Anda di halaman 1dari 110

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS


TIPE 2 DI PUSKESMAS TIBAN BARU
KOTA BATAM TAHUN 2021

SKRIPSI

WIDIA NOVITRI
NIM. 616080717041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2021

i
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DI PUSKESMAS TIBAN BARU
KOTA BATAM TAHUN 2021

SKRIPSI

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan

WIDIA NOVITRI
NIM. 616080717041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Widia Novitri
NIM : 616080717041
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.
Program Studi : Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Institusi : Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Batam, 14 Agustus 2021


Pembuat Pernyataan

Widia Novitri

Mengetahui
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Roza Erda, MM,. M.K.M Ns. Savitri Gemini, M.Kep

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL RISET : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
TIBAN BARU KOTA BATAM TAHUN
2021
NAMA MAHASISWA : WIDIA NOVITRI
NIM : 616080717041

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan akan dipertahankan dihadapan tim
penguji Skripsi Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

Batam, 14 Agustus 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Roza Erda, MM,. M.K.M Ns. Savitri Gemini, M.Kep

Mengetahui,
Prodi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Ketua,

Ns. Savitri Geminsi, M.Kep

iv
PENGESAHAN

Skripsi ini Dipertahankan dan Telah Diperbaiki Sesuai dengan Masukan


Dewan Penguji Skripsi
Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam
Pada Tanggal 23 Agustus 2021

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Roza Erda, MM,. M.K.M Ns. Savitri Gemini, M.Kep

PENGUJI I PENGUJI II

dr. H. Mawardi Badar, MM Ns. Ditte Ayu Suntara, M.Kep

Mengetahui,
Prodi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Ketua,

Ns. Savitri Gemini, M.Kep

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas berkat, rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya, penyusunan Skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama serta dukungan

dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi.

Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, oleh sebab itu,

disini penulis sampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Hj. Gusnawati S.Tr. Keb, MKM selaku Ketua Yayasan Harapan Bunda

Batam.

2. Bapak dr. H. Mawardi Badar, MM, selaku Rektor Institut Kesehatan Mitra

Bunda Batam.

3. Ibu Ns. Savitri Gemini, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners dan Pembimbing II, yang telah

membantu dan membimbing dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Roza Erda, MM,. M.K.M, selaku Pembimbing I, yang telah membantu

dan membimbing dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai.

5. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

6. Bapak/Ibu Dinas Kesehatan Kota Batam yang telah membantu dalam

memperoleh data untuk penelitian.

vi
vii

7. Direktur beserta Staf Karyawan Puskesmas Tiban Baru Kota Batam yang telah

membantu dalam memperoleh data guna untuk penyelesaian Skripsi serta

membantu sebagai tempat studi pendahuluan.

8. Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada ayahanda Novi Hendri

dan Ibunda Mulnida Siadri yang dengan penuh kasih sayang selalu

memberikan doa serta dukungan selama ini kepada penulis.

9. Terimakasih untuk Sepupu Saya Neni Mardila, Riri Silvani, Cici Syahdila

dan sahabat saya Vidyawati, Dewi Gita, Ariyani, Maiyuni Susanti, Agustiara,

Nur Hanifah, Venty Erla, Reyna Putri , Ade Qoria , yang telah membantu dan

mendukung saya dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Terimakasih untuk Keluarga Aprotinin yang telah membantu dan mendukung

saya dalam penyusunan Skripsi ini.

11. Serta seluruh rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan

Pendidikan Profesi Ners yang telah berjuang bersama-sama selama proses

perkuliahan dan dalam penyusunan Skripsi.

12. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang

telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Batam,23 Agustus 2021

Penulis
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
TIBAN BARU KOTA BATAM TAHUN 2021

Widia Novitri
Program Studi Sarjana Keperawatan
dan Pendidikan Profesi Ners
Institut Kesehatan Mitra Bunda

Dosen Pembimbing
Roza Erda, MM,. M.K.M
Ns. Savitri Gemini, M.Kep

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Tingkat Kecemasan, Diabetes


Mellitus Tipe 2

INTISARI
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin. Diabetes Mellitus sering mengalami masalah
psikologis yaitu kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam 2021. Menggunakan penelitian
analitik dengan racangan Cross sectional melibatkan 66 responden, dengan
populasi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di kota batam tahun 2021.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur dalam
penelitian ini adalah kuisioner Hensarling Diabetes Family Support Scale
(HDFSS) dan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Sebagian penderita
diabetes mellitus besar tidak mendapat dukungan keluarga dimana mengalami
kecemasan ringan. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai (p value = 0,003 <
0,05), menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima kesimpulan: ada hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
diabetes mellitus tipe 2. Diharapkan penderita diabetes mellitus mendapatkan
dukungan keluarga yang memberikan perhatian, motivasi dan komunikasi yang
baik sehingga tidak menimbulkan kecemasan.

viii
RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH ANXIETY LEVEL IN
TYPE 2 DIABETESMELLITUS PATIENTS IN PUSKESMAS
TIBAN BARU BATAM CITY IN 2021

Widia Novitri
Bachelor of Nursing Study Program and
Professional Education for Ners
Health Institute Mitra Bunda Persada

Supervisor
Roza Erda, MM,. M.K.M
Ns. Savitri Gemini, M.Kep

Keywords : Family Support, Aciety Diabetes Mellitus Type 2

ABSTRAK
Diabetes Mellitus is a serious chronic disease that occurs because the pancreas
does not produce enough insulin. Diabetes Mellitus often experiences
psychological problems, namely anxiety. This study aims to determine the
relationship between family support and anxiety levels in patients with type 2
diabetes mellitus at the Tiban Baru Health Center, Batam City 2021. Using an
analytical study with a cross sectional design involving 66 respondents, with a
population of type 2 diabetes mellitus sufferers in Batam city in 2021. sample
using purposive sampling technique. The measuring instruments in this study
were the Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) and Zung Self-
Rating Anxiety Scale (ZSAS) questionnaires. Some people with large diabetes
mellitus do not have family support where they experience mild anxiety. The
results of the Chi-Square statistical test obtained a value (p value = 0.003 < 0.05),
indicating that H0 is rejected and Ha is accepted. Conclusion: there is a significant
relationship between family support and anxiety levels of people with type 2
diabetes mellitus. It is expected that people with diabetes mellitus will receive
support. a family that gives attention, motivation and good communication so it
doesn't cause anxiety.

ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Widia
Novitri
2. NIM : 616080717041
3. Tanggal Lahir : 13 Februari 1998
4. Tempat Lahir : Batam
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah : Bida Ayu Blok N no.82 RT 003 RW 013
7. Alamat Email : Widianovitri13@gmail.com
8. Telepon : a. HP : 082281499901
b. WA : 081371780540
c. Orang tua : 082286682716

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2004 – 2010 : SDN 009 Lubuk Baja
2. Tahun 2010 – 2013 : SMPN 40 Batam
3. Tahun 2013 – 2016 : SMK Kartini Batam

C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Divisi SDM , Priode 2018 – 2019
2. Bendahara Himpunan Mahasiswa Sarjana Keperawatan, Priode 2019
– 2020

Batam, 23 Agustus 2021

Widia Novitri
616080717041

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM.............................................................................i

HALAMAN SAMPUL LUAR..............................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

ABSTRAK INDONESIA...................................................................................viii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS.........................................................................ix

RIWAYAT HIDUP PENULIS..............................................................................x

DAFTAR ISI..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL................................................................................................xv

DAFTAR SKEMA..............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian...........................................................................9
1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................13

2.1 Konsep Diabetes Mellitus..............................................................13


2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2.......................................14

xi
xii

2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2.......................................15

2.1.3 Patofisilogi Diabetes Mellitus Tipe 2.................................17

2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2..............................18

2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe 2......................21

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2.........................23

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2.................................24

2.1.8 Kadar Gula Darah Diabetes Mellitus Tipe 2......................27

2.2 Konsep Kecemasan........................................................................27


2.2.1 Definisi Kecemasan............................................................27

2.2.2 Faktor Presdisposisi dan presipitasi Kecemasan................28

2.2.3 Manifestasi Klinis Kecemasan...........................................31

2.2.4 Respon-Respon Kecemasan...............................................32

2.2.5 Tingkat Kecemasan............................................................35

2.2.6 Alat Ukur Kecemasan.........................................................36

2.3 Konsep Dukungan Keluarga..........................................................38


2.3.1 Definisi Keluarga................................................................38

2.3.2 Tipe Keluarga.....................................................................38

2.3.3 Fungsi Keluarga..................................................................40

2.3.4 Tugas Keluarga...................................................................41

2.3.5 Definisi Dukungan keluarga...............................................42

2.3.6 Sumber Dukungan Keluarga..............................................43

2.3.7 Jenis Dukungan Keluarga...................................................43

2.3.8 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga.............45

2.3.9 Alat Ukur Dukungan Keluarga...........................................48

2.4 Kerangka Konseptual.....................................................................52


xiii

2.5 Hipotesa Penelitian.........................................................................53


BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................54

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian.....................................................54


3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian.....................................................54
3.2.1 Populasi penelitian..............................................................54

3.2.2 Sampel Penelitian...............................................................55

3.2.3 Besar Sampel......................................................................56

3.2.4 Teknik Pengambilan Sampel..............................................58

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................59


3.3.1 Lokasi Penelitian................................................................59

3.3.2 Waktu Penelitian.................................................................59

3.4 Variebel Penelitian.........................................................................59


3.4.1 Variabel Independen (Bebas).............................................59

3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)..............................................59

3.5 Kerangka Kerja Penelitian..............................................................60


3.6 Prosedur Penelitian.........................................................................61
3.6.1 Tahap persiapan..................................................................61

3.6.2 Tahap Pelaksanaan.............................................................61

3.6.3 Tahap Akhir........................................................................61

3.7 Pengumpulan Data.........................................................................62


3.7.1 Teknik Pengumpulan Data.................................................62

3.7.2 Instrumen Penelitian...........................................................62

3.7.3 Uji Validitas dan Relibilitas...............................................64

3.8 Pengolahan Data Dan Analisa Data...............................................66


3.8.1 Pengolahan Data.................................................................66

3.8.2 Analisa Data.......................................................................67


xiv

3.9 Definisi Operasional.......................................................................69


3.10 Etika Penelitian...............................................................................72
3.10.1 Persetujuan (Informed Concent).........................................72

3.10.2 Tanpa Nama (Anonimity)....................................................72

3.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality).............................................72

3.11 Keterbatasan penelitian..................................................................72


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................73

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..............................................73


4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian..........................................73

4.2 Hasil Penelitian...............................................................................74


4.2.1 Data Umum.........................................................................75

4.2.2 Data Khusus........................................................................76

4.3 Pembahasan....................................................................................79
4.3.1 Hasil Univariat....................................................................79

4.3.2 Hasil Bivariat......................................................................84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................86

5.1 Kesimpulan.....................................................................................86
5.2 Saran...............................................................................................86
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan....................................................87

5.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan..................................................87

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya....................................................87

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................88

LAMPIRAN..........................................................................................................92
DAFTAR TABE

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 3.1 Indikator Instrumen Dukungan Keluarga……………………………..65

Tabel 3.2 Indikator Instrumen Tingkat Kecemasan……………………………..66

Tabel 3.3 Definisi Oprasional…………………………………………………...72

Tabel 4.1Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin …………… …………….75

Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Usia ……………………………………...75

Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Tinggal Bersama…………………………76

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga……………………………77

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan…………………………….77

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 ………78

xv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konseptual ……………………………………………….54

Skema 3.1 Kerangka Kerja ……………………………………………………..62

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Informasi Data Dinas Kesehatan

Lampiran 2 Surat Balasan Permohonan Data Dinas Kesehatan

Lampiran 3 Data Kasus Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan

Lampiran 4 Data Jumlah Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Batam

Lampiran 5 Surat Permohonan Studi Pendahuluan di Puskesmas Tiban Baru

Lampiran 6 Surat Balasan Studi Pendahuluan di Puskesmas Tiban Baru

Lampiran 7 Data Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Puskesmas Tiban Baru

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian di Puskesmas Tiban Baru

Lampiran 9Suarat Balasan Izin penelitian di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam

Lampiran 10 Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian

Lampiran 11 Lembar Informed Consent

Lampiran 12 Lembar Pengisian Kuesioner

Lampiran 13 Lembar Kuesioner Tingkat Kecemasan

Lampiran 14 Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

Lampiran 15 Master Tabel Dukungan Keluarga

Lampiran16 Master Tabel Tingkat Kecemasan

Lampiran 17 Hasil Uji Statistik

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya. Jumlah kasus dan prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global

Report, 2016).

