Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEKAMBUHAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN
DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI BALI

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Wira Media Bali

OLEH:

NI PUTU RITA LAKSMI


NIM. 18.322.2944

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEKAMBUHAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN
DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI BALI

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Wira Media Bali

OLEH:

NI PUTU RITA LAKSMI


NIM. 18.322.2944

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

Nama : Ni Putu Rita Laksmi


NIM : 18.322.2944
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien
Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali
Program studi : Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

Nama : Ni Putu Rita Laksmi


NIM : 18.322.2944
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien
Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali
Program studi : Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana dalam bidang Keperawatan pada tanggal Januari 2020.

Nama Tanda Tangan

Penguji I(Ketua) : Ns. Ni Luh Putu Thrisna Dewi, S. Kep., M.Kep ….

Penguji II(Anggota) : M. Adreng Pamungkas, S.Pd., M.M ….

Penguji III( Anggota) : Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis ….

Denpasar, Januari 2020 Denpasar, Januari 2020


Mengesahkan Mengetahui
STIKes Wira Medika Bali Program Studi Ilmu Keperawatan
Ketua, Ketua,

Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana.,MM Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep
NIK. 2.04.13.695 NIK: 2.04.10.403

iii
ABSTRAK

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Perilaku


Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Ni Putu Rita Laksmi1, M. Adreng Pamungkas2, Desak Made Ari Dwi Jayanti3

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang


meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga
anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Dukungan keluarga yang
kurang dapat menurunkan motivasi pasien untuk melakukan perawatan kesehatan
serta dapat meningkatkan kekambuhan pasien dan dirawat kembali di rumah sakit
jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan
menggunakan cross sectional. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan
non probability sampling dengan jenis purposive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 88 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner serta
lembar observasi. Data analisis menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian
ini menunjukkan pahwa dukungan keluarga yang paling tinggi dengan kategori
cukup, yaitu sebanyak 38 responden (43,2%), sedangkan tingkat kekambuhan
tertinggi dengan kategori sering dengan jumlah 40 responden (40,5%). Hasil uji
Rank Spearman hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan menunjukkan
bahwa nilai p=0,000<α=0,05 dan nilai koefisien korelasi (r)=0,786. Maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kekambuhan pasien perilaku kekerasan, oleh karena itu disarankan kepada
keluarga untuk selalu memberikan dukungan yang baik kepada pasien agar dapat
menurunkan tingkat kekambuhan pasien.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Perilaku Kekerasan, Kekambuhan

iv
ABSTRACT

The Correlation between Family Support with the Recurrence of Violent


Behavior Patients in the Mental Polyclinic of Bali Provincial Mental Hospital

Ni Putu Rita Laksmi1, M. Adreng Pamungkas2, Desak Made Ari Dwi Jayanti3

Family support is a form of interpersonal relationships that include


attitudes, actions and acceptance of family members, so that family members feel
someone is giving attention. Who the families is less support can reduce patient
motivation for health care and can increase patient recurrence and be treated
again in a mental hospital. This study aims to determine the relationship between
family support and the recurrence of violent behavior patients in the Polyclinic of
Bali Provincial Mental Hospital. This type of research is correlational analytic
using cross sectional. The sampling technique in this study uses non-probability
sampling with the type of purposive sampling with a total sample of 88 people.
Data collection using questionnaire sheets and observation sheets. Data analysis
using Rank Spearman test. The results of this study indicate that the highest level
of family support is in the adequate category, which is 38 respondents (43.2%),
while the highest recurrence rate is in the frequent category with 40 respondents
(40.5%). The rank Spearman test results of relationship of family support with
recurrence show that the value of p = 0,000 <α = 0.05 and the value of the
correlation coefficient (r) = 0.786. It can be stated that there is a relationship
between family support and the level of recurrence of violent behavior patients,
therefore it is advisable for families to always provide good support to patients to
reducing the patient's recurrence rate.

Keywords: Family Support, Violent Behavior, Recurrence

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan
di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali” tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali. Peneliti banyak mendapat
bantuan sejak awal penyusunan sampai terselesainya skripsi ini, untuk itu dengan
segala hormat dan kerendahan hati, peneliti menyampaikan penghargaan dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM. sebagai Ketua STIKes Wira
Medika Bali yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menuntut ilmu di Program Studi Keperawatan di STIKes Wira Medika Bali.
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep. sebagai Ketua Program
Studi Keperawatan STIKes Wira Medika Bali yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan Program
Studi Ilmu Keperawatan di STIKes Wira Medika Bali.
3. M. Adreng Pamungkas, S.Pd., M.M sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
4. Ns. Desak Made Ari Dwi Jayanti, S.Kep., M.Fis sebagai Pembimbing II
yang telah memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
5. Ayah, Ibu, Adik dan keluarga besar atas segala bantuan materi dan
dukungan baik moral maupun spiritual.
6. Teman-teman Mahasiswa STIKes Wira Medika Bali Angkatan 2018
khususnya kelas B11-A dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Disadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 7 Januari 2020


Peneliti

(Ni Putu Rita Laksmi)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iii
ABSTRAK.......................................................................................................... iv
ABSTRACT......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1.4.1 Manfaat teoritis...................................................................... 6
1.4.2 Manfaat praktis...................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori.................................................................................... 10
2.1.1 Konsep Perilaku Kekerasan................................................... 10
2.1.2 Konsep Keluarga.................................................................... 18
2.1.3 Konsep Kekambuhan............................................................. 26
2.2 Kerangka Konsep............................................................................... 30
2.3 Hipotesis............................................................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian............................................................................... 32
3.2 Kerangka Kerja.................................................................................. 33
3.3 Tempat Penelitian.............................................................................. 34
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................... 34
3.4.1 Populasi Penelitian................................................................. 34
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel................................................. 35
3.4.3 Sampel Penelitian................................................................... 36
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel...................................... 37
3.5.1 Variabel................................................................................. 37
3.5.2 Devinisi Operasional............................................................. 37
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data................................................. 38
3.6.1 Jenis Data yang Dikumpulkan.............................................. 38
3.6.2 Cara Pengumpulan Data........................................................ 39

viii
3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data............................................... 40
3.7 Pengolahan dan Analisis Data............................................................ 42
3.7.1 Pengolahan Data.................................................................... 42
3.7.2 Analisis Data......................................................................... 44
3.8 Etika Penelitian.................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian.................................................................................. 48
4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian...................................................... 48
4.1.2 Hasil Pengamatan Terhadap Obyek Penelitian Berdasarkan
Karakteristik Responden Penelitian...................................... 49
...............................................................................................
4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Obyek Penelitian Berdasarkan
Variabel Penelitian................................................................ 52
4.1.4 Hasil Analisis Data................................................................ 54

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 55


4.2.1 Identifikasi Dukungan Keluarga di Poliklinik Jiwa Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali......................................................... 55
4.2.2 Identifikasi Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali................... 58
4.2.3 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali............................................ 61
4.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan............................................................................................ 64
5.2 Saran................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.................................................. 38
Tabel 3.2 : Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi
Nilai p dan Arah Korelasi............................................................ 45
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Keluarga Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali............................................................................................... 50
Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Keluarga Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali............................................................................................... 50
Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
Keluarga Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali............................................................................................... 51
Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Hubungan
dengan Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali............................................................................................... 52
Tabel 4.5 : Dukungan Keluarga Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali........................................................................ 53
Tabel 4.6 : Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.................................................. 53
Tabel 4.7 : Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan
Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali........................................................................ 54

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Rentang Respon perilaku kekerasan............................................ 12


Gambar 2.2 : Kerangak Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.................................................. 30
Gambar 3.1 : Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.................................................. 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2: Realisasi Anggaran Biaya
Lampiran 3: Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4: Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5: Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 6: Kuesioner Penelitian
Lampiran 7: Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner Dukungan Keluarga
Lampiran 8: Master Tabel
Lampiran 9: Hasil Analisis Data
Lampiran 10: Arsip Surat
Lampiran 11: Bukti Lembar Bimbingan

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan

mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Gangguan jiwa adalah

kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan

dengan fisik, maupun mental. Dalam kehidupan terkadang terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan baik secara sosial maupun psikis individu (Yusuf, 2015).

Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah

menjadi masalah yang sangat serius karena kesehatan jiwa dan gangguan jiwa

sering kali sulit didefinisikan (Videbeck, 2015). Gangguan jiwa merupakan

manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi

emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Salah satu

bentuk dari gangguan jiwa adalah skizofrenia.

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi

atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak dapat

berfikir abstrak) serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Salah satu gejala negatif dari skizorfrenia adalah perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang

biasanya disebut dengan perasaan marah (Dermawan dan Rusdi, 2013). Perilaku

kekerasan merupakan penilaian yang salah terhadap situasi yang diterima oleh

seseorang yang menyebabkan kemarahan, dikarenakan perilaku kekerasan

merupakan hasil marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap

perasaan terancam oleh sesuatu.

World Health Organisation (WHO) tahun 2018 menyebutkan bahwa

sekitar 540 juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa, sepertiga diantaranya

terjadi di Negara berkembang. Sebanyak 35 juta orang diperkirakan terkena

depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia dan

sebanyak 47,5 juta terkena demensia. Berdasarkan Riskesdas (2018) menujukan

data prevalensi skizofrenia mencapai 14 juta orang atau sebanyak tujuh per 1.000

penduduk, gangguan jiwa tertinggi berada di Provinsi Bali sebanyak 11% dengan

data awal di tahun 2013 sebanyak 2,3%. Data yang didapatkan di Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Bali jumlah pasien skizofrenia yang dirawat tahun 2017 yaitu

sebanyak 7.002 orang, sedangkan pada tahun 2018 jumlah pasien skizofrenia

meningkat mencapai 7.664. Sebanyak 1.236 orang (17,65%) orang dengan

diagnosa keperawatan perilaku kekerasan, pada tahun 2017, kemudian meningkat

mencapai 1.153 orang (15,04%) pada tahun 2018. Berdasarkan data dari Bidang

Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, didapatkan data pasien dengan

perilaku kekerasan pada tahun 2016 sebanyak 923 orang, kemudian pada tahun

2017 meningkat menjadi 1.120 orang, dan pada tahun 2018 sebanyak 1.236 pasien

dengan riwayat perilaku kekerasan. Berdasarkan data yang didapatkan di

2
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali untuk data kunjungan pasien

dengan riwayat perilaku kekerasan pada tiga bulan terakhir yaitu bulan April

sampai dengan bulan Juni 2019 sebanyak 337 orang, dengan rata-rata kunjungan

pasien per bulan mencapai 112 orang.

Pasien dengan gangguan jiwa sering kali memerlukan rawat inap di rumah

sakit dengan penanganan pasien perilaku kekerasan harus dilakukan secara

komperhensif melalui pendekatan keluarga dan pendekatan dengan petugas

kesehatan agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus menerus.

Keliat (2010), mengatakan proses penyembuhan pasien dengan perilaku

kekerasan harus dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga.

Keluarga pasien perlu mempunyai sikap positif untuk mencegah kekambuhan

pasien perilaku kekerasan. Keluarga perlu memberikan dukungan kepada pasien

agar meningkatkan motivasi dalam melaksanakan perawatan secara mandiri.

Keluarga perlu mempunyai sikap menerima pasien, memberikan respon positif

kepada pasien, menghargai pasien sebagai anggota keluarga, dan menumbuhkan

sikap tanggung jawab terhadap pasien (Fiderman, 2010). Dukungan keluarga

sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi secara mandiri, menciptakan

kondisi lingkungan yang nyaman dan membantu pemecahan masalah pasien.

Kontinuitas pengobatan dalam penatalaksanaan pasien merupakan salah

satu keberhasilan terapi. Pasien yang tidak mendapatkan perawatan dan

pengobatan dengan baik memiliki resiko kekambuhan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan perawatan dan pengobatan

dengan baik. Kekambuhan pada pasien merupakan alasan pasien kembali dirawat

3
di rumah sakit (Ramsmun, 2013). Dampak kekambuhan menyebabkan pasien

membutuhkan waktu lebih lama untuk dirawat dan kondisi pasien bisa semakin

memburuk dan sulit untuk kembali ke keadaan semula (Aswin, 2014). Apabila

tidak mendapatkan perawatan dengan baik diperkirakan akan kambuh 50% pada

tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah

pulang dari rumah sakit (Keliat, 2014). Menurut sirait (2011) apabila tidak

mendapatkan perawatan dengan baik dalam waktu 6 bulan pasca rawat didapatkan

30%-40% pasien akan mengalami kekambuhan, sedangkan setelah 1 tahun pasca

rawat inap 40%-50% pasien mengalami kekambuhan. Konsekuensi dari

kekambuhan juga menyengsarakan pasien yaitu sebanyak 50% psikiater

mengatakan pasien mereka bunuh diri karena kekambuhan (Tobing, 2017).

Berdasarkan rekapitulasi Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

mencatat dalam bulan Januari sampai Juni 2019, sekitar 30 sampai dengan 50

pasien yang terlambat datang atau bahkan tidak datang untuk kontrol dengan

teratur, sehingga saat datang kontrol berikutnya sudah menunjukan perilaku

kekambuhan yang terkadang harus ditinggikan kembali dosis obat maupun harus

dirawat inap kembali. Hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga yang

memiliki pasien dengan gangguan jiwa didapatkan data bahwa keluarga merasa

apabila pasien sudah keluar dari rumah sakit jiwa, pasien mampu untuk

melakukan aktivitas kembali seperti biasanya. Anggota keluarga menerangkan

yang dilakukan oleh keluarga hanya mengantar pasien untuk berobat saja dan

keluarga mengatakan kalau bisa pasien agar selamanya dirawat di rumah sakit

jiwa karena apabila dirumah pasien sering mengganggu lingkungan yang ada

4
disekitarnya, adapun hal tersebut dikarenakan sebagian besar keluarga bekerja dan

tidak memiliki waktu untuk mengawasi pasien tersebut. Dari 10 orang keluarga

yang telah di wawancara, sebanyak 8 orang sering mengalami kekambuhan.

Terjadinya kekambuhan pada pasien tentu akan merugikan dan

membahayakan pasien, keluarga dan masyarakat. Ketika tanda dan gejala

kekambuhan muncul, pasien bisa saja berperilaku menyimpang seperti

mengamuk, bertindak anarkis, atau yang lebih parah lagi pasien akan melukai

bahkan membunuh orang lain atau dirinya sendiri. Jika hal tersebut terjadi

keberhasilan dalam pengobatan pasien bisa terbilang sia-sia dikarenakan pasien

harus dirawat kembali atau kambuh (Keliat 2010). Peran serta dukungan keluarga

dalam penanganan pasien dengan perilaku kekerasan menjadi salah satu penyebab

terjadinya kekambuhan pada pasien.

Kekambuhan tersebut merupakan tanda dan gejala kembalinya suatu

penyakit setelah adanya pemulihan pada seseorang yang dinyatakan sudah

sembuh dan kemudian mengalami kekambuhan dengan menunjukan perilaku

menyimpang (Yudi Pratama, 2015). Secara umum dapat dikatakan bahwa

keluarga masih kurang memiliki informasi tentang perjalanan penyakit dan upaya

serta tata laksana penanganan pasien dalam jangka panjang. Berdasarkan latar

belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat di rumuskan pada

penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Bali?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan

Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien perilaku kekerasan di Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

2. Mengidentifikasi kekambuhan pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Jiwa

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

3. Menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien

Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam

pengembangan ilmu keperawatan jiwa khususnya tentang dukungan keluarga

terhadap kekambuhan pasien perilaku kekerasan.

6
1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat sebagai

bahan pengkajian dalam upaya meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien.

2. Bagi kepala rumah sakit:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi dalam

pembuatan program kerja bagi pasien perilaku kekerasan seperti peningkatan

dukungan keluarga terhadap pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Bali.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti ada penelitian sejenis yang pernah

dilakukan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan

penelitian ini diantaranya:

1. Yunus (2014) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan

Pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Desain

penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan waktu

crossectional. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling

didapatkan 85 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dan

data rekam medis. Analisa data menggunakan kendall’s tau. Hasilnya

diperoleh ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan

pasien skizofrenia (p<0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

akan penulis lakukan adalah pada penelitian sebelumnya hanya meneliti

tentang tingkat kekambuhan pada pasien skizofrenia, sedangkan penelitian

7
yang akan dilakukan yaitu meneliti tentang kekambuhan pada pasien dengan

perilaku kekerasan, perbedaan yang lainnya juga didapatkan tempat dan waktu

penelitian yang berbeda. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan cross sectional.

2. Yudi (2015) Hubungan Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan Skizofrenia

di Badan Pelayanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Aceh.

Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian analitik dengan

menggunakan desain potong lintang. Data kuisioner yang didapatkan dari 40

responden dianalisis secara deskriptif, kemudian untuk mencari hubungan tiap

variabel terhadap kekambuhan pasien skizofrenia dilakukan uji Chi-square.

Hasil uji menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan keluarga (p=0,011), dukungan keluarga (p=0,000), kepatuhan

pasien minum obat (p=0,000), dan aktivitas keagamaan pasien (p=0,022),

dengan kekambuhan pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu pada jenis penelitian yang digunakan, pada penelitian

sebelumnya menggunakan jenis penelitain analitik dengan menggunakan

potong lintang, sedangkan penelitain yang peneliti lakukan menggunakan

deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional, perbedaan lainnya yang

juga didapatkan yaitu pada penelitian sebelumnya meneliti tentang hubungan

keluarga pasien terhadap kekambuhan, sedangkan penelitian yang akan

peneliti lakukan yaitu tentang hubungan dukungan keluarga dengan

kekambuhan pasien. Kesamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

8
peneliti lakukan sama-sama meneliti tentang hubungan keluarga dan

kekambuhan pada pasien.

3. Nuraenah (2012) Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga Dalam

Merawat Anggota Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur. Desain penelitian menggunakan kualitatif berupa

descriptive correlational dengan menggunakan cross sectional. Sampel yang

digunakan berjumlah 50 orang. Instrumen dukungan keluarga dan beban

keluarga dengan menggunakan kuisioner. Hasil didapatkan terdapat hubungan

antara dukungan keluarga (dukungan informasi, emosional, instrumental, dan

penilaian) dan beban keluarga merawat anggota dengan riwayat perilaku

kekerasan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

penelitian sebelumnya meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dan

beban keluarga dalam merawat anggota dengan riwayat perilaku kekerasan,

sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan meneliti tentang hubungan

dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasan, perbedaan

lainnya yang didapatkan yaitu tempat dan waktu pelaksanaan yang berbeda.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sama-sama

menggunakan descriptive correlational dengan menggunakan cross sectional.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Perilaku Kekerasan

2.1.1.1 Pengertian perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki

tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu

yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka

perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,

orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk

yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perlaku kekerasan

(Dermawan dan Rusdi, 2013).

2.1.1.2 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) antara lain:

1. Fisik: mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang

mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.

2. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan

nada keras, kasar dan ketus.


3. Emosi: emosi tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.

4. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak

jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

5. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak

bermoral dan kreativitas terhambat.

6. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran

7. Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan sosial

8. Perilaku: menyerang, menghindar dan memberontak

2.1.1.3 Etiologi

Resiko terjadinya perilaku kekerasan diakibatkan keadaan emosi yang

mendalam karena penggunaan koping yang kurang bagus. Beberapa faktor yang

menjadi penyebab perilaku kekerasan yaitu:

1. Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang

diharapkan menyebabkan ia menjadi frustasi, jika ia tidak mampu

mengendalikannya maka ia akan berbuat kekerasan disekitarnya.

2. Hilangnya harga diri, pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang

sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akibatnya individu

tersebut mungkin akan merasa rendah diri, lekas marah dan mungkin

melakukan tindakan kekerasan disekitar.

3. Kebutuhan penghargaan status dan prestise, manusia pada umumnya

mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan

11
diakui. Jika tidak mendapat pengakuan individu tersebut maka dapat

menimbulkan resiko perilaku kekerasan.

2.1.1.4 Rentang respon

Adaptif Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Gambar 2.1
Rentang Respon perilaku kekerasan (Kusumawati, dkk. 2010).

Perilaku kekerasan adalah salah satu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya

sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol. Adapun rentang respon perilaku kekerasan antara lain:

1. Respon adaptif

1) Pernyataan (Assertion) respon marah dimana individu mampu menyatakan

atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau

menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.

2) Frustasi respon yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan,

kepuasan atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu

tidak menemukan alternatif lain.

2. Respon maladaptif

1) Pasif salah satu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk

mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu

tuntunan nyata.

12
2) Agresif yang menyertai marah dan dorongan individu untuk menuntut suatu

yang dianggapnya benar.

3) Amuk dan kekerasan, perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang

kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, serta orang lain maupun

lingkungan yang ada disekitarnya (Prabowo, 2014)

2.1.1.5 Faktor-faktor memperngaruhi perilaku kekerasan

Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan menurut Direja

(2011) antara lain:

1. Faktor psikologis

1) Psychoanalytical theory teori ini mendukung bahwa perilaku agresif

merupakan akibat dari instinctual drives dimana perilaku manusia dipengaruhi

oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan agresivitas.

2) Frustation aggression theory teori yang dikembangkan oleh pengikut freud ini

berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan

mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada

gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau

objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan

tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.

2. Faktor sosial budaya

Social learning theory merupakan agresi tidak berbeda dengan respon-

respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi dan

semakin mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi.

13
Seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya secara agresif

sesuai dengan respon yang dipelajarinya antara lain:

1) Internal, orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton film

erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton film

tersebut.

2) Eksternal, seseorang anak menunjukan perilaku agresif setelah melihat orang

dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap sebuah

boneka.

3. Faktor biologis

Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus

elektris ringanpada hipotalamus (yang berada ditengan sistem limbik) binatang

ternyata menimbulkan perilaku agresif. Faktor yang mendukung antara lain:

1) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan

2) Sering mengalami kegagalan

3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif

4) Lingkungan yang tidak kondusif

4. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal

antara lain:

1) Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulakn kelemahan,

menurutnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol.

2) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis.

14
2.1.1.6 Mekanisme koping

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk

melindungi diri menurut Prabowo (2014) antara lain:

1. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya kepada

objek lain seperti meremas-remas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya,

tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

2. Proyeksi

Menyalahkan orang lain atau keinginannya yang tidak baik, misalnya

seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual

terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayu.

3. Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam

sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang tidak

disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil

bahwa benci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.

Sehingga perasaan benci itu ditekankan dan akhirnya ia dapat melupakannya.

4. Reaksi formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya bila di eksperimen. Dengan melebih-

lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai

15
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan

memperlakukan orang tersebut dengan kuat.

5. Deplacement

Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan

emosi itu. Misalnya, anak berusia empat tahun marah karena ia baru saja

mendapatkan hukuman dari ibunya karena manggambar didinding kamarnya dan

ia mulai bermainpedang-pedangan dengan temannya.

2.1.1.7 Penatalaksanaan

Menurut Prabowo (2011) terdapat penatalaksanaan yang perlu diberikan

pada pasien perilaku kekerasan antara lain:

1. Farmakologi

Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.

Pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tingi contohnya

Cloropromazine HCL yang digunakan untuk mengendalikan psikomotornya. Bila

tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contoh Trifluoperasine estelasine,

bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik

seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti

tegang, anti cemas, dan anti agitasi.

2. Terapi okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan

pemberian kegiatan itu sebagai media untuk melakukan keinginan dan

mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak harus

16
diberikan pekerjaan tetapi sebagai bentuk kegiatan seperti membaca koran,

bermain catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu dibagi dirinya. Tetapi ini

merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi

setelah dilakukannya seleksi dan ditentukannya program kegiatannya.

3. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan

perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu

keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah

kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada

anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan

menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai

kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif

(primer), mengulangi perilaku maladaptif (sekunder) dan memulihkan perilaku

maladaptif ke perilaku adaptif (tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan

keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.

4. Terapi somatik

Terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan

mengubah perilaku tindakan yang ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi

target terapi adalah perilaku pasien.

5. Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok difokuskan kepada pasien, secara individu,

kelompok, keluarga maupun komunitas. Terapi aktivitas kelompok terdiri dari

empat yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas

17
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realita, terapi

aktivitas kelompok sosialisasi. TAK adalah terapi non farmakologi yang diberikan

oleh perawat terlatih terhadap pasien dengan masalah keperawatan yang sama.

Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan. Latihan asertif

merupakan suatu tepai modalitas keperawatan dalam terapi kelompok (tingkah

laku), pasien belajar untuk mengungkapkan perasaan marah secara tepat dan

asertif sehingga pasien mampu menyertakan apa yang diinginkannya.

2.1.2 Konsep Keluarga

2.1.2.1 Pengertian keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan, emosional, dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga (Lubis, 2014). Keluarga merupakan

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di dalam satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari

pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama

(Achjar, 2010).

18
2.1.2.2 Struktur keluarga

Adapun struktur keluarga menurut Andarmoyo (2012) diantaranya yaitu:

1. Patrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarahdalam beberapa

generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu.

3. Patriokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah suami.

4. Matriokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah istri.

5. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak

saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri.

2.1.2.3 Tipe keluarga

Menurut Achjar (2010) ada beberapa tipe keluarga yaitu:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family) merupakan keluarga yang terdiri dari suami,

istri, dan anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. Keluarga-keluarga

yang melakukan perkawinan yang pertama maupun keluarga-keluarga dengan

anggota keluarga campuran atau orang tua tiri.

19
2. Keluarga besar (Ekstenden Family) merupakan keluarga inti yang ditambah

dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, saudara sepupu, paman, bibi,

keponakan. Suami istrisama-sama melakukan pengaturan belanja rumah

tangga.anak-anak dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan

dalam model-model yang menjadi pola perilaku bagi anak-anak.

3. Keluarga dengan orangtua tunggal (The Single Parent) merupakan keluarga

yang hanya satu kepala rumah tangga, ayah atau ibu. Keluarga ini terjadi

karena perceraian, kematian atau ditinggalkan.

4. Bujangan dewasa yang hidup sendiri (The Single Adult Living Alone)

merupakan orang dewasa yang hidup menyendiri dan tidak menikah.

5. Keluarga dengan orang tua tiri (The Step Parent) merupakan keluarga yang

memiliki orang tua tiri atau campuran.

6. Keluarga binuklir (The Binuclear) merupakan bentuk keluarga yang setelah

cerai dimana anak menjadi anggota daru satu sistem keluarga yang terdiri dari

dua rumah tangga.kedua orag tua berpisah memiliki hak legal dan tanggung

jawab yang sama atas anak dibawah umur tanpa memandang penentuan

tempat tinggal.

2.1.2.4 Fungsi keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan

sosial yang berbeda. Menurut (Fiderman dalam Damaiyanti, 2014) keluarga

memiliki fungsi dasar, yaitu:

20
1. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga

terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluargabaik senang

maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih

sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam pembinaan sosialisasi pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku

yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga

memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar disiplin, mengenal norma

melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga berperan dalam masyarakat.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin

pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, sengan cara

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap

anggota keluarganya.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.

21
Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan

penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi biologis

Fungsi biologis ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk

memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

6. Fungsi psikologis

Fungsi psikologi terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang

dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

7. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan dilakukan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa, mendidik sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.1.2.5 Tugas keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Menurut

Achjar (2010) ada lima tugas keluarga yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan

Mengenal masalah kesehatan keluarga disini termasuk begaimana persepsi

keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor

penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

22
2. Mengambil keputusan

Mengambil keputusan termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga

meyerah atau tidak terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan

keputusan atau melakukan tindakan yang tepat terhadap anggota keluarga yang

sakit.

3. Merawat anggota keluarga yang sakit

Merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga

mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan

dengan mencari informasi atau meminta bantuan tenaga kesehatan, serta sikap

keluarga terhadap yang sakit.

4. Memodifikasi lingkungan

Memodifikasi lingkungan seperti menciptakan lingkungan yang aman dan

nyaman sehingga anggota keluarga merasa diperhatikan dan tidak takut atau

tertekan, memperhatikan pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya

pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota dalam

menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan

keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti berkonsultasi,

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan

kesehatan, keberadaan fasilitas, keuntungan keluarga terhadap penggunaan

23
fasilitas pelayanan kesehatan, adakah pengalaman yang kurang baik yang

dipresepsikan keluarga.

2.1.2.6 Konsep dukungan keluarga

Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi

dukunan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga

mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015).

Adapun komponen dalam dukungan keluarga antara lain:

1. Dukungan emosional

Memberikan rasa nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu

masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian,

sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional

ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semngat kepada

pasien yang dirawat di rumah atau di rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat

emosional atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan

emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada

individu. Memberikan perasaan nyaman kepada individu, jaminan rasa memiliki,

dan merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk semangat,

24
kehangatan personal, cinta, dan emosi. Jika stres mengurangi perasaan seseorang

akan hal yang dimiliki dan dicintai, maka dukungan akan menghentikannya

sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila

dibiarkan terus-menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga

diri

2. Dukungan informasional

Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,

termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di

rumah atau di rumah sakit jiwa, memberikan nasihat, pengarahan, saran, atau

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh sesorang. Keluarga dapat

menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik

bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Pada

dukungan informasi keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi

informasi.

3. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material

berupa bantuan nyata (instrumental support/ material support), suatu kondisi di

mana benda atau jasa akan mambantu memecahkan masalah kritis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-

hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit, serta

dapat membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan

25
sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang atau

perhatian yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata

akan lebih efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan

nyata akan berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan perasaan berhutang,

malah akan manambah stres individu.

4. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan dorongan dan motivasi yang

diberikan keluarga kepada individu. Dukungan ini merupakan dukungan yang

terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Pasien

mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi

melalui ekspresi penghargaan positif kepada pasien, penyemangat, persetujuan

terhadap ide-ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu

meningkatkan strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam

dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien

akan ancaman. Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah

dan mengidentifikasikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan

keluarga bentindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan

mampu membangun harga diri individu.

2.1.3 Konsep Kekambuhan

2.1.3.1 Pengertian kekambuhan

Kekambuhan merupakan keadaan pasien di mana muncul gejala yang

sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali

26
(Andri, 2012). Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres dapat memicu

pada orang-orang yang mudah terkena serangan skizofrenia, di mana dapat

ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami kekambuhan lebih besar

kemungkinannya daripada orang-orang yang tidak mengalami kejadian-kejadian

buruk dalam kehidupan mereka.

Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali gejala-

gejala psikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan

beberapa kali masuk rumah sakit, lamanya dan perjalanan penyakit. Pasien-pasien

yang kambuh biasanya sebelum keluar dari rumah sakit mempunyai karakteristik

hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial

(Akbar, 2012). Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa

dimana pasien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan

mengakibatkan pasien harus dirawat kembali.

Frekuensi kekambuhan adalah jumlah munculnya gejala dalam waktu

tertentu atau masa dimana pasien muncul lagi gejala yang sama seperti

sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali. Frekuensi

kekambuhan dikategorikan menjadi tidak pernah, kadang-kadang, sering dan

selalu (Darmawan, 2014).

2.1.3.2 Gejala kekambuhan

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh pasien dan

keluarganya menurut Yosep (2009) yaitu:

1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)

2. Tidak ada nafsu makan

27
3. Sukar konsentrasi

4. Sulit tidur

5. Depresi

6. Tidak ada minat

7. Menarik diri

2.1.3.3 Faktor-faktor penyebab kekambuhan

Pasien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada

tahun pertama, 70% pada tahun kedua, dan 100% pada tahun kelima setelah

pulang dari rumah sakit (Keliat, 2014). Terdapat beberapa hal yang bisa memicu

kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter

secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter,

kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah

kehidupan yang berat yang membuat stres. Nasir (2011) mengidentifikasi 4 faktor

penyebab pasien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu:

1. Pasien

Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak teratur

mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25%

sampai 50% pasien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara

teratur. Pasien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat

karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan dalam mengambil

keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau

pemantauan dalam pemberian obat, sedangkan di rumah tugas perawat digantikan

oleh keluarga.

28
2. Dokter (pemberi resep)

Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun

pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang

mangganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Pemberian

obat oleh dokter diharapkan sesuai dengan dosis terapeutik sehingga dapat

mencegah kekambuhan.

3. Penanggung jawab pasien (Case Manager)

Setelah pasien pulang ke rumah, maka penanggung jawab kasus

mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien,

sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini pasien dan segera mengambil

tindakan.

4. Dukungan keluarga

Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan

kekambuhan yang tinggi pada pasien. Hal ini adalah pasien mudah dipengaruhi

oleh stres yang menyenangkan maupun menyedihkan. Keluarga mempunyai

tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa,

persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan

baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan

kesehatan pasien sehingga status pasien meningkat. Rendahnya dukungan

keluarga seperti dukungan emosional, informasional, dukungan nyata serta

dukungan pengharapan merupakan salah satu faktor penyebab dari kekambuhan

pasien.

29
2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Nursalam,

2016). Adapun kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Faktor penyebab Skizofrenia dengan


kekambuhan (Sullinger Perilaku kekerasan
dalam Nasir, 2011)
1. Pasien
2. Dokter (pemberi
resep)
3. Penanggung jawab
(case manager)

4. Dukungan keluarga Setelah rawat inap dan Kekambuhan yang


a) Dukungan sudah dinyatakan sembuh dikategorikan menjadi
emosional (Dermawan, 2014)
b) Dukungan 1. Kadang-kadang
informasional 2. Sering
c) Dukungan nyata 3. Selalu
d) Dukungan
pengharapan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur pikir

Gambar 2.2
Kerangak Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan
Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali

30
2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku

kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi

akurasi suatu hasil. Janis penelitian dalam penelitian ini adalah termasuk

penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari,

menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan

teori yang ada (Nursalam, 2016). Penelitian ini bertujuan untu mencari hubungan

dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasan.

Analisis terhadap data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel yang ada. Penelitian ini

menggunakan pendekatan Cross Sectional, yaitu variabel bebas (sebab) dan

variabel terikat (akibat) yang terjadi pada objek penelitian diukur dan

dikumpulkan secara simultan, sesaat atau hanya satu kali dalam satu kali waktu

yang bersamaan (Nursalam, 2016).


3.2 Kerangka Kerja

Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini seperti gambar dibawah ini:

Populasi
Keluarga pasien perilaku kekerasan yang menjalani rawat jalandi Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Bali rata-rata dalam satu bulan terakhir yaitu pada bulan Juni 2019 sebanyak 112
orang.

Sampling
Non probability sampling dengan teknik (consecutive sampling)

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel
88 responden

Pengumpulan data

1. Kuisioner dukungan keluarga


2. Lembar observasi kekambuhan (data
rumah sakit berupa catatan medik
pasien)

Univariat Bivariat
Statistik deskriptif yang disajikan Uji statistik dengan Korelasi rank
dalam tabel frekuensi spearman dengan kesalahan 5%

Penyajian Hasil Penelitian

Gambar 3.1
Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan
Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali

33
3.3 Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Poliklinik Jiwa

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Penelitian ini dilaksanakan pada 8 November

sampai dengan 13 November 2019.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh responden yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki pasien dengan

masalah gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Bali, dengan rata-rata pasien perilaku kekerasan di Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dalam satu bulan terakhir yaitu pada bulan

Juni 2019 sebanyak 112 orang.

3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016).

Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah jenis non probality

sampling yaitu Consecutive sampling. Consecutive sampling yaitu pengambilan

sampel dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun

34
waktu tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Nursalam,

2016).

3.4.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Sampel penelitian yang diteliti

adalah keluarga yang memiliki pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan dan

sebelumnya pernah dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dengan

memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4.3.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang yerjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sabagai berikut:

1. Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden.

2. Keluarga pasien yang bisa membaca dan menulis.

3. Keluarga yang memiliki pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan dan

pernah dirawat inap lebih dari satu kali di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

4. Keluarga yang bertanggung jawab untuk merawat dan tinggal serumah dengan

pasien (orang tua, saudara, anak, dan istri).

3.4.3.2 Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keluarga pasien yang hanya mengambil obat di Poliklinik

35
2. Pasien gelandangan psikotik

3. Pasien kunjungan baru ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

3.4.4 Jumlah dan Besar Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Menurut Setiadi

(2007) besarnya sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

n=

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kesalahan (d=0,05)

n=

n=

n=

n=

36
n = 87,5

n = 88

Berdasarkan perhitungan di atas, maka besar sampel sebanyak 88 responden.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016).

1. Variabel Independent (bebas)

Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2016). Pada

penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Dependent (terikat)

Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah

pekambuhan pasien.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

37
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2011). Definisi

operasional penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan
Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali

No Variabel Definisi Operasional Alat Skoring Skala


Ukur Ukur
1 Variabel Dukungan emosional Kuisioner 1.Dukungan Ordinal
Independen: memberikan perasaan keluarga kurang,
Dukungan tenang kepada pasien, dengan skor 0-8
Kekuarga memberikan perhatian 2.Dukungan
kepada pasien. Dukungan keluarga cukup,
informasional seperti dengan skor 9-
memberikan solusi apabila 17
pasien memiliki masalah, 3.Dukungan
memberikan informasi keluarga baik,
tentang pengobatan pasien, dengan skor 18-
dan memberikan nasehat 24
pada pasien. Dukungan
nyata seperti memberikan
dukungan dalam bentuk
jasmaniah. Dukungan
pengharapan seperti
memberikan motivasi
kepada pasien.

2 Variabel Kekambuhan merupakan Lembar 1. Kadang- Ordinal


Dependen: keadaan pasien dimana Observasi kadang (1-4
Kekambuhan muncul tanda dan gejala (catatan kali)
Pasien yang sama setelah pasien medis 2. Sering (5-9
dinyatakan sembuh dan pasien) kali)
diharuskan untuk kontrol 3. Selalu
ke Poliklinik Jiwa RSJ (≥ 10 kali)
Provinsi Bali.

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data yang Dikumpulkan

38
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu dukungan keluarga yang diperoleh dari keluarga

pasien yang mengalami kekambuhan. Data sekundernya yaitu kekambuhan yang

diperoleh dari rekam medis pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, status

perkawinan, pendidikan, jumlah kunjungan rawat inap pasien.

3.6.2 Cara Pengumpulan Data

Data didapatkan dengan menggunakan kuisioner, yang terdiri dari

kuisioner dukungan keluarga dan lembar penilaian kekambuhan pasien. Keluarga

pasien mengisi kuisioner peran keluarga dengan mengikuti petunjuk dalam

pengisian kuisioner, sedangkan untuk lembar penilaian kekambuhan paien diisi

sendiri oleh peneliti. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini

antara lain:

3.6.2.1 Prosedur administratif

1. Mengajukan surat izin penelitian ke STIKes Wira Medika Bali.

2. Mengajukan izin untuk penelitian ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Provinsi Bali

3. Mengajukan izin untuk melakukan penelitian di UPTD. Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Bali.

4. Mempersiapkan lembar permohonan menjadi responden

5. Mempersiapkan lembar persetujuan menjadi responden

6. Mempersiapkan kuisioner

3.6.2.2 Prosedur teknis

39
1. Setelah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, melakukan

orientasi dan sosialisasi penelitian kepada perawat di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Bali.

2. Penentuan sampel penelitian yang sesuai dengan teknik pengambilan sampel

jenis non probality sampling yaitu Consecutive sampling.

3. Pengambilan sampel dengan metode yang telah dipilih yaitu dengan

menggunakan kriteria yang telah dipilih dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Melakukan pendekatan secara informal dan memperkenalkan diri untuk

membina hubungan baik dan saling percaya kepada perawat Poloklinik Jiwa.

5. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini

dilakukan kepada responden dengan memberikan lembar informasi serta

memberikan petunjuk tentang cara pengisian kuisioner.

6. Setelah calon responden mengerti dan bersedia menjadi responden,

selanjutnya peneliti menyerahkan surat permohonan menjadi responden.

7. Bila bersedia dijadikan responden, calon responden menandatangani informed

consent sebagai bukti persetujuan.

8. Peneliti membagikan lembar kuisioner dengan 24 pertanyaan mengenai

hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku

kekerasan. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekan terhadap lembar

kuisioner yang sudah dijawab oleh responden secara langsung.

9. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya

dalam penelitian.

10. Setelah didapatkan hasil kuisioner tersebut lalu dilakukan analisa data.

40
3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner dukungan

keluarga dan kuisioner kekambuhan pasien. Kuisioner dukungan keluarga

diadopsi dari teori dukungan keluarga pada pasien yang terdiri dari informasi atau

psikoedukasi, sikap yang tepat, support group, dan family therapy. Kuisioner ini

terdiri dari 24 item pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dimana skala

pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya” dan “tidak”.

Untuk masing-masing pertanyaan alternatif jawaban memiliki skor, ya = 1 dan

tidak = 0 untuk pertanyaan positif dan skor ya = 0 dan tidak = 1 pada pertanyaan

negatif. Seluruh jawaban akan dijumlahkan, nilai terendah adalah 0 dan nilai

tertinggi adalah 24, adapun kategori dukungan keluarga, yaitu dukungan keluarga

kurang dengan skor 0-8, dukungan keluarga cukup dengan skor 9-17, dukungan

keluarga baik dengan skor 18-24. Pengukuran kekambuhan pasien dilakukan

dengan menggunakan pedoman observasi penilaian jumlah kunjungan rawat inap,

kunjungan rawat jalan, dan kekambuhan pasien yang diperoleh dari catatan medis

pasien. Untuk mengetahui kuisioner tersebut layak diberikan untuk responden,

maka perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas.

1. Uji validitas

Uji validitas instrumen dilakukan uji korelasi dengan metode pearson

produck moment (r) antara skor masing-masing pernyataan dengan skor totalnya.

Pernyataan dinyatakan valid jika skor pernyataan tersebut berkorelasi secara

signifikan dengan skor totalnya. Apabila r hitung > r tabel, maka pernyataan

dikatakan valid. Pernyataan yang tidak valid dibuang dan pernyataan yang valid

41
selanjutnya diuji reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan analisis pearson

produck moment (r) dengan jumlah soal sebanyak 24 butir soal dan didapatkan

nilai skor masing-masing soal r-hitung ≥ r-tabel (0,361). Maka dapat dinyatakan

tiap butir soal tersebut dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai alat ukur.

2. Uji reabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Pengujian secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retest (stability),

equivalent dan gabungan keduanya. Pengujian reliabilitas instrumen secara

internal dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada

pada instrumen dengan teknik tertentu. Kuisioner dinyatakan reliabel jika

memiliki nilai alpha minimal 0,7 sehingga untuk mengetahui sebuah kuisioner

dikatakan reliabel atau tidak dapat dilihat dari besarnya nilai alpha instrumen.

Nilai Cronbach’s Alpha kuisioner dukungan keluarga sebesar 0,955. Dapat

dikatakan bahwa kuisioner ini reliabel.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini proses pengolahan data mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut (Hidayat, 2007).

3.7.1.1 Editing

Tahap ini dilakukan peilihan terhadap data yang penting atau diperlukan

saja, data yang obyektif serta megumpulkan data ulang untuk melengkapi data

yang kurang. Data yang diediting pada penelitian ini yaitu identitas responden,

42
mengumpulkan semua hasil observasi, mengecek kelengkapan hasil serta

melengkapi lembar observasi yang belum lengkap.

3.7.1.2 Coding

Coding merupakan proses mengklarifikasi data sesuai dengan

klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Klasifikasi data dilakukan

atas pertimbangan peneliti sendiri. Semua data diberikan kode untuk memudahkan

proses pengolahan data. Dari data yang terkumpul, dihitung banyaknya lembar

observasi kemudian hasil observasi diberi kode angka sesuai dengan kode yang

peneliti telah siapkan. Pemberian kode pada penelitian ini antara lain

1. Usia (1: 17-25 tahun, 2: 26-35 tahun, 3: 36-45 tahun, 4: 46-55 tahun, 5: > 55

tahun).

2. Pendidikan (1: tidak sekolah, 2: SD, 3: SMP, 4: SMA, 5: Perguruan Tinggi).

3. Pekerjaan (1: tidak bekerja, 2: PNS/TNI/POLRI, 3: pegawai swasta, 4:

wiraswasta, 5: petani, 6:lain-lain).

4. Hubungan dengan keluarga (1: Suami, 2:Istri, 3: anak, 4: orangtua, 5:

kakek/nenek, 6: saudara kandung, 7: paman/bibi, 8: sepupu).

5. Dukungan keluarga (1: kurang, 2: cukup, 3: baik).

6. Kekambuhan pasien (1: kadang-kadang, 2: sering, 3: selalu).

3.7.1.3 Entri data

Entri data adalah kegiatanmemasukan data yang telah dikumpulkan ke

dalam database komputer dengan menggunakan program IBM SPSS Statistik

versi 20 sesuai dengan pengkodingan yang telah ditetapkan.

3.7.1.4 Cleaning atau Tabulasi

43
Data yang sudah dientry dicocokan dan diperiksa kembali dengan data

yang didapat pada kuisioner, bila perubahan dan perbedaan hasil segera dilakukan

pengecekan ulang.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses atau analisis yang dilakukan secara

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan agar trend dan

relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2010). Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik univariat dan bivariat untuk mencari gambaran

dan hubungan antara dua variabel dependen dan independen.

3.7.2.1 Analisis univariat

Analisis yang digunakan adalah univariat, yaitu analisis yang dilakukan

pada tiap tabel darihasil penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini dapat

menghasilkan nilai minimal, maksimal, mean dan distribusi frekuensi tiap

variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari variabel-

variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel. Data

yang dianalisis secara univariat meliputi distribusi frekuensi umur, jarak rumah

dengan puskesmas, pendidikan, pekerjaan, hubungan keluarga denganpasien, nilai

dukungan keluarga dan data nilai kekambuhan pasien yang disajikan dalam

bentuk tabel.

3.7.2.2 Analisis bivariat

44
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2010). Teknik analisa data

yang digunakan untuk menggunakan hipotesis dalam penelitian menggunakan uji

statistik non parametrik yaitu uji Rank Spearman yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara kedua variabel dengan menggunakan program

komputer, apabila p <α (0,05) berarti Ho ditolak, yaitu ada hubungan peran

keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien.

Berdasarkan hal diatas rumus yang dapat digunakan adalah:

rs =

Keterangan:

rs : Nilai korelasi spearman rank

d2 : Selisih rank x dan y

n : Banyaknya pasangan rank

Tabel 3.2
Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi
Nilai p dan Arah Korelasi

No Parameter Nilai Interpretasi


1 Kekuatan 0,0-0,2 Sangat Lemah
Korelasi (r) 0,2-0,4 Lemah
0,4-0,6 Sedang
0,6-0,8 Kuat
0,8-1 Sangat Kuat
2 Nilai p P < 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel
P > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua
variabel
3 Arah Korelasi Positif Searah. Semakin besarnilai satu variabel, semakin besar
nilai variabel lain
Negatif Berlawanan. Semakin besar nilai satu variabel, semakin
kecil variabel lain

45
3.8 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalahyang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut Hidayat (2014),

masalah etika penelitian harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent (lembar persetujuan menjadi reponden)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan sebelum melakukan penelitian dengan

tujuan agar responden mengerti maksud, tujuan dari penelitian dan mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia diteliti maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti

harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan mengenai kerahasiaan identitas responden penelitian

dengancara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada

hasil riset.

46
4. Self determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak

untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela tanpa ada unsur paksaan atau

pengaruh dari orang lain. Kesediaan klien ini dibuktikan dengan kesediaan

menandatangani surat persetujuan sebagai responden.

5. Prinsip beneficience dan malefecience

Penelitian ini tanpa perlakuan yang dapat membahayakan responden.

Prinsip beneficience mengandung arti bahwa penelitian yang dilakukan haruslah

memberi dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap responden.

Sebelum diberikan informed concernt responden sudah diberikan penjelasan

secara rinci tentang penelitian yang akan dilakukan.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Kondisi lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yang

merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Bali yang berlokasi di

Kabupaten Bangli tepatnya di Jalan Kusumayudha No. 29, kurang lebih berjarak

45 kilometer dari Kota Denpasar. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali didirikan pada

tahun 1933, yang di prakarsai oleh dr. K. Loedin pada Pemerintahan Kolonial

Belanda, mendirikan “Veepleegtehuis voor krankzinnegen of Bangli” atau Rumah

perawatan orang sakit jiwa Bangli yang merupakan satu-satunya rumah sakit yang

merawat orang sakit jiwa yang ada di Bali.

Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

Ketenagaan di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali terdiri dari 1

orang Kepala Ruangan, 3 orang Tenaga Pelaksana Keperawatan, 2 orang tenaga

Administrasi. Kategori pendidikan petugas Poliklinik Jiwa terdiri dari 2 orang

berpendidikan DIII Keperawatan, 1 orang berpendidikan DIV Keperawatan, 2

orang berpendidikan S1 Keperawawan dan 1 orang berpendidikan S1 Rekam

Medis. Status kepegawaian di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali yaitu seluruhnya berstatus Pegawai Negeri Sipil.

Fasilitas yang dimiliki ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali antara lain ruang pemeriksaan psikiatrik, ruang pemeriksaan psikometri,

ruang tindakan dan ruang penerimaan pasien. Jenis pelayanan yang diberikan
antara lain yaitu spesialistik di bidang kesehatan jiwa serta ditunjang oleh

pemeriksaan psikometri, pemeriksaan brain mapping, dan pemeriksaan

psikologis. Dimana Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali memiliki beberapa layanan

terkait dengan penanggulangan pasien dengan gangguan jiwa antara lain seperti

home visite dan persiapan sebelum masuk rumah sakit jiwa. Program upaya

kesehatan jiwa meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya yang

telah dilakukan antara lain penyebaran media cetak, penyuluhan perorangan,

penyuluhan perkelompok, keluarga dan masyarakat serta kelompok-kelompok

rentan masalah kesehatan jiwa baik di institusi formal maupun non formal sebagai

bentuk informasi dan promosi tentang kesehatan jiwa.

4.1.2 Karakteristik subyek penelitian

Penelitian mengenai dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien

perilaku kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

dilaksanakan pada tanggal 8 November sampai dengan 29 November 2019. Dari

pengumpulan data tersebut didapatkan sampel sebanyak 88 responden dengan

menggunakan sampling non probability sampling dengan teknik consecutive

sampling.

Karakteristik responden yang diperoleh berdasarkan umur, pendidikan,

pekerjaan, dan hubungan dengan pasien dan dikontribusikan pada tabel berikut:

49
1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Keluarga Pasien di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Umur Frekuensi Persentase (%)


17-25 tahun 1 1,1
26-35 tahun 18 20,5
36-45 tahun 30 34,1
45-55 tahun 15 17,0
>55 tahun 24 27,3
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

sebagian besar responden berada pada kelompok umur 36-45 tahun tahun yaitu

sebanyak 30 orang (34,1%), dan yang terendah pada kelompok umur 17-25 tahun

yaitu sebesar 1 orang (1,1%).

2. Karakteristik responden berdasarkan kelompok pendidikan

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan kelompok pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan Keluarga Pasien di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Sekolah 3 3,4
SD 12 13,6
SMP 16 18,2
SMA 41 46,6
Diploma/Perguruan Tinggi 16 18,2
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 41

50
orang (46,6%), dan tingkat pendidikan responden yang terendah yaitu tidak

sekolah sebanyak 3 orang (3,4%).

3. Karakteristik responden berdasarkan kelompok pekerjaan

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Keluarga Pasien di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Bekerja 15 17,0
PNS/TNI/POLRI 8 9,1
Pegawai Swasta 25 28,4
Wiraswasta 20 22,7
Petani 10 11,4
Lain-lain 10 11,4
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

sebagian besar responden berprofesi sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 25

orang (28,4%), dan yang terendah berprofesi sebagai PNS/TNI/POLRI yaitu

sebanyak 8 orang (9,1%).

51
4. Karakteristik responden berdasarkan kelompok hubungan dengan pasien

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan hubungan dengan pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Hubungan Dengan Pasien di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Hubungan Frekuensi Persentase (%)
Suami 5 5,7
Istri 9 10,2
Anak 13 14,8
Orang Tua 22 25,0
Kakek/Nenek 15 17,0
Saudara Kandung 8 9,1
Paman/Bibi 11 12,5
Sepupu 5 5,7
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan dari keseluruhan responden sebagian

besar responden memiliki hubungan sebagai orang tua yaitu sebanyak 22 orang

(25,0%), dan yang terendah yaitu hubungan sebagai suami dan sepupu memiliki

frekuensi yang sama yaitu sebanyak 5 orang (5,7%).

4.1.3 Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian berdasarkan variabel

penelitian

Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian berdasarkan variabel

penelitian menggunakan instrumen pengumpulan data yaitu kuisioner dukungan

keluarga dan lembar observasi kekambuhan pasien (catatan medik pasien).

Setelah seluruh data terkumpul, maka data disajikan dalam tabel distribusi (master

tabel terlampir).

52
1. Dukungan keluarga

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Dukungan Keluarga Pasien di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Kurang 27 30,7
Cukup 38 43,2
Baik 23 26,1
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga cukup sebanyak 38

orang (43,2%), dan yang terendah memiliki dukungan keluarga baik yaitu

sebanyak 23 orang (26,1%).

2. Kekambuhan pasien perilaku kekerasan

Dari jumlah responden sebanyak 88 orang, didapatkan karakteristik

berdasarkan kekambuhan pasien perilaku kekerasan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.6
Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Jumlah Kekambuhan Frekuensi Persentase (%)


Kadang-kadang 27 30,7
Sering 40 45,5
Selalu 21 23,9
Total 88 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa kekambuhan pasien perilaku

kekerasan sebagian besar memiliki kekambuhan yang sering yaitu sebanyak 40

53
orang (40,5%), dan yang terendah memiliki kekambuhan yang selalu yaitu

sebanyak 21 orang (23,9%)

4.1.4 Hasil analisis data

Hasil analisa data dukungan keluarga dan kekambuhan pasien perilaku

kekerasan dianalisis untuk mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga

dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasan digambarkan pada tabel silang

berikut:

Tabel 4.7
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Perilaku
Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Kekambuhan
Dukungan Kadang- Sering Selalu Total
R p-value
Keluarga kadang
F % F % F % F %
Kurang 0 0,0 8 9,1 19 21,6 27 30,7
Cukup 8 9,1 28 31,8 2 2,3 38 43,2
Baik 19 21,6 4 4,5 0 0,0 23 26,1
Total 27 30,7 40 45,5 21 23,9 88 100,0 -,786 0,000

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan dari total responden sebanyak 88,

didapatkan sebanyak 27 orang (30,7%) yang memiliki dukungan keluarga yang

kurang. Responden dengan dukungan keluarga yang kurang memiliki tingkat

kekambuhan pasien yang selalu sebanyak sering sebanyak 8 orang (9,1%), dan

tingkat kekambuhan selalu sebanyak 19 orang (21,6%). Responden dengan

dukungan keluarga yang cukup sebanyak 38 orang (43,2%). Responden dengan

dukungan keluarga yang cukup memiliki tingkat kekambuhan kadang-kadang

sebanyak 8 orang (9,1%), sering sebanyak 28 orang (31,8%), dan selalu sebanyak

2 orang (2,3%). Responden dengan dukungan keluarga yang baik didapatkan

sebanyak 23 orang (26,2%). Responden dengan dukungan keluarga yang baik

54
dengan tingkat kekambuhan pasien kadang-kadang sebanyak 19 orang (21,6%),

dan sering sebanyak 4 orang (4,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spareman, didapatkan bahwa r hitung

-,786 dan p-value 0,000 yang artinya terdapat hubungan antara dukungan keluarga

dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasandengan kekuatan hubungan kuat

dan arah hubungan negatif. Arus hubungan negatif menunjukkan semakin tinggi

dukungan keluarga maka akan semakin rendah tingkat kekambuhan pasien,

sedangkan apabila semakin rendah dukungan keluarga akan meningkatkan tingkat

kekambuhan pasien perilaku kekerasan, p-value 0,000 < α (0,05) maka H0 ditolak,

berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan

pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Identifikasi Dukungan Keluarga Pasien Perilaku Kekerasan di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Hasil penelitian berdasarkan variabel dukungan keluarga didapatkan

bahwa sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga cukup yaitu

sebanyak 38 orang (43,2%). Berdasarkan karakteristik responden keluarga yang

memiliki dukungan keluarga yang cukup sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan SMA yaitu sebanyak 21 orang (23,9%).

Dukungan keluarga secara teoritis merupakan salah satu bentuk perilaku

melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi,

informasi, instrumrntal, dan dukungan nyata. Keliat (2010), menjelaskan

keterlibatan keluarga sangatlah membantu untuk proses penyembuhan pasien,

55
seperti dukungan informasional yang dimana pemberian dukungan tersebut seperti

pemberian informasi, dukungan instrumental seperti bantuan materi, dukungan

emosional seperti rasa kenyamanan terhadap pasien, serta dukungan nyata seperti

pemberian semangat untuk pengobatan pasien. Dukungan keluarga yang cukup

mampuuntuk meningkatkan keberhasilan dalam pengobatan pasien. Perwujudan

dari dukungan keluarga yang cukup ini, diwujudkan dengan penerimaan keadaan

pasien itu sendiri. Keluarga menerima, memaklumi, dan membantu segala

aktivitas yang dianggap pasien tidak bisa untuk mengerjakannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Yunus (2014) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan

Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, yang menyatakan dari

85 responden sebagian besar memiliki dukungan keluarga yang cukup yaitu

sebanyak 66 orang (77,6%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yudi

(2015) dengan judul Hubungan Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan Pasien di

Badan Pelayanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh, didapatkan 40 orang

responden dan sebagian besar memiliki dukungan keluarga yang cukup sebanyak

22 orang (55%). Berdasarkan hasil kuisioner yang telah peneliti dapatkan bahwa

sebanyak 38 orang (43,2%) memberikan dukungan keluarga yang cukup, hal ini

menunjukkan bahwa keluarga belum optimal dalam mendukung kesehatan pasien,

memberikan rasa nyaman, pasien merasa dicintai, meskipun saat mengalami

masalah dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, dan perhatian yang

membuat pasien merasa dihargai. Perbedaan yang terdapat pada penelitian yang

telah dilakukan yaitu jumlah responden dalam penelitian dan tempat penelitian.

56
Yunus (2014) menggunakan sebanyak 85 responden dan melakukan penelitian di

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, Yudi (2015) menggunakan sebanyak 40

responden dan melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Aceh, sedangkan

peneliti menggunakan sebanyak 88 responden dan melakukan penelitian di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

Menurut peneliti keluarga tetap harus memberikan dukungan untuk pasien

dikarenakan pasien membutuhkan informasi pengobatan yang sedang dijalani dan

kenapa pasien harus menjalankan pengobatan itu. Selain informasi keluarga juga

harus memberikan kenyamanan dan rasa percaya agar pasien tetap mau untuk

menjalani pengobatan yang sedang dijalaninya. Ada pula pemberian dukungan

materi seperti pemberian kebutuhan pasien sehari-hari juga termasuk ke dalam

pemberian dukungan kepada pasien. Sering atau tidaknya keluarga berkomunikasi

dengan pasien adalah salah satu bentuk dukungan, semakin sering keluarga

berkomunikasi dengan pasien seperti mengajak pasien ngobrol pada waktu yang

senggang, mengajak pasien menonton TV atau berdiskusi hal-hal yang menarik

untuk dibicarakan itu termasuk salah satu bentuk kepeduluan atau dukungan yang

bisa diberikan untuk pasien. Bila keluarga sudah memberikan kepedulian dan

perhatian untuk pasien pasti akan merasakan dirinya selalu diperhatikan oleh

keluarga yang merawatnya dan pasien merasa nyaman dengan lingkungannya.

Menurut peneliti tingkat pendidikan bisa juga mempengaruhi bagaimana

dukungan keluarga untuk memberikan dukungan karena tinggi atau rendahnya

pendidikan dapat mempengaruhi kepedulian keluarga kepada pasien. Karena jika

tingkat pendidikan keluarga tinggi pasti saja wawasan keluarga itu luas dan

57
mengerti cara merawat dan mendukung pengobatan pasien. Dari data karakteristik

yang peneliti dapatkan, sebagian besar tingkat pendidikan terakhir keluarga SMA.

Tingkat pendidikan SMA menurut peneliti sudah termasuk tinggi untuk

membantu pasien mencari dan mendapatkan informasi dan keluarga bisa mencari

tahu bagaimana merawat pasien dan merawat pasien sehingga dukungan keluarga

bisa diberi dengan baik. Siapa yang merawat pasien juga bisa menentukan baik

atau tidak dukungan keluarga yang diberikan. Karena dari penelitian yang

didapatkan sebagian besar pasien dirawat oleh orang tua dan kategori

dukungannya termasuk baik. Sebagian besar pasien yang dirawat oleh orangtua

bisa lebih memperhatikan pasien dibandingkan orang lain seperti jika pasien

dirawat oleh sepupu, kakek/nenek, ataupun dirawat dengan paman/bibi. Selain

orangtua bila pasien dirawat dengan anggota keluarga lain juga bisa menurunkan

dukungan keluarga, karena anggota keluarga lain seperti kakek/nenek, paman/bibi

atau sepupu pasti akan memiliki kesibukan atau aktivitas lain seperti bekerja dan

urusan yang lainnya sehingga perhatian atau dukungan yang diberikan untuk

pasien tidak maksimal.

4.2.2 Identifikasi Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

Hasil yang didapatkan berdasarkan variabel kekambuhan pasien dari

keseluruhan responden didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat

kekambuhan yang sering yaitu sebanyak 40 orang (45,5%). Berdasarkan hasil

karakteristik yang berhubungan langsung dengan pasien dan memiliki tingkat

58
kekambuhan yang sering sebagian besar yaitu orang tua pasien sebanyak 9 orang

(10,2%).

Kekambuhan pasien sering kali tidak dikenali oleh keluarga dan dijauhkan

oleh masyarakat. Pemikiran keluarga yang positif sangat dibutuhkan dalam

perawatan pasien untuk mengurangi tingkat kekambuhan pasien, dimana keluarga

merupakan bagian yang penting dalam proses kelangsungan pengobatan pasien

(Dermawan dan Rusdi, 2013). Pasien dengan riwayat perilaku kekerasan lebih

sering mengalami kekambuhan dibandingkan pasien dengan gangguan jiwa pada

umumnya. Tingkat kekambuhan pasien tergolong seringmenunjukkan hal tersebut

diduga adanya faktor yang biasanya terjadi pada saat kontrol untuk menjalani

pengobatan seta dukungan keluarga yang kurang optimal. Faktor yang sangat

mempengaruhi kekambuhan pasien seperti lingkungan di sekitarnya serta

dukungan keluarga yang cukup optimal terhadap pasien tersebut. Nuraenah (2012)

mengatakan kekambuhan yang selalu diakibatkan oleh ketidak tuntasan dalam

pengobatan pasien, seperti tidak dilaksanakannya saran-saran yang diberikan oleh

petugas kesehatan dan adanya keinginan untuk menghentikan pengobatan yang

sedang dijalani oleh pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Yudi (2015) yang berjudul Hubungan Keluarga Pasien Terhadap

Kekambuhan Pasien di Badan Pelayanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh

didapatkan dari 40 orang responden yang memiliki kekambuhan yang sering

sebanyak 20 orang (50%). Berdasarkan hasil observasi kekambuhan pasien yang

peneliti dapatkan dari 88 responden adapun tingkat kekambuhan yang sering yaitu

59
sebanyak 40 orang (45,5%). Hal tersebut dapat disebabkan oleh selain dari faktor

lingkungan maupun dukungan keluarga, ada pula dari yang merawat pasien

dirumah.

Menurut peneliti kambuhnya pasien bisa karena perhatian keluarga yang

kurang. Keluarga yang jarang memperhatikan pasien disebabkan karena keluarga

sibuk bekerja, dari penelitian yang didapatkan sebagian besar keluarga bekerja

dan jarang untuk berkomunikasi dengan pasien, oleh karena itu keluarga tidak

bisa merawat pasien secara penuh dan maksimal karena harus pergi keluar rumah

sehingga tidak bisa terus memperhatikan pasien untuk beraktivitas dan minum

obat. Keluarga yang bekerja tidak bisa memantau pasien dengan terus menerus

karena terganggu kepentingan yang lainnya dan sebagian besar waktunya

digunakan untuk bekerja demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari pasien juga.

Waktu merawat pasien yang kurang juga bisa menjadi penyebab pasien kambuh.

Keluarga juga tidak bisa melihat secara terus menerus apakah obatnya sudah

diminum atau belum. Obat yang tidak teratur diminum adalah salah satu penyebab

yang bisa membuat pasien kambuh. Keluarga tidak sempat untuk mengantar

pasien berobat, dan kurangnya penanganan yang harus diberikan bisa

menyebabkan pasien kambuh lebih sering. Disinilah menurut peneliti dukungan

dan kepedulian keluarga dalam merawat pasien sangat diperlukan, jika keluarga

lebih sering mengajak pasien mengobrol di waktu yang senggang dan mengajak

pasien bercerita bersama, pasien akan nyaman dan merasa ada orang yang

memperdulikannya. Keluarga juga harus mendukung aktivitas pasien yang positif

60
agar pasien merasa nyaman berada di lingkungannya dan tidak terjadi

kekambuhan yang berulang pada pasien.

4.2.3 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien

Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali

Hasil analisa data uji statistik Rank Spearman didapatkan bahwa r hitung

0,786 dan p-value 0,000 artinya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan

kekambuhan pasien perilaku kekerasan dengan kekuatan hubungan kuat dan arah

hubungan negatif, p-value 0,000 < α (0,05) maka H0 ditolak. Ini berarti terdapat

hubungan negatif antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku

kekerasan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

Keluarga yang memiliki kemampuan mengatasi masalah kesehatan akan

dapat mencegah perilaku maladaptif, menanggulangi perilaku maladaptif dan

memulihkan pasien sehingga kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan

secara optimal dan tidak menimbulkan gejala yang berulang (Keliat, 2010). Proses

penyembuhan pasien harus dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga.

Keluarga sangat penting untuk ikut berpartisipasi dalam proses penyembuhan

pasien, dikarenakan keluarga merupakan pendukung utama dalam merawat

pasien. Oleh karena itu, penanganan yang dilakukan tidak hanya memulihkan

kondisi pasien, melainkan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

dukungan keluarga dalam perawatan pasien (Keliat, 2010). Keberhasilan perawat

di rumah sakit adalah meningkatkan dan mendorong kemampuan keluarga secara

mandiri dalam merawat pasien di rumah. Penelitian ini serupa dengan penelitian

61
Yudi Pratama (2015), bahwa keluarga biasanya menganggap anggota keluarganya

yang sakit sudah sembuh dan perawatan di rumah sakit menjadi terabaikan, hal

tersebut yang menyebabkan dukungan keluarga menjadi rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Yunus (2014), tentang dukungan keluarga dengan kekambuhan yang

dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Sleman Yogyakarta, hasil

penelitian menunjukkan p-value 0,019 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh

Yudi (2015), tentang hubungan keluarga pasien terhadap kekambuhan yang

dilakukan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Aceh, hasil yang didapatkan dalam

penelitian tersebut menunjukkan p-value 0,000 < 0,05 yang berarti adanya

hubungan keluarga pasien dengan kekambuhan pasien.

Menurut peneliti makin baik dukungan keluarga maka makin jarang

kekambuhan yang terjadi pada pasien. Apabila respon keluargabaik danpeduli

dengan pasien maka kekambuhan tidak akan terjadi, tetapi jika keluarga kurang

baik dalam mendukung pasien berobat dan memberikan semangat, memotivasi

pasien maka kekambuhan pasien pasti akan terjadi. Keluarga harus peduli dan

memberi dukungan yang baik demi kelangsungan pengobatan pasien, serta

kebutuhan pasien yang lain. Apabila kebutuhanpasien terpenuhi maka

kekambuhan akan berkurang. Keluarga harus terbuka dengan pasien

tentangpengobatan pasien, memberikan informasi, petunjuk dan saran untuk

pasien. Memberikan perhatian kepada pasien, memberikan dukungan dan

keluarga selalu ada untuk pasien juga bisa menurunkan tingkat kekambuhan

62
pasien. Maka dari itu penyebab sering atau tidaknya pasien kambuh, karena

keluarga sudah memberi dukungan yang baik untuk pasien maka pasien akan

merasa aman, nyaman dan percaya diri untuk menjalani pengobatan.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengontrol

faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan pasien perilaku kekerasan antara

lain faktor karakteristik pasien seperti kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi

obat, jenis kelamin, umur, dan faktor penanggung jawab pasien. Keterbatasan

lainnya yang peneliti alami saat pengisian kuisioner oleh responden terdapat

pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden, serta pemberian kuisioner yang

tidak tepat juga merupakan kendala yang peneliti alami saat melakukan penelitian.

63
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga dalam perawatan pasien perilaku kekerasan didapatkan

sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang cukup yaitu

sebesar 38 orang (43,2%), ini menunjukkan masih terdapat keluarga yang

belum maksimal dalam memberikan dukungan terhadap kelangsungan

penyembuhan pasien.

2. Tingkat kekambuhan pasien perilaku kekerasan didapatkan sebagian besar

mengalami tingkat kekambuhan yang sering yaitu sebanyak 40 orang (45,5%).

3. Hasil uji Rank Spareman didapatkan bahwa r-hitung 0,786 dan p-value 0,000

< dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05. Maka H0 ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga

dengan kekambuhan pasien perilaku kekerasan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti mengusulkan

beberapa saran yaitu:

1. Kepada petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

diharapkan dapat mendorong dan memberikan motivasi kepada keluarga

pasien dalam hal mendukung proses pengobatan pasien.


2. Kapada keluarga pasien diharapkan untuk lebih memperhatikan pasien dan

lebih mendukung proses penyembuhan pasien seperti keluarga lebih

memberikan dukungan agar tingkat kekambuhan dapat diturunkan.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien perilaku

kekerasan dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kekambuhan pasien seperti penggunaan jenis-jenis psikofarmaka, faktor

karakteristik pasien, dan faktor dukungan dari penanggung jawab pasien.

Diharapkan pula kepada peneliti untuk membutat kuieioner dengan lebih jelas

dan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti bagi responden.

65
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga Bagi


Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi Perawat Perkesmas, Jakarta:
Sagung Seto.

Akbar, M. 2012. Skizofrenia: Psikosa (Sakit Jiwa). available: http://medical.edu


diakses 11 Agustus 2019.

Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Available: http://eprints.umpo.ac.id diakses 2 Agustus 2019

Andri. 2012. Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap for
Schizofrenia. Available: http://www.kabarindonesia.com diakses 2
Agustus 2019

Aswin. 2014. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Damaiyanti, M. & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Pt


Refika Adiatma.

Depkes. 2018. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Available:
http://www.depkes.go.id diakses 10 Agustus 2019

Dermawan, A.P. 2014. Hubungan Positive Belief dengan Frekuensi Kekambuhan


pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grahasia
Yogyakarta. Available: http://opac.say.ac.id diakses 27 Juli 2018

Direja, A. H. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Erdiana, Y. 2015. Dukungan Keluarga Dalam Kunjungan di Karanglolor


Kecamatan Sukerjo Kabupaten Ponorogo. Available: http://eprints.ac.id
diakses: 31 Juli 2019

Friedman, M. dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik. Alih Bahasa, Achir Yani S. Hamid, dkk: Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.

Hidayat. 2014. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika

Keliat, B.A. 2015. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Lesmanawati. 2014. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien.


Bandung: PT. Refika Aditama

Lubis, N. 2014. Dasar-dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta:


Prenada Media Grup.

Marissa. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien


Skizofrenia Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof DR Muhamad Ildrem
Medan. Available: http://repositori.usu.ac.id diakses pada 14 Juli 2019

Nasir & Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar dan Teori,
Jakarta: Salemba Medika

Notoatmojo. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Nuraenah. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Beban Keluarga Dalam


Merawat Anggota Keluarga Dengan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. FIK UI. Available:
https://jurnal.unimus.ac.id diakses 5 Agustus 2019

Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, E. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Rasmun. 2013. Kesehatan Mental dan Konsep Penerapannya, Malang: UUM


Press

Rumah sakit Jiwa Provinsi Bali. 2018. Laporan Tahunan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali. Bangli

Setiadi. 2011. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, G. W. & Laraia, M. T. 2009. Principles and Practice of Psychiatric


Nursung 9th ed. St. Louis: Mosby Year Book.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta
Tobing. 2017. Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat yang
Dipasung. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Litbang Kemenkes RI.

Videbeck & Sheila, L. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

WHO. 2018. Kesehatan Jiwa, online. Available: http://www.mediaindonesia.com


diakses 1 Agustus 2019

Yosep. 2014. Keperawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama

Yudi, P. dkk. 2015. Hubungan Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan


Skizofrenia di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa
Aceh. Jurnal Kedokteran Syah Kuala Volume 15, No 2. Available:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id diakses 5 Agustus 2019

Yunus, T. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan


Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Grhasia DIY. Available:
https://digilib.unisayoga.ac.id diakses 27 Juli 2019

Yusuf, A.H, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Selemba
Medika.
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari


No Kegiatan 19 19 19 19 19 19 19 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pesiapan
a. Pengumpulan bahan pustaka
b. Menyusun proposal
c. Konsultasi proposal
d. Seminar proposal
e. Perbaikan proposal
2 Tahap pelaksanaan
a. Mengajukan ijin penelitian
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Analisa data
3 Tahap akhir
a. Penyusunan laporan
b. Seminar hasil penelitian
c. Perbaikan dan penggandaan
d. Publikasi hasil penelitian
Lampiran 2

REALISASI ANGGARAN BIAYA

A. Persiapan

1 Studi pustaka Rp. 200.000,00

2 Penyusunan proposal Rp. 200.000,00

3 Penggandaan proposal Rp. 250.000,00

B. Pelaksanaan

1 Pengurusan ijin Rp 250.000,00

2 Pengolahan data Rp. 200.000,00

C. Tahap Akhir

1 Penyusunan Laporan Rp. 300.000,00

2 Penggandaan Laporan Rp. 200.000,00


3 Revisi dan pengumpulan laporan
Rp. 400.000,00
(biaya penggandaan laporan dan CD)
TOTAL Rp. 2.000.000,00
Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Ibu/Saudari Responden

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ni Putu Rita Laksmi
Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Wira Medika Bali
Bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kekambuha Pasien Perilaku Kekerasan di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali”. Untuk maksud tersebut, saya
mohon kesediaan bapak/ibu untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian ini. Kerahasiaan data yang diberikan akan dijamin dan hanya diketahui
oleh peneliti serta pihak berkompeten.
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat baik bagi
perawat, institusi pendidikan dan pihak-pihak lain yang terkait untuk mengetahui
hasil tersebut. Apabila bapak/ibu menyetujui permohonan ini, saya persilahkan
untuk menandatangani lembar pernyataan persetujuan untuk menjadi responden
(terlampir)
Atas perhatian dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(----------------------------)
Lampiran 4

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden penelitian ini. Sebelumnya saya telah diberi
penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini dan saya mengerti
peneliti akan menjaga kerahasiaan diri saya.
Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini.

Bangli,

Responden

----------------------------------
Lampiran 5

KISI-KISI KUISIONER

DUKUNGAN KELUARGA

No Aspek-aspek Dukungan No Item Total


Keluarga Positif Negatif
1 Dukungan emosional 1, 4, 6 2, 3, 5 6

2 Dukungan instrumental 7, 9, 10, 12 5, 8 6

3 Dukungan informasi 13, 14, 15, 17 16, 18 6

4 Dukungan pengharapan 19, 20, 22, 24 21, 23 6

Total 15 9 24
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
Initial responden : ......................................................................
Tanggal : ......................................................................
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat semua pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini.
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat
dan keadaan yang sebenarnya.
3. Mohon kesediaan Bapak/ibu/saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan
yang tersedia.

A. Data Karakteristik Keluarga


1. Umur (Kategori umur berdasarkan Depkes RI, 2013)

a 18-25 thn c 36-45 thn e >55 thn

b 26- 35 thn 46-55 thn


d

2. Pendidikan terakhir :

a Tidak sekolah/tidak tamat SD d SMA

b SD e Diploma/Perguruan Tinggi

c SMP

3. Pekerjaan

a Tidak bekerja c Pegawai swasta

b PNS/TNI/POLRI d Wiraswasta

e Petani f Lain-lain sebutkan .........

4. Hubungan dengan pasien


Suami Orang Tua g Paman/Bibi
a d
Istri Kakek/Nenek h Sepupu
b e
c Anak f Saudara Kandung
B. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban (“Ya” atau “Tidak”)
Pertanyaan Positif
Untuk jawaban “Ya” pada pertanyaan positif akan diberikan nilai 1, dan untuk
jawaban “Tidak” pada pertanyaan postif akan diberikan nilai 0
Pertanyaan Negatif
Untuk jawaban “Tidak” pada pertanyaan positif akan diberikan nilai 1, dan
untuk jawaban “Ya” pada pertanyaan postif akan diberikan nilai 0

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Keluarga mengingatkan pasien untuk tidur tidak terlalu
malam
2 Keluarga tidak mengikut sertakan pasien dalam diskusi
ringan keluarga
3 Keluarga tidak mengajak pasien beraktivitas ketika
melamun
4 Keluarga mengajak pasien untuk mengunjungi lingkungan
yang ada di sekitar rumah
5 Keluarga tidak menegur pasien saat pasien menarik diri
dari lingkungan
6 Keluarga sering mengajak pasien cerita bersama
7 Keluarga memberikan jawaban ketika pasien bertanya
8 Keluarga tidak menjelaskan dampak yang terjadi jika
pasien marah
9 Keluarga menunjukan tempat yang tepat bagi pengobatan
pasien
10 Keluarga menjelaskan maksud dari acara televisi saat
pasien menonton
11 Keluarga tidak menjelaskan kepada pasien bagaimana
perkembangan kesehatan pasien setelah kontrol dari rumah
sakit
12 Keluarga memberitahu kepada pasien pesan dokter untuk
pasien, agar terjadi peningkatan perkembangan pasien
kedepannya
13 Keluarga menyediakan biaya selama pengobatan
14 Keluarga memfasilitasi transportasi yang dibutuhkan
selama kontrol ke rumah sakit
15 Keluarga menyediakan kebutuhan sehari-hari, seperti
makan dan minum
16 Keluarga tidak menyediakan waktu untuk menemani
pasien kontrol ke rumah sakit
17 Keluarga mengingatkan pasien untuk minum obat
18 Keluarga tidak menyediakan waktu untuk menjaga pasien
jika pasien sakit
19 Keluarga selalu memotivasi pasien untuk melakukan
tindakan yang telah dianjurkan oleh dokter di rumah sakit
20 Keluarga membimbing pasien untuk bisa bekerja dengan
semestinya
21 Keluarga tidak membantu pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan kemampuan pasien
22 Keluarga mengajak pasien untuk mengikuti kegiatan
keagamaan
23 Keluarga tidak mengajak pasien ke tempat wisata
24 Keluarga mengajak pasien melakukan kegiatan sesuai
dengan hobinya

C. LEMBAR OBSERVASI KEKAMBUHAN


No Pertanyaan Frekuensi
1 Jumlah rawat inap yang dialami pasien
(Berdasarkan catatan medis pasien di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali)

Lampiran 7
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
KDUKUNGAN KELUARGA
Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 14,8333 57,799 ,955 ,950
P2 14,8667 57,913 ,902 ,950
P3 14,7667 60,944 ,539 ,954
P4 15,0667 60,685 ,453 ,955
P5 14,7333 62,616 ,595 ,956
P6 14,9333 58,202 ,814 ,951
P7 14,8333 61,316 ,428 ,955
P8 14,9000 60,231 ,547 ,954
P9 15,0000 59,517 ,612 ,953
P10 14,8667 59,154 ,720 ,952
P11 14,9667 58,654 ,737 ,952
P12 14,9333 59,582 ,622 ,953
P13 15,0333 60,378 ,494 ,955
P14 14,9333 59,720 ,603 ,953
P15 15,0000 60,276 ,511 ,955
P16 14,8667 58,602 ,800 ,951
P17 15,0333 59,895 ,557 ,954
P18 14,8667 59,016 ,740 ,952
P19 14,9333 58,340 ,795 ,951
P20 14,9667 58,654 ,737 ,952
P21 14,9333 58,823 ,727 ,952
P22 14,9333 58,133 ,824 ,951
P23 14,9667 58,585 ,747 ,952
P24 14,8667 58,120 ,871 ,950

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,955 24
Lampiran 8

MASTER TABEL
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Perilaku Kekerasan
Di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

KARAKTERISTIK DUKUNGAN KELUARGA KEKAMBUHAN


NO
umr tp pkj hub 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 TOTAL KATEGORI KODE JUMLAH KATEGORI KODE

1 3 5 2 7 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 Baik 3 5 Sering 2

2 5 3 4 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 Kurang 1 10 Selalu 3

3 2 4 3 3 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

4 4 1 1 4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 Kurang 1 11 Selalu 3

5 5 3 5 5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 16 Cukup 2 3 Kadang-kadang 1

6 3 4 4 4 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 17 Cukup 2 6 Sering 2

7 3 4 3 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 7 Kurang 1 8 Sering 2

8 2 4 3 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10 Cukup 2 5 Sering 2

9 5 3 6 5 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 14 Cukup 2 4 Kadang-kadang 1

10 3 4 1 4 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 Baik 3 1 Kadang-kadang 1
11 3 4 3 6 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16 Cukup 2 6 Sering 2

12 3 3 3 8 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang 1 8 Sering 2

13 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 Cukup 2 6 Sering 2

14 2 3 6 3 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 14 Cukup 2 8 Sering 2

15 5 4 1 4 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 14 Cukup 2 10 Sering 3

16 4 5 2 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 19 Baik 3 3 Kadang-kadang 1

17 5 2 1 5 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8 Kurang 1 10 Selalu 3

18 5 4 3 4 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 14 Cukup 2 7 Sering 2

19 4 5 3 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21 Baik 3 5 Sering 2

20 3 4 6 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21 Baik 3 1 Kadang-kadang 1

21 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 19 Baik 3 6 Sering 2

22 2 2 4 6 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Kurang 1 12 Selalu 3

23 3 3 6 7 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Cukup 2 5 Sering 2

24 5 4 5 4 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 Baik 3 1 Kadang-kadang 1

25 2 4 1 8 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 Kurang 1 14 Selalu 3

26 1 4 4 6 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 Cukup 2 9 Sering 2
27 2 4 4 6 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7 Kurang 1 8 Sering 2

28 2 5 3 7 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 Kurang 1 14 Selalu 3

29 5 5 2 5 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

30 5 2 6 4 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14 Cukup 2 6 Sering 2

31 4 4 5 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 16 Cukup 2 4 Kadang-kadang 1

32 2 3 1 6 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Kurang 1 9 Sering 2

33 4 4 2 4 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 7 Kurang 1 16 Selalu 3

34 3 4 3 4 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 10 Cukup 2 3 Kadang-kadang 1

35 2 4 3 3 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 10 Cukup 2 8 Sering 2

36 3 3 3 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 11 Cukup 2 7 Sering 2

37 4 3 4 4 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik 3 3 Kadang-kadang 1

38 3 3 4 7 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Kurang 1 15 Selalu 3

39 5 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 Baik 3 1 Kadang-kadang 1

40 3 4 5 8 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 16 Cukup 2 6 Sering 2

41 3 5 4 6 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 Kurang 1 10 Selalu 3

42 3 4 3 6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 20 Baik 3 4 Kadang-kadang 1
43 2 4 3 3 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 Kurang 1 15 Selalu 3

44 3 2 1 6 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6 Kurang 1 8 Sering 2

45 5 1 3 5 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 Kurang 1 14 Selalu 3

46 5 4 1 4 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 15 Cukup 2 7 Sering 2

47 5 2 6 7 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kurang 1 10 Selalu 3

48 5 5 4 5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 12 Cukup 2 5 Sering 2

49 5 4 1 4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 Kurang 1 10 Selalu 3

50 4 4 4 2 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 14 Cukup 2 7 Sering 2

51 3 3 4 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 9 Cukup 2 10 Selalu 3

52 5 4 4 5 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5 Kurang 1 13 Selalu 3

53 3 4 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Kurang 1 8 Sering 2

54 3 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 20 Baik 3 3 Kadang-kadang 1

55 3 5 3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 17 Cukup 2 2 Kadang-kadang 1

56 2 4 3 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 16 Cukup 2 6 Sering 2

57 3 4 3 3 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16 Cukup 2 3 Kadang-kadang 1

58 4 4 3 4 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 14 Cukup 2 5 Sering 2
59 2 2 4 3 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 13 Cukup 2 5 Sering 2

60 5 2 5 5 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 10 Cukup 2 9 Sering 2

61 5 1 4 5 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 7 Kurang 1 10 Selalu 3

62 5 3 6 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 7 Kurang 1 6 Sering 2

63 3 3 6 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 6 Kurang 1 15 Selalu 3

64 3 4 4 2 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 15 Cukup 2 8 Sering 2

65 4 5 3 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

66 5 5 2 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 Baik 3 1 Kadang-kadang 1

67 5 5 2 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 20 Baik 3 4 Kadang-kadang 1

68 3 2 1 7 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Kurang 1 11 Selalu 3

69 5 4 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

70 2 2 5 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 Kurang 1 19 Selalu 3

71 4 3 1 7 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 Kurang 1 18 Selalu 3

72 2 4 3 3 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 13 Cukup 2 7 Sering 2

73 5 5 3 4 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 14 Cukup 2 3 Kadang-kadang 1

74 2 2 6 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21 Baik 3 2 Kadang-kadang 1
75 4 2 5 4 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 13 Cukup 2 6 Sering 2

76 3 3 1 8 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 14 Cukup 2 6 Sering 2

77 3 4 5 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 21 Baik 3 3 Kadang-kadang 1

78 2 4 4 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 17 Cukup 2 8 Sering 2

79 3 3 4 7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 16 Cukup 2 5 Sering 2

80 4 2 6 5 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 10 Cukup 2 7 Sering 2

81 4 5 3 5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 19 Baik 3 4 Sering 2

82 5 4 5 5 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

83 2 4 1 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6 Kurang 1 7 Sering 2

84 4 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 Baik 3 1 Kadang-kadang 1

85 3 5 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 16 Cukup 2 3 Kadang-kadang 1

86 2 5 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 20 Baik 3 2 Kadang-kadang 1

87 3 4 5 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 15 Cukup 2 9 Sering 2

88 3 4 1 2 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 10 Cukup 2 5 Sering 2
Keterangan: Pekerjaan (pkj) Tingkat Pendidikan (tp) Hubungan Dengan Pasien (hub)
Umur (umr) 1 : Tidak Bekerja 1 : Tidak Sekolah 1 : Suami
1 : 17-25 tahun 2 : PNS/TNI/POLRI 2 : SD 2 : Istri
2 : 26-35 tahun 3 : Pegawai Swasta 3 : SMP 3 : Anak
3 : 36-45 tahun 4 : Wiraswasta 4 : SMA 4 : Orang Tua
4 : 46-55 tahun 5 : Petani 5 : Diploma/Perguruan Tinggi 5 : Kakek/Nenek
5 : > 55 tahun 6 : Lain-lain 6 : Saudara Kandung
7 : Paman/Bibi
8 : Sepupu

Kekambuhan Dukungan Keluarga


1 : Selalu 1 : Kurang
2 : Sering 2 : Cukup
3 : Kadang-kadang 3 : Baik
Lampiran 9

HASIL ANALIS DATA

Frequencies
Statistics
Umur Pekerjaan Tingkat Hubungan Dukungan
Keluarga Keluarga Pendidikan Dengan Keluarga
Keluarga Pasien
Valid 88 88 88 88 88
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Kekambuhan Pasien
Valid 88
N
Missing 0

Frequency Table
Umur Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
17-25 tahun 1 1,1 1,1 1,1
26-35 tahun 18 20,5 20,5 21,6
36-45 tahun 30 34,1 34,1 55,7
Valid 46-55 tahun 15 17,0 17,0 72,7
> 55 tahun 24 27,3 27,3 100,0
Total 88 100,0 100,0

Pekerjaan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
T idak Bekerja 15 17,0 17,0 17,0
PNS/TNI/POLRI 8 9,1 9,1 26,1
Pegawai Swasta 25 28,4 28,4 54,5
Valid Wiraswasta 20 22,7 22,7 77,3
Petani 10 11,4 11,4 88,6
Lain-lain 10 11,4 11,4 100,0
Total 88 100,0 100,0

Tingkat Pendidikan Keluarga


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Sekolah 3 3,4 3,4 3,4
SD 12 13,6 13,6 17,0
SMP 16 18,2 18,2 35,2
Valid SMA 41 46,6 46,6 81,8
Diploma/Perguruan Tinggi 16 18,2 18,2 100,0
Total 88 100,0 100,0
Hubungan Dengan Pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Suami 5 5,7 5,7 5,7
Istri 9 10,2 10,2 15,9
Anak 13 14,8 14,8 30,7
Orang Tua 22 25,0 25,0 55,7
Valid Kakek/Nenek 15 17,0 17,0 72,7
Saudara Kandung 8 9,1 9,1 81,8
Paman/Bibi 11 12,5 12,5 94,3
Sepupu 5 5,7 5,7 100,0
Total 88 100,0 100,0

Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Kurang 27 30,7 30,7 30,7
Cukup 38 43,2 43,2 73,9
Valid Baik 23 26,1 26,1 100,0
Total 88 100,0 100,0

Kekambuhan Pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kadang-kadang 27 30,7 30,7 30,7
Sering 40 45,5 45,5 76,1
Valid Selalu 21 23,9 23,9 100,0
Total 88 100,0 100,0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N
Dukungan Keluarga * Kekambuhan Pasien 88 100,0% 0 0,0% 88

Case Processing Summary


Cases
Total
Percent
Dukungan Keluarga * Kekambuhan Pasien 100,0%
Dukungan Keluarga * Kekambuhan Pasien Crosstabulation
Kekambuhan Pasien Total
Kadang-kadang Sering Selalu
Count 0 8 19 27
Kurang
% of Total 0,0% 9,1% 21,6% 30,7%
Dukungan Count 8 28 2 38
Cukup
Keluarga % of Total 9,1% 31,8% 2,3% 43,2%
Count 19 4 0 23
Baik
% of Total 21,6% 4,5% 0,0% 26,1%
Count 27 40 21 88
Total
% of Total 30,7% 45,5% 23,9% 100,0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Ordinal by Ordinal Gamma -,951 ,023 -13,130 ,000
N of Valid Cases 88

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Nonparametric Correlations
[DataSet1] C:\Users\ACER\Desktop\SKRIPSI\SPSS Statistics.sav
Correlations
Dukungan Kekambuhan
Keluarga Pasien
Correlation Coefficient 1,000 -,786**
Dukungan
Sig. (2-tailed) . ,000
Keluarga
N 88 88
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,786** 1,000
Kekambuhan
Sig. (2-tailed) ,000 .
Pasien
N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai