Anda di halaman 1dari 70

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU


SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
PURING

SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan
Minat Utama Program Studi Ilmu Keperawatan

Diajukan oleh

Septi Triani
NIM : A11300939

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017

i
ii
iii
iv
v
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Skripsi, Juni 2017

Septi Triani1),Isma Yuniar2),Wuri Utami3)

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan


P3K Pada Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Puring

ABSTRAK

Latar belakang: Angka kejadian cedera di sekolah masih banyak terjadi yaitu 4,3%.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang P3K. Ini penting dalam
penanganan cedera yang tepat supaya tidak memperparah situasi dan kondisi korban.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang P3K.
Tujuan:Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K
pada guru sekolah dasar
Metode: Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen dengan pre-test and post-
test menggunakan control group design. Sampel penelitian ini adalah 68 responden guru
sekolah dasar di Kecamatan Puring. Analisis data menggunakan Uji Paired t test, Uji
Wilco-xon test danUji Mann Whitney test.
Hasil:Uji Paired t-test didapatkan hasil (p=0,001) untuk kelompok leaflet dan Uji Wilco-
xontest didapatkan hasil (p=0,000) untuk kelompok ceramah. Sedangkan uji perbedaan
efektivitas dengan menggunakan Uji Mann Whitney test didapatkan hasil (p=0,000)
Simpulan: Pendidikan kesehatan tentang P3K efektif untuk meningkatkan pengetahuan.
Pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan
pengetahuan.
Rekomendasi: Instansi kesehatan diharapkan menjalin kerjasama dengan sekolah untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang P3K secara berkala.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan P3K


1)
Mahasiswa
2)
Pembimbing I
3)
Pembimbing II

vi
S1 PROGRAM OF NURSING DEPT
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Mini-thesis, July 2017

Septi Triani1), Isma Yuniar2), Wuri Utami3)

ABSTRACT

The Effectiveness of Health Education on Knowledge Level About First Aid


Kit of Elementary School Teachers in Puring Sub District

Background: About 4,3% incidence of injuries usually happens at school. This


encourages the teachers to have good knowledge about First Aid Kit so that they are able
to handle the injuries appropriately. This can make the situation and condition of the
victim better. One of the efforts is by providing health education on First Aid Kit.
Objective: To determine the effectiveness of health education on the knowledge level of
elementary school teachers about first aid kit.
Method: This research uses experimental quasy method with pre-test and post-test using
control group design. The samples are 68 respondents of elementary school teachers in
Puring sub district. Data was analyzed by using Paired t test, Wilco-xon test and Mann
Whitney test.
Result: Paired t test yields (p=0,001) for leaflet group. Wilco-xon got result (p=0,000) for
lecturing group. Meanwhile the effectiveness difference test using Mann Whitney test
resulting in (p=0,000)
Conclusion: Health education is effective to improve the knowledge level of elementary
teachers in Puring sub-district about first aid kit.
Recommendation: Health institutions are suggested to collaborate with schools in
providing health education about first aid.

Keywords:Health education,knowledgelevel, first aid kit


1)
Student
2)
The First Consultant
3)
The Second Consultant

vii
MOTTO

Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka

menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan

baginya jalan menuju surga (HR. Muslim).

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian

berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. Al

Isra:7).

Barang siapa yang membantu seorang muslim


dan menghilangkan kesulitan yang ada pada

dirinya dari kesulitan-kesulitan dunia, maka

Allah akan hilangkan baginya kesulitan dari

kesulitan-kesulitan di hari kiamat kelak (HR.

Muslim).

Janganlah berdoa untuk hidup yang mudah


tetapi berdoalah untuk menjadi manusia yang

tangguh.

Bukan tentang apa yang dikatakan, tapi

tentang apa yang dilakukan.

Bangunlah, dan mulailah mewujudkan mimpi.

Berproseslah, seperti kepompong yang akan

menjadi kupu-kupu.

SUKSES !!

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikanku
kekuatan, menjadikanku manusia yang senantiasa berpikir serta membekaliku
dengan ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi
yang sederhana ini dapat terselesaikan. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita. Ku persembahkan skripsi untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta. Dalam setiap langkahku aku selalu berusaha untuk
mewujudkan impian-impian yang kalian harapkan. Betapa hati ini ingin selalu
menjadi yang terbaik untuk mu, ingin menjadi yang kalian banggakan.
Terimakasih atas pengorbanan, doa, cinta, kasih sayang dan segala
dukunganmu selama ini. Tanpa kalian aku takkan mungkin bisa sejauh ini.
2. Mas Arif, Mba Endah dan Mba Anna. Terimakasih atas doa dan support yang
telah kalian berikan.
3. Sahabat ku tercinta Teti terimakasih telah bersedia menjadi asisten selama
penelitian, Nining, Ipeh, Novi, Mbak Mumut, Galih terimakasih atas semangat
yang selalu kalian berikan ketika aku mulai lelah. Terimakasih karena telah
menjadi sahabat terbaikku dan tiada henti-hentinya aku ucapkan terimakasih
atas segala bantuan yang kalian berikan selama kuliah, dan terimakasih atas
canda dan tawa bersama kalian selama 4 tahun. Tetap semangat kawan,
semoga segala harapan dan impian kita segera terwujud. Aamiin...
4. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
5. Isma Yuniar, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan dan
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan guna
penyusunan Skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
6. Wuri Utami, M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
memberikan masukkan guna penyusunan Skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
selesai tepat waktu.

ix
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan
selama menjadi mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Gombong.
8. Teman-temanku seperjuangan, mahasiswa S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan SKRIPSI dengan judul “EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K
PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURING”.

Dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
penuh keikhlasan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
2. Isma Yuniar, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan dan
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan
guna penyusunan Skripsi ini.
3. Wuri Utami, M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan memberikan masukkan guna penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan selama menjadi mahasiswa di STIKES Muhammadiyah
Gombong.
5. Kepala Sekolah yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti
serta bapak dan ibu guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring yang telah
bersedia menjadi responden penelitian.
6. Ayah, ibu, kakak, keluarga dan sahabat terbaikku tercinta yang telah
memberikan semangat, do’a, kasih sayang dan dorongan moril maupun
materiil yang tiada henti-hentinya bagi penulis selama penulis mengikuti
proses pembelajaran.
7. Teman-temanku seperjuangan, mahasiswa S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.

xi
Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya Skripsi ini, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Aamiin.

Gombong, Juni 2017

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

MOTTO ............................................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................6

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................6

E. Keaslian Penelitian .......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9

A. Pendidikan kesehatan ..................................................................................9

xiii
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ..........................................................9

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ................................................................9

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ................................................10

4. Metode Pendidikan Kesehatan .............................................................12

5. Media Pendidikan Kesehatan ...............................................................15

6. Proses Pendidikan Kesehatan ...............................................................18

7. Pendidikan Kesehatan Di Sekolah .......................................................18

8. Faktor-faktor Keberhasilan Penyuluhan ..............................................20

B. Pengetahuan ...............................................................................................20

1. Proses Adopsi Perilaku ........................................................................21

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif ................................21

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .................................23

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan ..............................................................24

C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ...........................................24

1. Pengertian Pertolongan Pertama ..........................................................25

2. Macam-macam Penolong .....................................................................25

3. Kewajiban Seorang Penolong ..............................................................25

4. Tujuan Pertolongan Pertama ................................................................26

5. Etika Penolong .....................................................................................26

6. Penatalaksanaan Pertolongan Pertama .................................................27

a. Cara Mengatasi Perdarahan............................................................27

b. Tindakan Pada Luka Tertutup ........................................................28

c. Luka Gores dan Tersayat ...............................................................29

xiv
d. Pingsan ...........................................................................................29

e. Keracunan ......................................................................................30

f. Mimisan .........................................................................................31

g. Bantuan Hidup Dasar .....................................................................33

h. Cedera Muskuloskeletal .................................................................41

i. Luka Bakar .....................................................................................44

D. Kerangka Teori...........................................................................................46

E. Kerangka Konsep .......................................................................................47

F. Hipotesa......................................................................................................48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................49

A. Metode Penelitian.......................................................................................49

B. Populasi dan Sampel ..................................................................................50

C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................50

D. Variabel Penelitian .....................................................................................50

E. Instrumen Penelitian...................................................................................52

F. Kisi-kisi kuesioner .....................................................................................53

G. Definisi Operasional...................................................................................54

H. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................55

I. Pengolahan Data.........................................................................................55

J. Analisa Data ...............................................................................................56

K. Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................................57

L. Uji Normalitas ............................................................................................59

M. Etika Penelitian ..........................................................................................60

xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................62

A. Hasil Penelitian ..........................................................................................62

B. Pembahasan ................................................................................................67

C. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................76

A. Kesimpulan ................................................................................................76

B. Saran ...........................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan P3K


Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden pada guru sekolah dasar di Kecamatan
Puring pada bulan Maret-April 2017 pada kelompok kontrol (metode
leaflet) (n=34)
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden pada guru sekolah dasar di Kecamatan
Puring pada bulan Maret-April 2017 pada kelompok intervensi
(metode ceramah) (n=34)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pengetahuan P3K pre-test dan post-test diberikan
Pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April
2017 kelompok kontrol (metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan P3K pr-test dan post-test diberikan
Pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April
2017 kelompok intervensi (metode ceramah) (n=34)
Tabel 4.5 Uji t paired efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan P3K pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pre-
test dan post-test pada bulan Maret-April 2017 kelompok kontrol
(metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.6 Uji Wilco-xon efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan P3K pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pre-
test dan post-test pada bulan Maret-April 2017 kelompok intervensi
(metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.7 Uji Mann-Whitney test untuk mengetahui perbedaan efektivitas
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru
sekolah dasar di Kecamatan Puring pada kelompok kontrol (metode
leaflet) dan kelompok intervensi (metode ceramah) pada bulan Maret-
April 2017 (n=68)

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Ijin Penelitian Untuk KESBANGPOL

Lampiran II : Surat Balasan Ijin Penelitian Dari KESBANGPOL Untuk BP3DA

Lampiran III : Surat Balasan Pemberitahuan Ijin Penelitian Dari BP3DA

Lampiran IV : Surat Keterangan Lolos Uji Etik

Lampiran V : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran VI : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran VII : Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan P3K

Lampiran VIII : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran IX : Lembar Balik

Lampiran X : Leaflet

Lampiran XI : Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran XII : Lembar Check List Observasi

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang dalam hidupnya hampir semua pernah mengalami
kecelakaan baik kecelakaan yang ringan sampai kecelakaan berat. Kecelakaan
ringan misalnya tergores. Kecelakaan berat misalnya kecelakaan yang
menyebabkan fraktur, perdarahan berat, cedera kepala, luka bakar,
menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Kecelakaan adalah kejadian yang
menyebabkan cedera dan menimbulkan sakit atau kematian terjadi. Yang
dimaksud sakit adalah terjadi kelainan fisik atau mental yang teridentifikasi
bertambah buruk karena kegiatan kerja atau yang lainnya (OHSAS 180001,
2007).
Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja seperti di rumah,
di jalan raya, ditempat kerja, di sekolah. Anak usia sekolah adalah sekelompok
umur yang rawan terjadi masalah kesehatan. Anak dengan usia sekolah
mempunyai masalah kesehatan yang sangat penting untuk menentukan
kualitas kesehatannya di masa mendatang. Anak usia sekolah merupakan aset
yang sangat berharga dimasa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan
dilindungi terutama dalam hal kesehatannya. Ada beberapa kecelakaan yang
sering terjadi pada anak sekolah seperti: luka gores, mimisan, pingsan, terkilir
sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan yang ada di sekolah (Kumoratih,
2012).
Program kesehatan sekolah menjadi penting diaplikasikan karena
siswa membutuhkan perlindungan dari berbagai bahaya lingkungan. Siswa
sekolah juga memerlukan kesehatan supaya dapat belajar secara efektif,
sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dimasa depan
(Dermawan, 2012). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Pasal 79 Ayat 1 tentang keselamatan menjelaskan bahwa, kesehatan
sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta

1
2

didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik mampu belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas. Ayat 2 menjalaskan bahwa, kesehatan
sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah
formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan (Depkes, 2009).
Usaha kesehatan sekolah adalah perpaduan antara dua upaya dasar,
yaitu upaya pendidikan dan kesehatan, yang pada akhirnya nanti diharapkan
UKS dapat menjadi usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah
pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. UKS tidak hanya dilaksanakan
di Indonesia, tetapi dilaksanakan diseluruh dunia. Organisasi kesehatan dunia
(WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting
School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ) (Dermawan, 2012). Untuk
meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan siswa, perlu
dilakukan upaya penanaman prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat dan pelayan
kesehatan yang dikenal sebagai tiga program pokok (trias) UKS (Efendi &
Makhfudli, 2013).
Pendidikan kesehatan adalah serangkaian upaya yang ditujukkan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, keluarga, maupun
masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikaan kesehatan
merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat agar lebih
tahu mengenai nilai kesehatan, dan dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan
merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik dari segi pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan untuk mencapai hidup yang sehat secara optimal
(Widyanto, 2014).
Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan dengan kegiatan yang
komprehensif, yaitu kegiatan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) berupa
pendidikan kesehatan dan latihan ketrampilan pelayanan kesehatan, kemudian
kegiatan pencegahan (preventif) berupa kegiatan untuk meningkatkan daya
3

tahan tubuh siswa sekolah, kegiatan pemutusan mata rantai penyakit, dan
penghentian proses penyakit sedini mungkin, serta kegiatan pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) untuk mencegah kecacatan akibat proses
penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera agar
dapat berfungsi secara optimal. Di sekolah guru mempunyai peran penting
untuk memberikan P3K kepada siswa yang mengalami cedera/kecelakaan.
Dengan demikian guru perlu meningkatkan keterampilan P3K agar dapat
memberikan pertolongan pertama yang tepat jika menemui siswa yang
cedera/kecelakaan di sekolah (Efendi & Makhfudli, 2013).
Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan, perawatan
atau pengobatan segera kepada penderita yang sakit atau cedera/kecelakan
yang membutuhkan penanganan medis dasar sebelum ditangani oleh petugas
medis yang lebih berpengalaman, pertolongan pertama dapat dilakukan oleh
siapa saja yang mempunyai kemampuan (Kumoratih, 2012).
Pemberian pertolongan pertama adalah untuk menyelamatkan jiwa
penderita, mencegah cacat, memberi perasaan nyaman, dan menunjang proses
penyembuhan untuk seseorang yang mengalami cedera atau kecelakan. Namun
tanpa pengetahuan yang cukup mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan
tidak jarang malah justru memperparah situasi dan kondisi korban. Untuk itu
setiap warga sekolah diharapkan mampu melakukan praktik pertolongan
pertama yang benar bagi siswa/korban yang mengalami cedera agar tidak
terjadi kondisi yang lebih buruk (Kumoratih, 2012).
Hasil penelitian Nova (2016) dengan judul “Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan P3K Pada
Siswa PMR di SMA Negeri Sukoharjo” menyebutkan bahwa Perbedaan
pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ceramah
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 13.65 meningkat menjadi
14.60 sesudah mendapat pendidikan kesehatan dan pada kelompok simulasi
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 12.65 meningkat menjadi
14.85 sesudah mendapat pendidikan kesehatan. Keterampilan kelompok
4

simulasi mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan keterampilan kelompok


ceramah.
Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan di Provinsi Jawa
Tengah dibagi menjadi penyuluhan massa dan penyuluhan kelompok.
Penyuluhan kelompok pada tahun 2012 sebanyak 369.784 kali, dengan
penyuluhan paling banyak dilakukan di Kabupaten kendal yaitu 112. 764 kali,
paling sedikit dilakukan di Kabupaten Blora sebanyak 66 kali, dan Kabupaten
Kebumen pernah melakukan penyuluhan sebanyak 20.679 kali. Sedangakan
penyuluhan massa telah dilakukan 15.116 kali, paling banyak dilakukan di
Kota Pekalongan yaitu 1.556 kali dan paling sedikit di Kabupaten temanggung
sama sekali tidak pernah dilakukan penyuluhan massa. Untuk Kabupaten
Kebumen telah melakukan penyuluhan massa sebanyak 485 kali (Profil
Kesehatan Jateng, 2012).
Di Amerika Serikat, cedera yang tidak disengaja merupakan masalah
kesehatan utama bagi anak-anak usia 1 sampai 16 tahun. Menurut Dewan
Keamanan Nasional, cedera ini menyebabkan lebih banyak kematian anak-
anak dari pada gabungan seluruh penyakit dan merupakan penyebab utama dari
kecacatan. Setiap tahun, diperkirakan 600.000 anak masuk rumah sakit
diakibatkan karena cedera, dan hampir 16 juta anak mendapatkan perawatan di
bagian gawat darurat. Lembaga Pusat Pengendalian Penyakit memperkirakan
bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap
akibat dari kecelakaan. Cacat ini mempunyai dampak buruk yang luar biasa
terhadap perkembangan anak serta produktivitas dimasa depannya, pada
keuangan, dan emosi keluarga (Jones & Bartlett, 2006).
Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi
paling tinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi
(4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen
menjadi 8,2 persen. Penyebab cedera terbanyak, yaitu karena jatuh (40,9%) dan
kecelakaan sepeda motor (40,6%). Proporsi jatuh tertinggi di Nusa Tenggara
Timur (55,5%) dan terendah di Bengkulu (26,6%). Tiga urutan terbanyak jenis
5

cedera yang dialami penduduk adalah luka lecet/memar (70,9%), terkilir


(27,5%) dan luka robek (23,2%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk
tempat terjadinya cedera, adalah di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area
pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi cedera secara provinsi adalah 7,7 persen. Penyebab cedera
terbanyak yaitu jatuh (42,1%) dan kecelakaan sepeda motor (40,1%), adapun
penyebab cedera yang lain meliputi terkena benda tajam/tumpul (6,7%),
transportasi darat lain (8,1%) dan kejatuhan (1,6%). Persentase jenis cedera di
Provinsi Jawa Tengah di dominasi oleh luka lecet/memar sebesar 72,6 persen.
Jenis cedera terbanyak ke dua adalah terkilir, rata-rata di Provinsi Jawa Tengah
26,6 persen. Luka robek menduduki urutan ketiga jenis cedera terbanyak, yaitu
16,7. Jenis cedera lainnya persentasenya kecil, patah tulang 6,2 persen, anggota
tubuh terputus, cedera mata dan geger otak masing-masing persentasenya di
Provinsi Jawa Tengah 0,2, 0,5 dan 0,4 persen. Secara provinsi, cedera paling
banyak terjadi di jalan raya yaitu 43,7 persen selanjutnya di rumah (36,5%),
area pertanian (7,0%) dan sekolah (4,3%) (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan pada November 2016 yang dilakukan
di 2 Sekolah Dasar di Kecamatan Puring yaitu SD N 1 Sidodadi dan SD N 2
Sidobunder 1 tahun terakhir diperoleh data 50% siswa pernah mengalami luka
lecet, 40% pernah mengalami luka memar, 30% pingsan, 3% fraktur dan
terkilir. Cedera tersebut sering disebabkan karena terjatuh saat bermain
bersama temannya dan pada saat pelajaran olahraga. Penanganan dari guru jika
menemui siswa yang mengalami luka lecet hanya diberi betadin 60% dan 40%
hanya dibiarkan saja, pada siswa yang mengalami memar hanya dibiarkan saja
100%, dan siswa yang mengalami fraktur langsung dibawa ke petugas
kesehatan terdekat. Sehingga seluruh guru di Sekolah tersebut belum
melakukan tindakan P3K dengan tepat. Guru tersebut mengatakan bahwa di
Sekolah SD 1 Sidodadi dan SD 2 Sidobunder belum pernah mendapat
pendidikan kesehatan tentang P3K.
6

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, “Adakah
Perbedaan Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K Pada
Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring pada
kelompok kontrol
b. Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring pada
kelompok intervensi
c. Mengetahui perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Puring pada kelompok kontrol dan intervensi
D. Manfaat penelitian
1. Aspek pengembangan ilmu pengetahuan
Bagi aspek pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan
pengetahuan mengenai P3K.
2. Aspek manfaat praktis
a. Bagi guru
Untuk meningkatkan pengetahuan P3K yang tepat pada siswa yang
mengalami cedera/kecelakaan di sekolah.
7

b. Bagi siswa
Agar mendapatkan pertolongan pertama yang tepat saat mengalami
cedera sebelum petugas medis datang.
c. Bagi Puskesmas
Menjadi bahan masukan agar melakukan pendidikan kesehatan P3K
secara berkala di sekolah dasar.
E. Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Metode Sampel Analisa Hasil Persamaan &


penelitian data penelitian perbedaan

Brigitta Penggunaan Quasi Purposi - Nilai pertama Persamaan


(2012) Ceramah experiment ve pengetahuan penelitian ini
dan Leaflet al dengan samplin bantuan rata- adalah sama-
Terhadap mengguna g rata tingkat sama
Pengetahuan kan kelompok menggunakan
Anak metode intervensi dari metode quasy
Sekolah equivalent pretest ke experiment.
Dasar control posttestmenin Penelitian ini
Mengenai group with gkat dengan meneliti
Penanganan pretest- p= 0,000 tentang tingkat
Pertolongan posttest (p<0,5). pengetahuan
Pertama design Nilai pertama menggunakan
Pada pengetahuan metode
Kecelakaan bantuan rata- ceramah dan
rata tingkat leaflet.
kelompok Perbedaan:
kontrol dari Tempat
pretest ke penelitian
posttest ada berbeda,
yang sedikit responden
meningkat berbeda
dengan p=
0,125
(p>0,05).

Nova Efektivitas Pre Total Wilcoxxo Pendidikan Persamaannya


(2016) Pendidikan experiment samplin kesehatan adalah sama-
Kesehatan dengan g Mann- dengan sama
Whitney metode
Terhadap rancangan membahas
Test ceramah
Perubahan Nonequiva rata-rata pertolongan
Pengetahuan lent sebelum pertama pada
dan control diberikan kecelakaan.
Keterampila groub pendidikan
8

n P3K Pada pretest- kesehatan Perbedaannya


Siswa PMR posttest sebesar 13.65 adalah
di SMA design dan meningkat penelitian
menjadi 14.60
Negeri tersebut
sesudah
Sukoharjo mendapatkan menggunakan
pendidikan siswa PMR
kesehatan. sebagai
Pendidikan populasi dan
kesehatan sample,
dengan metode
metode
penelitian ini
simulasi rata-
rata sebelum pre
diberikan experiment
pendidikan dengan
kesehatan rancangan
sebesar 12.65 Nonequivalent
dan meningkat control groub
menjadi 14.85
pretest-
sesudah
mendapatkan posttest
pendidikan design.
kesehatan.
Perbedaan Tempat
pengetahuan penelitian
sesudah berbeda,
diberikan responden
pendidikan
berbeda
kesehatan
pada
kelompok
ceramah 14.60
dan pada
kelompok
simulasi
14.85.
Keterampilan
kelompok
simulasi lebih
tinggi dari
pada
keterampilan
kelompok
ceramah.
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Alamsyah, D., & Muliawati, R. (2013). Pilar Dasar: Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI.
Benih, A. (2014). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Brigitta. (2012). Penggunaan Ceramah dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Anak


Sekolah Dasar Mengenai Penanganan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Dahlan, M.S., (2014). Statistik Utun Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat, Dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS, 6th ed,
1. Jakarta: Epidemiologi Indonesia

Darmasto. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan


Pertama Epitaksis Terhadap Pengetahuan Guru Dalam Penanganan
Pertama Epitaksis Pada Siswa SDN Kelurahan Jatisari Sambi Boyolali.
Jurnal Keperawatan Ilmiah.

Depkes RI. (2007). Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari & Bencana.


Jakarta.
Dermawan, D. (2012). Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :
Gosyeng Publishing

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV. Trans


Info Medika.
DINKES. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Efendi, F., & Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Prektik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Furi. (2015). Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kiurang Di Puskesmas
Pamulang, Tangerang Selatan. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Galuh. (2017). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Dan
Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang HIV-AIDS Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Tawangsari. Jurnal Keperawatan Ilmiah.

Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Hastuti. (2010). Perbedaan Pengaruh Pedidikan Kesehatan Gigi Dalam


Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak Di Sd
Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Jurnal
Keperawatan Ilmiah.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika.
Kristanto, N. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Keterampilan P3K pada Siswa PMR. Jurnal
keperawatan Ilmiah.
Kumoratih, A. (2012). Panduan Praktis P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Surakarta: Mahkota Kita.
Machfoedz, I., Winarti, S. A., Wahyuningsih, H. P., & Widyasih, H. (2007).
Pertolongan Pertama: di Rumah, Tempat Kerja, atau di Perjalanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2000). Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.
_____________. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nova. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan


Pengetahuan Dan Keterampilan P3k Pada Siswa Pmr Di Sma Negeri 3
Sukoharj. Jurnal Keperawatan Ilmiah

OHSAS 18001. (2007). Occupational Health and Safety Management System -


Requirements.
Pusbankes 118. (2016). Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
Yogyakarta: Tim Pusbankes 118 - Persi DIY.
Raras. (2010). Studi efektivitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri
tentang dismenorea di smp kristen 01 purwokerto kabupaten banyumas.
Jurnal Keperawatan Ilmiah.

Riwidikdo. (2007). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka.

Rosdahi, C. B., & Kowalski, M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta :
EGC.
Santjaka, A. (2011). statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Setiyarini. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet
Dan Penyuluhan Individual Terhadap Pengetahuan Pencegahan
Kekambuhan Asma. Jurnal Keperawatan Ilmiah.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Swasanti, N., & Putra, W. S. (2014). Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan


P3K. Yogyakarta: Katahati.
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Wawan, & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran XI

FORM CHEK LIST OBSERVASI

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN P3K PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
PURING

Identitas Responden

1. Nomor :
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :

No Prosedur Pelaksanaan Dilakukan Tidak


Dilakukan
Tahap Pelaksanaan
1. Membuka dengan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Disampaikan dengan jelas
5. Menggunakan media
6. Memotivasi keterlibatan responden
Tahap Evaluasi
1. Melakukan evaluasi pada responden
2. Evaluasi sesuai tujuan
3. Menggunakan waktu yang efektif
4. Menutup dengan salam
Jadwal Penelitian

No Jadwal Penelitian Nov’16 Des’16 Jan’17 Feb’17 Mar’17 April’17 Mei’17 Jun’17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Studi pendahuluan
2. Penyusunan proposal
3. Ujian proposal
4. Pelaksanaan
penelitian
5. Analisa data
6. Penyusunan skripsi
7. Sidang hasil
Lampiran VII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


Jl. Yos Sudarso No. 461, Telp./Fax (0287)472433, 473750, Gombong, 54412
Website : www.stikesmuhgombong.ac.id
E-mail : stikesmuhgombong@yahoo.com

KUESIONER PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN P3K PADA GURU SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN PURING

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN P3K

A. Identitas Responden
1. Nomor : (diisi oleh peneliti)
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :

Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan pendapat anda

No Pernyataan Benar Salah


1. Hal pertama yang dilakukan untuk mengatasi luka lecet
adalah menggunakan betadine
2. Setelah membersihkan luka lecet tutup luka tersebut
dengan kassa steril yang kering kemudian plester
3. Untuk mengatasi perdarahan letakkan bagian yang luka
lebih rendah dari badan
4. Menekan langsung menggunakan kain bersih untuk
menghentikan perdarahan
5. Survey primer yang meliputi A: airway (jalan nafas) B:
breathing (bantuan nafas) C: circulation (bantuan
sirkulasi) dapat dilakukan oleh setiap orang
6. Jaw Trust termasuk teknik pemberian bantuan napas
7. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih
sebanyak-banyaknya pada korban yang keracunan
8. Usahakan untuk memuntahkanya jika menemukan orang
keracunan makanan dengan cara memasukkan jari pada
kerongkongan leher
9. Mimisan sering disebabkan karena benturan
10. Duduk, agar posisi hidung lebih tingggi dari jantung
merupakan pertolongan pertama pada mimisan
11. Bidai adalah benda yang digunakan untuk membalut luka
12. Fraktur tertutup (closed), adalah terputusnya kontinuitas
tulang bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar
13. Akronim RICE R : Rest (istirahat), I : Ice (es), C :
Compression (kompresi), E : Elevation (elevasi, posisikan
bagian tubuh yang cedera tetap lebih tinggi dari jantung
jika memungkinkan) merupakan prosedur darurat untuk
mengatasi terkilir dan cedera regang
14. Memplester jari bersamaan (buddy tapping) tidak efektif
untuk mengimmobilisasi bagian jari yang mengalami
fraktur
15. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang pada
umumnya disebabkan oleh rudapaksa
16. Pada penanganan fraktur cruris (tulang kering) jika tidak
menemukan bidai satupun korban tidak perlu dibidai
17. Fraktur (patah tulang) dibagi menjadi 2 yaitu fraktur
terbuka dan fraktur tertutup
18. Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti
orang tertidur yang diakibatkan karena sakit, kecelakaan,
kekurangan oksigen, kekurangan darah, lapar, haus,
kondisi fisik lemah dan sebagainya.
19. Menggunakan bau-bauan yang menyengat untuk
mengembalikan kesadaran orang yang pingsan
20. Jika wajah orang yang pingsan terlihat pucat buat
kepalanya lebih tinggi dari badan dengan disanggah
sesuatu
21. Menggunakan daun sirih sangat aman untuk menolong
seseorang yang mimisan
22. Kompres dingin (es) digunakan untuk membantu
menghilangkan rasa sakit dan mengurangi
pembengkakan.
23. Kompres es efektif untuk menangani memar
24. Pasta gigi efektif untuk mengolesi area tubuh yang
terkena benda panas
25. Menyirami area yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air dingin (bukan es)
Lampiran X

Luka

1. Pada luka lecet : Cuci menggunakan air bersih


terlebih dahulu, kemudian berikan antiseptic lalu
tutup luka dengan kassa steril
2. Jika luka perdarahan tekan langsung pada sumber
perdarahan, hingga perdarahan berhenti. Penanganan:
3. Jika luka memar kompres dengan es. Duduk, agar posisi hidung lebih tinggi dari
jantung Pingsan
Penggunaan daun sirih kurang baik untuk
menolong mimisan karena kebersihannya kurang
terjaga!! Tekan langsung dengan tangan lebih
aman (yang ditekan seluruh bagian depan cuping
hidung, bernafas melalui mulut)

Dislokasi (pergerseran tulang dari sendi)


Ingat akronim RICE dalam prosedur darurat untuk
mengatasi terkilir dan cedera regang:

R = Rest (Istirahat)
I = Ice (Es)
C = Compression (kompresi, seperti dengan
perban gulung)
Mimisan E = Elevation (elevasi, posisikan bagian tubuh
Disusun Oleh: yang cedera tetap lebih tinggi dari jantung jika
Septi Triani Penyebab Mimisan: memungkinkan)

 Benturan atau kebiasaan mengorek


hidung.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
 Udara yang kering dan panas
MUHAMMADIYAH GOMBONG
 Pilek dan alergi
2017  Mencium bahan kimia
Fraktur 3. Jika luka baka berlebihan tutupi dengan kain
kering, tidak lengket dan steril
Fraktur (patah tulang): terputusnya kontinuitas
jaringan tulang. Fraktur cruris (tulang kering)
dapat dibidai dengan kaki sebelahnya jika tidak
menemukan bidai. Bidai adalah alat yang  Bau-bauan yang menyengat dapat digunakan
digunakan untuk mengimmobilisasi bagian tubuh yang untuk mengembalikan kesadaran seseorang
fraktur atau terkilir. Fraktur dapat dibagi menjadi: yang pingsan.

 Fraktur tertutup (closed) tidak ada perlukaan Bantuan Hidup Dasar


pada kulit
 Fraktur terbuka (open/compound) ada  Survei Primer : yang dapat dilkukan oleh
perlukaan pada kulit setiap orang (yang sudah dilatih BHD). Keracunan
A = airway (jalan nafas) : pemeriksaan jalan Racun adalah sesuatu yang meskipun dalam
napas, membuka jalan napas menggunakan jumlah sedikit namun apabila masuk ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
teknik head tilt/Chin lift dan jaw trust
jaringan tubuh, sehingga mengganggu
B = breathing (bantuan napas)
Penatalaksanaan Fraktur: kesehatan.
 Fraktur cruris (tulang kering) dapat dibidai C = circulation (bantuan sirkulasi)
 Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan
dengan kaki sebelahnya jika tidak air sebanyak-banyaknya
menemukan bidai. Usahakan untuk  Jika korban sadar, usahakan untuk
mengistirahatkan dua sendi. memuntahkannya
 Buddy tapping (memplester jari bersamaan)
lebih efektif untuk mengimobilisasi jari yang
fraktur
Luka bakar
Pingsan
Pingsan adalah keadaan tidak sadarkan 1. Hentikan proses luka bakar dengan
diri yang diakibatkan karena sakit. memindahkan sumber panas
TERIMAKASIH
2. Sirami area luka dengan air dingin ( Bukan
es). Jangan mengolesi dengan pasta gigi!! SEMOGA BERMANFAAT...
Lampiran IX

Disusun oleh:
Septi Triani
NiM: A11300939

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2017
LUKA
A. CARA MERAWAT LUKA GORES ATAU TERSAYAT. JIKA LUKA
TERSEBUT ADALAH LUKA YANG BARU, TINDAKAN YANG HARUS
DILAKUKAN ADALAH:
1. MENCUCI LUKA DENGAN AIR BERSIH DAN SEGERA BERI OBAT
ANTISEPTIK YANG TERSEDIA.
2. TUTUP LUKA DENGAN KASA STERIL YANG KERING DAN PLESTER
ATAU BALUT
B. Tindakan pada luka tertutup (memar)
Memar kecil pada umumnya tidak memerlukan
perawatan. Bila memar dirasa cukup besar maka
berikan kompres dingin untuk membantu
menghilangkan rasa sakit dan mengurangi
pembengkakan.
C. CARA MENGATASI PERDARAHAN AKIBAT LUKA:

 LETAKKAN BAGIAN YANG LUKA LEBIH TINGGI DARI BADAN.(JIKA MEMUNGKINKAN)

 GUNAKAN SEPOTONG KAIN BERSIH UNTUK MENEKAN LANGSUNG PADA

SUMBER PERDARAHAN.

 LAKUKAN PENEKANAN SAMPAI TERFIKSASI SEHINGGA TAK ADA LAGI

PERDARAHAN.

 JIKA DENGAN PENEKANAN PERDARAHAN TIDAK BERHENTI, LAKUKAN

PENGIKATAN LUKA DENGAN KAIN TIPIS DI SEBELAH LUKA BAGIAN YANG

MENDEKATI TUBUH.
PEMBERIAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR:
1.SIRAMI AREA LUKA DENGAN AIR DINGIN YANG MENGALIR.
(BUKAN ES)
2.JIKA PAKAIAN MELEKAT PADA LUKA BAKAR GUNTING
PAKAIAN DI SEKITARNYA YANG TIDSK MENEMPEL, &
JANGAN MEMAKSA UNTUK MELEPASNYA
3. JIKA LUKA BAKAR BERLEBIHAN TUTUPI DENGAN KAIN
KERING, TIDAK LENGKET DAN STERIL
4.CEGAH KONTAMINASI LUKA SEBISA MUNGKIN.
KERACUNAN

RACUN ADALAH SESUATU YANG MESKIPUN DALAM JUMLAH SEDIKIT NAMUN APABILA MASUK

KE DALAM TUBUH DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN JARINGAN TUBUH, SEHINGGA

MENGGANGGU KESEHATAN, MENYEBABKAN KECELAKAAN, BAHKAN DAPAT MEMBAWA

KEMATIAN.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN MAKANAN:

 UNTUK MENGURANGI KEKUATAN RACUN, BERIKAN AIR PUTIH SEBANYAK-BANYAKNYA


 JIKA KORBAN DALAM KONDISI SADAR, USAHAKAN UNTUK MEMUNTAHKANNYA. LAKUKAN
DENGAN MEMASUKKAN JARI PADA KERONGKONGAN LEHER DAN POSISI BADAN LEBIH
TINGGI DARI KEPALA UNTUK MEMUDAHKAN KONTRAKSI.
 APABILA KORBAN DALAM KEADAAN PINGSAN, BAWA SEGERA KE RUMAH SAKIT ATAU
DOKTER TERDEKAT UNTUK MENDAPATKAN PERAWATAN INTENSIF.
PINGSAN

PINGSAN ADALAH SUATU KEADAAN TIDAK SADARKAN DIRI SEPERTI ORANG TERTIDUR YANG
DIAKIBATKAN KARENA SAKIT, KECELAKAAN, KEKURANGAN OKSIGEN, KEKURANGAN DARAH,
KERACUNAN, TERKEJUT/KAGET, LAPAR, HAUS, KONDISI FISIK LEMAH, DAN SEBAGAINYA.

Yang harus dilakukan untuk membantu orang yang pingsan antara lain:

1) Untuk mengembalikan kesadaran orang yang pingsan dapat menggunakan bau-bauan yang
menyengat dan merangsang
2) Buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke
kepala korban.
3) Longgarkan aksesoris dan pakaian korban yang mengganggu jalan pernafasan.
4) Beri minuman manis bila korban sudah sadar , jangan memberi minum pada saat kesadaran
korban belum benar-benar pulih agar tidak tersedak.
BANTUAN HIDUP DASAR

 SURVEI PRIMER (PRIMARY SURVEY) DAPAT DILAKUKAN OLEH


SETIAP ORANG (YANG SUDAH DILATIH BHD)
A = AIRWAY (JALAN NAFAS)
B = BREATHING (BANTUAN NAPAS)
C = CIRCULATION (BANTUAN SIRKULASI)
DISLOKASI
DISLOKASI ADALAH PERGESERAN TULANG DARI SENDI.
INGAT AKRONIM RICE DALAM PROSEDUR DARURAT UNTUK MENGATASI
TERKILIR DAN CEDERA REGANG:
R = REST (ISTIRAHAT)
I = ICE (ES)
C = COMPRESSION (KOMPRESI, SEPERTI DENGAN PERBAN GULUNG)
E = ELEVATION (ELEVASI, POSISIKAN BAGIAN TUBUH YANG CEDERA
TETAP LEBIH TINGGI DARI JANTUNG JIKA MEMUNGKINKAN)
FRAKTUR
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur
dapat dibagi menjadi:

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena terdapat perlukaan pada kulit.

 Fraktur cruris (tulang kering) dapat


dibidai dengan kaki sebelahnya jika
tidak menemukan bidai. Usahakan
untuk mengistirahatkan 2 persendian
 Bidai adalah alat yang digunakan
untuk mengimmobilisasi bagian tubuh
yang fraktur atau terkilir
 Buddy tapping (memplester jari
bersamaan) lebih efektif untuk
mengimobilisasi jari yang fraktur
Penyebab:
 Benturan atau kebiasaan
MIMISAN
mengorek hidung.
 Udara yang kering dan panas
 Pilek dan alergi
 Bencium bahan kimia
PERTOLONGAN PADA MIMISAN:

a. DUDUK, AGAR POSISI HIDUNG LEBIH TINGGI DARI JANTUNG.


b. BADAN MEMBUNGKUK SEDIKIT, DAN BERNAFAS MELALUI MULUT.
c. JANGAN TIDUR TERLENTANG. KARENA ALIRAN DARAH KE HIDUNG AKAN BERTAMBAH DERAS, DAN DARAH DAPAT
TERTELAN.
d. TEKAN HIDUNG SELAMA 5 MENIT. YANG DITEKAN ADALAH SELURUH BAGIAN DEPAN CUPING HIDUNG, TEPAT DI
ATAS LUBANG HIDUNG.
e. TANGAN YANG LAIN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBERI KOMPRES DINGIN MENGGUNAKAN ES PADA TULANG
HIDUNG, UNTUK MEMPERLAMBAT ALIRAN DARAH KE HIDUNG. Penggunaan daun sirih untuk mimisan
f. BILA SETELAH 5MENIT MASIH BERDARAH, TEKAN LAGI SELAMA 10 MENIT. kurang baik. Daun sirih merupakan
g. KALAU MASIH TETAP BERDARAH BAWA KE RUMAH SAKIT astrigent, yang berfungsi mengecilkan
pembuluh darah. Daun sirih dapat
menolong, tetapi sterilisasinya kurang
terjaga. Jangan-jangan mimisannya
sembuh tapi malah terjadi infeksi. Tekan
dengan jari akan lebih aman.
Lampiran XII
Lampiran XIII
Lampiran V

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Bpk/Ibu Calon Responden

Assalamu’alaikum, Wr. wb.

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Mahasiswa tingkat 4 prodi S1


Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

Nama : Septi Triani

NIM : A11300939

Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden


dalam penelitian saya guna penyusunan skripsi, yang berjudul “EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K
PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURING”.

Wassalamu’alaikum Wr. wb.

Hormat saya,

(Septi Triani)
Lampiran VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi


responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong, tentang “Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K pada Guru Sekolah
Dasar di Kecamatan Puring tahun 2017”
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif
dan data mengenai diri saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan
untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan
dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data
penelitian.
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Gombong, ..............................2017
Responden

(............................................)
Lampiran VIII

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Pokok bahasan : Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


Sub Pokok Bahasan : Cara Mengatasi luka, Mengatasi mimisan, Mengatasi
pingsan, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Mengatasi luka
bakar, Mengatasi dislokasi, Mengatasi Fraktur
Sasaran : Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring
Waktu : 15-30 menit

A. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Setelah diberikan penyuluhan pada guru sekolah dasar diharapkan pengetahuan
P3K meningkat
B. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

No TIK Materi Media Metode Evaluasi


Setelah diberikan Lembar Ceramah
penyuluhan balik &
pengetahuan P3K leaflet
diharapkan guru
sekolah dasar
dapat:
1. Menjelaskan cara Cara Guru sekolah
Mengatasi luka, Mengatasi dasar mampu
Mengatasi luka, mengetahui
mimisan, Mengatasi cara mengatasi
Mengatasi pingsan, mimisan, luka,
Bantuan Hidup Mengatasi Mengatasi
Dasar, Mengatasi pingsan, mimisan,
luka bakar, Bantuan Mengatasi
Mengatasi Hidup Dasar, pingsan,
dislokasi, Mengatasi Bantuan Hidup
Mengatasi Fraktur, luka bakar, Dasar,
dan Mimisan Mengatasi Mengatasi
dislokasi, luka bakar,
Mengatasi Mengatasi
Fraktur, dan dislokasi,
Keracunan Mengatasi
Fraktur, dan
Keracunan
C. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Peneliti Guru Sekolah
Dasar
5 Menit Pembukaan 1. Mengucapkan Salam - Menjawab salam
2. Memperkenalkan Diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan

20 Isi - Menjelaskan cara untuk - Menjawab dan


Menit mengatasi luka lecet dan mendengarkan
memar, mengatasi mimisan,
mengatasi pingsan, Bantuan
Hidup Dasar, mengatasi luka
bakar, mengatasi dislokasi,
mengatasi fraktur, Keracunan
5 Menit Penutup Mengevaluasi guru sekolah dasar Melakukan
untuk menjelaskan cara mengatasi tindakan
luka lecet dan memar, mengatasi
mimisan, mengatasi pingsan,
Bantuan Hidup Dasar, mengatasi
luka bakar, mengatasi dislokasi,
mengatasi fraktur, Keracunan
MATERI

A. Cara merawat luka


1. Luka gores atau tersayat. Jika luka tersebut adalah luka yang baru,
tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Mencuci luka dengan air bersih dan segera beri obat antiseptik yang
tersedia.
b. Tutup luka dengan kasa sterilyang kering dan plester atau balut
2. Tindakan pada luka tertutup (memar)
Memar kecil pada umumnya tidak memerlukan perawatan. Bila
memar dirasa cukup besar maka berikan kompres dingin untuk membantu
menghilangkan rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.
3. Tindakan mengatasi perdarahan akibat luka:
a. Letakkan bagian yang luka lebih tinggi dari badan.
b. Gunakan sepotong kain bersih untuk menekan langsung pada sumber
perdarahan.
c. Lakukan penekanan 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga tak
ada lagi perdarahan.
d. Jika dengan penekanan perdarahan tidak berhenti, lakukan pengikatan
luka dengan kain tipis di sebelah luka bagian yang mendekati tubuh.
B. Mimisan dan cara Perawatannya
1. Penyebab Mimisan:
a. Penyebab paling sering adalah benturan atau kebiasaan mengorek
hidung.
b. Udara yang kering dan panas mengakibatkan selaput lendir hidung
kering dan pecah.
c. Bila hidung tersumbat terus dan berbau busuk, mungkin disebabkan
anak memasukka benda ke dalam hidungnya.
d. Sekat hidung yang bengkok, menyebabkan aliran udara kurang baik.
Akibatnya selaput lendir hidung menjadi kering dan pecah.
e. Pilek dan alergi. Peradangan di rongga hidung dan membuang ingus
terlalu keras dapat menyebabkan mimisan.
f. Mencium bahan kimia, misalnya: asam sulfat, bensin, ammonia.
g. Kadang-kadang mimisan adalah gejala dari penyakit darah, misalnya:
kurang trombosit, kurang faktor pembekuan darah, leukimia dan lain-
lain. Pada penyakit-penyakit tersebut, sering ada gejala lain misalnya:
pucat, biru-biru di kulit, dan lain-lain.
h. Mimisan pada orang dewasa , dapat disebabkan karena merokok,
hipertensi, konsumsi alkohol atau mengkonsumsi obat yang dapat
mengencerkan darah.
i. Anak yang minum obat yang mengandung asetosal dan ibuprofen juga
dapat mengalami mimisan karena darah menjadi kurang cepat
membeku.
2. Pertolongan Pada Mimisan:
a. Duduk, agar posisi hidung lebih tinggi dari jantung.
b. Badan membungkuk sedikit, dan bernafas melalui mulut.
c. Jangan tidur terlentang. Karena aliran darah ke hidung akan bertambah
deras, dan darah dapat tertelan.
d. Tekan hidung selama 5 menit. Yang ditekan adalah seluruh bagian
depan cuping hidung, tapat di atas lubang hidung.
e. Tangan yang lain dapat digunakan untuk memberi kompres dingin
menggunakan es pada tulang hidung, untuk memperlambat aliran darah
ke hidung.
f. Bila setelah 5menit masih berdarah, tekan lagi selama 10 menit.
g. Kalau masih tetap berdarah bawa ke rumah sakit
h. Bila sudah sering mengalami mimisan, dapat meminta campuran
lidokain 4% untuk mengurangi nyeri dan epinefrin 1 : 10.000 untuk
mempercepat darah berhenti. Pemasangan selama 10-15 menit
seringkali sudah cukup. Semprotan hidung oxymetazoline 0.05% juga
dapat membantu
Penggunaan daun sirih untuk mimisan kurang baik. Daun sirih
merupakan astrigent, yang berfungsi mengecilkan pembuluh darah. Daun
sirih dapat menolong, tetapi sterilisasinya kurang terjaga. Jangan-jangan
mimisannya sembuh tapi malah terjadi infeksi. Tekan dengan jari akan
lebih aman.

C. Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tertidur
yang diakibatkan karena sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan
darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar, haus, kondisi fisik lemah, dan
sebagainya. Yang harus dilakukan untuk membantu orang yang pingsan antara
lain:
1. Untuk mengembalikan kesadaran orang yang pingsan dapat menggunakan
bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi,
amoniak, durian, dll.
2. Jika wajah orang yang pingsan itu pucat sebaiknya buat badannya lebih ti
nggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke
kepala korban.
3. Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan
bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuh secara
normal.
4. Apabila orang yang pingsan muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya
agar muntahan korban bisa keluar dengan mudah sehingga jalur pernafasan
korban bisa normal kembali.
5. Longgarkan aksesoris dan pakaian korban yang mengganggu jalan
pernafasan.
6. Beri minuman hangat bila korban sudah sadar , jangan memberi minum
pada saat kesadaran korban belum benar-benar pulih agar tidak tersedak.
7. Baringkan badan dalam posisi pemulihan sambil menunggu bnatuan
selanjutnya.
D. Bantuan Hidup Dasar
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jangtung
Paru (RJP).

Resusitasi jantung paru (RJP) terdiri dari 2 tahap yaitu:

a. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
b. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapet dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedic terlatih dan merupakan lanjutan dari survey
primer.
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan nafas dan bantuan
sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudan tindakan
survei primer maka dirumuskan dengan abjad A, B, C yakni:
A = airway (jalan nafas) : pemeriksaan jalan napas, membuka jalan napas
menggunakan teknik head tilt/Chin lift dan jaw trust
B = breathing (bantuan napas): dengan cara menarik nafas biasa lalu
tempelkan bibir anda ke bibir korban dengan perantara alat pelindung diri
(face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan.
C = circulation (bantuan sirkulasi): Lakukan kompresi sebanyak 30x
kemudian diselingi dengan nafas buatan sebanyak 2x. Ini merupakan satu
siklus.
E. Pemberian pertolongan pertama pada luka bakar:
1. Hentikan proses luka bakar dengan memindahkan sumber panas. Pastikan
pakaian yang terbakar supaya didinginkan. Jangan lepaskan kain atau
benda lain yang terbakar, kecuali benda tersebut jatuh.
2. Lepaskan pakaian sebanyak mungkin di area yang terbakar, jika kain tidak
lengket ke kulit. Pakaian yang ketat dapat membahayakann dikemudian
hari.
3. Jika penyelamat datang dalam waktu beberapa menit, sirami area luka
dengan air dingin. Jangan memberikan es.
4. Sirami sebagian luka bakar akibat kimia denganair kran yang mengalir
terus-menerus dan lembut sampai bantuan darurat tiba.
5. Selalu periksa wadah kimia untuk mendapatkan petunjuk penanganan
darurat.
6. Awasi adanya menggigil jika menggunakan air untuk mendinginkan luka
bakar yang menutupi lebihh dari 10% tubuh. Ganti ke balutan steril dan
kering jika terjadi menggigil.
7. Jangan meletakkan apa pun selain air atau zat yang telah diprogramkan
secara khusus untuk penanganan luka bakar.
8. Lepaskan perhiasan korban.
9. Pantau jalan napas, pernapasan dan sirkulasi individu. Bersiap untuk
melakukan CPR.
10. Jika luka baka berlebihan tutupi dengan akin kering, tidak lengket dan
steril. Jangan menggunakan kassa.
11. Pastikan balutan untuk tetap dingin dan basah. Pastikan untuk menjaga
individu tetap hangat dan pantau adanya hipotermia.
12. Cegah kontaminasi luka sebisa mungkin.
13. Tangani syok bila trejadi. Nyeri, kehilangan cairan tubuh, dan ansietas
berkontribusi pada terjadinya syok.
F. Cedera Muskuloskeletal
Cedera muskuloskeletal adalah cedera yang mengenai tulang, otot atau
sendi. Setelah seseorang mengalami MVA atau jatuh, lihat kemungkinan
masalah yang akan terjadi berikut ini:
1. Fraktur (patah tulang): terputusnya terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur dapat dibagi menjadi:
a) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena terdapat perlukaan pada kulit.
Pertolongan Pertama pada fraktur
Membelat
Belat adalah alat yang digunakan untuk mengimmobilisasi bagian
tubuh yang fraktur atau terkilir. Dapat menggunakan benda yang keras dan
lurus. Belat darurat yang baik digunakan untuk lengan adalah majalah
yang dililitkan membungkus lengan dan diikat. Setiap benda yang lurus
dan panjang dapat digunakan sebagai pembelat sementara untuk tungkai.
Jangan mengikat belat terlalu ketat karena dapat memutus sirkulasi darah
ke ekstremitas.
Belat yang efektif digunakan untuk fraktur jari kaki adalah
menggunakan jari yang berada di dekatnya, plester jari bersamaan (buddy
taping). Hal yang sama juga dilakukan pada jari tangan jika mengalami
fraktur.
2. Dislokasi: Pergeseran tulang dari sendi.
Terkadang sulit menentukan apakah seseorang terjadi kesleo atau
fraktur. Jika ragu mengenai derajat cedera, asumsikan bahwa fraktur
terjadi dan tangani korban dengan tepat hingga diagnosis yang pasti
ditemukan. Gunakan es sebagai penanganan untuk fraktur atau kesleo
hingga bantuan medis datang atau tersedia. Biasanya seseorang akan
mengalami nyeri ketika bergerak atau mengangkat benda beratsetelah
mengalami fraktur. Jangan menyuruh individu untuk berdiri atau berjalan
pada bagian yang diduga mengalami fraktur untuk memeriksa nyeri,
karena hal itu akan memprburuk keadaan atau cedera.
Ingat akronim RICE dalam prosedur darurat untuk mengatasi terkilir dan
cedera regang:
R = Rest (Istirahat)
I = Ice (Es)
C = Compression (kompresi, seperti dengan perban gulung)
E = Elevation (elevasi, posisikan bagian tubuh yang cedera tetap lebih
tinggi dari jantung jika memungkinkan)
G. Keracunan
Racun adalah sesuatu yang meskipun dalam jumlah sedikit namun
apabila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh,
sehingga mengganggu kesehatan, menyebabkan kecelakaan, bahkan dapat
membawa kematian. Pertolongan pertama pada keracunan makanan:
1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air sebanyak-banyaknya
2. Jika korban dalam kondisi sadar, usahakan untuk memuntahkannya.
Lakukan dengan memasukkan jari pada kerongkongan leher dan posisi
badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
3. Apabila korban dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Lampiran III
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran IV

Anda mungkin juga menyukai