Anda di halaman 1dari 135

SKRIPSI

HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG
POLIKLINIK KEMOTERAPI RSUP SANGLAH
DENPASAR

Oleh:
NI KADEK WIDYA ANTARI
NIM : 18.321.2884

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG
POLIKLINIK KEMOTERAPI RSUP SANGLAH
DENPASAR

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada


Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira
Medika Bali

Oleh:
NI KADEK WIDYA ANTARI
NIM : 18.321.2884

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

i
DENPASAR
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

Nama : Ni Kadek Widya Antari


NIM : 18.321.2884
Judul : Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di
RSUP Sanglah Denpasar
Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Denpasar, 24 Mei 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis Anak Agung Sri Sanjiwani, S.Psi., M.Psi, Psikolog
NIK. 2.04.11.505 NIK. 2.01.21.979

iii
iv
ABSTRAK

Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara yang


menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022

Ni Kadek Widya antari1, Desak Made Ari Dwi Jayanti2, Anak Agung Sri

Sanjiwani3

Penderita kanker payudara memiliki kecendrungan mengalami kecemasan


sehingga pasien akan menunjukan gejala-gejala seperti gelisah akan diri sendiri
dan masa depan. Salah satu cara menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
kanker adalah dengan cara meningkatkan peran diri melalui resiliensi atau
adaptasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
resiliensi dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi. Penelitian dilakukan di Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah
Denpasar, jumlah sampel 77 responden yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan alat ukur Connor
Davidson-Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi dan Zung Self Rating
Anxiety Scale (ZSAS) untuk tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar responden berada pada kategori resiliensi tinggi yaitu sebanyak 47
orang (61%) dengan tingkat kecemasan dengan kategori ringan sebanyak 54 orang
(70,1%). Hasil uji Rank Spearman diperoleh nilai p value 0,000 (p <ɑ ), yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan tingkat kecemasan
pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan nilai r hitung
sebesar 0,635 (tingkat hubungan yang kuat dan arah hubungan negatif). Semakin
tinggi resiliensi yang dimiliki oleh pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi masa semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami selama
melakukan pegobatan kemoterapi. Disarankan kepada perawat poliklinik
kemoterapi rumah sakit sanglah Denpasar agar memberikan edukasi mengenai
resiliensi sehingga pasien yang merasa cemas sebelumnya bisa mengurangi
kecemasan yang dialami. Diharapkan pasien mampu untuk mempertahankan serta
meningkatkan resiliensi dalam diri untuk menekan tingkat kecemasan yang
dirasakan serta keluarga pasien senantiasa mendukung pasien dalam setiap
menjalankan proses pengobatan, baik berupa dukungan fisik, psikis maupun
finansial sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien.

Kata Kunci : Resiliensi, Tingkat Kecemasan, Pasien Kanker Payudara

v
ABSTRACT

Correlation between Resilience and Anxiety Levels of Breast Cancer Patients


Undergoing Chemotherapy at Sanglah Hospital Denpasar
2022

Ni Kadek Widya antari1, Desak Made Ari Dwi Jayanti2, Anak Agung Sri
Sanjiwani3
Breast cancer patients have a tendency to experience anxiety so that
patients will show symptoms such as insecure about themselves and the future.
The way to reduce anxiety levels in cancer patients is to increase the role of
themselves through resilience or adaptation. The purpose of this study is to
determine relationship between resilience and anxiety levels in breast cancer
patients who have chemotherapy. The study was conducted at the chemotherapy
polyclinic of Sanglah Hospital Denpasar, the number of samples was 77
respondents who were selected by purposive sampling technique. The research
method used is correlation analytic with cross sectional approach. This research
uses the Connor Davidson-Resilience Scale (CD-RISC) for resilience and the
Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) for anxiety levels. The results showed
that most of the respondents were in the high resilience category which are 47
people (61%), with mild anxiety levels are 54 people (70,1%). The spearman rank
test results obtained p value 0,000 (p <ɑ ), which means there is significant
relationship between resilience and anxiety levels in breast cancer patients who
had chemotherapy with r value 0,635 (strong relationship level and negative
relationship direction). The higher the resilience possessed by breast cancer
patients undergoing chemotherapy, the lower the level of anxiety experienced
during chemotherapy treatment. It is suggested to the chemotherapy polyclinic
nurse at Sanglah Hospital Denpasar to provide education about resilience so that
patients who feel anxious before can reduce the anxiety they experience. The
patient is expected be able to maintain and increase resilience in themselves to
suppress level of anxiety and the patient’s family always supports the patient in
every treatment process, both physical psychological, and financial support then
can reduce level of anxiety in patient.

Keywords : Resilience, Level of Anxiety, Breast Cancer Patient

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena
berkat Asung Kerta Wara Nugraha peneliti dapat menyelesaikan skripsi
penelitian dengan judul “Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan,
Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Skripsi penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu
melalui kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM
selaku ketua STIKes Wira Medika Bali Denpasar yang telah memberikan
kesempatan mengikuti pendidikan Program Ilmu Keperawatan di STIKes
Wira Medika Bali Denpasar.
2. Dr. I Wayan Sudana, M.Kes selaku
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar atas ijin dan
kesempatan yang diberikan untuk mengikuti pendidikan dan ijin lokasi
penelitian
3. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep.,
M.Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes
Wira Medika Bali yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan
dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
4. Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep.,
M.Fis selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan,
pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
5. Anak Agung Sri Sanjiwani, S.Psi., M.Psi,
Psikolog selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan,
pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

vii
6. I Wayan Suarbawa dan Ni Luh Gede
Agustini selaku orang tua yang selalu menjadi penyemangat dan motivator.
Kakak saya Ni Putu Mita Ardiasari yang selalu memberikan saran dan
masukan. Adik saya Ni Komang Sintia Amanda Putri yang selalu membantu
saya. Teman dekat saya I Komang Adhi Indria Utama yang selalu menemani
dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Serta sahabat-
sahabat saya Kadek Dinda, Made Oktha, Made Ari, Made Widhi dan Made
Adi yang selalu memberikan dukungan dan menemani dalam berproses
bersama untuk menemui tujuan yang sama.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian proposal penelitian ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu.
Akhirnya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk dapat menyempurnakan skripsi penelitian ini dan dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Denpasar, 15 Juni 2022


Peneliti

Ni Kadek Widya Antari

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
.........................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
........................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
.......................................................................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................
.......................................................................................................................iv
ABSTRACT ....................................................................................................
........................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................
.......................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................
.....................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
........................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
.......................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
......................................................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.....................................................................
.................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................
.................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................
6
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................
.................................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................
7
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................
7
1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................
.................................................................................................................8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

ix
2.1 Tinjauan Teori...........................................................................................
...............................................................................................................11
2.1.1 Konsep Kanker Payudara........................................................................
11
2.1.2 Konsep Kecemasan Pasien......................................................................
21
2.1.3 Konsep Risilensi Pasien..........................................................................
29
2.1.4 Konsep Kemoterapi.................................................................................
35
2.2 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................
...............................................................................................................44
2.3 Hipotesis Penelitian...................................................................................
...............................................................................................................45

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.......................................................................................
...............................................................................................................46
3.2 Kerangka Kerja Penelitian.........................................................................
...............................................................................................................47
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................
...............................................................................................................48
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................
...............................................................................................................48
3.4.1 Populasi Penelitian..................................................................................
48
3.4.2 Sampel Penelitian ...................................................................................
48
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel...................................................................
49
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel..............................................
...............................................................................................................51
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.........................................................
...............................................................................................................52
3.6.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan................................................................
52
3.6.2 Cara Pengumpulan Data..........................................................................
52
3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data.................................................................
54
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data...........................................................
...............................................................................................................56
3.7.1 Pengolahan Data......................................................................................
56
3.7.2 Analisis Data...........................................................................................
58
3.8 Etika Penelitian...........................................................................................
59

x
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..........................................................................................
62
4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian .......................................................................
62
4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian ..............................................................
64
4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian Berdasarkan Variable
Penelitian ................................................................................................
65
4.1.4 Hasil Analisis Data .................................................................................
66
4.2 Pembahasan ...............................................................................................
68
4.2.1 Resiliensi Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di
Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar ......................................
68
4.2.2 1 Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani
Kemoterapi Di Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar..............
71
4.2.3 Hubungan Resiliensi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker
Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Diruang Poliklinik Kemoterapi
RSUP Sanglah Denpasar ..........................................................................
74
4.3 Keterbatasan Penelitian ..............................................................................
78

BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................
79
5.2 Saran ..........................................................................................................
80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Resiliensi dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi
di RSUP Sanglah Denpasar...........................................................
....................................................................................................51
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Respon Berdasarkan karakteristik
Responden Diruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah
Denpasar Tahun 2022 ...................................................................
....................................................................................................64
Tabel 4.4 Resiliensi dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Menjalani
Kemoterapi Diruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah
Denpasar Tahun 2022 ...................................................................
....................................................................................................65
Tabel 4.6 Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker
Payudara yang menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah
Denpasar........................................................................................
....................................................................................................66

xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian........................................................


...............................................................................................44
Gambar 3.1. Desain Rancangan Penelitian.......................................................
....................................................................................................46
Gambar 3.2. Kerangka Kerja Penelitian...........................................................
....................................................................................................47

xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2. Realisasi Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6. Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 7. Master Tabel Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker
Payudara yang menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar
Lampiran 8. Hasil Analisa Data
Lampiran 9. Foto Dokumentasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan sebagai

penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Negara maju (Belkahla, 2017).

Selain penyebab morbiditas dan mortalitas, kanker juga menyebabkan

penderitanya merasakan cemas karena efek samping pengobatan khususnya

kemoterapi. Menurut World Health Organization (2018) kanker adalah

penyebab kematian kedua di dunia dengan kisaran angka kematian mencapai 9.6

juta kasus. Indonesia menempati urutan kedua setelah Vietnam di kawasan

ASEAN dengan kasus kanker mencapai 135.000 kasus per tahun (Simanullang,

2020).

Penderita kanker di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan Indonesia

(2015), sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Kanker payudara

merupakan peringkat kedua yang menjadi penyebab kematian setelah kanker

paru (Pangribowo, 2019). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 dan 2018 terjadi

peningkatan penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 dengan

perbandingan kasus 12 per 100.000 menjadi 42,1 per 100.000 kasus pada tahun

2018.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2016 terdapat

sebanyak 727 pasien kanker payudara, tahun 2017 sebanyak 920 kasus kanker

payudara dan tahun 2018 sebanyak 1020 kanker payudara. Berdasarkan data

Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2018, menunjukan data sebaran kanker

1
payudara dari 9 kabupaten/kota di Bali sebagian besar didominasi di kota

Denpasar yaitu sebanyak 430 kasus baru, selanjutnya kabupaten Badung sebanyak

317 kasus baru dan Gianyar sebanyak 44 kasus baru.

Kota Denpasar yang menjadi daerah tertinggi penderita kanker payudara

didapat data laporan dari salah satu rumah sakit di Kota Denpasar yaitu RSUP

Sanglah Denpasar diruangan Poli Klinik Kemoterapi pada tahun 2018 sebanyak

12.774 kunjungan, tahun 2019 sebanyak 13.295 kunjungan dan pada Januari-Juli

2020 sebanyak 7.430 kunjungan, jumlah kunjungan pasien kanker payudara pada

Januari-Juli 2020 sebanyak 2.342 kunjungan. Pada tahun 2021 bulan Januari

hingga November sebanyak 5.890 kunjungan. Jumlah kunjungan pasien kanker

payudara dari bulan januari hingga November sebanyak 988 kunjungan (Sanglah,

2021)

Pengobatan kanker untuk masing-masing individu sangat spesifik

tergantung pada kondisi masing-masing individu tersebut. Ada beberapa

penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik penyakitnya

yaitu mastektomi, radiasi, kemoterapi dan lintasan metabolisme. Upaya yang

dapat dilakukan dalam pengobatan kanker payudara bisa dilakukan pembedahan

(surgery), radioterapi (penyinaran), target terapi, terapi hormone dan kemoterapi

(CancerHelps, 2019).

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950 dan biasanya diberikan

sebelum dan sesudah operasi. Efek samping kemoterapi ada karena obat

kemoterapi yang sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga

menyerang sel sehat, terutama sel yang membelah dengan cepat seperti sel

rambut, sumsum tulang belakang, kulit, mulut dan tenggorokan, serta saluran

2
pencernaan. Akibatnya, rambut rontok, penurunan hemoglobin, trombosit dan

leukosit, kelemahan, kelelahan, sesak napas, perdarahan dan rentan terhadap

infeksi, kulit kebiruan/hitam, gatal-gatal, mulut dan tenggorokan kering,

kesulitan menelan, stomatitis, mual, muntah, sakit perut, kehilangan nafsu

makan, penurunan kualitas berhubungan intim dan penurunan kesuburan karena

perubahan hormonal. Beberapa pasien merasa bahwa efek samping kemoterapi

yang melemahkan lebih buruk daripada kanker itu sendiri. Konsekuensi dari

kemoterapi membuat sebagian besar pasien yang didiagnosis menderita kanker

penuh dengan kecemasan dan ketakutan akan kematian serta rasa sakit selama

perawatan (Setiawan, 2015).

Kemoterapi tidak hanya memunculkan efek samping masalah fisik tetapi

juga masalah psikologis seperti kecemasan yang merupakan respon emosional

dengan bermacam perasaan tidak menyenangkan berkaitan dengan perasaan

tidak pasti (Rahmawati & Lestari, 2015). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Oetaami (2014) dampak dari pengobatan kanker payudara

(kemoterapi) menyebabkan ketidak berdayaan, kecemasan, rasa malu bahkan

harga diri rendah pada pasien. Selain itu, hasil penelitian Bintang (2012) yang

menunjukkan bahwa lebih dari 30% pasien kanker yang menjalani kemoterapi

mengalami cemas sedang dan sisanya mengalami cemas berat hingga depresi.

Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia menderita kecemasan. Terdapat 7,7%

kasus kecemasan pada anak berusia 13-17 tahun dan 6,6% kasus pada usia 18-64

tahun. Prevalensi gangguan kecemasan di Australia pada tahun 2012 sebesar

14,4% (Tiller, 2012). Adapun angka kejadian kecemasan pada pasien kanker

payudara menurut Pratiwi et al (2017) adalah sebanyak 58 responden (59,8%)

3
mengalami tingkat state anxiety, sedangkan sebanyak 53 responden (54,6%)

mengalami tingkat trait anxiety. Menurut Dwi Jayanti, et al (2022) angka

kejadian kecemasan berada pada kategori sedang sebanyak 54,5%.

Pasien kanker payudara yang merasa cemas jika tidak ditangani dapat

berdampak buruk pada proses kemoterapi dan pemulihan psikologis serta medis.

Kecemasan ini juga dapat menyebabkan pasien enggan melanjutkan proses

pengobatan kemoterapi (Pratiwi et al., 2017). Efek kecemasan pada pasien

kanker payudara antara lain peningkatan rasa nyeri, gangguan tidur, peningkatan

mual dan muntah sebelum kemoterapi, dan kualitas hidup yang terganggu.

(Shadiya & Saleh, 2012)

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan, salah satunya

adalah resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk beradaptasi

dengan masalah, bertahan hidup, mengatasi stres, dan tumbuh untuk menyadari

kualitas individu dalam menghadapi kesulitan hidup. Resiliensi adalah

kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan masalah serius dan trauma,

menanggapi kesulitan dengan cara yang produktif dan sehat serta mampu berdiri

dan bangkit dari kesulitan (C. T. Utami, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Prayogi & Agung (2018), tentang hubungan antara resiliensi dengan tingkat

kecemasan pasien kanker di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

yang ditunjukkan dengan nilai korelasi Kendall Tau sebesar -0.231, dengan nilai

p < 0.05 (0.027) tanda variabel mengandung pengertian bahwa Semakin baik

resiliensi seorang penderita kanker maka semakin rendah tingkat kecemasannya

dan begitu pula sebaliknya. Dengan resiliensi yang buruk, tingkat kecemasan

pada pasien kanker meningkat ke arah panik. Hal ini tercermin dari tabulasi

4
silang bahwa tidak ada responden yang memiliki resiliensi baik mengalami

kecemasan dan kepanikan yang serius.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Poliklinik

Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar 7 dari 10 pasien mengatakan merasakan

cemas. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 7 responden mengatakan merasa

gelisah dan cemas ketika menjalani kemoterapi karena efek samping yang

disebabkan oleh kemoterapi serta klien sering mengalami mimpi buruk sehingga

menyebabkan klien susah tidur. Selain itu responden juga mengatakan bahwa

kurang bisa mengendalikan perasaan pada saat menghadapi suatu masalah

sehingga cepat terbawa perasaan dan membuat responden cepat menangis serta

responden merasakan mudah menyerah pada saat terjadi masalah. Selanjutnya 3

orang responden diwawancarai tentang kecemasan mengatakan bahwa klien tidak

merasakan cemas karena mempercayai ia akan sembuh ketika selesai menjalani

kemoterapi dan klien juga berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa akan

kesembuhannya serta responden juga mengatakan bahwa ia bisa mengendalikan

perasaan pada saat menghadapi suatu masalah sehingga tidak mudah untuk

terbawa perasaan dan responden juga mengatakan pantang menyerah pada saat

menghadapi masalah dan berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalahnya.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

bermaksud akan melakukan penelitian mengenai hubungan relisiensi dengan

tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP

Sanglah Denpasar.

5
1.2 Rumusan Masalah

Ca Mamae merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan

dan kematian di dunia. Pasien kanker payudara biasanya mengalami banyak

perubahan dalam diri dan kehidupan sehari-hari, mulai dari proses diagnostik

hingga akhir hayat, termasuk kondisi fisik dan psikologis yang berfokus pada

kesehatan. Gangguan secara fisik biasanya disebabkan oleh rasa sakit dan

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kanker, terutama pada stadium lanjut.

Efek psikologis dari Ca Mamae termasuk kecemasan, depresi dan stres. Efek

fisik dan psikologis pasien kanker payudara dapat mempengaruhi persepsi

pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Persepsi yang cukup negatif terhadap

penyakit memerlukan sikap resilien untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara resiliensi

dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

resiliensi dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Mengidentifikasi resiliensi pasien kanker payudara di RSUP Sanglah

Denpasar.

6
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP Sanglah

Denpasar.

3. Menganalisis hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dalam pengembangan

ilmu keperawatan khususnya dalam mengurangi tingkat kecemasan dan

meningkatkan mekanisme koping pada pasien kanker payudara.

2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang lebih spesifik yang terkait

dengan penelitian ini.

1.4.2 Praktis

1. Bagi perawat

Perawat mampu menggunakan pendekatan dan edukasi secara psikologis

untuk meningkatkan peran dalam perawatan pasien kanker payudara sehingga

membantu proses pengobatan

2. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan

standar operasional prosedur (SOP) pemberian pendidikan kesehatan bagi

pasien dan keluarga pada penderita kanker payudara.

3. Bagi keluarga pasien kanker payudara

Dapat meningkatkan resiliensi pasien dalam proses perawatan kanker

payudara sehingga pasien mampu beradaptasi dan tidak merasakan

kecemasan yang berlebih.

7
4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian yang

berkaitan dengan usaha meningkatkan kualitas hidup pada kanker payudara

yang menjalani perawatan paliatif.

1.5 Keaslian Penelitian

Hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian (Merlitha & Oktaviana, 2018) tentang resiliensi dengan stress pada

pasien kanker payudara yang melakukan kemoterapi rawat inap di Rumah

Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien kanker payudara yang berjumlah 100 pasien. Sampel yang

digunakan sebanyak 78 orang dengan teknik proportionate stratified random

sampling. Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis regresi

sederhana. Serta alat ukur yang digunakan adalah skala resiliensi dan skala

baku perceived stress scale (PSS-10). Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah lokasi penelitian, teknik analisis, jumlah sampel dan alat

ukur yang digunakan pada kedua variabel. Persamaan dengan penelitian ini

terletak pada variabel yang digunakan.

2. Penelitian (Prayogi & Agung, 2018) tentang hubungan antara resiliensi

dengan tingkat kecemasan pasien kanker di Rumah Sakit Umum Daerah

Penembahan Senopati. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (non

eksperimen) dengan desain penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan

untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau

variabel satu dengan variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan

rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

8
resiliensi terhadap tingkat kecemasan pasien kanker. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di

RSUD Penembahan Senopati Bantul dengan jumlah populasi 278 pasien.

Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan non

random (non probability) sampling dengan teknik variabel sampling dengan

menggunakan besaran rumus solvin, yaitu 75 orang pasien sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan. Alat ukur yang digunakan yaitu Hamilton

Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Perbedaan dengan penelitian yang akan di

lakukan adalah lokasi penelitian, jumlah sample serta alat ukur yang

digunakan pada variabel terikat. Persamaan dengan penelitian ini terletak

pada jenis penelitian.

3. Penelitian (Setyani et al., 2020) tentang tingkat kecemasan pasien kanker

payudara yang mendapatkan kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain

deskriptif survey, dimana peneliti ingin mendapatkan gambaran suatu

variabel yaitu tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang mendapatkan

kemoterapi di Ruang ODC Kemoterapi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita kanker

payudara yang mendapatkan kemoterapi di Ruang One Day Care Kemoterapi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, pada bulan Januari-Februari 2018.

Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 60 responden. Penelitian

ini dilakukan di Ruang One Day Care Kemoterapi Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

9
adalah HAM-A (Hamilton Anxiaty Rating Scale). Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu lokasi penelitian, alat ukur yang

digunakan, jumlah variabel dan jenis penelitian. Persamaan dengan penelitian

ini terletak pada variabel kecemasan pasien kanker payudara.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Kanker Payudara

2.1.1.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker adalah suatu keadaan dimana jaringan-jaringan organ tubuh tidak

normal berupa pertumbuhan sel-sel abnormal yang cepat, yang pada akhirnya

mengganggu fungsi sel-sel normal. Sel-sel yang rusak tersebut dapat berupa sel-

sel visceral, sel-sel jaringan otot, sel-sel tulang, sel-sel otak, bahkan sel-sel darah.

Tidak ada sel dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan berkembang

menjadi kanker. Yang lebih menakutkan adalah kemampuan sel-sel yang

mengalami penyimpangan atau disebut sel kanker, untuk berpindah dari satu

tempat ke tempat lain mengikuti aliran darah atau getah bening. Sangat banyak

serangan kanker terjadi di berbagai bagian tubuh manusia, bahkan ketika

berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat (Nurcahyo, 2017).

Kanker payudara atau (Ca Mammae) adalah suatu neoplasma ganas, suatu

pertumbuhan abnormal jaringan payudara yang berbeda dengan jaringan

sekitarnya. (Price, S.A. & Wilson, 2013). Kanker payudara adalah tragedi

mematikan kedua bagi wanita Indonesia setelah kanker serviks (Nurcahyo, 2017).

Kanker payudara disebabkan oleh gangguan pada sistem pertumbuhan jaringan

payudara. Kanker payudara merupakan gangguan pertumbuhan sel payudara

normal, dimana sel abnormal berkembang dari sel normal, berproliferasi, dan

menyerang jaringan limfatik dan pembuluh darah. (Huda, Amin., & Kusuma,

2016).

11
Dari pernyataan beberapa ahli yang membahas tentang kanker payudara,

dapat disimpulkan bahwa kanker payudara adalah penyakit ganas dengan

pertumbuhan jaringan payudara yang tidak normal. Pertumbuhan abnormal ini

dihasilkan dari sel-sel normal yang berproliferasi dan menyerang jaringan limfoid

dan pembuluh darah.

2.1.1.2 Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara (KPD) adalah tumor ganas jaringan payudara yang dapat

berkembang di epitel duktus atau lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah

satu kanker yang paling umum di Indonesia. Berdasarkan registri patologi

Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan insiden relatif 18,6%. (Data

kanker Indonesia tahun 2010, menurut data histopatologi; Register Kanker Ikatan

Ahli Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Angka

kejadiannya di Indonesia diperkirakan 12/100.000 perempuan, sedangkan di

Amerika Serikat sekitar 92/100.000 perempuan, dengan angka kematian yang

cukup tinggi 27/100.000 atau 18% kematian perempuan. Penyakit ini juga dapat

menyerang pria dengan frekuensi sekitar 1%. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus

berada pada stadium lanjut yang sulit diobati. Oleh karena itu, dalam rangka

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien, perlu dipahami secara

preventif, deteksi dini, pengobatan kuratif dan paliatif, serta upaya rehabilitasi

yang tepat.

Menurut data World Cancer Observatory 2018, kejadian kanker di

Indonesia (136,2/100.000 penduduk) berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara dan

ke-23 di Asia. Insiden tertinggi pada wanita adalah 42,1 kanker payudara per

100.000 penduduk, dengan angka kematian rata-rata 17 per 100.000 penduduk,

12
disusul kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk, dan angka kematian

rata-rata 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2019).

2.1.1.3 Etiologi Kanker Payudara

Tidak ada penyebab spesifik tunggal dari kanker payudara. Sebaliknya,

banyak faktor genetik, hormonal, dan lingkungan yang dapat berkontribusi pada

perkembangan kanker ini. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh

dari satu sel menjadi massa. Hormon steroid yang diproduksi oleh ovarium juga

terlibat dalam perkembangan kanker payudara (estradiol dan progesteron

dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seluler) (Huda, Amin., & Kusuma, 2016)

Faktor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut (Brunner &

Suddarth, 2016):

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara

sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.

2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari

wanita dengan kanker payudara. Jika ibu mengidap kanker sebelum usia 60

tahun, risikonya menjadi dua kali lipat, dan jika kanker payudara terjadi pada

dua saudara kandung langsung, risikonya empat hingga enam kali lebih

tinggi.

3. Menstruasi dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang

mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali

lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang

mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.

13
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan

risiko untuk mengalami kanker payudara. Sebagai perbandingan, wanita yang

menjalani operasi bilateral sebelum usia 35 memiliki risiko sepertiganya.

6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita dengan tumor payudara dengan

perubahan epitel proliferatif dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan

kanker payudara, dan wanita dengan hiperplasia khas empat kali lebih

mungkin untuk mengembangkan kanker payudara.

7. Paparan radiasi pengion setelah pubertas dan sebelum usia 30 hampir dua

kali lipat risikonya.

8. Obesitas dengan risiko terendah untuk wanita pascamenopause. Namun,

wanita gemuk yang didiagnosis dengan penyakit ini memiliki tingkat

kematian yang tinggi dan paling sering dikaitkan dengan keterlambatan

diagnosis.

9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko lebih

tinggi terkena kanker payudara. Namun, risiko tinggi ini menurun dengan

cepat setelah obat dihentikan.

10. Terapi penggantian hormon. Wanita yang lebih tua yang mengonsumsi

suplemen estrogen dan menggunakannya untuk waktu yang lama (10-15

tahun atau lebih) mungkin berisiko lebih tinggi. Menambahkan progesteron

ke terapi penggantian estrogen meningkatkan kejadian kanker endometrium

tetapi tidak mengurangi kanker payudara.

11. Konsumsi alkohol. Wanita yang minum bahkan satu gelas sehari memiliki

risiko yang sedikit lebih tinggi. Di Negara dimana minuman anggur

14
dikonsumsi secara teratur seperti Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih

tinggi.

Beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa wanita muda yang

mengkonsumsi alkohol lebih rentan terkena kanker payudara pada tahun

berikutnya. Beberapa faktor risiko, seperti usia dan ras, tidak dapat disnagkal.

Namun, ada beberapa risiko yang dapat dimodifikasi terutama hal yang terkait

dengan lingkungan dan perilaku. Seperti merokok, minum alkohol dan pola

makan. Risiko seorang wanita terkena kanker payudara dapat berubah seiring

waktu (Astrid, 2015).

2.1.1.4 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Tanda-tanda kanker payudara adalah massa lunak, berbatas tegas, mobile,

bulat, lonjong, dengan ciri ciri fisik mirip tumor jinak. Gejala karsinoma

terkadang tidak nyeri, terkadang nyeri, keluarnya cairan dari puting susu,

kemerahan pada papila, osifikasi asimetris, inversi, dan nyeri tulang lainnya, dan

penurunan berat badan dapat mengindikasikan metastasis (Nurarif & Kusuma,

2015).

Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas

menurut (Astrid, 2015) antara lain:

1. Munculnya benjolan di payudara

Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi

seringkali merupakan gejala awal kanker payudara yang paling jelas.

Benjolan terkait kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa sakit,

tetapi dapat menyebabkan sensasi tajam pada beberapa pasien.

15
2. Munculnya benjolan di ketiak

Benjolan kecil dan keras dapat muncul di ketiak, yang dapat menunjukkan

bahwa kanker payudara telah menyebar ke kelenjar getah bening. Benjolan

ini lunak tetapi seringkali menyakitkan.

3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

Tampaknya bentuk dan ukuran salah satu payudara telah berubah. Bisa lebih

kecil atau lebih besar dari payudara lainnya. Anda juga bisa melihat ke

bawah.

4. Keluarnya cairan dari puting susu

Saat puting susu ditekan, tubuh secara normal mengeluarkan cairan dan

bereaksi. Namun, jika cairan keluar tanpa menekan puting susu, atau jika

hanya satu payudara yang mengeluarkan darah atau nanah berwarna kuning

hingga kehijauan, itu mungkin merupakan tanda kanker payudara.

5. Perubahan Puting susu

Putting susu terasa seperti terbakar, gatal dan bekas luka tampak sulit/lambat

sembuh. Selain itu, puting mungkin tampak tertarik (retracted), berubah

bentuk atau posisi, menjadi merah, atau memiliki koreng. Kerak puting, luka,

atau sisik dapat menjadi tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang

langka.

6. Kulit Payudara Keriput

Kerutan terlihat seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu, kulit pada

payudara terlihat merah dan terasa panas.

16
7. Tanda-tanda Penyebaran Kanker

Saat kanker berkembang ke stadium lanjut, mungkin ada tanda atau gejala

yang menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh atau telah menyebar ke

bagian lain dari tubuh. Tanda-tanda yang mungkin terjadi seperti nyeri tulang,

pembengkakan pada lengan dan nyeri kulit, akumulasi cairan di sekitar paru-

paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan,

penyakit kuning, sesak napas, dan penglihatan ganda.

2.1.1.5 Tipe Kanker Payudara

Menurut (Brunner & Suddarth, 2016) ada beberapa tipe dari kanker payudara,

diantaranya :

1. Karsinoma duktal invasif.

Adalah jenis histologis yang paling umum dan menyumbang 75% dari semua

kanker payudara. Kanker ini sangat kentara karena sulit dirasakan. Kanker

jenis ini biasanya menyebar ke kelenjar getah bening aksila. Prognosisnya

lebih buruk daripada jenis kanker lainnya.

2. Kanker lobular invasif.

Jenis ini jarang terjadi dan menyumbang 5% sampai 10% dari kanker

payudara. Tumor ini biasanya terjadi di area payudara yang memiliki sedikit

penebalan dibandingkan dengan jenis duktal infiltrasi. Karena tipe ini lebih

umum multisentrik, bisa ada beberapa area yang menebal di satu atau kedua

payudara. Karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular menunjukkan

metastasis kelenjar getah bening aksila yang serupa, meskipun mereka

memiliki metastasis yang berbeda. Karsinoma duktal biasanya bermetastasis

17
ke tulang, paru-paru, hati, atau otak, sedangkan karsinoma lobular biasanya

bermetastasis ke permukaan meningen atau tempat abnormal lainnya.

3. Karsinoma medular.

Jenis ini menempati 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di

saluran payudara. Jenis tumor ini dapat tumbuh, tetapi penyebarannya lambat

dan seringkali memiliki prognosis yang baik.

4. Kanker musinus.

3% jenis ini menempati kanker payudara. Kanker ini memiliki prognosis

yang lebih baik dibandingkan kanker lainnya karena menghasilkan lendir dan

tumbuh perlahan.

5. Kanker ductal tubular.

Jenis ini jarang terjadi dan hanya menyumbang sekitar 2% kasus kanker.

Prognosisnya baik karena metastasis aksila secara histologis jarang terjadi.

6. Kanker inflamasi.

Ini adalah jenis kanker payudara yang langka (1% hingga 2%) yang

menyebabkan gejala yang berbeda dari jenis kanker payudara lainnya. Kulit

di atas tumor berwarna merah dan agak hitam. Edema dan laktasi sering

terjadi. Gejala-gejala ini dengan cepat memburuk, dan pasien biasanya

mencari bantuan medis lebih cepat daripada pasien lain dengan massa

payudara kecil. Penyakit ini dapat dengan cepat menyebar ke bagian tubuh

lainnya. Radiasi dan pembedahan juga biasa digunakan untuk mengendalikan

penyebaran.

18
2.1.1.6 Tahapan Kanker Payudara

Tahap klinis yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah

sistem klasifikasi TNM, yang menilai bukti ukuran tumor, metastasis kelenjar

getah bening, dan metastasis jauh. Sistem TNM telah diadopsi oleh Komisi

Gabungan Amerika Serikat untuk Progresi Kanker dan Reformasi Kelangsungan

Hidup. Tahapan ini didasarkan pada fisiologi untuk memberikan prognosis yang

lebih akurat. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (Andra Saferi Wijaya,

2013) :

TUMOR SIZE (T)

1. Tx : Tidak ada tumor

2. T0 : Tidak ada tumor primer yang terdeteksi

3. T1 : Diameter tumor kurang dari 2 cm

4. T2 : Tumor dengan diameter lebih dari 2 sampai 5 cm.

5. T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm.

6. T4 : Tumor menunjukkan perluasan langsung ke dinding dada atau kulit,

terlepas dari ukuran.

REGIONAL LIMPHO NODUS (N)

1. Nx : Kelenjar ketiak tidak teraba.

2. Tidak: Tidak ada metastasis aksila ipsilateral.

3. N1: Metastasis kelenjar aksila ipsilateral, tetapi masih bergerak.

4. N2: Metastasis kelenjar aksila ipsilateral atau jaringan sekitarnya yang

melekat erat satu sama lain.

5. N3: Metastasis kelenjar ipsilateral supraklavikula / subklavia atau edema

lengan.

19
Metastasis jauh (M)

1. Mo : Tidak ada metastasis jauh

2. M1 : Metastasis jauh masih menyebar ke luar dada.

2.1.1.7 Stadium kanker payudara

Kanker payudara dibagi menjadi empat stadium untuk alasan pengobatan

dan prognosis. Artinya,

1. Tumor stadium I kurang dari 2 cm dan belum menyebar ke organ lain atau

kelenjar getah bening supraklavikula.

2. Ukuran tumor stadium II adalah 25 cn dan tidak bermetastasis ke organ lain

atau kelenjar getah bening supraklavikula.

3. Tumor stadium III berukuran lebih besar dari 5 cm dan tidak bermetastasis ke

organ lain atau kelenjar getah bening supraklavikula.

4. Stadium IV Ukuran tumor memasuki stadium IV terlepas dari apakah telah

menyebar ke organ tubuh atau kelenjar getah bening supraklavikula.

2.1.1.7 Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan kanker payudara (Smeltzer & Bare, 2012):

1. Pembedahan atau operasi

Pembedahan adalah perawatan yang menghilangkan tumor,

memperbaiki komplikasi, dan merekonstruksi efek yang ada melalui operasi.

Namun, tidak semua stadium kanker dapat disembuhkan atau dihilangkan

dengan cara ini. Semakin dini kanker payudara terdeteksi, semakin besar

kemungkinan untuk disembuhkan dengan operasi. Jenis operasi yang dilakukan

untuk mengobati kanker payudara adalah:

1) Mastektomi adalah operasi reseksi payudara

20
2) Diseksi kelenjar getah bening aksila dilakukan pada pasien kanker

payudara yang telah bermetastasis tetapi memiliki ukuran tumor lebih

besar dari 2,5 cm.

2. Radiasi

Radiasi adalah penyinaran daerah kanker dengan sinar-X dan sinar

gamma yang ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin

tertinggal di payudara setelah operasi

3. Terapi Biologi

Terapi biologis menggunakan zat untuk memperkuat sistem kekebalan

tubuh terhadap penyakit. Terapi biologis digunakan untuk kanker yang telah

menyebar ke bagian lain dari tubuh. Interferon paling sering digunakan dalam

kombinasi dengan kemoterapi.

4. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar di luar panggul, disarankan untuk menjalani

kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel

kanker. Antineoplastik diberikan secara intravena atau oral. Kemoterapi

memiliki efek positif dan negatif. Obat kemoterapi mengandung obat kuat dan

sangat beracun yang dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, dapat

mempengaruhi jaringan dan organ lain yang tidak terkena kanker.

2.1.2 Konsep Kecemasan Pasien

2.1.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan dapat didefinisikan sebagai respon emosional yang tidak

terkendali. Kecemasan adalah respons terhadap ancaman yang tidak dapat

dijelaskan, internal, dan tidak jelas. Kecemasan berbeda dengan ketakutan, yang

21
merupakan respons terhadap ancaman yang diketahui, eksternal, jelas, atau

konsisten (Murwani, 2009).

Kecemasan adalah keadaan dan pengalaman emosional subjektif

seseorang. Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara langsung.

Perawat mengevaluasi pasien cemas berdasarkan perilaku tertentu. Penting untuk

diingat bahwa kecemasan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan

adalah dasar dari kondisi manusia dan memberikan peringatan yang berharga.

Faktanya, rasa cemas sangat penting untuk bertahan hidup. Selain itu, seseorang

dapat tumbuh dari kecemasan jika berhasil dalam menghadapi, berhubungan, dan

belajar dari menciptakan pengalaman kecemasan (Stuart, 2016). Menurut

Sukmawati et al pada penelitiannya di tahun 2021 mengatakan bahwa kecemasan

merupakan respon emosional yang kurang menyenangkan terhadap bahaya yang

nyata disertai dengan perubahan system otonom dan pengalaman subjektif sebagai

tekanan hingga kegelisahan. Dwi Jayanti et al (2022) mengatakan bahwa

kecemasan merupakan suatu kondisi yang dirasakan ketika seseorang menghadapi

sebuah stresor.

Berdasarkan pengertian kecemasan yang dijelaskan oleh para peneliti,

maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu respon perasaan

individu jika individu tersebut merasakan suatu ancaman. Selain itu kecemasan

juga merupakan hal yang wajar bahkan setiap orang harus merasakan kecemasan

untuk tetap bertahan hidup melalui pengalaman-pengalaman kecemasan tersebut.

22
2.1.2.2 Tingkat kecemasan

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi

tingkat ansietasnya yang parah tidak berjalan sejalan dengan kehidupan. Adapun

tingkat ansietas antara lain :

1. Kecemasan ringan

Sehubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, hal itu

mengingatkan orang dan memperluas persepsi mereka. Kecemasan dapat

memotivasi pembelajaran dan menciptakan pertumbuhan dan kreativitas.

2. Kecemasan sedang

Seseorang dapat fokus pada apa yang penting dan mengesampingkan orang

lain. Untuk memungkinkan individu memberikan perhatian selektif tetapi

melakukan sesuatu yang lebih fokus.

3. Kecemasan berat

Sangat membatasi bidang persepsi. Seseorang akan cenderung fokus pada apa

yang terlihat dan konkret, dan mereka tidak dapat memikirkannya. Semua

tindakan ditujukan untuk meredakan ketegangan. Seseorang membutuhkan

banyak orientasi untuk dapat fokus pada area lain.

4. Panik

Berhubungan dengan ketakutandan teror. Detailnya di luar kendali dan

keseimbangannya hilang. Orang yang sedang mengalami kepanikan tidak bisa

berbuat apa-apa saat diinstruksikan. Panik disertai dengan kebingungan

kepribadian. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, hubungan

yang buruk dengan orang lain, distorsi persepsi, dan hilangnya pemikiran

23
rasional. Tingkat ketakutan ini tidak sesuai dengan kehidupan. Jika

berlangsung lama, dapat menyebabkan kelelahan ekstrim dan kematian.

2.1.2.3 Gejala psikologis dan kognitif

Terdapat dua komponen tentang pengalaman kecemasan memiliki yaitu

kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti jantung berdebar dan berkeringat) dan

kesadaran akan gugup atau takut. Selain efek gerakan dan organ dalam, rasa

cemas memengaruhi pemikiran, persepsi, dan pembelajaran. Ketakutan cenderung

menciptakan kebingungan dan distorsi persepsi tidak hanya dalam ruang dan

waktu, tetapi juga dalam arti orang dan peristiwa. Prasangka ini dapat

mengganggu pembelajaran dengan mengurangi keterampilan, mengisi perhatian,

mengurangi memori, dan mengganggu kemampuan untuk menghubungkan satu

sama lain, asosiasi. Orang yang cemas cenderung lebih menyukai objek tertentu di

lingkungan mereka dan tidak melihat ke orang lain, memperhatikan situasi yang

benar-benar mengerikan, dan merespons dengan tepat.

2.1.2.4 Rentang respon kecemasan

1. Respons adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan

mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi

yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk

mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan

seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada

orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.

24
2. Respons maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme

koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya.

Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara

tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan

penyalahgunaan obat terlarang.

2.1.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Anita (2018) antara lain

1) Faktor – faktor intrinsik

a) Usia pasien

Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia

dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada

usia 21 sampai 45 tahun. Dengan bertambahnya usia maka kematangan

psikologis individu semakin baik, artinya semakin matang psikologi

seseorang maka akan semakin baik pula adaptasi terhadap kecemasan.

b) Pengalaman pasien menjalani pengobatan

Pengalaman awal pasien dalam berobat merupakan pengalaman yang sangat

berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa yang akan datang.

Pengalaman awal ini merupakan bagian penting dan bahkan menentukan

kondisi mental individu di kemudian hari. Jika pengalaman anestesi individu

kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat

menghadapi anestesi.

25
c) Konsep diri dan peran

Konsep diri adalah semua ide, pikiran dan keyakinan yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

2) Faktor – faktor ekstrinsik

a) Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering

ditemukan, walaupun kejadian gangguan tersebut berbeda-beda untuk setiap

kondisi medis, misalnya pasien menurut hasil pemeriksaan akan mendapatkan

diagnosis pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kesadaran pasien.

Kecemasan. Di sisi lain, pasien dengan diagnosis yang baik tidak secara

signifikan mempengaruhi tingkat kecemasan.

b) Tingkat pendidikan

Pendidikan bagi setiap orang memiliki makna tersendiri. Pendidikan pada

umumnya berguna dalam mengubah pola pikir, pola perilaku dan pola

pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan yang memadai akan

memudahkan untuk mengidentifikasi stressor dalam diri mereka dan dari luar

diri mereka. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan

pemahaman terhadap stimulus.

c) Akses informasi

Akses informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu sehingga orang

membentuk opini berdasarkan apa yang mereka ketahui. Informasi adalah

semua penjelasan yang diperoleh pasien sebelum dilakukan tindakan

pengobatan, yang terdiri dari tujuan pengobatan, proses pengobatan, risiko

26
dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses

administrasi.

d) Proses adaptasi (Resiliensi)

Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh rangsangan internal dan eksternal

yang dihadapi individu dan memerlukan respon perilaku yang terus menerus.

Proses adaptasi seringkali merangsang individu untuk mendapatkan bantuan

dari sumber-sumber di lingkungan di mana ia berada. Perawat adalah sumber

daya yang tersedia di lingkungan rumah sakit yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk membantu pasien memulihkan atau mencapai

keseimbangan diri dalam menghadapi lingkungan baru.

e) Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga berhubungan dengan pola penyakit jiwa.

f) Jenis anastesi

Klasifikasi intervensi medis yang dapat menyebabkan kecemasan karena

ancaman terhadap integritas fisik dan mental. Semakin pasien mengenal

tentang proses anestesi, hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kecemasan

yang dirasakan pasien.

g) Komunikasi terapeutik

Komunikasi diperlukan baik untuk perawat maupun pasien. Terutama bagi

pasien yang akan menjalani proses pengobatan. Kebanyakan pasien yang

menerima pengobatan menderita kecemasan. Pasien sangat membutuhkan

penjelasan yang baik dari perawat. Komunikasi yang baik di antara mereka

menentukan tahap pengobatan selanjutnya. Efek yang tidak menyenangkan

27
dan bahkan berbahaya dapat terjadi pada pasien yang tidak aman yang

menerima pengobatan.

2.1.2.6 Alat ukur kecemasan

Terdapat berbagai alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur

kecemasan seperti Hamilton Rating Sacle for Anxiety (HRS-A), Visual Analog

Scale for Anxiety (VAS-A), Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) dan State-

Trait Anxiety Inventory (STAI). Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) sebagai

salah satu instrumen yang digunakan pada penelitian ini. Instumen ini digunakan

karena sesuai dengan tujuan dari penelitian dan kriteria pertanyaan dalam

kuesioner. Skala ini dikembangkan oleh William W.K. Zung bertujuan untuk

menilai kecemasan sebagai gangguan klinis dan menentukan gejala kecemasan.

Zung Self-Assessment Anxiety Scale (ZSAS) adalah skala 20 item yang

mencakup karakteristik biasa dari gangguan kecemasan: 15 peningkatan respons

kecemasan dan 5 penurunan respons kecemasan. Instrumen ini dimodifikasi dan

sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Semua pernyataan diukur dalam 4

skor diantaranya, yaitu :

a. 1 : tidak pernah

b. 2 : kadang – kadang

c. 3 : sering

d. 4 : selalu.

Skala ZSAS yang dikutip (Zung dalam Dariah, 2015) penilaian kecemasan

terdiri dari 20 item, meliputi:

1. Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya

2. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

28
3. Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau hancur

4. Saya mudah marah, tersinggung atau panik

5. Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala sesuatu atau merasa sesuatu

yang jelek akan terjadi

6. Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar

7. Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot

8. Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah

9. Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang

10. Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan keras dan cepat

11. Saya sering mengalami pusing

12. Saya mudah sesak napas tersengal-sengal

13. Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan

14. Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada jari-jari saya

15. Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan

16. Saya sering buang air kecil dari pada biasanya

17. Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh keringat

18. Wajah saya terasa panas dan kemerahan

19. Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam

20. Saya mengalami mimpi-mimpi buruk

Cara penilaian kecemasan akan digolongkan menjadi 4 tingkatan

kecemasan yang mengacu pada nilai yang diperoleh saat dilakukan perhitungan

dengan pembagian tingkatan dan rentang skor sebagai berikut:

1. Skor 20 – 44 = Kecemasan ringan

2. Skor 45 – 59 = Kecemasan sedang

29
3. Skor 60 – 74 = Kecemasan berat

4. Skor 75 – 80 = Panik

2.1.3 Konsep Risiliensi Pasien

2.1.3.1 Definisi Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi menghadapi

dan merespon masalah berat atau trauma dengan cara yang produktif dan sehat

serta mampu bangkit dari keterpurukan. (C. T. Utami, 2017). Menurut Connor &

Davidson dalam Harsono (2017) resiliensi adalah kemampuan individu untuk

dapat beradaptasi dengan masalah, bertahan, mengatasi 30ariab dan berkembang

untuk mewujudkan kualitas individu di tengah kesulitan hidup. Resiliensi sebagai

proses dinamis yang menghasilkan adaptasi dalam konteks kesulitan yang

signifikan. (Multahada, 2016).

Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa ada beberapa poin penting dalam resiliensi yaitu kemampuan individu,

daya tahan dalam menghadapi kesulitan, kemampuan beradaptasi dalam berbagai

situasi, dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, bersifat dinamis, bisa

dikembangkan dan dapat mengatasi stress yang dialami. Jadi, resiliensi harus

dikembangkan atau ditingkatkan untuk mengurangi stres.

2.1.3.2 Aspek resiliensi

Terdapat tujuh aspek dalam resiliensi yakni (Nuari, 2017):

1. Regulasi emosi (emotional regulation)

Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi

yang menekan. Dua keterampilan yang dapat memudahkan individu dalam

meregulasi emosi yaitu calming dan focusing. Calming adalah keterampilan untuk

30
meningkatkan kontrol individu terhadap respons tubuh dan pikiran ketika

berhadapan dengan stress dengan cara relaksasi. Focusing adalah keterampilan

untuk fokus pada permasalahan yang ada sehingga memudahkan individu untuk

menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

2. Kontrol impuls (impulse control)

Kontrol impuls adalah kemampuan individu untuk mengontrol keinginan,

dorongan, kesukaan dan tekanan yang muncul dari dalam diri individu.

Kemampuan individu dalam mengendalikan impuls sangat erat kaitannya dengan

kemampuan mengatur emosi yang dimilikinya.

3. Optimis (optimism)

Optimis yang dimiliki oleh seorang individu menunjukkan bahwa ia

percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin

terjadi di masa depan. Mereka percaya bahwa segala sesuatunya dapat berubah

menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan untuk masa depan dan percaya

bahwa mereka dapat mengendalikan arah hidup mereka dibandingkan dengan

orang yang pesimis.

4. Analisis kausal (causal analisys)

Kemampuan individu untuk mengidentifikasi secara akurat penyebab dari

permasalahan yang sedang dihadapi. Individu yang resilien tidak akan

menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah dibuat demi menjaga harga diri

atau membebaskan diri dari rasa bersalah.

5. Empati (empathy)

Empati merupakan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda

kondisi emosional dan psikologis orang. Seseorang yang mempunyai kemampuan

31
berempati cenderung mempunyai hubungan sosial yang positif. Individu dengan

empati yang rendah cenderung mengulang pola yang dilakukan oleh individu

yang tidak relisien yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain.

6. Efikasi diri (self efficacy)

Efikasi diri menggambarkan keyakinan seseorang bahwa ia dapat

memecahkan masalah yang dialaminya dalam keyakinan seseorang terhadap

kemampuannya untuk mencapai kesuksesan dengan kemampuan dalam

menyelesaikan permasalahan, individu akan mampu mencari penyelesaian yang

tepat dari permasalahan yang ada dan tidak mudah menyerah terhadap berbagai

kesulitan

7. Pencapaian (reaching out)

Resiliensi lebih dari sekedar bagaimana seorang individu memiliki

kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan bangkit dari keterpurukan, tetapi juga

merupakan kemampuan individu untuk mencapai aspek positif kehidupan setelah

kesulitan menimpa. Individu yang resilien akan berani menghadapi tantangan dan

mengambil resiko untuk mencapai kesuksesan. Dalam hal ini, masalah dilihat

sebagai tantangan, bukan ancaman.

Aspek risiliensi menurut Connor dan Davidson dalam penelitian (Asih et al.,

2019) terdiri dari lima aspek yaitu:

1. Personal competence, high standards, and tenacity (Kompetensi pribadi,

32standar tinggi & keuletan)

Aspek ini menyangkut kemampuan individu untuk berusaha sebaik

mungkin, tidak mudah putus asa dan tidak mudah menyerah serta menilai dirinya

secara positif atas kemampuan dan prestasinya. Jadi aspek ini merupakan aspek

32
yang mendukung seseorang untuk bergerak maju menuju tujuan ketika orang

tersebut mengalami tekanan atau kesulitan.

2. Trust in one’s insticts, tolerance of negative affect, and strenghthening effects

of stress (kepercayaan pada naluri, toleransi terhadap efek negatif dan

memperkuat efek dari stress)

Dalam aspek ini, resiliensi dapat dibentuk dengan melihat sisi positif dari

stres, misalnya dengan melihat sisi humor dan menganggap stress untuk

memperkuat diri. Aspek ini juga menekankan focus dan berpikir jernih serta

membuat keputusan sulit dalam situasi stres. Jadi aspek ini berfokus pada

ketenangan, keputusan, dan ketepatan saat menghadapi stres.

3. Positive acceptance of change, and secure relationship (penerimaan positif

terhadap perubahan dan hubungan yang aman)

Aspek ini berkaitan dengan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan

serta kepercayaan diri dan kemampuan untuk bangkit dari penyakit atau kesulitan.

Aspek ini juga menekankan kemampuan menjalin hubungan baik dan aman

dengan orang lain.

4. Control (Pengendalian)

Aspek ini berfokus pada pengendalian diri dalam mencapai tujuan dan

kemampuan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain ataupun dukungan sosial

yang tepat dalam menghadapi kesulitan.

5. Spiritual Influences (Pengaruh spiritual)

Merupakan kepercayaan seseorang pada Tuhan atau nasib serta meyakini

segala sesuatu terjadi karena ada alasan tertentu. Dengan pengaruh spiritual,

individu memasrahkan dirinya kepada Tuhan dan nasib yang telah digariskan.

33
2.1.3.3 Faktor yang memengaruhi risiliensi pasien

Mariani (2017) dalam penelitiannya mengidentifikasikan lima determinan

dari resiliensi yang harus dimiliki oleh setiap individu supaya bisa menjadi

resilien, antara lain sebagai berikut:

1. Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan yang diperoleh atau bawaan

seseorang yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk berinteraksi secara

aktif dan efektif dengan orang lain. Keterampilan tersebut meliputi

keterampilan verbal, keintiman emosional, pemikiran mandiri, hubungan

dengan orang lain dan optimisme dalam hidup.

2. Kompetensi

Kompetensi didefinisikan sebagai bakat dan kemampuan seseorang dan

berkontribusi pada ketahanan masa dewasa. Kemampuan ini mencakup

keunggulan dan keberhasilan akademik.

3. Harga diri yang tinggi

Penerimaan diri positif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah

pikiran negatif menjadi pikiran positif tentang dirinya. Hal ini dapat

menumbuhkan semangat individu sehingga mereka dapat mengendalikan

hidup mereka.

4. Spiritualitas

Spiritualitas dan agama keduanya merupakan faktor penting bagi ketahanan

seseorang. Keyakinan ini dapat menjadi dasar bagi seorang individu untuk

mengatasi berbagai masalah jika terjadi peristiwa buruk.

34
5. Situasi Hidup yang Bermanfaat

Tidak semua peristiwa kehidupan itu positif, tetapi baik peristiwa negatif

maupun positif menantang individu untuk menjadi lebih kuat dan berempati

dengan kehidupan orang lain.

2.1.3.4 Pengukuran risiliensi pasien

Connor Davidson-Resilience Scale (CD-RISC) disusun oleh Connor dan

Davidson pada tahun 2003 berdasarkan lima aspek resiliensi yakni: 1)Personal

competence, high standards, and tenacity. 2)Trust in one’s insticts, tolerance of

negative affect, and strenghthening effects of stress 3)Positive acceptance of

change, and secure relationship 4) Control 5) Spiritual Influences. Kuesioner ini

terdiri dari 10 item pernyataan berbentuk Skala Likert dengan lima alternative

jawaban yang dimulai dari: 0= sangat tidak setuju, 1= tidak setuju, 2= tidak pasti,

3= setuju, dan 4= sangat setuju. Instrumen CD-RISC10 telah dipakai pada

berbagai populasi termasuk pada perawat dan memiliki validitas konstruk yang

baik. 10 item CD RISC menunjukkan reliabilitas konsistensi internal adalah 0,91

(Cronbach’s alpha) (Asih et al., 2019).