Diabetes Mellitus memiliki beberapa tipe yaitu Diabetes Mellitus

pankreas menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin (diabetes tipe 1), sedangkan Diabetes Mellitus Tipe 2 yaitu pancreas

tetap menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dan tubuh

kebal/menolak (resistant) terhadap hormon 1 insulin yang dihasilkan

pancreas, diabetes gestasional dan Diabetes Mellitus tipe lain. Salah satu

jenis penyakit Diabetes yang paling banyak dialami oleh penduduk didunia

adalah Diabetes Melitus tipe 2 (85-95 %) yaitu penyakit Diabetes Mellitus

yang disebabkan oleh terganggunya sekresi insulin dan resistensi insulin

(Prasetyowati Irma, 2016).

Menurut kriteria diagnostik PERKENI (2015) seseorang dikatakan

menderita Diabetes Mellitus tipe 2 jika memiliki kadar gula darah puasa ≥

126 mg/dL dan tes sewaktu ≥ 200 mg/dL.

1
2

Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan

terdapat 463 juta orang dewasa, 20–79 tahun, hidup dengan diabetes

mellitus pada tahun 2019 yang menyumbang 9,3 % dari populasi global dan

diperkirakan akan meningkat menjadi 19,9 % (111,2 juta orang ) pada

tahun 2030 dan 10,9 % (700 juta) pada tahun 2045. Meskipun proporsi

penderita diabetes tipe 2 meningkat di kebanyakan negara, 79 % orang

dewasa dengan diabetes (International Diabetes Federation, 2019).

Secara global prevalensi 8,3 % diabetes Melitus penduduk umur 20-79

tahun. Negara di wilayah Arab-Afrika utara, dan pasifik berat menempati

peringkat pertama prevalensi sebesar 12,2 % dan 11,4 %. Wilayah Asia

Tenggara berada diperingkat ke-3 dengan prevalensi 11,3 %. IDF

mengidentifikasi 10 negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus

tertinggi peringkat pertama Cina jumlah penderita 116,4 juta, peringkat

kedua India 77 juta dan peringkat ketiga Amerika Serikat 31 juta. Indonesia

berada berada di peringkat ke 7 di antara 10 negara dengan jumlah

terbanyak yaitu sebanyak 10,7 juta penderita diabetes mellitus (Infodatin

2020).

Banyak perhatian diberikan pada kesejahteraan psikologis pasien

diabetes. Menurut organisasi The Diabetes Attitudes, Wishes and Needs

(DAWN) lintas negara Asia, Australia, Eropa dan Amerika Utara ditemukan

bahwa 41 % pasien Diabetes Melitus melaporkan kesejahteraan psikologis

yang buruk. mereka menemukan bahwa 61 % - 72 % penyedia layanan

kesehatan melaporkan bahwa pasien dengan Diabetes Mellitus memiliki


3

masalah psikologis, termasuk depresi, kecemasan, stres, dan kelelahan.

(DAWN, 2016).

Prevalensi Masalah emosional (depresi, kecemasan, dan stress) di

Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 9,8 % (Kemenkes RI, 2018). Dari data

tersebut dapat dilihat adanya peningkatan klien diabetes melitus dan

masalah emosional (depresi, kecemasan, dan stress) dari tahun 2013 ke

tahun 2018 (Saswati, 2020).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi

diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter dan gejala

meningkat sesuai dengan bertambahnya umur yaitu 2,0 % usia ≥ 15 tahun

yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9 %, sedangkan

prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4

%. Data ini meningkat dari tahun 2013 yaitu hanya 1,5 %. Pervalensi

Diabetes Mellitus Tipe 2 penderita terbesar kategori usia 55-64 tahun yaitu

6,03 %. Prevalensi gangguan emosional di Indonesia pada tahun 2018

sebanyak 9,8 % (Kemenkes RI, 2019).

Di Kepulauan Riau penyakit diabetes mellitus tercatat 1,3 % pada

tahun 2013 dan mengalami peningkatan 0,4 % pada tahun 2018 dengan

persentase sebanyak 1,7 % (8060 orang) dari seluruh penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Penyakit Diabetes Mellitus di 21 pukesmas yang ada di kota Batam

merupakan penyakit tidak menular yang menduduki urutan ke 2 dari


4

penyakit tidak menular dengan presentase sebanyak 16,21 % (Dinas

Kesehatan Kota Batam, 2020). Data dari 21 puskesmas didapatkan penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 sebanyak 12074 kasus. penyakit Diabetes Mellitus

Tipe 2 tertinggi di puskesmas Tiban Baru dengan menduduki posisi pertama

sebanyak 1843 kasus, puskesmas Sei Pancur menduduki posisi kedua

sebanyak 1737 kasus dan puskesmas ketiga Batu Aji sebanyak 1569 Kasus

penderita diabetes mellitus (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2020).

Studi pendahuluan dengan wawancara petugas Puskesmas tanggal 31

Maret 2021 di Puskesmas Tiban Baru di dapatkan data Penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 sebanyak 1843 orang. Petugas puskesmas mengatakan klien

diabetes mellitus tipe 2 melakukan pemeriksaan tampak gelisah, tampak

murung, cemas dan takut. Petugas puskesmas mengatakan Penderita

Diabetes mellitus tipe 2 datang ke puskesmas lebih sering sendiri tidak

terlihat keluarga mendampingi saat berkunjung ke puskesmas.

Penderita Diabetes Mellitus juga dapat terjadi karena faktor

lingkungan yaitu adanya infeksi, pola diet yang tidak sehat, umur, obesitas,

kegemukan,kehamilan, gangguan sistem imunitas serta kelainan insulin.

(Thompson, 2017). Adapun faktor psikologis yang dapat terjadi antara lain

kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa, bersalah, hilang harapan,

depresi, bingung dan merasa menderita (Falco dkk, 2015).

Kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 berpengaruh

terhadap fluktuasi glukosa darah yang menyebabkan kadar glukosa tidak


5

stabil, hal tersebut disebabkan terjadinya peningkatan hormon

glukokortikoid (kortisol), ketokolamin (epinefrin), dan hormon

pertumbuhan. Reaksi fisiologis terhadap cemas mempengaruhi aksis

hipotalamus hipofisis, sehingga dapat mempengaruhi fungsi endokrin yaitu

seperti meningkatnya kadar kortisol yang memberikan dampak terhadap

fungsi insulin dan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kontrol

glukosa darah (Ati, 2014).

Penelitian Mahmuda, dkk (2016) dengan judul Faktor yang

Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe

2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama didapatkan hasil bahwa adanya

hubungan (p value = 0,00).

Penelitian Dewi (2017) dengan judul Hubungan tingkat kecemasan

terhadap terkendalinya gula darah pada pasien diabetes melitus di

Puskesmas Pakis Surabaya didapatkan hasil bahwa adanya hubungan (p

value = 0,021).

Penelitian Litae (2019) dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan

dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Klien Diabetes Mellitus didapatkan

hasil bahwa adanya hubungan (p value = 0,002).

Menurut penelitian Candra,dkk (2020) dengan judul Hubungan Antara

Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus

Tipe II Di Poliklinik PPK 1 Denkesyah didapatkan hasil bahwa adanya

hubungan (p value = 0,000).


6

Dampak negatif terhadap fisik penderita Diabetes Mellitus Tipe 2,

antara lain poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk,

penglihatan kabur dan kelemahan fisik (Taluta, dkk. 2014). Adapun dampak

psikologis yang merusak oleh penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 antaralain

ada rasa putus asa, mudah marah, merasa tidak berguna, cemas dan

kehilangan yang tinggi hingga depresi (Rahmawati, Muharyani & Tarigan,

2019). Penanganan pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 tidak hanya fokus

pada pengobatan secara fisik, namun dukungan terhadap kebutuhan

psikologis, sosial, spiritual dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan

(Rahmawati,dkk, 2016).

Kurangnya dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus tipe 2

akan menimbulkan kecemasan yang meningkat dan dengan tingkat

kecemasan dapat mempengaruhi kondisi penderita diabetes mellitus tipe 2.

(Friedman, 2003 dalam Suryani, 2017). Dukungan keluarga sebagai bagian

dari rencana perawatan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 untuk mengurangi

kecemasan yang dirasakan dan mensejahterakan kesehatan psikologis

(Pamungkas, 2017).

Upaya pencegahan bermanfaat pada penderita Diabetes Mellitus Tipe

2 dengan mengontrol kadar gula darah. diharapkan penderita Diabetes

mellitus lebih semangat dalam menjalani hidup sehat agar tidak mengalami

kecemasan yang berlebih terutama pada pasien yang telah mengalami

komplikasi dengan cara lebih sering melakukan aktifitas fisik dan

mendapatkan dukungan dari keluarga (Mahmuda, 2016).


7

Berdasarkan Latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran dukungan keluarga pada penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam

Tahun 2021.

b. Diketahuinya gambaran tingkat kecemasan pada penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.


8

c. Diketahuinya Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas

Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep teori

dan menjadi konstribusi dalam pengembangan penelitian dalam

keperawatan khususnya pengembangan ilmu Keperawatan Medikal

Bedah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Untuk Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

bahan ajar untuk proses pembelajaran dan dapat menambah

pengetahuan tentang dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

1.4.2.2 Untuk Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi

bagi petugas kesehatan khususnya perawat, dalam

memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan dan mencegah

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.


9

1.4.2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data

dasar untuk penelitian di ruang lingkup yang sama dengan

fokus tingkat kecemasan dan dukungan keluarga dengan

menggunakan rancangan penelitian yang berbeda serta dengan

variabel lainnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang akan Penulis teliti, ada judul

penelitian dari peneliti sebelumnya yang mendekati dengan judul yang

peneliti teliti yaitu:

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Variabel Metode Hasil


Penelitian Penelitian Penelitian
1. “Faktor yang Variabel Penelitian ini Hasil
Berhubungan Bebas : berjenis penelitian ini
dengan Tingkat Faktor yang analitik dengan terdapat
Kecemasan berhubungan desain hubungan yang
Penderita Terikat : penelitian bermakna
Diabetes Mellitus Tingkat cross faktor yang
Tipe 2 di Rumah Kecemasan sectional. berhubungan
Sakit Nusantara engambilan antara lama
Medika Utama” sampel menderita (p
(Mahmuda Laily menggunakan value =0,05),
Nur dkk, 2016). teknik komplikasi (p
Systematic value =0,003),
Random aktivitas fisik
Sampling. Uji (p value
10

Regresi =0,00), dan


Ordinal dukungan
digunakan keluarga (p
untuk untuk value =0,00)
analisis dengan tingkat
bivariate. kecemasan.
2. “Hubungan Variabel penelitian ini Hasil
tingkat Bebas : menggunakan penelitian ini
kecemasan Tingkat desain terdapat
terhadap kecemasan deskriptif hubungan yang
terkendalinya Terikat : korelasi. bermakna
gula darah pada Kadar gula Teknik antara tingkat
pasien diabetes darah sampling yang kecemasan
melitus di digunakan dengan kadar
Puskesmas Pakis dalam gula darah (p
Surabaya” Dewi penelitian ini value = 0,021).
Untari Erika consecutive
(2017). sampling dan
data diperoleh
dengan
kuesioner.

3. “Hubungan Variabel Penelitian ini Hasil


Tingkat Bebas : bersifat penelitian ini
Kecemasan Tingkat deskriptif terdapat
dengan Kecemasan Analitik hubungan yang
Peningkatan Terikat : dengan desain bermakna
Kadar Gula Kadar gula cross antara tingkat
Darah Klien darah. sectional. kecemasan
Diabetes teknik dengan
Mellitus” Litae Pengumpulan peningkatan
11

dkk, (2019). data dilakukan kadar gula


dengan darah p value
memberikan 0,002).
kuesioner
(ZSAS)
Analisis data
menggunakan
Chi Sqaure
4. “Hubungan Variabel Penelitian ini Hasil
Antara Dukungan Bebas : menggunakan penelitian ini
Keluarga Dengan Dukungan deskriftif terdapat
Kadar Gula keluarga dengan desain hubungan yang
Darah Pasien Terikat : studi cross bermakna
Diabetes Melitus nKadar gula sectional. antara
Tipe II Di darah menggunakan dukungan
Poliklinik PPK 1 teknik keluarga
Denkesyah” Purposif terhadap kadar
Setiawan Eko sampling.Uji gula darah
Candra,dkk normalitas penderita
(2020) menggunakan diabetes tipe II
Chi Square. (p value
0,000).

1.6 Sistematika Penulisan

Proposal ini terdiri dari tiga BAB yaitu BAB I (satu), BAB II (dua),

BAB III (tiga), BAB IV (empat), dan BAB V (lima).


12

1.6.1 BAB I Pendahuluan

Bab ini diuraikan latar belakang penelitian, rumusan penelitian,

tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,

manfaat penelitian keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

1.6.2 BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab II diuraikan tinjauan teoritis yang mendukung

penelitian meliputi konsep dasar tentang Diabetes Mellitus Tipe 2,

Kecemasan, Dukungan Keluarga dan hipotesis penelitian.

1.6.3 BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab III diuraikan jenis dan rancangan penelitian, kerangka

konsep, populasi, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konsep

penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisa data, definisi

operasional, etika penelitian, keterbatasan penelitian, dan rancangan

uji hipotesis.

1.6.4 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab IV berisi gambaran lokasi penelitian dan hasil

penelitian beserta hasil distribusi frekuensi tiap variabel, analisa

univariat dan analisa bivariat.

1.6.5 BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dan saran yang di berikan peneliti kepada

institusi penelitian, pelayanan kesehatan,dan peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia), disebabkan

karena ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam

tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar

dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel (Ludiana, 2017).

Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah penyakit yang

disebabkan karena peningkatan kadar gula dalam darah (Hiperglikemi)

akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif Absolut

berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya

cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon insulin

dibuat dalam pankreas. Manurung Nixson (2018) mengatakan, ada 2 macam

tipe Diabetes Mellitus yaitu :

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Suatu keadaan tubuh sama sekali tidak dapat memproduksi

hormon insulin sehingga penderita diabetes harus menggunakan

suntikan insulin untuk mengatur gula darahnya. Diabetes Mellitus tipe 1

merupakan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan idiopatik.Diabetes

Mellitus tipe 1 atau disebut Diabetes Mellitus yang tergantung pada

13
14

insulin. Diabetes Mellitus ini disebabkan akibat kekurangan insulin

dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala

yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari),

sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita Diabetes Mellitus

tipe ini badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda

dan memerlukan insulin seumur hidup.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 bervariasi mulai yang predominan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang

predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin .

Penyakit diabetes ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi hormon

insulin yang mencukupi atau karna insulin tidak digunakan dengan baik

(resistensi insulin) Tipe penyakit Diabetes Mellitus ini merupakan yang

terbanyak diderita saat ini (90% lebih) sering terjadi pada mereka yang

berusia > dari 40 tahun, gemuk dan mempunyai riwayat penyakit

diabetes dalam keluarga.

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut American Diabetes Mellitus Association (2015)

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan

metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau ganguan fungsi insulin

(resistensi insulin). DM Tipe 2 atau sering disebut dengan istilah

Non-Insulin Dependent Mellitus (NIDDM) adalah suatu keadaan


15

dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya (Surayani, 2020).

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan suatu kondisi

hiperglikemia puasa yang terjadi meski tersedia insulin endogen dan

dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya dijumpai pada usia

paruh baya dan lansia (LeMone, 2016). Pada DM Tipe 2 pankreas

dapat menghasilkan jumlah insulin untuk metabolisme glukosa,

tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara optimal,

penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah meningkat

(Manurung, 2018).

DM tipe 2 sangat banyak terjadi pada usia di atas 40 tahun

dengan disertai bervariasi gejala, mulai dari yang dominan resistensi

insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan efek

sekresi insulin disertai juga dengan resistensi insulin (Sugianto,

2016). Faktor utama perkembangan DM Tipe 2 adalah resistensi

selular terhadap efek insulin yang di tingkatkan oleh kegemukan,

tidak beraktivitas, penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia

(LeMone, 2016).

2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) tidak

ketergantungan dengan Insulin. Penyebab pada DM Tipe 2 meliputi

gangguan sekresi insulin, retensi insulin perifer, dan produksi


16

glukosa hepatik berlebih. Obesitas sering ditemukan pada penderita

diabetes mellitus tipe 2. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan

produksi glukosa hepatik menyebabkan penderita mengalami

peningkatan kadar glukosa darah puasa (Manurung, 2018).

Retensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin untuk

bekerja secara efektif pada jaringan otot dan liver. Resistensi insulin

bersifat relatif, tingginya jumlah insulin yang dibutuhkan untuk

menormalkan kadar glukosa plasma menandakan penurunan

sensitivitas dan respon reseptor insulin. Penurunan reseptor insulin

dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka merupakan efek

sekunder hiperinsulinemia (Manurung, 2018).

Pada penderita DM Tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa

hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B

langerhans secara autoimun seperti DM Tipe 2. Defisiensi fungsi

insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak

absolut (Fatimah noor Restyana, 2015). Individu yang paling

beresiko terkena Diabetes Mellitus Tipe 2 yaitu :

a. Kelebihan berat badan

b. Berumur > 40 tahun

c. Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas normal.

d. Tekanan darah > 130/85 mmHg .


17

e. Kolestrol tinggi (kolestrol LDL > 130 mg/fl atau kolestrol total >

200 mg/dl).

f. Pernah mengalami diabetes mellitus gestasional (glukosa data

tinggi selama hamil).

g. Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg

2.1.3 Patofisilogi Diabetes Mellitus Tipe 2

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Dm Tipe 2) sekresi insulin

fase 1 atau early peak yang terjadi selama 3-10 menit pertama

setelah makan yaitu insulit yang disekresi pada fase ini insulin yang

disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan

glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin

dalam 20 menit setelah stimulasi glukosa agar menghasilkan insulin

lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu dalam meningkatkan sekresi

insulin sebagaimana individu normal. Secara bertahap kemampuan

fase 2 untuk menghasilkan insulin akan menurun (Nixson, 2018).

Perjalanan DM Tipe 2 dimulai dengan fase 1 yang

menyebabkan hiperglikemi dan gangguan fase 2 dimana tidak terjadi

hiperinsulinemi akan tetapi ganggua sel beta. Pada kadar glukosa

darah puasa 80-140 mmg/dl kadar insulin meningkat, tetapi mampu

meningkat jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka

kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi, pada tahapan

ini terjadi kelelahan sel beta menyebabakan penurunan fungsi. pada


18

saat kadar insulin puasa dalam darah menurun maka efek penekanan

insulin terhadap produksi glukosa hati meningkat dan

mengakibatkan hiperglikemi saat puasa. Resistensi insulin

merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik,

lingkungan berperan penting pada perkembangannya. Faktor lain

seperti kurangnya aktivitas fisik, makanan mengandung lemak,

kegemukan, dan resistensi insulin (Manurung, 2018).

2.1.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Rakhmadany (2010) faktor- faktor resiko DM Tipe 2 yaitu :

2.1.4.1 Usia

Umunya manusia mengalami perubahan fisiologis

yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40

tahun. Diabetes muncul setelah individu memasuki usia

rawan, terutama setelah usia 40 tahun pada mereka yang

berta badanya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka

terhadap insulin.

2.1.4.2 Stress

Stress merupakan respon tubuh yang tidak spesifik

terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu

fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari dan tidak dapat di hindari, setiap orang

mengalaminya. stress dapat berdampak secara total pada

individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,


19

sosial, dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan

fisiologis.

2.1.4.3 Kecemasan

Kecemasan penderita DM tipe 2 ini merupakan

suatu masalah yang sangat kompleks. Kecemasan juga

dapat memicu pelepasan hormone adrenalin (epinefrin)

dan meningkatkan kadar norepinefrin. Pelepasan adrenalin

dan noradrenalin meningkatkan denyut jantung dan

pernapasan sehingga menghambat ekskresi insulin yang

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan asam lemak

dalam darah.

2.1.4.4 Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya

meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus. Kurang

gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan berat

badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja

insulin (resistensi insulin).

2.1.4.5 Minimnya aktiviatas fisik

Penderita Diabetes Mellitus mereka yang memiliki

aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan energi

hanya sedikit
20

2.1.4.6 Obesitas

Pada penderita diabetes mellitus 80% dari penderita

Non Insuline Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

adalah Obesitas/Gemuk. Obesitas berkaitan dengan

resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan

diabetes mellitus tipe 2 hal ini jelas dikarenakan

persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level

yang tinggi. Kolestrol dalam darah dan serta kerja jantung

yang ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh

menjadi pemicu obesitas.

2.1.4.7 Riwayat keluarga

Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot

hampir 100%. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2,

rasio diabetes dan non diabetes pada anak 1:1 dan sekitar

90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.

2.1.4.8 Merokok

Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan

terhadap insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin

biasanya mengawali terbentuknya diabetes mellitus tipe 2.

2.1.4.9 Hipertensi

Hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin

dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan

konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas.


21

Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan

diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh/disfungsi

endothelial. Sel endothelial mensistensis beberapa

substansi bioktif kuat yang mengatur struktur fungsi

pembuluh darah.

2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurun LeMone Priscilla (2016) pada penderita Dibaetes

Mellitus Tipe 2 mengalami tanda dan gejala yang lambat dan sering

kali tidak menyadari penyakit yang dialaminya. Hiperglikemia pada

DM Tipe 2 biasanya keluhan yang muncul seperti, poliuria,

polidipsia, penglihatan buram, keletihan, parestesia dan infeksi kulit.

Beberapa keluhan dan gejala DM Tipe 2 (Agustina, 2009

dalam Manurung Nixson, 2018) meliputi :

2.1.5.1 Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam

waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal

ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke

dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber

tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot

mengakibatkan penderita kehilangan jaringan lemak dan

otot sehingga mengalami penurunan berat badan.


22

2.1.5.2 Banyak Kencing (Poliuria)

Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing. Buang air kecil (BAK) yang sering dan

dalam jumlah banyak akan sangat menganggu penderita

terutama pada waktu malam hari.

2.1.5.3 Banyak Minum (Polidipsi)

Rasa haus sering dialami oleh penderita DM tipe 2

karna banyak cairan yang keluar melalui urine. Rasa haus

sering disalah tafsirkan dengan udara yang panas dan

beban kerja yang berat sehingga membuat penderita

minum yang banyak untuk menghilangkan rasa haus.

2.1.5.4 Banyak makan (polifagia)

Pada penderita DM tipe 2 selera makan meningkat

dan selalu merasa lapar. kalori dari makanan yang

dimakan dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah

tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan.

2.1.5.5 Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang sering terjadi pada

penderita Diabetes Melitus seperti pandangan yang kabur.


23

2.1.5.6 Perubahan fungsi seksual

Berupa perubahan fungsi ereksi, impoten dan

kejadian keputihan yang disebabkan gangguan saraf bukan

dikarena penurunan hormon testosteron.

2.1.5.7 Gangguan saraf tepi/kesemutan

Penderita mengeluh kesemutan terutama pada waktu

malam, sehingga mengganggu tidur, Gangguan saraf tepi

pada penderita DM tipe 2 dirasakan dengan keluhan nyeri

saraf perifer.

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2

Pengelolaan DM sesuai 4 pilar utama pengelolaan DM

dijabarkan sebagai berikut menurut Perkeni (2015) :

2.1.6.1 Perencanaan Makan (Diet)

Sukardji (2009) mengatakan bahwa penurunan berat

badan ringan dan sedang (5-10 kg) dapat meningkatkan

kontrol diabetes. Penurunan berat badan dapat dicapai

dengan penurunan asupan energi yang moderat dan

peningkatan pengeluaran energi.

2.1.6.2 Latihan Jasmani

Kegiatan fisik dan latihan jasmani sangat berguna

bagi penderita diabetes karena mampu meningkatkan

kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan

fungsi jantung, paru, dan otot. Latihan jasmani yang


24

dianjurkan untuk pasien diabetes adalah jenis aerobik

seperti jalan kaki, lari, naik tangga, sepeda, sepeda statis,

jogging, berenang, senam, aerobik dan menari. Klien

Diabetes Mellitus dianjurkan melakukan latihan jasmani

secara teratur 3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit.

2.1.6.3 Medikasi (Ketempat Pelayanan Kesehatan)

Penderita DM Tipe 2, kontrol glikemik dapat

dipertahankan dengan intervensi non-farmakologis seperti

diet, latihan fisik, dan monitoring gula darah mandiri tetapi

sebagian besar penderita DM Tipe 2 memerlukan

pengobatan dengan farmakologi.

2.1.6.4 Kontrol glukosa

Kontrol glukosa darah didasarkan pada kebutuhan

individu, jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan.

kontrol gula darah efektif dalam meningkatkan kontrol

glikemik pada individu dengan DM Tipe 2 yang tidak

menggunakan insulin.

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Komplikasi diabetes mellitusTipe 2 (DM Tipe 2) antara lain:

2.1.7.1 Komplikasi akut

Komplikasi akut merupakan suatu keadaan gawat

darurat yang terjadi pada perjalanan penyakit diabetes


25

mellitus. Menurut Fransisca (2012), komplikasi akut dapat

diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Komplikasi akut gawat darurat tersering dan

serius, dimana kadar glukosa darah meningkat tinggi

disertai peningkatan kesamaan darah akibat timbunan

benda keton dan kekurangan cairan. Keadaan ini

disebabkan kekurangan insulin berat dan akut dari

suatu perjalanan penyakit Diabetes Mellitus.

b. Hipoglikemia

Komplikasi akut gawat darurat yang timbul

akibat tubuh menjadi kekurangan gula biasanya di

bawah 55mg/dL. Yang disebabkan oleh pengobatan

diabetes dengan obat-obatan anti diabetic, sedangkan

kadar gula darah yang normal antar 60 mg/dL, sampai

145 mg/dL.

c. Koma Diabetik

Komplikasi akut dari diabetes mellitus yang

menyebabkan tidak sadar (tidak dapat merespon suara

atau stimulasi). Kadar gula darah yang sangat tinggi

(Hiperglikemia) atau sangat rendah (Hipoglikemia)

dapat memicu terjadinya koma diabetik. Jika tidak

segera ditangani, dapat berakibat fatal.


26

2.1.7.2 Komplikasi kronis

Komplikasi kronik merupakan komplikasi yang

terjadi dalam waktu yang lama. Fransisca (2012),

komplikasi dibagi menjadi:

a. Mikrovaskuler

1) Ginjal

Mengalami kegagalan ginjal karena fungsi

ginjal makin menurun ditandai wajah sembab,

tekanan darah tinggi dan pucat.

2) Retina Mata

Mengalami kebutaan atau pengurangan

penglihatan karena terjadinya kelainan yang timbul

pada retina akibat proses retinopati diabetik

menyebabkan lensa, saraf, otot, selaput pembuluh

darah mata dapat terganggu fungsinya.

b. Makrovaskuler

1) Jantung koroner

Jantung koroner atau penyakit jantung

arteriosklerotik karena otot jantung kurang

mendapatkan darah (makanan) dari pembuluh

darah jantung.
27

2) Penyempitan pembuluh darah tungkai

Pembuluh darah kaki karena penyempitan

hingga penutupan pembuluh darah sehingga terjadi

berkurangnya sampai berhentinya peredaran darah

didalam tungkai dan kaki menyebabkan kematian

jaringan tungkai dan kaki dihilir pembuluh darah

tersebut.

2.1.8 Kadar Gula Darah Diabetes Mellitus Tipe 2

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah. Kadar gula darah puasa dikatakan baik jika

<110mg/dL, sedang 110-125mg/dL, buruk >125mg/dL. Seseorang

yang mengalami gula darah tinggi, berarti ada gangguan pada fungsi

pankreas untuk menghasilkan insulin dan respon fisiologis. Reaksi

fisiologi terhadap cemas dapat mempengaruhi aksis hipotalamus

hipofisis, sehingga dapat mempengaruhi fungsi endokrin seperti

meningkatnya kadar kortisol yang ternyata memberikan dampak

antagonis terhadap fungsi insulin, serta dapat memberikan pengaruh

yang buruk terhadap kontrol glukosa darah (Ati,2014).

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Menurut NANDA (2018) kecemasan (Ansietas) merupakan

perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respons

otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap


28

bahaya. Stuart (2012) menyatakan kecemasan adalah perasaan tidak

tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan

yang disertai ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan

ketidakamanan.

Menurut Sutejo (2018) Kecemasan adalah perasaan tidak

tenang karena ketidak nyamanan atau rasa takut yang disertai dengan

respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Kecemasan merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari

seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang

membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa

tingkatan (Kusumawati, 2011).

2.2.2 Faktor Presdisposisi dan presipitasi Kecemasan

Menurut Sumber : Stuart dan Laria (2005) faktor predisposisi

dan presipitasi kecemasan terdiri dari :

2.2.2.1 Faktor Biologis

Teori biologis bahwa otak mengandung reseptor

khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator ihibisi

(GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis

yang berkaitan dengan kecemasan. Reseptor

benzodiazepine yang di otak dan dapat membantu mengatur

kecemasan. Kecemasan dapat disertai dengan gangguan

fisik dan menurunkan kapasitas individu untuk mengatasi

stressor. (Stuart, 2013 dalam Sutejo 2018 : 149).


29

Klien dengan penyakit fisik yang kronis berisiko

mengalami masalah kecemasan. Klien dengan masalah

kesehatan fisik juga berisiko mengalami kecemasan

dibandingkan dengan yang tidak mengalami masalah

kesehatan fisik (Zaini Mad, 2019).

2.2.2.2 Faktor Psikologis

Dasar dari faktor psikologis adalah teori psikoanalisa

dan perilaku yang menyebabkan kecemasan. Teori

psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud

menjelaskan bahwa kecemasan merupakan hasil dari

ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Sutejo (2018) faktor psikologis dapat dilihat

dari beberapa pandangan yaitu :

a. Pandangan Psikoanalitik

Kecemasan merupakan konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian (Id dan

Superego). Id mewakili dorongan insting dan implus

primitif, sedangkan superego mencerminkan hati yang

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma

budaya seseorang. Ego berfungsi untuk menengahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi

kecemasan untuk mengingatkan ego bahwa ada bahaya.


30

b. Pandangan Interpersonal

Kecemasan muncul akibat perasaan takut tidak

adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan berhubungan dengan perkembangan

trauma, perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan

kelemahan spesifik. Seseorang yang mengalami harga

diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan

kecemasan yang berat.

c. Pandangan Perilaku

Kecemasan dapat menjadi segala sesuatu yang

menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap

sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan. Seseorang yang

terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan dengan

ketakutan yang berlebihan sering menujukkan

kecemasan dalam kehidupan selanjutnya.

2.2.2.3 Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya dapat menjadi latar belakang

klien mengalami kecemasan adalah kurangnya dukungan

keluarga, status sosial ekonomi rendah, pendidikan yang

rendah, kurang pasrtisipasi di masyarakat, perpisahan orang


31

terdekat, kurang menjalakan ajaran agama lebih beresiko

mengalami kecemasan.

2.2.3 Manifestasi Klinis Kecemasan

Perubahan yang dialami klien kecemasan seperti perubahan

kognitif penurunan konsentrasi, berfokus pada hal yang sakit,

menyadari gejala fisiologis seperti pusing. Perubahan efektif seperti

perasaan khawatir, sedih, tidak percaya diri dan merasa bingung.

Perubahan fisiologis seperti penurunan nafsu makan, ketegangan

otot, peningkatakan tanda-tanda vital, kesulitan tidur dan nyeri.

Perubahan perilaku yang muncul pada klien cemas (ansietas)

seperti kewaspadaan meningkat, penurunan produktifitas dan tidak

tenang. Adapun perubahan sosial yang terjadi yaitu kurangnya

inisiatif, menghindari kontak sosial dan sulit menikmati kegiatan

sehari- hari (Towmsed, 2009 dalam Zaini Mad, 2019).

Menurut Sutejo (2018) tanda dan gejala pasien dengan

kecemasan (ansietas) sebagai berikut :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya

sendiri serta mudah tersinggung.

b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah

terkejut.

c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada

keramaian dan banyak orang.


32

d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang

menengangkan.

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f. Keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang

belakang, pendengaran yang berdenging, sesak napas,

mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit

kepala.

2.2.4 Respon-Respon Kecemasan

Menurut Zaini Mad (2019) Penderita Kecemasan menunjukkan

beberapa respon. Respon psikososial yang dialami klien cemas

(ansietas) meliputi :

2.2.4.1 Respon Kognitif

Menurut Zaini Mad (2019) respon kognitif klien

dipengaruhi oleh kemampuan koping individu yang

berkaitan dengan pengalaman klien dalam mengahadapi

stressor serta efektifitas koping yang digunakan untuk

mengontrol stressor.

Respon Kognitif yang muncul pada klien cemas

(Ansietas) meliputi respon kognitif secara subjektif dan

objektif. Respon kognitif secara subjektif diantaranya

mudah lupa, sering mimpi buruk, mengambil keputusan,

mengatakan takut kehilangan kontrol, bingung, pikiran


33

bloking. Respon kognitif secara objektif diantaranya sulit

konsentrasi atau tidak bisa konsentrasi, penurunan

kemampuan untuk belajar, penurunan lapang persepsi,

berfokus pada apa yang menjadi perhatian, penuruanan

kemampuan untuk mencegah masalah dan tidak mampu

menerima rangsangan dari luar (stuarts, 2009 dalam Zaini

Mad 2019).

2.2.4.2 Respon Afektif

Respon afektif yang muncul pada klien cemas

(ansietas) meliputi respons afektif secara subjektif dan

objektif. Respon afektif secara subjektif diantaranya merasa

cemas, merasa menyesal, perasaan tidak aman, perasaan

senang atau sedih yang berlebihan, gelisah dan merasa

ketakutan dan perasaan tidak berdaya. Respon afektif secara

objektif diantaranya berfokus pada diri sendiri, ragu dan

tidak percaya diri, tidak sabaran, marah yang berlebihan,

cenderung menyalahkan orang lain, kewaspadaan

meningkat dan gugup.

2.2.4.3 Respon Fisiologis

Respon fisiologi yang muncul pada klien cemas

(Ansietas) meliputi respon fisiologi secara subjektif dan

objektif. Respon fisiologis secara subjektif diantaranya

diare, anoreksia, nyeri abdomen, sering berkemih,


34

ketegangan otot, mulut kering, jantung berdebar-debar,

peningkatan reflek, kedutan otot serta kesemutan pada

ekstremitas. Respon fisiologis secara objektif diantaranya

wajah tegang dan merah, nadi dan tekanan darah

meningkat, tremor tangan, peningkatan keringat, gangguan

pola tidur serta peningkatan frekuensi pernafasan.

2.2.4.4 Respon Perilaku

Respon perilaku yang muncul pada klien ansietas

meliputi respon perilaku secara subjektif dan objektif.

Respon perilaku secara subejektif yaitu penurunan

produktivitas. Respon perilaku secara objektif diantaranya

melamun, tidak bisa tenang, misalnya gerakan kaki dan

gerakan tangan, gelisah serta tampak kurang koordinasi

dalam gerakan.

2.2.4.5 Respon Sosial

Respon sosial yang muncul pada klien cemas

(Ansietas) meliputi respon sosial secara subjektif dan

objektif. Respon sosial secara subjektif yaitu sulit

menikmati kegiatan sehari-hari. Adapun respon sosial

secara objektif diantaranya bicara berlebihan dan cepat,

menarik diri dari hubungan interpersonal, kurang inisiatif,

menghindari kontak sosial dengan orang lain dan terkadang

menunjukkan sikap bermusuhan.


35

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Sutejo (2018) mempunyai tingkat kecemasan :

2.2.5.1 Kecemasan Ringan

Kecemasan (Ansietas) adalah suatu sensasi (perasaan)

bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan memerlukan

perhatian khusus. Kecemasan ringan dapat mendorong atau

memotivasi orang untuk melakukan perubahan atau

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

2.2.5.2 Kecemasan Sedang

Kecemasan (Ansietas) sedang adalah suatu perasaan

yang menganggu karena ada sesuatu yang salah dan

individunya gugup dan tidak tenang. Pada ansietas

seseorang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan

memerlukan bantuan untuk berfokus kembali.

2.2.5.3 Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi individu

adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu

yang terperinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak pengarahan.
36

2.2.5.4 Tingkat panik

Kecemasan tingkat panik yang dirasakan individu

pada tingkat ini adalah ketakutan dan merasa di teror serta

tidak mampu melakukan apapun. Tingkat panik dapat

membuat meningkatnya aktivitas motorik, menurunkan

kemampuan interaksi dengan orang lain, persepsi

menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.

2.2.6 Alat Ukur Kecemasan

Salah satu alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). ZSAS merupakan

alat ukur baku yang sering digunakan untuk tingkat kecemasan.

Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) adalah penilaian kecemasan

pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung salah

seorang psikologis dari universitas duke (Aspuah, 2013).

Kuesioner ZSAS dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan

dalam Diagnostic and statistical manual of mental disorder (DSM-

II). Terdapat 20 item pernyataan,yang berisi 4 kategori yaitu gejala

kognitif di nomor (1, 2, 3, 4, 5), Gejala autonomik di nomor (10, 13,

15, 16, 17, 18, 19, 20 ), gejala motorik di nomor ( 6, 7, 8, 14) dan

sistem syaraf pusat di nomor (9, 11, 12). Setiap pernyataan dinilai 1-

4 (1: tidak pernah, 2 : kadang-kadang, 3 : sering, 4 : selalu). Terdapat

15 pernyataan kearah peningkatan kecemasan dan 5 pernyataan

kearah penurunan kecemasan (Aspuah, 2013).


37

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

a. Skor 20-44 : kecemasan ringan

b. Skor 45-59 : kecemasan sedang

c. Skor 60-74 : kecemasan berat

d. Skor 75-80 : kecemasan panik

Semakin tinggi penilaian ZSAS menandakan tingkat

kecemasan semakin tinggi. Berikut butir-butir dari Zung Self-Rating

Anxiety Scale. Dinilai dari setiap item yang telah dipilih sebagai

berikut :

1. Merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya.

2. Merasa takut tanpa alasan yang jelas.

3. Merasa seakan tubuh saya berantakan atau hancur.

4. Mudah marah, tersinggung atau panik.

5. Selalu merasa kesulitan mengerjakan segala sesuatu atau merasa

sesuatu yang jelek akan terjadi.

6. Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar.

7. Sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot.

8. Merasa badan saya lemah dan mudah lelah.

9. Tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang.

10. Merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat.

11. Sering mengalami pusing.

12. Sering pingsan atau merasa seperti pingsan

13. Mudah sesak napas tersengal-sengal.


38

14. Merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada jari-jari saya.

15. Merasa sakit perut atau gangguan pencernaan.

16. Sering kencing dari pada biasanya.

17. Merasa tangan dingin dan sering basah oleh keringat.

18. Wajah terasa panas dan kemerahan

19. Sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam.

20. Mengalami mimpi-mimpi buruk.

2.3 Konsep Dukungan Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Menurut Friedman (2014) keluarga adalah sekumpulan orang

yang bersama-sama bersatu dengan melakukan pendekatan

emosional dan mengidentifikasi dirinya sebagian dari keluarga.

Keluarga merupakan salah satu support sistem yang dapat

dimanfaat dalam pemberian pelayanan keperawatan dan

penatalaksanaan pasien diabetes mellitus. Dukungan dan perilaku

keluarga yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan pasien DM Tipe

2 dalam pengobatan (Mayberry, 2012).

2.3.2 Tipe Keluarga

Menurut Friedman (2014) keluarga mempunyai tipe agar dapat

mengembangkan derajat kesehatannya antara lain :

2.3.2.1 Keluarga inti

Keluarga inti adalah transformasi demografi dan

sosial yang paling signifikan. Keluarga inti terdiri dari ayah


39

ibu dan anak. Ayah bekerja untuk mencari nafkah dan ibu

mengurus rumah tangga (Friedman, 2014).

2.3.2.2 Keluarga adopsi

Keluarga adopsi merupakan suatu cara untuk

membentuk keluarga dengan menyerahkan tanggung jawab

orang tua kandung pada orang tua adopsi secara sah dan

saling menguntungkan. Keluarga adopsi ini di lakukan

dengan berbagai alasan seperti pasangan yang tidak dapat

memiliki anak kandung, tetapi ingin menjadi orang tua

sehingga jalan yang ditempuh dengan mengadopsi anak dari

pasangan lain (Friedman, 2014).

2.3.2.3 Keluarga asuh

Keluarga asuh merupakan layanan kesehatan yang

diberikan untuk mengasuh anaknya ketika keluarga

kandung sedang sibuk. Keluarga asuh memberikan

keamanan kepada anak. Anak diasuh oleh keluarga asuh

umumnya memiliki hubungan kekerabatan misalnya

nenek/kakek (Friedman, 2014).

2.3.2.4 Keluarga orang tua tiri

Keluarga orang tua tiri bila pasangan yang mengalami

perceraian dan menikah lagi. Anggota keluarga termasuk

anak harus menyesuaikan diri dengan keluarga barunya.

Kekuatan positif dari keluarga tiri antara lain menikah lagi


40

merupakan bentuk hubungan yang positif maupun suportif,

meningkatkan kesejahteraan anak, memberikan anak

perhatian serta kasih sayang dan sebagai jalan keluar dari

perbaikan dan kondisi keuangan (Friedman, 2014).

2.3.2.5 Keluarga tradisional

Keluarga tradisional ini biasanya meliputi keluarga

inti seperti pasangan suami istri dan anak. Keluarga inti

dual earner meliputi keluarga pernikahan pertama dengan

orang tua tiri dan keluarga adopsi (Friedman, 2014).

2.3.2.6 Keluarga non tradisional

Keluarga non tradisional ini meliputi keluarga yang

tinggal satu rumah tetapi belum berstatus menikah seperti

pria dan wanita bersama-sama tanpa menikah dan pasangan

yang memiliki anak tetapi tidak menikah (Friedman, 2014).

2.3.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedmen (2010) terdapat beberapa fungsi dasar

keluarga antara lain :

2.3.3.1 Fungsi Afektif

Fungsi afektif atau fungsi mempertahankan

kepribadian guna untuk memfasilitasi kepribadian orang

dewasa, dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota

keluarga.
41

2.3.3.2 Fungsi Sosial

Fungsi sosial dapat menfasilitasi sosialisasi primer

anggota keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota

keluarga yang produktif dan memberikan status pada

anggota keluarga.

2.3.3.3 Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi berguna untuk mempertahankan

kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk

kelangsungan hidup masyarakat.

2.3.3.4 Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah menyediakan sumber

ekonomi yang cukup dan alokasi sangat efektif.

2.3.3.5 Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah menyediakan

kebutuhan fisik, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta

perawatan kesehatan.

2.3.4 Tugas Keluarga

Menurut Friedman (2014) terdapat beberapa tugas pokok

keluarga antara lain :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota keluarga

b. Pemeliharaan berbagai sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas anggota keluarga sesuai dengan kedudukan

masing-masing
42

d. Sosialisasi antar anggota keluarga baik dari segi pengetahuan

maupun dari segi kesehatan

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Membangkitkan dorongan dan motivasi pada anggota keluarga

2.3.5 Definisi Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu

yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan yang meliputi

sikap,tindakan dan penerima keluarga terhadap penderita yang sakit

serta berfungsi dalam hal keagamaan, budaya, cinta kasih,

perlindungan, sosialisasi, ekonomi, serta fungsi pelestarian

lingkungan (setiawan, dkk 2020).

Menurut Friedman (2014) bahwa dukungan keluarga dapat

memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga,

memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi

sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam

menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Menurut Setiawan (2019) dukungan keluarga dapat

memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga,

memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi


43

sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam

menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

2.3.6 Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010) terdapat tiga sumber dukungan

sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan,

dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan

professional, dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.

Dukungan sosial keluarga mengarah kepada dukungan-dukungan

sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang

mampu diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan keluarga

merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit. Dukungan keluarga dapat berupa internal,

seperti dukungan dari suami/istri atau eksternal berupa dukungan

dari saudara kandung (Friedman, 1998 dalam Atyanti, dkk 2017).

2.3.7 Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk bantuan yang

diberikan salah satu anggota keluarga untuk memberi kenyamanan

fisik dan psikologis pada saat seseorang mengalami sakit (Friedmen

2014 dalam setiawan dkk 2020) jenis-jenis dukungan keluarga antara

lain :

2.3.7.1 Dukungan Emosional

Dukungan Emosional merupakan dukungan yang

diberikan keluarga berupa rasa perhatian dan empati.


44

Dukungan emosional ini juga dipengaruhi oleh orang lain

yang merupakan ekspresi dari dukungan yang mampu

menguatkannya (Friedman, 2014).

2.3.7.2 Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah Dukungan yang

diberikan yaitu apresiasi positif terhadap anggota keluarga

sehingga keluarga merasa dihargai. Dukungan ini juga

sebagai bentuk penerimaan dan penghargaan terhadap

keberadaan seseorang dalam segala kekurangan dan

kelebihan yang dimiliki (Hersanling 2009 dalam Yusra,

2011).

2.3.7.3 Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang

diberikan berupa peralatan atau benda nyata seperti

memberikan uang untuk pengobatan anggota yang sakit

yang bersifat praktis dan konkrit (Friedman, 2014).

2.3.7.4 Dukungan Informasi

Dukungan informasi adalah ukungan yang diberikan

berupa nasihat atau saran untuk anggota keluarga, misalnya

memberikan saran kepada anggota keluarga untuk berobat

secara rutin, guna membantu mengambil keputusan kepada


45

anggota keluarga yang sakit (Hersanling 2009 dalam Yusra,

2011).

2.3.8 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Gusti (2013) faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga antara lain :

2.3.8.1 Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan

Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia

dalam hal ini adalah perkembangan dan pertumbuhan,

dengan ini setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan

yang berbeda-beda.

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan

terbentuk oleh variable intelektual yang terdiri dari

pengetahuan, latar belakang, pendidikan dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan

pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.
46

c. Faktor Emosi

Faktor emosional dapat mempengaruhi keyakinan

terhadap adanya dukungan dan cara melakukannya.

individu yang mengalami respon stress dalam setiap

perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap

berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat

mengancam kehidupannya.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaimana

seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan

keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan

keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan

dan arti dalam hidup.

2.3.8.2 Faktor Eksternal

a. Praktik di keluarga

Cara keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan

kesehatannya. didalam praktik keluarga, keluarga

merupakan faktor penting bagi penderita diabetes

mellitus keluarga tempat berbagi kebahagiaan dan

kesedihan, begitu juga pada penderita dengan Diabetes

Mellitus. peran anggota keluarga dalam memandu


47

pengobatan, diet, latihan jasmani, dan pengisian waktu

luang yang positif bagi kesehatan penderita diabetes

mellitus merupakan bentuk peran serta aktif bagi

keberhasilan penatalaksanaan diabetes mellitus.

Diabetes mellitus akan memiliki sikap lebih positif

untuk mempelajari diabetes mellitus apabila keluarga

mendukung dan antusias terhadap pengetahuan

kesehatan.

b. Faktor sosial ekonomi

Meningkatkan risiko terjadinya penyakit karena

bergantung pada tingkat pendapatan keluarga.

Seseorang yang tingkat sosialnya tinggi akan segera

merespon penyakitnya serta keluarga yang

mempedulikannya. Faktor sosial dan psikososial dapat

meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Variable psikososial

mencakup (Stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja). Seseorang biasanya akan mencari

dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal

ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaanya semakin tinggi tingkat ekonomi

seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap


48

terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia

akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya. (Sarfino, 2004)

c. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan,

nilai dan kebiasaan individu, dalam memberikan

dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

(Bomar, 2004).

2.3.9 Alat Ukur Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mempunyai dampak terhadap kesehatan

fisik dan mental pada setiap anggotanya. Dukungan keluarga yang

kurang berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

kematian (Mirza Rina, 2017). Menurut Hensarling (2009) Dukungan

keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak

positif terhadap perawatan diri pada pasien diabetes mellitus.

Hensarling (2009) mengembangkan suatu skala pengukuran

dukungan keluarga dengan nama “Hensarling Diabetes Family

Support Scale (HDFSS)”, dimana kuesioener ini baku dan skala ini

menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien

terhadap dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling

merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur dukungan

keluarga pada pasien DM.


49

Instrumen HDFSS mengukur dukungan keluarga yang

dirasakan oleh pasien DM, secara konsep didefinisikan bagaimana

pasien melihat dukungan dari keluarganya. HDFSS terdiri atas 29

pernyataan yang terdiri atas dengan pernyataan dukungan informasi

di nomor (1, 2, 3), pernyataan dukungan emosional di nomor (4, 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13). pernyataan dukungan penghargaan di

nomor (14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21), pernyataan dukungan

instrumental di nomor (22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29) dengan

alternatif jawaban:

a. 4 = selalu

b. 3 = sering

c. 2 = jarang

d. 1 = tidak pernah

Hensarling (2009) menjelaskan keterangan rentang skor antara lain:

a. Dukungan keluarga mendukung ≥ dari median

b. Dukungan keluarga kurang mendukung < dari median

Berikut butir-butir pernyataan dari Hensarling Diabetes

Familly support scale (HDFSS), yaitu:

1. Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter.

2. Keluarga memberi saran supaya saya mengikuti edukasi

diabetes.
50

3. Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada

saya.

4. Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang

berhubungan diabetes.

5. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes.

6. Keluarga mau mengerti tentang bagaimana saya merasakan

diabetes.

7. Saya merasakan kemudahan mendapatkan informasi dari

keluarga tentang diabetes.

8. Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika

saya lupa.

9. Keluarga mendukung usaha untuk olahraga.

10. Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana

diet/makan.

11. Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang

manis.

12. Keluarga makan makanan pantangan saya didekat saya.

13. Diabetes yang saya alami membuat keluarga merasa susah.

14. Keluarga mengingatkan saya untuk memesan obat diabetes.

15. Saya merasakan kemudahan meminta bantuan kepada keluarga

dalam mengatasi masalah diabetes.

16. Keluarga mengingatkan saya tentang keteraturan waktu diet.

17. Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya.


51

18. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan mata saya

kedokter.

19. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya

kedokter.

20. Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter.

21. Saya merasakan kemudahan minta bantuan keluarga untuk

mendukung perawatan diabetes saya.

22. Keluarga menyediakan makanan sesuai diet saya.

23. Keluarga mendukung usaha saya untuk makan sesuai diet.

24. Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes.

25. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kesehatan saya

ke dokter.

26. Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes.

27. Keluarga memahami jika saya sedih dengan diabetes.

28. Keluarga mengerti bagaimana cara membantu saya dalam

mengatasi diabetes saya.

29. Keluarga membantu saya membayar pengobatan diabetes.


52

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah :

Faktor resiko diabetes mellitus Faktor predisposisi dan presipitasi


tipe 2 kecemasan

1. Usia 1. Faktor biologis

2. Stress 2. Faktor psikologis

3. Kecemasan 3. Faktor sosial budaya

4. Pola makan yang salah


Tingkat Kecemasan
5. Minimnya aktivitas fisik
1. Ringan
6. Obesitas 2. Sedang
3. Berat
7. Riwayat keluarga 4. Panik
8. Merokok
Faktor dukungan keluarga
9. Hipertensi
1. Faktor internal
a. Tahap perkembangan
Pengelolaan Diabates Melitus
Tipe 2 b. Pendidikan atau tingkat
pengetahuan
1. Perencanaan makanan
(diet) c. Faktor emosi
2. Latihan jasmani d. Spiritual
3. Medikasi (ketempat 2. Faktor eksternal
pelayanan kesehatan)
a. Praktik di keluarga
4. Control glukosa
b. Faktor sosial ekonomi
c. Latar belakang budaya
Sumber : Family centered nursing Orem (2001), Friedman (2003), Stuart & Laria
(2005), Henserling (2009) dan Perkeni (2015).

Skema 2. 1 Kerangka Konseptual


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru
Kota Batam Tahun 2021
53

2.5 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan

masalah diatas (Nursalam, 2015):

Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas

Tiban Baru Kota Batam 2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dengan

rancangan cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan observasi atau pengumpulan data secara sekaligus pada suatu

saat (Dharma Kusuma Kelana, 2011). Dimana dalam penelitian ini

bertujuan untuk melihat Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam Tahun 2021.

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010). Populasi

dalam penelitian ini terbagi dua yaitu :

3.2.1.1 Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang memenuhi kritria

sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam,

2015). Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh

54
55

penderita DM Tipe 2 di kota batam sejumlah 12074

Penderita DM tipe 2.

3.2.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi

kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh

peneliti dri kelompoknya (Nursalam, 2015). Populasi

terjangkau pada penelitian ini adalah penderita DM Tipe 2

di Puskemas Tiban Baru berjumlah 1843 penderita DM

Tipe 2.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diteliti

atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Suryono, 2013). Sampel Penelitian dalam penelitian ini diambil dari

populasi terjangkau dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai

berikut:

3.2.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang menentukan

subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang

memenuhi kriteria sampel. (Nursalam, 2015). Menurut

Saryono (2013) pada pengambilan sampel harus memenuhi

kriteria inklusi yang merupakan kriteria atau ciri-ciri yang

perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat


56

diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi pada pengambilan

sampel yaitu :

a. Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berada di

Puskesmas Tiban Baru kota Batam.

b. Penderita dengan usia > 40 tahun

c. Penderita Diabetes Mellitus tanpa penyakit penyerta

lainya.

d. Penderita yang bersedia berpartisipasi menjadi

responden.

3.2.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang menentukan

subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sebagai

sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel,

(Nursalam, 2015). Adapun kriteria eksklusi dalam

penelitian ini yaitu :

a. Penderita yang mengalami kesulitan berkomunikasi.

b. Penderita Diabetes Mellitus yang meninggalkan atau

mengundurkan diri menjadi responden.

3.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus cross

sectional sebagai berikut:


57

N . Zα 2 . p . q
n= 2 2
d ( N −1 ) + Zα . p . q

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z = Nilai baku distribusi normal pada α (10%) = 1,645

P = Proporsi suatu kejadian


2
d = Derajat akurasi (presisi) yang diinginkan = 10% (0,1)

Q = (1 – p )

Perhitungan :

N . Zα 2 . p . q
n=
d 2 ( N −1 ) + Zα 2 . p . q

1843 x 1,645 2 x 0,5 x 0,5


n= 0,1 2 ( 1843−1 ) +1,645 2 x 0,5 x 0,5

4.987,20407 x 0,25
= 0,01 ( 1842 ) +0,67650625

1.246,8010175
= 18,42+ 0,67650625

1.246,8010175
= 19,09650625

n = 65,28948286 (66 Responden)


58

Penelitian mengatasi apabila terdapat data yang kurang lengkap

atau responden tidak mau lagi ikut berpartisipasi dalam penelitian.

Maka jumlah sampel ditambah. Koreksi atau penambahan jumlah

sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian. Formula

yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah :

n
n’= 1−f

Keterangan :

n’ = Besar sampel setelah dikoreksi

n = Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = Prediksi persentase sampel drop out

Perhitungan :

n
n’= 1−f

66 66
n’ = 1−0,1 = 0,9 = 73,33333 (74 Responden)

3.2.4 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan purposive sampling yaitu metode untuk penetapan

sampel yang dilakukan dengan cara menentukan target dari elemen

populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya,

dengan teknik non probability sampling yaitu teknik yang digunakan

untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan atau


59

peluang yang sama bagi setiap anggota populasi atau setiap unsur

untuk dipilih menjadi sebuah sampel (Sugiyono, 2015).

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tiban Baru

Kota Batam Tahun 2021.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama 5 minggu pada tanggal 25

mei – 30 juni 2021 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam.

3.4 Variebel Penelitian

Variabel penelitian adalah poin-poin yang akan menjadi karakteristik

suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan

mengakibatkan perubahan variabel yang lain. Variabel bebas

Dukungan Keluarga di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun

2021.

3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam


60

penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada Penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.

3.5 Kerangka Kerja Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Kecemasan Pada


Dukungan Keluarga Penderita Diabetes
Mellitus tipe 2

Skema 3. 1 Kerangka Kerja


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru
Kota Batam Tahun 2021
61

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap persiapan

3.6.1.1 Pengajuan judul

3.6.1.2 Pembuatan proposal penelitian

3.6.1.3 Konsultasi atau bimbingan proposal penelitian

3.6.1.4 Studi pendahuluan

3.6.1.5 Izin sidang proposal dan penyerahan proposal penelitian

3.6.1.6 Seminar proposal penelitian

3.6.1.7 Pembuatan izin penelitian di Instansi terkait


3.6.2 Tahap Pelaksanaan

3.6.2.1 Izin penelitian

3.6.2.2 Mendapatkan informed Consent dari responden

3.6.2.3 Melakukan pengumpulan data

3.6.2.4 Melakukan pengolahan dan analisa data

3.6.3 Tahap Akhir

3.6.3.1 Menyusun laporan hasil penelitian

3.6.3.2 Sidang hasil atau persentasi hasil penelitian


62

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan

menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden setelah

diisi oleh responden dikumpulkan kembali oleh peneliti.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data-data penelitian sesuai dengan teknik

pengumpulan data yang telah dipilih. Dengan kata lain, instrument

penelitian dapat disebut dengan alat ukur (Kristanto, 2018)

3.7.2.1 Instrumen Dukungan Keluarga

Instrumen ini menggunakan lembar kuesioner baku dari

HDFSS (Hensarling Diabetes Familly Support Scale) yang

dikembangkan Hensarling (2009). Skala yang digunakan

didalam kuesioner adalah skala likert, yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang.

Alat ukur ini mencakup 29 pernyataan yang terdiri atas

dengan pernyataan dukungan informasi, dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan

instrumental.
63

Tabel 3. 1 Indikator Instrumen Dukungan Keluarga

No Indikator No Item Jumlah


Pernyataan Item
1. Dukungan Informasi 1, 2, 3 3
2. Dukungan Emosional 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
10, 11, 12, 13
3. Dukungan 14, 15, 16, 17, 8
Penghargaan 18, 19, 20, 21
4. Dukungan 22, 23, 24, 25, 8
Instrumental 26, 27, 28, 29
Total 29

3.7.2.2 Instrumen Tingkat Kecemasan

Instrument ini menggunakan lembar Kuesioner baku

dari Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) merupakan alat

ukur baku yang sering digunakan untuk tingkat kecemasan.

Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) adalah penilaian

kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William

W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan

dalam diagnostic and statistical manual of mental disorder

(DSM-II). Terdapat 20 item pernyataan, dimana setiap

pernyataan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2 : kadang - kadang, 3

: sering, 4 : selalu). Alat ukur ini mencakup 20 pernyataan,

yang berisi 4 kategori yaitu gejala kognitif, Gejala

autonomik, gejala motorik dan sistem syaraf pusat.

pernyataan Terdiri 15 pernyataan kearah peningkatan

kecemasan dan 5 pernyataan kearah penurunan kecemasan

(Aspuah, 2013).
64

Tabel 3. 2 Indikator Instrumen Tingkat Kecemasan

No Indikator No Item Jumlah


Pernyataan Item
1. Gejala Kognitif 1, 2, 3, 4, 5 5
2. Gejala Autonomik 10, 13, 15, 16, 8
17, 18, 19, 20
3. Gejala motoric 6, 7, 8, 14 4
4. sistem syaraf pusat 9, 11, 12 3
Total 20
3.7.3 Uji Validitas dan Relibilitas

3.7.3.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur tepat yang ingin di ukur

dengan kata lain alat ukur yang dipakai memang sesuatu yang

ingin diukur. Reliabilitas adalah sejauh mana ukuran yang

menunjukan hasil pengukuran yang dilakukan beberapa kali

pada alat ukur yang sama. Alat ukur atau kuesioner yang

sudah baku, tidak perlu dilakukan uji validitas, sedangkan

kuesioner yang belum baku perlu dilakukan uji validitas

(Janti, 2014).

3.7.3.2 Uji Reliabilitas

Realibilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu

pengukuran. Realibilitas menunjukkan apakah pengukuran

menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan

kembali secara berulang. Realibilitas juga dapat didefinisikan

sebagai derajat suatu pengukuran bebas dari random error

sehingga menghasilkan suatu pengukuran yang konsisten

(Dharma, 2011).
65

3.7.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dukungan Keluarga

Dalam penelitian ini mengunakan Kuesioner

Henserling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) tidak

perlu di lakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner

ini sudah baku secara internasional. jenis kuisioner yang

peneliti gunakan di adopsi dari penelitian sebelumnya dimana

instrument ini sudah di uji sebelumnya kuesioner HDFSS

untuk mengukur dukungan keluarga telah dilakukan uji

validitas didapatkan nilai r = 0,395 – 0,856 dan uji reliabilitas

nilai Croncbach Alpa = 0,940 lebih besar dari 0,6 artinya

dapat diterima dan reliabel (Yusra, 2011).

3.7.3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kecemasan

Dalam penelitian ini mengunakan Kuesioner Zung Self-

Rating Anxiety Scale (ZSAS) tidak perlu di lakukan uji

validitas dan reliabilitas karena kuesioner ini sudah baku

secara internasional. jenis kuisioner yang peneliti gunakan

adalah kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS)

sudah di uji sebelumnya. Menurut William W.K.Zung

instrument ini telah di uji cobakan pada 137 orang didapatkan

reliabilitas koefisien 0,8 dan validitas signifikasi sebesar 21-

60 (Aspuah Siti, 2013).


66

3.8 Pengolahan Data Dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai

yang dilakukan secara manual dengan maksud agar data yang telah

dikumpulkan memiliki sifat yang jelas. Adapun langkah-langkah

pengolahan data meliputi :

Menurut Notoatmodjo, 2010 menyatakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

3.8.1.1 Editing Data

Pemeriksaan kembali jawaban responden pada

kuisioner yang mencakup kelengkapan jawaban,

keterbacaan tulisan, keseragaman ukuran dan sebagainya

sebelum diberi kode.

3.8.2.1 Pemeriksaan Kode (Coding)

Pemeriksaan kode (Coding) adalah pemberian kode

pada masing-masing kuisioner dan nilai pada setiap

jawaban responden untuk memudahkan dalam pengolahan

data. Pada variabel Kecemasan kode yang diberikan yaitu 1

: tidak pernah, 2 : kadang-kadang, 3 : sering 4 : selalu.

Sedangkan untuk dukungan keluarga yaitu 4 : selalu, 3 :

sering, 2 : jarang, 1 : tidak pernah.


67

3.8.3.1 Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data hasil penelitian dalam tabel induk

(master tabel) dari setiap jawaban responden yang sudah

diberi kode atau nilai. Untuk tingkat kecemasan skor 20-

44 : kecemasan ringan , 45-59 : kecemasan sedang, 60-74

kecemasan berat, dan 75-80 : kecemasan panik. Sedangkan

untuk dukungan keluarga,75 ≥ median : dukungan keluarga

mendukung, 75 < median : dukungan keluarga kurang

mendukung.

3.8.4.1 Tabulasi data

Tabulasi data merupakan penyusunan dan

mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dapat

dengan mudah melakukan penjumlahan dan uji statistik,

disusun dan disajikan dalam bentu tabel atau grafik.

3.8.2 Analisa Data

3.8.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini tediri dari

variabel terikat (independen) yaitu Tingkat Kecemasan

Diabetes Mellitus Tipe 2 dan variabel bebas (dependen)

yaitu menujukkan dukungan keluarga. dilakukan

perhitungan persentasi dengan menggunakan rumus yaitu :

f
P = x 100%
n
68

Keterangan:

P = persentasi

F = jumlah frekuensi

n – jumlah responden

3.8.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yaitu variabel independen. Uji statistic

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji chi square

dengan interval kepercayaan (CI) 95% (α – 0.05) melalui

program komputerisasi. Syarat uji chi square yaitu:

a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau

disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak

boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan

atau disebut juga expected count (“E”) kurang dari 5.

c. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka

jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari

5 tidak boleh lebih dari 20%

Rumus Chi Square :

(f ˳−fₑ)²
x2 =∑ fₑ

Keterangan :
69

x2 : Chi Square

f0 : Frekuensi yang diobservasi

fe : Frekuensi harapan

∑ : Penjumlahan semua sel

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat

kemaknaan hubungan antara dua variabel, yaitu:

1) Jika probabilitas ( p value ) ≤ 0,05 atau x 2 hitung > x 2

tabel berarti ada hubungan yang bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen.

2) Jika probabilitas ( p value ) > 0,05 atau x 2 hitung < x 2

tabel berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen.

3.9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan

penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional

ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi

operasional mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing

variabel tersebut (Donsu, 2017).


70

Tabel 3. 3 Definisi Oprasional

Variabel Definisi Parameter Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Oprasional Ukur
Variabel Dukungan Dukungan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Mendukung
bebas : keluarga adalah Keluarga Terpimpin HDFSS (total skor ≥
Dukungan dua atau lebih memenuhi Kriteria: (Hensarling 75 nilai
Keluarga dari dua 1. Emosional Diabetes median)
individu yang 2. Informasional Familly 2. Kurang
tergabung 3. Instrumental Support mendukung
karena 4. Penghargaan Scale) (total skor <
hubungan darah, 75 nilai
perkawinan atau median)
pengangkatan
dan mereka
hidup dalam
satu rumah
tangga,
berinteraksi satu
sama lain dan di
dalam perannya
masing-masing.
Dukungan
keluarga dapat
berupa
dukungan
internal seperti
dukungan dari
suami, istri, atau
dari saudara
kandung dan
dapat juga
71

berupa
dukungan
keluarga
eksternal bagi
keluarga inti.
Sebagai
akibatnya, hal
ini
meningkatkan
kesehatan dan
adaptasi
keluarga.
Variabel Kecemasan Tingkat Wawancara kuesioner Ordinal 1. Kecemasan
Bebas : adalah perasaan Kecemasan terpimpin ZSAS ringan total
Tingakat tidak tenang memenuhi Kriteria: (Zung Self- skor 20-44.
kecemasan karena ketidak Terdapat 20 item Rating 2. Kecemasan
nyamanan atau pernyataan,yang Anxiety sedang total
rasa takut yang memenuhi kriteria: Scale) skor 45-59.
disertai dengan 1. Gejala 3. Kecemasan
respons Kognitif. berat total
(penyebab tidak 2. Autonomik. skor 60-74
spesifik atau 3. Motorik 4. Kecemasan
tidak diketahui 4. Sistem syaraf panik total
oleh individu). pusat. skor 75-80.
Kecemasan
merupakan
sebuah emosi
dan pengalaman
subjektif dari
seseorang.
72

3.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada beberapa aspek yang merupakan

menjadi masalah etika yang sangat penting dalam penelitian. Hal tersebut

dilandasi dengan penelitian keperawatan yang berkaitan dengan manusia

secara langsung. Masalah etika yang harus diperhatikan adalah:

3.10.1 Persetujuan (Informed Concent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti, memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

3.10.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak

memberikan nama terang pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan nama inisial pada lembar pengumpulan data tersebut

3.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti dan jika analisa data telah selesai dilakukan, lembar

jawaban dan identitas responden tersebut akan dimusnahkan.

3.11 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti adalah

kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. Dikarenakan peneliti

dengan pengalaman yang masih kurang, sehingga peneliti membutuhkan

bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada di wilayah kerja Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam terletak di Wilayah Pemerintahan Provinsi

Kepulauan Riau, Kecamatan Sekupang. Puskesmas Tiban Baru

terdiri dari Kelurahan, Tiban Baru, Tiban Lama. Puskesmas Tiban

Baru berdiri pada tahun 2013, tipe puskesmas ini merupakan

puskesmas rawat jalan yang terletak di Perum.Tiban Koperasi Blok

K No. 84 Kelurahan Tiban Baru kecamatan Sekupang , telepon

(0778) 3553911 dengan luas wilayah 17.906 km², dengan batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tiban Baru.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Beliung.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Riau.

4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Tiban Lama

Puskesmas Tiban Baru yang berada di Kecamatan Sekupang

memiliki permukaan tanah yang dapat digolongkan datar dengan

variasi perbukitan rendah dengan ketinggian maksimal 60 m dpa.

Wilayah terkonsentrasi dengan radius 5 km, dengan penyabaran

penduduk tidak merata di masing-masing kelurahan, dimana

73
74

permukaan tanahnya umumnya terdiri dari 20 % permukaan datar,

45 % permukaan berbukit dan 35 % permukaan bergelombang. Iklim

di wilayah ini sama dengan wilayah yang segaris dengan lintangnya

yaitu tropis dengan suhu minimum berkisar 21,000C – 31,300C

dengan suhu rata-rata mencapai 26,500C. Sedangkan udara mencapai

sekitar 1.006,4 sampai 1.016,2 MBS (mili bar per second) atau rata-

rata tekanan udara sebesar 1.012,1 MBS.

Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Tiban Baru

adalah 1 buah rumah dinas, 19 tempat posyandu dengan 1 posyandu

lansia, 1 unit mobil ambulance, 4 unit sepeda motor. Adapun fasilitas

ruangan yang dimiliki adalah ruang laboratorium, ruang unit gawat

darurat (UGD), ruang poli anak, ruang poli umum, ruang poli gigi,

riang KIA dan KB, ruang apotik, ruang tata usaha , ruang pimpinan,

ruang pendaftaran, ruang pertemuan (aula). (Profil Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam, 2020)

4.2 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe

2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam tahun 2021 didapatkan hasil

sebagai berikut :
75

4.2.1 Data Umum

4.2.1.1 Jenis Kelamin


Tabel 4.1
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Tiban Baru Kota Batam
Tahun 2021

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi


(n) %
Laki-laki 27 40,9
Perempuan 39 59,1
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian


besar jenis kelamin penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 39 orang
penderita (59,1%).

4.2.1.2 Usia
Tabel 4.2
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan Usia di Puskesmas
Tiban Baru Kota Batam
Tahun 2021

Usia Frekuensi Persentasi


(n) (%)
36-45 Tahun 13 19,7
46-55 Tahun 36 54,5
56-65Tahun 12 18,2
>65 Tahun 5 7,6
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian


besar usia penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah 46-55
Tahun dengan jumlah 36 orang penderita (54,5%).
76

4.2.1.3 Tinggal Bersama


Tabel 4.3
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan Tinggal Bersama di Puskesmas
Tiban Baru Kota Batam
Tahun 2021

Tinggal Bersama Frekuensi Persentasi


(n) (%)
Keluarga 63 95,5
Sendiri 3 4,5
Total 66 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian


besar penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah yang
Tinggal bersama keluarga dengan jumlah 63 orang
penderita (95,5%).

4.2.2 Data Khusus


Telah dilakukan penelitian pada 25 Mei-30 Juni 2021 kepada

66 responden, dari hasil penelitian diperoleh data hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam.

4.2.2.1 Analisa Univariat


Analisa univariat merupakan analisis data yang

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran

tendensi sentral, atau grafik. Analisis dilakukan dengan

menyusun variabel-variabel penelitian ini secara deskriptif

dengan tabel frekuensi (Saryono, 2011). Adapun Analisa

univariat dalam penelitian ini adalah :


77

a. Dukungan Keluarga
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan
Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam
Tahun 2021

Dukungan Frekuensi (n) Presentase


Keluarga (%)
Mendukung 24 36,4
Kurang 42 63,6
Mendukung
Total 66 100

Basarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian


besar penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kurang
mendapat dukungan Keluarga dengan jumlah 42 orang
Penderita (63,6%).
b. Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021
Tingkat Frekuensi (n) Presentase
Kecemasan (%)
Ringan 35 53,0
Sedang 16 24,2
Berat 15 22,7
Total 66 100
78

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa


sebagian besar Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
mengalami Kecemasan ringan yang berjumlah 35
penderita (53,0%).

4.2.2.2 Analisa Bivariat


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021.

Tabel 4.6
Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam
Tahun 2021.

Tingkat Kecemasan
Ringan Sedang Berat Total
Dukungan p
Keluarga valu
e
N % n % n % n %
Mendukung 6 25,0 9 37,5 9 37,5 24 100
Kurang 29 69,0 7 16,7 6 14,3 42 100
0,003
mendukung
Total 35 53,0 16 24,2 15 22,7 66 100

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat

kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

sebagian besar ringan pada dukungan keluarga yang kurang

mendukung 29 penderita (69,0%), kecemasan sedang pada

dukungan keluarga kurang mendukung 7 penderita (16,7%)


79

dan kecemasan berat pada dukungan keluarga kurang 6

penderita (14,3%). Tingkat kecemasan ringan pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 pada dukungan keluarga

mendukung 6 penderita (25,0%), tingkat kecemasan sedang

dan berat masing-masing 9 penderita (37,5%).

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam Tahun 2021 dilakukan analisis Chi-

Square. Berdasarkan Hasil Analisa Chi-Square diketahui

bahwa nilai p value = 0,003 (p value < 0,05) maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun

2021.

4.3 Pembahasan

Telah dilakukan penelitian pada 25 Mei – 30 Juni 2021 kepada 66

responden,dari hasil penelitian diperoleh ada Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021. Data tersebut dapat

dijadikan acuan dan tolak ukur dalam melaksanakan pembahasan dapat

dinyatakan sebagai berikut:


80

4.3.1 Hasil Univariat

4.3.1.1 Dukungan Keluarga

Hasil penelitian di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam

bahwa dari 66 penderita diabetes mellitus tipe 2 sebagian

besar dengan dukungan keluarga kurang mendukung

sebanyak 42 (63,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mahmuda (2016) yang berjudul faktor yang

berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama

dengan data sebagian responden dalam kategori kurang

mendapat dukungan keluarga sebanyak 19 (29,2%).

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh

Candra,dkk (2020) dengan judul hubungan dukungan

keluarga dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus

tipe 2 di Poliklinik PPK 1 Denkesyah dengan data sebagian

responden dalam kategori kurang mendapat dukungan

keluarga sebanyak 19 (46,3%).

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan instrumental, dukungan emosional


81

dan dukungan ((Erda et al., 2020). Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami,

istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga

berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Hal

ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman

dkk, 2010).

Kurangnya dukungan keluarga dikarenakan keluarga

sibuk dengan urusan pekerjaannya sehingga penderita

diabetes mellitus tipe 2 kurang diberikan perhatian dan kasih

sayang. Keluarga juga jarang menemani penderita Diabetes

mellitus ke Puskesmas untuk kontrol dan berobat dikarenakan

sibuk dan tidak ada waktu. Kurangnya dukungan keluarga

juga dikarenakan minimnya komunikasi dengan keluarga dan

kurangnya motivasi serta kurangnya dukungan dari keluarga

dalam memberikan perhatian, sehingga Tingkat Kecemasan

penderita diabetes mellitus tipe 2 pada menjadi meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, dengan

adanya dukungan keluarga sangat membantu penderita

diabetes mellitus tipe 2 untuk mengurangi kecemasan. Jika

dukungan keluarga kurang akan berdampak terhadap

kesehatan fisik dan psikis anggota keluarga yang menderita

diabetes mellitus tipe 2.


82

4.3.1.2 Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Hasil penelitian di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam

dari 66 penderita diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar

dengan kategori kecemasan ringan dengan jumlah 35

(53,0%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mahmuda (2016) yang berjudul faktor yang

berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama

dengan data sebagian responden mengalami stres ringan

sebanyak 43 (66,2%).

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Litae

(2019) yang berjudul hubungan tingkat kecemasan dengan

peningkatan kadar gula darah klien diabetes mellitus dengan

data sebagian responden mengalami stres ringan sebanyak 29

(44,6%).

Faktor yang menimbulkan kecemasan adalah biologis,

psikologis, dan sosial budaya. Reaksi fisiologis terhadap

kecemasan mempengaruhi fungsi endokrin yaitu

meningkatnya kadar kortisol yang memberikan dampak

terhadap fungsi insulin dan dapat memberikan pengaruh

buruk terhadap kontrol glukosa darah (Ati 2014).


83

Hasil Penelitian ini kecemasan yang di alami

responden penderita diabetes mellitus tipe 2 dikarenakan

munculnya gangguan psikologis seperti mudah marah,

gelisah, kesal kareana hal-hal sepele, mudah tersinggung

yang akhirnya membawa dampak buruk bagi dirinya.

Penderita yang terkena Diabetes Mellitus harus menjalani

beberapa treatmen seperti diet atau pengaturan makan,

control gula darah, mengkonsumsi obat dan lain-lain yang

harus dilakukan sepanjang hidupnya. Kondisi ini yang

membuat responden khawatir yang pada akhirnya akan

menimbulkan kecemasan pada penderita.

Penderita diabetes Mellitus lebih tinggi sering terjadi

pada perempuan dikarenakan secara fisik perempuan

memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh lebih

besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),

pasca menopause yang membuat distribusi lemak-lemak

tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut. Sehingga perempuan beresiko menderita diabetes

mellitus tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan,

penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 lebih banyak mengalami

kecemasan ringan dikarenakan kurangnya pengertian

keluarga. Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami


84

kecemasan berat dan panik sebaiknya mengontrol tingkat

kecemasan hendaknya senantiasa menjaga kondisi

psikologinya untuk menghindari timbulnya kecemasan serta

menjalai treatment seperti pengaturan pola makan, konsumsi

obat, berolahraga dan kontrol gula darah.

4.3.2 Hasil Bivariat

4.3.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Kecemasan pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru

Kota Batam Tahun 2021.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam, didapatkan kecemasan ringan dengan

dukungan keluarga kurang mendukung sebanyak 29

penderita (43,9%), sedangkan tingkat kecemasan ringan

dssengan dukungan keluarga mendukung sebanyak penderita

6 (9,1%) dari 66 penderita.

Hasil ini sesuai dengan uji statistik Chi-Square

diperoleh nilai p-value sebesar 0,003 (p value < 0,05). Hal ini

berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga terhadap tingkat kecemasan padapenderita diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun

2021.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mahmuda (2016) yang berjudul faktor yang


85

berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama

menunjukkan hasil yaitu nilai p value = 0,00 (p value < 0,05)

yang artinya ada hubungan antara variabel dukungan

keluarga dengan variabel tingkat kecemasan, dimana semakin

baik dukungan keluarga maka semakin rendah penderita

diabetes mellitus tipe 2 mengalami kecemasan.

Menurut Analisa sebagian besar penderita diabetes

mellitustipe 2 tinggal bersama keluarga masih banyak yang

kurang mendukung sehingga dapat meningkatkan tingkat

kecemasan ringan.

Dukungan keluarga berpengaruh karena keluarga

merupakan suatu kelompok yang mempunyai peranan

penting dalam mencegah, megadaptasi, dan memperbaiki

masalah kesehatan dalam keluarga. Dukungan keluarga

merupakan suatu bentuk perilaku melayani baik dalam

bentuk dukungan emosional (perhatian dan kasih

sayang), dukungan penghargaan (menghargai dan

memberikan umpan balik positif), dukungan informasi

(saran, nasihat, informasi) maupun dukungan dalam bentuk

instrumental (bantuan tenaga, uang dan waktu) (Srafino,

2011).
86

Peneliti menarik kesimpulan bahwa semakin tingi

dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita diabetes

mellitus tipe 2 maka semakin berkurang mengalami

kecemasan, dan semakin kurang penderita diabetes mellitus

tipe 2 mendapatkan dukungan keluarga maka semakin tinggi

penderita untuk mengalami kecemasan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan pengolahan data oleh

peneliti yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tiban

Baru Kota Batam Tahun 2021 dapat diambil kesimpulan bahwa :

5.1.1 Sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 kurang mendapat

dukungan keluarga dengan jumlah 42 (63,6%).

5.1.2 Sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami Tingkat

Kecemasan Ringan dengan jumlah 35 (53,0%)

5.1.3 Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus Tipe 2 di

Puskesmas Tiban Baru Kota Batam Tahun 2021, dengan hasi; uji

statistic diperoleh nilai p-value sebesar 0,003 ( p-value < 0,05).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ditemukan maka

ada beberapa saran peneliti sebagai berikut :

87
88

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

dalam materi pembelajaran keperawatan Keluarga mengenai

dukungan keluarga guna untuk menambah pengetahuan tentang

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada penderita

diabetes mellitus tipe 2.

5.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Bagi Pelayanan Kesehatan Diharapkan memberikan

penyuluhan kepada keluarga untuk lebih mendampingi dan

memberikan support kepada penderita diabetes tipe 2 untuk

mengurangi kecemasan dan diharapkan pelayanan kesehatan

membuat program dan penyuluhan agar mengurangi kecemasan pada

penderita diabetes mellitus tipe 2.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian mengenai faktor –

faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga. menggunakan

sampel yang lebih besar, variabel yang berbeda, dan waktu yang

lebih efektif melakukan penelitian khususnya dalam masalah tingkat

kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2

yang tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, dkk, (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Stress Terhadap

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD Sragen.

Skripsi. Purwokerto: Fakultas Keperawatan Universitas Jendral Soedirman

Purwokerto.

Aspuah Siti. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.

Nuha Medika.

Baradero Mary, Dayrit Wilfrid Mary, M. A. (2015). Seri Asuhan Keperawatan

Kesehatan Mental Psikiatri. EGC.

Dinas, K. (2020). Jumlah Penderita Diabetes Mellitus Di Kota Batam.

Donsu ,J. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustakabarupress.

Erda, R., Harefa, C. M., Yulia, R., & Yunaspi, D. (2020). Hubungan Dukungan

Keluarga Dan Stres Dengan Kualitas Hidup Lansia Diabetes Mellitus Tipe

Ii. Jurnal Keperawatan, 12(4), 1001–1010.

Falco, dkk. (2015). The Relationship between Stress and Diabetes Mellitus.

Journal of Neurology and Psychology, 3(1), 1–7.

https://doi.org/10.13188/2332-3469.1000018

Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik.

ECG.

Friedman, dkk. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset Teori dan

Praktik. EGC.

Gusti S. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Cv. Trans Info Media.
Hensarling, J. (2009). Development and Psychometric Testing. Dissertation, May.

IDF Diabetes Atlas. (2019). IDF Diabetes Atlas. International Diabetes Federation

( 9th editio). http://www.idf.org/aboutdiabetes/facts-figures

Janti, S. 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap

Pengembangan SI/TI alam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan

Strategic Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional

Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST), 155-160.

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan

Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan

RI.

Kusuma, D. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Cv. Trans Info

Media.

Kristanto, & Hery, V. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya

Tulis Ilmiah (KTI). Deepublish.

LeMone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan

Endokrin. Jakarta : EGC.

Litae, L.,(2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Kadar

Gula

Darah  Klien Diabetes Mellitus. Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan, 4(8), 

474 https://doi.org/10.35963/hmjk.v4i8.143

Ludiana. (2017). Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah Penderita

Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Bantul Kec.


Metro Selatan Kota Metro. Wacana Kesehatan, 1(1), 118–130.

http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/wacana/article/view/39/19

Manurung Nixson. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping

dan NANDA Nic Noc. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Mahmuda, Nur Laily. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Nusantara

Medika Utama.

Mayberry, L. S. & Osborn, C. Y. 2012. Family Support, Medication Adherence,

and Glycemic Control Among Adults With Type 2 Diabetes. Diabetes Care,

35, 1239- 1245.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis

(4nd ed.). Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Publikasi, N., Ati, D. S., Studi, P., & Keperawatan, I. (2014). Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Melitus. 1–13.

Pamungkas, R. A., Chamroonsawasdi, K., & Vatanasomboon, P. (2017). A

systematic review: Family support integrated with diabetes self-

management among uncontrolled type II diabetes mellitus patients.

Behavioral Sciences, 7(3), 1–17. https://doi.org/10.3390/bs7030062

Rahmawati, F., Natosba, J., & Jaji, J. (2016). Skrining diabetes mellitus

gestasional dan faktor risiko yang mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan

Sriwijaya, 3(2), 33-43. Retrieved from, https://ejournal.unsri.ac.id/index.php

/ jk_sriwijaya/article/view/4240
Rahmi, H., Malini, H., & Huriani, E. (2020). Peran Dukungan Keluarga Dalam

Menurunkan Diabetes Distress Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II.

Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 127-133. https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.

1129.

Ramkisson, S., Pillay, B. J., & Sartorius, B. (2016). Anxiety, depression and

psychological well-being in a cohort of South African adults with type 2

diabetes mellitus. South African Journal of Psychiatry, 22(1), 1–9.

https://doi.org/10.4102/sajpsychiatry.v22i1.935

Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta :

Kementrian Kesehatan RI.

Riskesdas. (2019). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta :

Kementrian Kesehatan RI.

Setiawan dkk, 2019. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula

Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik PPK 1 Denkesyah,

skripsi UMKT.

Sutejo. (2018). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:

Alfabeta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai