Anda di halaman 1dari 113

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BANTUAN HIDUP

DASAR TERHADAP MOTIVASI MENOLONG KORBAN


HENTI JANTUNG PADA MASYARAKAT DI DESA
BAKALAN KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI

Oleh :

DADANG ARI WIBOWO


10215037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ISTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BANTUAN HIDUP
DASAR TERHADAP MOTIVASI MENOLONG KORBAN
HENTI JANTUNG PADA MASYARAKAT DI DESA
BAKALAN KABUPATEN KEDIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

DADANG ARI WIBOWO


10215037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ISTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019

II
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BANTUAN HIDUP DASAR
TERHADAP MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG
PADA MASYARAKAT DI DESA BAKALAN
KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI
Disusun Oleh :
DADANG ARI WIBOWO
10215037

Skripsi ini telah disetujui Tanggal 6 Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Wahyu Nur P., S.Kep, Ns., M.Kes Paramita Ratna G., S.Kep, Ns., M.Kes

Mengetahui :
Prodi S1-Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni, S.Kep,Ns., M.Kes


Kaprodi

III
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BANTUAN HIDUP DASAR


TERHADAP MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG
PADA MASYARAKAT DI DESA BAKALAN
KABUPATEN KEDIRI
Disusun Oleh :
DADANG ARI WIBOWO
10215037

Telah diuji Pada Tanggal 6 Agustus 2019

Oleh Tim Penguji :

Penguji I Winanda Rizki B S, S.Kep.Ns.,M.Kep ( )

Penguji II Putri Kristyaningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep ( )

Penguji III Wahyu Nur P., S.Kep.Ns.,M.Kes ( )

Penguji IV Paramita Ratna G., S.Kep.Ns.,M.Kes ( )

Mengetahui :
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ika Rahmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep


Dekan

IV
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dadang Ari Wibowo

Nim : 10215037

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup

Dasar Terhadap Motivasi Menolong Korban Henti

Jantung Pada Masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten

Kediri

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alih tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri, 3 Mei 2019


Yang Membuat Pertanyaan

Dadang Ari Wibowo


NIM. 10215037

V
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya pajatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong

Korban Henti Jantung di Desa Bakalan Kabupaten Kediri” dapat

terselesaikan.

Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Ec. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti

Wiyata Kediri.

2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami

untuk menyelesaikan pendidikan

3. Ika Rahmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Ely Isnaeni, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Program Studi SI Keperawatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

5. Wahyu Nur P, S.Kep.Ns.,M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

VI
6. Paramita Ratna G., S.Kep.Ns.,M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

7. Winanda Riski B S, S.Kep.Ns.,M.Kep dan Putri Kristianingih,

S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penguji skripsi yang memberikan masukan-

masukan yang berharga pada saya agar skripsi ini tersusun dengan baik.

8. Kepala Desa Bakalan Kabupaten Kediri telah memberikan ijin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Ayah, Ibu dan keluarga yang selalu menemani dan memberikan dorongan

baik secara materi, semangat dan motivasi agar saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

10. Sahabat saya saat kuliah di IIK Nita, Sigo, Haris, Ricard, Shinta, Ajeng,

Gogot, Yesi, Khafid terima kasih sudah ada di saat-saat jatuh bangun

perkuliahan dan skripsi ini

11. Teman – teman keperawatan angkatan 2015 yang telah memberi semangat

dan motivasi dalam terselesaikannya skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Saya sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi saya

berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.


Kediri, 3 Mei 2019

Penulis
VII
ABSTRAK
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi
Menolong Korban Henti Jantung Pada Masyarakat di Desa Bakalan
Kabupaten Kediri
Dadang Ari Wibowo, Wahyu Nur P¹, Paramita Ratna G²
Salah satu kondisi kegawatdaruratan yang mengancam jiwa dan membutuhkan
penanganan yang cepat dan segera adalah henti jantung. Orang dengan faktor
risiko penyakit jantung, seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan merokok
memiliki peningkatan risiko terjadinya henti jantung. Keterampilan Bantuan
Hidup Dasar menjadi penting karena didalamnya diajarkan tentang teknik dasar
penyelamatan dan menolong korban dari kejadian henti jantung yang biasa
dijumpai di sekitar masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar terhadap motivasi menolong
korban henti jantung pada masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.
Penelitian ini termasuk penelitian quasy experiment with pre-post test.
Pengambilan sampel di lakukan dengan Purposive Sampling dan didapatkan 50
responden. Pengumpulan data menggunakan motivation questionnaire (MQ) John
Smith. Analisis data menggunakan uji wilcoxson. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pre-test motivasi menolong korban henti jantung pada masyarakat di Desa
Bakalan yang terbanyak adalah kategori Tidak Termotivasi yaitu 17 responden
(34.0%), sedangkan hasil post-test yang terbanyak adalah kategori Sangat
Termotivasi yaitu sejumlah 26 responden (52.0%). Hasil uji wilcoxson
menunjukkan nilai p= 0.000 dimana nilai α=0.05 sehingga p<α. Ini bermakna
bahwa Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh terhadap
motivasi menolong korban henti jantung secara signifikan. Penelitian ini dapat
dilanjutkan sebagai intervensi di masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai Bantuan Hidup Dasar.

Kata Kunci : Bantuan Hidup Dasar, Pendidikan Kesehatan, Motivasi,


Masyarakat.

VIII
ABSTRACT
The Influence of Basic Life Support Health Education on
Motivation to Help Victims of Cardiac Arrest in the Community
in the Bakalan Village going to Kediri District
Dadang Ari Wibowo, Wahyu Nur P¹, Paramita Ratna G²
One of the emergency conditions that is life-threatening and requires prompt and
immediate treatment is cardiac arrest. People with risk factors for heart disease,
such as hypertension, hypercholesterolemia, and smoking have an increased risk
of cardiac arrest. Aid Basic Life Suport is important because inside are taught
about the basic techniques of rescue and help victims of cardiac arrest events were
common in the surrounding community. This study aims to determine the effect
of health education for basic life support to motivation to help victims of cardiac
arrest in the community in the village of Bakalan Kediri. This research was quasy
experiment with pre-post test. Sampling was done by purposive sampling and
obtained 50 respondents. Collecting data using motivation questionnaire (MQ)
John Smith. Data analysis used wilcoxson. The results showed that pre-test
motivation to help victims of cardiac arrest in the community in the village
Bakalan most are category Not Motivated ie 17 respondents (34.0%), while the
results of the post-test that most are category Highly Motivated ie number of 26
respondents (52.0%) , Wilcoxson test results show the value of p = 0.000 where
the value of α = 0:05 so that p <α. This means that Basic Life Support helth
education significantly influences motivation to help victims of cardiac arrest.
This research can be continued as an intervention in the community to increase
knowledge about Basic Life Support.

Keywords: Basic Life support, Health Education, Motivation, Society.

IX
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... I
HALAMAN JUDUL .................................................................................... II
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... III
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... IV
SURAT PERNYATAAN KASLIAN PENELITIAN ................................ V
KATA PENGANTAR .................................................................................. IV
ABSTRAK .................................................................................................... VIII
ABSTRACT .................................................................................................. IX
DAFTAR ISI ................................................................................................. X
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ XIII
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... XIV
DAFTAR TABEL ........................................................................................ XV
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. XVI
DAFTAR ARTI LAMBANG ...................................................................... XVII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan .............................................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bantuan Hidup Dasar
1. Definisi Bantuan Hidup Dasar .................................................... 7
2. Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar ............................................. 7
3. CPR Penolong Tidak Terlatih ..................................................... 8
4. Rantai Kelangsungan Hidup ....................................................... 10
5. Menerapkan Teknologi Media Sosial ......................................... 11
6. Saat Untuk Menghentikan RJP .................................................. 12
7. Komplikasi Yang Disebabkan RJP ............................................. 13
8. Posisi Pemulihan ........................................................................ 14
9. Penyedia layanan kesehatan BLS algoritma serangan jantung
pada orang dewasa ...................................................................... 15
B. Konsep Pendidikan Kesehatan

X
1. Definisi Pendidikan Kesehatan ................................................... 16
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan .................................................... 16
3. Faktor – factor yang mempengaruhi Pendidikan
Kesehatan .................................................................................... 17
4. Metode Pendidikan Kesehatan.................................................... 18
5. Media Pendidikan Kesehatan...................................................... 20
C. Konsep Motivasi
1. Definisi Motivasi ........................................................................ 20
2. Tujuan Motivasi .......................................................................... 21
3. Indikator Motivasi....................................................................... 21
4. Teori Motivasi............................................................................. 22
5. Jenis dan factor yang mempengaruhi Motivasi ......................... 26
D. Konsep Masyarakat
1. Definisi Masyarakat .................................................................... 26
2. Masyarakat Sebagai First Responder .......................................... 27
E. Konsep Henti Jantung
1. Definisi Henti Jantung ................................................................ 28
2. Tanda-tanda Cardiac Arrest ....................................................... 28
3. Proses Terjadinya Cardiac Arrest............................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 31
B. Hipotesis .......................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 34
B. Tempat Dan Waktu Penelitian......................................................... 34
C. Populasi, Sample Dan Teknik Sampling Penelitian ........................ 34
D. Variabel Dan Definisi Operasional.................................................. 36
E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 39
F. Metode Penelitian ............................................................................ 40
G. Pengelolah Dan Analisis Data ......................................................... 41
H. Tehnik Analisa Data ........................................................................ 44
I. Etika Penelitian ................................................................................ 44
J. Kerangka kerja................................................................................. 46
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Data Umum .................................................................................... 47
B. Data Khusus ..................................................................................... 48
BAB VI PEMBAHASAN
A. Motivasi menolong korban henti jantung sebelum diberikan
Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar .................................. 51
B. Motivasi menolong korban henti jantung sesudah

XI
diberikan Pendidikan Bantuan Hidup Dasar ................................... 53
C. Pengaruh Pendidikan Kesehatan BHD terhaap Motivasi ................ 55
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

XII
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Permohonan Pengambilan Data Awal ........... 61


Lampiran 2. Pemberian Izin Penelitian ................................................ 62
Lampiran 3. Lembar Bimbingan Konsultasi Proposal Skripsi ............ 63
Lampiran 4. Surat Keterangan Melanjutkan Penelitian ....................... 64
Lampiran 5. Jadwal kegiatan Penelitian .............................................. 65
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ....................... 66
Lampiran 7. Lembar kuesioner motivasi menolong ............................ 67
Lampiran 8. Lembar Informed consent ............................................... 69
Lampiran 9. Satuan Acara Kegiatan .................................................... 71
Lampiran 10. Dokumentasi .................................................................. 84
Lampiran 11. Hasil Uji SPSS ............................................................... 86
Lampiran 12. Surat pernyataan menjadi enumerator ........................... 94

XIII
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Urutan pemberian bantuan dasar ................................................ 12


Gambar II. 2 Recovery Position ................................................................................ 15
Gambar II. 9 Penyedia layanan kesehatan BLS algoritma serangan jantung
pada Orang Dewasa.......................................................................................... 15
Gambar III.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 31
Gambar IV.2 Kerangka Kerja .......................................................................... 46

XIV
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Definisi Operasional ...................................................................... 38


Tabel V.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia ....... 47
Tabel V.2 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Bakalan ........................... 47
Table V.4 Distribusi nilai Pre-test Motivasi menolong korban henti jantung . 48
Table V.5 Distribusi nilai Post-test Motivasi menolong korban henti jantung 49
Table V.6 Tabulasi silang motivasi menolong sebelum dan sesudah .............. 49
Table V.7 Hasil uji statistic menggunakan Wilcoxson ..................................... 50

XV
DAFTAR SINGKATAN

OHCA : Out of Hospital Cardiac Arrest

BHD : Bantuan Hidup Dasar

BLS : Basic Life Support

CPR : Cardio pulmonary Resuscitation

RJP : Resusitasi Jantung Paru

AHA : American Heart Association

ROSC : Retrun of Spontaneous Circulation

AED : Automatiec External Defibrillator

NHS : National Health Service

ERG : Existenc Relatedness Growth

SATPAM : Satuan Pengaman

VF : Ventrikel Fibrilasi

VT : Ventrikel Takhikardi

PEA : Pulseless Electrical Activity

DC : Direct Current

TNI : Tentara Nasional Indonesia

BTCLS : Basic Trauma Cardiac Life Support

PAD : Public Access Defibrillation

XVI
DAFTAR ARTI LAMBANG

Daftar Arti Simbol :

( = Kurung buka

) = Kurung tutup

> = Lebih besar atau sama dengan

< = Kurang dari atau sama dengan

> = Lebih dari

< = Kurang dari

, = Koma

. = Titik

= = Sama dengan

: = Titik dua

; = Titik koma

/ = Atau

= Tanda penghubung / sampai dengan

= Anak panah

XVII
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa dan

membutuhkan penanganan yang cepat dan segera adalah henti jantung

(Pusbankes, 2013). Kejadian henti jantung di luar rumah sakit sebagian besar

terjadi di rumah. Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kejadian

henti jantung mekanis yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi

dan terjadi di luar rumah sakit. Kejadian henti jantung dapat menyebabkan

kematian maupun disabilitas jika tidak ditangani, dengan usia Laki-laki 40

tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena henti jantung satu

berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu berbanding 24

orang. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi,

hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya

henti jantung (Iskandar,2008).

Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan pertolongan yang

pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kehidupan dan mencegah

kematian saat penderita mengalami keadaan henti jantung maupun henti nafas

yang dapat mengancam nyawa seseorang (Guyton & Hall, 2008).

Keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD) menjadi penting karena

didalamnya diajarkan tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan dan

menolong korban dari berbagai macam kejadian atau musibah sehari-hari

1
2

yang biasa dijumpai di sekitar masyarakat (Fajarwati, dalam Hasanah, 2015).

BHD merupakan penentu penting dalam kelangsungan hidup korban henti

jantung. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan jumlah bystander

BHD di masyarakat (American Heart Association, 2015). Menerapkan

teknologi media sosial untuk memanggil penolong yang berada dalam jarak

dekat dengan korban dugaan OHCA serta bersedia dan mampu melakukan

CPR adalah tindakan yang wajar bagi masyarakat . Alasannya Terdapat sedikit

bukti untuk mendukung penggunaan media sosial oleh operator untuk memberi

tahu calon penolong korban serangan jantung terdekat, dan pengaktifan media

sosial belum terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup korban OHCA.

Namun, dalam penelitian terbaru di Swedia, terjadi peningkatan yang

signifikan pada jumlah CPR yang dilakukan pendamping bila sistem operator

ponsel digunakan. Dengan tingkat bahaya rendah dan potensi manfaat yang

tersedia, serta keberadaan perangkat digital di mana pun, pemerintah kota

dapat mempertimbangkan untuk menerapkan teknologi ini ke dalam sistem

perawatan OHCA mereka (American Heart Association, 2015).

Salah satu penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa di

Amerika Serikat adalah OHCA dengan jumlah kejadian mencapai sekitar

300.000 setiap tahun dan sekitar 92% orang meninggal karena OHCA (Bryant

et al dalam Dewi, 2015). Di Indonesia sendiri belum didapatkan data yang

jelas mengenai jumlah prevalensi kejadian henti jantung di kehidupan sehari-

hari atau di luar rumah sakit, namun diperkirakan sekitar 10.000 warga per

tahun yang berarti 30 orang per hari mengalami henti jantung. Kejadian
3

terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner. Kematian yang disebabkan

oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan

stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada

tahun 2030 (Depkes, 2014). Di Desa Bakalan itu sendiri di dapatkan beberapa

penyakit atau kondisi yang dapat besar mempengaruhi dan meyebabkan henti

jantung, di antaranya darah tinggi, hiperkolesterol, obesitas, merokok, riwayat

keluarga penyakit arteri koroner, diabetes dan stroke.

Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau

promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil

yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan,

atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif

oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)

BHD merupakan penentu penting dalam kelangsungan hidup korban henti

jantung. Hal tersebut menuntut untuk peningkatan jumlah bystander di

lingkungan. Kenyataan yang ada di lapangan adalah pertolongan BHD tidak

mudah dilakukan terutama untuk masyarakat awam. Peningkatan jumlah orang

yang terlatih dalam BHD di sekolah menengah atas memberikan akses yang

besar untuk masuk dalam masyarakat (American Heart Association, 2015).

Hal tersebut dapat meminimalkan keengganan dan meningkatkan motivasi


4

seseorang dalam melakukan tindakan BHD. Motivasi merupakan dorongan

dalam diri manusia untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

Tindakan kesatuan lengkap pada BHD disebut Cardiopulmonary

Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP). CPR adalah suatu

tindakan darurat sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan

atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal

untuk mencegah kematian biologis (Muttaqin, 2009). CPR sebagai usaha

pemberian bantuan sirkulasi sistemik beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh

secara efektif dan optimal sampai diperoleh kembali sirkulasi sistemik spontan

atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk

melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan (American Heart

Association, 2015).

Telah disimpulkan bahwa BHD memiliki peran penting terhadap

keselamatan orang yang mengalami henti jantung. BHD penting

disosialisasikan pada orang awam mengingat hal tersebut dan mengingat

kejadian henti jantung mayoritas terjadi di luar rumah sakit. Orang awam yang

tidak memiliki pengetahuan tentang BHD lebih cenderung untuk tidak

melakukan pertolongan jika menemui kejadian henti jantung, mereka akan

minim motivasi untuk melakukan penyelamatan terhadap korban.

Motivasi adalah semua bentuk verbal, fisik dan pisikologi yang membuat

seseorang melakukan sesuatu sebagai respons. tujuan atau akhir dari

menggungkapkan bahwa motivasi pada proses gerakan termasuk situasi yang

mendorong pada setiap individu, serta tingkah laku yang di timbulkan dalam
5

situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan dan perbuatan (Sunaryo,

2013).

Dengan diadakanya pendidikan kesehatan Bantuan Hidup Dasar ini

di harapkan akan lebih pahamnya masyarakat mengenai bagaimana proses

menolong korban henti jantung mulai dari proses awal hingga meminta

pertolongan tiem medis, berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui

tentang pengaruh dari pelatihan bantuan hidup dasar terhadap motivasi

menolong korban henti jantung.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar pada

masyarakat terhadap motivasi menolong korban henti jantung pada

masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar

terhadap motivasi menolong korban henti jantung pada masyarakat di

Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

2. Tujuan Khusus

a) Identifikasi motivasi menolong korban henti jantung sebelum

pendidikan kesehatan pada masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten

Kediri.
6

b) Identifikasi motivasi menolong korban henti jantung sesudah

pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar pada masyarakat di Desa

Bakalan Kabupaten Kediri.

c) Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar

terhadap motivasi menolong korban henti jantung pada masyarakat

di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

D. Manfaat

1. Bagi institusi

Menambah daftar pustaka tentang pengaruh pendidikan kesehatan

bantuan hidup dasar terhadap tingkat motivasi menolong korban henti

jantung bagi institusi yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan

mengenai bantuan hidup dasar.

2. Bagi peneliti

Peneliti dapat menganalisis apakah pendidikan kesehatan bantuan

hidup dasar pada masyarakat dapat mempengaruhi motivasi

masyarakat dalam menolong korban henti jantung.

3. Bagi tempat yang diteliti

Menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai Bantuan

Hidup Dasar tentang tata cara dan proses yang harus di lakukan.

4. Bagi peneliti lain

Diharapkan dari hasil penelitian yang di buat ini bias menjadi

acuan sumber dalam penelitian yang selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bantuan Hidup Dasar

1. Definisi

Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan

untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan

yang mengancam nyawa (Guyton & Hall, 2008). Tindakan kesatuan

lengkap pada Bantuan Hidup Dasar disebut Cardio pulmonary

Resuscitation (CPR). Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah

suatu tindakan darurat sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan

henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis)

ke fungsi optimal untuk mencegah kematian biologis (Muttaqin, 2009).

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) sebagai usaha pemberian bantuan

sirkulasi sistemik beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif

dan optimal sampai diperoleh kembali sirkulasi sistemik spontan atau

telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk

melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan (American Heart

Association, 2015).

2. Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar

Setiap prang bias menjadi penolong untuk korban henti jantung.

Keterampilan CPR dan penerapannya tergantung pada pelatihan,

pengalaman, dan keyakinan yang dimiliki oleh seorang penyelamat.

Penekanan atau pijat dada adalah merupakan dasar dari CPR. Semua

7
8

penyelamat meskipun dirinya tidak pernah mengikuti pelatihan harus

memberikan kompresi dada pada korban henti jantung. Karena sangat

penting, penekanan dada atau CPR sangat penting bagi semua korban

tanpa memandang usia. Tim penyelamat yang mampu harus menambah

ventilasi untuk kompresi dada (Travers, 2010)

CPR telah sangat berkembang dari teknik yang dilakukan oleh

dokter maupun tenaga professional. Keterampilan menyelamatkan

nyawa cukup mudah untuk di lakukan bagi siapa saja yang ingin belajar.

Namun, peneliti telah menunjukkan beberapa factor yang menghalangi

masyarakat untuk melakukan suatu tindakan, yakni rasa takut ketika

melakukan pertolongan bahwa mereka akan melakukan kesalahan dalam

tindakan, takut tanggung jawab hokum, maupun takut adanya infeksi

jika dilakukan melalui mulut ke mulut. Keefektifan CPR yang diberikan

segera setelah henti jantung memiliki dua atau tiga kesempatan untuk

korban dapat hidup, tetapi hanya 32 persen dari korban henti jantung

mendapatkan bantuan hidup dasar dari penyelamat. Sayangnya, kurang

dari delapan persen dari penderita henti jantung di luar rumah sakit dapat

bertahan hidup ( American heart association, 2015).

3. Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan Kualitas CPR: CPR Penolong

Tidak Terlatih.

Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam

rekomendasi Pembaruan Pedoman 2015 untuk CPR orang dewasa oleh

penolong tidak terlatih hubungan penting dalam rantai kelangsungan


9

hidup pasien dewasa di luar rumah sakit tidak berubah sejak 2010,

dengan tetap menekankan pada algoritma BLS ( bantuan hidup dasar )

yang disederhanakan. Algoritma BLS dewasa telah diubah untuk

menunjukkan fakta bahwa penolong dapat mengaktifkan system

tanggap darurat ( melalui penggunaan ponsel ) tanpa meninggalkan

korban. Masyarakat yang anggotanya beresiko terkena serangan jantung

disarankan menerapkan program PAD (Public Access Defibrillation).

Rekomendasi diperkuat dengan mengenalkan lagsung terhadap kondisi

korban yang tidak menunjukkan reaksi, pengaktifan system tangap

darurat, dan insiasi CPR jika penolong tidak terlatih menemukan

korban dengan tanda korban tidak menunjukkan reaksi bernafas atau

tidak bernafas normal ( tersengkal ). Identifikasi cepat terhadap

kemungkinan serangan jantung oleh operator telah di tingkatkan

melalui penyediaaan intruksi CPR secepatnya kepada pemanggil ( CPR

yang di pandu oleh operator ). Urutan yang di sarankan untuk satu-

satunya penolong telah di konfrimasi : penolong diminta untuk

melkukan komprensi dada sebelum melakukan nafas buatan ( C-A-B,

bukan A-B-C ) agar dapat mengurangi penundaan komprensi pertama.

Satu-satunya penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada

diikuti oleh 2 kali napas buatan. Terdapat penekanan lanjutan pada

karakteristik CPR berkualitas tinggi : mengkompresi dada dengan

kecepatan dap kedalaman yang memadai, membolehkan recoil dada

sepenuhnya setelah setiap kompresi dada, meminimalkan ganguan


10

dalam kompresi dada dan mencegah ventilasi yang berlebihan.

Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 /min

( diperbaharui dari minimum 100/ min ) rekomendasi yang

diklasifikasikan untuk kedalaman kompresi dada pada orang dewasa

minimum 2 inci (5cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 (6cm).

Perubahan ini dirancang untuk menyederhanakan pelatihan

penolong tidak terlatih dan menekankan pentingnya kompresi dada di

awal bagi korban serangan jantung mendadak.

4. Rantai Kelangsungan Hidup

Rantai Kelangsungan Hidup terpisah telah direkomendasikan yang

akan mengidentifikasi jalur penawaran yang berbeda antara korban

yang mengalami serangan jantung di rumah sakit dan yang di luar rumah

sakit. Pasien yang mengalami OHCA mengandalkan masyarakat untuk

memberikan dukungan. Penolong tidak terlatih harus mengenali

serangan, meminta bantuan, dan memulai CPR, serta memberikan

defibrilasi (misalnya, PAD/public-access defibrillation) hingga tim

penyedia layanan medis darurat (EMS / emergency medical service)

yang terlatih secara profesional mengambil alih tanggung jawab, lalu

memindahkan pasien ke unit gawat darurat dan/atau laboratorium

kateterisasi jantung. Pada akhirnya, pasien dipindahkan ke unit

perawatan kritis untuk perawatan lebih lanjut. Sebaliknya, pasien yang

mengalami HCA mengandalkan sistem pengawasan yang sesuai

(misalnya, sistem tanggapan cepat atau sistem peringatan dini) untuk


11

mencegah serangan jantung. Jika terjadi serangan jantung, pasien

mengandalkan interaksi sempurna dari berbagai unit dan layanan

institusi serta bergantung pada tim penyedia profesional multidisipliner,

termasuk dokter, perawat, ahli terapi pernapasan, dan banyak lagi

(American Heart Association, 2015).

5. Menerapkan teknologi Media Sosial untuk Memanggil Penolong

(OHCA)

Menerapkan teknologi media sosial untuk memanggil penolong

yang berada dalam jarak dekat dengan korban dugaan OHCA serta

bersedia dan mampu melakukan CPR adalah tindakan yang wajar bagi

masyarakat . Alasannya Terdapat sedikit bukti untuk mendukung

penggunaan media sosial oleh operator untuk memberi tahu calon

penolong korban serangan jantung terdekat, dan pengaktifan media

sosial belum terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup korban

OHCA. Namun, dalam penelitian terbaru di Swedia, terjadi peningkatan

yang signifikan pada jumlah CPR yang dilakukan pendamping bila

sistem operator ponsel digunakan. Dengan tingkat bahaya rendah dan

potensi manfaat yang tersedia, serta keberadaan perangkat digital di

mana pun, pemerintah kota dapat mempertimbangkan untuk

menerapkan teknologi ini ke dalam sistem perawatan OHCA mereka

(AHA, 2015).
12

6. Saat untuk menghentikan RJP menurut American Heart Association

(2015)

Ada alasan yang kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP

antara lain:

a. Penolong sudah melakukan bantuan secara optimal mengalami

kelelahan atau jika petugas medis sudah sampai untuk mengambil

alih pertolongan.

b. Penderita yang sudah tidak merespon setelah dilakukan pertolongan

bantuan hidup jantung lanjutan semala minimal 20 menit.

c. Adanya tanda-tanda kematian pasti


13

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa penderita sudah

mengalami mati biologis, yaitu :

a. Kebiruan (livor mortis)

Tanda merah tua sampai kebiruan pada bagian tubuh bagian bawah

(kalua penderita dalam keadaan terkentang, pada pingang bagian

bawah).

b. Kekakuan (rigor mortis)

Anggota tubuh dan batang tubuh kaku, mulai 4 jam, menghilang

setelah 10 jam.

c. Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk.

d. Cedera yang tidak mungkin penderita hidup seperti terputusnya

kepala.

7. Komplikasi yang disebabkan RJP menurut American Heart

Association, (2015)

Walaupun dilakukan dengan benar RJP dapat menyebabkan

komplikasi diantaranya :

a. Patah tulang iga terutama pada orang tua.

b. Penemotorak (udara dalam ronga dada, tetapi di luar paru-paru,

sehingga menyebab kan pengguncupan paru-paru)

c. Hemotorak (darah dalam ronga dada, tetapi di luar paru-paru,

sehingga menyebabkan pengguncupan pada paru-paru)

d. Luka dan memar pada paru-paru

e. Luka pada hati dan limpa


14

f. Distensi pada abdomen (perut kembung) akibat dari peniupan yang

salah.

8. Posisi pemulihan (Recovery Position)

Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan,

masing-masing memiliki tujuan. Tida ada satu posisi tunggal yang

paling sempurna untuk korban. Posisi harus stabil, setengah lateral

dengan kepala dependen dan tidak ada halangan pada bagian dada.

Untuk menempatkan pemuliah pada seseorang :

a. Berlutut di lantai di salah satu sisi korban

b. Tempatkan lengan terdekat dari anda kekanan tubuh korban

diluruskan kearah kepala.

c. Selipkan tangan korban yang lain untuk di selipkan ke kepala

korban, sehingga punggung tangan korban menyentuh pipi korban.

d. Menekuk sudut terjauh dari anda kesudut kanan

e. Memiringkan korban kearah penolong dengan hati-hati dengan

menarik lutut yang di tekuk.

f. Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah untuk

menahan agar korban tidak bergulir terlalu jauh.

g. Membuka jalan nafas dengan memiringkan kepala korban dan

membuka daku secara perlahan.

h. Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan nafas korban.

i. Tetap bersama korban dan monitor pernafasan dan denyut nadi terus

menerus sampai bantuan tiba.


15

j. Jika memungkinkan ubah posisi miring yang lain setelah 30 menit.

Gambar II . 2 Recovery Position ( http://kampus2ku.blogspot.com/2016/10/posisi-


pemulihan-pada-korban-tidak-sadar.html?m=1 )

9. Penyedia layanan kesehatan BLS algoritma serangan jantung pada

orang dewasa.
16

B. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini

tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses

(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output

(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu

promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran

dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya

perilaku tersebut dalam (Notoadmojo, 2012) yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi Promosi

kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan

juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat

dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan

kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan


17

kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan,

billboard, dan sebagainya.

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat) Bentuk

promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan

cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana

untuk pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin) Promosi

kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan pelatihan

bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri

dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan

dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang

menerima informasi yang didapatnya.


18

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah

pula dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan

masyarakat dengan penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang

ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah


19

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2. Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya

kelompok, yaitu :

1. Kelompok besar

2. Kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa.

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat.

Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.


20

5. Media Pendidikan kesehatan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut

(Notoadmojo, 2012).

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan – pesan

yang diterima oran lain.

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

C. Konsep Motivasi

1. Definisi

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-

faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah

laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2009). Sarwono

(2000) mengungkapkan bahwa motivasi menunjuk pada proses gerakan

termasuk situasi yang mendorong seseorang berbuat sesuatu yang timbul

dari dalam individu. Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki
21

makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan

kebutuhan yang akan terpenuhi (Setiawati, 2008). Motivasi adalah

semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang

melakukan sesuatu sebagai respon (Stevenson, 2001). Motivasi adalah

hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia

supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal

(Hasibuan, 2009). Motivation questioner digunakan untuk memahami

dan mengeksplorasi kondisi yang meningkatkan atau menurunkan

motivasi (Motivasion Questionar, 2017) Berdasarkan uraian diatas, maka

dapat mengertian motivasi masyarakat untuk menolong.

2. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah

untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan

dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010).

3. Indikator motivasi

Indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Hamzah,

2011)

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan

c. Adanya harapan dan cita-cita

d. Adanya penghargaan dalam

e. Adanya kegiatan yang menarik


22

f. Adanya lingkungan yang kondusif .

4. Teori Motivasi

Munculnya teori motivasi modern dilandasi oleh perilaku

kebutuhan, penguatan, kesadaran, karakteristik pekerjaan, dan perasaan

atau emosi (Asmuji, 2012), yaitu sebagai berikut ini :

Teori Motivasi Kebutuhan Teori motivasi kebutuhan muncul

didasarkan bahwa individu dalam hidupnya ingin memenuhi

kebutuhannya, baik fisiologis maupun psikologis secara baik atau

cukup. Kebutuhan diartikan sebagai kekurangan fisiologis atau

psikologis yang mendorong timbulnya perilaku (Asmuji, 2012).

Beberapa teori kebutuhan motivasi yang terkenal antara lain sebagai

berikut :

1) Teori motivasi Maslow

Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini

didasarkan pada teori holistik dinamis yang mencakup kebutuhan

fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang,

kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi. Oleh karena itu, teori

motivasi ini dikenal dengan “Teori Kebutuhan”. Teori ini didasarkan

pada hierarki kebutuhan mulai dari yang paling dasar menuju

kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Artinya, seseorang

akan memenuhi kebutuhan tingkat pertama dulu sebelum mereka

memenuhi kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya.


23

2) Teori kebutuhan McClelland

Teori McClelland ini dikenal juga dengan teori kebutuhan untuk

mencapai prestasi yang dikemukakan oleh David McClelland.

Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai motivasi yang

berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan

prestasi. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan akan

prestasi (nach-need for Achievement); kebutuhan akan kekuasaan

(npow-need for Power); dan kebutuhan akan kelompok

pertemanan/afiliasi (naff-need for Affiliation). Menurut McClelland,

karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki

tiga ciri umum, yaitu (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-

tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi

ketika kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri,

bukan karena faktor-faktor lain, seperti keberuntungan atau

kemujuran; (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan

kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi

rendah.

3) Teori motivasi Herzberg

Teori ini sering dikenal dengan teori dua faktor, yaitu faktor

motivasional dengan faktor hygiene atau pemeliharaan. Teori ini

dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Berdasarkan teori ini, yang

dimaksud faktor motivasional adalah segala sesuatu yang mendorong

seseorang berprestasi yang sifatnya intrinsik atau bersumber dari


24

dalam dirinya, antara lain pekerjaan seseorang, keberhasilan yang

diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan

orang lain. Adapun, yang dimaksud dengan faktor hygiene atau

pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang

bersumber dari luar diri, yang turut menentukan perilaku seseorang

dalam kehidupan seseorang, antara lain status seseorang dalam

kehidupan seseorang, antara lain status seseorang dalam organisasi,

hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang

dengan rekan-rekan sekerjanya, sistem administrasi dalam organisasi,

dan sistem imbalan yang berlaku.

4) Teori ERG (Existence Relatedness Growth ) dari Clyton Alderfer

Teori ERG ini dikemukakan oleh Clyton Alderfer. Akronim

ERG dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga

istilah, yaitu E = Existence (kebutuhan akan eksistensi); R =

Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain);

dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Secara konseptual,

terdapat persamaan antara teori atau model yang dikemukakan oleh

Maslow dan Alderfer. Existense dapat dikatakan identik dengan

hierarki pertama (physiological needs) dan kedua (safety needs) dalam

teori Maslow; Relatedness identik dengan hierarki kebutuhan ketiga

(love needs) dan keempat (esteem needs) menurut konsep Maslow dan

Growth mengandung makna sama dengan self actualization menurut


25

Maslow; dan teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis

kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.

5) Teori peguatan Thorndike dan Skinner

berpendapat bahwa perilaku individu dikendalikan oleh

konsekuensinya. Individu akan mengulangi perilaku yang diikuti oleh

konsekuensi yang mendukung dan menghindari perilaku yang

mengakibatkan konsekuensi yang tidak mendukung. Artinya,

seseorang yang dapat melakukan pekerjaan secara maksimal sampai

akhirnya mengalami kepuasan kerja dapat menjadi motivasi seseorang

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi. Bahkanpenghargaan

dari organisasi juga dapat mempengaruhi motivasi individu dalam

kinerjanya.

6) Teori keadilan

Teori keadilan mengemukakan bahwa individu dalam

organisasi akan cenderung membandingkan antara segala sesuatu

yang diberikan kepada organisasi dan penghargaan yang dia dapatkan.

Individu juga akan membandingkan penghargaan yang dia terima

dengan yang diterima individu lain dalam pekerjaan dan tanggung

jawab yang sama. Individu akan mempunyai motivasi tinggi jika

penghargaan yang dia terima atas pekerjaan dan tanggung jawabnya

dirasa memenuhi keadilan.


26

5. Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi

a. Motivasi Intrinsik

Berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku

yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas

(Purwanto, 2010). Factor yang mempengaruhi motivasi intrinsik

adalah kebutuhan untuk mengetahui dan kebutuhan untuk

mencapainyan sebagai motivasi utama (Berlyne, 1954)

b. Motivasi Ekstrinsik

Berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain

atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan motivasi

ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak

tercapai kebutuhan dan factor yang mempengaruhinya antara lain

dorongan keluarga, media dan lingkungan (Purwanto, 2010).

D. Konsep Masyarakat

1. Definisi

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul

(berinteraksi) menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama

(Koentjaraningrat,1990)

Ciri-ciri suatu masyarakat seperti yang telah di kemukakan oleh

koentjaraningrat (1990) :

a. Interaksi antar warga-warganya


27

b. Adat istiadat, norma-norma, hokum-hukum dan aturan-aturan khas

yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga kota dan desa.

c. Suatu komunitas dalam waktu.

d. Suatu identitas kuat yang megikat semua orang.

2. Masyarakat sebagai first responder

Orang awan di dalam masyarakat menurut perannya di bedakan

menjadi (pro emergency, 2011) :

a. Orang awam biasa

Orang awam biasa atau masyarakat umum biasanya adalah orang

yang berada paling dekat dengan kejadian. Apabila kejadian terjadi di

jalan raya maka yang pertama kali menemukan korban adalah

pengendara kendaraan , pejalan kakai, anak sekolah, pedagan di sekitar

dan orang lainnya. Apabila kejadian di lokasi pabrik maka yang

menemukan penderita adalah karyawan yang bekerja ditempat itu.

Secara sepontan mereka akan melakukan pertolongan sesuai dengan

kemampuannya.

b. Orang awam khusus

Orang awam khusus maksudnya adalah orang yang bekerja pada

pelayanan masyarakat atau memiliki tanggung jawab atas keamanan

dan kenyamanan masyarakat di antaranya polisi, pemadam kebakaran,

satpol pp, satuan pengaman (SATPAM) dan tentara. Sesuai dengan

tanggung jawab kepada masyarakat orang awam khususnya


28

seharusnya di latih untuk melakukan pertolongan pada penderita gawat

darurat di lokasi kejadian.

E. Konsep henti jantung

1. Definisi

Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan

mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan

penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa

diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak

(American Heart Association,2015).

2. Tanda-tanda henti jantung.

Tanda- tanda henti jantung menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat

118 (2010) yaitu:

a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,

tepukan di pundak ataupun cubitan.

b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika

jalan pernafasan dibuka.

c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

3. Proses terjadinya cardiac arrest

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya

aritmia: fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik

tanpa nadi (PEA), dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118,

2010).
29

a) Fibrilasi ventrikel

Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan

kematian mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat

melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar

saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah

CPR dan DC shock atau defibrilasi.

b) Takhikardi ventrikel

Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel

biasanya karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan

impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi

nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri

akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga

berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan

keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika

mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VT dengan gangguan

hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi),

pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan

CPR adalah pilihan utama.

c) Pulseless Electrical Activity (PEA)

Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak

menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas

tetapi tidak adekuat sehinggatekanan darah tidak dapat diukur dan


30

nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus

segera dilakukan.

d) Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas

listrik pada jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk

adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus

segera diambil adalah CPR


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP
Masyarakat Desa Bakalan

Factor yang mempengaruhi


pendidikan kesehatan Pendidikan Kesehatan Bantuan
1. Tingkat pendidikan Hidup Dasar
2. Tingkat social ekonomi
BHD
3. Adat istiadat
4. Kepercayaan masyarakat
5. Ketersediaan waktu Tingkat Pengetahuan

Keinginan

1. Keb. Pencapaian Motivasi


2. Keb. ingin tahu 1.Keinginan
3. Dorongan orang tua
2.Etika
4. Media
3.Tekanan
5. Lingkungan
4.Aktivitas

1. Sangat termotivasi
2. Termotivasi
3. Tidak berubah
4. Tidak termotivasi
5. Sangat tidak termotivasi

Keterangan :
: Yang diteliti
: Tidak diteliti

Gambar III . 1 Kerangka konsep pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar

31
32

1. Penjelasan Kerangka Konseptual

Pendidikan kesehatan Bantuan Hidup Dasar di berikan kepada

masyarakat Desa Bakalan yang dimana pendidikan kesehatan sendiri

memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya Tingkat

pendidikan dimana semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapat, Tingkat sosial ekonomi

semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang semakin mudah pula dalam

mnerima informasi baru, Adat istiadat masih sangat menghargai dan

menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh dibiarkan,

Kepercayaan masyarakat adanya kepercayaan masyarakat dengan

penyampaian informasi dan Ketersediaan waktu memperhatikan tingkat

aktivitas masyarakat. Dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan dan kemudian keinginan individu sehingga

memberikan motivasi, yang dimana di bagi menjadi empat, yang pertama

motivasi keinginan, etika, tekanan dan motivasi aktivitas. Dari keempat

motivasi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik

berupa kebutuhan pencapaian, kebutuhan ingin tahu, dorongan orang tua,

media dan lingkungan dari keempat motivasi akan memberikan hasil akhir

output Sangat termotivasi Termotivasi Tidak berubah Tidak termotivasi Sangat

tidak termotivasi.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam


33

bentuk kalimat pernyataan (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh pendidikan bantuan hidup dasar terhadap motivasi

menolong korban henti jantung pada masyarakat.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

diskritif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang

tujuannya untuk melihat gambaran fenomena ( termasuk kesehatan ) yang

terjadi didalam populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Metode Penelitian ini

menggunakan penelitian quasy experiment with pre-post test.

quasy experiment with pre-post test

O1 X O2

Keterangan : x : experiment

O1 : pretest

O2 : posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dimulai bulan Mei 2018 - Juli 2019

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber daya yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria

34
35

yang telah ditetapkan dalam sebuah penelitian (Nursalam, 2015). Populasi

penelitian ini 200 adalah warga masyarakat Desa Bakalan Kecamatan

Grogol Kabupaten Kediri lebih tepatnya Dusun Bakalan Kidul yang

memiliki keluarga resiko tinggi mengalami henti jantung.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat di

pergunakan sebagai subjek dalam penelitian melalui sampling (Nursalam,

2015).

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam

penelitian adalah :

a. Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2015). Kriteria inklusi dalam penelitian adalah :

1. Usia 26 – 35 tahun

2. Bisa membaca dan menulis

3. Belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan bantuan hidup

dasar.

4. Warga Desa Bakalan Kidul RW 005

b. Kriteria eksklusi :

1. Warga yang tidak mengikuti pendidikan kesehatan sampai selesai.

2. Warga yang memiliki disabilitas cacat fisik dan mental.


36

3. Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara – cara yang

di tempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar

- benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016).

Tehnik sampling yang di gunakan adalah Purposive Sampling.

Apa bila jumlah sampel kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika sampelnya lebih besar

maka besarnya jumlah sampel dapat diambil antara 20-25% dari jumlah

populasi yang ada, sehingga jumlah sampel yang di peroleh peneliti adalah

50 0rang. (Arikunto,2010).

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2015). Variabel biasanya

dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungan atau

pengaruhnya terhadap variabel lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pendidikan Bantuan Hidup Dasar.

a. Variabel Dependen (Terikat)


Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2015). Variabel dependen adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau


37

pengaruh dari variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah motivasi menolong korban henti jantung.


38

2. Definisi Operasional

Tabel IV.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor
1. Variabel independen : Pendidikan Kesehatan adalah Ceramah - -
pendidikan kesehtan segala upaya yang pendidikan
Bantuan hidup dasar direncanakan untuk kesehatan
mempengaruhi orang lain, bantuan hidup
baik individu, kelompok, atau dasar dan video
masyarakat, sehingga mereka menolong
melakukan apa yang korban henti
diharapkan oleh pelaku jantung.
pendidikan atau promosi
kesehatan.
2. Variabel dependen : Semua bentuk verbal, fisik Dalam Kuesioner Ordinal ≤ 35 = Sangat Tidak
Motivasi Menolong dan pisikologi yang membuat kuesioner ada Termotivasi.
seseorang melakukan pertanyaan yang
35 - 45 = Tidak Termotivasi.
pertolongan pada korban mencangkup :
henti jantung. 46 - 55 = Tidak Berubah.
1. Keinginan
2. Etika 56 – 65 = Termotivasi.
3. Tekanan
4. Aktivitas ≥ 66 = Sangat Termotivasi.
(Azwar S, 2010)

38
39

E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini diklasifikasi
menjadi dua, yaitu :
1. Tahap persiapan

Langkah administrasi

a. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketua program studi S-1

Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

b. Peneliti meminta surat pengantar kepada Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

c. Peneliti mengajukan izin kepada instansi berwenang ditempat

penelitian untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.

d. Melakukan studi pendahuluan di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

e. Peneliti meminta surat pengantar untuk melakukan penelitian di Desa

Bakalan Kabupaten Kediri.

2. Tahap pelaksanaan

Langkah Teknis Penelitian

a. Pengambilan sampel data dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.

b. Mempersiapkan formulir.

c. Peneliti melakukan permintaan ijin kepada perangkat Desa Bakalan

untuk mendapatkan persetujuan dari warga Desa Bakalan sebagai

responden penelitian.

d. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada responden.


40

e. Peneliti memberikan kuesioner motivasi menolong sebelum dan

sesudah pendidikan kepada responden serta mempersilahkan responden

untuk mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk.

f. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

mempraktekkan Bantuan Hidup Dasar dan diberikan kesempatan

bertanya.

g. Mengucapkan terima kasih kepada responden atas kesediaannya untuk

menjadi responden penelitian.

h. Setelah kuesioner terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dan

analisis data yang dibuat laporan.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam sebuah

penelitian.

1. Data primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan

secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diambil dari kuesioner yang diberikan

kepada responden.

2. Alat/Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang dipergunakan

pada penelitian ini adalah pada variabel dependen yaitu motivasi menolong
41

korban henti jantung dengan menggunakan kuesioner Motivation

Questionare (MQ) yang di kembangkan oleh John Smith dan telah di

modivikasi oleh peneliti kuesioner tersebut terdiri dari 20 pertanyaan.

Motivasi menolong terbagi atas komponen keinginan dengan jumlah

pertanyaan 5, etika dengan jumlah 5, tekanan dengan jumlah 5, dan

komponen aktivitas sejumlah 5 pertanyaan. Penelitian juga ditunjang

dengan SAK sebagai satuan acara kegiatan yang akan dilakukan.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan

Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih

dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi.

Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Setiap penelitian tentu ada pengolahan

data begitu juga dengan penelitian deskriptif yang biasanya pengolahan

data dipergunakan dengan tujuan penelitian untuk penjajagan atau

pendahuluan, tidak untuk menarik kesimpulan, hanya memberikan

gambaran deskripsi tentang data yang ada. Langkah-Langkah pengolahan

data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2012). Editing dapat

dilakukan pada dalam langkah ini adalah :

1) Mengecek nomer responden dan kelengkapan pengisian.


42

2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data termasuk pula kelengkapan lembar instrumen,

barangkali ada yang terlepas atau sobek.

3) Mengecek masalah isian data.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kegiatan dalam

langkah ini antara lain :

1. Kategori Sangat Rendah/tidak baik : 1

2. Kategori Rendah/kurang baik : 2

3. Kategori Ragu ragu : 3

4. Kategori tinggi/Baik : 4

5. Kategori Sangat tinggi/ sangat baik : 5

c. Skoring

Skoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor

berdasarkan jawaban responden dengan mengelompokan dari jawaban

yang ada dan kemudian menempatkan pada tempat yang semestinya.

Dalam penelitian ini skoring untuk Kedua variabel menggunakan skala

likert : Dengan skor SS = 4 S= 3 TS = 2 STS = 1 Untuk kuesioner

dengan pertanyaan positif dan SS = 1 S= 2 TS= 3 STS= 4 Untuk

kuesioner dengan pertanyaan negatif. 20 – 40 sanagat tidak termotivasi,

41 – 60 tidak termotivasi, 61 – 80 tidak berubah, 81- 100 termotivasi,

101 – 120 sangat termotivasi (Motivation Questionaire, 2015).


43

Rumus x < (µ-1,5α) Sangat Tidak Termotivasi, (µ-1,5α) < x <

(µ- 0,5α) Tidak Termotivasi, (µ - 0,5 α) < x < (µ + 0,5 α) Tidak

Berubah, (µ + 0,5 α) < x < (µ + 1,5 α) Termotivasi, (µ + 1,5 α) < x

Sangat Termotivasi (Azwar S, 2010).

Nilai max = 20 x 4 = 80 Min = 20 x 1 = 20 rentang 60 standar

deviasi (α) = 60/6 =10. Mean = 1+2+3+4 : 4 (10:4) = 2,5. Mean teoritis

= 20 x 2,5 = 50. Skor 1. x < (m – 1,5 . α), x < (50 – (1,5 . 10), ≤ (50-

15) ≤ 35 Sangat Tidak Termotivasi 2. (µ-1,5α) < x < (µ- 0,5α), 35 < x

< (50- (0,5 . 10), 35 < x < 50-5, 35 < x < 45 Tidak Termotivasi 3. (µ -

0,5 α) < x < (µ + 0,5 α), 45 < x < (50 + 5), 45 < x < 55 Tidak Berubah

4. (µ + 0,5 α) < x < (µ + 1,5 α), 55 < x < (µ + 1,5 α), 55 < x < 65

Termotivasi 5. (µ + 1,5 α) < x, 65 < x, x> 65 Sangat Termotivasi. Jadi

didapatkan rentang skor ≤ 35 = Sangat Tidak Termotivasi, 35 - 45 =

Tidak Termotivasi, 46 - 55 = Tidak Berubah, 56 – 65 = Termotivasi, ≥

66 = Sangat Termotivasi.

d. Tabulating

Hasil jawaban ditabulasi dengan skor jawaban sesuai dengan jenis

pertanyaan, kemudian digambarkan dalam bentuk diagram dan tabel.

Untuk melengkapi hasil penelitian diberikan pertanyaan atau penyajian

tentang karakteristik responden.


44

H. Tehnik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang

dikumpulkan. Analisa univariat dilakukan dengan cara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel

(Amran,2012). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat motivasi menolong korban henti jantung.

2. Analisa Bivariat

Uji bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji untuk

mengetahui motivasi dari pengaruh sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar terhadap tingkat motivasi

menolong korban henti jantung pada masyarakat di Besa Bakalan

Kabupaten Kediri. Dalam penelitian ini uji statistik menggunakan

software komputer yaitu spss 25. Setelah pengumpulan data

menggunakan kuesioner data yang diperoleh di uji dengan uji sekala

wilkoxson. Uji statistik ini digunakan karena sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang

atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomenal sosial. Yang

telah di tetapkan untuk penelitian ini.

I. Etika Penelitian
1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan

persetujuan sampel kepada responden. Setelah peneliti mendapatkan


45

persetujuan, kemudian dilakukan penelitian dengan menekankan pada

masalah etika yang meliputi :

a) Anonimity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden (hanya inisial) pada

lembar persetujuan.

b) Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah - masalah

lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil.


46

J. Kerangka Kerja

Populasi 200
Masyarakat Desa Bakalan Kidul Kabupaten Kediri

Teknik Purposive
Sampling.

Sampel 50
Yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Pri test
Kuesioner motivasi menolong.

Pendidikan kesehatan dengan ceramah dan vidio


bantuan hidup dasar

Pos test
Kuesioner motivasi menolong.

Pengolahan data
Editing, coding, skoring, tabulating.

Analisa Data
Analisa uji statistic yang digunakan adalah
wilkoxson menggunakan
SPSS versi 25.

Hasil ρ=0.000

Kesimpulan
terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
Bantuan Hidup Dasar
Gambar IV.2 Kerangka Kerja Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar
47

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum

1. Usia responden

Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


(Pertahun)
Frekuensi Persentase (%)
Usia 26 Tahun 6 12
27 Tahun 4 8
28 Tahun 5 10
29 Tahun 7 14
30 Tahun 5 10
31 Tahun 6 12
32 Tahun 5 10
33 Tahun 4 8
34 Tahun 5 10
35 Tahun 3 6
Total 50 100

Berdasarkan Tabel V.1 diatas dijelaskan responden jumlah paling

banyak memiliki usia 29 tahun sbanyak 7 responden dengan presentase

14%.

2. Tingkat pendidikan

Tabel V.2 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Baklan rata –

rata sekolah menengah atas.

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)


Sekolah Dasar 8 16
Sekolah Menengah 10 20
Pertama
Sekolah Menengah Atas 30 60
Perguruan Tinggi 2 4
Jumlah 50 100

47
48

Berdasarkan tabel V.2 Menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

yang paling tinggi adalah sekolah menengah atas dengan jumlah

responden sebanyak 30 orang (60%).

B. Data Khusus

Karakteristik responden yang menjadi variabel dalam penelitian ini yang

masuk dalam kategori data khusus adalah motivasi menolong korban henti

jantung pada masyarakat Desa Bakalan Kabupaten Kediri. Berikut gambaran

hasil penelitian ini :

1. Motivasi Menolong Korban Henti Jantung pada Masyarakat di

Desa Bakalan Kabupaten Kediri sebelum Pendidikan Kesehatan

Bantuan Hidup Dasar.

Tabel V.4 Distribusi kategori pre-test motivasi menolong korban


henti jantung
Kategori Motivasi Frekuensi Prosentase (%)
Tidak Termotivasi. 17 34
Tidak Berubah 10 20
Termotivasi 15 30
Sangat Termotivasi 8 16
Total 50 100

Tabel V.4 Menunjukkan bahwa pre-test motivasi menolong

korban henti jantung pada masyarakat di Desa Bakalan yang

terbanyak adalah kategori Tidak Termotivasi yaitu sejumlah 17

responden (34.0%).

2 Berdasarkan Post-test motivasi menolong korban henti jantung pada

masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.


49

Tabel V.5 Distribusi nilai post-test motivasi menolong korban henti


jantung

Kategori Motivasi Frekuensi Prosentase (%)


Tidak Termotivasi. 3 6
Tidak Berubah 5 10
Termotivasi 16 32
Sangat Termotivasi 26 52
Total 50 100
Tabel V.5 Menunjukkan bahwa post-test motivasi menolong

korban henti jantung pada masyarakat di Desa Bakalan yang terbanyak

adalah kategori Sangat Termotivasi yaitu sejumlah 26 responden

(52.0%).

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar dengan

Motivasi Menolong Korban Henti Jantung pada

Tabel V.6 Tabulasi silang motivasi menolong sebelum dan sesudah


pendidikan kesehatan
Pre test Post test
Tidak Tidak termotiv Sangat Total
termotiv Berubah asi termotva
asi si
Tidak 3 5 9 0 17
termotivasi
Tidak 0 0 4 6 10
berubah
Termotvasi 0 0 3 12 15
Sangat 0 0 0 8 8
termotvasi
Total 3 5 16 25 50
Tabel V.6 Menunjukkan bahwa frekuensi terbagi dari pre-test

kategori termotivasi menjadi post-test kategori sangat termotivasi yaitu

sejumlah 12 responden.
50

Tabel V.7 Hasil uji statistik menggunakan wilcoxson


Pre test Post test Nilai
signifikansi
Mean ± SD 52,8 ± 12,3 62,1 ± 7,38 P= .000

Tabel V.7 Menunjukkan jumlah p= 0.000 dimana bermakna bahwa


pendidikan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh terhadap motivasi
menolong korban henti jantung secara signifikan.
51

BAB VI

PEMBAHASAN

Setelah pengumpulan data melalui kuesioner dengan menggunakan kuesioner

Motivasi Menolong yang telah diolah, kemudian diinterprestasikan dan dianalisa

sesuai dengan variabel yang diteliti, maka berikut ini akan diuraikan beberapa

bahasan mengenai variabel tersebut.

A. Motivasi menolong korban henti jantung sebelum diberikan

Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar

Berdasarkan hasil pre-test motivasi menolong korban henti jantung

dari 50 responden yang diklasifikasikan ke dalam 5 kategori diperoleh

kategori motivasi yang terbanyak adalah kategori Tidak Termotivasi yaitu

sejumlah 17 responden (34.0%). Penelitian ini juga mendapatkan data

bahwa seluruh responden belum pernah mendapatkan paparan pendidikan

Kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, motivasi menolong korban henti

jantung sebelum diberikan pendidikan sangat rendah hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan sunaryo (2013) motivasi memberikan

pertolongan merupakan motivasi utama bagi penyelamat untuk

memberikan pertolongan pada korban henti jantung, rendahnya motivasi

menolong korban henti jantung akan berdampak pada ketidaksiapan

melakukan pertolongan yang mana seharusnya dapat segera dilakukan

menjadi tertunda. Didalam pre-test terdapat distribusi termotivasi sejumlah

51
52

15 responden dan sangat termotivasi 8 responden hal terebut sejalan

dengan Notoatmojo (2010) yang menyatakan bahwa umur merupakan

salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang baik

fisik, pisikis maupun sosial sehingga mampu membantu seseorang untuk

mampu lebih baik dalam perilaku perilaku seseorang, umur juga

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir sehingga kematangan usia

akan mempengaruhi proses piker dan pengambilan keputusan dalam

menentukan kesiapan. Saragih (2010) menyatakan pendidikan dapat

mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang

diterimanya. Responden yang memiliki pengetahuan yang banyak, maka

akan lebih baik dalam mengambil keputusan sehingga akan lebih sesuai

dengan kebutuhan yang dirasakan, dimana kebutuhan yang dirasakan oleh

responden dinamakan motivasi. faktor lain juga di antaranya tingkat sosial

ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu.

Faktor intrinsik kebutuhan untuk mengetahui dan kebutuhan untuk

mencapaian (Berlyne, 1954). Motivasi juga di pengaruhi oleh beberapa

faktor sesuai dengan penelitian Purwanto (2010) motivasi dipengaruhi

beberapa faktor yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik dimana faktor

ekstrinsik di pengaruhi oleh dorongan keluarga, media dan lingkungan

Menurut Samani dkk (2012) kebutuhan untuk mengetahui senantiasa akan

memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru

sehingga akan memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar.


53

Motivasi menolong korban henti jantung di Desa Bakalan sebelum

diberikan pendidikan cukup rendah, dikarenakan kurangnya pengetahuan

dan tidak adanya paparan pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar yang

pada masyarakat untuk melakukan pertolongan pada korban henti jantung.

Hal ini dapat dibuktikan dengan keadaan masyarakat Desa Bakalan yang

menjadi responden belum pernah mendapat pengetahuan tentang bantuan

hidup dasar sebelumnya.

B. Motivasi menolong korban henti jantung sesudah diberikan

Pendidikan Bantuan Hidup Dasar

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kategori

motivasi menolong korban henti jantung pada masyarakat di Desa Bakalan

yang terbanyak adalah kategori Sangat Termotivasi yaitu sejumlah 26

responden (52.0%).

Menurut suharsono & nigsih (2014) pendidikan kesehatan tentang

bantuan hidup dasar yang terdiri dari tindakan resusitasi jantung paru pada

penolong awam menjadi hal yang utama untuk meningkatan kemampuan

menolong korban mengancam nyawa dan mengetahui penatalaksanaan

korban tidak sadarkan diri diluar rumah sakit yang bisa menyebabkan

henti jantung. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan

kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat agar dapat mandiri

dalam menjaga kesehatan dan mencegah masalah kesehatan dimana dalam

promosi kesehatan perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan

diantaranya pemberdayaan, bina suasana (pendidikan kesehatan), advokasi


54

serta kemitraan (sulistyowati, 2011). Notoatmodjo (2012) juga

mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha atau

kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan

untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Motivasi akan dilaksanakan

dengan baik apabila seseorang mengetahui manfaat yang bisa diambil

sehingga dibutuhkan pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut yang

dimana pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi persepsi seseorang

(Sousa dan Zauseniewski, 2015). Skinner (1938) juga berpendapat

perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar), sehingga perilaku terjadi karena adanya stimulus dan kemudian

organisme tersebut melakukan respon.

Motivasi menolong korban henti jantung di Desa Bakalan sesudah

diberikan pendidikan cukup tinggi, ini dikarenakan responden yang telah

memahami dan mengerti mengenai bagaimana cara mengidentifikasi dan

menolong korban henti jantung. Telah disampaikan bahwa pendidikan

kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi Promosi kesehatan bertujuan

untuk mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan

bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Hal tersebut

dapat disampaikan bahwa dengan diberikannya pendidikan kesehatan

tentang bantuan hidup dasar akan meningkatkan pengetahuan responden


55

tentang menolong korban henti jantung dan meningkatkan kesadaran

menolong korban.

C. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar terhaap

Motivasi Menolong Korban Henti Jantung

Uji Wilcoxon menunjukkan nilai ρ= 0.000 dengan nilai α=0.05

sehingga ρ<α dimana hal ini bermakna bahwa pendidikan Bantuan Hidup

Dasar berpengaruh terhadap motivasi menolong korban henti jantung

secara signifikan.

Hal ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya, menurut penelitian

yang dilakukan oleh Cristie Lontoh (2013) dengan judul “ Pengaruh

Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Resusitasi

Jantung Paru Siswa-Siswi Sma Negeri 1 Tolili” bahwa penelitian ini

menggunakan One-Group Pretest-Posttest untuk membandikan motivasi

sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Purwanto (2010) yang menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi dari

Pendidikan kesehatan, Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengunggah

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,

keluarganya maupun masyarakatnya. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dikemukakan Notoadmojo (2012). Menurut Notoadmojo

Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan


56

atau promosi kesehatan dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran

dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan)

Notoadmojo (2012) dimana hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari

promosi kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan

kesehatan.

Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar terhaap motivasi

menolong memiliki pengaruh yang signifikan,. yang dimana seluruh

responden belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan menjadi

termotivasi untuk menolong korban henti jantung setelah diberikan

Pendidikan Kesehatan. Tergugahnya kesadaran dalam menolong korban

henti jantung merupakan dorongan untuk melakukan pertolongan pada

korban henti jantung, dorongan tersebut merupakan indicator dari

motivasi.
57

BAB VII
PENUTUP

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong

Korban Henti Jantung Pada Masyarakat Di Desa Bakalan Kabupaten Kediri, maka

dapat diambil kesimpulan dan saran – saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Motivasi menolong korban henti jantung pada masyarakat di Desa

Bakalan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yang terbanyak

adalah kategori tidak termotivasi sejumlah 17 responden (34.0%).

Tidak Berubah 10 responden (20%), termotivasi 15 responden

(30%), sangat termotivasi 8 (16%).

2. Pendidikan kesehatan hidup dasar memberikan motivasi menolong

korban henti jantung pada masyarakat di Desa Bakalan yang

terbanyak adalah kategori Sangat Termotivasi yaitu sejumlah 26

responden (52.0%). Tidak termotivasi 3 responden (6%), tidak

berubah 5 responden (10%), termotivasi 16 responden (32%).

3. Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar berpengaruh terhadap

motivasi menolong korban henti jantung dengan nilai signifikan ρ=

0.000 dengan nilai α=0.05 sehingga ρ<α yang berarti H1 diterima

dan H0 ditolak sehingga terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

57
58

bantuan hidup dasar terhadap motivasi menolong korban henti

jantung.

B. Saran

1. Bagi pihak Desa Bakalan

Bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk

memberikan pendidikan yang terkait dengan kesehatan masyarakat

terutama dalam pemberian pendidikan Bantuan Hidup Dasar.

2. Bagi instansi keperawatan

Melakukan banyak riset pengembangan ilmu dan

mensosialisasikan tentang perkembangan ilmu keperawatan

komunitas terbaru yang dapat digunakan untuk menekan angka

kejadian Henti Jantung.

3. Bagi profesi keperawatan

Referensi terbaru keperawatan komunitas khususnya dalam

memberikan pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar terhadap

masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai acuan untuk dapat membahas dan mengulas lebih

dalam lagi mengenai faktor yang berhubungan dengan pendidikan

kesehatan bantuan hidup dasar dan mengembangkan instrumen

penelitian, variable yang bisa ditentukan untuk peneliti selanjutnya.


59

Daftar Pustaka

American Heart Association (AHA). (2015). Adult Basic Life Support: Guidelines
for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular.
Amran, Yuli. (2012) Pengolahan dan Analisa Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Jakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media
Azwar, s. (2010). Penyusunan skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berg,RA et al. Part 5: Adult basic life support: (2010) American Hart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resucitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S685-S705

Berlye, D. E. (1954). Novelty and Curiosity as Determinants of Exploatory


Behovior. British Journal of. Psychology, 41: 68-80.
Departemen Kesehatan RI. (2014). Lingkungan Sehat Jantung Sehat
(http://www.depkes.go.id/article/view/201410080002/lingkungan-
sehatjantung-sehat.html diakses tanggal 21 Januari 2017 pukul 20.45
WITA).
Dewi, A.R. (2015). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru terhadap
Pengetahuan Dan Keterampilan Siswa di SMA Negri 2 Sleman Yogyakarta.
Diklat yayasan ambulans gawat darurat 118. (2012). Basic trauma life support and
basic cardiac life support. Edisi lima. Jakarta : Yayasan ambulans
Guyton AC, Hall JE. (2008). Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara
Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah
Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

59
60

http://www.resus.org.uk/pages/gl2010,pdf
Iskandar. (2008). Metodplogi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Koentjaraningrat, (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
NHS Choice. (2014). First aid.

Notoatmodjo. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2009). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.


Jakarta : Salemba Medika

Pro Emergency. (2011). Basic Trauma Life Support. Cibinong: Pro Emergency.

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Pusbankes 118. (2013). Penaggulangan penderita gawat darurat (PPGD), basic
trauma and cardiac support (BTCLS).Yogyakarta: Persi DIY.
Resuscitation Council (UK), 2010. Resuscitation Guidelines.
Samani, Muchlas, Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Setiawati,(2008). Media Pembelajaran Pendidikan Kesehatan. Gala Ilmu
Semesta.Yogyakarta
Smith, Jhon. (2017). Motivasi Kuesioner.
Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
Suharsono, T., & Nigsih, D.K (2014). Penatalaksanaan Henti Jantung Di Luar
Rumah Sakit dengan Algorotma AHA 2010. Edisi 4. Malang
Sulistyowati. (2011). Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Permohonan Pengambilan Data Awal


62

Lampiran 2. Pemberian Izin Penelitian


63

Lampiran 3. Lembar Bimbingan Konsultasi Proposal Skrip


64

Lampiran 4. Surat Keterangan Melanjutkan Penelitian


65

Lampiran 5. Jadwal kegiatan Penelitian

Bulan/Minggu
September Oktober November Desember Januari Mei-juli Agustus
No Kegiatan
2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
Penelitian

2. Sidang Proposal

3. Perbaikan Proposal

4. Pelaksanaan Penelitian

5. Pengolahan Hasil Penelitian

6. Sidang Skripsi

7. Perbaikan Skripsi

8. Pengumpulan Hasil Skripsi

65
66

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian yang


berjudul “Pengaruh Pendidikan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi
Menolong Korban Henti Jantung Pada Masyarakat Di Desa Bakalan Kabupaten
Kediri” ini tidak merugikan saya. Serta telah dijelaskan secara jelas tentang tujuan
penelitian, cara pengisian kuesioner dan kerahasiaan data. Oleh karena itu, saya
yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Inisial :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan :

5. Apakah Pernah Mengikuti Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar

( penyuluhan, pelatihan, internet ) : ( ) pernah ( ) tidak pernah

6. Apakah memiliki keinginan untuk mengikuti Pendidikan Kesehatan Bantuan


Hidup Dasar : ( ) ingin tahu ( ) tidak ingin tahu
Berikan alasan :

Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam


penelitian yang akan dilakukan oleh Dadang Ari Wibowo, Mahasiswa Prodi S1-
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Kediri, 2 Mei 2018


Responden

(..................................)
67

Lampiran 7. Lembar kuesioner motivasi menolong


Jawablah dengan memberi tanda centang ( √ ) pada salah satu jawaban
yang menurut anda sesuai :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS
Keinginan
1 Saya akan menolong korban henti jantung walau tedapat
banyak orang di lokasi kejadian.
2 Saya hanya akan menolong korban henti jantung ketika
tidak ada orang di lokasi kejadian.
3 Saya akan meninggalkan korban yang kehilangan
kesadaran apabila terdapat banyak orang di lokasi
kejadian.
4 Saya memilih korban henti jantung yang akan saya tolong
sesuai dengan keinginan saya.
5 Saya tidak pernah mempunyai keinginan untuk menolong
korban henti jantung
Etika
6 Saya merasa tidak pantas jika menolong kepada korban
yang miskin.
7 Saya tidak mengharapkan imbalan dari orang lain
dalam menolong korban.
8 Saya membantu menolong korban henti jantung agar
mendapat pujian.
9 Saya merasa tersentuh mendengar berita korban henti
jantung yang meninggal dunia.
10 Bagi saya menolong adalah sebuah kewajiban.
Tekanan
11 Saya mendapatkan dorongan untuk menolong korban
henti jantung tanpa mempedulikan jumlah orang di
lokasi kejadian.
12 Saya akan menolong kepada korban henti jantung walau
akan menyita biaya saya.
13 Menolong korban henti jantung adalah sia-sia karena
korban akan meninggal dunia
14 Saya akan menolong kepada korban henti jantung walau
saya tidak mengenal korban.
15 Saya tidak mau menolong korban henti jantung ketika
saya sedang sedih.
Aktivitas
16 Saya akan menolong kepada korban henti jantung walau
akan menghabiskan waktu saya.
17 Saya membantu korban henti jantung tanpa
68

mempedulikan saya sedang senang atau sedih


18 Saya akan merasa senang apabila tidak bias memberikan
pertolongan kepada orang lain.
19 Saya tidak akan mengeluh jika mendapatkan tugas /
perintah untuk menolong korban henti jantung.
20 Saya tidak akan menghiraukan / memperdulikan orang
yang membutuhkan pertolongan.

Keterangan : Total Skor :

Untuk pertanyaan positif : ≤ 35 = Sangat Tidak Termotivasi

skor SS = 4 35 - 45 = Tidak Termotivasi

skor S= 3 46 - 55 = Tidak Berubah

skor TS = 2 56 – 65 = Termotivasi

skor STS = 1 ≥ 66 = Sangat Termotivasi

Untuk pertanyaan negative : (Azwar S, 2010)

skor SS = 1

skor S= 2

skor TS= 3

skor STS= 4

( Motivation Questionaire ,2015)


69

Lampiran 8. Lembar Informed consent


LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Peneliti : Dadang Ari Wibowo

NIM : 10215037

Saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong Korban Henti Jantung Pada

Masyarakat Di Desa Bakalan Kabupaten Kediri”.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan

keikutsertaan masyarakat desa Bakalan kabupaten Kediri sebagai responden

dalam penelitian ini :

1. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pelatihan bantuan

hidup dasar terhadap tingkat motivasi menolong korban henti jantung.

2. Manfaat penelitian ini adalah Menambah pengetahuan kepada masyarakat

mengenai Bantuan Hidup Dasar tentang tata cara dan proses yang harus di

lakukan kepada korban henti jantung.

3. Penelitian ini akan diawali dengan memasuki ruang balai pertemuan desa

Bakalan.

4. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada masyarakat tujuan dan prosedur

penelitian serta cara pengisian lembar kuisoner.

5. Setelah di berikan lembar kuisoner, peneliti memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk bertanya.


70

6. Kegiatan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari pihak institusi. Apabila

dalam jalannya penelitian ini responden merasa tidak nyaman maka responden

dapat mengundurkan diri dari partisipasi sebagai responden dan apabila ada

pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya (Dadang Ari Wibowo) di No

Hp. 087758480050.

7. Keikutsertaan dalam penelitian ini bukan suatu paksaan, melainkan atas dasar

sukarela. Oleh karena itu masyarakat berhak memutuskan untuk melanjutkan

ataupun menghentikan keikutsertaan karena alasan tertentu yang

dikomunikasikan kepada peneliti.

8. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya

disajikan untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Dengan penjelasan tersebut diatas, kami harap masyarakat bersedia

menjadi responden penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima

kasih.

Kediri, 2 Mei 2018


Yang membuat peryataan

DADANG ARI WIBOWO


NIM. 10215037
71

Lampiran 9. Satuan Acara Kegiatan


SATUAN ACARA KEGIATAN

Topik : Pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar

Sasaran : Masyarakat Desa Bakalan, Kediri

Tempat : Gedung Pertemuan Kelurahan Desa Bakalan

Hari/Tanggal : Februari 2019

Waktu : 180 menit

Pukul : 08.00 -12.00 WIB

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah diberikan Pendidikan Bantuan Hidup Dasar diharapkan motivasi

untuk menolong korban akibat henti jantung lebih tinggi dan peserta

masyarakat Kelurahan Bakalan mampu memahami tentang Bantuan Hidup

Dasar (BHD).

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan materi Pendidikan kesehatan Bantuan Hidup Dasar,

masyarakat Desa Bakalan mampu:

1. Menjelaskan tentang definisi Bantuan Hidup Dasar

2. Menjelaskan jenis-jenis Bantuan Hidup Dasar

3. Menjelaskan tentang manfaat Bantuan Hidup Dasar

4. Menjelaskan cara melakukan Bantuan Hidup Dasar


72

5. Mendemonstrasikan dengan vidio Bantuan Hidup Dasar

III. SASARAN

Sasaran Penyuluhan ini adalah masyarakat Desa Bakalan, yang memiliki

keluarga beresiko henti jantung dan berdomisili tetap di Desa Bakalan.

IV. MATERI

Terlampir

V. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

VI. MEDIA

1. Leaflet

2. Powerpoint

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

No WAKTU KEGIATAN RESPON

PESERTA

1 15 menit Pendaftaran Peserta Mengisi Absensi

Kegiatan

2 20 menit Pembukaan :

 Membuka kegiatan dengan mengucapkan  Menjawab

salam. salam

 Memperkenalkan diri  Mendengarkan

 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan


73

 Kontrak waktu  Memperhatikan

 Menyebutkan materi yang akan diberikan  Mendengarkan

 Menjelaskan pengisian kuesioner yang

diberikan

3 60 menit Pelaksanaan: Memperhatikan

 Menggali pengetahuan peserta tentang

Bantuan HIdup Dasar

 Menjelaskan jenis-jenis Bantuan Hidup Dasar

 Menjelaskan pengertian Bantuan Hidup

Dasar

 Menjelaskan manfaat Bantuan HIdup Dasar

4 20 menit Evaluasi

 Memberi kesempatan kepada peserta untuk  Mengajukan

bertanya Pertanyaan

 Menanyakan kepada peserta tentang materi  Menjawab

yang telah diberikan dan mem berikan pertanyaan

reinforcement positif jika peserta mampu

menjawab pertanyaan

 Memberikan waktu kepada peserta untuk

mengisi kuesioner

5 5 menit Terminasi :

 Mengucapkan terimakasih atas peran serta  Mendengarkan


74

peserta.  Menjawab

 Mengucapkan salam penutup. salam

VIII. PENGORGANISASIAN

Pelaksana : 1. Dadang ari wibowo

Pemateri/Instruktur : 1. Dadang ari wibowo

Konsumsi : 1. Richard Abdul Azis

Fasilitator : 1. M rohyan gogot nursawit

2. Richard Abdul Azis

Dokumentasi : 1. M perdana sigo pradikda

Pemonev : Tim Reviewer

Setting/ denah tempat

Keterangan:
: Audience : Pemateri

: Fasilitator : Tim
Reviewer

MATERI
75

PENGARUH PEDIDIKAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP

MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG

PADA MASYARAKAT DI DESA BAKALAN

KABUPATEN

KEDIRI

1. Definisi

Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk

mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang

mengancam nyawa (Guyton & Hall, 2008). Tindakan kesatuan lengkap pada

Bantuan Hidup Dasar disebut Cardio pulmonary Resuscitation (CPR).

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai

usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung

(yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal untuk mencegah

kematian biologis (Muttaqin, 2009). Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)

sebagai usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik beserta ventilasi dan

oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai diperoleh kembali

sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih

lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan

(American Heart Association, 2015).

2. Pelaksanaan bantuan hidup dasar

Setiap orang bisa menjadi penolong untuk korban henti jantung.

Keterampilan CPR dan penerapannya tergantung pada pelatihan, pengalaman,

dan keyakinan yang dimiliki oleh seorang penyelamat. Penekanan atau pijat
76

dada adalah merupakan dasar dari CPR. Semua penyelamat meskipun

dirinya tidak pernah mengikuti pelatihan harus memberikan kompresi dada

pada korban henti jantung. Karena sangat penting, penekanan dada atau CPR

sangat penting bagi semua korban tanpa memandang usia. Tim penyelamat

yang mampu harus menambah ventilasi untuk kompresi dada (Travers at al,

2010).

CPR telah sangat berkembang dari teknik yang dilakukan oleh dokter

maupun tenaga professional. Keterampilan menyelamatkan nyawa cukup

mudah untuk di lakukan bagi siapa saja yang ingin belajar. Namun, peneliti

telah menunjukkan beberapa faktor yang menghalangi masyarakat untuk

melakukan suatu tindakan, yakni rasa takut ketika melakukan pertolongan

bahwa mereka akan melakukan kesalahan dalam tindakan, takut tanggung

jawab hokum, maupun takut adanya infeksi jika dilakukan melalui mulut ke

mulut. Keefektifan CPR yang diberikan segera setelah henti jantung memiliki

dua atau tiga kesempatan untuk korban dapat hidup, tetapi hanya 32 persen

dari korban henti jantung mendapatkan bantuan hidup dasar dari penyelamat.

Sayangnya, kurang dari delapan persen dari penderita henti jantung di luar

rumah sakit dapat bertahan hidup ( American heart association, 2015).

3. Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan Kualitas CPR: CPR Penolong Tidak

Terlatih.

Berikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam rekomendasi

Pembaruan Pedoman 2015 untuk CPR orang dewasa oleh penolong tidak

terlatih hubungan penting dalam rantai kelangsungan hidup pasien dewasa di


77

luar rumah sakit tidak berubah sejak 2010, dengan tetap menekankan pada

algoritma BLS ( bantuan hidup dasar ) yang disederhanakan. Algoritma BLS

dewasa telah diubah untuk menunjukkan fakta bahwa penolong dapat

mengaktifkan system tangap daryrat ( melalui penggunaan ponsel ) tanpa

meninggalkan korban. Masyarakat yang anggotanya beresiko terkena

serangan jantung disarankan meneraokan program PAD. Rekomendasi

diperkuat dengan mengenalkan lagsung terhadap kondisi korban yang tidak

menunjukkan reaksi, pengaktifan system tangap darurat, dan insiasi CPR jika

penolong tidak terlatih menemukan korban dengan tanda korban tidak

menunjukkan reaksi bernafas atau tidak bernafas normal ( tersengkal ).

Identifikasi cepat terhadap kemungkinan serangan jantung oleh operator telah

di tingkatkan melalui penyediaaan intruksi CPR secepatnya kepada

pemanggil ( CPR yang di pandu oleh operator ). Urutan yang di sarankan

untuk satu-satunya penolong telah di konfrimasi : penolong diminta untuk

melkukan komprensi dada sebelum melakukan nafas buatan ( C-A-B, bukan

A-B-C ) agar dapat mengurangi penundaan komprensi pertama. Satu-satunya

penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi dada diikuti oleh 2 kali

napas buatan. Terdapat penekanan lanjutan pada karakteristik CPR

berkualitas tinggi : mengkompresi dada dengan kecepatan dap kedalaman

yang memadai, membolehkan recoil dada sepenuhnya setelah setiap kompresi

dada, meminimalkan ganguan dalam kompresi dada dan mencegah ventilasi

yang berlebihan. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100

hingga 120 /min ( diperbaharui dari minimum 100/ min ) rekomendasi yang
78

diklasifikasikan untuk kedalaman kompresi dada pada orang dewasa

minimum 2 inci (5cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 (6cm) (AHA, 2015).

Perubahan ini dirancang untuk menyederhanakan pelatihan penolong tidak

terlatih dan menekankan pentingnya kompresi dada di awal bagi korban

serangan jantung mendadak.

4. Rantai Kelangsungan Hidup

Rantai Kelangsungan Hidup terpisah telah direkomendasikan yang

akan mengidentifikasi jalur penawaran yang berbeda antara korban yang

mengalami serangan jantung di rumah sakit dan yang di luar rumah sakit.

Pasien yang mengalami OHCA mengandalkan masyarakat untuk memberikan

dukungan. Penolong tidak terlatih harus mengenali serangan, meminta bantuan,

dan memulai CPR, serta memberikan defibrilasi (misalnya, PAD/public-

access defibrillation) hingga tim penyedia layanan medis darurat (EMS /

emergency medical service) yang terlatih secara profesional mengambil alih

tanggung jawab, lalu memindahkan pasien ke unit gawat darurat dan/atau

laboratorium kateterisasi jantung. Pada akhirnya, pasien dipindahkan ke unit

perawatan kritis untuk perawatan lebih lanjut. Sebaliknya, pasien yang

mengalami HCA mengandalkan sistem pengawasan yang sesuai (misalnya,

sistem tanggapan cepat atau sistem peringatan dini) untuk mencegah serangan

jantung. Jika terjadi serangan jantung, pasien mengandalkan interaksi

sempurna dari berbagai unit dan layanan institusi serta bergantung pada tim

penyedia profesional multidisipliner, termasuk dokter, perawat, ahli terapi

pernapasan, dan banyak lagi (AHA, 2015).


79

5. Menerapkan teknologi Media Sosial untuk Memanggil Penolong

(OHCA)

Menerapkan teknologi media sosial untuk memanggil penolong yang

berada dalam jarak dekat dengan korban dugaan OHCA serta bersedia dan

mampu melakukan CPR adalah tindakan yang wajar bagi masyarakat .

Alasannya Terdapat sedikit bukti untuk mendukung penggunaan media sosial

oleh operator untuk memberi tahu calon penolong korban serangan jantung

terdekat, dan pengaktifan media sosial belum terbukti dapat meningkatkan

kelangsungan hidup korban OHCA. Namun, dalam penelitian terbaru di

Swedia, terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah CPR yang dilakukan

pendamping bila sistem operator ponsel digunakan. Dengan tingkat bahaya

rendah dan potensi manfaat yang tersedia, serta keberadaan perangkat digital

di mana pun, pemerintah kota dapat mempertimbangkan untuk menerapkan

teknologi ini ke dalam sistem perawatan OHCA mereka (AHA, 2015).


80

6. Saat untuk menghentikan RJP menurut American Heart Association

(2015)

Ada alasan yang kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain:

a. Penolong sudah melakukan bantuan secara optimal mengalami

kelelahan atau jika petugas medis sudah sampai untuk mengambil alih

pertolongan.

b. Penderita yang sudah tidak merespon setelah dilakukan pertolongan

bantuan hidup jantung lanjutan semala minimal 20 menit.

c. Adanya tanda-tanda kematian pasti

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa penderita sudah

mengalami mati biologis, yaitu :

a. Kebiruan (livor mortis)

Tanda merah tua sampai kebiruan pada bagian tubuh bagian

bawah (kalua penderita dalam keadaan terkentang, pada pingang

bagian bawah).

b. Kekakuan (rigor mortis)

Anggota tubuh dan batang tubuh kaku, mulai 4 jam,

menghilang setelah 10 jam.

c. Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk.

d. Cedera yang tidak mungkin penderita hidup seperti terputusnya

kepala.
81

7. Komplikasi yang disebabkan RJP menurut American Heart

Association, (2015)

Walaupun dilakukan dengan benar RJP dapat menyebabkan

komplikasi diantaranya :

a. Patah tulang iga terutapa pada orang tua.

Penemotorak (udara dalam ronga dada, tetapi di luar paru-paru,

sehingga menyebab kan pengguncupan paru-paru)

b. Hemotorak (darah dalam ronga dada, tetapi di luar paru-paru,

sehingga menyebabkan pengguncupan pada paru-paru)

c. Luka dan memar pada paru-paru

d. Luka pada hati dan limpa

e. Distensi pada abdomen (perut kembung) akibat dari peniupan yang

salah.

8. Posisi pemulihan (Recovery Position)

Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan,

masing-masing memiliki tujuan. Tida ada satu posisi tunggal yang

paling sempurna untuk korban. Posisi harus stabil, setengah lateral

dengan kepala dependen dan tidak ada halangan pada bagian dada.

Untuk menempatkan pemuliah pada seseorang :

a. Berlutut di lantai di salah satu sisi korban

b. Tempatkan lengan terdekat dari anda kekanan tubuh korban

diluruskan kearah kepala.


82

c. Selipkan tangan korban yang lain untuk di selipkan ke kepala

korban, sehingga punggung tangan korban menyentuh pipi korban.

d. Menekuk sudut terjauh dari anda kesudut kanan.

e. Memiringkan korban kearah penolong dengan hati-hati dengan

menarik lutut yang di tekuk.

f. Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah untuk

menahan agar korban tidak bergulir terlalu jauh.

g. Membuka jalan nafas dengan memiringkan kepala korban dan

membuka daku secara perlahan.

h. Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan nafas korban.

i. Tetap bersama korban dan monitor pernafasan dan denyut nadi

terus menerus sampai bantuan tiba.

j. Jika memungkinkan ubah posisi miring yang lain setelah 30 menit.

Gambar II . 2 Recovery Position ( http://kampus2ku.blogspot.com/2016/10/posisi-


pemulihan-pada-korban-tidak-sadar.html?m=1 )
83

9. Penyedia layanan kesehatan BLS algoritma serangan jantung

pada orang dewasa.


84

Lampiran 10. Dokumentasi


85
86

Lampiran 11. Hasil uji SPSS

Pretest
Frequncy Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Termotivasi. 17 34.0 34.0 34.0
Tidak Berubah 10 20.0 20.0 54.0
Termotivasi 15 30.0 30.0 84.0
Sangat Termotivasi 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Postest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Termotivasi. 3 6.0 6.0 6.0
Tidak Berubah 5 10.0 10.0 16.0
Termotivasi 16 32.0 32.0 48.0
Sangat Termotivasi 26 52.0 52.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 36b 18.50 666.00
Ties 14c
Total 50
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest

Test Statisticsa
Postest - Pretest
Z -5.410b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
87

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Pretest*Postest N Percent N Percent N Percent
50 100% 0 0.0% 50 100%

Crosstabulation
Pre test Post test
Tidak Tidak trmotvasi Sangat Total
trmotvasi Berubah trmotvasi
Tidak 3 5 9 0 17
termotivasi
Tidak 0 0 4 6 10
berubah
Trmotvasi 0 0 3 12 15
Sangat 0 0 0 8 8
trmotvasi
Total 3 5 16 25 50
88

Pre-tast
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Kategori
1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 1 53 Tidak Berubah
2 3 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 42 Tidak Termotivasi
3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 63 Termotivasi
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 63 Termotivasi
5 2 3 1 4 3 3 4 3 4 3 3 1 1 3 3 4 1 2 4 4 54 Tidak Berubah
6 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 Termotivasi
7 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 35 Tidak Termotivasi
8 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 67 Sangat Termotivasi
9 3 3 3 1 4 3 1 3 1 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 53 Tidak Berubah
10 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 61 Termotivasi
11 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 48 Tidak Berubah
12 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 64 Termotivasi
13 3 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 37 Tidak Termotivasi
14 2 3 2 4 1 3 3 4 1 3 4 3 2 2 3 3 3 1 3 3 51 Tidak Berubah
15 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 61 Termotivasi
16 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 68 Sangat Termotivasi
17 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 62 Termotivasi
18 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 70 Sangat Termotivasi
19 2 4 3 1 4 3 3 3 2 4 3 1 4 3 3 2 3 3 3 3 55 Tidak Berubah
20 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 48 Tidak Berubah
21 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 39 Tidak Termotivasi
22 3 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 33 Tidak Termotivasi
23 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 38 Tidak Termotivasi

88
89

24 2 3 3 2 3 2 3 3 1 4 4 3 1 3 4 3 3 3 3 3 54 Tidak Berubah
25 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 67 Sangat Termotivasi
26 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 3 3 2 3 3 2 2 3 2 38 Tidak Termotivasi
27 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 36 Tidak Termotivasi
28 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 35 Tidak Termotivasi
29 3 2 4 1 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 4 4 2 4 54 Tidak Berubah
30 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 62 Termotivasi
31 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 33 Tidak Termotivasi
32 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 70 Sangat Termotivasi
33 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 62 Termotivasi
34 2 2 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 1 53 Tidak Berubah
35 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 36 Tidak Termotivasi
36 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 61 Termotivasi
37 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 38 Tidak Termotivasi
38 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 67 Sangat Termotivasi
39 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 61 Termotivasi
40 2 3 2 3 2 3 3 1 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 42 Tidak Termotivasi
41 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 65 Termotivasi
42 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 2 3 2 3 3 2 3 3 40 Tidak Termotivasi
43 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 61 Termotivasi
44 2 3 2 1 1 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 41 Tidak Termotivasi
45 3 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 37 Tidak Termotivasi
46 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 65 Termotivasi
47 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 68 Sangat Termotivasi
48 3 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 37 Tidak Termotivasi

89
90

49 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 65 Termotivasi
50 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 68 Sangat Termotivasi

Keterangan :
Untuk pertanyaan positif : Untuk pertanyaan negative :

skor SS = 4 skor SS = 1

skor S= 3 skor S= 2

skor TS = 2 skor TS= 3

skor STS = 1 skor STS= 4

( Motivation Questionaire ,2015)

90
91

Post-test
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Kategori
1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 59 Termotivasi
2 3 3 4 3 4 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 60 Termotivasi
3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 67 Sangat Termotivasi
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 68 Sangat Termotivasi
5 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 71 Sangat Termotivasi
6 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 64 Termotivasi
7 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 1 3 2 1 1 1 2 3 44 Tidak Termotivasi
8 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 67 Sangat Termotivasi
9 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 67 Sangat Termotivasi
10 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
11 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 60 Termotivasi
12 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 66 Sangat Termotivasi
13 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 3 53 Tidak Berubah
14 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 3 2 3 3 56 Termotivasi
15 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
16 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 68 Sangat Termotivasi
17 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
18 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 69 Sangat Termotivasi
19 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 68 Sangat Termotivasi
20 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 57 Termotivasi
21 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 59 Termotivasi
22 1 2 1 3 2 1 3 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 42 Tidak Termotivasi
23 4 3 4 3 4 3 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 4 60 Termotivasi

91
92

24 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 68 Sangat Termotivasi
25 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 68 Sangat Termotivasi
26 4 4 4 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 4 4 61 Termotivasi
27 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 51 Tidak Berubah
28 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 50 Tidak Berubah
29 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 72 Sangat Termotivasi
30 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
31 2 3 2 3 2 2 1 3 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 43 Tidak Termotivasi
32 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 67 Sangat Termotivasi
33 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 65 Termotivasi
34 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 68 Sangat Termotivasi
35 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 52 Tidak Berubah
36 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
37 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 4 57 Termotivasi
38 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 69 Sangat Termotivasi
39 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 65 Termotivasi
40 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 60 Termotivasi
41 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
42 3 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 61 Termotivasi
43 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
44 4 3 4 3 4 3 4 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 3 4 59 Termotivasi
45 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 4 4 54 Tidak Berubah
46 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 66 Sangat Termotivasi
47 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 70 Sangat Termotivasi
48 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 56 Termotivasi

92
93

49 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 66 Sangat Termotivasi
50 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 70 Sangat Termotivasi

Keterangan :
Untuk pertanyaan positif : Untuk pertanyaan negative :

skor SS = 4 skor SS = 1

skor S= 3 skor S= 2

skor TS = 2 skor TS= 3

skor STS = 1 skor STS= 4

( Motivation Questionaire ,2015)

93
94

Lampiran 12. Surat pernyataan menjadi enumerator


SURAT PERNYATAAN MENJADI ENUMERATOR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Richard Abdul A
NIM : 10215028
Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersdia membantu dalam penelitian

yang di lakukan Dadang Ari Wibowo dengan judul Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong Korban

Henti Jantung Pada Masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri . Yang

di laksanakan di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

Kediri, Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

(………………………)
95

SURAT PERNYATAAN MENJADI ENUMERATOR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : M Rohyan Gogot
NIM : 10215030
Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersdia membantu dalam penelitian

yang di lakukan Dadang Ari Wibowo dengan judul Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong Korban

Henti Jantung Pada Masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri . Yang

di laksanakan di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

Kediri, Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

(………………………)
96

SURAT PERNYATAAN MENJADI ENUMERATOR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : M Perdana Sigo
NIM : 10215024
Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersdia membantu dalam penelitian

yang di lakukan Dadang Ari Wibowo dengan judul Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Motivasi Menolong Korban

Henti Jantung Pada Masyarakat di Desa Bakalan Kabupaten Kediri . Yang

di laksanakan di Desa Bakalan Kabupaten Kediri.

Kediri, Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

(………………………)

Anda mungkin juga menyukai