Anda di halaman 1dari 92

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


ANEMIA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI
(Studi kasus pada SMA N 2 Denpasar)

Oleh :

NI PUTU OVITIA PRAPTI PREMESTI


NIM. 22.322.1327

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2023

2
SKIRPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


ANEMIA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI
(Studi kasus pada SMA N 2 Denpasar)

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk
memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan
HALAMAN JUDUL

Oleh :

NI PUTU OVITIA PRAPTI PREMESTI


NIM. 22.322.1327

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
BALI DENPASAR
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

Nama : Ni Putu Ovitia Prapti Premesti


NIM : 223221327
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap
Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 2 Denpasar
Tahun 2023
Program Studi : Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wira Medika Bali
Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Denpasar, 2024

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Niken Ayu Merna Eka Sari, S.Kep., M.Biomed.) (Ns. Dian Adriana Luzikooij.S. kep.M.kep )
NIK: 2.04.10.265 NIP : 1970121420050120002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

Nama : Ni Putu Ovitia Prapti Premesti


NIM : 223221327
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan
Sikap Pencegahan Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2
Denpasar tahun 2023

Program studi : Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Wira Medika Bali

Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk


memperoleh gelar sarjana dalam Bidang Keperawatan pada tanggal……

Nama Tanda Tangan

Penguji I (Ketua) : Ns. I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi,S.Kep., M.Kep. ….

Penguji II (Anggota) : Ns. Niken Ayu Merna Eka Sari, S.Kep., M.Biomed. ….

Penguji III ( Anggota) : Ns. Dian Adriana Luzikooij.S. kep.M.kep ….

Denpasar, 2024

Mengesahkan Mengetahui
STIKES Wira Medika Bali STIKes Wira Medika Bali
Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Ketua,

Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, M.M. (Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep)
NIK.2.04.13.695 NIK: 2.04.10.403

iii
ABSTRAK

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap Pencegahan


Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2 Denpasar tahun 2023

Ni Putu Ovitia Prapti Premesti 1, Niken Ayu Merna Eka Sari 2 , M Dian Adriana
Luzikooij. 3

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar hemoglobin di dalam


darah kurang dari nilai normal, kadar hemoglobin remaja putri yaitu 12-15 g/dl dan
remaja putra yaitu 13-17 g/dl. Remaja putri lebih rentan mengalami anemia
dibandingkan dengan remaja laki-laki dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi
setiap bulannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap remaja putri di SMA Negeri 2 Denpasar. Penelitian
ini Teknik sampling probability sampling dengan model pendekatan yang
digunakan adalah cross-sectional dan jumlah sampel sebanyak 74 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah Proportionate stratified random
sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian data diolah
dengan Bedasarkan hasil uji statistic chi-square. Mayoritas 18 tahun sebanyak 38
orang dengan persentase 51,4% tingkat pengetahuan baik sebanyak 61 orang
dengan persentase 82,4%, Bedasarkan hasil uji statistic chi-square ditunjukkan
variabel pengetahuan bisa dilihat melalui nilai p-value sebesar 0,034 (p < 0,05)
yang megindikasikan adanya hasil bermakna atau diperoleh simpulan bahwa
terdapat korelasi antara Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan
Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja. Dari keseluruhan penelitian ini dapat di
simpulkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
remaja putri di SMA Negeri 2 Denpasar.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Remja Putri, Anemia

iv
ABSTRACT

The Correlation Between Level Of Knowledge And Theattitude Of Female


Adolescent On Anemia Prevention At SMA Negeri 2 DENPASAR
Ni Putu Ovitia Prapti Premesti 1, Niken Ayu Merna Eka Sari 2 , M Dian Adriana
Luzikooij. 3
Anemia is a condition where the hemoglobin level in the blood is less than
the normal value, the hemoglobin level for young women is 12-15 g/dl and for
young men is 13-17 g/dl. Adolescent girls are more susceptible to anemia
compared to adolescent boys because adolescent girls experience menstruation
every month. This research aims to determine the relationship between the level
of knowledge and the attitudes of adolescent girls at SMA Negeri 2 Denpasar.
This research uses a probability sampling technique with a cross-sectional
approach and a sample size of 74 respondents. The sampling technique used was
Proportionate stratified random sampling. The data collection tool uses a
questionnaire, then the data is processed based on the results of the chi-square
statistical test. The majority were 18 years old, 38 people with a percentage of
51.4%, a good level of knowledge, 61 people with a percentage of 82.4%. Based
on the results of the chi-square statistical test, it is shown that the knowledge
variable can be seen through a p-value of 0.034 (p < 0.05 ) which indicates that
there are meaningful results or the conclusion that there is a correlation between
the level of knowledge about anemia and attitudes towards preventing anemia in
adolescents. From the entirety of this research, it can be concluded that there is a
relationship between the level of knowledge and the attitudes of young women at
SMA Negeri 2 Denpasar.

Keywords: Knowledge, Attitude, Female adolescent, Anemia

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa

karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap

Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri Di SMA N 2 Denpasar tahun 2023” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan

Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali. skripsi ini

dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha sendiri, melainkan berkat

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu melalui kesempatan ini

dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti menyampaikan penghargaan

dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM. selaku Ketua STIKES Wira

Medika Bali yang telah yang telah memberikan kesempatan mengikuti

pendidikan Program Studi Keperawatan Program Sarjana di STIKES Wira

Medika Bali.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspitawati, M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana STIKES Wira Medika Bali yang telah

banyak memberikan saran dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi
3. Ns. Niken Ayu Merna Eka Sari, S.Kep., M. Biomed. selaku pembimbing I

yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ns. Dian Adriana, S.Kep.,M.Kep. selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan skirpsi.

5. Kepada seluruh Siswi kelas XII SMA N 2 Denpasar

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, oleh karena itu

peneliti sangat mengharapkan segala saran serta kritik yang sifatnya membangun

dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 2024

Ni Putu Ovitia Prapti Premesti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................6
1.3 Tujuan Peneliian......................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................7
1.5 Keaslian Penelitian..................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
2.1 Tinjauan Teori.......................................................................................................12
2.1.1 Konsep Remaja..............................................................................12
2.1.2 Konsep Anemia..............................................................................14
2.1.3 Konsep Pengetahuan......................................................................19
2.1.4 Konsep Sikap.................................................................................24
2.2 Kerangka Konsep..................................................................................................29
2.3 Hipotesis................................................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31
3.1 Desain Penelitian...................................................................................................31
3.2 Kerangka Kerja.....................................................................................................32
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian..............................................................................33

viii
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................33
3.4.1 Populasi Penelitian.........................................................................33
3.4.2 Sampel Penelitian...........................................................................33
3.5 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel........................................................35
3.5.1 Variabel Penelitian.........................................................................35
3.5.2 Definisi operasional.......................................................................35
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data....................................................................36
3.6.1 Jenis data yang dikumpulkan.........................................................36
3.6.2 Cara Pengumpulan Data.................................................................37
3.6.3 Analisa Data...................................................................................38
3.6.4 Instrumen pengumpulan data.........................................................42
3.6.5 Pengolahan data.............................................................................43
3.6.6 Analisis data...................................................................................46
3.7 Etika Studi Penelitian............................................................................................47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................49
4.1 Hasil Penelitian.....................................................................................................49
4.1.1 Gambaran Umum...........................................................................49
4.1.2 Karakteristik subyek penelitian......................................................50
4.1.3 Hasil pemeriksaan terhadap objek penelitian berdasarkan variabel
50
4.2 Pembahasan Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap
Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar...........................52
4.3 Keterbatan Penelitian............................................................................................53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................55
5.1 Simpulan...............................................................................................................55
5.2 Saran......................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kriteria Anemia...................................................................................18

Tabel 3. 1 Kerangka Kerja Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di SMAN 2 Denpasar. 32

Tabel 3. 2 Definisi Operasional...........................................................................36

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 50

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Anemia Pada

siswi kelas XII di SMAN 2 Denpasar tahun ajaran 2023/2024..........50

Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap remaja putri kelas X tentang

dismenore di SMAN 2 Denpasar tahun 2023.....................................51

Tabel 4. 4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap

Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap

Remaja Putri tentang Pencegahan Anemia di SMA Negeri 2 Denpasar...............30

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian................................................................................62

Lampiran 2 Anggaran Biaya Penelitian................................................................63

Lampiran 3 Informasi Penelitian............................................................................64

Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden.........................................66

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden...........................................67

Lampiran 6 Kuisioner Penelitian...........................................................................68

Lampiran 7 Master Tabel.......................................................................................71

Lampiran 8 Hasil Olah Data..................................................................................72

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan suatu keadaan medis yang ditandai oleh rendahnya

jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam tubuh, dan dampak yang

dihasilkan oleh kondisi ini memiliki relevansi yang sangat penting terhadap

kesehatan dan kualitas hidup individu. Adanya hubungan yang erat antara anemia

dan prevalensi mencerminkan proporsi individu di dalam suatu populasi yang

mengalami anemia pada titik waktu tertentu. Data mengenai prevalensi anemia

pada wanita dalam kelompok usia yang produktif, terutama pada rentang usia 15-

49 tahun, memperlihatkan gambaran yang lebih mendalam tentang sejauh mana

penyebaran masalah ini dalam masyarakat. Hal ini menjadi semakin penting

ketika menilik laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 dan

hasil penelitian Riskesdas 2018, yang memberikan pemahaman tentang prevalensi

anemia secara global dan juga tingkat nasional. Dalam konteks ini, perbedaan

dalam tingkat prevalensi anemia antara kelompok usia dan jenis kelamin juga

menjadi suatu poin penting yang diungkapkan oleh data tersebut

Berdasarkan data hasil sensus Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun

2018, jumlah remaja di Provinsi Bali pada rentang usia 10-14 tahun mencapai

351.900 jiwa dan usia 15-19 tahun sebanyak 340.400 jiwa. Kabupaten yang

melaporkan jumlah remaja terendah adalah Jembrana dengan populasi sekitar

556.200 jiwa, sementara kabupaten dengan jumlah remaja tertinggi adalah Kota

Denpasar dengan populasi mencapai 1.894.200 jiwa. Rinciannya, untuk usia 10-

1
14 tahun sebanyak 104.000 jiwa dan usia 15-19 tahun mencapai 160.000 jiwa di

Kota Denpasar. Menurut data yang terdapat dalam Profil Statistik Gender Kota

Denpasar tahun 2019, wilayah Kecamatan Denpasar Barat menjadi wilayah

dengan jumlah remaja putri tertinggi di Kota Denpasar, mencapai angka 5.085

jiwa.

Selain itu, berdasarkan data yang disajikan Menurut WHO, angka kejadian

anemia pada remaja putri di Negara- negara berkembang sekitar 53,7% dari

semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena

keadaan stress, haid, atau terlambat makanan.(WHO, 2018). Angka prevalensi

anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia

subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%

(Burner, 2018). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012

menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil

sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar

57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena

anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Angka kejadian anemia

diprovinsi bali tahun 2019n adalah 5,07% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,2020)

meningkat menjadi 5,78% pada tahun 2020. Sementara itu kejadian anemia di

kota denpasar sebanyak 4,7% meningkat mejadi 7,55% pada tahun 2020.

Tindakan upaya penanggulangan terhadap permasalahan anemia telah

dilaksanakan melalui pendekatan penyuluhan dan edukasi dalam hal gizi. Selain

itu, tindakan lain yang ditempuh adalah melalui pemberian suplemen tablet

tambah darah dalam setiap kelompok sasaran (Almatsier, 2009). Hasil dari studi

tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 76,2% remaja perempuan menerima

2
Tablet Tambah Darah (TTD), sementara 23,8% lainnya tidak mendapatkan TTD

berdasarkan data Riskesdas 2018. Dalam konteks ini, tampak bahwa Provinsi Bali

memiliki angka cakupan pemberian TTD tertinggi, mencapai 92,61% pada

kelompok remaja perempuan. Namun, kendati Provinsi Bali mencatat pencapaian

95% dalam pemberian TTD, capaian tersebut masih belum optimal dalam

mengatasi permasalahan ini. Di sisi lain, cakupan pemberian TTD tercatat paling

rendah di Kabupaten Buleleng, yakni sebesar 74,5% ( Dinkes Provinsi Bali ,2018)

Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain, seperti asupan makanan

yang rendah zat besi atau zat besi yang terdapat dalam makanan dalam bentuk

yang sulit untuk diserap. Saat kehilangan darah tubuh perlu memproduksi sel

darah merah lebih banyak dari biasanya, sehingga kebutuhan zat besi dalam tubuh

meningkat. Saat simpanan zat besi sudah habis dan penyerapan zat besi pada

makanan sedikit, tubuh akan mulai memproduksi sel darah merah lebih sedikit

dan mengandung hemoglobin yang lebih sedikit. Hal inilah yang akhirnya

menyebabkan anemia gizi besi, yang merupakan penyebab anemia yang palng

sering terjadi (Fikawati, Sandra dkk, 2017).

Remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibandingkan dengan remaja

laki-laki dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya

(Andriana & Wirjatmaji, 2012). Remaja putri kebanyakan ingin menjadi langsing

untuk menjaga penampilan, sehingga mereka melakukan diet ketat yaitu dengan

mengurangi asupan makanan. Mengurangi asupan makanan (karbohidrat, lemak,

protein, viamin, dan mineral) bisa menyebabkan kekurangan zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh yang menyebabkan cadangan besi dibongkar. Keadaan

itulah yang mempercepat terjadinya anemia (Kirana,2011).

3
Pemahaman mengenai gejala anemia, seperti kelemahan, kelelahan, pucat

pada berbagai bagian tubuh (seperti kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak

tangan), peningkatan denyut jantung serta sesak napas saat melakukan aktivitas

ringan, nyeri dada, pusing, mata berkunang, mudah marah, serta sensasi dingin

pada tangan dan kaki, sangat relevan dalam konteks pengetahuan anemia pada

remaja. Anemia yang tidak diatasi secara tepat dapat mengakibatkan penurunan

konsentrasi belajar yang berujung pada penurunan prestasi akademik. Selain itu,

anemia juga memiliki dampak negatif terhadap kemampuan fisik karena energi

sebagian besar berasal dari konsumsi protein, serta potensial gangguan neurologis

yang dapat memengaruhi kemampuan untuk memusatkan perhatian. Oleh karena

itu, pengetahuan mendalam tentang gejala dan konsekuensi anemia pada remaja

menjadi esensial dalam usaha pencegahan, pengelolaan, dan perbaikan kualitas

hidup mereka.

Pencegahan anemia defisiensi zat besi yang dapat dilakukan dengan upaya

yaitu, memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti : hati, sayuran yang

berwarna hijau, dan kacang kacangan, zat besi dapat membantu pembentukan

hemoglobin (sel darah merah) yang baru. Serta bisa memberikan pendidikan

kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji (fast food)

dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat

besi, kalsium, riboflavin, vitamin A , dan asam folat. Makanan siap saji

mengandung lemak jenuh , kolesterol, dan natrium yang tinggi. Selain pendidikan

kesehatan, memberikan penyuluhan tentang anemia dan pengadaan konseling

akan menambah pengetahuan remaja putri tentang anemia (Kusmiran,E. 2012).

4
Pada penelitian sebelumnya, perhatian utama telah difokuskan pada

analisis relasi antara tingkat pemahaman dan pandangan yang dimiliki oleh remaja

putri terkait tindakan preventif terhadap anemia. Pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh oleh Andani (2020) berjudul "Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Remaja Putri Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di SMP Negeri 1

Kepahiang" menunjukkan hubungan positif antara pengetahuan dan sikap remaja

putri terhadap konsumsi TTD, yang diuji menggunakan Chi-square dengan nilai

signifikansi p=0,013 untuk pengetahuan dan p=0,048 untuk sikap. Di sisi lain,

penelitian Imran (2014) dengan judul "Pengetahuan dan Sikap Tentang Anemia

dengan Status Hemoglobin Remaja Putri di SMA Negeri 10 Makassar" tidak

menemukan korelasi yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terkait anemia

dengan status hemoglobin. Begitu pula, penelitian Kusumawati (2020) mengenai

"Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Serta Paparan Media Informasi

Terhadap Perilaku Pencegahan Anemia di SMA Muhammadiyah 04 Kota Depok"

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan,

sikap, dan paparan media dengan perilaku pencegahan anemia. Namun, penelitian

Ridha (2018) tentang "Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kejadian

Anemia pada Remaja Putri di SMAS PGRI 6 Banjarmasin" menemukan korelasi

antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian anemia. Penelitian terakhir oleh

Rosidi (2019) berjudul "Pengetahuan, Sikap Remaja Putri dan Dukungan Petugas

Kesehatan terhadap Konsumsi Tablet Besi Folat SMKN 1 Bangsri Jepara"

menunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan dan sikap dengan tingkat

kepatuhan dalam mengonsumsi tablet besi folat.

5
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data bahwa di

SMA N 2 Denpasar ada 25 siswi yang mengalami anemia dikelas XII dan di SMA

N 2 Denpasar belum pernah mendapatkan sosialisasi/ informasi mengenai Anemia

pada Remaja Putri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang

anemia pada remaja, untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri

pada pencegahan anemia. Maka dari itu peneliti mengangkat topik ‘Hubungan

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri pada Pencegahan Anemia di

SMA Negeri 2 Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan penelitian pada latar

belakang diatas maka masalah yang diangkat oleh peneliti ini dapat di rumuskan

sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2

Denpasar?.

1.3 Tujuan Peneliian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan sikap

pencegahan anemia pada remaja putri di SMA Negeri 2 Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja putri di

SMA Negeri 2 Denpasar

2. Mengetahui sikap dalam pencegahan anemia pada remaja putri di SMA Negri

2 Denpasar

6
3. Menganalisa hubungan Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang hubungan antara

pengetahuan tentang anemia dan sikap pencegahan anemia pada remaja putri.

Hasil penelitian dapat memperkaya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Institusi STIKES WIRA MEDIKA

Hasil penelitian ini dapat membantu institusi dalam merancang program

pendidikan kesehatan yang lebih efektif, fokus pada meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang anemia dan merubah sikap mereka terkait

pencegahan

2. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengembangkan materi edukasi, seperti brosur, poster, atau

video, yang dikhususkan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

pencegahan anemia pada remaja putri.

3. Bagi remaja putri di SMA Negeri 2 Denpasar

Remaja putri akan mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan

konkret yang dapat mereka lakukan untuk mencegah anemia, seperti

mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani gaya hidup sehat.

7
4. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti berikutnya dalam merancang

intervensi yang lebih terarah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

pencegahan anemia, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang telah

diidentifikas.

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait tentang hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap remaja putri dengan pencegahan anemia yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andani (2020) berjudul "Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Terhadap Konsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD) di SMP Negeri 1 Kepahiang" menunjukkan adanya hubungan

antara pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap konsumsi TTD di sekolah

tersebut. Temuan ini didukung oleh hasil uji Chi-square dengan nilai

signifikansi p=0,013 untuk pengetahuan dan p=0,048 untuk sikap. Penelitian

ini difokuskan pada konsumsi TTD sebagai langkah pencegahan anemia.

Perbedaan penelitian ini adalah ruang lingkup studi, tema penelitian, dan

aspek kesehatan yang ditekanka. Persamaan penelitian ini adalah sama - sama

menyelidiki hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dan sikap

pencegahan anemia pada remaja putri di SMA Negeri 2 Denpasar. Meskipun

keduanya berfokus pada kesehatan remaja putri, perbedaan.

2. Penelitian dari Imran (2014) dengan judul : Pengetahuan dan Sikap Tentang

Anemia dengan Status Hemoglobin Remaja Putri di SMA Negri 10 Makasar,

menunjukan bahwa hasil uji chi square terdapat pengetahuan dengan status

8
hemoglobin (p=0,0437) , sikap dengan status hemoglobin (p=0,004).

Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan

dan sikap tentang anemia dengan status hemoglobin. perbedaan dalam

penelitian ini adalah variabel independen dan dependen, serta lokasi

penelitian yang berbeda, Persamaan penelitian "Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada

Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar" sama- sama mengeksplorasi

hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dan sikap terhadap

pencegahan anemia.

3. Penelitian dari Kusumawati (2020) dengan judul : Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Remaja Putri Serta Paparan Media Informasi Terhadap Perilaku

Pencegahan Anemia di SMA Muhammadiyah 04 Kota Depok, menunjukan

bahwa hasil uji Chi Square tedapat pengetahuan tentang anemia (p=0,621,

p>0,05), sikap terhadap pencegahan anemia (p=0,432, p>0,05) dan paparan

media informasi tentang pencegahan anemia (p=0,796, p>0,05) maka

diartikan pengetahuan, sikap dan paparan media informasi tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan anemia pada remaja

putri. Perbedaan pada penelitian ini adalah perbedaan dalam variabel

independen dan dependen, serta lokasi penelitian yang berbeda. Persamaan

penelitian "Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap

Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar" sama-

sama mengeksplorasi terhadap pencegahan anemia.

4. Penelitian dari Ridha (2018) dengan judul : Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Kejadia Anemia pada Remaja Putri di SMAS PGRI 6

9
Banjarmasin, menunjukan bahwa hasil uji Chi Square terdapat adanya

hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMAS PGRI 6 Banjarmasin (p value =0,000; <α=0,05) dan ada hubungan

sikap dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMAS PGRI 6

Banjarmasin (p value =0,000: <α=0,05 ). Perbedaan dalam penelitian ini

adalah variabel independen dan dependen, serta lokasi penelitian yang

berbeda. Persamaan penelitian "Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang

Anemia Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA

Negeri 2 Denpasar" sama- sama mengeksplorasi sikap terhadap pencegahan

anemia.

5. Penelitian dari Rosidi (2019) dengan judul : Pengetahuan, sikap Remaja Putri

dan Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Konsumsi Tablet Besi Folat

SMKN 1 Bangsri Jepara, menunjukan bahwa hasil uji statistic terdapat

hubungan pengetahuan responden dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet

besi folat di SMKN 1 Bangsri Jepara (p=0,004, r=0,0334) dan ada hubungan

sikap responden dengan kepatuhan konsumsi tablet besi folat di SMKN 1

Bangsri Jepara (p=0,000 r=0,543). Perbedaan pada penelitian ini adalah

variabel independen dan dependen, serta lokasi penelitian yang berbeda.

Persamaan penelitian "Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2

Denpasar" sama- sama mengeksplorasi sikap terhadap pencegahan anemia.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Remaja

2.1.1.1 Definisi

Seorang remaja adalah seseorang yang telah tumbuh menjadi dewasa yang

sudah bisa mematangkan mental sosial emosional dan fisik. Remaja memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi dan sedang menjalani proses perkembangan yang

mempersiapkan mereka untuk memasuki usia dewasa. Masa remaja merupakan

tahahan proses pertumbuhan fisik dan psikis seseorang yang tejadi pada usia 12-

22 tahun yang di tandai dengan perubahan fisik,psikis dan spiritual (Saputro,

2018).

Menurut World Health Organization (WHO) rentang usia pada remaja

adalah 10-20 tahun dan di bagi menjadi dua fase yaitu fase remaja awal pada usia

(10-14 tahun) dan fase remaja akhir pada usia (15-20 tahun). Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dengan rentang usia

10-18 tahun. Berbeda dengan Keluarga Berencana (BKKBN) usia remaja berkisar

10-24 tahun dan belum menikah (Wahidin, 2017).

2.1.1.2 Ciri-ciri Remaja

Menurut Sidik jamitka dalam jurnal Saputro (2018) seperti semua periode

penting lainnya sela rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu

yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya.Remaja tidak


seperti anak-anak dimana pada masa remaja adalah masa yang sulit untuk remaja

dan orang tua. Kesulitan ini timbul dari remaja itu sendiri dengan beberapa

perilaku tertentu seperti :

1. Remaja mulai mengepresikan kebebasan dan hak untuk mengutarakan

pendapatnya, dan dapat menciptakan ketegangan,perselisihan dan dapat

menjauhkan remaja dengan keluarga

2. Dibandingkan dengan anak-anak remaja cenderung lebih tinggi dipengaruhi

oleh teman sebayanya. Artinya pengaruh orang tua semakin lemah,

3. Remaja mengalami perubahn fisik yang luar biasa , baik dari segi tinggi

badan maupun seksualitasnya. Timbulnya perasaan seksual ini bisa muncul

rasa menakutkan,membingungkan dan menjadi sumber rasa bersalah dan

frustasi

4. Remaja sering kali menjadi percaya diri yang bersamaan dengan emosi yang

biasanya meningkat membuat sulit menerima nasihat dan bimbingan orang

tua.

5. Muncul rasa menakutkan,membingungkan dan menjadi sumber rasa bersalah

dan frustasi

6. Remaja sering kali menjadi percaya diri yang bersamaan dengan emosi yang

biasanya meningkat membuat sulit menerima nasihat dan bimbingan orang

tua.

2.1.1.3 Tahan Perkembangan Remaja

1. Masa remaja awal / Early Adolescence ( 11-15 tahun)

Pada masa ini remaja lebih dekat dengan teman sebaya dan bersifat

egosentris serta ingin bebas. Remaja yang egosentris akan kesulitan untuk

13
melihat sesuatu hal dari perseptif atau sudut pandang orang lain sehingga

sering sekali tidak menyadari apa yang orang lain rasakan dan di lihat. Pada

tahap ini remaja lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya secara

seksual ditandai dengan terjadinya peningkatan ketertarikan diri pada

anatomi seksual. Selain itu, ia akan merasa cemas yang akan timbul banyak

pertanyaan mengenai perubahan pada alat kelaminnya (Wirenviona & Riris,

2020).

2. Masa remaja tengah / Middle Adolescence (14 – 17 tahun)

Bentuk fisik semakin sempurna pada masa remaja tengah. Hal-hal yang

terjadi yaitu mencari identitas,timbul keinginan untuk berkencan dengan

lawan jenis,dan berkhayal tentang aktivitas seks (Wirenviona & Riris, 2020).

3. Masa remaja akhir / Late Adolescence (18-21 tahun)

Pada fase remaja akhir ini, mereka lebih selektif dalam mencari teman

sebaya,mempunyai citra tubuh ( body image ) terhadap dirinya sendiri, dan

dapat mewujudkan rasa citanya. Pada fase ini juga mempunyai sifat khas

yaitu mandiri dan bertanggung jawab tehadap hal yang dilakukannya. Hal ini

ditandai dengan menyukai petualangan yang beresiko .

2.1.2 Konsep Anemia

2.1.2.1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) anemia adalah suatu kondisi

seseorang dengan jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi sesuai dengan

usia seseorang, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal di atas permukaan laut,

perilaku merokok, dan berbagai tahap kehamilan. Anemia merupakan suatu

14
keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen

dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh

(Kemenkes RI, 2013).

Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah

sehat, volume sel darah merah, dan/atau jumlah hemoglobin. Anemia

mencerminkan beberapa kondisi patogenik yang mengarah pada abnormalitas

jumlah, struktur, dan fungsi sel darah merah (Joyce M. Black, 2014).

Anemia merupakan salah satu masalah hematologi yang paling umum

yang mempengaruhi individu dari semua usia, di definisikan sebagai keadaan

kadar hemoglobin lebih rendah dari pada kadar normal dan lebih sedikit SDM

yang beredar dalam sirkulasi dari pada kadar normal (Rosdahl & Kowalski,

2017).

2.1.2.2 Penyebab Anemia

Penyebab anemia terdiri dari beberapa hal yang berbeda di berbagai

wilayah. Pertama, kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab paling umum

dari anemia secara global, tetapi kekurangan nutrisi lainnya (termasuk folat,

vitamin B12 dan vitamin A) juga menjadi penyebab anemia. Kedua, peradangan

akut dan kronis pada tubuh. Ketiga, infeksi parasit dan kelainan bawaan atau yang

didapat yang mempengaruhi sintesis hemoglobin sel darah merah. Keempat,

produksi atau kelangsungan hidup sel darah merah.

Menurut Hasdianah dan Sentot Imam Suprapto (2016) penyebab umum

dari anemia yaitu kekurangan zat besi, pendarahan, genetik, kekurangan asam

15
folat, gangguan sumsum tulang. Secara garis besar, anemia dapat disebabkan

karena:

1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem

imun, talasemia.

2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik,

kekurangan nutrisi.

3. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,

perdarahan kronis, menstruasi, trauma.

Menstruasi yang dialami oleh remaja putri pada setiap periode bulan

merupakan salah satu penyebab dari anemia. Keluarnya darah dari tubuh remaja

pada saat menstruasi mengakibatkan hemoglobin yang terkandung dalam sel

darah merah juga ikut terbuang, sehingga cadangan zat besi dalam tubuh juga

akan berkurang dan itu akan menyebabkan terjadinya anemia (Briawan, 2014).

Menurut Sarwono menstruasi adalah adalah pendarahan secara periodik

dan siklik dari uterus disertai pelepasan dari endomentrium. Volume darah yang

dikeluarkan setiap bulannya berkisar 30-50 cc. Hal ini yang mengakibatkan

wanita kehilangan zat besi sebanyak 12-15 mg perbulan atau 0,4-0,5mg perhari.

Pada saat wanita mengalami menstruasi tidak hanya mengalami kehilangan zat

besi tetapi juga kehilangan basal, jadi bila di total wanita perhari mengalami

kehilangan zat besi sebanyak 1,25 mg (Dito, 2007).

Siklus menstruasi yang dialami berkisar 21 sampai 35 hari. Ada juga yang

memiliki siklus 28 hari dan 35 hari, tapi hanya sekitar 10 sampai 15 persen saja.

Lamanya mengeluarkan darah umumnya juga berbeda-beda, ada yang tiga sampai

16
lima hari, tujuh sampai delapan hari, bahkan ada yang hanya satu sampai dua hari

saja (Prawirohardjo, 2014).

Status gizi pada usia remaja juga dapat menyebabkan kejadian anemia.

Berdasarkan penelitian Sari, Reni Yunila dan Purwati, Yuni (2017) dijelaskan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

anemia pada remaja putri. Pada penelitian tersebut remaja putri yang memiliki

status gizi kurang (underweight) mayoritas mengalami anemia ringan. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa status gizi kurang dapat menjadi penyebab

anemia pada remaja putri.

2.1.2.3 Klasifikasi Anemia

Anemia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis anemia yang dapat

terjadi pada remaja menurut Pratiwi yaitu ,

1. Anemia Zat Besi

Anemia yang paling sering adalah anemia akibat kekurangan zat besi.

Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam

makanan, gangguan reabsirbsi dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.

2. Anemia Megaloblastik

Anemia mefaloblastik ini disebabkan karena defisiensi asam folat atau

vitamin B12 yang mengakibatkan gangguan pada sistesis timidin dan efek

pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah

(megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiseis yang tidak efekstif dan

pansitopenia.

3. Anemia Hipoplastik

17
Anemia hipoplastik ini disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu

memproduksi sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui

dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan oabta-obatan.

4. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung

lebig cepat, yaitu penyakit malaria.

5. Tanda dan akibat anemia

Beberapa tanda yang dapat dikenali dan dirasakan oleh penderita kekurangan

hemoglobon dalam darah pada remja menurut ( Pratiwi 2016) yaitu:

6. Lesu , lemah, letih, lelah, lunglai (5L)

Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang dan konjungtiva pucat

7. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat.

Nyeri tulang , pada kasus yang lebih parah anemia menyebabkan tachikardi

dan pingsan .

Akibat yang dapat dihasilkan atau dampak bagi penderita kekurangan

hemoglobin dalam darah pada remaja. Bagi remaja putri dan putra dapat

menyebabkab menurunnya kesehatan reproduksi, terhambatnya perkembangan

motorik, menggangu kemampuan dan konsetrasi belajar dan megakibatkan

kepucatan. Akibat yang dapat dihasilkan bagi dewasa yaitu berkurangnya daya

pikir dan konsetrasi, menurnkan semangat kerja dan mudah terserang penyakit

( Briawan , 2012).

18
2.1.2.4 Kriteria anemia

Untuk memenuhi definisi anemia, amak perlu ditetapkan batas

hemoglobon atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut

sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan ketinggian tempat dari permukaan

laut.

Tabel 2. 1 Kriteria Anemia

No Jenis kelamin/umur Kadar hemoglobin

1 Laki-laki Hb < 13gr/dl

2 Perempuan Hb< 12gr/dl

WHO dalam Asri Asih,2016

2.1.2.5 Penanggulangan Anemia

Tindakan penting yang harus dilakukan untuk mencegah kekurangan zat

besi pada tubuh antara lain ( Pratiwi 2016 )

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang

cukup secara rutin pada usia remaja.

2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan unggas,

makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C ( asam

askobat ) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi

minum kopi, teh , minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum

susu pada saat makan.

3. Suplementasi besi merupakan cara untuk menganggulangi ADB di daerah

dengan prevalansi tinggi. Pemberian sumplementasi besi pada remaja dosis

19
1mg/KgBB/hari

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya susplementasi besi tidak

diberikan bersama susu, kopi, teh , minuman ringan yang mengandung

phosphate dan kalsium.

5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan

pilihan untuk krining anemia defisiensi besi.

2.1.3 Konsep Pengetahuan

2.1.3.1 Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari rasa ingin tahu melalui pemprosesan

sensori, terutama pada mata dan telinga untuk beberapa objek tertentu.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya. Panca indra manusia untuk

mendeteksi objek yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.

Pada saat penginderaan meproduksi pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

besarnya perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang diperoleh

sebagian besar diperoleh melalui indra mendengar dan penglihatan (Notoatmodjo,

2018).

Pengetahuan merupakan hasil dari panca indra manusia terhadap suatu

objek, baik itu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.

Hasil dari pengindraan dapat menjadi pengetahuan karena dipengaruhi oleh

besarnya perhatian dan persepsi atas suatu objek. Pengetahuan dapat mengandung

dua aspek yaitu positif dan negatif, yang akan menentukan sikap individu dalam

bersikap dan berprilaku.

20
2.1.3.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang

berbeda yaitu sebagai berikut :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan

tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur

orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan

juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang

yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek

yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ) aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengetahuan hukum–hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagiannya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

21
Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya sutu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan

sebagianya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan

yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian– penilaian itu berdasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang

telah ada.

2.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani dalam Yuliana dan Sutisna (2017), faktor yang

menpengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang tersebut menerima

sebuah informasi. Peningkatan pegetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non

22
formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua askep

yaitu aspek positif dan aspek negative. Semakin banyak aspek positif dari

objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek

tersebut. pendidikan tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang

lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan

2. Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee impact),

sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan

teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana

komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-

lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

3. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

23
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan

tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan

direspon sebagai pengetahuan.

5. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap

seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.

2.1.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), pengukuran pengetahuan dibagi menjadi 3

(tiga) katagori sebagai berikut:

a. Baik : Jika jawaban benar 76 -100%

b. Cukup : Jika jawaban benar 56 – 75 %

c. Kurang : Jika jawaban benar 55 %

2.1.4 Konsep Sikap

2.1.4.1 Definisi

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang

lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang

disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang di

24
organisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak

langsung pada praktik atau tindakan. Sikap merupakan konsep paling penting

dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun

kelompok. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan

tindakan nyata dan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam

kehidupan sosialnya (Rachmawati, 2019)

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan mendukung atau

memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada

suatu objek. Sikap adalah suatu pola perilku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana

yang merupakan respon terhadap stimulasi social yang telah terkoordinasi. Sikap

dapat juga diartikan sebagai aspek atau penilaian positif atau negatif terhadap

suatu objek (Rinaldi, 2016)

2.1.4.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2018) sikap terdiri dari berbagai tingkatan, seperti

yang dimiliki oleh pengetahuan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan

memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai (valuing)

25
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segera

resiko adalah sikap yang paling tinggi.

2.1.4.3 Faktor yang mempengaruhi Sikap

Faktor – faktor yang memperngaruhi sikap antara lain,

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu , hal ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk

mengerti dengan pengalamnnya memperoleh pengetahuan orang tersebut

terhadap obyek yang berangkutan (Walgito , 2015)

2. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional ( Saifudin Azwar , 2015)

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, inidividu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasikan oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan

26
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut

( Saufudin Azwar , 2015).

4. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarahan sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakat ( Saufudin Azwar,2015).

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan, sehingga konsep tersebut mempengaruhi

sikap ( Saufudin Azwar, 2015)

6. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego (Saifudin Azwar, 2015).

2.1.4.4 Pengukuran Sikap

Menurut Arikunto (2007), pengukuran sikap secara langsung berstruktur

dilakukan dengan cara subjek langsung diamati tentang bagaimana sikapnya

terhadap sesuatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya.Cara pengukuran

langsung berstruktur dilakukan dengan mengukur sikap melalui pertanyaan yang

telah disusun sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah ditentukan, dan

langsung diberikan kepada subjek yang diteliti. Instrumen pengukuran sikap dapat

dilakukan dengan menggunakan skala Bogardus, Thurston, dan Likert.

27
Disini peneliti melakukan pengukuran sikap menggunakan skala Likert

dikenal dengan teknik “Summated ratings”. Responden diberikan pernyataan

dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan umumnya terdiri dari 1 hingga

4 kategori jawaban. Jawaban yang disediakan adalah sangat setuju (4), setuju (3),

tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1). Nilai 4 adalah hal yang favorable

(menyenangkan) dan nilai 1 adalah unfavorable (tidak menyenangkan). Hasil

pengukuran dapat diketahui dengan mengetahui interval (jarak) dan interpretasi

persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval (I) skor persen

dengan menggunakan. Maka kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

a. Baik : 76% - 100%

b. Cukup : 56% - 75%

c. Kurang : <55%

Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam persentase maka dapat

dijabarkan untuk skor <50% hasil pengukuran negatif dan apabila skor ≥50%

maka hasil pengukuran positif

28
2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model

pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari

hubungan variabel-variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat

berdasarkan teori yang sudah ada (Shi,2008 dalam Swarjana, 2015)

Kerangka konsep penelitian ini dapat dijabarkan dalam bentuk bagan

seperti tampilan berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Pengetahuan tentang
pengetahuan tentang anemia :
anemia

Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Minat
Pengalaman
Kebudayaan lingkungan
sekitar
Informasi

Faktor-faktor yang mempegaruhi

sikap pencegahan anemia : Sikap pencegahan

anemia pada
Pengalaman pribadi
. Kebudayaan remaja putri
Media massa
Orang yang di anggap
penting
Institusi pendidikan
Lembaga pendidikan &
Keterangan :
: Di teliti

: Tidak diteliti

29
: Pengaruh

Gambar 2. 1
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap Remaja
Putri tentang Pencegahan Anemia di SMA Negeri 2 Denpasar

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pernyataan penelitian

yang telah dirumuskan daalm hasil perencanaan penelitian. Untuk

mengarahkan dalam hasil penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara

dari penelitian (Notoadmojo, 2012) . Ho adalah hipotesis yang menyatakan

tidak adanya pengaruh anatara variabel independen dan variabel dependen

yang diteliti. Ha adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh anatar

variabel independen dan dependen yang diteliti.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan

anemia dengan sikap pencegahan anemia pada remaja putri anemia di SMA

Negeri 2 Denpasar.

positif
Sikap

Keluarga Negatif

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi yang digunakan peneliti guna untuk

mengontrol berbagai faktor yang mempengaruhi ketepatan sebuah hasil secara

maksimal untuk mencapai sebuah tujuan (Nursalam, 2015). Pada penelitian

mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan anemia dan sikap pencegahan

anemia pada remaja di SMAN 2 Denpasar menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian kuantitaif adalah

penelitian yang dilakukan dengan mengikuti kaidah keilmuan yaitu sistematis,

obyektif terukur dan rasional serta hasil data yang diperoleh saat penelitian yaitu

berupa angka. Sementara itu, desain penelitian deskriptif adalah gambaran tentang

fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Khususnya bidang

kesehatan, penelitian deskriptif digunakan dalam mendeskripsikan masalah

kesehatan yang terjadi dimasyarakat (Masturoh & Anggita, 2018a).

Model pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional yaitu pendekatan

yang menggunakan cara observasi atau pengumpulan data sekali saja dan

pengukurannya dilakukan terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan dengan

memberikan kuisioner kepada responden (Nursalam, 2017) .

31
3.2 Kerangka Kerja

Populasi
Siswi di SMAN 2 Denpasar yang berjumlah 285 orang

Sampling
Teknik sampling probability sampling dengan metode stratified random
sampling.

Kriteria inklusi Kriteria ekslusi

Sampel
Populasi Yang Memenuhi Kriteria Inklusi Dan Ekslusi
Sebanyak 74 Responden

Pengumpulan data
Kuesioner pengentahuan dan sikap tentang anemia yang disadur dari kuesioner
Sintya Melinika

Pengolahan data

Penyajian Hasil Data

Tabel 3. 1 Kerangka Kerja Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang


Anemia dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di SMAN 2
Denpasar.

32
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan

Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di SMAN 2 Denpasar. Waktu penelitian

dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2024

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian


Populasi merupakan objek atau subjek yang mempunyai kriteria dan

karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dilaksanakannya

penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulannya (Masturoh & Anggita, 2018b).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi kelas XII di SMAN 2

Denpasar tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 285 orang

3.4.2 Sampel Penelitian


Sampel merupakan himpunan bagian atau Sebagian dari suatu populasi.

Sampel juga didefinisikan sebagai subset (bagian) populasi yang diteliti. Proses

pengambilan sampel dari suatu populasi disebut Teknik sampling (Suiraoka et al.,

2019). Penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenis probability

sampling yaitu Proportionate stratified random sampling adalah teknik sampling

yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional.(Notoatmodjo, 2018). Teknik pengambilan sampel

ini menggunakan populasi dari seluruh siswi kelas XII di SMA N 2 Denpasar .

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat kriteria inklusi dan

eksklusi yaitu sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi
33
pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2016b). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini, yaitu:

1) Siswi yang bersedia menjadi responden dan kooperatif

2) Siswa yang tidak sedang mengikuti program study exchange

3) Siswi kelas XII

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek/sampel yang

tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Masturoh, 2018).

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu siswa yang sedang sakit.

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin

dimana tingkat signifikasi atau tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,1 atau

5% dan memiliki tingkat keyakinan 95%. Adapun rumus Slovin untuk

menentukan jumlah sampel adalah sebagai berikut (Janosik, 2017):

N
n= 2
1+ n(d )

Keterangan untuk prediksi :

n = Besar Sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikan ( d=0,1)

dalam penelitian ini jumlah populasinya sebanyak 889 orang, maka :

N
n= 2
1+ n(d )

285
n= 2
1+285 ( 0 , 1 )

34
285
n=
3 , 85

n=74 , 02 yang di bulatkan menjadi 74 responden

Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 74 responden

3.5 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu dalam bentuk ditentukan oleh peneliti

untuk dipelajari guna memperoleh informasi mengenai hal tersebut dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019) Variabel dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Variabel Independen

Variabel yang menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap variabel lain.

(Swarjana, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan tentang anemia

2. Variabel Dependen

Variabel yang dikenal sebagai variabel terikat, variabel dependen yang

mengalami perubahan sebagai efek dari variabel dependen (Swarjana, 2015).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap remaja putri dalam

pencegahan anemia

3.5.2 Definisi operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai semua variabel dan

istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga dapat

membantu pembaca dalam menafsirkan makna penelitian. Pada bagian ini yang

akan dibahas yaitu penjelasan atau definisi yang dibuat oleh peneliti tentang fokus

studi yang dirumuskan secara operasional yaitu sebagai berikut (Setiadi, 2013)

35
Tabel 3. 2
Definisi Operasional
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap Pencegahan
Anemia Pada Remaja di SMAN 2 Denpasar.
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional

Pengetahuan Mengetahui Kuesione 1. Baik Ordinal

tentang sampai mana r


(76%-100%)
anemia tingkatan
2. Cukup
pengetahuan

respoden (56%-75%)

tentang 3. Kurang
anemia. (<56%)

Sikap Sikap adalah Kuesione Penilaan sikap: Ordinal

pencegahan segala r
Baik: 76%-100%
remaja putri respon atau
Cukup: 56%-75%
dengan tanggapan

anemia tertutup Kurang: < 55%

remaja putri

tentang

anemia

36
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data yang dikumpulkan


Data merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran

tertentu tentang objek penelitian. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber datanya melalui kuesioner,

data primer disebut juga sebagai data asli. Data sekunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang ada

(peneliti sebagai tangan kedua) (Siyoto & Sodik, 2015)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer yang

diambil langsung dari responden melalui pengisian kuesioner. Sedangkan data

sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu jumlah siswa di SMAN 2

Denpasar tahun 2023

3.6.2 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan responden dan proses

pengumpulan karakteristik responden yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016a). Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

mengumpulkan data yaitu:

3.6.2.1 Prosedur Administrasi

1. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian yang sudah dipersiapkan

oleh LPPM STIKES Wira Medika Bali

2. Peneliti mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian ke Dinas

Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali

37
3. Setelah mendapatkan surat rekomendasi Dinas Penanaman Modal Bali

kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Dinas

Penanaman Modal Kabupaten Denpasar

4. Setelah mendapatkan surat pengantar dari Dinas Penanaman Modal

Kabupaten Denpasar kemudian peneliti mengajukan permohonan izin

penelitian ke SMAN 2 Denpasar.

3.6.2.2 Proses Secara Teknis

1. Peneliti melapor dan mengajukan izin kepada kepala sekolah SMAN 2

Denpasar untuk memulai pengumpulan data

2. Peneliti menyamakan persepsi dengan enumerator mengenai proses dan

prosedur penelitian, dalam hal ini peneliti dibantu dengan 1 enumerator dari

teman sejawat, dan 6 enumerator dari wali siswa di SMAN 2 Denpasar yang

tidak termasuk dalam sampel penelitian. Enumerator bertugas membantu

peneliti dalam pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner serta

dokumentasi.

3. Peneliti melakukan pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

sesuai data yang tersedia

4. Peneliti melakukan pendekatan secara informal dengan calon responden dan

memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian.

5. Calon responden mengerti maka calon responden diberikan informed consent

oleh enumerator untuk menjadi responden penelitian. Calon responden yang

tidak setuju tidak akan dipaksa dan tetap dihormati haknya.

6. Peneliti memberikan kuesioner dan lembar observasi kepada enumerator

untuk membantu membagikan kepada responden dan peneliti menjelaskan

38
cara pengisian dan waktu 15 menit untuk mengerjakan yang dilakukan

serentak di dalam aula.

7. Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner dan lembar observasi yang telah

diisi oleh responden

8. Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah diisi dalam

kuesioner

9. Kuesioner yang telah lengkap dan terkumpul kemudian dilakukan pengolahan

dan analisa data.

3.6.3 Analisa Data


Analisa data penelitian adalah salah satu tahap penelitian yang sangat

penting, data yang akurat membutuhkan analisa data yang tepat (Swarjana,

2015). Data yang sudah diolah sehingga tidak ada missing data, selanjutnya oleh

peneliti dilakukan analisa data demografi pada masing-masing karakteristik

responden, kemudian peneliti melakukan analisis pada penelitian pengetahuan

dengan sikap remaja putri tentang pencegahan anemia analisa yang digunakan

pada penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat.

a. Analsisa data demografi

1) Umur

Umur responden peneliti dilihat dari angket yang sudah diisi oleh

responden. Umur responden dalam penelitian ini tidak dikelompokkan,

melainkan di analisis berdasarkan isian angket masing-masing

responden. Data disajikan dalam bentuk naratif dan tabel distribusi

frekuensi persentase.

2) Kelas

39
Kelas responden peneliti dilihat dari angket yang sudah diisi oleh

responden. Kelas responden dalam penelitian ini yaitu kelas XII. Data

disajikan dalam bentuk naratif dan tabel distribusi frekuensi

persentase.

Data yang didapatkan dari angket untk masing-masing variabel

selanjutnya dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui distribusi data

untuk menentukan pemilihan analisa unvariat dan bivariat.

Uji normalitas dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan dan

variabel sikap remaja putri tentang pencegahan anemia. Menurut Pallant

(2010 dalam Dewi, 2015) hasil uji normalitas dapat dilihat dari nilai

signifikansi Kolmogorov-Smirnov, dimana jika p value < 0,05 maka data

dikatakan berdistribusi tidak normal dan dikatakan berdistribusi normal

jika p value > 0,05.

Hasil uji normalitas menunjukkan variabel tingkat pengetahuan

memiliki p-value 0.000 dan variabel sikap remaja putri tentang

pencegahan anemia memiliki p –value 0.000. Dengan demikian dapat

dikatakan data berdistribusi tidak normal.

Selanjutnya dilakukan analisa univariat dan bivariate.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah data yang terkait dengan

pengukuran satu variabel pada waktu tertentu (Swarjana,2015).

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.variabel

univariat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dengan sikap

40
remaja putri tentang pencegahan anemia yang disajikan dalam

bentuk tabel, distribusi frekuensi yang terdapat nilai mean,

median, modus, nilai maksimum nilai minimum dan standar

deviasi.

1. Analisa data variabel tingkat pengetahuan remaja putri

tentang pencegahan anemia

Hasil pengukuran pada variabel tingkat pengetahuan

diapatkan persentase dari perhitugan skor yang didapatkan

responden. Data yang telah diolah, kemudian disajikan

dalam bentuk tabel dengan mencantumkan nilai maksimum,

minimum, range, median dan standar deviasi

2. Analisa data variabel sikap remaja putri dengan pencegahan

anemia

Hasil pengukuran pada variabel sikap remaja putri

didapatkan frekuensi pencegahan anemia yang dilakukan

oleh responden. Data disajikan dalam bentuk tabel dengan

mencantumkan nilai maksimum, minimum, range, median,

dan standar deviasi.

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan pada dua

variabel yang diduga berkorelasi atau berhubungan

(Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat dalam penelitian ini

dilakukan untuk mencari hubungan antar variabel yaitu

tingkat pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang

41
pencegahan anemia, dengan nilai kemaknaan (α) adalah 5%

(α= 0,05).

Berdasarkan hasil uji normalitas yaitu data berdistribusi

tidak normal, maka analisa bivariat yang dipilih adaalh non-

parametric test dengan menggunakan analaisa Spearman

Rho.

Semua analisa bivariat yang dilakukan peneliti dilakukan

dengan program SPPS for Windows. Dari analisa tersebut

diperoleh p-value yang berguna untuk menentukan hasil dari

uji hipotesis, hipotesis diterima atau tolak.

1) Nilai signifikansi hipotesis (Swarjana, 2016) :

a) p-value<level of significant (α), maka Ha diterima

merupakan hipotesis yang menyatakan adanya

perbedaan atau hubungan diantara dua variabel.

b) p-value<level of significant (α), maka Ho ditolak

merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada

hubungan antara kedua variabel

2) Arah Korelasi ( Dahlan, 2013) :

a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X

mengalami kenaikan maka variabel Y juga akan

mengalami kenaikan atau sebaliknya jika variabel Y

mengalami kenaikan maka variabel X juga akan

mengalami kenaikan.

42
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X

mengalami kenaikan maka variabel Y akan

mengalami penurunan atau sebaliknya jika variabel

Y mengalami kenaikan maka variabel X akan

mengalami penurunan.

3) Kekuatan Korelasi (Sugiyono, 2018) :

a) 0,00 – 0,199 : korelasi memiliki hubungan sangat rendah.

b) 0,20 – 0,399 : korelasi memiliki keeratan rendah.

c) 0,40 – 0,599 : korelasi memiliki keeratan sedang.

d) 0,60 – 0,799 : korelasi memiliki keeratan kuat.

e) 0,80 – 1,000: korelasi memiliki keeratan sangat kuat.

3.6.4 Instrumen pengumpulan data


Pada penilitian ini menggunakan Instrumen kuesioner hubungan

pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap anemia disadur dari penelitian yang

disadurkan Sintya Melinika yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap remaja putri dengan anemia di SMA N 4 Denpasar tahun 2021”. Instrumen

yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan

sikap remaja putri terhadap Uji validitas kuesioner ini dilakukan di ITEKES Bali

pada tahun 2021 menggunakan uji validitas yaitu face validity. Uji face validity

ini dilakukan oleh dua orang dosen yang expert (expert I dan expert II). Selama

uji validitas peneliti mendapatkan masukan dan arahan terhadap kuesioner yang

diajukan, seperti memperjelas petunjuk pengisian kuesioner dan memperhatikan

pertanyaan yang memiliki makna serupa. Hasil pertanyaan dalam kuesioner

tersebut dinyatakan valid karena telah memenuhi syarat yaitu instruksi yang
43
diberikan dalam kuesioner jelas, tidak ada kata/ kalimat/ istilah yang tidak

dimengerti oleh responden, item atau pertanyaan yang ditanya jelas dan katagori

pilihan jawaban jelas. Pembimbing expert I dan II menyatakan kuesioner telah

memenuhi kriteria atau alat pengumpulan data dalam lembar pernyataan face

validity dengan menanda tangani surat keterangan uji validitas tersebut dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian.Pengolahan dan Analisis Data

3.6.5 Pengolahan data


Pengolahan data merupakan suatu upaya untuk memprediksi data dan

menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan mendapat

data yang siap untuk disajikan (Hidayat, 2014). Metode pengolahan data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.6.5.1 Pemeriksaan data (editing)

Pemeriksaan Data atau editing merupakan upaya yang dilakukan untuk

memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan atau diperoleh. Editing

dilakukan saat tahap pengumpulan data atau juga dapat dilakukan saat data telah

terkumpul. Peneliti melakukan editing dengan cara memeriksa satu per satu

kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui kelengkapan data yang diberikan

responden. Jika data belum lengkap maka dapat langsung diklarifikasi kepada

responden atau kuesioner dapat dikeluarkan (Setiadi, 2013). Peneliti melakukan

pengecekan ulang terkait kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh responden,

mengecek ulang data yang telah disimpan dan data yang telah dimasukkan ke

dalam program software komputer.

3.6.5.2 Coding

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat sesuai

dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan. Setelah data terkumpul
44
dan diseleksi, tahap berikutnya adalah melakukan pengkodean agar

mempermudah dalam pengolahan data (Masturoh & Anggita, 2018a). Peneliti

memberikan kode dalam setiap jawaban yang diberikan responden dengan

mengubah data bentuk huruf atau kalimat dalam bentuk angka, hal tersebut

dilakukan guna untuk mempermudah proses mengolah data pada program

komputer. Adapun kode yang diberikan pada penelitian ini, berupa:

1) Pada karakteristik umum responden:


a) Umur

a. 17 tahun = 3

b. 18 tahun = 4

b) Berdasarkan Kelas

a. IPA = 1

b. IPS = 2

c) Berdasarkan variabel

a. Tingkat pengetahuan = 1

b. Sikap pencegahan = 2

2) Pada pertanyaan dalam Kuesioner

Penelitian ini akan menggunakan 2 lembar kuesioner yaitu kuesioner

pengetahuan dengan sikap remaja putri tentang pencegahan anemia

a) Pada kuesioner pengetahuan remaja putri tentang anemia menggunakan

pilihan ganda yang berisikan 20 pertanyaan dengan menggunakan skala

Guttaman dimana responden memilih jawaban Benar atau Salah. Kode 1

untuk jawaban Benar, kode 2 untuk jawaban Salah

b) Pada kuesioner sikap remaja putri menggunakan pilihan ganda dengan 10

pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdapat pernyataan positif dengan pilihan


45
jawaban sangat setuju (SS) diberi kode 1, setuju (S) diberi kode 2, ragu-

ragu (RR) diberi kode 3 tidak setuju (TS) diberi kode 4, sangat tidak setuju

(STS) diberi kode 5.

c) Data mengenai sikap responden diperoleh dengan menggunakan kuesioner

sikap. Kuesioner terdapat soal positif dan negatif, soal positif berjumlah 6

dan negatif berjumlah 4. Skor maksimal 40, skor minimal 10.

Tabel 3. 1 Pertanyaan Positif dan Negatif.

Pertanyaan Positif Skor Soal

Soal: 4 (sangat setuju)

1,2,3,5,7,8 3 (setuju)

2 (tidak setuju)

1 (sangat tidak setuju)

Pertanyaan Negatif Skor Soal

Soal: 1 (sangat setuju)

4,6,9,10 2 (setuju)

3 (tidak sejutu)

4 (sangat tidak setuju)

3.6.5.3 Data entry

Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam tabel dan dilanjutkan dengan dilakukan analisis data dengan program

46
yang ada di komputer (Masturoh & Anggita, 2018a). Peneliti mengentry data

dengan menggunakan program microsoft excel dan program pengolahan data

statistik Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Peneliti memasukkan

data karakrteristik demografi responden dan jawaban dari kuesioner yang telah

diisi oleh responden.

3.6.5.4 Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang sudah

dientry dengan cara memeriksa apakah data dari sumber data dan pengkodeannya

ada yang mengalami kesalahan atau kurang lengkap, sehingga perlu dilakukan

pembetulan atau dikoreksi (Masturoh & Anggita, 2018a). Semua data responden

yang diperoleh peneliti dimasukkan kedalam program pengolahan data statistik

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) yang kemudian dilakukan

pengecekan kembali untuk mencegah terjadinya kesalahan kode, data tidak

lengkap atau sebagainya sehingga analisa data dapat diketahui dengan benar dan

tepat.

3.6.6 Analisis data


Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu digunakan untuk

mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variable penelitian dengan

menyajikan distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi ini menggambarkan

jumlah dan presentasi dari sikap variable yang ada (Notoatmodjo, 2018). Variabel

yang disajikan meliputi pengetahuan dan sikap pencegehan remaja tentang

anemia.

Pengukuran pengetahuan dan sikap pada remaja putri tentang anemia

menggunakan kuesioner dalam pengkategorian dikatakan baik atau kurang dan

positif atau negatif didasarkan pada hasil akhir dari skor akhir. Apabila
47
pengetahuan mendapatkan skor total mencapai 76%-100% dikatakan baik, skor

total yang di dapatkan mencapai 56%-75% dikatakan cukup dan jika skor total

yang didapatkan <56% maka dikatakan kurang. Sedangkan sikap jika positif skor

>44 dan negatif <44.

3.7 Etika Studi Penelitian

Etika penelitian menjelaskan bagaimana perlakuan peneliti terhadap subyek

penelitian (Nursalam, 2015). Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

etika penelitian antara lain :

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari responden untuk

diambil datanya dan bersedia ikut serta dalam penelitian yang diberikan

sebelum penelitian dilakukan. Dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden yang selanjutnya ditanda tangani oleh

subyek jika bersedia. Tujuan dari pemberian informed consent adalah agar

subyek mengerti mengenai maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya

2. Tanpa Nama (anonymity)

Merupakan suatu jaminan bagi subyek penelitian. Dilakukan dengan cara

tidak mencantumkan ataupun memberikan nama responden pada lembar

pengumpulan data serta hasil penelitian yang disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentially)

Merupakan kerahasiaan hasil peneilian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua infotmasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti

dijamin kerahasiaanya, sehingga hanya sekelompok data tertentu yang akan

dilaporkan dan dicantumkan pada hasil penelitian

48
4. Otonomi (self determination)

Merupakan hal yang dimiliki subyek berupa otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk

mengundurkan diri dari penelitian

5. Penaganan yang adil (fair handling)

Merupakan Tindakan memberikan penanganan yang adil, memberikan

individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa

diskriminasi, diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati dan untuk memberikan penanganan terhadap

masalah yang muncul selaman partisipasi dalam penelitian.

6. Hak mendapat perlindungan (the right to get protection)

Merupakan hal untuk subyek mendapatkan perlindungan dari

ketidaknyamanan dan kerugian, yang mengharuskan agar klien dilindungi

dari eksploitasi dan peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan

untuk meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat penelitian

49
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum


Penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

sikap pencegahan anemia pada remaja putri. Penelitian ini dilakukan di SMAN 2

Denpasar. Program yang dimiliki SMAN 2 Denpasar dengan sikap pencegahan

anemia pada remaja putri di tingkat SMA. Dengan mengintegrasikan olahraga ke

dalam mata pelajaran rutin, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang

mendukung perkembangan fisik siswa. Melalui latihan rutin, seperti senam, lari,

atau kegiatan olahraga lainnya, siswi dapat meningkatkan sirkulasi darah,

meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengoptimalkan kesehatan secara

keseluruhan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik, dan

memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara aktivitas

fisik dan pencegahan anemia. Melalui evaluasi rutin dan umpan balik dari siswa,

sekolah dapat menyesuaikan program olahraga agar lebih relevan dan

memberikan dampak positif pada kesehatan siswi.

50
4.1.2 Karakteristik subyek penelitian
1. Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia

Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi (n) Presentase (%)


1 17 tahun 36 48.6
2 18 tahun 38 51.4
Jumlah 74 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 didapat bahwa mayoritas responden responden dengan

umur 18 tahun yang paling mendominasi dengan persentase 51,4%.

4.1.3 Hasil pemeriksaan terhadap objek penelitian berdasarkan variabel


1. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia siswi kelas XII di SMAN 2 Denpasar

tahun ajaran 2023/2024

Tabel 4. 2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Anemia Pada siswi
kelas XII di SMAN 2 Denpasar tahun ajaran 2023/2024

Pengetahuan
No Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Baik 61 82.4
2 Cukup 11 14.9
3 Kurang 2 2.7
Jumlah 74 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 didapat bahwa mayoritas responden dengan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 61 orang dengan persentase 82,4%.

51
2. Hasil pemeriksaan terhadap Sikap Pencegahan Anemia Pada siswi kelas XII

di SMAN 2 Denpasar tahun ajaran 2023/2024

Tabel 4. 3
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap remaja putri kelas X tentang
dismenore di SMAN 2 Denpasar tahun 2023

Sikap
No Kategori Frekuensi (N) Presentase (%)
1 Negatif 5 6.8
2 Positif 69 93.2
Jumlah 74 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 didapat bahwa mayoritas responden memiliki sikap

positif sebanyak 69 orang dengan persentase 93,2%.

3. Hasil Tabulasi Silang

Tabel 4. 4
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap Pencegahan
Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar

Sikap Pearso Significan


Total n Chi- ce (2-
Negatif Positif
Square sided)
Kura
1 1 2 6,737 0,034
ng
Pengetahu
Cuku
an 0 11 11
p
Baik 4 57 61
Total 5 69 74

Dalam tabel uji statistic chi-square ditunjukkan variabel pengetahuan bisa

dilihat melalui nilai p-value sebesar 0,034 (p < 0,05) yang megindikasikan adanya

hasil bermakna atau diperoleh simpulan bahwa terdapat korelasi antara Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada

Remaja.

52
4.2 Pembahasan Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan

Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2

Denpasar

Bedasarkan hasil analisis tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 2 Denpasar. bahwa mayoritas responden dengan tingkat

pengetahuan baik sebanyak 61 orang dengan persentase 82,4%. Pengetahuan

adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek

melalui indera yang dimilikinya. Panca indra manusia untuk mendeteksi objek

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada saat

penginderaan meproduksi pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh besarnya

perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang diperoleh sebagian

besar diperoleh melalui indra mendengar dan penglihatan (Notoatmodjo, 2018).

Bedasarkan hasil analisis sikap dalam pencegahan anemia pada remaja putri di

SMA Negri 2 Denpasar. Bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif

sebanyak 69 orang dengan persentase 93,2%. Sikap merupakan konsep paling

penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu

maupun kelompok. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang

menentukan tindakan nyata dan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan

individu dalam kehidupan sosialnya (Rachmawati, 2019)

Bedasarkan hasil uji statistic chi-square ditunjukkan variabel pengetahuan bisa

dilihat melalui nilai p-value sebesar 0,034 (p < 0,05) yang megindikasikan adanya

hasil bermakna atau diperoleh simpulan bahwa terdapat korelasi antara Hubungan

53
Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada

Remaja dan Hipotesis yang diajukan peneliti diterima.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Andani (2020) menunjukkan adanya

hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap konsumsi TTD di

sekolah tersebut. Hasil ini juga di dukung dengan penelitian dari Ridha (2018)

mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kejadia Anemia pada

Remaja Putri di SMAS PGRI 6 Banjarmasin, menunjukan bahwa hasil uji Chi

Square terdapat adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMAS PGRI 6 Banjarmasin. Dan hasil yang sama dengan

penelitian dari Rosidi (2019) mengenai Pengetahuan, sikap Remaja Putri dan

Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Konsumsi Tablet Besi Folat SMKN 1

Bangsri Jepara, menunjukan bahwa ada hubungan sikap responden dengan

kepatuhan konsumsi tablet besi folat di SMKN 1 Bangsri Jepara.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini didasarkan pada keyakinan bahwa remaja

dengan pengetahuan lebih tinggi tentang anemia cenderung memiliki sikap yang

lebih positif terhadap upaya pencegahan anemia. Pengetahuan ini diperoleh

melalui indra pendengaran dan penglihatan, terutama melalui penyuluhan dan

materi edukatif. Peneliti meyakini bahwa pengetahuan yang memadai dapat

memotivasi remaja untuk mengadopsi sikap proaktif dalam mencegah anemia,

mengingat peran krusial sikap dalam menentukan tindakan praktis dalam

kehidupan sosial. Asumsi ini diharapkan dapat membantu merancang intervensi

yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terkait

pencegahan anemia.

54
4.3 Keterbatan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah data pengetahuan dan sikap remaja diperoleh

secara self-report, yang dapat memunculkan potensi bias dalam penilaian

subjektif responden. Kedua, fokus penelitian ini terbatas pada remaja di suatu

wilayah tertentu, sehingga generalisasi hasil dapat menjadi terbatas pada konteks

tersebut. Selain itu, penelitian ini tidak mencakup variabel lain yang mungkin

memengaruhi pengetahuan dan sikap, seperti faktor lingkungan atau aspek

psikososial yang lebih kompleks.

55
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Sebagian besar responden (82,4%) memiliki tingkat pengetahuan baik

tentang anemia.

2. Bahwa mayoritas responden (93,2%) memiliki sikap positif terhadap

pencegahan anemia.

3. Melalui uji statistik chi-square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,034 (p

< 0,05), mengindikasikan adanya korelasi yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dan sikap pencegahan anemia pada remaja. Dengan

demikian, hipotesis penelitian diterima, menegaskan bahwa tingkat

pengetahuan yang baik terkait dengan sikap positif terhadap pencegahan

anemia pada remaja. Temuan ini memiliki implikasi penting dalam

pengembangan program edukasi kesehatan yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan sikap pencegahan anemia pada kalangan remaja.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Saran untuk Institusi STIKES WIRA MEDIKA:

a) Memperhatikan temuan penelitian ini dalam pengembangan

program pendidikan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan

56
peningkatan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan

perubahan sikap mereka terkait pencegahan. Integrasi materi ini

dapat membantu menciptakan program yang lebih relevan dan

efektif.

b) Melibatkan tenaga pendidik dan petugas kesehatan untuk

mendukung implementasi program pendidikan kesehatan, sehingga

pesan-pesan pencegahan anemia dapat disampaikan dengan lebih

efektif dan didukung oleh pemahaman yang mendalam.

2. Saran untuk Remaja Putri di SMA Negeri 2 Denpasar:

Mencari informasi lebih lanjut mengenai pencegahan anemia,

terutama dalam hal konsumsi makanan bergizi dan menjalani gaya

hidup sehat. Mengintegrasikan informasi ini ke dalam kehidupan

sehari-hari untuk mencegah anemia. Menggunakan sumber daya

edukasi yang telah disediakan oleh institusi pendidikan untuk

meningkatkan pemahaman tentang anemia dan mengambil langkah-

langkah pencegahan yang sesuai.

3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya:

a) Mengeksplorasi lebih lanjut faktor-faktor yang dapat memengaruhi

pengetahuan dan sikap remaja terkait pencegahan anemia, sehingga

intervensi yang lebih spesifik dapat dirancang.

b) Melakukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi temuan ini

dalam konteks populasi yang lebih luas atau dengan pendekatan

metodologi yang berbeda.

57
c) Merinci rekomendasi tindakan lebih lanjut, termasuk

pengembangan strategi intervensi yang dapat diadopsi oleh institusi

dan masyarakat dalam rangka mencegah anemia pada remaja putri.

58
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Almatsier. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Andani, Y., Esmianti, F., & Haryani, S. (2020). Hubungan pengetahuan dan sikap
remaja putri terhadap konsumsi tablet tambah darah (ttd) di smpnegeri i
kepahiang. Jurnal Kebidanan Besurek, 5(2), 55-62.

Andriani, M. (2012). Pengantar Gizi masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arumsari, E. Faktor risiko anemia pada remaja putri peserta Program


Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota
Bekasi. Institut Pertanian Bogor. 2008

Atikah. (2011). Anemia dan Anemia Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Media

Azwar, S. (2013). Sikap manusia dan pengukurannya. Yogyakarta. Pusat Belajar


Offset.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [internet]. Jumlah
balita, remaja, dan lanjut usia per wilayah, 2011. [diakses pada tanggal 30
juni
2015].Tersediapada:htpp://aplikasi.bkkpn.go.id/mdkMDKReports/KS/tabe
l102.aspx

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2013. 2013:1-384

Beard, J., dan Brian Tobin. 2000. Iron Status and Exercise. American Journal of
Clinical Nutirtion. 72(suppl) :594S – 597S
Caturiyantiningtiyas, T. 2015. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
dengan kejadian anemia remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 1
Polokarto. Jurnal Kesehatan 12 (4) Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[Internet].Tersediapada:http://eprints.ums.ac.id/39689/1/NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf. [Diakses 28 Mei 2016]

59
Chairunnisa, O., Nuryanto, N., & Probosari, E. (2019). Perbedaan Kadar
Hemoglobin Pada Santriwati Dengan Puasa Daud, Ngrowot Dan Tidak
Berpuasa Di Pondok Pesantren Temanggung Jawa Tengah. Journal of
Nutrition College, 8(2), 58-64.
Elisa, (2017). Sikap dan Faktor yang Berpengaruh. Buku Ajar Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Fauziah, D., Nurlina, dan Korneliani, K. (2012). Hubungan antara Pola
Menstruasi dan Konsumsi Zat Besidengan Kejadian Anemia pada Remaja
Putri di SMA Infirmatika Ciamis.

Harahap, N. R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Anemia pada Remaja Putri

Imran, N., Indriasari, R., & Najamuddin, U. (2014). Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Anemia Dengan Status Hemoglobin Remaja Putri Di Sma Negeri
10 Makassar.

Indriani, D. I., Rosita, E. R., & Dewi, P. S. (2018). Hubungan pengetahuan


remaja tentang anemia dengan sikap pencegahan anemia di smk pgri 3
nganjuk kabupaten ngajuk. Imj (Indonesian Midwifery Journal), 2(1).Yuni
Astuti, R. (2018). Ridha Yuni Astuti Nim: S. 15.1623 Hubungan
pengetahuan dan sikap dengan Kejadian anemia pada remaja puteri Di smas
pgri 6 banjarmasin. KTI Akademi Kebidanan Sari Mulia.Sugiyono. (2017).
Metodologi Penelitian. Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA

Jayapada, G., Faisol, F., & Kiptiyah, B. M. (2017). Kearifan Lokal dalam Cerita
Rakyat sebagai Media Pendidikan Karakter untuk Membentuk Literasi
Moral Siswa. BIBLIOTIKA: Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi,
1(2), 60-62.
Kemenkes RI. (2016). Pedoman pencegahan dan penanggulangan anemia pada
remaja. https://doi.org/10.16194/j.cnki.31-1059/g4.2011.07.016

Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media


dan Aplikasinya Untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Press
Kirana, DP. (2011). Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi dengan
Kejadian anemia pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang: Diponegoro
University.

Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika

Lestari dkk. (2018). Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada
Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 507.
https://doi.org/10.25077/jka.v6.i3.p507-511.2017

60
Lestari, P., Widardo, W., & Mulyani, S. (2015). Pengetahuan Berhubungan
dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2
Banguntapan Bantul. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 3(3), 145.
https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(3).14 5-149
Mardiana, Aulia Putri. (2018). Hubungan Sikap Pencegahan Anemia dan
Perilaku Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kadar Hemoglobin
(Hb) Pada Remaja Putri Di Smk N 1 Sukoharjo. Naskah Publikasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Merryana Adriani, S. K. M. (2016). Pengantar gizi masyarakat. Prenada Media.

Monks, J. F., & Knoers, A. M. P. (2014). Psikologi Perkembangan; Pengantar


dalam berbagai bagiannya.

Mubarak, W.I. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi Dalam
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Nesi, & Yenetra. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan.


Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2015. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Nursalam, N. I. D. N. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Permaesih. 2013. Statu Gizi Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.


http: digliblitbang Depkes.co.id. 12 (2). Jakarta: FKUI. [Internet]. Tersedia
pada: http//:www.healthy.co.id. [Diakses 5 Februari 2018].

Riyanto, A. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam


penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 66-69.

Safitri, S., & Maharani, S. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Terhadap


Kejadian anemia Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 13 Kota Jambi. Jurnal
Akademika Baiturrahim Jambi, 8(2), 261-266.

Santrock, J. W. (2007). Remaja.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media
Publishing.

Soedijanto, S. G. (2015). Hubungan antara asupan zat besi dan protein dengan
kejadian anemia pada Siswi SMP Negeri 10 Manado. Pharmacon, 4(4).

61
Sriningrat, I. G. A. A., Yuliatni, P. C. D., & Ani, L. S. (2019). Prevalensi anemia
pada remaja putri di kota Denpasar. E-Jurnal Med, 8(2), 1-6.

Suharyat, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal
Region, 1(3), 1-19.
Sutanti, Y., Briawan, D., & Martianto, D. (2016). Suplementasi besi mingguan
meningkatkan hemoglobin sama efektif dengan kombinasi mingguan dan
harian pada remaja putri. Jurnal Gizi dan Pangan, 11(1).

Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi).


Yogyakarta: ANDI.

Swarjana, I Ketut. (2016). Statistik kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Swarjana, I. K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan [Edisi Revisi](M.


Bendatu.

Swarjana, I. K., & SKM, M. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit


Andi.

Swarjana, I. K., SKM, M., & Bali, S. T. I. K. E. S. (2015). Metodologi Penelitian


Kesehatan [Edisi Revisi]: Tuntunan Praktis Pembuatan Proposal
Penelitian untuk Mahasiswa Keparawatan, Kebidanan, dan Profesi Bidang
Kesehatan Lainnya. Penerbit Andi.

Tirthawati, S., Rosidi, A., Sulistyowati, E., & Ayuningtyas, R. A. (2020).


Pengetahuan, sikap Remaja Putri dan Dukungan Petugas Kesehatan
terhadap Konsumsi Tablet Besi Folat SMKN 1 Bangsri Jepara: Sebuah
Studi Cross Sectional. Jurnal Gizi, 9(2), 201-214.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, 12.

WHO. (2015). The Global Prevalence of Anemia. Ganeva: WHO. World Health
Organization, Chan M. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia
and assessment of severity. 2011:1–6

Yunariah, W. T. B. (2018). Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang


pencegahan anemia di smpn 1 purwosari kabupaten bojonegoro. Jurnal
Keperawatan, 11(1), 35-40.

Yuni Astuti, R. (2018). Ridha Yuni Astuti Nim: S. 15.1623 Hubungan


pengetahuan dan sikap dengan Kejadian anemia pada remaja puteri Di smas
pgri 6 banjarmasin. KTI Akademi Kebidanan Sari Mulia.

Yustina Palimbo, P., & Nurlaela, E. (2019). Gambaran pengetahuan dan


kepatuhan remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah di smps ilmiah

62
kendari wilayah kerja uptd puskesmas wua-wua (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kendari).

63
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Agustus 2023 September Oktober 2023 Nopember Desember Januari 2024 Februari 2024
N Kegiatan 2023 2023 2023
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pesiapan
a.Pengumpulan bahan pustaka
b. Menyusun proposal
c. Konsultasi proposal
d. Ujian proposal
e. Perbaikan proposal
2 Tahap pelaksanaan
a.Mengajukan ijin penelitian
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Analisa data
3 Tahap akhir
a. Penyusunan laporan
b. Ujian sidang hasil penelitian
c. Perbaikan dan penggandaan
d. Publikasi hasil penelitian

64
Lampiran 2
Anggaran Biaya Penelitian

No Kegiatan Rencana Biaya

A. Tahap Persiapan

Studi Pendahuluan (Perjalanan) Rp. 50.000

Penggandaan proposal (foto copy) Rp. 100.000

Perbaikan (revisi) proposal (print dan Rp. 150.000

penggandaan)

B. Tahap Pelaksanaan

Pengurusan ijin penelitian Rp. 100.000

Pengadaan Lembar Kuesioner Rp. 450.000

Pengolahan data (Analisa data) Rp. 300.000

Pemberian laflet dan TTD Rp. 400.000

Biaya Enumator Rp. 400,000

C. Tahap Akhir

Penyusunan skripsi Rp. 50.000

Penggandaan skripsi Rp. 200.000

Perbaikan (revisi) skripsi Rp. 100.000

Pengumpulan skripsi Rp. 200.000

65
TOTAL Rp. 2.100.000

66
Lampiran 3
Informasi Penelitian

Kepada :

Yth. Saudari calon responden

di SMAN 2 Denpasar

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ni Putu Ovitia Prapti Premesti

NIM : 223221327

Saya adalah mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes

Wira Medika Bali yang akan melakukan penelitian dengan judul Kerja “

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap Pencegahan

Anemia Pada Remaja di SMAN 2 Denpasar ". Berikut saya sampaikan informasi

penelitian sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan

Sikap Pencegahan Remaja Putri Tentang Anemia di SMAN 2 Denpasar.

2. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah ilumu

pengetahuan mengenai Anemia dan sikap dalam merespon terjadinya Anemia

pada remaja.

3. Jika saudari bersedia ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan meminta

saudari untuk mengisi kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap Anemia.

4. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari, bila

saudari sudah memutuskan untuk ikut berpartisipasi lalu berubah pikiran,

67
maka saudari diperbolehkan mengundurkan diri tanpa ada denda ataupun

sanksi.

5. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin

kerahasiaannya. Hasil penelitian ini akan digunakan pada tempat peneliti

belajar serta pihak yang berkompeten dengan tetap menjaga kerahasiaan

identitas saudari.

6. Jika ada yang belum jelas, silahkan saudari tanyakan pada peneliti.

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat baik bagi

peneliti, institusi pendidikan dan bagi remaja untuk mengetahui hasil tersebut.

Apabila Saudari sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan saudari menandatangani lembar persetujuan yang telah

dilampirkan.

Demikian informasi data penelitian yang saya berikan, stas perhatian dan

kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Denpasar, Oktober 2023

Peneliti

( Ni Putu Ovitia Prapti Premesti )

68
Lampiran 4
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Kepada
Yth. Saudari calon responden
di SMAN 2 Denpasar

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ni Putu Ovitia Prapti Premesti
Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali

Bertujuan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di
SMAN 2 Denpasar”. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Saudari
untuk turut berpartisipasi sebagai responden, dalam memberikan informasi atau
jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada
Remaja di SMAN 2 Denpasar. Semua informasi yang Saudari berikan adalah
benar hanya digunakan untuk kepentingan peneliti dan dijaga kerahasiaanya.
Apabila Saudari bersedia berpartisipasi dalam penelitian, saya mohon kesediaanya
untuk menandatangani lembar pertanyaan menjadi responden.

Demikian permohoan ini saya sampaikan, atas perhatian dan kesediaan yang
diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Denpasar, Oktober 2023

Peneliti

( Ni Putu Ovitia Prapti Premesti )

69
Lampiran 5
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan

Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di SMAN 2

Denpasar

Peneliti : Ni Putu Ovitia Prapti Premesti

NIM : 223221327

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai persetujuan dan

manfaat tentang penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Anemia dengan Sikap Pencegahan Anemia Pada Remaja di SMAN

2 Denpasar”. Saya mengerti risiko yang akan terjadi dalam penelitian ini tidak

ada dan saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau

mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau

kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberikan kesempatan bertanya mengenai penelitian ini dan telah

dijawab serta dijelaskan secara baik. Saya secara sukarela dan sadar bersedia

berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan

Responden.
Denpasar, Oktober 2023

Responden

(…………………………….)

70
Lampiran 6
Kuisioner Penelitian
A. Instrumen Pengetahuan Anemia

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Kelas :

Hari/tgl :

PETUNJUK PENGGUNAAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan

tanda check atau centang pada jawaban yang dipilih.

1. Quisioner pengetahuan tentang anemia

No Pertanyaan Benar Salah

1. Anemia merupakan suatu keadaan dengan

kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai

normal

2. Kebutuhan zat besi pada perempuan lebih

besar daripada laki-laki

3. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah

12g/dl

71
4. Kekurangan zat besi merupakan penyebab

utama anemia gizi dibanding zat gizi lainnya

5. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami

anemia karena mengalami menstruasi

6. Anemia pada remaja menyebabkan

penurunan daya tahan tubuh

7. Anemia pada remaja dapat berpengaruh

terhadap kemampuan berkonsentrasi

8. Upaya pencegahan dan penanggulangan

anemia dilakukan dengan memberikan asupan

zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk

meningkatkan pertumbuhan hemoglobin

9. Remaja yang sedang menstruasi sebaiknya

tidak diberikan tablet tambah darah

10. Kelopak mata, bibir, lidah, kulit, kuku dan

telapak tangan nampak pucat merupakan

bukan salah satu tanda-tanda dari anemia

11. Anemia tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar

12. Remaja putri yang sedang menstruasi tidak

memerlukan zat besi lebih banyak

72
13. Vitamin C tidak diperlukan untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam

tubuh

14. Tanda-tanda dan gejala anemia yang dapat

dilihat adalah lelah, letih, lesu , lalai dan

lunglai

15. Teh dan kopi sangat banyak mengandung

Vitamin C

16. Vitamin C dapat menghambat penyerapan zat

besi di dalam usus

17. Sayuran hijau dan buah-buahan serta kacang

kacangan dan padi-padian kurang

mengandung zat besi

18. Dengan makanan sayuran saja tidak akan

tercukupi kebutuhan zat besi bagi tubuh

19. Sayuran berwarna kuning merupakan salah

satu sumber makanan zat besi

20. Ayam dan ikan dapat menyebabkan sel darah

merah menjadi rendah

Sumber : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dengan Anemia

Di SMA N 4 Denpasar tahu 2021

73
74
2. Quisioner Pencegahan Anemia pada remaja putri

No Aspek penilaian SS S R TS STS

1. Sebaikanya remaja putri perlu

mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi

2. Setiap orang seharusnya makan

makanan bergizi seimbang ( 4

sehat 5 sempurna)

3. Sebaiknya makan buah-buahan

yang banyak mengandung vitamin

4. Jika kita sudah menemukan gejala

Anemia maka diam saja

5. Sebaiknya kita mengkonsumsi obat

tablet tambah darah untuk

mencegah terjadinya Anemia

6. Anemia bukan masalah kesehatan

berbahaya

7 Merasa khawatir jika terkena

Anemia

8. Setiap pagi kita dianjurkan sarapan

untuk mengindarkan terjadinya

75
Anemia

9. Tidak perlu makan makanan

sayuran hijau

10. Anemia tidak mengganggu

aktifitas remaja putri

Sumber : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dengan Anemia

Di SMA N 4 Denpasar tahu 2021

76
Lampiran 7
MASTER TABEL

No Nama Umur Kelas Skor tingkat Sikap


Pengetahuan remaja pencegahan
tentang anemia anemia pada
remaja

77
Lampiran 8
Hasil Olah Data

Umur

Frequenc Valid Cumulative

y Percent percent percent

Vali 17 36 48.6 48.6 48.6

d tahun

18 38 51.4 51.4 100.0

tahun

Total 74 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequenc Valid Cumulative

y Percent percent percent

Vali Baik 61 82.4 82.4 82.4

Cukup 11 14.9 14.9 97.3

Kurang 2 2.7 2.7 100.0

Total 74 100.0 100.0

Sikap

Frequenc Valid Cumulative

y Percent Percent Percent

78
Vali Negat 5 6.8 6.8 6.8

d if

Positi 69 93.2 93.2 100.0

Total 74 100.0 100.0

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Count

Sikap

Negatif Positif Total

Pengetahua Kuran 1 1 2

n g

Cuku 0 11 11

Baik 4 57 61

Total 5 69 74

Chi-Square Tests

Asymptotic

Significance

Value df (2-sided)

79
Pearson Chi-Square 6.737a 2 .034

Likelihood Ratio 4.300 2 .117

Linear-by-Linear .955 1 .329

Association

N of Valid Cases 74

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .14.

80

Anda mungkin juga menyukai