun

peningkatan kadar progesteron, esterogen, dan human chorionic

gonandotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah.

Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem

gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung

menurun dan pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus,


28

penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid

juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini

diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor

psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil

muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat

mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk

keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan

ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksi butirik,

dan aseton dalam darah.

Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah

menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin turun,

selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah

ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah

dan bertambahnya eksresi lewat ginjal mengakibatkan frekuensi muntah

bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilan “lingkaran

setan” yang sulit dipatahkan.

Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan

penurunan berat badan yang bervariasi tergantung durasi dan beratnya

penyakit. Pencernaan serta absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang

tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk


29

mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat

maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa

hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan

urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine).

Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan

dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya

nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah.

Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya

neuropati perifer dan anemia, bahkan pada kasus berat, kekurangan

vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wirnicke enchepalopat

(Runiari, 2019).
30

2.2.5 Pathway Hiperemesis Gravidarum

Peningkatan HCG, esterogen dan


progesteron selama kehamilan

Otot polos pada sistem gastrointestinal


mengalami relaksasi

Berpengaruh terhadap:
 Penurunan motilitas lambung
 Memperlambat pengosongan lambung
 Refluks esofagus
 Penurunan asam hidroklorida

 Faktor spiritual  Faktor psikologi


 Faktor lingkungan  Faktor sosiokultural

Mual dan muntah berlebihan

Dehidrasi Defisit nutrisi Defisit vitamin


B1, B6, dan B12

Penurunan cairan Energi Pembakaran


ekstrasel dan plasma KH dan 1. Wernicke
lemak ensefalopati
Kelemahan
2. Neuropati
Hipovolemia perifer
Intoleransi Oksidasi 3. anemia
lemak tidak
aktivitas
sempurna

Ketosis

Gambar 2.1 Pathway Hiperemesis Gravidarum


Sumber : Nengah Runiari (2019).
31

2.2.6 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Penatalaksanaan pada wanita yang mengalami hiperemesis

gravidarum meliputi upaya hidrasi intravena, pemberian suplemen

vitamin, sedasi, pemberian antiemetik, dan pada beberapa kasus tindakan

psikoterapi (Bobak, 2012). Menurut Reni Yuli Aspiani (2018) pada

pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan penanganan

sebagai berikut :

2.2.6.1 Isolasi dan pengobatan psikolgi

Dengan melakukan isolasi diruangan sudah dapat

meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari

lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan

komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah

berkaitan dengan kehamilan.

2.2.6.2 Pemberian cairan pengganti

Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga

keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang dapat

diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan

dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber

energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan

protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat

ditambahkan vitamin C, B kompleks atau kalium yang diperlukan

untuk kelancaran metabolisme.


32

Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang

keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter,

nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan. Lancarnya

pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita

hamil berangsur-angsur membaik.

2.2.6.3 Obat yang dapat diberikan

Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya

berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang

tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan

kongenital cacat bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang

dapat diberikan :

a. Sedative ringan

1) Phenobarbital (luminal) 30 mg.

2) Valiu.

b. Anti alergi

1) Antihistamin.

2) Dramamin.

3) Avomin.

c. Obat anti mual muntah

1) Mediamer B6.

2) Emetrole.

3) Stimetil.

4) Avopreg.
33

d. Vitamin

1) Terutama vitamin B kompleks.

2) Vitamin C

2.2.6.4 Menghentikan perdarahan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum

tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin

menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan

aborsi. Keadaan yang memerlukan pertimbangan aborsi adalah :

a. Gangguan kejiwaan

1) Delirium.

2) Apatis, somnolen sampai koma.

3) Terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernick.

b. Gangguan penglihatan

1) Perdarahan retina.

2) Kemunduran penglihatan.

c. Gangguan faal

1) Hati dalam bentuk ikterus

2) Ginjal dalam bentuk anuria

3) Jantung dan pembuluh darah, terjadi peningkatan nadi

4) Tekanan darah menurun


34

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum

Menurut Reny Yuli Aspiani (2018) pemeriksaan penunjang pada

pasien dengan hiperemesis gravidarum yaitu :

2.2.7.1 Pemeriksaan darah lengkap

Nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat

menunjukkan hemokonsentrasi berkaitan dengan dehidrasi.

Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.

2.2.7.2 Urinalisis

Urine biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi

tinggi sebagai akibat dehidrasi.

2.2.7.3 Pemeriksaan elektrolit serum

Dapat mendeteksi hiponatremia, hipokalemia dan

hipokloremia.

2.2.7.4 Pemeriksaan fungsi hepar

Dapat menunjukkan penyakit hepar.

2.2.8 Diagnosa Keperawatan pada Hiperemesis Gravidarum

Menurut Reny Yuli Aspiani (2018) diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien dengan hiperemesis gravidarum yaitu :

2.2.8.1 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan.

2.2.8.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.


35

2.2.8.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

2.3 Konsep Dasar Hipovolemia

2.3.1 Definisi Hipovolemia

Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler,

interstisial, dan/atau intraseluler (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume

cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan

melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat

menimbulkan syok hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015, dalam

Apsari, 2018).

2.3.2 Etiologi Hipovolemia

Hipovolemia bisa terjadi akibat kehilangan darah atau cairan tubuh

secara tiba-tiba dan dalam jumlah besar, misalnya akibat luka atau

perdarahan. Selain itu, volume darah juga dapat berkurang secara drastis

saat kehilangan terlalu banyak cairan tubuh. Kondisi tersebut bisa

disebabkan oleh luka bakar parah, diare berat atau diare kronis, tubuh

terlalu banyak berkeringat, kekurangan asupan cairan atau dehidrasi, dan

muntah-muntah (Andrian, 2020, ¶ 4, di akses tanggal 23 Mei 2021 dari

https://www.alodokter.com,).
36

2.3.3 Tanda dan Gejala Hipovolemia

Tanda dan gejala hipovolemia adalah sebagai berikut :

2.3.3.1 Perubahan status mental

2.3.3.2 Penurunan tekanan darah

2.3.3.3 Penurunan tekanan nadi

2.3.3.4 Penurunan turgor kulit

2.3.3.5 Penurunan turgor lidah

2.3.3.6 Penurunan haluaran urine

2.3.3.7 Penurunan pengisian vena

2.3.3.8 Membran mukosa kering

2.3.3.9 Kulit kering

2.3.3.10 Peningkatan hematokrit

2.3.3.11 Peningkatan suhu tubuh

2.3.3.12 Peningkatan frekuensi nadi

2.3.3.13 Peningkatan konsentrasi urine

2.3.3.14 Penurunan berat badan

2.3.3.15 Haus

2.3.3.16 Kelemahan

2.3.3.17 Mata cekung

2.3.3.18 Peningkatan laju pernapasan

2.3.3.19 Peningkatan blood urea nitrogen

(Nurarif & Kusuma, 2015; Gustinerz, 2019 ¶ 3, diunduh tanggal 28 Mei

2021 dari https://gustinerz.com,).


37

2.3.4 Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan

antara cairan yang masuk dan cairan yang keluar.

2.3.4.1 Asupan Cairan

Asupan (Intake) cairan untuk kondisi normal pada orang

dewasa ± 2500 cc/hari. Pengaturan mekanisme keseimbangan

cairan ini menggunakan mekanisme rasa haus. Pusat pengaturan

haus adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan

volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya

perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan

terjadinya penurunan tekanan darah.

2.3.4.2 Pengeluaran Cairan (Output)

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam

mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa dalam kondisi

normal ± 2300 cc/hari. Pengeluaran cairan terjadi melalui

beberapa proses atau organ menurut Haswita, dkk (2017, dalam

Pratiwi, 2019), yaitu :

a. Urine (Ginjal)

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan eksresi

melalui traktur urinarius merupakan proses keluaran cairan

tubuh yang utama. Jumlah urine yang diproduksi dipengaruhi

oleh ADH dan aldosteron, yang mana hormon ini


38

mempengaruhi eksresi air dan natrium serta distimulasi oleh

perubahan volume darah.

b. Feses (Gastrointestinal)

Pengeluaran air melalui feses berkisaran antara 100-200

ml/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam

mukosa usus besar (kolon).

c. Insensible Water Loss (IWL)

1) Insensible water loss terjadi melalui paru-paru dan kulit.

Kehilangan air melalui paru-paru tidak dapat dirasakan oleh

individu, dalam sehari rata-rata kehilangan air mencapai

400 ml.

2) Kehilangan air melalui kulit diatur oleh sistem saraf

simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat. Stimulasi

kelenjar keringat dapat dihasilkan dari olahraga otot,

peningkatkan suhu lingkungan dan peningkatan aktivitas

IWL = 15cc X Berat Badan

metabolik. Rata-rata kehilangan air mencapai 15-20

ml/hari. Perhitungan IWL dewasa menggunakan rumus :

Rumus Balance Cairan

Balance Cairan = Intake - Output


39

2.4 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

2.4.1 Pengkajian

2.4.1.1 Identitas

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi :

Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.

a. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan

hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan,

badan lemas, tidak ada nafsu makan, pusing dan nyeri pada ulu

hati.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien pertama kali mengalami mual muntah

yang berlebihan ± 10 kali/hari sampai mengganggu aktivitas

sehari-hari dan menimbulkan gejala seperti nafsu makan

berkurang, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mata

tampak cekung, keadaan umum lemah, tekanan darah turun

dan nadi meningkat, lidah kotor serta nyeri epigastrium.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita,

yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang, misalnya

gastritis.
40

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor

penyebab penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang

pernah di derita salah satu anggota yang ada hubungannya

dengan operasi.

e. Riwayat Obstetri

1) Keadaan haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah

tentang menarche, siklus haid, hari pertama haid terakhir,

jumlah dan warna darah keluar, encer, menggumpal,

lamanya haid, nyeri atau tidak serta bau.

2) Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah

berapa kali melakukan Ante Natal Care (ANC), selama

kehamilan periksa dimana, perlu diukur tinggi badan dan

berat badan.

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Respirasi

Klien mengalami gangguan dalam bernapas

(pernapasan klien meningkat).

2) Nutrisi

Produksi kelenjar saliva meningkat pada trimester

satu, ibu hamil sering mengeluh mual muntah yang


41

berlebihan sehingga asupan makanan yang diproduksi oleh

ibu hamil trimester satu harus lebih ditingkatkan lagi untuk

mencegah kekurangan kebutuhan akan nutrisinya.

3) Eliminasi

Tonus-tonus otot saluran cerna melemah akibatnya

mortilitas dan reabsorbsi makanan menjadi kurang baik dan

akan menimbulkan obstipasi.

4) Gerakan dan keseimbangan tubuh

Klien dengan hiperemesis gravidarum

gerak/aktivitasnya bisa terganggu karena kebiasaan sehari-

hari tidak bisa dilakukan/tidak dapat terpenuhi dengan baik.

5) Istirahat/tidur

Klien biasanya akan mengalami gangguan dalam

istirahat/tidurnya disebabkan karena mual muntah serta

pusing yang dialami.

6) Kebutuhan berpakaian

Klien dengan hiperemesis gravidarum tidak

mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan

berpakaian tersebut.

7) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya

mengalami gangguan dalam hal temperatur tubuh dan


42

sirkulasi berupa suhu tubuh kadang-kadang naik dan

tekanan darah turun.

8) Kebutuhan personal hygiene

Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan

untuk diri sendiri dan dilakukan 2x sehari.

9) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah

klien tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarga.

klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.

10) Sosialisasi

Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan

orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,

kekhawatiran dan opini.

11) Kebutuhan spiritual

Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien

tetap menjalankan ajaran agamanya ataukah terhambat

karena keadaan yang sedang dialami.

12) Aktivitas

Klien hiperemesis gravidarum aktivitasnya

terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari-hari tidak mampu

dilakukan maksimal karena keadaannya yang semakin

lemah.
43

g. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum klien dengan hiperemesis

gravidarum biasanya akan mengalami mual muntah yang

berlebihan, badan lemas, tidak nafsu makan, pusing dan

nyeri pada ulu hati.

2) Kesadaran

Klien dengan hiperemesis gravidarum pada tingkat

ketiga akan mengalami kesadaran yang menurun sampai

apatis.

3) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital klien dengan hiperemesis

gravidarum biasanya tidak stabil: pernapasan cepat, suhu

meningkat, tekanan darah sistole menurun dan denyut nadi

meningkat.

4) Berat badan

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya

mengalami berat badan yang menurun.

5) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala dan rambut

Bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau

berketombe, kondisi rambut, pertumbuhan rambut

apakah merata atau tidak. Pada umumnya klien dengan


44

hiperemesis gravidarum tidak menunjukkan gangguan

pada kepala serta pertumbuhan rambut.

b) Wajah

Yang perlu diperhatikan adalah mengenai warna

kulit dan ekspirasi wajah klien.

c) Mata

Bagaimana bentuk bola mata, ada tidaknya gerak

bola mata dan warna konjungtiva. Klien dengan

hiperemesis gravidarum memiliki mata yang tampak

cekung, ikterus, mengalami diplopia, nistagmus serta

jika hiperemesis gravidarum tidak tertangani akan

mengakibatkan kebutaan dan perdarahan retina.

d) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan bagaimana

kebersihannya.

e) Telinga

Mencakup kebersihan telinga, ada tidaknya

kelainan fungsi pendengaran dan kelainan anatomi

telinga. Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya

tidak mengalami gangguan pada telinga/tidak berefek

pada sistem pendengaran.


45

f) Mulut, bibir, faring

Mengenai bagaimana bentuk bibir apakah simetris

atau tidak, kelembaban, kebersihan mulut, ada tidaknya

pembesaran tonsil dan ada tidaknya kelainan bicara.

Klien dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami

gangguan pada rongga mulut. Dapat berupa mulut yang

iritasi dan merah, lidah mengering dan tampak kotor.

Faring klien dengan hiperemesis gravidarum tampak

kering dan merah.

g) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak. Kebersihan gigi,

ada tidaknya peradangan gusi atau caries gigi dan

penggunaan protesa (penggunaan gigi palsu/tidak).

h) Leher

Dikaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan

vena jugularis.

i) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan

perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada

saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan karena pengaruh hormon saat kehamilan,

yaitu esterogen, progesteron dan somatotropin. Payudara


46

menjadi lebih besar, areola mamae hiperpigmentasi dan

puting susu semakin menonjol.

j) Paru

Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan nafas

pendek, hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar

kearah diafragma. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen

yang meningkat kira-kira 20%, maka ibu hamil selalu

bernapas lebih dalam. Pernapasan klien dengan

hiperemesis gravidarum dapat berbau keton.

k) Jantung

Klien dengan hiperemesis gravidarum tekanan

darah sistole akan turun dan nadi meningkat.

l) Abdomen (lambung, usus, hati, kandung kemih)

Perlu diperhatikan ada tidaknya distensi abdomen,

bagaimana dengan bising usus, nyeri tekan dan

bagaimana frekuensi berkemih. Pada klien hiperemesis

gravidarum dapat ditemukan rasa sakit di hepar, nyeri

epigastrium, konstipasi, mual muntah yang berlebihan,

gangguan BAB, adanya aseton dalam air kencing dan

oliguri.

m) Ekstremitas

Bagaimana kesimetrisannya, ujung-ujung jari

apakah sianosis atau tidak. Apakah ditemukan adanya


47

edema. Tonus otot yang melemah dapat ditemukan pada

klien dengan hiperemesis gravidarum.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

2.4.2.1 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan.

2.4.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.

2.4.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

2.4.3 Intervensi

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan menurut PPNI

Diagnosa Kriteria
NO Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Status Cairan Manajemen Hipovolemia (I.03116) :
Hipovolemia
(L.07059): Mengidentifikasi dan mengelola
(D.0003):
Kondisi penurunan volume cairan
Penurunan volume cairan intravaskuler.
volume intravaskuler, Observasi :
cairan interstisiel, 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
intravaskular, dan/atau (misal frekuensi nadi meningkat, nadi
interstisial, intraseluler. teraba lemah, tekanan darah
dan/atau  Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi menyempit,
intraselular. meningkat turgor kulit menurun, membran
Batasan  Turgor kulit mukosa kering, volume urine
karakteristik : meningkat menurun, hematokrit meningkat,
 Output urine haus, lemah.)
1) Frekuensi
meningkat
nadi 2. Monitor intake dan output cairan
 Dispnea
meningkat Terapeutik :
menurun
2) Nadi teraba 3. Hitung kebutuhan cairan
lemah  Edema perifer
4. Berikan posisi modified
3) Tekanan menurun
trendelenburg
darah  Suara napas
tambahan 5. Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi :
menurun
48

4) Tekanan  Keluhan haus 6. Anjurkan memperbanyak asupan


nadi menurun cairan oral
menyempit  Konsentrasi 7. Anjurkan menghindari perubahan
5) Turgor kulit urine menurun posisi mendadak
menurun  Frekuensi nadi Kolaborasi :
6) Membran membaik 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
mukosa  Tekanan darah isotonis (misal; NaCl, RL)
kering membaik 9. Kolaborasi pemberian cairan IV
7) Volume  Tekanan nadi hipotonis (misal; glukosa 2,5%, NaCl
urine membaik
menurun 0,4%)
 Membran 10. Kolaborasi pemberian cairan koloid
8) Hematokrit mukosa
meningkat (misal; albumin, plasmanate)
membaik
9) Status 11. Kolaborasi pemberian produk darah
 Berat badan
mental membaik
berubah Manajemen Syok Hipovolemik
 Suhu tubuh
10) Suhu (I.02050):
membaik
tubuh Mengidentifikasi dan mengelola
 Status mental
meningkat ketidakmampuan tubuh menyediakan
membaik
11) Berat oksigen dan nutrien untuk mencukupi
badan  Intake cairan kebutuhan jaringan akibat kehilangan
turun tiba- membaik cairan/darah berlebih,
tiba Observasi :
12) Merasa Keseimbagan 1. Monitor status kardiopulmonar
lemah Cairan
(frekuensi dan kekuatan nadi,
13) Merasa (L.05020):
frekuensi napas, TD, MAP)
haus Ekuilibrium 2. Monitor status oksigenasi
antara volume (oksimetri nadi, AGD)
cairan di ruang 3. Monitor status cairan (masukan dan
Kondisi intraselular dan
klinis terkait: haluaran, turgor kulit, CRT)
ekstraselular
4. Periksa tingkat kesadaran dan
1) Penyakit tubuh.
respon pupil
addison  Asupan cairan 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
2) Trauma / meningkat terhadap adanya DOTS
perdaraha  Haluaran urin
n (Deformitiy/Deformitas, Open
meningkat wound/luka terbuka, Tenderness/
3) Luka  Kelembaban
bakar nyeri tekan, Swelling/bengkak)
membran
4) AIDS Terapeutik :
mukosa
5) Penyakit 6. Pertahankan jalan napas paten
meningkat
Crohn 7. Berikan oksigen untuk
 Edema
6) Muntah mempertahankan saturasi oksigen
menurun
7) Diare >94%
 Dehidrasi
8) Kolitis 8. Persiapkan intubasi dan ventilasi
menurun
ulseratif mekanis, jika perlu
49

 Tekanan darah 9. Lakukan penekanan langsung


membaik (direct pressure) pada perdarahan
 Denyut nadi eksternal
membaik 10. Pasang jalur IV berukuran besar
 Membran (misal nomor 14 atau 16)
mukosa 11. Berikan posisi syok (modified
membaik trendelenberg)
 Turgor kulit 12. Pasang kateter urine untuk menilai
membaik produksi urine
 Mata cekung 13. Pasang selang nasogastrik untuk
membaik
dekompresi lambung
 Berat badan
14. Ambil sampel darah untuk
membaik
pemeriksaan darah lengkap dan
Keseimbangan elektrolit
Elektrolit Kolaborasi :
(L.03021): 15. Kolaborasi pemberian infus cairan
Kadar serum 1-2 L pada dewasa
elektrolit dalam 16. Kolaborasi pemberian infus cairan
batas normal kristaloid 20 ml/kgBB pada anak
 Serum natrium 17. Kolaborasi pemberian transfusi
meningkat darah, jika perlu
 Serum kalium
meningkat Manajemen Muntah (I.03118):
 Serum klorida Mengidentifikasi, mencegah dan
meningkat mengelola refleks pengeluaran isi
 Serum kalsium lambung.
meningkat Observasi :
 Serum fosfor 1. Identifikasi karakteristik muntah
meningkat (misal; warna, konsistensi, adanya
darah, waktu, frekuensi dan durasi)
2. Periksa volume muntah
3. Identifikasi riwayat diet (misal;
makanan yang disukai dan tidak
disukai, budaya)
4. Identifikasi faktor penyebab
muntah (misal; pengobatan dan
prosedur)
5. Identifikasi kerusakan esofagus dan
faring posterior jika muntah terlalu
lama
6. Monitor efek manajemen muntah
secara menyeluruh
50

7. Monitor keseimbangan cairan dan


elektrolit
Terapeutik :
8. Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah (misal; bau tidak
sedap, suara, dan stimulasi visual
yang tidak menyenangkan)
9. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah (misal;
kecelakaan, ketakutan)
10. Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
11. Pertahankan kepatenan jalan
napas
12. Bersihkan mulut dan hidung
13. Berikan dukungan fisik saat
muntah (misal; membantu
membungkuk atau menundukkan
kepala)
14. Berikan kenyamanan selama
muntah (misal; kompres dingin di
dahi, atau sediakan pakaian kering
dan bersih)
15. Berikan cairan yang mengandung
karbonasi minimal 30 menit
setelah muntah
Edukasi :
16. Anjurkan membawa kantong
plastik untuk menampung muntah
17. Anjurkan memperbanyak istirahat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengelola muntah (misal;
biofeedback, hipnosis, relaksasi,
terapi musik, akupresur)
Kolaborasi :
19. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
Defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119):
2.
Nutrisi (L.03030): Mengidentifikasi dan mengelola
(D.0019): Keadekuatan asupan nutrisi yang seimbang.
Asupan asupan nutrisi Observasi :
nutrisi tidak untuk memenuhi 1. Identifikasi status nutrisi
cukup untuk
51

memenuhi kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi


kebutuhan metabolisme. makanan
metabolisme.  Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan yang disukai
pengunyah 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
Batasan meningkat jenis nutrien
karakteristik :  Kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya penggunaan
1) Berat menelan selang nasogastrik
badan meningkat 6. Monitor asupan makanan
menurun  Verbalisasi 7. Monitor berat badan
minimal keinginan 8. Monitor hasil pemeriksaan
10% di untuk laboratorium
bawah meningkatkan Terapeutik :
rentang nutrisi 9. Lakukan oral hygiene sebelum
normal. meningkat makan, jika perlu
2) Bising  Perasaan cepat 10. Fasilitasi menentukan pedoman
usus kenyang diet (misal; piramida makanan)
hiperaktif menurun 11. Sajikan makanan secara menarik
3) Otot  Nyeri dan suhu yang sesuai
pengunya abdomen 12. Berikan makanan tinggi serat
h lemah menurun untuk mencegah konstipasi
4) Otot  Diare menurun 13. Berikan makanan tinggi kalori dan
menelan tinggi protein
 Nafsu makan
lemah 14. Berikan sumplemen makanan, jika
membaik
5) Membran perlu
 Bising usus
mukosa 15. Hentikan pemberian makan
membaik
pucat melalui selang nasogastrik jika
 Membran
6) Diare asupan oral dapat ditoleransi
mukosa
7) Cepat Edukasi :
membaik
kenyang 16. Anjurkan posisi duduk, jika
setelah  Frekuensi mampu
makan makan 17. Ajarkan diet yang diprogramkan
8) Kram atau membaik Kolaborasi :
nyeri 18. Kolaborasi pemberian medikasi
abdomen Berat Badan sebelum makan (misal: pereda
9) Nafsu (L.03018): nyeri, antiemetik), jika perlu
makan Akumulasi 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menurun bobot tubuh menentukan jumlah kalori dan
sesuai dengan jenis nutrien yang di butuhkan,
Kondisi usia dan jenis jika perlu.
klinis terkait: kelamin.
1) Gangguan  Berat badan Promosi Berat Badan (I.03136):
genetik membaik Memfasilitasi peningkatan berat
2) Faktor  Tebal lipatan badan.
keturunan kulit membaik. Observasi :
3) Hipotiroid 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
BB berkurang
52

4) Diabetes  Indeks massa 2. Monitor adanya mual dan muntah


melitus tubuh 3. Monitor jumlah kalori yang di
maternal membaik. konsumsi sehari-hari.
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
Terapeutik :
6. Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
7. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien
8. Hidangkan makanan secara
menarik
9. Berikan suplemen, jika perlu
10. Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi :
11. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
12. Jelakan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan.
Toleransi Menejemen energi (I.05178):
3. Intoleransi
Aktivitas Mengidentifikasi dan mengelola
Aktifitas
(L.05047): penggunaan energi untuk mengatasi
(D.0056):
Respon atau mencegah kelelahan dan
Ketidakcuk fisiologis mengoptimalkan proses pemulihan.
upan energi terhadap Observasi :
untuk aktivitas yang 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
melakukan membutuhkan yang mengakibatkan kelelahan
aktivitas tenaga. 2. Monitor kelelahan fisik dan
sehari-hari.  Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
 Saturasi 4. Monitor lokasi dan
Batasan oksigen ketidaknyamanan selama
karakteristik : meningkat melakukan aktivitas
1) Frekuensi  Kemudahan Terapeutik :
jantung dalam 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat melakukan rendah stimulus (misal; cahaya,
>20% dari aktivitas suara, kunjungan)
kondisi sehari-hari 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
istirahat. meningkat dan/atau aktif
53

2) Mengeluh  Keluhan lelah 7. Berikan aktivitas distraksi yang


lelah menurun menenangkan
3) Dispnea  Dispnea saat 8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
saat atau aktivitas jika tidak dapat berpindah atau
setelah menurun berjalan
aktivitas  Dispnea Edukasi :
4) Sianosis setelah 9. Anjurkan tirah baring
5) Gambara beraktifitas 10. Anjurkan melakukan aktivitas
EKG menurun secara bertahap
menunjukk  Sianosis 11. Anjurkan menghubungi perawat
an iskemia menurun
6) Gambaran jika tanda dan gejala kelelahan
 Warna kulit
EKG tidak berkurang
membaik
menunjukk 12. Ajarkan strategi koping untuk
 Tekanan darah
an aritmia membaik mengurangi kelelahan
saat atau Kolaborasi :
setelah Tingkat 13. Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas Keletihan tentang cara meningkatkan asupan
(L.05046): makanan.
Kondisi Kapasitas
klinis terkait: kerja fisik dan Terapi Aktivitas (I.05186):
1) Anemia mental yang Menggunakan aktivitas fisik,
2) Gagal tidak pulih kognitif, sosial, dan spiritual tertentu
jantung dengan istirahat. untuk memulihkan keterlibatan,
kongesif
 Verbalisasi frekuensi, atau durasi aktivitas individu
3) Penyakit atau kelompok.
kepulihan
jantung Observasi :
energi
koroner 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
meningkat
4) Penyakit
 Tenaga 2. Identifikasi kemampuan
katup berpartisipasi dalam aktivitas
meningkat
jantung
 Kemampuan tertentu
5) Aritmia 3. Identifikasi sumber daya untuk
melakukan
6) Penyakit aktivitas yang diinginkan
aktivitas rutin
paru 4. Identifikasi strategi meningkatkan
meningkat
obstruktif
kronik  Verbalisasi partisipasi dalam aktivitas
(PPOK) lelah menurun 5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(misal; bekerja) dan waktu luang
7) Gangguan  Lesu menurun 6. Monitor respon emosional, fisik,
metabolik  Gelisa sosial dan spiritual terhadap
8) Gangguan menurun
aktivitas
muskulos  Sianosis Terapeutik :
kletal menurun
7. Fasilitasi fokus pada kemampuan,
 Selera makan
bukan defisit yang alami
membaik
 Pola napas
membaik
54

 Pola istirahat 8. Sepakati komitmen untuk


membaik meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
Konservasi 9. Fasilitasi memilih aktivitas dan
Energi tetapkan tujuan aktivitas yang
(L.13118): konsisten sesuai kemampuan fisik,
Kemampuan psikologis, dan sosial
menggunakan
10. Koordinasikan penelitian aktivitas
energi secara
efektif dan sesuai usia
efisien. 11. Fasilitasi makna aktivitas yang
 Aktivitas yang dipilih
tepat 12. Fasilitasi transportasi untuk
meningkat menghadiri aktivitas, jika sesuai
 Teknik 13. Fasilitasi pasien dan keluarga
konservasi dalam menyesuaikan lingkungan
energi untuk mengakomodasi aktivitas
meningkat yang dipilih
 Teknik 14. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
pernapasan (misal; ambulasi, mobilisasi, dan
yang efektif perawatan diri) sesuai kebutuhan
meningkat 15. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
 Aktivitas fisik mengalami keterbatasan waktu,
yang di energi, atau gerak
rekomendasi
16. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
meningkat
untuk pasien hiperaktif
 Pembatasan
aktivitas 17. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
menurun memelihara berat badan, jika
 Faktor-faktor sesuai
yang 18. Fasilitas aktivitas motorik untuk
meningkatkan merelaksasi otot
pengeluaran 19. Fasilitasi aktivitas dengan
energi komponen memori implisit dan
menurun emosional (misal; kegiatan
keagamaan khusus) untuk pasien
demensia, jika sesuai
20. Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
21. Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan
(misal; vocal group, bola volly,
tenis meja, dll)
55

22. Libatkan keluarga dalam


aktivitas, jika perlu
23. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
24. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
25. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
26. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi :
27. Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
28. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
29. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
30. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai.
31. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi :
32. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
33. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu

Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019); Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017);
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018).
56

2.5 Kerangka Konseptual

Peningkatan HCG,  Faktor psikologi


esterogen dan  Faktor sosiokultural
progesteron selama  Faktor spiritual
kehamilan  Faktor lingkungan

Mual dan muntah berlebihan

Penurunan cairan
ekstrasel dan plasma Dehidrasi

Model Konsep Teori Hipovolemia : penurunan


Keperawatan Dorothea Orem volume cairan intravaskuler,
(Self Care) interstisial,dan/atau
intraseluler

Teori Dorothea Orem (1959)


Orem menyatakan ada tiga kategori kebutuhan
akan self care salah satunya yaitu universal self
care requisites (kebutuhan yang berkaitan
dengan proses hidup manusia seperti
keseimbangan intake cairan). Orem juga
mengidentifikasikan tiga klasifikasi dari sistem Asuhan Keperawatan
keperawatan :
Proses keperawatan :
1. Tindakan keperawatan dengan memberikan
kompensasi penuh kepada pasien disebabkan 1. Pengkajian
karena ketidakmampuan pasien dalam 2. Diagnosa
memenuhi tindakan keperawatan secara 3. Perencanaan
mandiri. 4. Implementasi
2. Sistem keperawatan dalam memberikan 5. Evaluasi
perawatan diri kepada pasien secara sebagian
saja dan ditunjukan pada pasien yang
memerlukan bantuan secara minimal.
3. Tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan dukungan dan pendidikan agar
pasien mampu melakukan perawatan diri.

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum
Sumber : Teori Nengah Runiari (2015) dan Dorothea Orem (1959).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN STUDI KASUS

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

kasus bertujuan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan

Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2021.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melihat gambaran fenomena

yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoadmojo, 2018).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

3.2 Subjek Studi Kasus

Untuk studi kasus tidak dikenal populasi dan sampel, namun lebih

mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi subyek

studi kasus sekurang-kurangnya dua klien (individu, keluarga atau masyarakat

kelompok khusus) dengan masalah keperawatan yang sama yang di amati

secara mendalam. Subyek studi kasus perlu dirumuskan kriteria inklusi dan

ekslusi.

3.2.1 Kriteria Inklusi

3.2.1.1 Pasien dengan masalah hiperemesis gravidarum pada trimester

pertama.

3.2.1.2 Pasien hiperemesis gravidarum yang dirawat di ruang rawat inap

pada hari pertama dengan gejala hipovolemia.

57
58

3.2.1.3 Pasien hiperemesis gravidarum yang bersedia menjadi subjek

penelitian

3.2.2 Kriteria Ekslusi

3.2.2.1 Pasien hiperemesis gravidarum yang tidak bersedia menjadi

subjek penelitian

3.2.2.2 Pasien hiperemesis gravidarum yang sudah dirawat di ruang

rawat inap lebih dari satu hari dan telah mengalami pembaikan

kondisi.

3.2.2.3 Pasien hiperemesis gravidarum pada trimester 2 dan 3.

3.3 Fokus Studi

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik

acuan studi kasus. Fokus studi dari kasus hiperemesis gravidarum yaitu

hipovolemia.

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

Studi kasus asuhan keperawatan :

3.4.1 Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskular, interstisial,

dan/atau intraseluler.

3.4.2 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali

dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian Asuhan

Keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku dan ballpoint.


59

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmojo, 2018). Teknik

pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut :

3.6.1.1 Wawancara (hasil anamesis berisi tentang identitas klien) sumber

data dari keluarga klien, perawat lainnya.

3.6.1.2 Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan : inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh ibu hamil.

3.6.1.3 Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik).

3.6.2 Jenis Data

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di bawah ini :

3.6.2.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Notoatmojo,

2018). Data primer dapat diambil dari :

a. Wawancara mendalam

Salah satu metode yang digunakan penulis untuk

mendapatkan data adalah dengan wawancara. Dimana penulis

mendapatakan keterangan atau informasi secara lisan dari

seorang responden. Anamnesa dilakukan dengan dua cara

yaitu :
60

1) Auto anamnesa

Auto anamnesa merupakan anamnesa yang

dilakukan kepada pasien secara langsung seperti; keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu.

2) Allo anamnesa

Allo anamnesa merupakan anamnesa yang

dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data

tentang pasien Seperti; Riwayat penyakit keturunan,

riwayat penyakit yang sama.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk

mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh

pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui

pengamatan (Yulianingsih, 2018). Hal yang pemeriksa

inspeksi seperti warna konjungtiva, warna sklera, keadaan

membran mukosa, abdomen, dan ekstremitas.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik yang menggunakan indera

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen sensitif yang


61

digunakan untuk mengumpulka data, misalnya tentang:

temperature, nadi, turgor kulit, kelembaban, dan

pemeriksaan leopold.

3) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk

bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan

dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan

menghasilkan suara (Yulianingsih, 2018). Bagian yang di

perkusi adalah dada, abdomen dan ekstremitas.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh

menggunakan stetoskop dan dopller. Bagian yang di

auskultasi seperti bunyi jantung, suara napas, bising usus,

dan DJJ.

3.6.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada seperti status atau dokumentasi

milik pasien, data dari catatan keperawatan dan studi. Data

sekunder meliputi :
62

a. Studi Pustaka

Penulis mencari, mengumpulkan, mempelajari referensi

yang membahas tentang asuhan keperawatan dan konsep

penyakit tersebut.

b. Studi Dokumentasi

Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan

klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan maupun

sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan

diagnostik, pemeriksaan penunjang, test laboratorium dan

penelitian pendukung adalah komponen essensial dari

pengujian fisik sebagai test dan penelitian yang dilakukan

sebagai bagian dari skrining rutin.

3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

3.7.1 Lokasi Studi Kasus

Lokasi pengambilan studi kasus ini akan dilakukan di Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam.

3.7.2 Waktu Studi Kasus

Lama wakti penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2021 sampai

Juni 2021.

3.8 Analisa dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian dilapangan, sewaktu

mengumpulkan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan


63

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya di interpretasikan dan di bandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang

dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstual/narasi dan dapat

disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang

merupakan data pendukungnya.

3.9 Etika Studi Kasus

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Institut Kesehatan Mitra Bunda dan permintaan izin kepada Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam. Setelah mendapatkan persetujuan (izin) barulah

peneliti melakukan penelitian dengan menekan masalah etika meliputi :

3.9.1 Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila responden menolak maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.


64

3.9.2 Anomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut di beri kode.

3.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam dibawah naungan Yayasan

Harapan Bunda Batam, hadir menjawab kebutuhan masyarakat

Indonesia dalam pelayanan kesehatan yang lebih baik dan memuaskan

dengan motto “Kepuasan Anda Adalan Kepuasan Kami”.

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam, berdiri diatas lahan seluas

2989,12 m2 dengan luas bangunan saat ini mencapai 7771,71 m2 dengan

jumlah poli klinik 20 ruangan, ruang rawat inap jalan 169 tempat tidur.

Wilayah Rumah Sakit Harapan Bunda Batam berada di Jalan

Seraya No. 1 berbatasan dengan :

4.1.1.1 Bagian utara : Berbatasan dengan SPBU seraya bawah

4.1.1.2 Bagian selatan : Berbatasan dengan Hotel Asialink

4.1.1.3 Bagian timur : Berbatasan dengan Sekolah Kartini

4.1.1.4 Bagian barat : Berbatasan dengan Hotel K

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam mulai beroperasi pada

tanggal 05 juni 1986 izin no. YM 02.04.3.10804 yang dikeluarkan oleh

Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Dalam perjalanannya Rumah

Sakit Harapan Bunda merupakan Rumah Sakit Swasta yang pertama di

65
66

kota Batam dan mempunyai jaringan kerja sama baik dalam negeri

maupun luar negeri. Rumah Sakit Harapan Bunda Batam mempunyai

tenaga medis dokter yang telah memiliki cukup pengalaman baik itu

dokter umum maupun dokter spesialis. Rumah Sakit Harapan Bunda

Batam merupakan rumah sakit bertipe C, Rumah Sakit Harapan Bunda

sudah terakreditasi B sejak bulan Januari 2017.

Sebagai rumah sakit yang selalu memberikan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, dan terus menerus memperbarui peralatan

diagnostik dengan mengikuti perkembangan teknologi yang makin

berkembang saat ini. Tentunya hal ini sangat membantu dalam beragam

tindakan terhadap gangguan kesehatan seperti ortopedik, saraf, dan

operasi lainnya. Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Harapan

Bunda Batam yaitu tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, tenaga

farmasi, gizi, radiologi, perawat anastesi, dan tenaga penunjang lainnya.


67

4.2 Hasil Studi Kasus

4.2.1 Pengkajian

Tabel 4.1
Hasil Anamnesa Pasien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah
Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Identitas pasien Pasien 1 Pasien 2


Biodata
Nama Ny. N Ny. M
Umur 36 tahun 23 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA Sarjana
Pekerjaan IRT IRT
Riwayat Haid
Menarche Usia 15 tahun Pasien Lupa
Lama Haid 5-7 hari 7 hari
Sifat Darah Darah merah, tidak Darah merah, tidak
menggumpal, kadang menggumpal, kadang
kadang desminore. kadang desminore.
HPHT 03 Maret 2021 18 Mei 2021
Riwayat penyakit
Keluhan utama Mual, muntah, lemas, Mual, muntah, lemas,
nafsu makan berkurang, pusing dan nafsu makan
lemas, merasa haus, nyeriberkurang, lemas, pusing,
pada ulu hati merasa haus nyeri pada
ulu hati
Riwayat penyakit Pasien mengatakan Pasien mengatakan belum
dahulu pernah mengalami mual pernah mengalami
muntah saat hamil pada 7 penyakit yang sama
tahun lalu. sebelumnya.
Riwayat
Persalinan
Tahun 2014 Pasien belum pernah
Usia kehamilan 9 bulan mengalami persalinan
Jenis persalinan Normal
Penolong Bidan
Jenis kelamin bayi Perempuan
Normal dan lengkap
68

Keadaan bayi
waktu lahir
Nutrisi dan cairan Pasien sulit makan Pasien sulit makan
maupun minum, pasien maupun minum, klien
hanya mampu makan 2 hanya mampu makan 1-2
sendok/porsi. Pasien sendok/porsi. Pasien
hanya memakan nasi dan hanya memakan nasi dan
lauk saja. Namun setiap lauk saja. Namun klien
masuk makanan dan menghindari makanan
minuman pasien mual dan minuman karena
dan muntah. Setiap setiap masuk makanan
minum 1-2 teguk pasien dan minuman pasien
muntah lagi. Pasien merasa mual dan muntah.
muntah ≥ 10 kali ± 700 Pasien hanya mampu
cc. Pasien terpasang infus minum beberapa teguk
RL 500 cc. Air saja. Pasien muntah ≥ 10
metabolisme 225 cc. IWL kali ± 600 cc. Pasien
675 cc. terpasang infus RL 500
cc. Air metabolisme 250
cc, IWL 750 cc.
Pola eliminasi Pasien BAK 6 kali Pasien BAK 4 kali
BAK dan BAB dengan frekuensi sedikit dengan frekuensi sedikit
± 300 cc, bewarna kuning ± 200 cc bewarna kuning
pekat. Pasien belum ada pekat. Pasien belum ada
BAB sejak 2 hari lalu. BAB hari ini.
Pola istirahat Pasien mampu tidur 8 jam Pasien mampu tidur 8 ½
tidur perhari. Pasien tidak ada jam perhari. Pasien tidak
masalah sulit tidur, ada masalah sulit tidur,
kadang-kadang pasien kadang-kadang pasien
terbangun untuk BAK. terbangun untuk BAK.
Pasien tidak terbiasa tidur Pasien kadang-kadang
siang. tidur siang ± 30 menit.
Personal Hygiene Pasien mandi 2 kali/hari, Pasien mandi 2 kali/hari,
kadang hanya dilap-lap kadang hanya dilap-lap
saja di bantu oleh saja di bantu oleh
keluarga. Gosok gigi 2 keluarga. Gosok gigi 2
kali/hari. Pasien kali/hari. Pasien
mengganti pakaian 2 mengganti pakaian 2
kali/hari. kali/hari.
69

Aktivitas fisik Pasien mengatakan sulit Pasien mengatakan sulit


melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari karena merasa sehari-hari karena merasa
lemas. lemas dan pusing.

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah
Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Observasi Pasien 1 Pasien 2


Keadaan umum Pasien tampak lemas, Pasien tampak lemas,
mukosa bibir kering, mukosa bibir kering,
Tingkat kesadaran mata tampak cekung. mata tampak cekung.
TTV TD: 90/60 mmHg TD: 90/60 mmHg
HR: 110 kali/menit HR: 106 kali/menit
RR: 21 kali/menit RR: 22 kali/menit
S : 36,8oC S : 36,6oC
BB/TB 45 Kg / 157 cm 50 Kg / 154 cm
Pemeriksaan fisik
Sistem Pernapasan:
Jalan napas Bersih Bersih
Pernapasan Tidak sesak Tidak sesak
Otot bantu napas Tidak ada Tidak ada
Frekuensi 21 x/menit 22 x/menit
Irama Tidak teratur Tidak teratur
Kedalaman Dalam Dalam
Batuk Tidak Ya (non produktif)
Terdapat darah Tidak ada Tidak ada
Suara napas Normal Normal

Sistem Kardiovaskuler:
Nadi 110 x/menit 106 x/menit
Irama Tidak teratur Tidak teratur
Denyut Lemah Lemah
Tekanan darah 90/60 mmHg 90/60 mmHg
Distensi vena jugularis
Kanan Tidak ada Tidak ada
Kiri Tidak ada Tidak ada
Temperatur kulit Hangat Hangat
Warna kulit Pucat Pucat
70

Pengisian kapiler ≥ 2 detik ≥ 2 detik


Edema Tidak ada Tidak ada

Sistem Pencernaan :
Keadaan mulut Baik Baik
Kesulitan menelan Tidak Tidak
Keadaan saliva Normal Normal
Mual Iya Iya
Muntah Iya Iya
Isi Makanan, cairan Makanan, cairan
Warna Sesuai makanan Sesuai makanan
Nafsu makan Kurang Kurang
Nyeri daerah perut Iya Iya
Rasa penuh di perut Tidak Tidak
Karakteristik nyeri abdomen Seperti ditusuk-tusuk Seperti ditusuk-tusuk
Lokasi nyeri Setempat Setempat
Kebiasaan BAB 1 x/hari 1 x/hari
Bising usus 14 x/menit 15 x/menit
Diare Tidak ada Tidak ada
Warna feses Coklat Coklat
Konsistensi feses Padat Padat
Konstipasi Tidak ada Tidak ada
Hepar Teraba Teraba
abdomen Baik Baik

Sistem Persyarafan :
Tingkat kesadaran Composmentis Composmentis
Pupil Isokor Isokor
Reaksi pupil terhadap cahaya
Kanan Positif Positif
Kiri Positif Positif
Glasgow Coma Skala (GCS) 15 (E: 4, M: 6, V: 5) 15 (E: 4, M: 6, V: 5)
Tanda peningkatan tekanan Tidak ada Tidak ada
intrakranial

Sistem Panca Indra :


Posisi mata Simetris Simetris
Kelopak mata Normal Normal
Gerakan kelopak mata Normal Normal
Pergerakan bola mata Normal Normal
71

Konjungtiva Anemis Anemis


Kornea Normal Normal
Sklera Anikterik Anikterik
Pupil Isokor Isokor
Otot-otot mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Fungsi penglihatan Baik Baik
Tanda-tanda radang Tidak ada Tidak ada
Pemakaian kaca mata Tidak ada Tidak ada
Pemakaian lensa kontak Tidak ada Tidak ada

Sistem Perkemihan :
BAK 6 kali/hari 4 kali/hari
Jumlah/24 jam Sedikit (300 cc) Sedikit (200 cc)
Warna Kuning pekat Kuning pekat
Rasa sakit waktu BAK Tidak Tidak
Distensi kandung kemih Tidak Tidak
Keluhan sakit pinggang Tidak Tidak
Pembesaran kelenjar prostat Tidak Tidak

Sistem Integumen :
Keadaan rambut
Tekstur Baik Baik
Ketombe Tidak ada Tidak ada
Kebersihan Iya Iya
Kuku
Kebersihan Iya Iya
Panjang Tidak Tidak
Kulit
Turgor kulit Baik Baik
Warna kulit Pucat Pucat
Keadaan kulit Baik (Kering) Baik (Kering)
kebersihan baik Baik

Sistem Endokrin :
Nafas berbau keton Tidak Tidak
Gangren Tidak ada Tidak ada
Exothalamus Tidak Tidak
Tremor Tidak Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid Tidak ada Tidak ada
72

Sistem Muskuloskeletal :
Kesulitan dalam pergerakan Tidak ada Tidak ada
Sakit pada tulang, sendi Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada
Kontraktur pada persendian Tidak Tidak
ekstremitas
Tonus otot Baik Baik
Kelainan bentuk tulang Tidak ada Tidak ada
Kelemahan/kelumpuhan Tidak ada Tidak ada

4.2.2 Analisa Data

Tabel 4.3
Analisa Data Pasien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah
Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Data Etiologi Problem


Pasien 1 Peningkatan HCG, Hipovolemia
Data Subjektif : esterogen dan
1. Pasien mengatakan merasa progesteron selama
lemas kehamilan
2. Pasien mengatakan mual
muntah lebih dari 10 kali Penurunan motilitas
perhari lambung
3. Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang Mual muntah
4. Pasien mengatakan merasa berlebihan
haus namun setiap minum
beberapa teguk muntah Kehilangan cairan
lagi berlebihan
Data Objektif :
1. Pasien tampak lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Mata tampak cekung
4. Kulit pasien tampak kering
5. Turgor kulit ≥ 2 detik
6. Vital Sign :
TD: 90/60 mmHg
HR: 110 x/menit
RR: 21 x/menit
73

S : 36,8 oC
7. Balance Cairan
Intake :
Makan minum: 100 cc
infus : 350 cc
Am : 225 cc
Injeksi : 14 cc
Total : 689 cc
Outout :
BAK : 300 cc
Muntah : 700 cc
IWL : 675 cc
Total : 1.675 cc
Intake-Output :
689 – 1.675 : - 986 cc
Pasien 2 Peningkatan HCG, Hipovolemia
Data Subjektif : esterogen dan
1. Pasien mengatakan merasa progesteron selama
lemas kehamilan
2. Pasien mengeluh pusing
3. Pasien mengatakan mual Penurunan motilitas
muntah lebih dari 10 kali lambung
perhari
4. Pasien mengatakan nafsu Mual muntah
makan berkurang berlebihan
5. Pasien mengatakan merasa
haus Kehilangan cairan
6. Pasien mengatakan setiap berlebihan
masuk makanan ataupun
minuman pasien muntah
kembali
Data Objektif :
1. Pasien tampak lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Mata tampak cekung
4. Kulit pasien kering
5. Turgor kulit ≥ 2 detik
6. Vital Sign :
TD: 90/60 mmHg
HR: 106 x/menit
74

RR: 22 x/menit
S : 36,6 oC
7. Balance Cairan
Intake :
Makan minum: 100 cc
infus : 200 cc
Am : 250 cc
Injeksi : 12 cc
Total : 562 cc
Outout :
BAK : 200 cc
Muntah : 600 cc
IWL : 750 cc
Total : 1.550 cc
Intake-Output :
562 – 1.550 : - 988 cc

4.2.3 Diagnosa Keperawatan

Pasien 1

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan

Pasien 2

2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan
75

4.2.4 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.4
Intervensi Keperawatan Pasien 1 Dan Pasien 2 Hiperemesis Gravidarum
Dengan Masalah Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia
Batasan 1. Kekuatan nadi Observasi :
karakteristik : meningkat 1. Periksa tanda dan gejala
1. Frekuensi 2. Turgor kulit hipovolemia (misal frekuensi nadi
nadi meningkat meningkat, nadi teraba lemah,
meningkat 3. Output urine tekanan darah menurun, tekanan
2. Nadi teraba meningkat nadi menyempit, turgor kulit
lemah 4. Keluhan haus menurun, membran mukosa kering,
3. Tekanan menurun volume urine menurun, hematokrit
darah 5. Frekuensi nadi meningkat, haus, lemah.)
menurun membaik 2. Monitor intake dan output cairan
4. Tekanan 6. Tekanan darah Terapeutik :
nadi membaik 3. Hitung kebutuhan cairan
menyempit 7. Tekanan nadi 4. Berikan asupan cairan oral
5. Turgor kulit membaik Edukasi :
menurun 8. Membran 5. Anjurkan memperbanyak asupan
6. Membran mukosa cairan oral
mukosa membaik 6. Anjurkan menghindari perubahan
kering 9. Intake cairan posisi mendadak
7. Volume membaik Kolaborasi :
urine 7. Kolaborasi pemberian cairan IV
menurun Keseimbagan isotonis (misal; NaCl, RL)
8. Hematokrit Cairan
meningkat 1. Asupan cairan Manajemen Muntah
9. Status meningkat Observasi :
mental 2. Haluaran urin 1. Identifikasi karakteristik muntah
berubah meningkat (misal; warna, konsistensi, adanya
10. Suhu tubuh 3. Kelembaban darah, waktu, frekuensi dan durasi)
meningkat membran 2. Identifikasi faktor penyebab
11. Berat badan mukosa muntah (misal; pengobatan dan
turun tiba- meningkat prosedur)
tiba 4. Dehidrasi 3. Monitor efek manajemen muntah
12. Merasa menurun secara menyeluruh
lemah 5. Tekanan darah Terapeutik :
13. Merasa membaik 4. Atur posisi untuk mencegah
haus 6. Denyut nadi aspirasi
membaik 5. Bersihkan mulut dan hidung
76

7. Turgor kulit 6. Berikan dukungan fisik saat


membaik muntah (misal; membantu
8. Mata cekung membungkuk atau menundukkan
membaik kepala)
7. Berikan kenyamanan selama
muntah (misal; kompres dingin di
dahi, atau sediakan pakaian kering
dan bersih)
Edukasi :
8. Anjurkan membawa kantong
plastik untuk menampung muntah
9. Anjurkan memperbanyak istirahat
10. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengelola muntah (misal;
biofeedback, hipnosis, relaksasi,
terapi musik, akupresur)
Kolaborasi :
11. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu

4.2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.5
Implementasi Keperawatan Pada Pasien 1 Hiperemesis Gravidarum
Dengan Masalah Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda

Hari / Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal
Rabu, 10.40 1. Memeriksa tanda-tanda vital S :
02 Juni (TD: 90/60 mmHg, HR: 110 1. Pasien mengatakan mual
2021 x/menit, RR: 21 x/menit, S: muntah lebih dari 10 kali
o
36,8 C) perhari
10.50 2. Memeriksa tanda dan gejala 2. Pasien mengeluh lemas
hipovolemia 3. Pasien mengatakan tidak
(Frekuensi nadi pasien nafsu makan
meningkat (110 x/menit), 4. Pasien mengatakan merasa
nadi teraba lemah, tekanan haus namun baru minum
darah menurun (90/60 beberapa teguk pasien
mmHg), membran mukosa muntah
kering, turgor kulit ≥ 2 detik, O :
pasien mengeluh haus, 1. Pasien tampak lemas
2. Mukosa bibir pasien kering
77

pasien tampak lemah, dan 3. Mata pasien tampak


mata cekung) cekung
11.00 3. Menimbang berat badan 4. Pasien terlihat muntah
pasien beberapa kali
(BB pasien 45 Kg) 5. Berat badan pasien 45 Kg
11.02 4. Memonitor intake output A:
cairan dan menghitung Masalah belum teratasi
kebutuhan cairan pasien P:
(Intake : Intervensi di lanjutkan
Makan minum: 100 cc (Nomor 1-16)
Infus : 350 cc
Am : 225 cc
Injeksi : 14 cc
Total : 689 cc
Outout :
BAK : 300 cc
Muntah : 700 cc
IWL : 675 cc
Total : 1.675 cc
Intake-Output :
689 – 1.675 : - 986 cc)
11.15 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
11.20 6. Mengganti cairan infus NS
500 cc fls 2 (40 Tpm)
12.03 7. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah lebih dari 10
kali perhari)
12.05 8. Mengidentifikasi
karakteristik muntah
(Pasien muntah berisi
makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
78

darah, frekuensi muntah


lebih dari 10 kali perhari)
12.10 9. Mengidentifikasi faktor
penyebab muntah
(Pasien muntah akibat hamil
muda, saat masuk makanan
dan minuman pasien
muntah)
12.15 10. Memberi dukungan fisik
selama muntah
(Pasien muntah dengan
dukungan fisik yang di
berikan yaitu membungkuk)
12.17 11. Membantu pasien untuk
membersihkan mulut dan
hidung
(Pasien sudah merasa
nyaman dan mulut serta
hidung sudah bersih)
12.20 12. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler)
12.23 13. Menganjurkan membawa
kantong pelastik untuk
menampung muntah
(Pasien mengatakan mau
membawa kantong untuk
menampung muntahnya)
13.00 14. Mengajarkan pasien
melakukan teknik nafas
dalam untuk mengurangi
muntah
(Pasien mampu untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman)
13.15 15. Memberikan kenyamanan
selama pasien muntah
79

(Dengan menyiapkan
pakain kering dan bersih
untuk pasien)
13.20 16. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
istirahat)
Kamis, 08.00 1. Memeriksa tanda-tanda vital S:
03 Juni (TD: 100/60 mmHg, HR: 85 1. Pasien mengatakan masih
2021 x/menit, RR: 18 x/menit, S: mual muntah lebih dari 10
36,3oC) kali perhari namun
08.15 2. Memeriksa tanda dan gejala muntahnya tidak sebanyak
hipovolemia kemarin.
(Frekuensi nadi pasien (85 2. Pasien merasa badannya
x/menit), nadi teraba lemah, lebih enakan
tekanan darah (100/60 3. Pasien mengatakan sudah
mmHg), membran mukosa tidak merasa haus
lembab, turgor kulit ≤ 2 O:
detik, pasien sudah tidak 1. Pasien tampak masih
mengeluh haus, dan pasien sedikit lemas
masih tampak sedikit lemas) 2. Mukosa bibir pasien
08.25 3. Menimbang berat badan lembab
pasien 3. Pasien hanya mampu
(BB pasien 45 Kg) menghabiskan 3-5 suap
08.27 4. Memonitor intake dan saja dalam 1 porsi yang di
output cairan dan berikan oleh rumah sakit
menghitung kebutuhan 4. Pasien terlihat muntah
cairan pasien beberapa kali
(Intake : 5. Berat badan pasien 45 Kg
Makan minum: 300 cc A:
Infus : 1.750 cc Masalah teratasi sebagian
Am : 225 cc P:
Injeksi : 28 cc Intervensi di lanjutkan
Total : 2.303cc (Nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12,
Outout : 17, 18)
BAK : 900 cc
Muntah : 400 cc
IWL : 675 cc
Total : 1.975 cc
80

Intake-Output :
2.203 – 1.975 : + 128 cc)
08.35 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan sudah
mampu menghabiskan 2
cangkir kecil dan pasien
mau untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
09.00 6. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah lebih dari 10
kali perhari, namun
frekuensinya tidak sebanyak
kemarin)
09.05 7. Memberika dukungan fisik
selama pasien muntah
(Pasein muntah dengan
dukungan fisik yaitu
membungkuk)
09.17 8. Membantu pasien untuk
membersihkan hidung dan
mulut
(Pasien mengatakan merasa
lebih nyaman dan merasa
hidung dan mulutnya lebih
bersih)
09.20 9. Memberikan kenyamanan
selama pasien muntah
(Menyiapkan pakaian
kering dan bersih pasien)
09.23 10. Mengidentifikasi
karakteristik muntah
(Pasien muntah berisi
makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
darah, frekuensi muntah
lebih dari 10 kali perhari)
81

09.25 11. Mengidentifikasi faktor


penyebab muntah
(Pasien muntah akibat hamil
muda, setiap masuk
makanan dan minuman
pasien muntah)
09.27 12. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien mengatakan merasa
nyaman dengan posisi semi
fowler)
10.00 13. Mengganti cairan infus
(Infus RL 500 cc fls 5 (40
Tpm)
10.05 14. Menginjeksi ondansentron
2x1
10.07 15. Menginjeksi omeprazole
2x1
10.10 16. Memberikan obat oral
xefazim 3x1
10.20 17. Menganjurkan pasien untuk
melakukan teknik nafas
dalam untuk mengurangi
muntah
(Pasien mengatakan mau
untuk melakukan teknik
napas dalam)
10.30 18. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk meningkatkan
istirahat)
Jumat, 07.30 1. Memeriksa tanda-tanda vital S :
04 Juni (TD: 100/60 mmHg, HR: 83 1. Pasien mengatakan masih
2021 x/menit, RR: 16 x/menit, S: mual muntah lebih dari 10
o
36,4 C) kali perhari namun
07.45 2. Memeriksa tanda dan gejala muntahnya tidak sebanyak
hipovolemia kemarin.
(Frekuensi nadi pasien (83 2. Pasien merasa badannya
x/menit), nadi teraba kuat, lebih enakan
82

tekanan darah (100/60 3. Pasien mengatakan sudah


mmHg), membran mukosa tidak merasa haus
lembab, turgor kulit ≤ 2 O:
detik, pasien tidak mengeluh 1. Pasien tampak lebih segar
haus, pasien tampak tidak 2. Mukosa bibir pasien
lemas lagi) lembab
07.55 3. Menimbang berat badan 3. Pasien hanya mampu
pasien menghabiskan 1/4 porsi
(BB pasien 46 Kg) makan dari rumah sakit
08.00 4. Memonitor intake output 4. Berat badan pasien 46 Kg
cairan dan menghitung A:
kebutuhan cairan pasien Masalah teratasi
(Intake : P:
Makan minum: 500 cc Intervensi di hentikan
Infus : 1.100 cc
Am : 230 cc
Injeksi : 28 cc
Total : 1.858 cc
Outout :
BAK : 800 cc
Muntah : 100 cc
IWL : 690 cc
Total : 1.590 cc
Intake-Output :
1.876 – 1.750 : + 268 cc)
08.20 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
08.22 6. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah ± 7 kali)
08.24 7. Mengidentifikasi
karakteristik muntah
(Pasien muntah berisi
makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
83

darah, frekuensi muntah


kurang lebih 7 kali perhari)
08.26 8. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler)
08.28 9. Menganjurkan pasien
melakukan teknik nafas
dalam untuk mengurangi
muntah
(Pasien mampu untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman)
08.30 10. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
istirahat)

Tabel 4.6
Implementasi Keperawatan Pada Pasien 2 Hiperemesis Gravidarum
Dengan Masalah Hipovolemia Di Rumah Sakit Harapan Bunda

Hari / Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal
Rabu, 17.00 1. Memeriksa tanda-tanda vital S :
09 Juni (TD: 90/60 mmHg, HR: 106 1. Pasien mengatakan mual
2021 x/menit, RR: 22 x/menit, S: muntah lebih dari 10 kali
o
36,6 C) perhari
17.15 2. Memeriksa tanda dan gejala 2. Pasien mengeluh lemas
hipovolemia dan pusing
(Frekuensi nadi pasien 3. Pasien mengatakan tidak
meningkat (106 x/menit), nafsu makan
nadi teraba lemah, tekanan 4. Pasien mengatakan merasa
darah menurun (90/60 haus
mmHg), membran mukosa O :
kering, turgor kulit ≥ 2 detik, 1. Pasien tampak lemas
pasien mengeluh haus, 2. Mukosa bibir pasien kering
84

pasien tampak lemah, dan 3. Mata pasien tampak


mata cekung) cekung
17.20 3. Menimbang berat badan 4. Pasien terlihat muntah
pasien beberapa kali
(BB pasien 50 Kg) 5. Berat badan pasien 50 Kg
17.22 4. Memonitor intake output A :
cairan dan menghitung Masalah belum teratasi
kebutuhan cairan pasien P:
(Intake : Intervensi di lanjutkan
Makan minum: 100 cc (Nomor 1-16)
Infus : 200 cc
Am : 250 cc
Injeksi : 12 cc
Total : 562 cc
Outout :
BAK : 200 cc
Muntah : 600 cc
IWL : 750 cc
Total : 1.530 cc
Intake-Output :
562 – 1.550 : - 988 cc)
17.35 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
17.37 6. Menganjurkan pasien untuk
menghindari perubahan
posisi mendadak
(Pasien mengatakan mau
untuk menghindari posisi
mendadak)
17.40 7. Memberikan dukungan fisik
selama pasien muntah
(Pasien muntah dengan
dukungan fisik yaitu
membungkuk)
85

17.42 8. Membantu pasien


membersihkan hidung dan
mulutnya
(Pasien mengatakan hidung
dan mulutnya sudah lebih
bersih)
17.45 9. Memberikan kenyamanan
selama pasien muntah
(Menyiapkan pakaian
kering dan bersih pasien)
18.30 10. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah lebih dari 10
kali perhari)
18.35 11. Mengidentifikasi
karakteristik muntah
(Pasien muntah berisi
makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
darah, frekuensi muntah
lebih dari 10 kali perhari)
18.40 12. Mengidentifikasi faktor
penyebab muntah
(Pasien muntah akibat hamil
muda, pasien muntah ketika
makan dan minum)
18.43 13. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler)
18.45 14. Menganjurkan membawa
kantong pelastik untuk
menampung muntah
(Pasien mengatakan mau
membawa kantong untuk
menampung muntahnya)
18.47 15. Mengajarkan pasien
melakukan teknik nafas
86

dalam untuk mengurangi


muntah
(Pasien mampu untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman)
19.00 16. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
istirahat)
Kamis, 15.00 1. Mengukur tanda-tanda vital S:
10 Juni (TD: 90/60 mmHg, HR: 86 1. Pasien mengatakan masih
2021 x/menit, RR: 19 x/menit, S: mual muntah lebih dari 10
36,5oC) kali perhari
15.15 2. Memeriksa tanda dan gejala 2. Pasien merasa badannya
hipovolemia masih sudah agak enakan
(Frekuensi nadi pasien (86 tapi masih sedikit lemas
x/menit), nadi teraba kuat, 3. Pasien mengatakan sudah
tekanan darah (90/60 tidak merasa haus
mmHg), membran mukosa O:
lembab, turgor kulit ≤ 2 1. Pasien tampak lebih
detik, pasien tidak mengeluh tenang
haus, pasien tampak masih 2. Mukosa bibir pasien
lemas) lembab
15.30 3. Menimbang berat badan 3. Pasien terlihat masih
pasien lemah
(BB pasien 50 Kg) 4. Pasien terlihat muntah
15.32 4. Memonitor intake output beberapa kali
cairan dan menghitung 5. Berat badan pasien 50 Kg
kebutuhan cairan pasien A:
(Intake : Masalah teratasi sebagian
Makan minum: 100 cc P:
Infus : 1.850 cc Intervensi di lanjutkan
Am : 250 cc (Nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12, 13,
Injeksi : 26 cc 15, 17, 18)
Total : 2.226 cc
Outout :
BAK : 800 cc
Muntah : 500 cc
87

IWL : 750 cc
Total : 2.050 cc
Intake-Output :
2.226 – 2.050 : + 176 cc)
15.40 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
15.42 6. Menganjurkan pasien untuk
menghindari perubahan
posisi mendadak
(Pasien mengatakan mau
untuk menghindari posisi
mendadak)
16.20 7. Menginjeksi ondansentron
3x1
16.21 8. Menginjeksi omeprazole
2x1
17.00 9. Memberi dukungan fisik
selama pasien muntah
(Pasien muntah dengan
dukungan fisik yaitu
membungkuk)
17.03 10. Membantu pasien
membersihkan hidung dan
mulutnya
(Pasien mengatakan hidung
dan mulutnya sudah lebih
bersih)
17.05 11. Memberikan kenyamanan
selama pasien muntah
(Menyiapkan pakaian
kering dan bersih pasien)
17.30 12. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah lebih dari 10
kali perhari)
88

17.33 13. Mengidentifikasi


karakteristik muntah
(Pasien muntah berisi
makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
darah, frekuensi muntah
lebih dari 10 kali perhari)
17.35 14. Mengidentifikasi faktor
penyebab muntah
(Pasien muntah akibat hamil
muda, saat makan dan
minum pasien muntah)
17.37 15. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler)
17.40 16. Menganjurkan membawa
kantong pelastik untuk
menampung muntah
(Pasien mengatakan mau
membawa kantong untuk
menampung muntahnya)
17.45 17. Menganjurkan pasien
melakukan teknik nafas
dalam untuk mengurangi
muntah
(Pasien mampu untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman)
17.50 18. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
istirahat)
Jum’at, 14.50 1. Memeriksa tanda-tanda vital S :
11 Juni (TD: 100/60 mmHg, HR: 82 1. Pasien mengatakan masih
2021 x/menit, RR: 16 x/menit, S: mual muntah sudah
o
36, 3 C) berkurang
89

15.00 2. Memeriksa tanda dan gejala 2. Pasien merasa badannya


hipovolemia masih sudah enakan
(Frekuensi nadi pasien (82 3. Pasien mengatakan sudah
x/menit), nadi teraba kuat, tidak merasa haus
tekanan darah (100/60 O:
mmHg), membran mukosa 1. Pasien tampak lebih
lembab, turgor kulit ≤ 2 tenang dan segar
detik, pasien tidak mengeluh 2. Mukosa bibir pasien
haus, pasien tampak tidak lembab
lemas lagi) 3. Pasien mampu
15.15 3. Menimbang berat badan menghabiskan 1/4 porsi
pasien makanan, dan ± 300 cc air
(BB pasien 51 Kg) putih
15.17 4. Memonitor intake output 4. Berat badan pasien 51 Kg
cairan dan menghitung A:
kebutuhan cairan pasien Masalah teratasi
(Intake : P:
Makan minum: 500 cc Intervensi di hentikan
Infus : 1.200 cc
Am : 255 cc
Injeksi : 26 cc
Total : 1.981 cc
Outout :
BAK : 900 cc
Muntah : 100 cc
IWL : 765 cc
Total : 1.765 cc
Intake-Output :
1.876 – 1.750 : + 216 cc)
15.30 5. Menganjurkan pasien untuk
memperbanyak asupan
cairan oral
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
asupan cairan oral)
15.35 6. Mengidentifikasi frekuensi
muntah
(Pasien muntah ± 5-6)
15.40 7. Mengidentifikasi
karakteristik muntah
90

(Pasien muntah berisi


makanan dan minuman
sesuai yang pasien
konsumsi, tidak terdapat
darah, frekuensi muntah
kurang lebih 5-6 kali
perhari)
15.45 8. Mengatur posisi untuk
mencegah aspirasi
(Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler)
15.50 9. Menganjurkan pasien
melakukan teknik nafas
dalam untuk mengurangi
muntah
(Pasien mampu untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dan pasien
merasa lebih nyaman)
16.00 10. Mengajurkan pasien untuk
memperbanyak istirahat
(Pasien mengatakan mau
untuk memperbanyak
istirahat)
91

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengkajian

Hasil dari pengkajian di dapatkan oleh penulis data pada pasien 1

(Ny. N/36 tahun), Hiperemesis Gravidarum G2 P1 A0, usia kehamilan 9

minggu, data yang muncul yaitu hiperemesis gravidarum tingkat 1

dengan tanda-tanda vital: tekanan darah; 90/60 mmHg, nadi; 93 x/menit,

pernafasan 21 x/menit, suhu; 36,8oC. Pasien mengalami mual dan

muntah lebih dari 10 kali berisi cairan dan makanan yang di konsumsi (±

700 cc), lemas, mata cekung, konjungtiva anemis, nyeri ulu hati, klien

hanya mampu menghabiskan 6 sendok makan/hari dan minum beberapa

teguk (± 100 cc), BAK 6 kali dengan frekuensi sedikit (± 600 cc), cairan

infus yang masuk ke dalam tubuh pasien 350 cc, injeksi 14 cc, berat

badan 45 Kg, air metabolisme 225 cc, IWL 675 cc, balance cairan -986

cc.

Pengkajian yang di dapatkan pada pasien 2 (Ny. M/23 tahun),

Hiperemesis gravidarum G1 P0 A0, usia kehamilan 3 minggu, data yang

muncul yaitu hiperemesis gravidarum tingkat 1 dengan tanda-tanda vital;

tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 98 x/menit, pernafasan: 22 x/menit,

suhu: 36,6oC. Pasien mengalami mual dan muntah lebih dari 10 kali

berisi cairan dan makanan yang di konsumsi (± 600 cc), lemas, pusing,

mata cekung, konjungtiva anemis, nyeri ulu hati, klien hanya mampu

menghabiskan 6 sendok makanan/hari dan minum beberapa teguk (± 100

cc), BAK 4 kali dengan frekuensi sedikit (± 200 cc), cairan infus yang
92

masuk ke dalam tubuh pasien 200 cc, injeksi 12 cc, berat badan 50 Kg,

air metabolisme 250 cc, balance cairan -988 cc.

Berdasarkan ulasan diatas, hasil data pasien 1 dan 2 termasuk

golongan hiperemesis gravidarum tingkat 1 (ringan) dengan mengalami

salah satu tanda dan gejala umum lemas, tidak nafsu makan, mata

cekung, mual dan muntah lebih dari 10 kali/hari, tekanan darah sistol

menurun, dan nyeri pada ulu hati.

Menurut Nurarif Huda A & Kusuma Hardhi (2015) tanda dan

gejala Hiperemesis Gravidarum, tingkat I (ringan) yaitu mual dan muntah

terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini

klien merasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan

tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh,

turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.

Dari hasil pengkajian dan teori diatas sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Christina Ayu Savitri (2019) dengan judul Asuhan

Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah

Hipovolemia Di Rumah Sakit Waluya Malang, saat dilakukan

pengkajian di dapatkan kesadaran pasien kompos mentis, tekanan darah

90/70 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,4oC, pernapasan 22 x/menit, jika

makan atau minum klien langsung muntah sehingga tubuh klien lemas,

mata cekung, mukosa bibir kering.


93

Penulis menyimpulkan bahwa berdasarkan pengkajian yang

didapat sejalan dengan teori yang ada dimana terdapat mual muntah terus

menerus, lemah, nafsu makan menurun, mata cekung, mukosa bibir

kering, tekanan darah sistol menurun, dan nyeri pada epigastrium.

4.3.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian yang didapatkan bisa di tegakkan diagnosa

keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu hipovolemia berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan. Penulis menegakkan diagnosa ini

karena diperoleh dari data yang menunjang saat pengkajian terdapat

antara pasien 1 dan pasien 2 yaitu adanya keluhan mual muntah terus

menerus lebih dari 10 kali perhari, klien tidak nafsu makan, klien merasa

haus, dan klien merasa lemas, mukosa bibir kering, mata cekung,

penurunan tekanan darah, tekanan nadi menurun, peningkatan frekuensi

nadi, peningkatan laju pernapasan, dan nyeri pada epigastrium.

Menurut penelitian Christina Ayu Savitri (2019) dengan judul

Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah

Hipovolemia Di Rumah Sakit Waluya Malang, saat dilakukan

pengkajian pada kedua pasien diagnosa keperawatan yang di dapatkan

oleh Christina Ayu Savitri adalah hipovolemia berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih di tandai dengan mual muntah berlebihan,

mata cekung, mukosa bibir kering, intake cairan yang tidak adekuat,

tekanan darah menurun.


94

Pada buku Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis

Gravidarum Penerapan Konsep Dan Teori Keperawatan (2019) diagnosa

yang mungkin muncul pada Hiperemesis Gravidarum adalah

Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan.

Penulis menyimpulkan bahwa, hasil penelitiannya mengarah pada

salah satu diagnosa yang muncul pada teori yaitu Hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.

4.3.3 Intervensi Keperawatan

Tujuan keperawatan pasien 1 dan 2 yaitu terbebas dari mual

muntah yang berlebihan dan terpenuhi kebutuhan cairan pasien.

Indikator yang didapat pada pasien 1 yaitu mengeluh mual muntah lebih

dari 10 kali, tidak nafsu makan, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis,

mata cekung, lemas, nyeri ulu hati, tekanan darah : 90/60 mmHg, nadi :

93 x/menit, suhu 36,8oC, pernapasan : 21 x/menit.

Indikator yang didapat pada pasien 2 yaitu mengeluh mual muntah

lebih dari 10 kali, nyeri ulu hati, mukosa bibir kering, konjungtiva

anemis, mata cekung, nyeri pada ulu hati, pasien juga mengeluh pusing

dan lemas, tekanan darah : 90/60 mmHg, nadi : 98 x/menit, suhu : 36,6oC,

pernapasan : 22 x/menit.
95

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu

mengatur dan memonitor intake output terdiri dari observasi, terapeutik,

edukasi, kolaborasi dengan cara mengobservasikan vital sign, memonitor

mual dan muntah, mengkaji kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan cairan, memonitor intake dan output cairan, memonitor

adanya tanda dan gejala syok hipovolemia, serta melakukan pendidikan

kesehatan tentang penyakit yang diderita.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Christina Ayu Savitri (2019)

dengan judul Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum

Dengan Masalah Hipovolemia Di Rumah Sakit Waluya Malang, rencana

keperawatan yang pertama dilakukan adalah menimbang berat badan,

kedua yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, ketiga yaitu memonitor

tanda-tanda hipovolemia, ke empat yaitu mempertahankan intake dan

output cairan, kelima yaitu memberi informasi tentang minuman air jahe

hangat untuk mengurangi mual muntah dengan dosis 2 x 250 ml dalam

sehari.

Pada buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) pada

pasien hiperemesis gravidarum dengan diagnosa hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dapat di lakukan

intervensi pertama Manajemen Hipovolemia yaitu dengan cara periksa

tanda dan gejala hipovolemia, monitor intake dan output cairan, hitung

kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral, anjurkan memperbanyak


96

asupan cairan oral, anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak,

kolaborasi pemberian cairan IV isotonis.

Intervensi kedua yaitu Manajemen Muntah dengan cara

identifikasi karakteristik muntah, periksa volume muntah, identifikasi

faktor penyebab muntah, monitor efek manajemen muntah secara

menyeluruh, atur posisi untuk mencegah aspirasi, bersihkan mulut dan

hidung, berikan dukungan fisik saat muntah, berikan kenyamanan selama

muntah, anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah,

anjurkan memperbanyak istirahat, ajarkan teknik nonfarmakologi untuk

mengelola muntah, Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu.

Intervensi perlu dilakukan agar tercapainya kriteria hasil yang

diinginkan yaitu tanda-tanda vital membaik, keluhan haus menurun,

membran mukosa membaik, suhu tubuh membaik, mata cekung

membaik, turgor kulit membaik, status mental membaik, dan intake

cairan terpenuhi. Penulis menyimpulkan bahwa intervensi yang

dilakukan pada pasien 1 dan 2 disesuaikan dengan tanda gejala pasien

tersebut.

4.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan perawat sesuai

dengan rencana yang disusun, sesuai dengan rencana tindakan

implementasi yang dilakukan pada pasien 1 hari pertama sesuai dengan

rencana keperawatan yang diperlukan. Tindakan tersebut antara lain

yaitu: memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi:


97

110 x/menit, pernapasan: 21 x/menit, suhu: 36,8oC), memeriksa tanda

dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien meningkat (110 x/menit),

nadi teraba lemah, tekanan darah menurun (90/60 mmHg), membran

mukosa kering, turgor kulit ≥ 2 detik, pasien mengeluh haus, pasien

tampak lemah, dan mata cekung), menimbang berat badan pasien (berat

badan pasien 45 Kg), memonitor intake output cairan dan menghitung

kebutuhan cairan pasien (makan minum: ± 100 cc, infus: 350 cc, air

metabolisme: 225 cc, injeksi: 14 cc, BAK: ± 300 cc, muntah: ± 700 cc,

IWL: 675 cc, balance cairan: - 986 cc), menganjurkan pasien untuk

memperbanyak asupan cairan oral (pasien mengatakan mau untuk

memperbanyak asupan cairan oral), mengganti cairan infus NS 500 cc fls

2 (40 tpm), mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien muntah lebih dari

10 kali perhari), mengidentifikasi karakteristik muntah (pasien muntah

berisi makanan dan minuman sesuai yang pasien konsumsi, tidak

terdapat darah, frekuensi muntah lebih dari 10 kali perhari),

mengidentifikasi faktor penyebab muntah (pasien muntah akibat hamil

muda, saat masuk makanan dan minuman pasien muntah), memberi

dukungan fisik selama muntah (pasien muntah dengan dukungan fisik

yang di berikan yaitu membungkuk), membantu pasien untuk

membersihkan mulut dan hidung (pasien sudah merasa nyaman dan

mulut serta hidung sudah bersih), mengatur posisi untuk mencegah

aspirasi (pasien nyaman dengan posisi semi fowler), menganjurkan

membawa kantong pelastik untuk menampung muntah (pasien


98

mengatakan mau membawa kantong untuk menampung muntahnya),

mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi

muntah (pasien mampu untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam

dan pasien merasa lebih nyaman), memberikan kenyamanan selama

pasien muntah (dengan menyiapkan pakain kering dan bersih untuk

pasien), mengajurkan pasien untuk memperbanyak istirahat (pasien

mengatakan mau untuk memperbanyak istirahat).

Implementasi yang dilakukan pada hari kedua pasien 1 yaitu:

memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 85

x/menit, pernapasan: 18 x/menit, suhu: 36,3oC), memeriksa tanda dan

gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien (85 x/menit), nadi teraba

lemah, tekanan darah (90/60 mmHg), membran mukosa lembab, turgor

kulit ≤ 2 detik, pasien sudah tidak mengeluh haus, dan pasien masih

tampak sedikit lemas), menimbang berat badan pasien (berat badan

pasien 45 Kg), memonitor intake dan output cairan dan menghitung

kebutuhan cairan pasien (makan minum: ± 300 cc, infus: 1.750 cc, air

metabolisme: 225 cc, injeksi: 28 cc, BAK: ±900 cc, muntah: ±400 cc,

IWL: 675 cc, balance cairan: + 128 cc), menganjurkan pasien untuk

memperbanyak asupan cairan oral (pasien mengatakan sudah mampu

menghabiskan 2 cangkir kecil dan pasien mau untuk memperbanyak

asupan cairan oral), mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien muntah

lebih dari 10 kali perhari, namun frekuensinya tidak sebanyak kemarin),

memberika dukungan fisik selama pasien muntah (pasein muntah dengan


99

dukungan fisik yaitu membungkuk), membantu pasien untuk

membersihkan hidung dan mulut (pasien mengatakan merasa lebih

nyaman dan merasa hidung dan mulutnya lebih bersih), memberikan

kenyamanan selama pasien muntah (menyiapkan pakaian kering dan

bersih pasien), mengidentifikasi karakteristik muntah (pasien muntah

berisi makanan dan minuman sesuai yang pasien konsumsi, tidak

terdapat darah, frekuensi muntah lebih dari 10 kali perhari),

mengidentifikasi faktor penyebab muntah, (pasien muntah akibat hamil

muda, setiap masuk makanan dan minuman pasien muntah), mengatur

posisi untuk mencegah aspirasi (pasien mengatakan merasa nyaman

dengan posisi semi fowler), mengganti cairan infus (infus RL 500 cc fls

5 (40 tpm), menginjeksi ondansentron 2x1, menginjeksi omeprazole 2x1,

memberikan obat oral xefazim 3x1, menganjurkan pasien untuk

melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi muntah (pasien

mengatakan mau untuk melakukan teknik napas dalam), mengajurkan

pasien untuk memperbanyak istirahat (pasien mengatakan mau untuk

meningkatkan istirahat).

Implementasi yang dilakukan pada hari ketiga pasien 1 yaitu:

memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 83

x/menit, pernapasan: 16 x/menit, suhu: 36,4oC), memeriksa tanda dan

gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien (83 x/menit), nadi teraba kuat,

tekanan darah (100/60 mmHg), membran mukosa lembab, turgor kulit ≤

2 detik, pasien tidak mengeluh haus, pasien tampak tidak lemas lagi),
100

menimbang berat badan pasien (berat badan pasien 46 Kg), memonitor

intake output cairan dan menghitung kebutuhan cairan pasien (makan

minum: ± 500 cc, infus: ± 1.100 cc, air metabolisme: 230 cc, injeksi: 28

cc, BAK: ± 800 cc, muntah: ± 100 cc, IWL: 690 cc, balance cairan: +

268 cc), menganjurkan pasien untuk memperbanyak asupan cairan oral

(pasien mengatakan mau untuk memperbanyak asupan cairan oral),

mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien muntah ± 7 kali),

mengidentifikasi karakteristik muntah (pasien muntah berisi makanan

dan minuman sesuai yang pasien konsumsi, tidak terdapat darah,

frekuensi muntah kurang lebih 7 kali perhari), mengatur posisi untuk

mencegah aspirasi (pasien nyaman dengan posisi semi fowler),

menganjurkan pasien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi

muntah (pasien mampu untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam

dan pasien merasa lebih nyaman), mengajurkan pasien untuk

memperbanyak istirahat (pasien mengatakan mau untuk memperbanyak

istirahat).

Implementasi yang dilakukan pada hari pertama pasien 2 yaitu:

memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 106

x/menit, pernapasan: 22 x/menit, suhu: 36,6oC), memeriksa tanda dan

gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien meningkat (106 x/menit), nadi

teraba lemah, tekanan darah menurun (90/60 mmHg), membran mukosa

kering, turgor kulit ≥ 2 detik, pasien mengeluh haus, pasien tampak

lemah, dan mata cekung), menimbang berat badan pasien (berat badan
101

pasien 50 Kg), memonitor intake output cairan dan menghitung

kebutuhan cairan pasien (makan minum: ± 100 cc, infus: 200 cc, air

metabolisme: 250 cc, injeksi: 12 cc, BAK: 200 cc, muntah: ± 600 cc,

IWL: 750 cc, balance cairan: - 988 cc), menganjurkan pasien untuk

memperbanyak asupan cairan oral (pasien mengatakan mau untuk

memperbanyak asupan cairan oral), menganjurkan pasien untuk

menghindari perubahan posisi mendadak (pasien mengatakan mau untuk

menghindari posisi mendadak), memberikan dukungan fisik selama

pasien muntah (pasien muntah dengan dukungan fisik yaitu

membungkuk), membantu pasien membersihkan hidung dan mulutnya

(pasien mengatakan hidung dan mulutnya sudah lebih bersih),

memberikan kenyamanan selama pasien muntah (menyiapkan pakaian

kering dan bersih pasien), mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien

muntah lebih dari 10 kali perhari), mengidentifikasi karakteristik muntah

(pasien muntah berisi makanan dan minuman sesuai yang pasien

konsumsi, tidak terdapat darah, frekuensi muntah lebih dari 10 kali

perhari), mengidentifikasi faktor penyebab muntah (pasien muntah

akibat hamil muda, pasien muntah ketika makan dan minum), Mengatur

posisi untuk mencegah aspirasi (pasien nyaman dengan posisi semi

fowler), menganjurkan membawa kantong pelastik untuk menampung

muntah (pasien mengatakan mau membawa kantong untuk menampung

muntahnya), mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam untuk

mengurangi muntah (pasien mampu untuk melakukan teknik relaksasi


102

napas dalam dan pasien merasa lebih nyaman), mengajurkan pasien

untuk memperbanyak istirahat (pasien mengatakan mau untuk

memperbanyak istirahat).

Implementasi yang dilakukan pada hari kedua pasien 2 yaitu:

mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 86

x/menit, pernapasan: 19 x/menit, suhu: 36,5oC), memeriksa tanda dan

gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien (86 x/menit), nadi teraba kuat,

tekanan darah (90/60 mmHg), membran mukosa lembab, turgor kulit ≤

2 detik, pasien tidak mengeluh haus, pasien tampak masih lemas),

menimbang berat badan pasien (berat badan pasien 50 Kg), memonitor

intake output cairan dan menghitung kebutuhan cairan pasien (makan

minum: ± 100 cc, infus: 1.850 cc, air metabolisme: 250 cc, injeksi: 26 cc,

BAK: 800 cc, muntah: 500 cc, IWL: 750 cc, balance cairan: + 176 cc),

menganjurkan pasien untuk memperbanyak asupan cairan oral (pasien

mengatakan mau untuk memperbanyak asupan cairan oral),

menganjurkan pasien untuk menghindari perubahan posisi mendadak

(pasien mengatakan mau untuk menghindari posisi mendadak),

menginjeksi ondansentron 3x1, menginjeksi omeprazole 2x1, memberi

dukungan fisik selama pasien muntah (pasien muntah dengan dukungan

fisik yaitu membungkuk), membantu pasien membersihkan hidung dan

mulutnya (pasien mengatakan hidung dan mulutnya sudah lebih bersih),

memberikan kenyamanan selama pasien muntah (menyiapkan pakaian

kering dan bersih pasien), mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien


103

muntah lebih dari 10 kali perhari), mengidentifikasi karakteristik muntah

(pasien muntah berisi makanan dan minuman sesuai yang pasien

konsumsi, tidak terdapat darah, frekuensi muntah lebih dari 10 kali

perhari), mengidentifikasi faktor penyebab muntah (pasien muntah

akibat hamil muda, saat makan dan minum pasien muntah), mengatur

posisi untuk mencegah aspirasi (pasien nyaman dengan posisi semi

fowler), menganjurkan membawa kantong pelastik untuk menampung

muntah (pasien mengatakan mau membawa kantong untuk menampung

muntahnya), menganjurkan pasien melakukan teknik nafas dalam untuk

mengurangi muntah (pasien mampu untuk melakukan teknik relaksasi

napas dalam dan pasien merasa lebih nyaman), mengajurkan pasien

untuk memperbanyak istirahat (pasien mengatakan mau untuk

memperbanyak istirahat).

Implementasi yang dilakukan pada hari ketiga pasien 2 yaitu:

memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 82

x/menit, pernapasan: 16 x/menit, suhu: 36,3oC), memeriksa tanda dan

gejala hipovolemia (frekuensi nadi pasien (82 x/menit), nadi teraba kuat,

tekanan darah (100/60 mmHg), membran mukosa lembab, turgor kulit ≤

2 detik, pasien tidak mengeluh haus, pasien tampak tidak lemas lagi),

menimbang berat badan pasien (berat badan pasien 51 Kg), memonitor

intake output cairan dan menghitung kebutuhan cairan pasien (makan

minum: ± 500 cc, infus: 1.200 cc, air metabolisme: 255 cc, injeksi: 26 cc,

BAK: ± 900 cc, muntah: ± 100 cc, IWL: 765 cc, balance cairan: + 216
104

cc), menganjurkan pasien untuk memperbanyak asupan cairan oral

(pasien mengatakan mau untuk memperbanyak asupan cairan oral),

mengidentifikasi frekuensi muntah (pasien muntah ± 5-6),

mengidentifikasi karakteristik muntah (pasien muntah berisi makanan

dan minuman sesuai yang pasien konsumsi, tidak terdapat darah,

frekuensi muntah kurang lebih 5-6 kali perhari), mengatur posisi untuk

mencegah aspirasi (pasien nyaman dengan posisi semi fowler),

menganjurkan pasien melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi

muntah (pasien mampu untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam

dan pasien merasa lebih nyaman), mengajurkan pasien untuk

memperbanyak istirahat (pasien mengatakan mau untuk memperbanyak

istirahat).

Hasil implementasi yang dilakukan oleh penulis sejalan dengan

teori yang ada. Namun tidak semua intervensi dilaksanakan oleh penulis,

hal ini di karenakan penulis menyesuaikan antara intervensi yang ada dari

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan kondisi pasien

saat penelitian.

Dari hasil yang dilakukan penulis sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Christina Ayu Savitri (2019) dengan judul Asuhan

Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum Dengan Masalah

Hipovolemia Di Rumah Sakit Waluya Malang. Dimana Christina Ayu

Savitri menyatakan bahwa implementasi yang dilakukan pada pasien

dengan hipovolemia antara lain menimbang berat badan, mengobservasi


105

mukosa bibir, memonitor tanda-tanda vital, mempertahankan intake dan

output cairan.

Pada buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2019)

implementasi perlu dilakukan agar tercapainya kriteria hasil yang di

inginkan yaitu tanda-tanda vital membaik, keluhan haus menurun,

membran mukosa membaik, suhu tubuh membaik, mata cekung

membaik, turgor kulit membaik, status mental membaik, dan intake

cairan terpenuhi.

Penulis menyimpulkan bahwa implementasi yang dilakukan pada

pasien 1 dan 2 sesuai dengan tanda gejala yang terdapat pada pasien dan

saat dilakukan implementasi kebutuhan cairan pasien terpenuhi. Hal ini

sejalan dengan teori yang ada bahwasanya diharapkan terjadi

peningkatan setelah dilakukannya implementasi.

4.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap membandingkan hasil implementasi

dengan tujuan yang ditetapkan. Analisis pada evaluasi terdiri dari 3 yaitu

teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi. Pada evaluasi hari pertama

pasien 1 didapatkan data pasien tampak lemah, mukosa bibir kering,

turgor kulit ≥ 2 detik, mata tampak cekung, berat badan 45 Kg, muntah

≥ 10 kali perhari ± 700 cc, BAK ± 300 cc, makan minum ± 100 cc, air

metabolisme 225 cc, injeksi: 14 cc, IWL 675 cc, Infus 350 cc, balance

cairan – 986 cc. Tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 93 x/menit,

pernapasan: 21 x/menit, suhu: 36,8oC. Berdasarkan data diatas analisa


106

yang di dapatkan belum memenuhi kriteria hasil yang di tetapkan oleh

peneliti sehingga masalah belum teratasi. Peneliti melanjutkan rencana

tindakan keperawatan yang sudah disusun.

Pada evaluasi hari kedua pasien 1 didapatkan data pasien masih

sudah tampak sedikit lemas, mukosa bibir lembab, turgor kulit ≤ 2 detik,

pasien sudah tidak mengeluh haus, pasien masih muntah ≥ 10 kali perhari

± 400 cc, BAK ± 900 cc, makan minum ± 300 cc, air metabolisme 225

cc, injeksi: 28 cc, IWL 675 cc, infus 1.750 cc, balance cairan + 128 cc.

Tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 85 x/menit, pernapasan: 18 x/menit,

suhu: 36,3oC. Berdasarkan data diatas analisa yang di dapatkan belum

memenuhi kriteria hasil yang di tetapkan oleh peneliti sehingga masalah

belum teratasi. Peneliti melanjutkan rencana tindakan keperawatan yang

sudah disusun.

Pada evaluasi hari ketiga pasien 1 didapatkan data pasien tampak

tidak lemas lagi, mukosa bibir lembab, turgor kulit ≤ 2 detik, berat badan

46 Kg, muntah 7 kali perhari ± 100 cc, BAK ± 800 cc, makan minum ±

500 cc, air metabolisme 230 cc, injeksi: 28 cc, IWL 690 cc, Infus 1.100

cc, balance cairan + 268 cc. Tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 83

x/menit, pernapasan: 16 x/menit, suhu: 36,4oC. Berdasarkan data diatas

analisa yang didapat sudah memenuhi kriteria hasil, sehingga masalah

teratasi dan peneliti menghentikan rencana keperawatan yang sudah

disusun.
107

Pada evaluasi hari pertama pasien 2 didapatkan data pasien tampak

lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit ≥ 2 detik, mata tampak cekung,

berat badan 50 Kg, muntah ≥ 10 kali perhari ± 600 cc, BAK ± 800 cc,

makan minum ± 100 cc, air metabolisme 250 cc, injeksi: 28 cc, IWL 750

cc, Infus 200 cc, balance cairan – 988 cc. Tekanan darah: 90/60 mmHg,

nadi: 98 x/menit, pernapasan: 22 x/menit, suhu: 36,6oC. Berdasarkan data

diatas analisa yang di dapatkan belum memenuhi kriteria hasil yang di

tetapkan oleh peneliti sehingga masalah belum teratasi. Peneliti

melanjutkan rencana tindakan keperawatan yang sudah disusun.

Pada evaluasi hari kedua pasien 2 didapatkan data pasien tampak

masih lemah, mukosa bibir lembab, turgor kulit ≤ 2 detik, berat badan 50

Kg, muntah ≥ 10 kali perhari ± 500 cc, BAK ± 800 cc, makan minum ±

100 cc, air metabolisme 250 cc, injeksi: 26 cc, IWL 750 cc, Infus 1.850

cc, balance cairan + 176 cc. Tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 86

x/menit, pernapasan: 19 x/menit, suhu: 36,5oC. Berdasarkan data diatas

analisa yang di dapatkan belum memenuhi kriteria hasil yang di tetapkan

oleh peneliti sehingga masalah belum teratasi. Peneliti melanjutkan

rencana tindakan keperawatan yang sudah disusun.

Pada evaluasi hari ketiga pasien 2 didapatkan data pasien tampak

tidak lemas lagi, mukosa bibir lembab, turgor kulit ≤ 2 detik, berat badan

50 Kg, muntah 5-6 kali perhari ± 100 cc, BAK ± 900 cc, makan minum

± 500 cc, air metabolisme 255 cc, injeksi: 26 cc, IWL 765 cc, Infus 1.200

cc, balance cairan + 126 cc. Tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 82
108

x/menit, pernapasan: 16 x/menit, suhu: 36,3oC. Berdasarkan data diatas

analisa yang didapat sudah memenuhi kriteria hasil, sehingga masalah

teratasi dan peneliti menghentikan rencana keperawatan yang sudah

disusun.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christina Ayu

Savitri (2019) dengan judul Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis

Gravidarum Dengan Masalah Hipovolemia Di Rumah Sakit Waluya

Malang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam didapatkan

tanda-tanda vital dalam rentang normal, membran mukosa lembab,

elastisitas turgor kulit baik, dan tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Dari hasil yang di dapat, penulis menyimpulkan bahwa setelah

dilakukan tindakan 3x24 jam pada pasien 1 dan pasien 2 sejalan dengan

teori yang ada, dimana kebutuhan cairan pasien terpenuhi, tidak ada rasa

haus, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, dan tanda-tanda vital

dalam rentang normal.

4.4 Keterbatasan Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda

Batam , namun demikian dalam penelitian ini masih memiliki keterbatasan

yaitu peneliti baru membahas diagnosa keperawatan hipovolemia berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebihan pada saat dilakukan penelitian kasus

hiperemesis gravidarum.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan

pada Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. N dan Ny. M Hipovolemia

Dengan Diagnosa Keperawatan Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit

Harapan Bunda Batam, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian yang dapat dilakukan terhadap pasien satu dan pasien dua

dengan hasil terdapat mual muntah lebih dari 10 kali perhari, muntah

berisi makanan dan cairan yang pasien konsumsi, mata tampak cekung,

lemas, mukosa bibir kering, nadi teraba lemah, adanya keluhan haus,

tekanan darah menurun, tidak nafsu makan dan nyeri pada ulu hati.

5.1.2 Diagnosa yang didapatkan pada masing-masing pasien yaitu hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan

5.1.3 Rencana keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan

pasien yang mengacu pada standar intervensi keperawatan indonesia

yaitu Manajemen Hipovolemia yaitu dengan cara periksa tanda dan

gejala hipovolemia, monitor intake dan output cairan, hitung kebutuhan

cairan, berikan asupan cairan oral, anjurkan memperbanyak asupan

cairan oral, anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak,

kolaborasi pemberian cairan IV isotonis.

109
110

Intervensi kedua yaitu Manajemen Muntah dengan cara

identifikasi karakteristik muntah, periksa volume muntah, identifikasi

faktor penyebab muntah, monitor efek manajemen muntah secara

menyeluruh, atur posisi untuk mencegah aspirasi, bersihkan mulut dan

hidung, berikan dukungan fisik saat muntah, berikan kenyamanan selama

muntah, anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah,

anjurkan memperbanyak istirahat, ajarkan teknik nonfarmakologi untuk

mengelola muntah, Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu.

5.1.4 Implementasi dapat dilakukan dengan rencana yang telah ditetapkan

dilakukan selama 3x24 jam pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu Manajemen

Hipovolemia (Memeriksa tanda-tanda vital, memeriksa tanda dan gejala

hipovolemia, menimbang berat badan pasien, memonitor intake output

cairan dan menghitung kebutuhan cairan pasien, menganjurkan pasien

untuk memperbanyak asupan cairan oral). Manajemen Muntah

(Mengidentifikasi frekuensi muntah, mengidentifikasi karakteristik

muntah, mengidentifikasi faktor penyebab muntah, mengatur posisi

untuk mencegah aspirasi, menganjurkan membawa kantong pelastik

untuk menampung muntah, mengajarkan pasien melakukan teknik nafas

dalam untuk mengurangi muntah, mengajurkan pasien untuk

memperbanyak istirahat).

5.1.5 Evaluasi selama implementasi yang telah dilakukan selama 1

hari pada pasien 1 dan 2. Pada pasien 1 hari pertama evaluasi yang

didapatkan belum memenuhi kriteria hasil yang di tetapkan oleh peneliti


111

sehingga masalah belum teratasi. Peneliti melanjutkan rencana tindakan

keperawatan yang sudah disusun. Pada hari kedua evaluasi didapatkan

sebagian kriteria hasil sudah memenuhi sebagian kriteria hasil sehingga

masalah teratasi sebagian. Pada hari ketiga pasien 1 evaluasi yang di

dapatkan sudah memenuhi kriteria hasil sehingga masalah teratasi.

Pada pasien 2 hari pertama evaluasi yang di dapatkan belum

memenuhi kriteria hasil sehingga masalah belum teratasi. Peneliti

melanjutkan rencana tindakan keperawatan yang sudah disusun. Pada

hari kedua pasien 2 evaluasi yang di dapatkan sudah memenuhi sebagian

kriteria hasil sehingga masalah teratasi sebagian. Pada hari ketiga pasien

2 evaluasi yang di dapatkan sudah memenuhi kriteria hasil sehingga

masalah teratasi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pasien atau keluarga

Diharapkan dapat memahami dan menerapkan pengetahuan

tentang hiperemesis gravidarum sehingga pasien atau keluarga dapat

merawat dan memberikan dukungan kepada diri sendiri maupun anggota

keluarga lain yang mengalami masalah hiperemesis gravidarum.

5.2.2 Bagi Lahan Penelitian

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan dalam penanganan kasus hiperemesis gravidarum sehingga

dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan menyeluruh

sesuai teori yang ada.


112

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi untuk menambah buku referensi teori

asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum terkhusus dengan masalah

keperawatan hipovolemia.
113

DAFTAR PUSTAKA

Abidah, Siska Nurul. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di RB Zakat Surabaya: Jurnal

Kebidanan. 11(2): 94.

Aini, Nur. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dan Ny. S Dengan

Hiperemesis Gravidarum Yang Mengalami Masalah Keperawatan

Kekurangan Volume Cairan Di Ruang Teratai RSUD Dr. Haryoto Lumajang

Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah. Jawa Timur (ID): Universitas Jember.

American Pregnancy Asociation. (2018). Hyperemesis Gravidarum: Signs,

Symptoms, and Treatment.

Apsari, Putu Bella Danies. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Demam

Berdarah Dangue Dengan Hipovolemia Pada Anak Di Ruang Cilinaya RSUD

Mangusada Badung Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah. Denpasar, Bali (ID):

Poltekkes Denpasar.

Aspiani, Reni Yuli. (2018). Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi

NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2012). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas Edisi

4. Jakarta: Buku Kedokteran.

Dartiwen & Yati Nurhayati. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.

Yogyakarka: CV. Andi Offset.

Fitriyana, Diah. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Nutrisi Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas


114

Kedaton Bandar Lampung Provinsi Lampung Tahun 2019. Karya Tulis

Ilmiah. Lampung (ID): Poltekkes Tanjung Karang.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2016): Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:

Salemba Medika.

Kadir, Irna Nisaulkhusna, Sitti Saleha, Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan

Kebidanan Antenatal Care pada Ny. N Dengan Hiperemesis Gravidarum

Tingkat III Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 3 juni-12 Juli 2019: Jurnal

Midwifery. 1(2): 111-112.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Ibu Hamil Dengan Hiperemesis

Gravidarum.

Kenali Gejala Hipovolemia Yang Berbahaya dan Penangananya oleh Alodokter,

2020, diunduh tanggal 23 Mei 2021 dari http://www. Alodokter.com/kenali-

gejala-hipovolemia-untuk-penanganan-yang-tepat.

Khasanah, Effa Uswatun. (2019). Pengelolaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh Pada Ny. E Dengan Hiperemesis Gravidarum Di

Ruang Flamboyan RSUD Ungaran. Manuskrip. Jawa Tengah (ID):

Universitas Ngudi Waluyo.

Kurniawati, Heni. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Cairan dan Elektrolit pada Pasien Choric Kidney Disease (CKD) di Ruang

Kenanga RSUD Dr. H. Abdul Moeloekprovinsi Lampung Tahun 2019. Karya

Tulis Ilmiah. Lampung (ID): Poltekkes Tanjung Karang.

Kodim, Yulianingsih. (2018). Konsep Dasar Keperawatan Edisi Revisi. Jakarta:

CV. Trans Info Media.


115

Lestari, Kadek Yuni Eka (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita

Diare Dengan Hipovolemia Di Ruang Cilinaya RSUD Mangusada Badung

Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah. Denpasar, Bali (ID): Poltekkes Denpasar.

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta:

Mediaction.

Oktavia, Lina. (2016). Kejadian Hiperemesis Gravidarum Ditinjau Dari Jarak

Kehamilan Dan Paritas: Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah. 1(2): 42.

Pratiwi, Ni Komang Dian. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Pada Anak Dengan Penyakit Sindrom

Nefrotik Di Ruang Alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung. Karya Tulis Ilmiah. Lampung (ID): Poltekkes Tanjung Karang.

Putra, I ketut Bawantika Adi. (2016). Hypovolemic Shock. Denpasar, Bali (ID):

Universitas Udayana.

Romania, Silviana Risziki. (2015). Asuhan Keperawatan Dengan Kekurangan

Volume Cairan Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Bersalin

Jasmine Sedati Sidoarjo. Karya Tulis Ilmiah. Surabaya (ID): Universitas

Nahdlatul Ulama Surabaya.

Runiari, Nengah. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis

Gravidarum Penerapan Konsep Dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.
116

Savitri, Christina Ayu. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis

Gravidarum Dengan Masalah Hipovolemia Di RS Panti Waluya Malang

Naskah Publikasi. Malang (ID): STIKes Panti Waluya Malang.

Survei Demogravis dan Kesehatan Indonesia. (2017).

Susanti, Evi & Firdayanti. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Pada

Ny “S” Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II Di RS TNI Angkatan

Laut Jala Ammari Pada Tanggal 27 Mei-18 Juli 2018: Jurnal Midwifery 1(2):

80.

Tanda dan Gejala Defisit Volume Cairan (Hipovolemia), 2019, diakses tanggal 28

Mei 2021 dari https://gustinerz.com/tanda-gejala-defisit-volume-cairan-

hipovolemia/.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta:

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wagiyo, Putrono (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal Dan Bayi

Baru Lahir Fisiologis Dan Patologis. Yogyakarta: CV. Andi Offset.


117

Yusniar, Sundari Rizky. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan

Hiperemesis Gravidarum Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Karya Tulis

Ilmiah. Kalimantan Timur (ID): Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.

Anda mungkin juga menyukai