2.1.4 Konsep Kemoterapi

2.1.4.1 Pengertian kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Berbeda

dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi

sistemik, artinya obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker

yang telah menyebar jauh atau bermetastasis ke tempat lain. Kemoterapi adalah

pengobatan adjuvant atau paliatif. Pembelahan sel secara aktif dapat dikurangi

dengan obat sitostatik yang bekerja pada satu atau lebih fase siklus sel yang

35
memerlukan perawatan berulang. (Tjakra, 2010). Kemoterapi merupakan terapi

kanker yang melibatkan penggunaan bahan kimia atau obat-obatan untuk

meracuni sel kanker dengan tiga cara, yaitu kemoterapi sebagai adjuvant atau

terapi tambahan untuk memastikan kanker bersih dan tidak kembali lagi, dan

kemoterapi sebagai terapi paliatif, yaitu mengurangi gejala pada kasus lanjut.

Stadium lanjut (IVB) ketika kanker telah menyebar ke organ lain di dalam tubuh

(Tjakra, 2010).

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemoterapi adalah

terapi kanker yang bersifat adjuvan atau tambahan dengan melibatkan penggunaan

zat kimia atau obat-obatan sitostatika untuk meracuni sel – sel kanker.

2.1.4.2 Tujuan kemoterapi

Menurut Miller (2012), kemoterapi memiliki beberapa tujuan antara lain yaitu:
1. Kemoterapi kuratif: Digunakan untuk tumor sensitif yang dapat

disembuhkan seperti leukemia limfositik akut, limfoma ganas, kanker

testis, dan kanker paru-paru sel kecil. Kemoterapi kuratif memerlukan

penggunaan resep kemoterapi kombinasi yang terdiri dari obat-obatan

dengan mekanisme kerja yang berbeda.

2. Kemoterapi adjuvant: Kemoterapi setelah operasi radikal. Pada dasarnya,

ini adalah bagian dari penyembuhan. Tujuannya adalah untuk membunuh

sel-sel metastatik.

3. Kemoterapi neoadjuvant: Kemoterapi diberikan sebelum pembedahan atau

terapi radiasi untuk mengurangi volume tumor.

4. Kemoterapi paliatif: Kemoterapi digunakan di sini hanya untuk meredakan

gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup.

5. Kemoterapi Kombinasi: Penggunaan dua atau lebih agen kemoterapi.

36
2.1.4.3 Cara/rute pemberian kemoterapi

Menurut Miller (2012), obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara

sebagai berikut:

1. Oral

Kemoterapi oral diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul yang

perlu diminum beberapa kali sehari. Keuntungan dari kemoterapi oral

adalah biasanya diberikan di rumah. Interval yang ditentukan menekankan

pentingnya kepatuhan pasien terhadap jadwal yang ditentukan, karena

interaksi obat lebih efektif.

2. Subkutan dan intramuskular

Area yang tertusuk mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk

sembuh, jadi pastikan untuk memutar tempat suntikan dengan setiap dosis.

3. Topical

Berhati-hatilah untuk tidak menyentuh area di mana salep topikal dioleskan

dan instruksikan pasien untuk mengenakan pakaian kartun yang longgar.

Setelah perawatan, kenakan sarung tangan dan cuci tangan dengan bersih.

4. Intra-arterial

Karena tekanan arteri, kateter harus dimasukkan ke dalam arteri di dekat

tumor untuk memberikan obat dalam larutan yang mengandung heparin

menggunakan pompa infus.

5. Intracavitary

Masukkan obat ke dalam rongga pleura ke dalam kandung kemih melalui

kateter maupun selang dada.

37
6. Intraperitoneal

Hangatkan infus intraperitoneal (insert kering) hingga 38°C. Obat ini

diberikan secara intraperitoneal melalui perangkat terpasang maupun

kateter suprapubik eksternal.

7. Intratekal

Sediaan intratekal dari semua jenis obat-obatan tanpa pengawet dalam salin

normal atau air steril. Infus obat dapat diberikan melalui prosedur reservoir

dan/atau pungsi lumbal. Obat harus diberikan secara perlahan. Hanya

dokter yang dapat memberikan obat intratekal.

8. IV

Cara ini merupakan cara yang paling populer. Artinya, menggunakan

kateter vena sentral atau kateter vena perifer. Ada empat metode pemberian

dosis, termasuk bolus, yang memberikan obat langsung ke pembuluh darah

melalui jarum. Piggyback adalah obat yang diberikan dengan menggunakan

botol dan selang sekunder. Infus utama diberikan dengan obat. Sisi lengan

diberikan melalui jarum suntik dan jarum di sisi set IV yang akan dipasang.

Tetes intravena adalah obat yang ditambahkan ke vial intravena yang Anda

berikan.

2.1.4.4 Obat yang digunakan dalam kemoterapi

Menurut Miller (2012), obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi

adalah:

1. Agen alkilasi

Agen alkilasi adalah jenis obat yang paling banyak digunakan dalam

kemoterapi kanker. Senyawa alkil dalam obat ini bereaksi dengan DNA sel

38
kanker, menyebabkan hubungan yang membuat mereka tidak dapat

bereplikasi, mencegah sel kanker melakukan operasi.

2. Antimetabolit

Antimetabolit adalah zat yang dapat menghambat enzim yang dibutuhkan

untuk menghasilkan basa yang membentuk DNA. Antimetabolit dan asam

folat dapat mencegah pembelahan sel kanker.

3. Senyawa – senyawa alami

Ada beberapa senyawa alami yang dapat mengikat DNA sehingga

menimbulkan kerusakan pada kromosom dari sel kanker dan menghambat

pembelahan sel kanker.

4. Analog platinum

Analog platinum adalah senyawa- senyawa yang mengdanung unsur logam

platinum. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara membentuk rantai silang

antara DNA dengan platinum sehingga sel kanker tidak mampu melakukan

pembedahan.

5. Agen antimikrotubular inhibitor mitotic

Agen antimikrotubular inhibitor mitotik adalah zat-zat yang dapat

menghambat fungsi dari mikrotubula didalam sel yang merupakan kerangka

struktural yang digunakan oleh kromosom untuk melakukan migrasi selama

proses pembelahan sel. Adanya hambatan itu, maka pembelahan dan replikasi

sel kanker tersebut dapat dihambat.

6. Senyawa-senyawa lain

Ada beberapa senyawa lain yang juga bisa digunakan sebagai obat

kemoterapi dan memiliki cara kerja yang sedikit berbeda dari jenis obat yang

39
disebutkan di atas. Banyak jenis obat dan senyawa alami lain yang sekarang

sedang diteliti untuk diketahui khasiatnya dalam melawan sel kanker (Miller,

2012).

2.1.4.5 Siklus pemberian kemoterapi

Siklus kemoterapi adalah waktu yang dibutuhkan untuk kemoterapi.

Siklus biasanya berjalan setiap 3-4 minggu, tetapi ada juga siklus mingguan.

Kemanjuran kemoterapi hanya tercapai jika diberikan sesuai siklus/jadwal

(Tjakra, 2010).

2.1.4.6 Efek Samping Kemoterapi

Obat kemoterapi adalah obat yang keras dan memiliki efek toksik yang

kuat sehingga dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, dapat

mempengaruhi jaringan dan organ lain yang tidak terkena kanker (Miller, 2012).

1) Menghentikan fungsi sumsum tulang belakang

Ketika seorang pasien menerima obat yang digunakan dalam kemoterapi,

fungsi sumsum tulang belakang dapat berhenti. Hal ini dapat terjadi karena

sumsum tulang merupakan jaringan tubuh yang mengalami banyak

pembelahan sel. Kekurangan sel darah dapat menyebabkan anemia dengan

gejala seperti pucat, lesu, malaise, sesak napas, jantung berdebar, dan nyeri

dada.

2) Kelelahan

Kelelahan adalah gejala yang paling sering dilaporkan pada pasien yang

menerima kemoterapi. Kelelahan ini diperburuk ketika pasien menerima

kemoterapi. Malaise ini sering disertai dengan hilangnya nafsu makan.

40
3) Mual dan muntah

Jenis efek samping ini merupakan masalah yang perlu diselesaikan agar

proses kemoterapi dapat berjalan lebih lancar pada pasien. Kemoterapi

dengan siklus 21 hari menyebabkan mual dan muntah selama beberapa hari

setelah obat diberikan, tetapi gejala ini biasanya hilang dalam waktu

seminggu setelah obat.

4) Rambut rontok

Kerontokan rambut adalah gejala umum ketika pasien menggunakan jenis

obat kemoterapi tertentu. Kerontokan rambut ini merupakan masalah yang

mengkhawatirkan bagi pasien tertentu. Karena ketika mereka menderita

penyakit yang serius, kerusakan pada penampilan mereka justru terjadi.

5) Infertilitas

Infertilitas dapat menjadi efek samping dari beberapa perawatan kemoterapi,

namun perlu ditekankan bahwa tidak semuanya memiliki efek samping

seperti itu. Ini dapat menjadi masalah bagi pasien muda yang belum memiliki

anak.

6) Racun dalam organ

Beberapa jenis obat dalam kemoterapi dapat menimbulkan efek racun pada

organ-organ tubuh seperti ginjal, paru-paru, dan hati.

7) Ekstravasasi

Ekstravasasi adalah kerusakan dan kematian sel (nekrosis) yang terjadi pada

area kulit dan jaringan yang terletak sekitar titik dimana obat kemoterapi

disuntikan sehingga membuat darah keluar dari pembuluhnya. Obat yang

menimbulkan reaksi seperti ini disebut sebagai obat vesikan.

41
8) Sindrom lisis tumor

Sindrom lisis tumor adalah kondisi darurat medis yang relatif jarang terjadi

setelah pasien mendapatkan kemoterapi. Sindrom ini terjadi pada tumor yang

mengalami pembelahan sel dengan sangat cepat, kemudian terjadi kematian

sel secara cepat setelah obat kemoterapi diberikan. Sel-sel yang mati ini akan

melepaskan senyawa yang aktif secara metabolis ke dalam aliran darah dan

bisa membuat beban kerja ginjal meningkat sehingga tidak mampu

membuatnya keluar tubuh.

9) Diare

Diare disebabkan karena kerusakan epitel saluran cerna sehingga absorpsi

tidak adekuat. Obat golongan antimetabolit adalah obat yang sering

menimbulkan diare. Pasien dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein

(seperti enteramin) dan minum cairan yang banyak. Obat anti diare juga dapat

diberikan dan dilakukan penggantian cairan dan elektrolit yang telah keluar

10) Nyeri

Obat kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang menyakitkan. Obat

tersebut dapat merusak jaringan saraf, lebih sering pada persarafan jari tangan

dan kaki. Sensasi yang dirasakan berupa rasa terbakar, mati rasa, geli, atau

rasa nyeri.

11) Kerusakan epitel mukosa saluran pencernaan

Epitel mukosa saluran pencernaan merupakan sel normal tubuh yang sering

menerima dampak dari kemoterapi oleh karena sel epitel mukosa saluran

pencernaan membelah dengan cepat. Stomatitis merupakan salah satu efek

kemoterapi yang sering timbul akibat dari kemoterapi. Hal ini akibat dari

42
rusaknya mukosa akibat dari pemberian obat kemoterapi. Biasanya stomatitis

muncul setelah dua sampai empat minggu setelah kemoterapi.

12) Gangguan jantung

Terdapat beberapa kemoterapi menyebabkan gangguan otot pada otot

jantung. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pompa jantung. Sebelum

kemoterapi dimulai biasanya dilakukan pemeriksaan menilai fungsi

jantunguntuk menghindari efek fatal dari gangguan jantung.

13) Efek pada darah

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang

yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah

menurun. Sel darah putih adalah yang paling sering mengalami penurunan

(Smeltzer, 2012). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes

darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan

jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat

mengakibatkan:

1. Mudah terkena infeksi

Jumlah luekosit menurun akan menyebabkan mudah terkena infeksi,

karena leukosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan

terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah

leukosit.

2. Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.

Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,

lebam, bercak merah di kulit.

43
3. Anemia

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh

penurunan Hb (hemoglobin).Anemia dapat menyebabkan seorang

menjadi merasa lemah, mudah lelah, dan tampak pucat.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstraksi dari suatu realitas

agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti) (Nursalam, 2017)

Pasien dalam menjalankan terapi


kemoterapi di RSUP Sanglah
denpasar

Dampak yang ditimbulkan akibat


kecemasan pasien

Faktor yang mempengaruhi efek


psikologis (kecemasan):
1. Faktor Intrinsik
1) Usia
2) Pengalaman pasien
3) Konsep&peran diri
2. Faktor Ekstrinsik
1) Kondisi medis
2) Tingkat pendidikan
3) Akses informasi
4) Tingkat social&ekonomi
Faktor yang mempengaruhi 5) Komunikasi terapeutik
kemampuan pasien mengatasi
tekanan/stresor (resiliensi) yang 6) Proses Adaptasi Kecemasan pasien :
meliputi: (Resiliensi) pasien : 1. Kecemasan ringan
1. Keterampilan interpersonal 1. Resiliensi tinggi 2. Kecemasan sedang
2. Kompetensi 2. Resiliensi sedang 3. Kecemasan berat
3. Self-regard yang tinggi 3. Resiliensi rendah 4. Panic
4. Spiritualitas
5. Situasi kehidupan: yang
Keterangan
bermanfaat

44
Variabel yang diteliti :
Variabel yang tidak diteliti :
Alur 45aria :

Gambar 2.1
Kerangka Konsep Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Kanker payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Sanglah tahun 2022
2.3 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas rumusan penelitian

yang akan dicari jawabannya dalam penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan resiliensi dengan

tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP

Sanglah Denpasar Tahun 2022.

45
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian desain analitik korelasional

yang bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dan sejauh mana

hubungan antara dua variabel dalam penelitian. Pendekatan yang digunakan yaitu

cross sectional dimana peneliti melakukan pengukuran terhadap subyek penelitian

hanya sekali (Nursalam, 2017).

Desain penelitian analitik korelasional dapat dilihat pada gambar 3.2

Independent variabel
Resiliensi pasien

Interpretasi
Uji Hubungan
makna/arti

Dependent variabel
Tingkat kecemasan

Gambar 3.1
Desain Rancangan Penelitian Analitik Korelasional Hubungan Resiliensi dengan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

46
3.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua pasien Ca Mamae di Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP
Sanglah Denpasar sebanyak 115 orang
Sampel

Teknik sampling
Non Probability Sampling dengan teknik Purposive Sampling

Besarnya sampel penelitian


77 orang

Teknik Pengumpulan Data

Penilaian resiliensi pasien Penilaian Tingkat Kecemasan Pasien


Connor Davidson-Resilience Scale Zung Self Rating Anxiety Scale
(CD-RISC) (ZSAS)

Deskripsi hasil Deskripsi hasil

Analisis data
Menggunakan uji statistik Spearman
Rank (r) dengan tingkat kesalahan
(α) sebesar 0,05

Penyajian hasil penelitian

Gambar 3.2
Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi
di RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022

47
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Poliklinik Kemoterapi Rumah Sakit

Umum Pusat Sanglah Denpasar. Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 5

April hingga 19 April tahun 2022.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Nursalam, 2017). Populasi terdiri dari populasi target yaitu populasi yang

memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang

berkunjung ke Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar sebanyak

115 pasien yang diperoleh dari perhitungan rerata tiga bulan terakhir.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel adalah pengambilan sebagian kecil objek dari populasi yang

dianggap sudah mewakili seluruh karakteristik populasi yang diteliti (Nursalam,

2015). Menurut Sugiyono (2019) sampel penelitian merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik yang bisa memenuhi atau mewakili populasi.

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih beberapa elemen dari

populasi, sehingga penelitian terhadap sampel serta pemahaman tentang sifat atau

karakteristiknya dapat membantu peneliti dalam mengeneralisasikan sifat atau

karakteristik tersebut pada elemen populasi. Sampel terdiri dari bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.

Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh pasien kanker payudara

48
yang berkunjung ke Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar yang

memenuhi kriteria inklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini yaitu:

1) Pasien yang bersedia menjadi responden dan kooperatif.

1) Pasien kanker payudara stadium II dan III

2) Pasien yang bisa membaca dan menulis

1. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kreteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Pasien yang mengalami gangguan komunikasi verbal dan gangguan

pendengaran

2) Pasien dengan nyeri berat (7-10 skala nyeri)

3.4.3 Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability (non rdanom

sampling) jenis purposive sampling. (Nursalam, 2017)menyatakan purposive

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah

penelitian). Menurut Setiadi (2012), purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Pada

peneilitian ini sampel pasien kanker payudara di RSUP Sanglah Denpasar dipilih

49
dari semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai dengan

pertimbangan peneliti.

Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus

slovin (Nursalsam, 2015):

N
n=
1+N (e2)

N = Perkiraan jumlah populasi

n = Perkiraan jumlah sampel

e = error margin (Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

(0,05))

Jumlah pasien kanker payudara yang berkunjung ke Ruang Poliklinik

Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar pada pada bulan Januari-November 2021

adalah sebanyak 988 pasien dengan rata-rata kunjungan pasien tiga bulan terakhir

sebanyak 115 kunjungan per bulan. Adapun perhitungan jumlah sampel yaitu:

115
n=
1+ 115 (0,052)

115
n=
1+ 0,225

n= 77 responden

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 responden.

Pada penelitian ini jumlah sampel yang peneliti peroleh sudah sesuai dengan

perhitungan jumlah sampel yaitu sebanyak 77 responden.

50
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah atribut seseorang atau objek, yang mempunyai

variasi antara satu orang atau objek dengan orang atau objek yang lain (Sugiyono,

2016). Variabel dalam penelitian ini adalah bersifat bivariate (dua variabel) yaitu:

3.5.1 Variabel bebas (Independent variabel)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2019). Variabel bebas pada penelitian

ini yaitu resiliensi pasien.

3.5.2 Variabel terikat (Dependent variabel)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu

tingkat kecemasan pasien.

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017). Definisi operasional

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala Ukur Skoring
Resiliensi Penilaian dari responden terhadap Connor Ordinal 1.
pasien kemampuan beradaptasi dilihat Davidson- 2.
dari aspek resiliensi yaitu Resilience 3.
kompetensi pribadi, standar tinggi Scale (CD-
dan keuletan, kepercayaan pada RISC)
naluri toleransi terhadap efek
negatif dan memperkuat efek dari
stress, penerimaan positif terhadap
perubahan dan hubungan yang
aman, pengendalian dan pengaruh
sprirtual.
Tingkat Penilaian dari responden terhadap Zung Self Ordinal 1. Ringan
kecemasan tingkat kecemasan dilihat dari Rating 2. Sedang
pasien aspek fisiologis, kognitif dan Anxiety Scale 3. Berat
afektif
(ZSAS) 4. Panik

51
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data yang dikumpulkan

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun

angka-angka (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan

adalah data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden yaitu tentang

resiliensi dan tingkat kecemasan pasien. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa diagnosa medis yang didapatkan dari catatan medis pasien.

3.6.2 Cara pengumpulan data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini dapat di bagi

menjadi dua yaitu:

3.6.2.1 Prosedur administrasi

1. Peneliti telah mengurus ijin penelitian di bagian Pusat Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (PPPM) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes

Wira Medika Bali yang ditujukan kepada Direktur RSUP Sanglah Denpasar.

2. Peneliti telah mengurus uji etik di Komisi Etik Universitas Udayana.

3. Setelah surat ijin keluar atau setelah lulus uji etik selanjutnya tembusan dibawa

kepada Direktur RSUP Sanglah Denpasar.

4. Peneliti telah membawa surat ijin penelitian kepada kepala intalasi Rawat

Jalan, Koordinator Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan, Penanggung Jawab

Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar.

5. Peneliti melakukan penelitian dimulai dari melakukan persamaan persepsi

dengan peneliti pembantu hingga penyebaran kuesioner.

52
3.6.2.2 Prosedur teknis

1. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dibantu

oleh peneliti pembantu (enumerator) sebanyak dua orang. Peneliti pembantu

yang dimaksud adalah perawat di Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah

Denpasar. Peneliti utama dan enumerator sebelumnya menyamakan persepsi

pada tanggal 5 April 2022 dinurse station ruang poliklinik kemoterapi RSUP

Sanglah Denpasar. Persamaan persepsi yang dilakukan seperti karakteristik

responden yang bisa menjadi sampel mengikuti kriteria inklusi dan eksklusi

dengan tugas membantu perekrutan responden serta penjelasan mengenai cara

penyebaran dan pengisian kuesioner melalui duduk bersama. Tidak lupa

peneliti dan enumerator menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan

masker dan menjaga jarak demi meminimalisir peningkatan kejadian Covid-19.

2. Pengumpulan data

Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan menggunakan

pendekatan komunikasi terapeutik dan memilih responden berdasarkan kriteria

inklusi, dimana peneliti mengambil sampel sebanyak 7-8 responden perhari.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-19 April 2022 sekitar pukul 12.00-

14.00 Wita pada saat responden sudah selesai melakukan terapi dan sedang

menunggu obat dari apotek. Pada saat proses penelitian, peneliti dan peneliti

pendamping sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat dalam proses

penyebaran kuesioner seperti menggunakan masker dan menggunakan

handsanitizer pada saat selesai penyebaran kuesioner pada setiap responden,

pulpen di lap dengan alkohol swab dan mencuci tangan diakhir penyebaraan

kuesioner.

53
Peneliti membagikan kuesioner resilensi pasien dan kuesioner tentang tingkat

kecemasan pasien kepada setiap responden, namun terlebih dahulu responden

diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan cara menjawab

kuesioner. Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden.

Peneliti melakukan pengecekan secara langsung ketika responden sudah selesai

mengisi kuesioner, jika ada kekurangan data atau kesalahan mengisi kuesioner

maka responden akan diminta untuk melengkapi kekurangan dan memperbaiki

kesalahan pada kuesioner yang sudah diberikan saat itu juga.

3. Reinforcement positif berupa ucapan terima kasih kepada

responden atas kerjasamanya selama pengumpulan data.

4. Melakukan pengolahan data.

3.6.3 Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Kuesioner untuk menilai karakteristik responden yang meliputi pertanyaan

tentang umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta pekerjaan.

2. Kuesioner resiliensi pasien

Kuesioner yang digunakan untuk menilai resiliensi pasien adalah Connor

Davidson-Resilience Scale (CD-RISC) disusun oleh Connor dan Davidson pada

tahun 2003 berdasarkan lima aspek resiliensi yakni: 1)Personal competence, high

standards, and tenacity. 2) Trust in one’s insticts, tolerance of negative affect, and

strenghthening effects of stress 3) Positive acceptance of change, and secure

relationship 4) Control 5) Spiritual Influences. Kuesioner ini terdiri dari 10 item

pernyataan berbentuk Skala Likert dengan lima alternative jawaban yang dimulai

54
dari: 0= sangat tidak setuju, 1= tidak setuju, 2= tidak pasti, 3= setuju, dan 4=

sangat setuju. Nilai yang diperoleh dari respon responden akan ditotal dan

dikategorikan berdasarkan cut of point menjadi tiga yaitu nilai tinggi (27-40),

sedang (14-26) dan rendah (0-13) (Agustini, 2021).

3. Kuesioner tingkat kecemasan pasien

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pasien

adalah Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS). Skala ini dibuat oleh William

W.K. Zung bertujuan untuk menilai kecemasan sebagai kelainan klinis dan

menentukan gejala kecemasan. Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS)

merupakan skala dengan 20 item, mengandung karakteristik yang biasa ditemukan

dari gangguan kecemasan (15 respon peningkatan kecemasan dan 5 respon

penurunan kecemasan). Instrumen ini dimodifikasi dan sudah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Semua pernyataan diukur dalam 4 skor diantaranya,

yaitu : 1 = tidak pernah, 2 = kadang – kadang, 3 = sering, 4 = selalu.

Cara penilaian kecemasan akan digolongkan menjadi 4 tingkatan

kecemasan yang mengacu pada nilai yang diperoleh saat dilakukan perhitungan

dengan pembagian tingkatan dan rentang skor sebagai berikut: Skor 20 – 44 =

kecemasan ringan , Skor 44 – 59 = kecemasan sedang, Skor 60 – 74 = kecemasan

berat dan Skor 75 – 80 = kecemasan berat

4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas sebuah uji terhadap alat ukur penelitian untuk mengukur

apakah alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Selain

mempertimbangkan aspek validitas, alat ukur penelitian juga seharusnya

mempertimbangkan aspek reliabilitas. Reliabilitas merupakan sejauh mana alat

55
ukur mampu menghasilkan nilai yang sama atau konsisten walaupun dilakukan

pengukuran berulang atau beberapa kali pengukuran pada subjek dan aspek yang

sama. Kedua kuesioner dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas pada penelitian sebelumnya. Connor Davidson-Resilience Scale (CD-

RISC) sudah dilakukan uji validitas pada penelitian (Asih et al., 2019) dengan

hasil uji validitas mengenai CD-RISC10 didapatkan nilai r hitung 10 item

pertanyaan adalah antara 0,578-0,892 (r hitung>r tabel yaitu 0,361). Selanjutnya

hasil uji reliabilitas didapati nilai cronbach’s alpha pada kuesioner resiliensi yaitu

0,933 (> 0,60).

Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) merupakan skala dengan 20 item,

mengandung karakteristik yang biasa ditemukan dari gangguan kecemasan (15

respon peningkatan kecemasan dan 5 respon penurunan kecemasan). Instrumen

ini dimodifikasi dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Maka dapat

disimpulkan bahwa item pertanyaan adalah reliabel. Zung Self Rating Anxiety

Scale (ZSAS) sudah dilakukan uji validitas pada penelitian (Nasution et al., 2013)

dengan hasil uji validitas mengenai ZSAS didapatkan perolehan angka r hitung

pada uji validitas nilai terendah 0,663 dan nilai tertinggi adalah 0,918 sedangkan

nilai dari uji reabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,829.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012):

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Peneliti memeriksa kembali kuesioner yang sudah

56
diisi berupa data umum seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan

memeriksa setiap pertanyaan yang sudah diisi dengan jelas dan benar. Peneliti

langsung melakukan proses editing dihadapan responden. Apabila ditemukan

kesalahan pengisian maka kuesioner dikembalikan dan responden diminta untuk

mengerjakan ulang saat itu juga.

2. Coding

Pada penelitian ini semua data telah diberikan kode untuk memudahkan

proses pengolahan data. Pemberian kode dilakukan dengan cara yaitu untuk

nomer responden diberi kode R1 dan seterusnya sampai dengan R77. Umur > 18

tahun – 45 tahun (dewasa) kode 1, umur 46 – 59 tahun (dewasa

lanjut/pertengahan) kode 2 dan kode 3 ≥ 60 tahun (lansia) (WHO, 2018). Jenis

kelamin diberi kode 1 : laki-laki dan kode 2 : perempuan. Tingkat pendidikan

diberi kode 1: tidak sekolah, kode 2: sekolah dasar, kode 3: SLTP, kode 4: SLTA,

kode 5: Diploma/PT. Status perkawinan diberi kode 1 : sudah kawin dan kode 2 :

belum kawin. Kecemasan ringan diberi kode 1, kecemasan sedang diberi kode 2,

kecemasan berat diberi kode 3 dan panik diberi kode 4. Resiliensi tinggi diberi

kode 1, resiliensi sedang diberi kode 2, dan resiliensi rendah kode 3.

3. Entry atau transfering

Setelah dilakukan editing dan coding selanjutnya peneliti melakukan data

entry. Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database computer dengan bantuan Microsoft Excel,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana agar data dapat dianalisis

dengan bantuan SPSS 26.

57
4. Cleaning atau tabulasi

Data yang telah dientri kemudian dilakukan pembersihan terlebih dahulu,

agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan

analisis. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan

narasi.

3.7.2 Analisis data

Penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu:

3.7.2.1 Analisis univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Setelah data dianalisis

kemudian dimasukkan ke dalam dummy tabel (master tabel) dan dihitung

persentasenya. Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan dalam bentuk narasi. Variabel yang dideskripsikan pada

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

3.7.2.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berpengaruh (Notoatmodjo, 2012). Hal ini berguna untuk membuktikan atau

menguji hipotesis yang telah dibuat. Mengetahui hubungan resiliensi dengan

tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP

Sanglah Denpasar Tahun 2022 dianalisis dengan uji statistik Spearman Ranks. Uji

Spearman Ranks ini merupakan metode untuk mengetahui hubungan variabel

dependent dan variabel independent dengan skala ordinal dengan tingkat

signifikan yang peneliti tetapkan adalah α 0,05, yang artinya hipotesis diterima

apabila harga p hitung lebih kecil dari tingkat signifikan yang telah ditentukan

58
(Riwidikdo, 2013). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan

bantuan komputerisasi.

Pedoman dalam melakukan penafsiran untuk menjawab hipotesa penelitian

adalah sebagai berikut (Riwidikdo, 2013):

1. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Jika probabilitas/signifikansi < 0,05 hubungan kedua variabel

signifikan.

2) Jika probabilitas/signifikansi ≥ 0,05 hubungan kedua variabel

tidak signifikan.

2. Koefisien korelasi untuk menentukan kuat lemahnya hubungan kedua

variabel yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1) 0,00 – 0,199: Korelasi sangat lemah

2) 0,20 – 0,399: Korelasi lemah

3) 0,40 – 0,599: Korelasi sedang

4) 0,60 – 0,799: Korelasi kuat

5) 0.80 – 1,00 : Korelasi sangat kuat

3. Sifat korelasi

1) Korelasi positif: menunjukkan arah yang sama antar variabel,

artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 semakin besar pula.

2) Korelasi negatif: menunjukkan arah yang berlawanan antar

variabel, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 kecil.

3.8 Etika Penelitian

59
Menurut (Polit, 2011), semua riset yang melibatkan manusia sebagai

subyek, harus berdasarkan empat prinsip dasar etika penelitian yaitu menghormati

orang (resfek for person), manfaat (beneficence), tidak membahayakan subjek

penelitian (non-maleficence) dan keadilan (justice).

3.8.1 Menghormati orang (respect for person)

Menghormati atau menghargai orang dalam survei ini berarti setelah

menerima sampel, dilakukan penyampaian maksud dan tujuan peneliti kepada

para responden untuk kesediannya secara sukarela menjadi responden tanpa ada

unsur paksaan dengan menandatangani informed consent. Kami akan

menghormati kerahasiaan responden. Hal ini memungkinkan peneliti untuk tidak

memberikan nama responden (anonimitas) pada lembar pendataan, tetapi cukup

memberikan nomor kode responden untuk menjamin kerahasiaan informasi yang

dikumpulkan dari responden.

3.8.2 Manfaat (beneficence)

Manfaat yang di berikan oleh hasil penelitian ini untuk meningkatkan

kemampuan resiliensi pasien kanker payudara dan mengurangi tingkat kecemasan

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Sanglah. Penelitian

ini secara tidak langsung memberikan edukasi mengenai resiliensi dan tingkat

kecemasan yang dirasakan. Selain memiliki manfaat untuk pasien, penelitian ini

juga bermanfaat bagi perawat sebagai acuan dalam pembuatan program baru

mengenai resiliensi.

3.8.3 Tidak membahayakan subyek penelitian (non-maleficence)

60
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini tidak membahayakan

responden baik secara fisik maupun secara psikologis, karena dalam penelitian ini

tidak memberikan perlakuan.

3.8.4 Keadilan (justice)

Semua subyek diperlakukan dengan baik. Semua responden mendapatkan

kuesioner dengan jumlah pertanyaan yang sama.

61
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pusat

rujukan untuk Indonesia timur, berdiri pada tanggal 30 Desember 1959 dengan

kapasitas 150 tempat tidur yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia

pertama yaitu Ir. Soekarno. Dalam perkembangannya RSUP Sanglah Denpasar

mengalami beberapa kali perubahan status dan terakhir tahun 2005 ditetapkan

menjadi UPT Depkes PPK BLU dan ditetapkan sebagai RS pendidikan Tipe A

sesuai dengan Permenkes 1636 tahun 2005. Seperti halnya organisasi lain, RSUP

Sanglah Denpasar juga memiliki visi sebagai arah yang akan dituju yaitu

“Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia untuk Mewujudkan Masyarakat

Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” Mencapai visi tersebut, ditetapkan misi

berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan

berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan

tenaga kesehatan yang profesional dan nasionalis serta menyelenggarakan

penelitian dalam bidang kesehatan.

RSUP Sanglah Denpasar dalam mewujudkan visi dan misinya,

mengembangkan pelayanan rawat jalan berupa poliklinik, pelayanan rawat inap,

pelayanan rawat darurat, pelayanan bedah sentral, dan berbagai pelayanan

penunjang lainnya. Rumah Sakit Sanglah dalam menjalankan berbagai bentuk

pelayanan, didukung oleh tenaga medis sebanyak 363 orang yang terdiri dari 300

orang dokter spesialis/sub spesialis, 53 orang dokter umum, 10 orang dokter gigi.

62
Tenaga keperawatan sebanyak 1179, tenaga non keperawatan sebanyak 374 orang

yang meliputi farmasi dan apoteker 92 orang, psikologi 5 orang, kesehatan

masyarakat 18 orang, analis 64 orang, nutrisionis 52 orang, radiologi 50 orang,

sanitarian 23 orang, fisioterapi 17 orang dan tenaga non medis sebanyak 1001

orang.

Salah satu pelayanan unggulan RSUP Sanglah adalah pelayanan kanker

terpadu. Instalasi Kanker Terpadu terdiri dari tiga ruangan Meliputi Ruang

Kemoterapi Rawat Jalan, Ruang Angsoka II dan Ruang Radioterapi. Instalasi

Kanker Terpadu merupaka unit pelayanan medic dan penunjang yang memberikan

pelayanan pada penderita kanker, baik pelayanan pembedahan, kemoterapi,

supporting therapy, pain management, rehabilitasi, paliatif care dan radioterapi.

Ruang poliklinik kemoterapi dibentuk tahun 2015 untuk melayani pasien

kanker yang membutuhkan kemoterapi dengan regimen yang diberikan dalam

waktu kurang dari 6 jam. Ruangan ini terdiri dari 6 ruangan dengan kapasitas 6

tempat duduk disetiap ruangannya, pada salah satu ruangan terdapat 2 bed untuk

pasien dengan alergi. Ruang kemoterapi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

didukung oleh 24 dokter spesialis, 8 perawat pelaksana, 3 perawat sebagai

penanggung jawab dan inventaris, satu orang petugas administrasi dan 4 orang

cleaning service. Pada ruangan ini belum terdapat program tentang resiliensi,

namun perawat pelaksana senantiasa memberikan edukasi kepada pasien

mengenai kanker sehingga hal tersebut dapat mengurangi rasa cemas yang

dirasakan oleh pasien kanker.

63
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Responden berjumlah 77 orang, yang dipilih dari pasien ruangan poliklinik

kemoterapi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar

kuesioner secara offline yang dimulai tanggal 5 April 2022 sampai dengan tanggal

19 April 2022. Adapun karakteristik responden yang telah diteliti dan

didistribusikan ke dalam table distribusi sebagai berikut.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Ruang
Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022
Karakteristik Responden
Responden Frekuensi Presentase (%)
Umur
19-45 Tahun 35 45,5
46-59 Tahun 31 40,3
>60 Tahun 11 14,3
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 9 11,7
SD 30 39,0
SLTP 16 20,8
SLTA 22 28,6
Status perkawinan
Belum Kawin 13 16,9
Kawin 64 83,1
Total 77 100,0

Berdasarkan data Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 77

responden sebagian besar responden dalam rentang umur 19-45 tahun yaitu

sebanyak 35 responden (45,5%). Pendidikan terakhir responden terbanyak adalah

SD yaitu sebanyak 30 responden (39%). Sebagian besar status responden sudah

kawin sebanyak 64 responden (83.1%).

64
4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian Berdasarkan Variabel

Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu resiliensi dan tingkat

kecemasan. Identifikasi resiliensi pasien diukur melalui pertanyaan yang penilaian

personal dari pasien penderita kanker payudara terhadap kemampuan beradaptasi

dilihat dari aspek resiliensi. Identifikasi tingkat kecemasan pasien diukur melalui

pertanyaan yang penilaian personal dari pasien penderita kanker payudara

terhadap tingkat kecemasan dilihat dari aspek fisiologis, kognitif dan afektif.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 77 responden diperoleh hasil distribusi

resiliensi serta tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2
Resiliensi dan Tingkat Kecemasan pada Pasien yang menjalani Kemoterapi
di Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022

Variabel Frekuensi (n) Presentase (%)


Resiliensi Pasien
Tinggi 47 61,0
Sedang 25 32,5
Rendah 5 6,5
Tingkat kecemasan
Ringan 54 70,1
Sedang 19 24,7
Berat 4 5,2
Total 77 100,00

Berdasarkan data Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari hasil

identifikasi terhadap 77 responden berdasarkan resiliensi pada pasien kanker

payudara diperoleh sebagian besar resiliensi pasien adalah tinggi sebanyak 47

orang (61,0%), sedangkan berdasarkan tingkat kecemasan pada pasien kanker

payudara diperoleh sebagian besar tingkat kecemasan pasien adalah ringan

sebanyak 54 orang (70.1%).

65
4.1.4 Hasil Analisis Data

Analisis hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di ruang poliklinik kemoterapi RSUP

Sanglah Denpasar menggunakan uji statistic spearman rank dengan  sebesar

0,05, perhitungan menggunakan bantuan komputerisasi (perhitungan terlampir)

didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Menjalani
Kemoterapi di Ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2022
Resiliensi Tingkat kecemasan Pasien Total p r Hitung
pasien Ringan Sedang Berat Value
n % n % n % n %
Tinggi 43 91,5 4 8,5 0 0,0 47 100,0 0,000 0,635
Sedang 11 44,0 13 52,0 1 4,0 25 100,0
Rendah 0 0,0 2 40,0 3 60,0 5 100,0
Total 54 70,1 19 24,7 4 5,2 77 100,0

Berdasarkan data Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 77 responden

sebagian besar pasien yang memiliki resiliensi tinggi mengalami tingkat

kecemasan ringan yaitu sebanyak 43 orang (91,5%), tingkat kecemasan sedang

sebanyak 4 orang (8,5%) dan tidak ada yang mengalami tingkat kecemasan berat.

Pasien yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 11 (44,0%), tingkat

kecemasan sedang sebanyak 13 orang (52,0%) dan tingkat kecemasan berat

sebanyak 1 orang (4,0%). Pasien yang memiliki resiliensi rendah tidak ada yang

mengalami tingkat kecemasan ringan, tingkat kecemasan sedang sebanyak 2

orang (40,0%) dan tingkat kecemasan berat sebanyak 3 orang (60,0%).

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa 1 orang responden memiliki tingkat

resiliensi sedang dengan tingkat kecemasan berat hal ini dikarenakan responden

memikirkan masa depannya, berhubung umur responden 37 tahun dimana umur

66
tersebut merupakan kategori dewasa dan diketahui bahwa responden tidak

memiliki riwayat pendidikan apapun sebelumnya. Umur dan tingkat pendidikan

memiliki pengaruh penting dalam resiliensi dan tingkat kecemasan yang

dirasakan. Sebagian besar individu mengakatan semakin tinggi umur seseorang

maka semakin banyak pengalaman yang dilalui sehingga seseorang mampu

belajar dari pengalaman ketika menghadapi suatu situasi maupun masalah yang

terjadi sehingga hal tersebut bisa meningkatkan resiliensi seseorang dan

menurunkan tingkat kecemasan (Pratiwi et al., 2017). Tingkat pendidikan

seseorang juga mempengaruhi individu dalam berfikir kritis dan bersikap.

Menurut Agustini (2021), umur yang lebih tua lebih resilien dibandingkan dengan

yang lebih muda, tidak hanya itu umur yang lebih tua juga menunjukkan bahwa

mereka lebih kompeten dalam menentukan pemecahan masalah dan solusi.

Semakin matang umur seseorang maka kematangan emosi seseorang akan stabil

sehingga mampu mengendalikan kecemasan dan resiliensi.

Hasil uji statistic didapatkan p value 0,000 <  0,05, maka secara statistic

ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan tingkat kecemasan pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di ruang Poliklinik Kemoterapi

RSUP Sanglah Denpasar dengan kekuatan hubungan yang kuat antar kedua

variabel (0,600 – 0,799) dan sifat atau arah hubungan yang negatif menunjukkan

semakin tinggi resiliensi yang dimiliki pasien maka semakin ringan tingkat

kecemasan yang dialami pasien selama menjalani kemoterapi diruang Poliklinik

RSUP Sanglah Denpasar. Hasil rank spearman hitung sebesar 0,635 artinya

bahwa 63,5% tingkat kecemasan pada pasien berhubungan dengan resiliensi

pasien sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

67
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dapat diuraikan pembahasan

hasil penelitian sesuai dengan tuluan penelitian yaitu:

4.2.1 Resiliensi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di

Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar

Resiliensi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di ruang

Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar dari 77 responden sebagian besar

adalah tinggi yaitu sebanyak 47 orang (61,0%). Hasil ini juga dapat dilihat dari

hasil jawaban pada kuesioner resiliensi menunjukkan sebagian besar pasien sangat

setuju dan setuju terhadap aspek pembentuk resiliensi yang ada dalam dirinya

meliputi kemampuan individu untuk melakukan upaya terbaik, tidak mudah

menyerah dan tidak mudah putus asa serta menilai diri secara positif terhadap

kemampuan dan prestasi, kepercayaan pada naluri, toleransi terhadap efek negatif

dan memperkuat efek dari stress, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan

serta kepercayaan diri dan kemampuan untuk bangkit dari penyakit ataupun

kesulitan, kemampuan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain atau dukungan

social yang tepat dalam menghadapi kesulitan dan kepercayaan terhadap Tuhan

atau nasib serta meyakini segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Bandung

Cancer Society dengan melibatkan 15 responden didapatkan sebagian besar pasien

memiliki resiliensi tinggi sebanyak 12 orang (80,0%), pasien dengan resiliensi

sedang 3 orang (20,0%) serta tidak ada pasien yang memiliki resiliensi rendah

(Lisani & Susandari, 2017). Hasil yang sama juga ditunjukan pada penelitian yang

melibatkan 60 responden di RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan sebagian besar

68
pasien kanker payudara di RSUD Ulin Banjarmasin memiliki resiliensi yang

tinggi sebanyak 45 orang (75%) (Eka et al., 2017). Selain kedua penelitian

tersebut, hasil yang sama ditunjukkan oleh Mahendra (2022) yang melibatkan 88

responden di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan hasil sebagian besar

responden memiliki resiliensi tinggu sebanyak 30 orang (34,1%)

Resiliensi merupakan hal yang dapat membantu untuk mengurangi berbagai

efek negatif bagi siapapun. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk bangkit

kembali dalam mengatasi situasi sulit. Resiliensi dapat dikatakan sebagai

kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan kekuatan dan

bahkan mampu mencapai transformasi diri setelah mengalami penderitaan

(adversity). Sebagian besar individu adalah makhluk biasa, namun setiap individu

memiliki kemungkinan dan kekuatan yang luar biasa. Semua individu akan

tersandung dan jatuh dari waktu ke waktu tetapi masing-masing individu memiliki

kemampuan untuk bangkit kembali dan melanjutkan hidup. Kemampuan tersebut

adalah resiliensi (Lisani & Susandari, 2017).

Resiliensi tinggi yang dimiliki pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di ruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar mampu

berinteraksi dengan baik antara faktor individual dengan faktor lingkungan dalam

menjalani pengobatan kemoterapi. Faktor individual ini berfungsi untuk menahan

usaha ingin menyakiti diri dan membangun diri secara positif, sedangkan faktor

lingkungan berfungsi melindungi individu serta meringankan kesulitan yang

dihadapi selama manjalani proses pengobatan kemoterapi. Hal ini dapat diartikan

bahwa pasien memiliki kualitas adaptasi yang tergolong baik (Eka et al., 2017).

69
Dalam penelitian ini juga didapatkan pasien dengan resiliensi sedang dan

rendah , dimana sebagian besar ditemukan pada pasien dengan rentang umur 46-

59 tahun serta tingkat pendidikan sekolah dasar. Hal ini terkait dengan kurangnya

pengetahuan serta emosi yang kurang stabil sehingga kurang mampu untuk

beradaptasi dengan masalah yang baru dihadapi. Kestabilan emosional memang

tidak bisa di intepretasikan dengan umur individu, namun kestabilan emosional

memiliki dampak dalam penyesuaian diri. Ketika individu sudah memiliki

kematangan emosional atau emosi yang stabil maka individu tersebut akan

mampu beradaptasi dengan masalah (Sugiarto, 2017). Umur tidak bisa menjadi

tolok ukur dalam menentukan resiliensi setiap individu karena terdapat faktor-

faktor pencetus lain seperti dukungan keluarga yang didapatkan oleh setiap

individu, pendidikan yang ditempuh oleh setiap individu (Lisani & Susandari,

2017).

Seseorang yang memiliki resiliensi yang tinggi mempunyai keterampilan

koping saat dihadapkan oleh tantangan hidup maupun kapasitas individu untuk

tetap sehat dan terus memperbaiki diri. Seseorang yang resilien akan mampu

untuk bertahan dibawah tekanan atau kesedihan serta tidak menunjukkan suasana

hati yang negatif terus menerus. Apabila resiliensi seseorang meningkat, maka

individu tersebut akan mampu untuk meningkatkan potensi-potensi dalam diri,

menjadi optimis, muncul keberanian serta emosi yang matang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti berpendapat resiliensi

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diruang Poliklinik Kemoterapi

RSUP Sanglah Denpasar sebagian besar dalam katagori tinggi, hal ini terkait

dengan pengalaman serta perasaan pasien yang sudah dilalui dan memiliki self

70
regard yang tinggi. Pasien yang memiliki resiliensi tinggi akan mampu untuk

bertahan dalam kesedihan dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif terus

menerus.

4.2.2 Tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di Poliklinik Kemoterapi Rsup Sanglah Denpasar

Tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi

diruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar dari 77 responden

sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 54 orang (70.1%).

Tingkat kecemasan ringan dimiliki pasien bila dilihat dari hasil jawaban pada

kuesioner menunjukkan sebagian besar pasien menjawab tidak pernah dan

kadang-kadang dalam merasakan aspek-aspek tingkat kecemasan. Hal ini dapat

diartikan bahwa pasien mampu dalam mengatasi rasa tidak nyaman yang

dirasakan dan pasien juga mampu mengatasi hal-hal yang terdapat pada indikator

tingkat kecemasan seperti aspek fisiologis, kognitif serta afektif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Utami, 2013) tentang

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan kemoterapi pada pasien

kanker serviks yang menunjukkan bahwa dari 95 responden sebagian besar

responden mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 58 responden

(61,1%). Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang ditandai

dengan perasaan ketakutan maupun kekhawatiran yang berkelanjutan. Faktor yang

mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dalam menjalani kemoterapi adalah

umur. Pengalaman pasien dalam menjalani pengobatan juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Hasil

penelitian pada tingkat kecemasan sebagian besar dalam kategori ringan, hal ini

71
disebabkan karena sebagian besar responden sudah pernah menjalani pengobatan

kemoterapi sebelumnya.

Hasil penelitian Subekti (2020) tentang hubungan dukungan keluarga

terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung menyatakan bahwa

dari 30 orang responden tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi mengalami kecemasan ringan sebanyak 22 orang (73,3%).

Kondisi kecemasan ini muncul karena takut membayangkan terjadinya perubahan

dalam hidup responden dimasa depan akibat penyakit maupun takut tentang

efeksamping yang didapat dari pengobatan kemoterapi.

Pada penelitian ini tingkat kecemasan pada pasien bila dilihat dari segi

umur hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mengalami kecemasan ringan

pada pasien dengan rentang umur 46-59 tahun, sedangkan responden yang

memiliki tingkat kecemasan sedang dan berat dialami pasien pada rentang umur

19-45 tahun dan lebih dari 60 tahun. Umur seseorang sangat mempengaruhi

pemahaman seseorang. Umur berhubungan dengan pengalaman, pengalaman

berhubungan dengan pengetahuan serta pemahaman berhubungan dengan

pandangan terhadap suatu kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap

individu. Semakin bertambahnya umur kematangan psikologi seseorang akan

semakin baik, ini berarti semakin matang psikologis seseorang, semakin baik pula

adaptasi terhadap ancaman terhadap kecemasan (Subekti, 2020).

Tingkat kecemasan pasien kanker payudara bila dikaitkan dengan tingkat

pendidikan didapatkan sebagian besar pasien dengan tingkat pendidikan SD

mengalami kecemasan berat sedangkan pasien yang memiliki pendidikan SLTA

72
sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan. Seseorang dengan tingkat

pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan dan nilai-nilai yang akan diperkenalkan. Sebaliknya,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang tersebut

untuk menerima informasi serta semakin banyak juga pengetahuan yang

dimilikinya. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menentukan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta kebudayaan. Pendidikan

merupakan salah satu faktor terpenting untuk mendapatkan dan mencerna

informasi secara lebih mudah. Hal ini juga disampaikan pada penelitian yang

dilakukan oleh Nur Sholichah (2022) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

maka akan semakin mudah seseorang menerima hal yang baru dan akan mudah

menyesuaikan diri serta seseorang semakin mudah pula ia menerima informasi

dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika

tingkat pendidikan seseorang rendah, itu akan menghambat perkembangan

perilakunya terhadap penerimaan informasi dan pengetahuan yang baru.

Tingkat kecemasan pasien kanker payudara bila dikaitkan dengan status

perkawinan sebagian besar pasien yang sudah kawin mengalami kecemasan

ringan. Sedangkan pada pasien yang belum kawin mengalami kecemasan sedang.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti dukungan keluarga. Dukungan

keluarga merupakan support system yang sangat berperan penting dalam motivasi

pasien untuk menjalani pengobatan kemoterapi. Terlebih lagi pada pasien yang

tidak kawin mayoritas tinggal sebatang kara dan akan ditemani ke rumah sakit

oleh keponakannya ataupun ipar pasien (Arimbawa, 2021). Faktor ancaman

73
integritas fisik juga menjadi faktor munculnya rasa cemas terhadap pasien kanker

payudara dimana hal ini akan menimbulkan kecemasan karena terjadinya

penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang disebabkan oleh

pengobatan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti berpendapat bahwa

tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien kanker peyudara yang menjalani

kemoterapi diruang Poliklinik Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar dalam

katergori ringan. Hal ini terkait dengan kemampuan pasien dalam mengatasi rasa

cemas, factor intrinsik seperti pengalaman pengobatan sebelumnya serta sudah

tersedianya fasilitas terkait pengobatan kemoterapi yang sudah disediakan oleh

pemerintah sehingga pasien tidak mencemaskan tentang biaya pengobatan.

4.2.3 Hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Kemoterapi RSUP

Sanglah Denpasar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 orang responden sebagian

besar pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi memiliki resiliensi

tinggi serta mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 43 orang. Uji

statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan

tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diruangan

Poliklinik RSUP Sanglah Denpasar dengan kekuatan hubungan kuat dan sifat atau

arah hubungan yang negatif yang berarti semakin tinggi resiliensi yang dimiliki

pasien maka semakin ringan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi diruang poliklinik Kemoterapi.

74
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Merlitha & Oktaviana (2018)

yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan

kecemasan pada pasien kanker payudaya yang melakukan kemoterapi di RSUP.

Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Hasil penelitian ini juga ditegaskan oleh

penelitian Prayogi & Agung (2018) tentang hubungan antara resiliensi dengan

tingkat kecemasan pasien kanker yang menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara resiliensi terhadap tingkat kecemasan pasien kanker di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang ditunjukkan dengan nilai korelasi

Kendall Tau sebesar -0.231, dengan nilai p< 0.05 (0.027).

Hasil di atas didukung oleh pernyataan bahwa manusia membutuhkan

resiliensi agar mampu bangkit dari kesulitan. Bila biasanya kesulitan (adversity)

dapat menyebabkan depresi atau kecemasan, dengan kemampuan resiliensi

seseorang akan dapat mengambil makna dari kegagalan dan mencoba lebih baik

dari yang pernah ia lakukan, sehingga menurunkan resiko depresi atau kecemasan

(Prayogi & Agung, 2018).

Hasil rank spearman hitung sebesar 0,635 artinya bahwa 63,5% tingkat

kecemasan pada pasien kanker payudara berhubungan dengan resiliensi pasien

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Penderita kanker akan mengalami

tekanan psikologis setelah terdiagnosa kanker karena terjadi perubahan pada

dirinya. Tekanan yang sering kali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit

berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga

hilangnya semangat hidup. Pasien kanker payudara harus belajar beradaptasi

dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti mudah lelah, perasaan tidak

percaya diri, dan sebagainya.

75
Hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan bila dikaitkan dengan umur

sebagian besar yang memiliki resiliensi tinggi dan mengalami tingkat kecemasan

rendah dalam katagori dewasa dan dewasa lanjut (19-45 tahun dan 46-59 tahun)

hal ini dikarenakan umur salah satu faktor yang berpengaruh dalam kedua variabel

penelitian ini. Umur seseorang seperti yang dikatakan sebelumnya tidak bisa

sepenuhnya menjadi tolok ukur dalam resiliensi yang dimiliki sesuai dengan yang

dikatakan oleh Lisani & Susandari (2017). Namun sebagian besar peneliti

mengatakan bahwa umur seseorang sangat mempengaruhi tingkat kecemasan

seseorang karena semakin bertambahnya umur kematangan psikologi seseorang

akan semakin baik, sehingga dapat diartikan semakin matang psikologis

seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap ancaman terhadap kecemasan

(Subekti, 2020).

Hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan bila dikaitkan dengan

pendidikan terakhir sebagian besar yang memiliki resiliensi tinggi dan mengalami

tingkat kecemasan rendah memiliki tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (SLTA). Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula resiliensi yang dimiliki oleh individu dan

semakin rendah tingkat kecemasan individu itu sendiri. Tingkat pendidikan juga

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi serta tingkat kecemasan

seseorang karena pengetahuan dan pemahaman yang didapatkan selama

mengenyam pendidikan mampu meningkatkan resiliensi dalam beradaptasi

dengan situasi maupun masalah apapun serta dapat mencari solusi sehingga

menurunkan rasa kecemasan yang dialami. Opini ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Prayogi & Agung (2018) bahwa tingkat

76
pendidikan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap suatu pengetahuan

dalam hal ini pengetahuan tentang pengobatan kanker itu sendiri.

Hubungan resiliensi dengan tingkat kecemasan bila dikaitkan dengan status

perkawinan sebagian besar yang memiliki resiliensi tinggi dan mengalami tingkat

kecemasan rendah adalah responden yang sudah kawin. Hal ini dikarenakan

adanya dukungan keluarga yang baik dalam suami dan istri. Dukungan orang

terkasih atau keluarga memiliki arti yang sangat bermakna bagi setiap individu.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Septyadita & Tobing (2017) bahwa hubungan

kecemasan dan status perkawinan memiliki makna yang sangat signifikan dalam

hasil penelitiannya. Selain itu, dukungan yang berasal dari keluarga yaitu kedua

orang tua, anak, pasangan, saudara atau dari tetangga serta dokter maupun

perawat yang merawatnya juga mempengaruhi kecemasan yang dirasakan oleh

seseorang yang menderita penyakit kanker.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti berpendapat semakin

tinggi resiliensi yang dimiliki oleh pasien kanker payudara maka semakin rendah

tingkat kecemasan yang dialami pasien. Hal ini menunjukkan pentingnya berbagai

upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan resiliensi dan mengurangi

kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi seperti

memberikan dukungan social dari keluarga maupun tenaga medis. Terdiagnosa

penyakit kanker merupakan keadaan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh

siapapun dan hal tersebut terkadang menjadi suatu alasan terjadinya kecemasan

sehingga dukungan social sangat dibutuhkan oleh penderita kanker untuk dapat

mengurangi rasa cemas yang dialami pasien.

77
4.3 Keterbatasan Penelitian

Ketidak mampuan mengontrol faktor perancu seperti faktor intrinsik

(pengalaman pasien, konsep dan peran diri), faktor ekstrinsik (kondisi medis,

akses informasi, tingkat social dan ekonomi) serta dukungan sosial pasien yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian

78
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

dapat disimpulkan :

1. Resiliensi pasien yang menjalani kemoterapi di ruang Poliklinik Kemoterapi

RSUP Sanglah Danpasar dari 77 responden sebagian besar adalah tinggi yaitu

sebanyak 47 orang (61,0%).

2. Tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi di ruang Poliklinik

Kemoterapi RSUP Sanglah Danpasar dari 77 responden sebagian besar

adalah ringan yaitu 54 orang (70,1%)

3. Ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan tingkat kecemasan

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di ruang Poliklinik

Kemoterapi RSUP Sanglah Denpasar dengan kekuatan hubungan yang kuat

dan sifat atau arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin tinggi

resiliensi yang dimiliki pasien maka semakin ringan tingkat kecemasan yang

dialami pasien selama menjalani kemoterapi diruang Poliklinik RSUP

Sanglah Denpasar (p value = 0,000; r = 0,635)

79
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden dengan tingkat

kecemasan ringan sebanyak 70,1% dan berat 5,2% oleh karena itu disarankan

sebagai berikut :

1. Bagi Perawat

Memberikan edukasi kepada pasien kanker payudara agar mentaati ketentuan

pengobatan yang diberikan seperti kontrol tepat waktu, melaksanakan

kemoterapi tepat waktu, serta mengikuti instruksi dari petugas kesehatan.

Memberikan semangat kepada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi agar selalu kuat dan patuh menjalani kemoterapi serta

mengingatkan keluarga agar selalu mendukung dan mendampingi pasien.

2. Bagi Direktur Rumah Sakit

Memperkuat standar kebijakan dalam pelayanan pada pasien kanker payudara

terutama dalam hal meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam perawatan

pasien kanker payudara sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit.

3. Bagi Pasien Kanker Payudara dan Keluarga

Pasien mampu mempertahankan atau meningkatkan resiliensi yang

dimilikinya dengan selalu belajar dari pengalaman dan selalu berdoa kepada

Tuhan serta keluarga dapat mendukung pasien dalam menjalankan proses

pengobatan, baik berupa dukungan fisik, psikis maupun keuangan sehingga

dapat meningkatkan resiliensi pasien dan membantu mengurangi tingkat

kecemasan yang dialami pasien.

80
4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memanfaatkan media pengumpulan data online seperti google form sehingga

responden dapat leluasa mengisi kuesioner dimanapun tanpa terbatas waktu

dan tempat serta mengontrol variabel cofounding yang kemungkinan

memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel terikat yaitu faktor internal

(tahap perkembangan, pendidikan dan tingkat pengetahuan, faktor emosi,

aspek spiritual) dan faktor eksternal (penerapan fungsi keluarga, faktor sosial

ekonomi dan latar belakang budaya)

81
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, ni luh gede. (2021). Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Stres Perawat
Ruang Isolasi Khusus Pasien Corona Virus Disease-19. STIKES Wira
Medika Bali.
Andra Wijaya. (2013). KMB keperawatan medikal bedah (keperawatan dewasa).
Nuha Medika.
Anita. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Anestesi Umum di RSUD Sleman
Yogyakarta. Jurnal Info Kesehatan, 4(2), 2–3.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/
Arimbawa. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Esteem
pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi. STIKES Wira
Medika Bali.
Asih, et al. (2019). Cross Sectional: Dukungan Sosial dan Resiliensi Perawat.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 421–425.
Astrid, Savitri. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim
(1st ed.). Pustakabarupress.
http://inlislite.perpus.palopokota.go.id/opac/detail-opac?id=979
Belkahla, H. et al. (2017). TRAIL-NP Hybrid for Cancer Therapy: Review.
Nanoscale. https://doi.org/10.1039/C7NR01469D
Bintang. (2012). Gambaran Tingkat kecemasan, stress, dan depresi pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Brunner & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). EGC.
CancerHelps, T. (2019). STOP KANKER (Y. Indah (ed.); 1st ed.). AgroMedia
Pustaka.
Dwi Jayanti, et al. (2022). IJNHS Five Finger Techniques with Gayatri Mantra to
Reduce Anxiety of Family with Schizophrenia. 5(2), 187–194.
https://doi.org/10.35654/ijnhs.v5i2.568
Eka, et al. (2017). Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Resiliensi Pada
Penderita Kanker Stadium Lanjut. Jurnal Ecopsy, 3(3), 133–139.
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/ecopsy/article/view/2664
Harsono, Hasto. (2017). Uji Validitas dan Realibilitas Expanded Nursing Stres
Scale(ENSS) Versi Bahsa Indonesia sebagai Instrumen Penilaian stres Kerja
pada Perawat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Huda, Amin., & Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis (Jilid 1).
Mediaction.
Kemenkes, RI. (2019). Hari Kanker Sedunia 2019. 31 Januari 2019.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html
Lisani, & Susandari. (2017). Hubungan Dukungan Sosial dengan Resiliensi Pada
Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi di Bandung Cancer Society.
Prosiding Psikologi, 896–903.
Dwi Jayanti, et al. (2022). IJNHS Five Finger Techniques with Gayatri Mantra to
Reduce Anxiety of Family with Schizophrenia. 5(2), 187–194.
https://doi.org/10.35654/ijnhs.v5i2.568
Mahendra, Okta. (2022). Hubungan Dukungan Sosial Dan Penerimaan Diri
Dengan Resiliensi Pada Penderita Kanker Payudara Di Rsud Arifin Achmad

82
Pekanbaru. Skripsi Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/58760%0A
Mariani. (2017). Faktor-Faktor Personal Sebagai Prediktor Terhadap Resiliensi
Perawat Di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. The
Indonesian Journal of Infectious Diseases, 1(01), 14–21.
Merlitha, Nesi & Oktaviana, Rina. (2018). Pasien Kanker Payudara : Resiliensi
dan Stress Menghadapi Kemotrapi. Jurnal Ilmiah Psyche, 12(1), 21–30.
https://doi.org/10.33557/jpsyche.v12i1.585
Miller. (2012). Pencegahan dan pengobatan penyakit kanker. Prestasi
Pustakaraya.
Multahada, Erna. (2016). Peran Kekuatan Karakter Terhadapresiliensi Perawat
(Studi Kasus pada Perawat di Rumah Sakit X). Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Sosial, 5(3), 275–279.
Nasution, et al. (2013). RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Ilmu Kepe,
1(2), 162–168.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nuari, Nian. (2017). Resilience Of Efficacy Perawat Berbasis Tingkat Stres dan
Kepuasan Kerja. Jurnal Kesehatan, 8(3), 375–381.
Nur, Sholichah. (2022). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat
Kecemasan Wanita Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi Menopause. 6(2).
Nurcahyo, Jalu. (2017). Awas Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara
Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Sejak Dini Dua Kanker Pembunuh
Paling Ditakuti Wanita (cetakan 1). wahana.
https://onesearch.id/Record/IOS3605.JATEN-01110000002297
Nursalam. (2015). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika.
Oetaami, Fratiwi. (2014). Psychological Impact of Breast Cancer Treatment in
Hospital Dr . Wahidin Sudirohusodo Makassar Fratiwi Oetami , Ida Leida
M . Thaha , Wahiduddin Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin PENDAHULUAN Kanker merupakan
salah sa.
Pangribowo, Supriyono. (2019). Beban Kanker di Indonesia. Pusat Data Dan
Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 1–16.
Polit. (2011). Nursing Research: Principles and Methods. Lippincott Williams &
Wilkins.
Pratiwi, et al. (2017). Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kecemasan Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemoterapi. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 167.
https://doi.org/10.17509/jpki.v3i2.9422
Prayogi & Agung. (2018). Hubungan Antara Resiliensi Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Kanker. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Price & Wilson. (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi VI. Jakarta: EGC. EGC.

83
Rahmawati, & Lestari. (2015). Mekanisme koping berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien kanker di RS Urip Sumoharjo Lampung. Motorik, 10, 20.
Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sanglah, P. (2021). Data Pasien yang melakukan Kemoterapi Di Ruang Poliklinik
Kemoterapi.
Septyadita & Tobing. (2017). Hubungan dukungan sosial keluarga dengan
prestasi belajar. Jurnal Keperawatan, III(1), 27–32.
http://ejournal.akbidyo.ac.id/index.php/JIK/article/view/70%0Ahttp://
ejournal.akbidyo.ac.id/index.php/JIK/article/download/70/67
Setiawan, Darma. (2015). the Effect of Chemotherapy in Cancer Patient To
Anxiety. Jurnal Majority, 4(4), 94–99.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/587
Setyani & Milliani. (2020). Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang
Mendapatkan Kemoterapi. Carolus Journal of Nursing, 2(2), 170–176.
http://ejournal.stik-sintcarolus.ac.id/index.php/CJON/article/view/44
Shadiya & Saleh. (2012). The Effect of Anxiety on Breast Cancer Patients. Indian
J Psychol Med, 119–123. https://doi.org/10.4103/0253-7176.101774
Simanullang, Poniyah. (2020). Tingkat Kecemasan Pasien Yang Menjalani
Tindakan Kemoterapi Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Medan.
Jurnal Darma Agung Husada, Vol 7 No 2 (2020): OKTOBER, 71–79.
https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/darmaagunghusada/article/view/
720
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 4. EGC.
Subekti, Tri. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di
Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. JKPBL, VIII(April), 137–
140.
Sugiarto, A. D. (2017). Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dengan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmawati, et al. (2021). Pengaruh Hypnosis 5 Jari terhadap Penurunan Tingkat
Stress pada Keluarga Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 12(2), 42–50.
Tiller, Jhon. (2012). Depression and anxiety. Medical Journal of Australia,
1(October), 28–32. https://doi.org/10.5694/mjao12.10628
Tjakra. (2010). Panduan Pelaksanaan Kanker Solid. Sagung Seto.
Utami, Cicilia. (2017). Self-efficacy dan resiliensi: Sebuah tinjauan meta-analisis.
Buletin Psikologi, 25(1), 54–65.
Utami, Dewi. (2013). Kata Kunci: 10(1), 30–38.

84
Lampiran 1

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Desember 2021 Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A Persiapan
1 Identifikasi masalah
2 Studi pustaka
3 Penyusunan proposal penelitian
4 Pengumpulan proposal
penelitian
5 Seminar proposal penelitian
6 Revisi seminar proposal
penelitian
B Pelaksanaan
1 Ijin dari tempat penelitian
2 Pengumpulan data
3 Pengolahan data
4 Analisa data
C Tahap akhir
1 Penyusunan skripsi
2 Pengumpulan skripsi
3 Ujian skripsi
4 Revisi skripsi
5 Pengumpulan skripsi
6 Publikasi (Manuskripsi)
Lampiran 2

REALISASI ANGGARAN PENELITIAN

NO RINCIAN BIAYA
A Persiapan
1 Revisi Proposal (Print dan Fotocopy) Rp 50.000,00
B Pelaksanaan
1 Pengurusan Etik dan Ijin Penelitian Rp 325.000,00
2 Penggandaan alat ukur Rp 200.000,00
3 Hand sanitizer Rp 15.000,00
4 Honor enumerator dua orang Rp 400.000,00
5 Konsumsi Enumerator Rp 200.000,00
6 Pengolahan data Rp 200.000,00
7 Biaya translate Rp 50.000,00
C Tahap Akhir
1 Seminar skripsi (snack untuk penguji) Rp 60.000,00
2 Revisi skripsi (Print dan Fotocopy) Rp 50.000,00
Jumlah Rp 1.550.000,00
Lampiran 3

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Kepada

Yth. Calon responden

Dengan hormat,

Saya Ni Kadek Widya Antari mahasiswa Program Studi Keperawatan

Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali bermaksud akan melakukan

penelitian mengenai ‘Hubungan Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan pada

Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar

Tahun 2022’. Dimana hal ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program

Studi Keperawatan Program Sarjana. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat

yang merugikan bagi responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan

dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Berkaitan dengan hal

tersebut di atas, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden yang

merupakan sumber informasi bagi peneliti.

Demikianlah permohonan ini kami sampaikan dan atas partisipasinya saya

ucapkan terima kasih.

Denpasar, April 2022


Peneliti

Ni Kadek Widya Antari


Lampiran 4

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama (Inisial) : --------------------------------------------------------

Usia : --------------------------------------------------------

Jenis kelamin : --------------------------------------------------------

Pendidikan :---------------------------------------------------------

Pekerjaan : --------------------------------------------------------

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian

yang dilakukan oleh Ni Kadek Widya Antari mahasiswa Program Studi

Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali dengan judul Hubungan

Resiliensi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara yang

Menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2022.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, April 2022


Responden

….…………………………………
Lampiran 5

KISI-KISI KUESIONER CONNOR-DAVIDSON RESILIENCE SCALE

(CD-RISC)

Variabel Indikator Jumlah Nomer dan sifat


Item Item
Positif Negatif
Resiliensi 1. Personal competence, 2 1, 2 -
perawat high standards, and
tenacity
2. Trust in one’s insticts, 2 4 3
tolerance of negative
affect, and strenghthening
effects of stress
3. Positive acceptance of 2 5 6
change, and secure
relationship
4. Control 2 - 7,8
5. Spiritual Influences 2 10 9

KISI-KISI KUESIONER ZUNG SELF RATING ANXIETY SCALE

(ZSAS)

Variabel Indikator Jumlah Nomer dan sifat


Item Item
Positif Negatif
Tngkat 1. Fisiologis 8 13 6,7,10,15,
Kecemasa 16,18,20
n 2. Perilaku 3 17,19 1
3. Kognitf 1 - 11
4. Afektif 8 5,9 2,3,4,8,12,
14
Lampiran 6
Kode responden

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk:
1. Responden telah membaca dan mengisi lembar persetujuan menjadi responden.
2. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberikan tanda (√) pada kolom
jawaban yang telah disediakan.
3. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan responden.

Tanggal Penelitian: (diisi oleh petugas)

A. Karakteristik Responden
1. Nama (Inisial) :

2. Umur : …….. Tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki


Perempuan

4. Pendidikan terakhir : ………..

5. Pekerjaan : ………….
6. Status Perkawinan : ………….
B. Kuesioner Resiliensi Pasien (Connor Davidson-Resilience Scale (CD-
RISC))
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah baik baik setiap pernyataan di bawah ini!
2. Beri tanda cek (√) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan
pendapat dan kenyataan anda saat ini.
3. Bila ingin mengganti jawaban berilah tanda silang dan berilah tanda cek
(√) pada jawaban yang menurut anda benar
4. Keterangan jawaban:
1) Sangat Tidak Setuju (STS): Jika anda berpendapat sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut.
2) Tidak Setuju (TS): Jika anda berpendapat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
3) Tidak Pasti (TP): Jika anda berpendapat tidak pasti/ragu-ragu dengan
pernyataan tersebut.
4) Setuju (S): Jika anda berpendapat setuju dengan pernyataan tersebut.
5) Sangat Setuju (SS): Jika anda berpendapat sangat setuju dengan
pernyataan tersebut.

JAWABAN
N PERNYATAAN STS TS TP S SS
O
1. Saya bisa mengendalikan perasaan saya ketika
menghadapi suatu masalah
2. Saya percaya saya memiliki kemampuan yang
baik dalam mengatasi masalah dan bertindak
dengan baik terhadap tantangan yang ada
3 Saya mudah terbawa perasaan

4 Ketika mencoba untuk memecahkan suatu


masalah, saya percaya pada naluri saya dan
menggunakan solusi pertama yang muncul di
benak saya
5 Ketika menghadapi suatu situasi yang sulit,
saya percaya diri bahwa semua akan berjalan
lancar
6 Saya tidak dapat memanfaatkan emosi positif
untuk membantu saya fokus pada suatu tugas
7 Saya gampang menyerah ketika terjadi
masalah
8 Saya ragu dengan kemampuan saya dalam
memecahkan masalah
9 Saya percaya bahwa kebanyakan masalah
terjadi karena keadaan di luar kendali diri
saya
10 Saya khawatir terhadap kesehatan saya di
masa depan
JUMLAH SKOR

B. Penilaian Tingkat kecemasan pasien (Zung Self Rating Anxiety Scale


(ZSAS))
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan di bawah ini!
2. Beri tanda cek (√) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan
kondisi yang anda rasakan dan alami saat ini
3. Bila ingin mengganti jawaban berilah tanda silang dan berilah tanda cek
(√) pada jawaban yang menurut anda benar
4. Keterangan jawaban:
1) Tidak Pernah (TP): Jika pernyataan tersebut tidak pernah anda alami.
2) Kadang – Kadang (KK): Jika pernyataan tersebut kadang – kadang anda
rasakan (1-2 kali seminggu)
3) Sering (SR): Jika pernyataan tersebut sering anda alami / rasakan (>2/<6
kali seminggu)
4) Selalu (SL): Jika ternyataan tersebut selalu anda alami / rasakan (setiap
hari)

No Pernyataan JAWABAN
TP KK SR SL
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan

cemas dari biasanya

2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan


atau hancur

4 Saya mudah marah, tersinggung atau

panik

5 Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan

segala sesuatu atau merasa sesuatu yang

jelek akan terjadi

6 Kedua tangan dan kaki saya sering

gemetar

7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala,

nyeri leher atau nyeri otot

8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah

lelah

9 Saya tidak dapat istirahat atau duduk

dengan tenang

10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar

dengan keras dan cepat

11 Saya sering mengalami pusing

12 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal

13 Saya sering pingsan atau merasa seperti

pingsan

14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan

kesemutan pada jari-jari saya

15 Saya merasa sakit perut atau gangguan

pencernaan
16 Saya sering buang air kecil dari pada

biasanya

17 Saya merasa tangan saya dingin dan sering

basah oleh keringat

18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan

19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat

malam

20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk


JUMLAH SKOR
Lampiran 7
MASTER TABEL RESILIENSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH DENPASAR
TAHUN 2022
  Karakteristik Resiliensi Kecemasan
N
o U Pendi
Status
1
to
ko 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
to
ko
mu Perka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ta 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ta
  dikan 0 de 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 de
r winan l l

1 1 2 1 3 3 3 4 3 1 1 3 2 4 27 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 46 2
2 1 4 1 3 1 1 4 4 1 1 4 3 2 24 2 1 1 1 1 2 1 4 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 32 1
3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 24 2 4 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 46 2
4 1 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 26 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 1 2 3 3 3 1 3 4 54 2
5 1 3 2 4 1 1 4 4 1 1 4 3 1 24 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 2 2 3 3 2 3 4 55 2
6 1 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 33 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 34 1
7 2 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28 1 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 4 2 38 1
8 2 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 37 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 32 1
9 2 2 2 3 1 3 3 4 1 3 1 1 2 22 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 1 2 3 38 1
1
2 2 2 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 48 2
0 26
1
1 4 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 2 1 3 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 31 1
1 25
1
1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 1 4 4 52 2
2 13
1
3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 37 1
3 30
1
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 2 36 1
4 30
1
3 2 2 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 54 2
5 26
1
2 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 3 3 3 45 2
6 26
1
2 4 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 2 1 1 2 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 34 1
7 28
1
1 4 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 34 1
8 31
1
1 3 1 2 2 1 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 51
9 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29 1 2
2
1 4 1 2 1 1 2 2 1 2 3 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 34
0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 1 1
2
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 36
1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32 1 1
2
1 3 2 2 1 1 2 2 1 3 2 3 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 3 35
2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32 1 1
2
1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 36
3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 32 1 1
2
2 4 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 1 2 3 35
4 3 2 2 2 4 3 4 2 3 3 28 1 1
2
2 4 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 4 2 38
5 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28 1 1
2
2 2 2 1 1 1 2 3 1 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 31
6 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 25 2 1
2
1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 4 2 1 3 3 3 1 3 3 51
7 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 12 3 2
2
1 2 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 60
8 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 12 3 3
2
1 4 2 2 1 1 2 2 1 3 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 34
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 1 1
3
1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 36
0 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 27 1 1
3
3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 36
1 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 29 1 1
3
1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 35
2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 1 1
3
3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 37
3 3 3 3 3 3 1 1 2 1 2 22 2 1
3
2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 47
4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 24 2 2
3
2 4 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 3 1 2 1 2 1 1 2 3 33
5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28 1 1
3
1 4 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 2 2 33
6 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 34 1 1
3
1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 3 1 2 1 2 1 2 2 2 34
7 3 3 3 1 4 3 3 4 3 3 30 1 1
3
1 4 1 1 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 32
8 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 31 1 1
3
2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 37
9 4 3 2 2 3 3 0 4 3 0 24 2 1
4
1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2 30
0 4 4 3 3 4 4 4 4 1 1 32 1 1
4
1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 33
1 3 3 2 3 4 3 4 3 2 2 29 1 1
4
2 4 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2 32
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 1 1
4
2 4 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 48
3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 25 2 2
4
2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 30
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29 1 1
4
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 37
5 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 30 1 1
4
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 47
6 4 3 4 3 3 3 4 3 2 1 30 1 2
4
1 4 2 2 1 1 1 1 1 3 3 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 2 31
7 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 1 1
4
1 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 3 56
8 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 25 2 2
4
1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 4 4 55
9 3 3 1 3 3 3 2 1 1 3 23 2 2
5
2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 34
0 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 1 1
5
3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 39
1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 28 1 1
5
2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 40
2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 28 1 1
5
2 4 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 32
3 0 4 4 3 4 4 4 4 4 0 31 1 1
5
3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 33
4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 27 1 1
5
3 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 50
5 2 3 1 3 3 2 3 3 1 3 24 2 2
5
1 4 1 1 1 1 1 3 1 2 3 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 33
6 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 27 1 1
5
2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 37
7 3 3 2 3 3 3 4 4 2 1 28 1 1
5
1 3 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 3 3 34
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 1 1
5
1 3 2 2 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 3 34
9 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 27 1 1
6
2 4 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 3 32
0 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 26 2 1
6
3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 62
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 3 3
6
2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 31
2 3 4 3 2 3 3 2 2 2 3 27 1 1
6
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 39
3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 2 29 1 1
6
3 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 60
4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 13 3 3
6
1 4 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 28
5 3 4 2 3 4 3 4 3 2 3 31 1 1
6
1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 34
6 3 4 2 3 4 4 4 4 1 2 31 1 1
6
3 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 35
7 3 4 3 3 4 3 4 4 1 1 30 1 1
6
2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 36
8 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 26 2 1
6
3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 37
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 1 1
7
2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 42
0 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 25 2 1
7
2 4 2 2 1 1 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 33
1 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 25 2 1
7
1 4 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 35
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 36 1 1
7
2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 50
3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 1 2 24 2 2
7
3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 62
4 1 3 1 3 3 2 2 1 3 3 3 2 1 23 2 3
7
2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 3 56
5 1 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 2 3 24 2 2
7
2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 4 4 55
6 1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 29 1 2
7
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 34
7 2 2 2 3 3 0 3 3 3 3 2 1 3 24 2 1
Lampiran 8

HASIL ANALISIS DATA

Karakteristik Responden

Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-45 Tahun 35 45.5 45.5 45.5
46-59 Tahun 31 40.3 40.3 85.7
>60 Tahun 11 14.3 14.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 9 11.7 11.7 11.7
SD 30 39.0 39.0 50.6
SLTP 16 20.8 20.8 71.4
SLTA 22 28.6 28.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

Status Perkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum Kawin 13 16.9 16.9 16.9
Kawin 64 83.1 83.1 100.0
Total 77 100.0 100.0
Analisis Univariate

Resiliensi Pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 47 61.0 61.0 61.0
Sedang 25 32.5 32.5 93.5
Rendah 5 6.5 6.5 100.0
Total 77 100.0 100.0

Tingkat Kecemasan Pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 54 70.1 70.1 70.1
Sedang 19 24.7 24.7 94.8
Berat 4 5.2 5.2 100.0
Total 77 100.0 100.0

Analisis Bivariate

Resiliensi Pasien * Tingkat Kecemasan Pasien Crosstabulation


Tingkat Kecemasan Pasien
Ringan Sedang Berat Total
Resiliensi Pasien Tinggi Count 43 4 0 47
% within Resiliensi 91.5% 8.5% .0% 100.0%
Pasien
Sedang Count 11 13 1 25
% within Resiliensi 44.0% 52.0% 4.0% 100.0%
Pasien
Rendah Count 0 2 3 5
% within Resiliensi .0% 40.0% 60.0% 100.0%
Pasien
Total Count 54 19 4 77
% within Resiliensi 70.1% 24.7% 5.2% 100.0%
Pasien
Correlations
Tingkat
Resiliensi Kecemasan
Pasien Pasien
Spearman's rho Resiliensi Pasien Correlation 1.000 .635**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000
N 77 77
Tingkat Kecemasan Correlation .635** 1.000
Pasien Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .
N 77 77
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Jawaban Kuesioner Resiliensi Pasien

R1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1.3 1.3 1.3
Tidak Setuju 3 3.9 3.9 5.2
Tidak Pasti 6 7.8 7.8 13.0
Setuju 55 71.4 71.4 84.4
Sangat Setuju 12 15.6 15.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

R2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 5 6.5 6.5 6.5
Tidak Pasti 11 14.3 14.3 20.8
Setuju 52 67.5 67.5 88.3
Sangat Setuju 9 11.7 11.7 100.0
Total 77 100.0 100.0

R3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 1 1.3 1.3 1.3
Setuju 9 11.7 11.7 13.0
Tidak Pasti 25 32.5 32.5 45.5
Tidak Setuju 37 48.1 48.1 93.5
Sangat Tidak Setuju 5 6.5 6.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
R3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 1 1.3 1.3 1.3
Setuju 9 11.7 11.7 13.0
Tidak Pasti 25 32.5 32.5 45.5
Tidak Setuju 37 48.1 48.1 93.5
Sangat Tidak Setuju 5 6.5 6.5 100.0
R4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 7 9.1 9.1 9.1
Tidak Pasti 14 18.2 18.2 27.3
Setuju 50 64.9 64.9 92.2
Sangat Setuju 6 7.8 7.8 100.0
Total 77 100.0 100.0

R5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 3 3.9 3.9 3.9
Tidak Pasti 6 7.8 7.8 11.7
Setuju 51 66.2 66.2 77.9
Sangat Setuju 17 22.1 22.1 100.0
Total 77 100.0 100.0

R6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 14 18.2 18.2 18.2
Tidak Pasti 5 6.5 6.5 24.7
Tidak Setuju 50 64.9 64.9 89.6
Sangat Tidak Setuju 8 10.4 10.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

R7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 1 1.3 1.3 1.3
Setuju 13 16.9 16.9 18.2
Tidak Pasti 6 7.8 7.8 26.0
Tidak Setuju 42 54.5 54.5 80.5
Sangat Tidak Setuju 15 19.5 19.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
R8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 7 9.1 9.1 9.1
Tidak Pasti 11 14.3 14.3 23.4
Tidak Setuju 45 58.4 58.4 81.8
Sangat Tidak Setuju 14 18.2 18.2 100.0
Total 77 100.0 100.0

R9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 20 26.0 26.0 26.0
Tidak Pasti 19 24.7 24.7 50.6
Tidak Setuju 35 45.5 45.5 96.1
Sangat Tidak Setuju 3 3.9 3.9 100.0
Total 77 100.0 100.0

R10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2.6 2.6 2.6
Tidak Setuju 18 23.4 23.4 26.0
Tidak Pasti 17 22.1 22.1 48.1
Setuju 39 50.6 50.6 98.7
Sangat Setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
Hasil Jawaban Kuesioner Tingkat Kecemasan Pasien

K1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 11.7 11.7 11.7
Kadang-Kadang 59 76.6 76.6 88.3
Sering 8 10.4 10.4 98.7
Selalu 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

K2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 35 45.5 45.5 45.5
Kadang-Kadang 40 51.9 51.9 97.4
Sering 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 61 79.2 79.2 79.2
Kadang-Kadang 14 18.2 18.2 97.4
Sering 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 7.8 7.8 7.8
Kadang-Kadang 56 72.7 72.7 80.5
Sering 15 19.5 19.5 100.0
Total 77 100.0 100.0

K5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 5.2 5.2 5.2
Kadang-Kadang 48 62.3 62.3 67.5
Sering 24 31.2 31.2 98.7
Selalu 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
K6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 42 54.5 54.5 54.5
Kadang-Kadang 23 29.9 29.9 84.4
Sering 12 15.6 15.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 44 57.1 57.1 57.1
Sering 31 40.3 40.3 97.4
Selalu 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 43 55.8 55.8 55.8
Sering 34 44.2 44.2 100.0
Total 77 100.0 100.0

K9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 56 72.7 72.7 72.7
Sering 20 26.0 26.0 98.7
Selalu 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

K10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 44 57.1 57.1 57.1
Kadang-Kadang 14 18.2 18.2 75.3
Sering 16 20.8 20.8 96.1
Selalu 3 3.9 3.9 100.0
Total 77 100.0 100.0
K11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 23 29.9 29.9 29.9
Kadang-Kadang 31 40.3 40.3 70.1
Sering 11 14.3 14.3 84.4
Selalu 12 15.6 15.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 39 50.6 50.6 50.6
Sering 22 28.6 28.6 79.2
Selalu 16 20.8 20.8 100.0
Total 77 100.0 100.0

K13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 49 63.6 63.6 63.6
Kadang-Kadang 23 29.9 29.9 93.5
Sering 5 6.5 6.5 100.0
Total 77 100.0 100.0

K14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 36.4 36.4 36.4
Kadang-Kadang 45 58.4 58.4 94.8
Sering 4 5.2 5.2 100.0
Total 77 100.0 100.0

K15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 34 44.2 44.2 44.2
Kadang-Kadang 28 36.4 36.4 80.5
Sering 15 19.5 19.5 100.0
Total 77 100.0 100.0
K16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 20.8 20.8 20.8
Kadang-Kadang 39 50.6 50.6 71.4
Sering 22 28.6 28.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 36.4 36.4 36.4
Kadang-Kadang 34 44.2 44.2 80.5
Sering 13 16.9 16.9 97.4
Selalu 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

K18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 48 62.3 62.3 62.3
Kadang-Kadang 23 29.9 29.9 92.2
Sering 6 7.8 7.8 100.0
Total 77 100.0 100.0

K19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 47 61.0 61.0 61.0
Sering 19 24.7 24.7 85.7
Selalu 11 14.3 14.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

K20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kadang-Kadang 42 54.5 54.5 54.5
Sering 29 37.7 37.7 92.2
Selalu 6 7.8 7.8 100.0
Total 77 100.0 100.0
Tabulasi Silang antara karakteristik dengan Resiliensi Pasien

Umur Responden * Resiliensi Pasien Crosstabulation


Resiliensi Pasien
Tinggi Sedang Rendah Total
Umur 19-45 Count 24 8 3 35
Responden Tahun % within Umur 68.6% 22.9% 8.6% 100.0%
Responden
46-59 Count 17 14 0 31
Tahun % within Umur 54.8% 45.2% .0% 100.0%
Responden
>60 Tahun Count 6 3 2 11
% within Umur 54.5% 27.3% 18.2% 100.0%
Responden
Total Count 47 25 5 77
% within Umur 61.0% 32.5% 6.5% 100.0%
Responden

Pendidikan Terakhir * Resiliensi Pasien Crosstabulation


Resiliensi Pasien
Tinggi Sedang Rendah Total
Pendidikan Tidak Count 6 1 2 9
Terakhir Sekolah % within 66.7% 11.1% 22.2% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SD Count 14 13 3 30
% within 46.7% 43.3% 10.0% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SLTP Count 10 6 0 16
% within 62.5% 37.5% .0% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SLTA Count 17 5 0 22
% within 77.3% 22.7% .0% 100.0%
Pendidikan Terakhir
Total Count 47 25 5 77
% within 61.0% 32.5% 6.5% 100.0%
Pendidikan Terakhir
Status Perkawinan * Resiliensi Pasien Crosstabulation
Resiliensi Pasien
Tinggi Sedang Rendah Total
Status Belum Count 7 3 3 13
Perkawinan Kawin % within Status 53.8% 23.1% 23.1% 100.0%
Perkawinan
Kawin Count 40 22 2 64
% within Status 62.5% 34.4% 3.1% 100.0%
Perkawinan
Total Count 47 25 5 77
% within Status 61.0% 32.5% 6.5% 100.0%
Perkawinan

Tabulasi Silang antara karakteristik dengan Tingkat Kecemasan Pasien

Umur Responden * Tingkat Kecemasan Pasien Crosstabulation


Tingkat Kecemasan Pasien
Ringan Sedang Berat Total
Umur 19-45 Count 22 11 2 35
Responden Tahun % within Umur 62.9% 31.4% 5.7% 100.0%
Responden
46-59 Count 25 6 0 31
Tahun % within Umur 80.6% 19.4% .0% 100.0%
Responden
>60 Tahun Count 7 2 2 11
% within Umur 63.6% 18.2% 18.2% 100.0%
Responden
Total Count 54 19 4 77
% within Umur 70.1% 24.7% 5.2% 100.0%
Responden
Pendidikan Terakhir * Tingkat Kecemasan Pasien Crosstabulation
Tingkat Kecemasan
Pasien
Ringan Sedang Berat Total
Pendidikan Tidak Count 6 2 1 9
Terakhir Sekolah % within 66.7% 22.2% 11.1% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SD Count 17 11 2 30
% within 56.7% 36.7% 6.7% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SLTP Count 10 5 1 16
% within 62.5% 31.3% 6.3% 100.0%
Pendidikan Terakhir
SLTA Count 21 1 0 22
% within 95.5% 4.5% .0% 100.0%
Pendidikan Terakhir
Total Count 54 19 4 77
% within 70.1% 24.7% 5.2% 100.0%
Pendidikan Terakhir

Status Perkawinan * Tingkat Kecemasan Pasien Crosstabulation


Tingkat Kecemasan
Pasien
Ringan Sedang Berat Total
Status Belum Count 6 5 2 13
Perkawinan Kawin % within Status 46.2% 38.5% 15.4% 100.0%
Perkawinan
Kawin Count 48 14 2 64
% within Status 75.0% 21.9% 3.1% 100.0%
Perkawinan
Total Count 54 19 4 77
% within Status 70.1% 24.7% 5.2% 100.0%
Perkawinan
Lampiran 9

Gambar 1.
Dokumentasi penyebaran kuesioner pada responden
Gambar 2.
Dokumentasi persamaan persepsi bersama enumerator

Anda mungkin juga menyukai