Anda di halaman 1dari 130

Skripsi

GAMBARAN KARAKTERISTIK LUKA DAN PERAWATANNYA DI


KLINIK PERAWATAN LUKA GRIYA AFIAT MAKASSAR

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

MOH GIFARI S
C12114318

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Lembar Pengesahan

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas peneliti lafaskan kecuali ucapan puji dan syukur

kehadirat Allah subhanahwataalaatas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran Karakteristik

Luka dan Perawatannya di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar”, yang

merupakan persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana keperawatan

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan proposal ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan

sejak awal hingga akhir penyusunannya. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan

kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi

peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan

ucapan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti yang tercinta, Ayahanda

Bahtiar dan Ibunda Rosmini Y. Paliba serta seluruh keluarga yang telah

memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil selama kuliah hingga

penyusunan proposal ini. Pada kesempatan ini juga perkenankanlah saya

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan FK Unhas.

ii
2. Bapak Dr. Takdir Tahir, S.Kep, Ns., M.Kes dan Bapak Nuurhidayat Jafar,

S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing satu dan dua yang senantiasa memberi

masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan proposal ini.

3. Bapak Saldy Yusuf, S.Kp., Ns., MHS, ETN dan Bapak Moh. Syafar Sangkala,

S.Kep., Ns., MANP. selaku penguji yang memberikan banyak masukan dan

arahan demi penyempurnaan proposal ini.

4. Staf di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar yang membantu dalam

penyusunan proposal

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Hasanuddin Makassar.

6. Ika Julianty A. sebagai orang terdekat yang senantiasa memberikan semangat,

dukungan dan motivasi dalam segala hal terkait penyusunan proposal ini

7. Saudara-saudaraku MBS SMAN 1 Bunobogu (Azwar, Moh. Gufran, Herman

Apriansyah, Firmansyah) atas dukungan dan supportnya.

8. Teman-teman angkatan 2014 “CRAN14L” terima kasih atas dukungan,

motivasi, dan bantuannya kepada peneliti setiap saat.

9. Saudaraku “The Boys Cran14al” yang selalu menyemangati dan memotivasi

untuk mengerjakan proposal (Bahri, Ade Syamsuryadi, Hakman Asfianto,

Ilham Adi Pitra, Andi Muh. Iksan, dan Abdilah Fajrin).

10. Jumratun Tri Novianti dan Dian Safitri Musytari, S.Kg yang senantiasa

mendukung dan banyak membantu dalam penyusunan proposal ini

iii
11. Teman-teman KKN Profesi Kesehatan Angkatan 56 Kelurahan Tanuntung,

Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba terimakasih atas motivasi dan

dukungannya.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, peneliti

tentunya tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga

Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Hamba-

Nya yang senantiasa membantu sesamanya .

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa

peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam

penelitian dan penyusunan proposal ini, karena sesungguhnya kebenaran

sempurna hanya milik Allah SWT semata. Oleh karena itu, peneliti senantiasa

mengharapkan masukan yang konstruktif sehingga peneliti dapat berkarya lebih

baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah

dan khilaf.

Makassar, Oktober 2017

Moh. Gifari S

iv
ABSTRAK

Moh. Gifari S. C12114318. GAMBARAN KARAKTERISTIK LUKA DAN


PERAWATANNYA DI KLINIK PERAWATAN LUKA GRIYA AFIAT MAKASSAR,
dibimbing oleh Takdir Tahir dan Nuurhidayat Jafar. (xii + 78 + 18 tabel + 2 bagan + 6 lampiran)

Latar Belakang: Luka didefinisikan sebagai rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu luka akut dan luka kronik. Angka kejadian luka yang terus meningkat dari tahun ketahun
akan menjadi masalah yang besar jika tidak di imbangi oleh pengetahuan perawat tentang luka dan
bagaimana cara perawatannya. Pengenalan karakteristik luka yang terdiri dari 13 item BJWAT dan
perawatannya yakni jenis dressinf dan cleansing dapat membantu perawat untuk meningkatkan
pengetahuannya terkait penanganan luka.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran karakteristik luka dan perawatannya di Klinik Perawatan
Luka Griya Afiat Makassar.
Metode: rancangan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Retrospektif. Teknik sampling
yang digunakan yaitu total sampling dengan total sampel sebanyak 145 responden. Pengumpulan
data dilakukan berdasarkan data sekunder yaitu catatan rekam medik pasien pada kunjungan pertama
dan terakhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar.
Hasil: Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan pasien yang berkunjung ke klinik
perawatan luka adalah perempuan sebanyak 59.3% (86 orang), dengan jenis luka kebanyakan adalah
luka kronik sejumlah 86.2% (125 orang). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi
penurunan skor BJWAT dengan skala 21-40 dari 59.3% (86 orang) menjadi 33.8% (49 orang)
dengan rata-rata waktu perawatan 62 hari dan rata-rata jumlah kunjungan 12 kali kunjungan. Jenis
dressing yang digunakan kebanyakan adalah Topical Cream dan Hydrogel sebagai dressing primer,
Non Adherent Dressing sebagai dressing sekunder, serta Haft dan Hipafix sebagai dressing tersier.
Sementara jenis Cleansing yang paling banyak di temukan dalam penelitian ini adalah NaCl 0.9%
dan Air Mineral Botol.
Kesimpulan dan Saran: karakteristik luka sangat penting untuk di nilai agar dapat diketahui
kondisi luka yang semakin membaik atau malah semakin memburuk. Oleh karena itu penting bagi
seorang perawat memahami cara menilai karakteristik luka dan perawatan luka.

Kata Kunci: Wound Assessment; Wound Care; Diabetic Food Ulcer


Kepustakaan: 29 kepustakaan (2007-2017)

v
ABSTARCT

Moh. Gifari S. C12114318. DESCRIPTION OF WOUND CHARACTERISTIC AND THEIR


TREATMENT AT GRIYA AFIAT’S WOUNDCARE CLINIC MAKASSAR. Guided by
Takdir Tahir and Nuurhidayat Jafar. (XII + 78 Pages + 18 Tables + 2 Charts + 6 Attachments)

Background: Wound is defined as the destruction of the tissue which is specially as the damaged
of some substance or missing tissue. Wound can be divided as an acute wound and chronic wound.
The rate of wound always increase every years and it can be a big problem if there’s not balanced
with nurse’s knowledge about wound and their treatment. The introduction of wound characteristic
consist of 13 item in BJWAT, dressing cleansing can help nurses to improve their knowledge about
woundcare.
Purpose: This research aim to find out the description of wound characteristic and their treatment
at Griya Afiat’s Woundcare Clinic Makassar.
Method: This research use Quantitative Design with Retrospective Design. Sampling technique
used in this research is Total Sampling with the number of samples is 145 respodents. Collective
data in this research based on patient’s medical record at the first and the last visit in Griya Afiat’s
Woundcrae Clinic Makassar.
Result: This research found that the majority of patient’s who visite woundcare clinic is woman as
many as 59.3% (86 peoples), with the most type of wound is chronic as many as 86.2% (125 people).
This research also showed that there was a decrease of BJWAT score by 21-40 scale from 59.3%
(86 peoples) to 33.8% (49 peoples) with average treatment time is 62 days and the average of number
visits 12 visits. The most type of dressing was Topical Cream and Hydrogel as primary dressing,
Non Adherent Dressing as secondary dressing, and hypafix as tertiary dressing. While the most
common type of Cleansing found in this study was 0.9% NaCl and Bottled Mineral Water.
Conclusions and Suggestions: The value of wound characteristic is very important to know the
condition of wound is getting better or worse. Therefore it’s important for a nurse to understand how
to assess wound characteristic and their treatment.

Keyword: Wound Assessment; Wound Care; Diabetic Food Ulcer


Literature: 29 Literatures (2007-2017)

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI.....................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 5

C. Tujuan ........................................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7


A. Definisi Luka ............................................................................................. 7

B. Jenis Luka .................................................................................................. 7

C. Etiologi Luka ........................................................................................... 10

D. Fisiologi Penyembuhan luka .................................................................. 11

E. Karakteristik Luka ................................................................................. 15

F. Perawatan luka ........................................................................................ 20

G. Jenis penyembuhan luka ........................................................................ 29

H. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ................................. 31

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................................... 36


A. Kerangka Konsep .................................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 37


A. Rancangan Penelitian ............................................................................. 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 37

C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 37

vii
D. Alur Penelitian......................................................................................... 39

E. Variabel Penelitian .................................................................................. 40

F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 44

G. Etika Penelitian ....................................................................................... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 48


A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 48

B. Pembahasan ............................................................................................. 65

C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 72


A. Kesimpulan .............................................................................................. 72

B. Saran ........................................................................................................ 73

Lampiran ......................................................................................................................... 78

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ......................................................................................................... 8


Gambar 2.2 ......................................................................................................... 9
Gambar 2.3 ......................................................................................................... 9
Gambar 2.4 ......................................................................................................... 10
Gambar 2.5 ......................................................................................................... 12
Gambar 2.6 ......................................................................................................... 13
Gambar 2.7 ......................................................................................................... 14
Gambar 2.8 ......................................................................................................... 15
Gambar 2.9 ......................................................................................................... 22
Gambar 2.10 ....................................................................................................... 23
Gambar 2.11 ....................................................................................................... 23
Gambar 2.11 ....................................................................................................... 29
Gambar 2.11 ....................................................................................................... 30
Gambar 2.11 ....................................................................................................... 31

ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 ............................................................................................................. 36

Bagan 4.1 ............................................................................................................. 39

x
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin dan Jenis Luka ................................................................. 49

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,


Jumlah Kunjungan dan Lama Perawatan ....................................... 49

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ukuran Luka Pada Kunjungan


Awal dan Kunjungan Akhir ........................................................... 50

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kedalaman Luka Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 51

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tepi Luka Pada Kunjungan Awal
dan Kunjungan Akhir .................................................................... 52

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Goa Pada Kunjungan Awal dan
Kunjungan Akhir ........................................................................... 53

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tipe Jaringan Nekrosis Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 54

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jumlah Jaringan Nekrosis Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 55

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tipe Eksudat Pada Kunjungan


Awal dan Kunjungan Akhir ........................................................... 56

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jumlah Eksudat Pada Kunjungan


Awal dan Kunjungan Akhir ........................................................... 57

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Warna Kulit Sekitar Luka Pada
Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 58

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Yang Edema Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 59

xi
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengerasan Jaringan Tepi Pada
Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 60

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Granulasi Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 60

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Epitelisasi Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir ........................................ 61

Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Skor Penilaian Karakteristik Luka


Menggunakan BJWAT Pada Kunjungan Awal dan Kunjungan
Akhir.............................................................................................. 62

Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi Jenis Dressing Pada Kunjungan Awal dan
akhir............................................................................................... 63

Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi Jenis Cleansing Pada Kunjungan Awal dan
akhir............................................................................................... 64

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian


Lampiran 2. Master Tabel Penelitian
Lampiran 3. Hasil Analisa Data
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia.

Setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya luka entah itu luka

ringan, sedang maupun berat.

Hasil identifikasi catatan kesehatan selama 5 tahun terakhir yang

berasal dari 59 pusat rawat jalan di 18 negara bagian USA menyebutkan

bahwa kebanyakan pasien yang menderita luka adalah laki-laki dengan

jumlah 52,3% dan rata-rata usia 61,7 tahun. Lebih dari 1,6% pasien

meninggal dalam pelayanan atau dalam waktu 4 minggu sejak kunjungan

terakhir. Hampir dua pertiga luka sembuh (65,8%) dengan waktu rata-rata

untuk sembuh 15 minggu dan 10% luka membutuhkan waktu 33 minggu

atau lebih untuk sembuh (Fife, Carter, Walker, & Thomson, 2012).

Sementara di Indonesia itu sendiri, tingginya prevalensi penderita

diabetes menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 10 negara Diabetes

Melitus (DM) teratas. Hasil penelitian yang dilakukan di klinik endokrin

rawat jalan pada beberapa rumah sakit daerah yang ada di Indonesia bagian

timur menyebutkan bahwa dari 249 orang yang terdaftar, ditemukan

prevalensi faktor risiko luka kaki diabetik sebesar 55,4%. Sementara itu

prevalensi luka kaki diabetik itu sendiri sebesar 12% (Yusuf, et al., 2016)

Kecenderungan prevalensi luka kronis yakni DM mengalami

peningkatan dari tahun 2007 yakni 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013.

1
Beberapa provinsi yang juga mengalami peningkatan prevelensi DM antara

lain Maluku (0,5% menjadi 2,1%), Sulawesi Selatan (0,8% menjadi 3,4%),

dan Nusa Tenggara Timur (1,2% menjadi 3,3%). Sementara provinsi di

indonesia dengan prevelensi DM cenderung menurun antara lain Papua

Barat dan Nusa Tenggara Barat. Sementara luka akut menempati urutan

ketiga terbanyak yang dialami penduduk Indonesia diantaranya luka

lecet/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka robek (23,2%). Sedangkan

di daerah sulawesi selatan sendiri kebanyakan kasus luka akut yang di

temukan adalah luka lecet/memar yaitu sebesar 74,6% di susul oleh luka

robek sebesar 24,3% (Kemenkes, 2013). Berdasarkan hasil pemeriksaan di

RSUP Dr. M. Djamil, dari 100 kunjungan luka, tercatat distribusi jenis luka

dan lokasi terbanyak pada korban meninggal yaitu jenis luka terbanyak

yaitu luka lecet sebanyak 54 (39,2%) kasus pada bulan Juli 2010 – Juni

2011. Lokasi luka terbanyak pada daerah kepala yakni 64 (46,4%).

Sedangkan pada bulan Juli 2011 – Juni 2012 tercatat luka lecet sebanyak 63

(44,8%) kasus dengan lokasi luka terbanyak pada daerah kepala sebanyak

53 (37,6%) (Riandini, Susanti, & Yanis, 2015).

Setiap luka baik itu luka akut maupun luka kronik pasti akan selalu

melibatkan yang namanya kulit dalam berbagai hal entah itu melalui

pembedahan, skin graft, maupun trauma. Ketika seorang perawat atau

tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap luka, terlebih dahulu harus

diteliti dengan seksama kondisi atau integritas kulit pasien tersebut

2
(Maryunani, 2015). Oleh karena itu perawatan luka harus berlandaskan pada

pengetahuan dasar yang komperhensif terhadap struktur dan fungsi kulit.

Dalam perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di

terapkan untuk merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik

steril lebih cenderung ke penggunaan alat yang telah di sterilkan baik

dengan alat sterilisasi maupun dari pabrik tempat alat tersebut diproduksi.

Sedangkan teknik bersih lebih cenderung ke penggunaan alat yang sudah

cukup dengan keadaan yang bersih tanpa perlu di sterilisasi terlebih dahulu

(Semer, 2013).

Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik perawatan

konvensional dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern

lebih efektif daripada konvensional yang di buktikan dengan penelitian yang

dilakukan Nontji (2015) tentang Teknik Perawatan Luka Modern dan

Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6 Pada Pasien

Luka diabetik. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa balutan luka

modern dapat meransang faktor pertumbuhan dan sitokin untuk

mempercepat penyembuhan luka. Selain itu juga Fife dalam penelitiannya

menyatakan bahwa setengah dari luka yang disembuhkan hanya dengan

penggunaan perawatan luka lembab (50,8%) dan tanpa perlu menggunakan

terapi lanjutan (Fife, Carter, Walker, & Thomson, 2012).

Uraian tersebut melatarbelakangi peneliti untuk mengamati

karakteristik luka dan perawatannya yang di lakukan oleh tenaga kesehatan

secara mendalam. Penelitian ini merupakan salah satu dari tiga rangkaian

3
penelitian terintegrasi yang di lakukan di wilayah Makassar yakni RS.

Wahidin Sudirohusodo, ETN Centre, dan Klinik Griya Afiat Makassar.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengamati cara perawatan luka di

klinik dan non klinik yang ada di wilayah makassar. Fakta bahwa masi

sangat kurangnya penelitian yang membahas tentang karakteristik luka serta

perawatannya yang di lakukan oleh para peneliti di dunia terlebih lagi di

Indonesia menarik minat peneliti untuk melalukan penelitian tentang

karakteristik luka, jenis Dressing dan jenis Cleansing yang sering di

gunakan dalam perawatan luka. Oleh karena itu penelitian ini dapat menjadi

dasar untuk penelitian selanjutnya dalam mengamati karakteristik luka.

Penelitian ini juga dapat menjadi pengetahuan tentang jenis Dressing dan

jenis Cleansing yang paling sering di gunakan dalam perawatan luka

modern. Poin yang akan diamati adalah karakteristik luka yang di observasi

dengan Bates-Jensen Wound Assessment Tool yang berisikan 13

karakteristik luka yang meliputi ukuran luka, kedalaman, tepi luka, goa, tipe

jaringan nekrosis, jumlah jaringan nekrosis, tipe eksudat, jumlah eksudat,

warna kulit di sekitar luka, jaringan udem, pengerasan jaringan tepi,

jaringan granulasi, dan epitelisasi. Selain karakteristik luka, peneliti juga

mengamati jenis Dressing dan jenis Cleansing yang digunakan dalam

perawatan luka.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini di lakukan untuk

mengetahui bagaimana “Gambaran Karakteristik Luka dan Perawatannya

di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Luka dan Perawatan yang di

laukan oleh tenaga kesehatan di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat

Makassar

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Responden yang terdiri dari Jenis

Kelamin, Jenis Luka, Usia, Lama Perawatan dan Frekuensi

Kunjungan

b. Mengidentifikasi skor luka dengan menggunakan penilaian Bates

Jensen Wound Assesment Tools 13 item (ukuran luka, kedalaman

luka, tepi luka, eksudat, dasar luka, warna kulit di sekitar luka,

edema dan Undermining/Tunneling) di Klinik Perawatan Luka

Griya Afiat Makassar.

c. Mengidentifikasi karakteristik perawatan dengan menilai jenis

Dressing dan jenis Cleansing di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat

Makassar Makassar.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Untuk mahasiswa

a. Dapat digunakan di bidang penelitian dan pendidikan untuk

membantu dalam penelitian lanjutan.

b. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kajian tulis

ilmiah dan menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

2. Untuk institusi dan profesi keperawatan

a. Sebagai salah satu literatur untuk bahan pembelajaran tentang

gambaran karakteristik luka, baik dalam proses penelitian maupun

melatih cara berpikir dari mahasiswa mengenai gambaran

karakteristik tersebut.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar pengetahuan

dalam pengembangan ilmu keperawatan serta referensi bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien luka.

3. Untuk masyarakat

Masyarakat memperoleh bahan baca untuk menambah pengetahuan

baru terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan luka.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau

pembedahan. Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis,

sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan (Kartika, 2015).

Selain itu juga luka didefinisikan sebagai rusaknya kesatuan /

komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang

rusak atau hilang (Maryunani, 2015)

B. Jenis Luka

Luka di bedakan menjadi dua berdasarkan waktu penyembuhannya

yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut yaitu luka yang baru dan

penyembuhannya berlansung kurang dari beberapa hari. Sedangkan luka

kronis dapat didefinisikan sebagai luka yang karena beberapa alasan

sehingga proses penyembuhannya terhambat. Luka kronis dapat

berlangsung selama beberapa minggu atau berbulan-bulan bahkan tahunan

tergantung penanganan dari luka tersebut (Semer, 2013).

Luka dapat di bedakan berdasarkan kecenderungan dan derajat

kontaminasi luka, yaitu Luka bersih, Luka bersih-terkontaminasi, Luka

terkontaminasi, Luka kotor atau terinfeksi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,

2011).

7
1. Luka bersih, merupakan luka yang tidak terinfeksi, terdapat proses

inflamasi yang sangat minimal dan tidak mengenai saluran nafas,

saluran cerna, saluran genitalia, dan saluran kemih. Luka bersih

terutama terdapat pada luka tertutup.

2. Luka bersih-terkontaminasi, merupakan luka bedah yang telah

mengenai saluran nafas, saluran cerna, saluran genitalia, dan saluran

kemih. Luka tersebut tidak memperlihatkan tanda infeksi.

3. Luka terkontaminasi, merupakan luka terbuka, baru, akibat kecelakaan,

dan luka pembedahan yang tidak di lakukan dengan teknik steril atau

adanya sejumlah besar rembesan dari saluran cerna. Luka

terkontaminasi memperlihatkan terjadinya proses inflamasi.

4. Luka kotor atau terinfeksi, merupakan luka yang berisi jaringan mati

dan luka yang memperlihatkan tanda-tanda infeksi klinis seperti

drainase purulen

Berdasarkan kedalam dan luasnya luka di bagi menjadi stadium I s/d

stadium IV (Maryunani, 2015)

1. Stadium I : Luka superfisial “Non-Blanching Erithema”

Yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Gambar 2.1 luka stadium I (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

8
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness”

Yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis atau bagian atas

dari dermis tetapi tidak melintasinya. Tanda klinis dari luka stadium II

antara lain abrasi, blister atau lubang yang dangkal, lembab dan nyeri.

Gambar 2.2 luka stadium II (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

3. Stadium III : Luka “Full Thickness”

Yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan epidermis, dermis

dan subkutan tetapi belum melewatinya. Lukanya sampai pada lapisan

epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul

secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jarigan sekitarnya. Bisa meliputi jaringan nekrotik atau infeksi.

Gambar 2.3 luka stadium III (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

9
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness”

Yaitu luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan

adanya destruksi atau kerusakan yang luas.

Gambar 2.4 luka stadium IV (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

C. Etiologi Luka

Beberapa etiologi dari luka menurut (Maryunani, 2015) di antaranya :

1. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu

tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,

perdarahan dan bengkak.

2. Luka abrasi / babras / lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit

bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak

tajam. Biasa terjadi pada kulit dan tidak sampai jaringan subkutis.

3. Luka robek / laserasi, biasanya terjadi akibat benda tajam atau benda

tumpul. Seringkali meliputi kerusakan jaringan yang berat, sering

menyebabkan perdarahan yang serius dan berakibat syok hipovolemik.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti

peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

10
Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan

internal dapat sangat luas. Luka bisa mempunyai resiko tinggi terhadap

infeksi sehubungan dengan adanya benda asing pada tubuh.

5. Luka tembak, yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada

bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung

biasanya lukanya akan melebar. Luka ini biasa disebabkan oleh peluru.

6. Luka gigitan, biasanya di sebabkan oleh gigitan binatang mau pun

gigitan manusia. Biasanya kecil namun dalam dan dapat menimbulkan

komplikasi infeksi berat.

7. Luka avulsi, yaitu luka yang di sebabkan oleh terkelupasnya sebagian

jaringan bawah kulit tetapi sebagian masih terhubung dengan tubuh.

8. Luka hancur, sulit di golongkan dalam salah satu jenis luka. Luka hancur

seringkali berujung pada amputasi.

D. Fisiologi Penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka merupakan proses yang secara normal

akan terjadi kepada setiap individu yang mengalami luka. Artinya secara

alami tubuh yang sehat mempunyai kemampuan untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Setiap terjadi luka, secara alami mekanisme tubuh

akan mengupayakan pengembalian komponen jaringan yang rusak dengan

membentuk struktur baru dan fungsional yang sama dengan keadaan

sebelumnya (Maryunani, 2015)

11
Gambar 2.5 Grafik fase penyembuhan luka mulai dari fase inflamasi,

fase proliferasi, dan fase maturasi (Bryant & Nix, 2016)

Penyembuhan luka secara umum akan melalui tiga proses penyembuhan

luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi / remodeling

(Maryunani, 2015).

1. Fase inflamasi:

Fase inflamasi hanya berlansung selama 5-10 menit dan setelah itu

akan terjadi vasodilatasi. Fase ini merupakan respon vaskuler dan

seluler yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan rusaknya

jaringan lunak. Dalam fase ini pendarahan akan di hentikan dan area

luka akan dibersihkan dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk

mempersiapkan proses penyembuhan. Pada fase ini akan berperan

pletelet yang berfungsi hemostasis, dan lekosit serta makrofag yang

mengambil fungsi fagositosis. Tercapainya fase inflamasi dapat di

tandai dengan adanya eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit

yang berlansung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

12
Gambar 2.6 Fase Inflamasi (Wiley & Sons, 2013)

2. Fase proliferasi atau epitelisasi

Fase ini merupakan lanjutan dari fase inflamasi. Dalam fase

proliferasi terjadi perbaikan dan penyembuhan luka yang ditandai

dengan proliferasi sel. Yang berperan penting dalam fase ini adalah

fibroblas yang bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk

struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi

jaringan. Selama proses ini berlansung, terjadi proses granulasi dimana

sejumlah sel dan pembuluh darah baru tertanam di dalam jaringan baru.

Selanjutnya dalam fase ini juga terjadi proses epitelisasi, dimana

fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor (KGF) yang

berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal.

13
Gambar 2.7 Fase Proliferasi (Maryunani, 2015)

3. Fase maturasi atau remodelling

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah terjadi luka dan berakhir

sampai kurang lebih 12 bulan. Dalam fase ini terjadi penyempurnaan

terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang lebih

kuat dan bermutu. Sintesa kolagen yang telah dimulai pada fase

proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan

kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase.

Penyembuhan akan tercapai secara optimal jika terjadi keseimbangan

antara kolagen yang di produksi dengan kolagen yang dipecahkan

Kelebihan kolagen pada fase ini akan menyebabkan terjadinya

penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar. Sedangkan produksi

kolagen yang terlalu sedikit juga dapat mengakibatkan turunnya

kekuatan jaringan parut sehingga luka akan selalu terbuka.

14
Gambar 2.8 Fase maturasi atau remodelling (Wiley & Sons, 2013)

E. Karakteristik Luka

Karakteristik luka dapat di lihat dari lokasi, bentuk, ukuran,

kedalaman, tepi, Undermining/Tunneling, karakteristik jaringan nekrotik,

eksudat, warna kulit di sekitar luka, edema, indurasi, karakteristik lain,

jaringan granulasi, dan epitelisasi (Sussman & Jensen, 2007).

1. Lokasi

Lokasi luka merupakan tempat terjadinya luka pada anatomi tubuh

si pasien. Lokasi luka perlu di ketahui untuk memprediksi penyembuhan

luka. Lokasi luka telah terbukti mempengaruhi penyembuhan. Namun,

lokasi spesifik mana yang menguntungkan atau merugikan

penyembuhan masih harus ditentukan.

15
2. Bentuk

Untuk luka yang akan sembuh, akan sering berubah bentuk dan

mungkin akan berbentuk lebih teratur, bentuk melingkar atau oval.

Bentuk luka dianggap lebih membantu untuk menentukan ukuran

keseluruhan luka. Bentuk luka ditentukan dengan mengevaluasi

perimeter luka. Bentuk luka dilapisi dengan kontraksi luka. Kontraksi

luka bisa terlihat saat area permukaan luka terbuka berkurang dan saat

bentuk luka berubah

3. Ukuran

Ukuran luka dapat di artikan sebagai luas permukaan luka si pasien.

Luas permukaan dapat dilihat dengan mengalikan panjang dengan lebar.

Metode yang paling umum digunakan dalam menentukan ukuran adalah

mengukur (dalam cm) aspek terpanjang dan tegak lurus dari permukaan

luka yang terlihat. Hal ini dapat menjadi sulit untuk ditentukan dalam

mengukur ukuran pada beberapa luka, karena tepi luka mungkin sulit

untuk diketahui atau tepinya mungkin tidak teratur.

4. Kedalaman

Merupakan ukuran dasar luka ke permukaan luka. Mengukur

kedalaman luka dapat dengan menggunakan aplikator yang berujung

katun/kapas. Masukkan aplikator di bagian terdalam dari luka dan tandai

aplikator dengan pulpen, dan ukur jarak dari ujung yang ditandai,

dengan menggunakan panduan pengukuran metrik.

16
5. Tepi

Tepi luka merupakan daerah dimana jaringan normal menyatu dengan

dasar luka. Tepi luka menunjukkan beberapa karakteristik luka yang

paling penting. Saat menilai tepi luka, lihat bagaimana penamakan dari

luka tersebut.

6. Undermining/Tunneling

Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan dibawah

permukaan kulit yang utuh. Undermining didefinisikan sebagai

pengikisan dibawah tepi luka, dan tunneling didefinisikan sebagai

sebaris dari jalur bidang yang mengarah ke saluran sinus. Undermining

biasanya melibatkan jaringan subkutan dan mengikuti jalur bidang

disamping luka. Tunneling biasanya melibatkan persentase kecil dari

margin luka: sempit dan cukup panjang dan tampaknya memiliki tujuan.

7. Karakteristik jaringan nekrotik

Nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati. Dapat

berwarna hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Tekstur bisa kering dan

kasar, lembut, lembab, atau berserabut. Karakteristik jaringan nekrotik

meliputi tampilan, warna, konsistensi. Bau bisa ada atau tidak ada.

Banyak tenaga kesehatan yang salah menilai jaringan nekrotik.

Terkadang merreka menilai jaringan kuning dan putih sebagai jaringan

nekrotik padahal tidak selamanya seperti itu. Jaringan kuning bisa

berupa lemak kuning yang sehat, membran reticular dermis, atau

tendon. Jaringan putih bisa berupa jaringan ikat, fasia, atau ligamen.

17
8. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terdapat pada luka. Untuk menilai

jumlah eksudat di luka, amati dua area yakni luka itu sendiri dan balutan

yang digunakan pada luka. Amati luka untuk menilai kelembaban yang

ada. Sebelum menilai jenis eksudat, bersihkan luka dengan NaCl atau

air putih secara normal dan evaluasi eksudat segar. Pilih jenis eksudat

yang dominan di luka, sesuai warna dan konsistensi.

9. Warna Kulit di Sekitar luka

Warna kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan luka lebih lanjut

dari tekanan, gesekan, atau gunting. Karakteristik Kulit di Sekitar luka

sering merupakan indikasi pertama yang menyebabkan kerusakan

jaringan lebih lanjut. Yang paling sering ditemukan dalam pengamatan

kulit disekitar luka adalah eritema. Eritema didefinisikan sebagai

kemerahan atau kehitaman pada kulit, dibandingkan dengan kulit di

sekitarnya. Eritema setelah trauma disebabkan oleh pecahnya venula

dan kapiler kecil atau mungkin disebabkan oleh aliran darah masuk

untuk memulai proses peradangan.

10. Edema

Edema merupakan pembengkakakan yang terjadi pada luka dan

sekitarnya. Kaji jaringan dalam 4 cm tepi luka. Kenali edema dengan

menekan jari ke dalam jaringan dan tunggu selama 5 detik. Saat

melepaskan tekanan, jaringan gagal untuk kembali ke posisi normal, dan

lekukan muncul. Ukur seberapa jauh edema melampaui tepi luka.

18
11. Indurasi

Indurasi adalah ketegasan jaringan yang abnormal dengan margin.

Indurasi dapat menjadi tanda kerusakan yang akan terjadi pada jaringan.

Seiring dengan perubahan warna kulit, indurasi merupakan pertanda

trauma jaringan akibat tekanan lebih lanjut. Raba dimana indurasi

dimulai dan dimana ia berakhir. Raba dari jaringan sehat, bergerak

menuju tepi luka. Biasanya terasa sedikit ketegasan pada tepi luka itu.

Jaringan normal terasa lembut dan kenyal sedangan indurasi terasa keras

dan tegas saat disentuh.

12. Karakteristik lain

Karakteristik lain yang dapat dievaluasi pada jaringan disekitarnya

termasuk maserasi dan perdarahan. Maserasi didefinisikan sebagai

pelunakan pada jaringan ikat. Jaringan maserasi kehilangan pigmentasi

dan bahkan pigmen kulit yang gelap terlihat pucat. Jaringan yang

melemah ini sangat rentan terhadap trauma, menyebabkan kerusakan dari

jaringan maserasi dan pembesaran luka.

13. Jaringan granulasi

Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu adalah tanda

fase proliferatif dari penyembuhan luka dan biasanya akhir dari

penutupan luka. Jaringan granulasi berkembang dari pembuluh darah

kecil dan jaringan ikat ke rongga luka. Jaringan granulasi itu sehat jika

cerah, berdaging merah, mengkilap dan granular dengan penampilan

seperti beludru.

19
14. Epithelization

Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan muncul

sebagai kulit merah muda atau merah. Epithelization mungkin pertama

diperhatikan selama fase peradangan atau fase proliferasi dari

penyembuhan sebagai jaringan merah muda yang berpigmen ringan,

bahkan pada individu dengan kulit berwarna gelap. Banyak orang

membingungkan jaringan parut pink terang atau kulit baru sebagai

eritema. Pada luka dengan ketebalan parsial, sel epitel dapat berpindah

dari tempat di permukaan luka atau dari tepi luka, atau keduanya. Pada

luka dengan ketebalan penuh, pelepasan epidermal terjadi dari tepi saja,

biasanya setelah luka hampir sepenuhnya terisi dengan jaringan granulasi

F. Perawatan luka

Dalam perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering di

terapkan untuk merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik

steril merupakan teknik di mana tenaga kesehatan memakai peralatan dan

bahan yang telah disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau partikel virus

yang menempel di permukaannya. Beberapa contoh peralatan steril antara

lain peralatan yang telah di sterilkan dengan Autoklaf untuk digunakan di

ruang operasi serta beberapa peralatan medis yang telah di sterilkan dan

dibungkus dengan baik dari pabrik sehingga tidak terkontaminasi dengan

lingkungan luar yang tidak steril. Sedangkan teknik bersih adalah teknik

dimana tenaga kesehatan memakai peralatan dan bahan yang tidak

memerlukan perlakukan yang seksama seperti memperlakukan instrumen

20
steril. Cukup dengan peralatan yang telah di bersihkan dengan alkohol tanpa

harus di masukkan ke Autoklaf terlebih dahulu (Semer, 2013).

Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik perawatan

konvensional dan teknik perawatan luka modern. Teknik rawat luka modern

lebih efektif daripada konvensional yang di buktikan dengan penelitian

tentang Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional Terhadap Kadar

Interleukin 1 dan Interleukin 6 Pada Pasien Luka diabetik. Dalam penelitian

ini diamati peningngkatkan perubahan faktor pertumbuhan dan sitokin,

terutama interleukin. Proses penyembuhan luka dipengaruhi faktor

pertumbuhan dan sitokin, hal ini akan dirangsang oleh pembalutan luka.

teknik pembalutan luka modern (Kalsium alginat) dapat menyerap luka

drainase, non oklusive, non adhesif, dan debridement autolitik (Nontji,

Hariati, & Arafat, 2015).

Kartika (2015) menjelaskan dalam tulisannya tentang Pengkajian Luka:

1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin

2. Status vaskuler: Hb, TcO2

3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan

yang lain

4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya

5. Kondisi luka:

a. Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka

b. Eksudat dan bau

21
c. Warna dasar luka: Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough

(yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating

tissue (red), epithelialising (pink).

1) Luka dasar merah:

Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah

mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap,

mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.

Gambar 2.9 Luka dengan warna dasar merah tua atau terang

dan selalu tampak lembap merupakan luka bersih dengan

banyak vaskulerisasi, karenanya luka mudah berdarah

(Kartika, 2015)

2) Luka dasar hitam:

Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis

debridement agar luka berwarna merah, kontrol eksudat,

menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi/menghindari

kejadian infeksi.

22
Gambar 2.10 Luka dengan warna dasar hitam adalah

jaringan nekrosis, merupakan jaringan avaskuler (Kartika,

2015)

3) Luka dasar kuning:

Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu

pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik dengan

autolysis debridement maupun dengan pembedahan.

Gambar 2.11 Luka dengan warna dasar kuning/kuning

kecoklatan/kuning kehijauan/kuning pucat adalah jaringan

nekrosis merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau

terinfeksi dan avaskuler (Kartika, 2015)

Maryunani (2015) menjelaskan dalam tulisannya tentang macam-mcam

dressing primer antara lain gauze/kasa kering, kassa anti lengket, balutan

23
kering anti lengket yang dilapisi transparant film, balutan post operasi,

transparant film, hydrogels, calcium alginate, hydrocellulosa, hydrocolloid,

foam, Balutan hidropobik, silver dressing, tulle grass dengan antiseptic, tule

grass dengan antibiotic, dan zinc cream.

1. Guaze/kassa kering

Merupakan merupakan jenis balutan dengan susunan material yang

terdiri dari katun, rayon, dan/atau polyster. Kassa biasanya di sediakan

dalam bentuk bersih atau dapat juga di sterilkan terlebihdahulu dengan

alat sterilisasi. Balutan kassa dapat menyerap eksudat dengan jumlah

minimal hingga banyak. Materialnya dapat berfungsi sebagai bahan

penampung. Balutan kassa biasa di gunakan pada luka yang terinfeksi

dengan eksudat sedikit atau banyak. Balutan ini juga dapat digunakan

untuk luka berongga atau memiliki terowongan.

2. Kassa anti lengket

Balutan ini tersusun atas berbagai balutan anti lengket berbahan rayon

sintesis. Lapisan atasnya biasanya non woven sehingga bakteri tidak

dapat masuk dan eksudat tidak tembus keluar balutan. Balutan ini biasa

digunakan pada luka superfisial dengan eksudat sedang, luka bakar, dan

luka post operasi.

3. Balutan kering anti lengket yang dilapisi transparant film

Biasanya tersusun oleh transparant film polyster perforasi tipis yang

direkatkan pada absorbent berbahan katun atau acrylic. Balutan ini

24
seringkali digunakan ssebagai lapisan yang kontak dengan balutan

pelindung.

4. Balutan post-operasi

Balutan ini biasanya mengkombinasikan balutan primer antara lain

katun dan/atau acrylic, dan balutan sekunder atau lapisan luar untuk

merekatkan balutan. Jenis balutan ini merupakan jenis balutan steril.

Balutan ini biasa digunakan pada luka dengan eksudat sedikit. Dengan

balutan ini pasien dapat mandi tanpa perlu khawatir terhadap lukanya.

5. Trasparant film

Balutan ini memiliki komposisi clear polyurethane yang disertai perekat

adhesive atau tidak adhesive. Jenis balutan ini digunakan untuk jenis

luka yang rentan terkena air. Selain untuk melindungi dari paparan air,

balutan ini juga dapat melindungi luka dari bakteri dan jamur dengan

tetap menjaga sirkulasi udara disekitar luka.

6. Hydrogels

Merupakan suatu jenis koloid yang terdiri dari polymer dalam bentuk

air, tetapi tidak terlarut. Hydrogels dapat berfungsi sebagai debridement

alami karena dapat membantu proses peluruhan jaringan yang telah mati

oleh tubuh si penderita itu sendiri. Secara umum hydrogels terdiri dari

dua jenis yaitu hydrogels dressing dan amorphous gel. Hydrogels

dressing biasa digunakan untuk luka nekrotik permukaan dan luka bakar

derajat II. Sedangkan amorphous gel biasa digunakan untuk luka

nekrotik dalam dan luka dalam dengan cairan sedikit.

25
Dogan, et all (2014), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

Sodium Pentahydrate Pentahydrate (NaB) dan Pluronic (Plu) yang

mengandung Hydrogel dapat meningkatkan penyembuhan luka kronik.

Aplikasi gel NaB / Plu ditemukan dapat meningkatkan kontraksi luka

dan deposisi kolagen di daerah luka. Temuan ini dapat digunakan di

klinik dermatologis dan menjadi solusi masa depan untuk luka kronis.

7. Calcium alginate

Balutan ini tersusun oleh ion calsium dan natrium sehingga mempunyai

daya larut yang tinggi dan dapat menggantikan ion-ion yang hilang pada

luka. Balutan ini berbentuk jalinan serabut yang mirip dengan jalinan

bulu domba. Selain menggantikan ion yang hilang pada luka, jenis

balutan ini juga dapat menyerap sejumlah cairan yang cukup banyak

pada luka. Calsium alginate biasanya di gunakan pada luka dekubitus

dengan jumlah cairan banyak, dalam, dan terinveksi. Selain itu juga

balutan ini biasa digunakan pada luka superfisial dengan cairan banyak

dan pada luka bakar derajat I dan II.

8. Hydrocellulosa

Hidroselulosa merupakan jenis balutan yang terbuat dari selulosa

dengan daya serap cairan yang tinggi. Selain itu balutan ini juga dapat

lansung mengikat bakteri kedalam seratnya serta mempertahankan

cairan luka yang sedang atau banyak. Balutan ini biasa digunakan untuk

luka kaki, luka tekan stdium I dan II, luka DM, luka bedah, luka

26
traumatik, luka bakar yang tidak lebih dari 10% permukaan tubuh, dan

penyerapan cairan pada luka kanker.

9. Hydrocolloid

Hidrokoloid biasanya terdiri dari polyurethane film, sodium

carboxymethylcellulose, gelatin, pectin, dan elastomers. Jenis balutan

ini biasa digunakan pada luka lembab untuk melindungi luka dari

trauma atau kontaminasi dari lengkungan sekitar luka yang dapat

menyebabkan infeksi. Oleh karena itu balutan ini kurang efektif untuk

digunakan pada luka dengan cairan yang banyak. Balutan ini

kebanyakan dugunakan pada luka dengan dasar berwarna merah atau

granulasi.

10. Foam

Foam tersusun dari polymer atau polyurethane yang mengandung sel-

sel berlubang kecil yang mampu menahan cairan dan menariknya dari

dasar luka. Balutan ini paling sering digunakan pada luka yang

berair/basah walaupun terkadang juga dapat digunakan pada luka

lembab.

11. Balutan hidropobik

Balutan ini terdiri dari bahan khusus berupa DACC

(Diyalkylacbamoylchloride) yang menyebabkan balutan ini memiliki

sifat hidrofobik yang kuat. Balutan mulai sering digunakan dalam

perawatan luka saat ini karena kemampuannya yang secara cepat dapat

membersihkan cairan luka, pus, debris, bahkan mampu mengangkat

27
bakteri dan jamur. Dalam pengaplikasiannya, balutan ini biasa di

gunakan pada luka inveksi baik partial maupun full thickness, luka post

operasi, luka berongga, luka trauma, serta berbagai luka kronik.

12. Silver dressing

Merupakan jenis balutan yang mengandung silver untuk sediaan topikal

antimikroba. Balutan ini digunakan untuk membunuh kuman pada luka

karena kandungan silver sulphadiazine yang terdapat pada jenis balutan

ini mempunyai aktivitas antibakteri yang luas terhadap jasad renik gram

positif dan gram negatif.

13. Tulle grass dengan antiseptic

Balutan ini mengandung parafin, petrolatum, dan bahan lain yang

berfungsi sebagai antiseptik. Balutan ini dapat memberikan lingkungan

yang lembab pada luka den sebagai terapi antiseptik pada luka

terkontaminasi atau terinfeksi.

14. Tulle grass dengan antibiotic

Balutan ini terdiri dari kassa katun yang dipadukan dengan salep

lanoparaffin yang mengandung framycetin sulphate 1%. Balutan ini

biasa digunakan sebagai agent antibakteri untuk organisme yang sensitif

terhadap framycetin

15. Zinc cream

Zinc cream merupakan jenis salep yang berfungsi untuk melindungi

kulit disekitar luka agar tidak terjadi maserasi. Zinc cream biasa

28
digunakan untuk semua jenis luka dengan berbagai jenis warna dasar

luka.

G. Jenis penyembuhan luka

Luka dapat dijelaskan proses penyembuhannya sesuai dengan jenis

atau metode penutupan pada penyembuhan luka (Maryunani, 2015). Jenis

penutupan pada luka tersebut antara lain:

1. Primary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full ticknes yang di tutup

dengan tindakan menjahit, staples, atau perekat. Umumnya

penyembuhan luka jenis ini dapat sembuh dengan cepat. Infeksi pada

penyembuhan luka jenis ini juga tergolong jarang bahkan tidak ada.

Jaringan granulasi dan jaringan parut pada janis penyembuhan ini juga

tergolong sangat sedikit. Contoh jenis penyembuhan primary intention

adalah luka insisi bedah

Gambar 2.12 Jenis penyembuhan luka primary intention (Maryunani,

2015)

29
2. Secondary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman partial atau full thicknes

yang secara sengaja dibiarkan terbuka agar terjadi penyembuhan luka

melalui deposisi jaringan granulasi. Umumnya penyembuhan luka jenis

ini dapat sembuh dengan sangat lambat. Infeksi juga seringkali

ditemukan pada penyembuhan luka jenis ini. Jaringan granulasi dan

jaringan parut pada janis penyembuhan ini juga tergolong sangat

banyak. Contoh jenis penyembuhan secondary intention adalah ulkus

kaki

Gambar 2.13 Jenis penyembuhan luka secondary intention

(Maryunani, 2015)

3. Tertiary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full thicknes biasanya

secara sengaja dibiarkan terbuka untuk mengupayakan debridement

atau penurunan edema sampai kondisi optimal terpenuhi untuk

penutupan luka aktif. Umumnya penyembuhan luka jenis ini dapat

sembuh dengan lambat. Infeksi juga seringkali ditemukan pada

penyembuhan luka jenis ini. Jaringan granulasi dan jaringan parut pada

30
janis penyembuhan ini juga tergolong banyak. Contoh jenis

penyembuhan tertiary intention adalah luka insisi terbuka.

Gambar 2.14 Jenis penyembuhan luka tertiary intention

(Maryunani, 2015)

H. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Menurut Astuti (2014), stres merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi penyembuhan luka. Dari hasil penelitian, peneliti

menyimpulkan bahwa tingkat stres yang dialami oleh para penderita luka

diabetes melitus sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka

diabetesnya. Stres dapat menimbulkan reaksi terhadap fisik, kognitif, emosi,

dan tingkah laku. Dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Tingkat

Stres dengan Penyembuhan Luka Diabetes Melitus di Rsud Gunungsitoli

Kabupaten Nias Tahun 2013 menyebutkan bahwa dari hasil penelitian yang

dilakukan pada 22 orang responden dengan tingkat stres berat sebanyak 7

orang (31,8%), sedang sebanyak 9 orang (40,9%), stres ringan sejumlah 4

orang (18,2%), dan stres normal sebanyak 2 orang (9,1%). Dari 7 orang

yang mengalami stres berat keseluruhan dari mereka mengalami

penyembuhan luka yang kurang baik. Semantara dari 9 orang yang

mengalami stres sedang terdapat 8 diantaranya yang mengalami

31
penyembuhan luka yang tidak baik. Unruk tingkat stres ringan dari 4 orang

yang mengalami stres 1 diantaranya mengalami penyembuhan luka yang

kurang baik. Sementara untuk orang yang tingkat stresnya normal terdapat

2 orang dan keduanya mengalami penyembuhan luka yang baik.

Proses penyembuhan luka dapat dihambat atau dipengaruhi secara

negatif oleh banyak faktor yang dapat dibagi menjadi faktor sistemik dan

lokal. Faktor sistemik antara lain trauma, devisiensi imun, penyakit

autoimun, penyakit metabolik, diabetes, malnutrisi dan kekurangan nutrisi,

stres psikososial, dan usia. Faktor ini sering mengakibatkan perkembangan

luka kronis. Sedangkan faktor lokal antara lain fisik, tekanan lokal, perfusi

pembulu darah, dan cacat neurologis (Wild, Rahbarnia, Kellner, Sobotka, &

Eberlein, 2010).

Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat

penyembuhan luka antara lain perawatan yang kurang baik, Osteomylitis

kronis, konsumsi tembakau, kanker, malnutrisi, diabetes, obat-obatan,

radiasi, dan sirkulasi yang buruk (Semer, 2013).

1. Perawatan yang kurang baik

Banyak luka tidak dapat segera sembuh karena kurang perawatan.

Semua jaringan nekrotik harus dibuang, infeksi di jaringan sekitar

ditangani dengan antibiotik, dan penanganan luka yang memadai pun

dilakukan.

32
2. Osteomylitis kronis

Pertimbangkan infeksi di tulang (Osteomylitis kronis), terlebih jika ada

kejadian trauma atau patah tulang. Osteomylitis kronis adalah masalah

yang serius di negara berkembang. Karena infeksi di tulang mencegah

jaringan lunak dan tulang untuk menyembuh, hal tersebut adalah

penyebab utama morbiditas pasien yang menderita patah tulang terbuka.

Pasien biasanya memerlukan 6 minggu pengobatan antibiotik dan tulang

harus di debridemen supaya penyembuhan dapat berjalan.

3. Konsumsi tembakau

Beberapa orang tidak memperhatikan efek tembakau terhadap

penyembuhan luka. Nikotin menurunkan aliran darah dengan

menyumbat pembuluh darah kecil. Kapasitas penghantaran oksigen juga

mengalami penurunan karena karbonmonoksida. Hal tersebut dapat

memperparah kerusakan jaringan yang rusak dan jaringan yang relatif

hipoksia seperti tulang.

4. Kanker

Luka yang berlansung lama (beberapa bulan hingga tahun) yang tampak

mengkilap dan tidak kunjung sembuhbisa saja ternyata sebuah kanker.

Biasanya luka ini terlihat sedikit berbeda di banding luka terbuka pada

umumnya. Tepi meninggi dan tidak beraturan merupakan indikasi

adanya kanker. Luka bakar dapat juga berubah menjadi kanker kulit.

Jika ragu, ambil biopsi dari jaringan dan kirimkan ke ahli patologi

33
anatomi. Kanker harus dieksisi semuanya untuk penyembuhan luka dan

mencegah kambuh.

5. Malnutrisi

Malnutrisi adalah masalah yang pelik di daerah tertinggal. Protein dan

kalori yang cukup diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Vitamin

C, A, zat besi, dan zink juga merupakan nutrien penting untuk

penyembuhan luka. Jika tersedia, suplemen nutrisi untuk pasien yang

kekurangan nutrisi sangat diperlukan.

6. Diabetes

Pasien dengan diabetes memiliki penyembuhan yang lambat. Menjaga

kadar gula darah dapat mempercepat penyembuhan luka.

7. Obat-obatan

Perhatikan daftar obat yang dikonsumsi pasien. Steroid dan NSAID

dapat mempengaruhi penyembuhan. Vitamin A 25.000 IU/hari oral atau

200.000 IU/8 jam topikal selama 1-2 minggu dapat menggurangi efek

steroid.

8. Radiasi

Luka yang terletak di daerah yang pernah mendapat radiasi akan

memerlukan waktu yang sangat panjang untuk menyembuh jika terjadi

luka. pemberian suplemen vitamin E selama 1-2 minggu (100 - 400

IU/hari) dapat berguna.

34
9. Sirkulasi yang buruk

Untuk luka di ekstremitas bawah, rasakan pulsasi di sekitar tumit dan

kaki. Jika tidak dijumpai pulsasi, pasien tersebut memilliki penurunan

aliran darah ke ekstremitas dan luka tidak akan menyembuh.

35
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dari tinjauan pustaka diatas maka Penelitian ini difokuskan pada Gambaran

Karakteristik Luka dan Perawatannya. Dengan demikian maka dapat

digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :


Karakteristik Luka
A. Ukuran Luka
B. Kedalaman Luka
C. Tepi Luka
D. Undermining/Tunneling
E. Jaringan Nekrotik

Perawatan F. Eksudat
Luka G. Kulit sekitar luka
H. Edema
I. Jaringan Granulasi
J. Epitelisasi

Karakteristik Perawatan
A. Jenis Dressing
B. Jenis Cleansing

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

36
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan

pendekatan Retrospektif. Dimana pengumpulan data dilakukan berdasarkan

data sekunder yaitu catatan rekam medik pasien pada kunjungan pertama

dan terakhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat

Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang mendapat

perawatan dan terdaftar di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar

dengan jumlah kunjungan pada periode Oktober 2014 – September

2017.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek

penelitian. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling dengan menggunakan teknik Total Sampling

37
yaitu metode pengambilan sampel dengan jumlah sampel sama dengan

jumlah populasi (Sugiyono, 2014). adapun kriteria inklusi dan ekslusi

dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau untuk di teliti (Setiadi, 2013).

Kriteria inklusi dari penelitian ini antara lain:

1) Pasien yang pernah berkunjung dan menjalani perawatan di

Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar periode Oktober

2014 s/d September 2017 (three year prevalence).

2) Rekam medik yang tercatat sebagai awal dan akhir kunjungan di

Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar periode Oktober

2014 s/d September 2017

b. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi di karenakan beberapa sebab

(Setiadi, 2013). Kriteria ekslusi dari penelitian ini antara lain:

1) Pasien yang tercatat hanya satu kali kunjungan di Klinik

Perawatan Luka Griya Afiat Makassar

38
D. Alur Penelitian

Izin penelitian dan persetujuan etik

Populasi: Pasien yang menjalani perawatan di Klinik Perawatan Luka


Griya Afiat Makassar dari bulan Oktober 2014 – September 2017

Mengumpulkan semua rekam medik pasien yang masuk


di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar

Sampel: Dengan menggunakan metode Total Sampling

Mengambil data sesuai lembar observasi

Pengolahan data dan analisis data

Pembahasan dan hasil

Kesimpulan dan saran

Bagan 4.1 Alur Penelitian

39
E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2014).

Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik luka yang

mencakup ukuran luka, kedalaman luka, tepi luka, eksudat, warna kulit

di sekitar luka, edema dan Undermining/Tunneling, jaringan Nekrotik,

Granulasi, Epitelisasi Jenis Dressing serta jenis Cleansing yang di

gunakan dalam perawatannya.

2. Definisi Operasionalbab

a. Ukuran

ukuran adalah mengukur (dalam cm) aspek terpanjang dan tegak

lurus dari permukaan luka yang terlihat. Luas permukaan dapat

dilihat dengan mengalikan panjang dengan lebar. Ukuran luka di

nilai dengan skala 1-5 di mana 1=PxL <4cm, 2=PxL 4<16, 3=PxL

16<36, 4=PxL 36<80, 5=PxL >80

b. Kedalaman

Kedalaman adalah ukuran dalamnya luka dari permukaan kulit

yang di ukur dengan menggunakan aplikator yang berujung

katun/kapas. Kedalaman luka di nilai dengan skala 1-5 berdasarkan

stage luka.

40
c. Tepi

Tepi luka adalah daerah disekitar pinggiran luka dimana jaringan

normal menyatu dengan dasar luka. Dalam penilaian tepi luka,

tenaga kesehatan harus memperhatikan 2 poin penting yaitu:

1) ada atau tidaknya tepi luka yang di nilai dengan skala 1-5 untuk

menjelaskan samar atau jelasnya tepi luka

2) ada atau tidaknya pengerasan jaringan tepi luka yang di nilai

dengan skala 1-5 untuk menjelaskan besarnya pengerasan tepi

luka yang di ukur dengan sentimeter (cm).

d. Undermining/Tunneling

Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan dibawah

permukaan kulit yang utuh sehingga membentuk ruangan di bawah

permukaan kulit. Undermining/Tunneling juga biasa di devinisikan

sebagai GOA pada luka. GOA di nilai dengan skala 1-5 yang

menjelaskan kedalaman yang di ukur dengan kapas lidi dan

besarannya di dokumentasikan dalam bentuk sentimeter (cm).

e. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang biasanya muncul pada luka. Pada

dasarnya eksudat terdiri dari air, tetapi juga mengandung elektrolit,

nutrisi, protein, mediator inflamasi, faktor pertumbuhan dan produk

limbah, serta berbagai jenis sel (misalnya neutrofil, makrofag dan

platelet). Terkadang eksudat juga mengadung mikroorganisme di

41
dalamnya. Dalam penilaian eksudat, tenaga kesehatan harus

memperhatikan 2 poin penting yaitu:

1) Tipe eksudat yang di nilai dengan skala 1-5 yang menjelaskan

eksudat tipe apa yang terkandung pada luka. Masing-masing

dari tipe eksudat itu antara lain bloody, serosanguineous,

serous, dan purulent.

2) Jumlah eksudat yang di nilai dengan skala 1-5 yang

menjelaskan banyak atau sedikitnya eksudat yang terdapat pada

luka.

f. Jaringan Nekrotik

Nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati. Dapat

berwarna hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Dalam penilaian

eksudat, tenaga kesehatan harus memperhatikan 2 poin penting

yaitu:

1) Tipe jaringan nekrotik yang di nilai dengan skala 1-5

menjelaskan jenis jaringan nekrotik yang tampak pada dasar

luka.

2) Jumlah jaringan nekrosis yang di nilai dengan skala 1-5 yang

menjelaskan presentasi jaringan nekrotik yang ada di dasar

luka.

42
g. Warna kulit disekitar luka

Adalah penilaian terhadap warna kulit yang ada di sekitar luka.

Yang diamati biasanya adalah eritema berupa kemerahan atau

kehitaman pada kulit di sekitar luka. Warna kulit di sekitar luka di

nilai dengan skala 1-5 yang menjelaskan warna kemerahan hingga

kehitaman yang terjadi pada kulit.

h. Edema

Edema adalah pembengkakan pada jaringan di sekitar luka. edema

dapat dikenali dengan menekan jari ke dalam jaringan dan tunggu

selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan gagal untuk

kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul pada daerah yang di

berikan tekanan. Edema di nilai dengan skala 1-5 berdasarkan

derajat piting edema disekitar luka.

i. Jaringan granulasi

Merupakan tanda perbaikan penyembuhan luka. Biasanya jaringan

granulasi berwarna merah. Jaringan granulasi yang di nilai dengan

skala 1-5 yang menjelaskan presentasi jaringan granulasi yang ada

di dasar luka.

j. Jaringan epitelisasi

Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan muncul

sebagai kulit merah muda atau merah. Jaringan epitelisasi yang di

nilai dengan skala 1-5 yang menjelaskan presentasi jaringan

epitelisasi yang ada di dasar luka.

43
k. Jenis Balutan

Jenis balutan adalah balutan yang dipakai untuk merawat luka pada

pasien sebagai balutan primer, balutan sekunder dan balutan tersier.

Dengan jenis balutan hidrogel, hydrocolloid, film dressing, calcium

alginate, foam/absorbant dressing, antimicrobial dressing,

antimicrobial hydrophobic.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan rekam medik dari tempat penelitian sebagai

data sekunder untuk menentukan populasi, sampel dan variabel yang akan

di teliti. Lembar observasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi Bates Jensen Wound Assessment Tool yang dimodifikasi

oleh peneliti. Dalam lembar observasi terdapat data demografi responden

dan karakteristik luka yang meliputi ukuran luka, kedalaman luka, tepi luka,

eksudat, dasar luka, warna kulit di sekitar luka, edema dan

Undermining/Tunneling serta jenis balutan yang di gunakan dalam

perawatannya.

1. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menuturut

Notoadmodjo (2012) adalah :

44
a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner. Hasil wawancara, angket, atau

pengamatan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

b. coding

Setelah penyuntingan dilakukan pengkodean atau coding, yaitu

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Koding ini sangat berguna dalam memasukkan data.

c. Memasukkan data (Processing)

Data yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam

program komputer. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah SPSS for

Windows.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data telah dimasukkan, maka perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode

kemudian dilakukan pembetulan atau korelasi.

2. Analisa data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa

univariat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel. Analisa univariat pada

penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

45
gambaran karakteristik luka dan karakteristik perawatan luka yaitu jenis

balutan (Notoatmodjo S. , 2012).

G. Etika Penelitian

Komisi nasional Etika Penelitian Kesehatan (2007) menyatakan bahwa

etika penelitian meliputi :

1. Resfect for persons (Prinsip menghormati harkat martabat manusia)

Merupakan penghormatan pada harkat dan martabat manusia

sebagai pribadi yang memiliki kebebasan untuk memilih dan sekaligus

bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya. Penilitian

yang dilakukan memberikan otonomi kepada responden dan melindungi

responden dari gangguan terhadap otonominya atau berkurangnya

otonomi responden. Peneliti menghornati hak subjek penelitian, apakah

subjek tersebut bersdia untuk ikut serta dalam penelitian atau tidak,

dengan memberikan informed consent (lembar persetujuan) pada subjek

penelitian

2. Beneficence (prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan dengan memaksimalan manfaat

dengan meminimalkan kerugian, resiko penelitian harus wajar

dibanding manfaat yang diharapkan, memenuhi persyaratan ilmiah,

peneliti mampu melaksanakan penelitian, sekaligus mampu menjaga

kesejahteraan subjek penelitian serta tidak mencelakakan atau

46
melakukan hal-hal yang merugikan (non maleficence, do no harm)

subjek penelitian

3. Justice (prinsip etik keadilan)

Penelitian yang dilakukan memperlakukan subjek penelitian

dengan moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek

penelitian serta distribusi seimbang dan adil dalam hal beban dan

manfaat keiktsertaan dalam penelitian.

47
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

pendekatan survey descriptive yang dilaksanakan mulai tanggal 3-12 Februari

2018 di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar. Data diperoleh dengan

menggunakan lembar observasi untuk melihat gambaran karakteristik luka dan

perawatannya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Total Sampling yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 214 orang dan sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 145 orang.

Penelitian dimulai dengan menyampaikan permohonan izin penelitian

kepada pihak Klinik Perawatan Luka Griya Afiat dan dilanjutkan dengan

pengumpulan data sekunder yang terdiri dari data demografi, gambar luka,

jenis dressing, dan jenis cleansing selama 3 tahun terakhir yang terdapat di

Klinik Perawatan Luka Griya Afiat. Data sekunder yang berupa gambar luka

kemudian dikaji karakteristik lukanya dengan menggunakan instrumen

pengkajian luka Bates Jansen Wound Assessment Tool 13 item yang dilakukan

oleh seorang enumerator yang ahli dalam bidang perawatan luka moderen.

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft

Excell dan SPSS melalui tahap editing, coding, dan tabulating. Hasil

pengolahan data kemudian disajikan berdasarkan analisa data univariat yang

digunakan untuk menjelaskan karakteristik masingmasing variabel yang

48
diteliti. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang di lakukan di Klinik Perawatan Luka

Griya Afiat Makassar di peroleh karakteristik responden antara lain jenis

kelamin, jenis luka, umur, jumlah kunjungan serta lama perawatan setiap

pasien yang berobat ke Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar.

Berikut tabel penyajian data karakteristik responden:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin dan Jenis Luka di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan
September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentasi (%)
Jenis kelamin :
Laki-laki 59 40.7
Perempuan 86 59.3
Jenis luka :
Akut 20 13.8
Kronik 125 86.2
Total 145 100
umber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan tabel 5.1. diperoleh data bahwa lebih dari setengah

responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 59.3% (86 orang) dengan jenis luka rata-rata kronik yaitu sebesar

86.2% (125 orang).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Usia, Jumlah Kunjungan


dan Lama Perawatan di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan
September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Std.
Karakteristik Responden Mean Min Max
Deviation
Usia (Tahun) 51.06 12.456 12 74
Frekuensi Kunjungan (Banyak) 11.79 12.124 2 80
Lama Perawatan (Hari) 62.01 101.101 2 779
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

49
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa rata-rata usia responden

pada penelitian ini adalah 51.06 tahun dengan standar deviasi 12.456.

Sementara untuk rata-rata frekuensi kunjungan pada klinik perawatan luka

adalah 11.79 kali perawatan dengan standar deviasi 12.124. Sedangkan

rata-rata lama perawatan pada klinik perawatan luka Griya Afiat Makassar

yaitu 62.01 hari dengan standar deviasi 101.101.

2. Karakteristik luka

Karakteristik luka yang di nilai dalam penelitian ini terdiri dari 13

item yang terdapat dalam Bates Jensen Wound Assesment Tools. 13 item

tersebut terdiri dari ukuran luka, kedalaman, tepi luka, goa, tipe jaringan

nekrosis, jumlah jaringan nekrosis, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna

kulit sekitar luka, jaringan yang edema, pengerasan jaringan tepi, jaringan

granulasi, dan jaringan epitelisasi. Berikut tabel penyajian data

karakteristik luka:

a. Ukuran luka

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ukuran Luka Pada Kunjungan Awal
dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan
September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Ukuran Luka Awal Akhir
n % n %
< 4 cm 86 59.3 112 77.2
4<16 cm 40 27.6 21 14.5
16<36 cm 14 9.7 11 7.6
36<80 cm 5 3.4 1 0.7
>80 cm 0 0 0 0
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

50
Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh data bahwa lebih dari setengah

responden pada kunjungan awal memiliki karakteristik ukuran luka

sebesar <4cm yang berjumlah 59.3% (86 orang) dan mengalami

peningkatan pada kunjungan akhir yakni sejumlah 77.2% (112 orang).

Jumlah responden yang memiliki luka dengan karakteristik ukuran

<4cm mengalami peningkatan paling signifikan jika dibandingkan

dengan karakteristik ukuran luka yang lain dengan peningkatan sebesar

17.9% (26 orang).

b. Kedalaman Luka

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kedalaman Luka Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Kedalaman Luka Awal Akhir
n % n %
Stage 1 15 10.3 64 44.1
Stage 2 39 26.9 33 22.8
Stage 3 46 31.7 27 18.6
Stage 4 34 23.4 16 11
Nekrosis 11 7.6 5 3.4
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data bahwa responden dengan

karakteristik kedalaman luka stage 3 pada kunjungan awal

menunjukkan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan

karakteristik kedalaman lain yaitu sebesar 31.7% (46 orang) dan

mengalami penurunan pada akhir kunjungan yaitu sebesar 18.6% (27

orang). Jumlah responden yang memiliki luka dengan karakteristik

kedalaman stage 1 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

51
karakteristik kedalaman luka yang lain dengan peningkatan sebesar

33.8% (49 orang).

c. Tepi Luka

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tepi Luka Pada Kunjungan


Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat
Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Tepi Luka Awal Akhir
n % n %
Samar, tidak jelas terlihat 17 11.7 74 51
Batas terlihat, menyatu dengan dasar luka 37 25.5 34 23.4
Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka 49 33.8 27 18.6
Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka,
22 15.2 7 4.8
tebal
Jelas, fibrotik, hiperkeratonik 20 13.8 3 2.1
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki karakteristik tepi luka jelas dan tidak menyatu dengan dasar

luka pada kunjungan awal memiliki persentase yang lebih besar yaitu

33.8% (49 orang) jika dibandingkan dengan karakteristik tepi luka yang

lain dan mengalami penurunan pada akhir kunjungan dengan persentase

18.6% (27 orang). Jumlah responden yang memiliki luka dengan

karakteristik tepi luka samar dan tidak jelas terlihat mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan karakteristik tepi luka yang lain

dengan peningkatan sebesar 39.3% (57 orang).

52
d. Goa

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Goa Pada Kunjungan Awal


dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar
Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Goa Awal Akhir
n % n %
Tidak ada 87 60 106 73.1
<2cm di area manapun 28 19.3 24 16.6
2-4cm <50% di pinggir luka 18 12.4 10 6.9
2-4cm >50% di pinggir luka 9 6.2 3 2.1
>4cm di area manapun 3 2.1 2 1.4
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan tabel 56. diperoleh data bahwa lebih dari setengah

responden memiliki luka dengan karakteristik tidak ada gowa yaitu

sebesar 60% (87 orang) pada awal kunjungan dan mengalami

peningkatan pada akhir kunjungan dengan persentase 73.1% (106

orang). Jumlah responden yang memiliki luka dengan karakteristik

gowa 2-4cm dan <50% di pinggir luka mengalami penurunan paling

signifikan jika dibandingkan dengan karakteristik goa yang lain sebesar

5.5% (8 orang).

53
e. Tipe Jaringan Nekrosis

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tipe Jaringan Nekrosis Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Tipe Jaringan Nekrosis Awal Akhir
n % n %
Tidak ada 27 18.6 97 66.9
Putuh / abu-abu, slough tidak lengket 26 17.9 22 15.2
Slough mudah dihilangkan 38 26.2 14 9.7
Lengket, lembut, dan ada black eschar 35 24.1 8 5.5
Lengket, berbatas tegas, keras, dan ada
19 13.1 4 2.8
black eschar
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik tipe jaringan nekrosis slough mudah

dihilangkan pada kunjungan awal memiliki persentase yang lebih besar

jika dibandingkan dengan karakteristik tipe jaringan nekrosis yang lain

yaitu sebesar 26.2% (38 orang) dan mengalami penurunan yang

signifikan pada akhir kunjungan menjadi 9.7% (14 orang). Jumlah

responden dengan karakterstik tidak ada jaringan nekrosis mengalami

peningkatan sebesar 48.3% (70 orang) dari awal hingga akhir

kunjungan.

54
f. Jumlah Jaringan Nekrosis

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jumlah Jaringan Nekrosis


Pada Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka
Griya Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Jumlah Jaringan
Awal Akhir
Nekrosisi
n % n %
Tidak tampak 31 21.4 97 66.9
<25% dari dasar luka 27 18.6 19 13.1
25% - 50% dari dasar luka 17 11.7 10 6.9
50% - 75% dari dasar luka 20 13.8 8 5.5
75% - 100% dari dasar luka 50 34.5 11 7.6
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.8 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik jumlah jaringan nekrosis sebanyak

75%-100% dari dasar luka pada kunjungan awal memiliki persentase

yang lebih besar yaitu sebanyak 34.5% (50 orang) dan mengalami

penurunan yang signifikan pada akhir kunjungan. Jumlah responden

yang tidak memiliki jaringan nekrosis mengalami peningkatan yang

cukup signifikan pada awal hingga akhir kunjungan yaitu sebesar

45.5% (66 orang).

55
g. Tipe Eksudat

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tipe Eksudat Pada Kunjungan


Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat
Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Tipe Eksudat Awal Akhir
n % n %
Tidak ada 14 9.7 59 40.7
Bloody 18 12.4 28 19.3
Serosanguineoua 35 24.1 24 16.6
Serous 44 30.3 20 13.8
Purulent 34 23.4 14 9.7
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.9 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik tipe eksudat serous memiliki

persentase yang lebih besar yaitu sebanyak 30.3% (44 orang) pada

kunjungan awal dan mengalami penurunan pada kunjungan akhir.

Jumlah responden yang tidak memiliki eksudat juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan pada awal hingga akhir kunjungan

yaitu sebesar 31% (45 orang).

56
h. Jumlah Eksudat

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jumlah Eksudat Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Jumlah Eksudat Awal Akhir
n % n %
Kering 12 8.3 58 40
Moist 35 24.1 44 30.3
Sedikit 5 3.4 0 0
Sedang 47 32.4 22 15.2
Banyak 46 31.7 21 14.5
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.10 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik jumlah eksudat banyak pada

kunjungan awal memiliki persentase yang lebih besar dibanding

karakteristik jumlah eksudat yang lain yaitu sebesar 31.7% (46 orang)

dan mengalami penurunan hingga 14.5% (21 orang) pada akhir

kunjungan. Jumlah responden yang tidak memiliki eksudat mengalami

peningkatan awal hingga akhir kunjungan yaitu sebesar 31.7% (46

orang).

57
i. Warna Kulit Sekitar Luka

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Warna Kulit Sekitar Luka


Pada Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka
Griya Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Warna Kulit di Sekitar
Awal Akhir
Luka
n % n %
Pink/normal 68 46.9 115 79.3
Merah terang 4 2.8 0 0
Putih/pucat 20 13.8 10 6.9
Merah gelap/abu-abu 36 24.8 13 9
Hitam 17 11.7 7 4.8
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.11 diperoleh data bahwa hampir setengah

responden memiliki luka dengan karakteristik warna kulit sekitar luka

pink/normal dengan persentase sebesar 46.9% (68 orang) pada

kunjungan awal dan mengalami peningkatan hingga 79.3% (115 orang)

pada akhir kunjungan. Jumlah responden yang memiliki luka dengan

karakteristik warna kulit hitam disekitar luka mengalami penurunan

sebesar 6.9% (10 orang).

58
j. Jaringan Yang Edema

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Yang Edema Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Jaringan yang Edema Awal Akhir
n % n %
Tidak ada 47 32.4 103 71
Non pitting edema, <4mm disekitar luka 40 27.6 20 13.8
Non pitting edema, >4mm disekitar luka 31 21.4 12 8.3
Pitting edema, <4mm disekitar luka 25 17.2 9 6.2
Pitting edema, >4mm disekitar luka 2 1,4 1 0.7
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.12 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik tidak ada jaringan edema pada

kunjungan awal memiliki persentase yang lebih besar yaitu sebanyak

32.4% (47 orang) dan mengalami peningkatan yang signifikan hingga

71% (103 orang) pada akhir kunjungan. Jumlah responden yang tidak

memiliki jaringan edema mengalami peningkatan sebesar 38.6% (56

orang).

59
k. Pengerasan Jaringan Tepi

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengerasan Jaringan Tepi


Pada Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka
Griya Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Pengerasan Jaringan Tepi Awal Akhir
n % n %
Tidak ada 78 53.8 112 77.2
<2cm disebagaian kecil tepi luka 39 26.9 23 15.9
2-4cm, <50% di tepi luka 15 10.3 3 2.1
2-4cm, >50% di tepi luka 8 5.5 6 4.1
>4cm, diseluruh tepi luka 5 3.4 1 0.7
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.13 diperoleh data bahwa lebih dari setengah

responden memiliki luka dengan karakteristik tidak ada pengerasan

jaringan tepi yaitu sebanyak 53.8% (78 orang) pada kunjungan awal

dan mengalami peningkatan pada akhir kunjungan. Jumlah responden

yang memiliki pengerasan jaringan tepi >4cm diseluruh tepi luka

mengalami penurunan sebesar 2,7% (4 orang).

l. Granulasi

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Granulasi Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Jaringan Granulasi Awal Akhir
N % n %
Kulit utuh 13 9 69 47.6
100% granulasi 14 9.7 24 16.6
50% granulasi 51 35.2 31 21.4
25% granulasi 31 21.4 10 6.9
Tidak ada 36 24.8 11 7.6
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

60
Berdasarkan Tabel 5.14 diperoleh data bahwa responden yang

memiliki luka dengan karakteristik 50% granuasi pada kunjungan awal

memiliki persentase yang lebih besar yaitu sebanyak 35.2% (51 orang)

dan mengalami penurunan hingga 21.4% (31 orang) pada akhir

kunjungan. Jumlah responden yang memiliki karakteristik kulit utuh

mengalami peningkatan sebesar 38.6% (56 orang).

m. Epitelisasi

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jaringan Epitelisasi Pada


Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya
Afiat Makassar Bulan September 2014 – Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Karakteristik Jaringan Epitelisasi Awal Akhir
n % n %
100% epitelisasi 4 2.8 48 33.1
75%-100% epitelisasi 7 4.8 26 17.9
50%-75% epitelisasi 6 4.1 11 7.6
25%-50% epitelisasi 4 2.8 12 8.3
<25% epitelisasi 124 85.5 48 33.1
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.15 diperoleh data bahwa sebagian besar

responden memiliki luka dengan karakteristik <25% epitelisasi pada

kunjungan awal yaitu sebesa 85.5% (124 orang) dan mengalami

penurunan yang signifikan pada akhir kunjungan hingga 33.1% (48

orang). Jumlah responden dengan karakteristik 100% epitelisasi

mengalami peningkatan sebesar 30.3% (44 orang).

61
n. Skor

Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Skor Penilaian Karakteristik Luka


Menggunakan BJWAT Pada Kunjungan Awal dan Kunjungan Akhir di
Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan September 2014 –
Desember 2017 (n=145)
Kunjungan
Total Skor Penilaian BJWAT Awal Akhir
n % n %
1-20 5 3.4 76 52.4
21-40 86 59.3 49 33.8
41-60 54 37.2 20 13.8
Total 145 100 145 100
Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Berdasarkan Tabel 5.16 diperoleh data bahwa lebih dari setengah

responden yang memiliki total skor karakteristik luka sebesar 21-40

yaitu sebanyak 59.3% (86 orang) pada kunjungan awal dan mengalami

penurunan hingga 33.8% (49 orang) pada kunjungan akhir. Jumlah

responden yang memiliki total skor karakteristik luka sebesar 1-20

mengalami peningkatan yang signifikan pada awal hingga akhir

kunjungan yaitu sebesar 49% (71 orang).

3. Karakteristik Perawatan

Karakteristik perawatan luka yang di nilai dalam penelitian ini terdiri dari

jenis dressing dan jenis cleansing yang biasa di gunakan dalam melakukan

perawatan luka di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar. Jenis

dressing yang di nilai meliputi dressing primer, sekunder serta tersier yang

biasa di gunakan. Sementara jenis cleansing meliputi semua jenis cairan

yang biasa di gunakan untuk mencuci luka. Berikut tabel penyajian data

karakteristik luka:

62
a. Jenis dressing

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Jenis Dressing Pada Kunjungan Awal dan

Akhir di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan September 2014

– Desember 2017 (n=145)

Kunjungan
Jenis Dressing Awal Akhir
n % n %
Primary Dressing
Hydrogels 45 31 16 11
Calsium Alginate 11 7.6 19 13.1
Hydrocellulosa 15 10.3 2 1.4
Hydrocolloid 4 2.8 3 2.1
Foam 1 0.7 0 0
Anti Microbial 20 13.8 25 17.2
Transparant Film 2 1.4 32 22.1
Topikal Cream 46 31.7 45 31
Madu 1 0.7 3 2.1
Secondary Dressing
Natural Fibre Dressing 24 16.6 21 14.5
Non Adherent Dressing 106 73.1 70 48.3
Foam 11 7.6 20 13.8
Transparant Film 1 0.7 32 22.1
Anti Microbial 3 2.1 2 1.4
Tertiary Dressing
Natural Fibre Dressing 25 17.2 17 11.7
Transparant Film 1 0.7 34 23.4
Haft 34 23.4 9 6.2
Hypafix 82 56.6 80 55.2
Perban Elastis 3 2.1 5 3.4
Total 145 100 145 100

Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Tabel 5.17. menunjukkan bahwa balutan yang paling

banyak digunakan pada primary dressing di awal kunjungan

adalah topikal cream yaitu sebesar 31.7% (46 orang), pada

secondary dressing di awal kunjungan adalah Non Adherent

63
Dressing sebesar 73.1% (106 orang) dan pada tertiary dressing

di awal kunjungan adalah hypafix sebesar 56.6% (82 orang).

Sedangkan balutan yang paling banyak digunakan pada

primary dressing di akhir kunjungan adalah Topical Dressing

yaitu sebesar 31% (45 orang), pada secondary dressing di akhir

kunjungan adalah Non Adherent Dressing sebesar 48.3% (70

orang) dan pada tertiary dressing di akhir kunjungan adalah

hypafix sebesar 55.2% (80 orang).

b. Jenis Cleansing

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Jenis Cleansing Pada Kunjungan Awal di

Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar Bulan September 2014 –

Desember 2017 (n=147)

Kunjungan
Jenis Cleansing Awal Akhir
n % n %
NaCl 0.9% + Detol 110 75.9 90 62.1
Air Mineral + Detol 29 20 48 33.1
Rebusan Daun Sirih + Detol 2 1.4 2 1.4
Rebusan Daun Jambu Biji + Detol 4 2.8 5 3.4
Total 145 100 145 100

Sumber: Data Sekunder, September 2014 s/d Desember 2017

Tabel 5.18. menunjukkan jenis cairan yang paling banyak

digunakan pada pada kunjungan awal adalah NaCl 0,9% + Detol

sejumlah 75.9% (110 orang).

64
Sedangkan menunjukkan jenis cairan yang paling banyak

digunakan pada kunjungan akhir adalah NaCl 0,9% + Detol

sejumlah 62.1% (90 orang).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang di lakukan di Klinik Perawatan Luka

Griya Afiat Makassar di temukan bahwa luka terutama luka kronik akan

cenderung lebih mudah di alami oleh responden dengan jenis kelamin

perempuan dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki.

Hal ini sejalan dengan penelitian Saputri (2016) yang menyebutkan dalam

penelitiannya bahwa responden yang berkunjung ke Poliklinik RSUP

Wahidin Sudirohusodo dengan jenis kelamin perempuan memiliki

presentase lebih tinggi yakni 53.6% (37 orang) di bandingkan reponden

dengan jenis kelamin laki-laki yakni sebesar 46.4% (32 orang). Hal serupa

juga di kemukakan oleh Roza (2015) dalam penelitiannya yang

menyebutkan bahwa pasien dengan jenis kelamin wanita lebih besar

presentasinya di bandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki-laki yakni

sebesar 67%. Hal ini di karenakan ketika wanita memasuki usia dewasa

muda (>55 tahun) akan terjadi penurunan fungsi hormon estrogen yang

menyebabkan responden dengan jenis kelamin perempuan akan menjadi

lebih rentan terkena luka.

65
Penelitian ini juga menjelaskan bahwa sebagian besar jenis luka

yang sering ditemukan di klinik perawatan luka Griya Afiat Makassar

adalah luka kronik di bandingkan dengan jenis luka akut. Hal ini sejalan

dengan penelitian Saputri (2016) yang dalam penelitiannya menyatakan

bahwa pasien yang berkunjung ke Poliklinik Luka di Rumah Sakit

Dr.Wahidin Sudirohusodo semuanya memiliki tipe luka kronik yaitu 69

orang (100%) dengan jenis luka yang paling banyak yaitu luka DM dengan

46 orang (66,7%) dan luka kanker yaitu 17 orang (24,6%).

Dari penelitian ini juga diperoleh data bahwa rata-rata usia

responden pada penelitian ini adalah 51 tahun. Penelitian ini menjelaskan

bahwa kebanyakan responden yang menderita luka adalah responden

dengan kategori usia lansia awal. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Pradika (2016) yang menyatakan bahwa rata-rata

usia responden yang berkunjung ke klinik luka Kitamura Pontianak adalah

53 tahun. Nurhanifah (2017) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa

sebagian besar responden yang berkunjung ke poliklinik kaki diabetik

berusia >40 tahun yakni 94% (47 orang). Hal ini dikarenakan pada usia >40

tahun seseorang akan lebih beresiko terkena penyakit Diabetes Melitus.

Rata-rata lama perawatan yang di temukan di Klinik Perawatan

Luka Griya Afiat Makassar yaitu 62 hari dan rata-rata frekuensi kunjungan

yang ditemukan di Klinik Perawatan Luka Griya Afiat Makassar yaitu 12

kali. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang di lakukan Yunus

(2015) yang menyatakan bahwa distribusi frekuensi pasien ulkus

66
diabetikum berdasarkan lama perawatan luka adalah 1-24 minggu yakni

sebanyak 96% (82 orang). Hal ini di pengaruhi oleh stadium luka itu sendiri.

2. Karakteristik Luka

Berdasaarkan hasil penilaian skor luka dengan menggunakan Bates

Jensen Wound Assesment Tool (BJWAT) di peroleh data bahwa terjadi

perbaikan kondisi luka yang dapat di lihat dari penurunan skor luka pada

BJWAT. Semakin kecil skor BJWAT, semakin baik pula keadaan luka.

Sementara dari penelitian ini dapat di lihat bahwa terjadi penurunan pada

rentang skor 21-40 sebesar 37 orang dan 41-60 sebesar 34 orang. Sedangkan

pada rentang skor 1-20 mengalami peningkatan sebesar 71 orang. Hal yang

sama juga terjadi pada 13 item karakteristik luka yang masing-masing

mengalami perbaikan luka yang signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Rohmayanti (2016) yang menyebutkan dalam penelitiannya

bahwa perawatan luka yang dilakukan dengan modern dressing

menunjukkan terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada beberapa

komponen pengkajian luka BJWAT antara lain berkurangnya persentase

ukuran luka, kedalaman, granulasi, epitelisasi, berkurangnya jumlah

jaringan nekrosis serta jumlah cairan yang muncul. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh hasil penelitian yang di lakukan Usiska (2015) yang

menyatakan secara statistik dapat di simpulkan bahwa perawatan luka

modern dengan terapi hiperbarik terhadap proses penyembuhan luka

Diabetes Melitus memiliki tingkat kemaknaan yang sangat berpengaruh.

67
Nontji (2015) dalam penelitiannya tentang Teknik Perawatan Luka

Modern dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6

Pada Pasien Luka diabetik menjelaskan bahwa balutan luka modern dapat

merangsang faktor pertumbuhan dan sitokin untuk mempercepat

penyembuhan luka. Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa jenis

balutan luka modern lebih efektif daripada jenis balutan konvensional.

3. Karakteristik Perawatan

a. Jenis dressing

Dari hasil penelitian yang di lakukan di Klinik Perawatan Luka

Griya Affiat Makassar di temukan bahwa pada awal kunjungan pasien

dengan kondisi luka kurang baik, kebanyakan di gunakan dressing

primer jenis Topikal Cream, Hydrogel, dan Antimicrobial. Sementara

untuk dressing sekunder paling banyak di gunakan adalah Non Adherent

Dressing dan untuk dressing Tersier paling banyak di gunakan adalah

Haft dan Hypafix. Sedangkan pada akhir kunjungan dengan kondisi luka

lebih baik, kebanyakan di gunakan dressing Primer jenis Topical Cream

dan Antimicrobial. Sementara untuk dressing sekunder paling banyak

di gunakan adalah Non Adherent Dressing dan untuk dressing Tersier

paling banyak di gunakan Transparant Film dan Hypafix.

Faktor yang perlu di pertimbangkan dalam pemilihan balutan yang

tepat adalah memahami tujuan dari perawatan luka itu sendiri. Penting

bagi seorang perawat luka untuk memahami janis balutan apa yang

sesuai di gunakan di tinjau dari keadaan luka itu sendiri. Apakah luka

68
tersebut membutuhkan jenis dressing untuk mengontrol atau

menampung cairan, ataukah jenis balutan yang di butuhkan adalah jenis

balutan untuk meningkatkan epitelisasi, ataukah janis balutan yang di

butuhkan adalah jenis balutan untuk membantu debridement luka.

Pada kunjungan awal di mana rata-rata keadaan luka masih buruk,

yang paling banyak di gunakan adalah dressing primer dengan jenis

hydrogel dan topical cream. Balutan jenis ini merupakan jenis topical

yang dapat di gunakan untuk membantu proses peluruhan jaringan

nekrotik pada luka kering, luka dengan warna dasar hitam maupun luka

dengan warna dasar kuning dengan eksudat minimal. Selain itu dalam

kondisi luka yang masi di kategorikan buruk, sering di gunakan jenis

Non Adherent Dressing untuk mencegah bakteri masuk dan eksudat

tidak merembes keluar atau bocor. Jenis dressing ini juga permukaannya

tidak menempel pada luka sehingga resiko kerusakan jaringan kembali

akibat penggantian balutan dapat di minimalisir. Sedangkan pada akhir

kunjungan dengan rata-rata keadaan luka lebih baik, paling banyak di

gunakan adalah jenis Anti Microbial dan Transparant Film. Jenis

balutan ini di gunakan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali pada

luka yang telah mengalami perbaikan. Sedangkan transparan Film di

gunakan untuk melindungi kulit mudah yang masih dalam masa

perbaikan.

69
b. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan data penggunaan jenis

cleansing baik pada awal kunjungan maupun akhir kunjungan rata-rata

menggunakan NaCl0.9% dan Air Mineral sebagai larutan untuk

mencuci luka. Namun selain kedua larutan tersebut, terkadang di

gunakan pula air rebusan Daun Sirih dan air rebusan Daun Jambu Biji.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan Ljubic (2013) yang

meneliti tentang perbandingan penggunaan cleansing Nacl 0.9% dengan

Air Mineral pada luka kronik. Dari hasil penelitian tersebut Ljubic

menjelaskan bahwa tidak ada peningkatan infeksi maupun peningkatan

penyembuhan luka antara luka kronik yang di bersihkan dengan NaCl

maupun luka kronik yang di bersihkan dengan Air Mineral. Hal ini

menjelaskan bahwa Air Mineral sama aman dan efektifnya dengan NaCl

ketika diperoleh dari suplay yang aman dan digunakan berdasarkan suhu

tubuh.

Sedangkan penggunaan cleansing tradisional yakni rebusan daun

sirih dan daun jambu Biji juga di terapkan di Klinik Perawatan Luka

Griya Afiat Makassar. Penelitian mengenai penggunaan cleansing

dengan rebusan daun Sirih pernah di lakukan oleh Pashar, et all (2018)

yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara pencucian luka

menggunakan larutan NaCl 0.9% dengan kombinasi larutan NaCl 0,9%

dan rebusan daun sirih merah 40% terhadap proses penyembuhan luka

kaki diabetes. pencucian luka menggunakan kombinasi larutan NaCl

70
0.9% dengan rebusan daun sirih merah 40% lebih efektif dibandingkan

dengan menggunakan larutan NaCl 0.9%.

Selain itu, penggunaan sabun antiseptic juga di terapkan di Kliniki

Perawatan Luka Griya Afiat Makassar. Setiap pencucian luka selalu di

kombinasikan dengan sabun antiseptic untuk memaksimalkan proses

pencucian luka. Hal ini di jelaskan dalam penelitian yang di lakukan

oleh Nurwahidah, et all (2018) yang menyatakan bahwa sabun

antiseptik secara efektif mengurangi jumlah koloni bakteri

dibandingkan dengan sabun biasa dan memiliki penghambatan kuat

terhadap pertumbuhan bakteri sthapylococcus aureus dan eschericia

coli.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini ditemukan beberapa keterbatasan pada saat mengambil

data sekunder yaitu berupa pengkajian jenis luka yang tidak dipaparkan secara

detail sehingga pengkajian jenis luka dalam penelitian kali ini hanya dibagi

berdasarkan jenis luka akut dan kronis.

71
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristi luka di ruangan

Poliklinik luka di Rumah Sakit DR. Wahidin, dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata jenis kelamin responden yang melakukakan perawatan luka di

klinik adalah perempuan dengan persentasi 59.3% (59 orang) dengan usia

rata-rata 51 tahun yang termasuk dalam kategori Lansia Awal.

2. Sebagian besar responden yang berkunjung di Klinik Perawatan Luka

Griya Afiat Makassar mengalami luka kronik dengan persentase sebesar

86.2% (125 orang) dengan rata-rata jumlah kunjungan adalah 12 kali

kunjungan dan rata-rata lama perawatan adalah 62 kali perawatan.

3. Hasil dari penilaian skor luka dengan Bates Jensen Wound Assesment Tool

di peroleh data bahwa pada awal kunjungan, rata-rata skor luka paling

banyak mencapai skor 21-40 dengan persentase 59.3% (86 orang) dan

mengalami perbaikan yang di tandai dengan turunnya skor luka dalam

rentang skor 1-20 dengan Persentase 52.4% (76 orang)

4. Jenis dressing yang paling banyak di gunakan pada awal kunjungan di

klinik perawatan luka yaitu primary drressing dengan kategori Topical

Cream sebesar 31.7% (46 orang) dan dressing dengan kategori Hydrogel

sebesar 31% (45 orang). Sedangkan pada akhir kunjungan juga Jenis

balutan dengan kategori Topical Cream juga sering di gunakan yakni

sebesar 31% (45 orang). Secondary dressing paling banyak di gunakan

72
adalah dressing dengan kategori Non Adherent Dressing sebesar 73.1%

(106 orang) pada kunjungan awal. Non Adherent Dressing juga biasa di

gunakan sebagai pilihan balutan pada dressing sekunder di akhir

kunjungan. Sedangkan tertiary dressing paling banyak di gunakan adalah

hipafix baik pada awal maupun akhir kunjungan responden.

5. Jenis cleansing terbanyak digunakan yaitu Nacl 0.9% dengan persentasi

75.9% (110 orang) pada awal kunjungan dan 62.1% (90 orang) pada akhir

kunjungan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan tujuan yang

ingin di capai dalam penelitian ini, maka peneliti menganjurkan saran terkait

penelitian sebagai berikut.

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi

mahasiswa keperawatan mengenai karakteristik luka dan perawatan luka.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan bagi seluruh profesi keperawatan yang bergelut di bidang luka

agar dapat meningkatkan kapasitasnya terkait metode perawatan luka agar

proses penyembuhan luka dapat di maksimalkan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan metode case study

serta melakukan pengkajian yang lebih mendalam terkait karakteristik luka,

73
perawatannya, serta jenis lukanya dan tidak hanya mengambil data sekunder

dari klinik atau rumah sakit tempat di lakukan penelitian.

74
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. F. (2013). Hubungan tingkat stres dengan penyembuhan luka diabetes


melitus di rsud gunungsitoli kabupaten nias. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Medistra Indonesia, 3.

Bryant, R., & Nix, D. (2016). Acute and Chronic Wounds. USA: Elsevier.

Dogan, A., Demirci, S., Caglayan, A., Kilic, E., Gunal, M., Uslu, U., . . . Sahin, F.
(2014). Sodium Pentaborate Pentahydrate and Pluronic Containing
Hydrogel Increases CutaneousWound Healing In Vitro and In Vivo. Biol
Trace Elem Res (2014) 162:72–79, 72–79.

Fife, C., Carter, M. J., Walker, D., & Thomson, B. (2012). Wound Care Outcomes
and Associated Cost Among Patients Treated in US Outpatient Wound
Centers: Data From the US Wound Registry. WOUNDS 2012;24(1):10–
17, 10–17.

Gupta, S., Andersen, C., Black, J., Jean, J. d., Fife, C., John C, . . . Silverman, R.
(2017). Management of Chronic Wounds: Diagnosis, Preparation,
Treatment, and Follow-up. Wounds 2017;29(9 suppl):S19–S36, 519–536.

Haynes, J. S., & Callaghan, R. (2015). Wound Assessment and Management


Guideline. UK: Worcestershire Health and Care (NHS).

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. CDK-


230, pp. 546-550.

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Wound


Care/Diabetic Center. CDK-230, Vol. 42, No. 7, 546-550.

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2011). Fundamental Keperawatan,
Edisi 7, Volume 2. Jakarta: EGC.

75
Ljubic, A. (2013). Cleansing chronic wounds with tap water or saline: a review.
Journal of Community Nursing January/February 2013, volume 27, issue
1, 19-21.

Martina, N. R., & Wardhana, A. (2013). Mortality Analysis of Adult Burn


Patients. Jurnal Plastik Rekonstruksi , 96-100.

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare). Jakarta:


IN MEDIA.

Nontji, W., Hariati, S., & Arafat, R. (2015). Teknik Perawatan Luka Modern dan
Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6 Pada Pasien
Luka Diabetik. Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–137, 133–137.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Nurhanifah, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus kaki


diabetik di poliklinik kaki diabetik. Vol. 1 No. 1 (Agustus, 2017), 32-41.

Nurwahidah, Yusuf, S., & Tahir, T. (2018). Study Literatur Penggunaan Sabun
Antiseptic Untuk Pencucian Luka Terhadap Penurunan Kolonisasi Bakteri
Pada Pasien Dengan Luka Diabetes. Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2):,
108-122.

Pashar, I., Armiyati, Y., & Pranata, S. (2018). Pengaruh Pencucian Luka Antara
Larutan NaCl 0.9% Dengan Kombinasi Larutan NaCl 0.9% dan Rebusan
Daun Sirih Merah 40% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Kaki
Diabetes. Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2), 57-65.

Pradika, J. (2016). Efektivitas Cleansing Luka Menggunakan Infusa Daun Jambu


Biji 20% Dengan Teknik Showering Tekanan 15 Psi Terhadap
Penyembuhan Ulkus Kaki Diabetik di Klinik Kitamura Pontianak. Tesis.

Puspitasari, H. A., Ummah, H. A., & Sumarsih, T. (2011). Faktor-faktor yang


mempengaruhi penyembuhan luka post operasi sectio caesarea (SC).

76
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011,
50-59.

Riandini, I. L., Susanti, R., & Yanis, A. (2015). Gambaran Luka Korban
Kecelakaan Lalu Lintas yang Dilakukan Pemeriksaan di RSUP Dr. M.
Djaml Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 502-508.

Rohmayanti, Handayani, E., & Asriani, T. (2016). Aplikasi Modern Wound Care
Dalam Manajement Luka Diabetes (Studi Kasus). Skripsi.

Romanelli, M., Vowden, K., & Weir, D. (2017). Exudate Management. Wounds
International, pp. 1-5.

Roza, R. L., Afriant, R., & Edmard, Z. (2015). Faktor Resiko Terjadinya Ulkus
Diabeticum Pada Pasien Diabetes Melitus Yang di Rawat Jalan dan Rawat
Inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2015;4(1), 243-248.

Saputri, D. I. (2016). Gambaran Karakteristik Luka di Ruangan Poliklinik luka di


RS. DR Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi, 67-75.

Semer, N. (2013). Dasar-dasar perawatan luka. Los Angeles: Global-HELP


Organization.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subrata, A. (2015). Wound Assessment. Magelang: FIKES UMMGL .

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sussman, C., & Jensen, B. B. (2007). Wound Care. USA: Hearthside Publishing
Services.

Usiska, Y. S. (2015). Pengaruh metode rawat luka modern dengan terapi


Hiperbarik terhadap proses penyembuhan luka Ulkus Diabetik pada pasien
Diabetes Melitus di Jember Wound Care. Skripsi.

77
Wild, T., Rahbarnia, A., Kellner, M., Sobotka, L., & Eberlein, T. (2010, Mei 21).
Basics in nutrition and wound healing. Nutrition 26 (2010) 862–866, pp.
862–866.

Wiley, J., & Sons. (2013). Wound Healing and Skin Integrity. USA: Oxford.

Yunus, B. (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka Pada


Pasien Ulkus Diabetikum di Rumah Perawatan ETN Centre Makassar.
Skripsi.

78
Lampiran
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
MODIFIKASI BATES-JENSEN WOUND ASSESSMENT TOOL
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
JUMLAH KUNJUNGAN :

KUNJUNGAN KUNJUNGAN
ITEMS PENGKAJIAN
AWAL AKHIR
1. UKURAN LUKA 1= P X L < 4 cm
2= P X L 4 < 16cm
3= P X L 16 < 36cm
4= P X L 36 < 80cm
5= P X L > 80cm
2. KEDALAMAN 1= stage 1
2= stage 2
3= stage 3
4= stage 4
5= necrosis wound
3. TEPI LUKA 1= samar, tidak jelas terlihat
2= batas tepi terlihat,
menyatudengan dasar luka
3= jelas, tidak menyatu dgn
dasar luka
4= jelas, tidak menyatu dgn
dasar luka, tebal
5= jelas, fibrotic, parut tebal/
Hyperkeratonic
4. GOA (lubang 1= tidak ada
pada Luka yang 2= goa < 2 cm di di area
ada dibawah manapun
jaringan sehat) 3= goa 2-4 cm < 50 % pinggir
luka
4= goa 2-4 cm > 50% pinggir
luka
5= goa > 4 cm di area
manapun
5. TIPE JARINGAN 1 = Tidak ada
NEKROSIS 2 = Putih atau abu-abu
jaringan mati dan atau slough

79
yang tidak lengket (mudah
dihilangkan)
3 = slough mudah dihilangkan
4 = Lengket, lembut dan ada
jaringan parut palsu berwarna
hitam (black eschar)
5 = lengket berbatas tegas,
keras dan ada black eschar
6. JUMLAH 1 = Tidak tampak
JARINGAN 2 = < 25% dari dasar luka
NEKROSIS 3 = 25% hingga 50% dari dasar
luka
4 = > 50% hingga < 75% dari
dasar luka
5 = 75% hingga 100% dari
dasar
Luka
7. TIPE EKSUDATE 1= tidak ada
2= bloody
3= serosanguineous
4= serous
5= purulent
8. JUMLAH 1= kering
EKSUDATE 2= moist
3= sedikit
4= sedang
5= banyak
9. WARNA KULIT 1= pink atau normal
SEKITAR LUKA 2= merah terang jika di tekan
3=putih atau pucat
hipopigmentasi
4=merah gelap / abu2
5=hitam atau hyperpigmentasi
10. JARINGAN 1=no swelling atau edema
YANG EDEMA 2=non pitting edema kurang
dari < 4 mm disekitar luka
3=non pitting edema > 4 mm
disekitar luka
4=pitting edema kurang dari <
4 mm disekitar luka
5=krepitasi atau pitting edema
> 4 mm

80
11. PENGERASAN 1 = Tidak ada
JARINGAN TEPI 2=Pengerasan < 2 cm di
sebagian kecil sekitar luka
3=Pengerasan 2-4 cm
menyebar < 50% di tepi luka
4=Pengerasan 2-4 cm
menyebar > 50% di tepi luka
5=pengerasan > 4 cm di
seluruh
tepi luka
12. JARINGAN 1= kulit utuh atau stage 1
GRANULASI 2= terang 100 % jaringan
granulasi
3= terang 50 % jaringan
granulasi
4= granulasi 25 %
5= tidak ada jaringan granulasi
13. EPITELISASI 1=100 % epitelisasi
2= 75 % - 100 % epitelisasi
3= 50 % - 75% epitelisasi
4= 25 % - 50 % epitelisasi
5= < 25 % epitelisasi
14. JENIS DRESSING

15. JENIS
CLEANSING

81
Lampiran 2. Master Tabel Penelitian Gambaran Karakteristik Luka dan Perawatannya di Klinik Perawatn Luka Griya Afiat Makassar
A. Karakteristik Responden
Jenis Jumlah Lama Perawatan
No Inisial Umur Kelamin Kunjungan Jenis Luka (Hari)
1 Tn AA 3 1 1 1 3
2 Tn AB 6 1 3 1 2
3 Ny. H 4 2 1 1 3
4 Ny. F 3 2 1 1 1
5 Tn. P 5 1 1 2 1
6 Tn. S 5 1 1 1 2
7 Ny. H 4 2 1 1 1
8 Tn. S 4 1 2 1 2
9 Ny. A 5 2 1 1 2
10 Tn. S 5 1 1 1 1
11 An. R 8 1 1 1 1
12 Ny. K 2 2 2 1 3
13 Ny. H 4 2 1 1 1
14 Tn. S 5 1 1 1 1
15 Ny. A 4 2 1 1 2
16 Tn. T 5 1 1 1 1
17 Ny. A 5 2 1 1 5
18 Tn. T 5 1 1 1 1
19 Ny. A 4 2 1 1 1
20 Ny. R 5 2 3 1 5

82
21 Tn. T 6 1 1 1 8
22 Ny. M 4 2 1 1 1
23 Ny. K 8 2 1 2 1
24 Ny.S 3 2 1 2 1
25 Tn. A 4 1 1 2 2
26 Ny. Y 4 2 1 1 1
27 Ny. S 5 1 1 1 1
28 Tn. H 4 1 1 1 1
29 Ny. S 5 2 1 1 1
30 Tn. K 5 1 1 1 1
31 Ny. S 5 2 1 2 1
32 Tn. I 5 1 1 1 1
33 Tn. J 3 1 1 1 1
34 Tn. M 6 1 1 1 1
35 Ny. Z 8 2 1 2 1
36 Tn. B 5 1 3 1 1
37 Tn. H 4 1 1 1 2
38 Tn. H 4 1 1 1 1
39 Tn. H 5 1 1 1 2
40 Ny. R 3 2 2 1 7
41 Ny. S 5 1 1 1 2
42 Tn. H 3 1 5 1 9
43 Ny. M 5 2 1 2 1
44 Ny. H 5 2 1 1 1
45 Ny. H 4 2 1 1 2
46 Ny. H 5 2 2 1 10
47 Ny. H 3 2 1 1 1
48 Tn. A 4 1 1 2 1

83
49 Tn. H 4 1 1 1 1
50 Tn. H 4 1 1 1 2
51 Tn. S 5 1 3 1 6
52 Tn. J 6 1 1 2 1
53 Nn. N 8 2 1 2 1
54 Tn. S 4 1 1 1 1
55 Tn. S 5 1 1 1 2
56 Ny. N 5 2 1 2 1
57 Tn. R 3 1 1 1 1
58 Tn. R 3 1 1 1 1
59 Tn. P 5 1 1 1 2
60 Tn. S 5 1 1 1 1
61 Tn. S 2 1 1 1 1
62 Tn. S 5 1 1 1 1
63 Tn. D 3 1 1 1 1
64 Ny. R 4 2 1 2 1
65 An. A 8 1 2 1 2
66 Ny. H 4 2 2 1 2
67 Ny. M 4 2 2 1 3
68 Ny. F 2 2 1 1 1
69 Ny. I 2 2 1 2 1
70 Ny. F 4 2 1 1 1
71 Ny. D 5 2 2 1 2
72 Tn. K 4 1 1 2 1
73 Ny. A 3 2 1 2 1
74 Ny. M 5 2 3 1 11
75 Ny. M 6 2 3 1 1
76 Nn. F 8 2 1 1 1

84
77 Ny. H 5 2 1 2 1
78 Ny. H 4 2 1 1 2
79 Ny. N 4 2 1 1 1
80 Tn. A 3 1 1 1 1
81 Nn. A 8 2 1 2 1
82 Tn. Y 4 1 1 1 1
83 Tn. Y 4 1 1 1 1
84 Tn. S 4 1 1 1 1
85 Ny. N 5 2 1 1 1
86 An. M 8 2 1 1 1
87 Ny. S 5 2 1 1 3
88 Ny. S 4 2 1 2 1
89 Ny. S 6 2 1 1 2
90 Tn. K 6 1 1 1 1
91 Ny. A 4 2 1 1 1
92 Ny. Z 4 2 1 1 1
93 Ny. D 2 2 1 1 1
94 Ny. H 5 2 4 1 4
95 Ny. M 6 2 3 1 2
96 Ny. J 5 2 1 1 1
97 Ny. T 6 2 1 1 1
98 Ny. T 4 2 1 1 1
99 Ny. R 4 2 1 1 1
100 Ny. S 5 2 1 1 1
101 Ny. E 4 2 1 1 1
102 Ny. R 6 2 1 1 1
103 Ny. D 3 2 1 1 1
104 Ny. N 5 2 1 2 1

85
105 Ny. N 4 2 1 1 1
106 Tn. H 5 1 1 1 1
107 Tn. A 5 1 1 1 1
108 Ny. N 5 2 3 1 4
109 Tn. A 4 1 1 1 1
110 Ny. R 3 2 1 1 1
111 Ny. R 5 2 1 1 2
112 Tn. J 3 1 1 2 1
113 An. E 1 2 1 1 1
114 Tn. M 3 1 1 1 1
115 Tn. S 3 1 1 1 1
116 Ny. P 5 2 1 1 1
117 Ny. R 5 2 1 1 1
118 Ny. J 5 2 3 1 3
119 Ny. D 2 2 1 1 1
120 Ny. N 5 2 2 1 2
121 Tn. Y 4 1 3 1 3
122 Tn. S 3 1 2 1 2
123 Tn. A 5 1 1 1 1
124 Tn. S 5 1 1 1 1
125 Ny. S 6 2 1 1 1
126 Tn. H 4 1 1 1 5
127 Ny. N 3 2 1 1 2
128 Ny. H 3 2 1 1 3
129 Tn. S 5 1 1 1 3
130 Ny. H 4 2 2 1 2
131 Ny. N 5 2 1 1 1
132 Ny. N 4 2 4 1 5

86
133 Ny. N 3 2 1 1 1
134 Ny. Z 4 2 1 1 1
135 Ny. V 8 2 1 1 2
136 Ny. T 4 2 2 1 1
137 Ny. E 5 2 1 1 1
138 Tn. L 5 1 2 1 2
139 Ny. N 5 2 1 1 2
140 Ny. N 3 2 1 1 1
141 Ny. S 4 2 1 1 3
142 Ny. Z 4 2 3 1 3
143 Tn. M 4 1 1 1 1
144 Ny. N 5 2 3 1 3
145 Ny. R 5 2 1 1 3

87
B. Karakteristik Luka dan Karakteristik Perawatan Pada Kunjungan Awal Responden
Warna
Tipe Jumlah Kulit Jaringan Pengerasan
Ukuran Tepi Jaringan Jaringan Tipe Jumlah Sekitar Yg Jaringan Jaringan Dressing Dressing Dressing jenis
Luka Kedalaman Luka Goa Nekrotik Nekrotik Eksudat Eksudat Luka Edema Tepi Granulasi epitelisasi skor Primer Sekunder Tersier Cleansing
2 4 3 1 3 3 4 4 1 3 1 3 5 2 1 1 2 1
2 3 3 3 2 2 4 4 1 1 1 3 5 2 2 2 1 1
2 3 4 1 4 5 4 5 1 1 2 4 5 3 4 1 1 1
2 5 5 1 5 5 5 5 4 4 3 5 5 3 1 1 1 1
1 2 1 1 3 2 3 2 1 1 1 3 4 2 1 1 1 1
1 2 3 2 1 1 3 2 1 2 2 3 3 2 7 1 1 1
1 2 2 1 3 3 3 2 2 1 1 3 5 2 8 1 1 1
1 3 2 1 3 3 3 4 3 2 1 3 5 2 9 1 1 1
1 2 2 1 4 4 3 3 1 1 2 5 5 2 4 1 1 1
4 4 3 1 2 2 3 5 1 1 1 3 5 2 1 1 4 1
2 5 5 1 5 5 5 5 4 4 2 5 5 3 12 1 1 1
2 3 5 1 5 5 4 4 1 3 5 4 5 3 8 1 1 1
2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 1 5 5 2 1 1 1 1
1 3 3 1 4 5 4 4 1 3 1 4 5 2 12 4 5 1
1 2 2 1 5 5 3 3 4 1 2 5 5 2 13 4 1 1
1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
1 2 5 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 1 1 1 1
2 3 3 2 2 2 3 4 1 1 1 3 5 2 12 2 5 1
3 4 4 1 4 5 5 5 3 1 1 4 5 3 12 1 1 2
2 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 1 5 1
1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 3 5 2 12 1 5 1
1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 2 1 1 2 1 2 1 1
1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 3 2 8 1 1 1

88
1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 5 2 1 1 2 1
1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 5 2 1 1 1 1
3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 2 4 5 3 12 1 5 1
1 2 2 1 4 4 3 4 3 2 3 4 5 2 1 1 1 1
1 4 5 2 4 5 4 4 5 2 3 5 5 3 1 1 1 2
1 2 3 1 3 3 3 2 1 1 1 3 5 2 1 1 1 1
3 3 2 2 1 1 4 5 1 2 1 2 5 2 1 1 1 1
1 1 1 1 4 5 1 1 4 2 1 1 5 2 21 1 1 2
1 2 2 1 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 3 17 10 1
2 3 2 1 5 4 4 4 1 2 2 4 5 2 4 2 1 1
2 4 3 1 4 4 4 4 1 2 2 4 5 2 1 1 5 1
1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 5 2 1 1
2 4 3 2 2 2 3 4 1 2 1 3 5 2 8 1 2 1
1 1 1 1 1 1 5 5 5 4 5 1 1 2 8 4 1 1
1 1 1 1 5 5 1 1 5 3 2 5 5 2 1 2 5 1
1 2 5 1 2 2 1 1 5 1 2 1 2 2 12 1 5 1
1 1 1 1 5 1 1 1 4 5 5 1 5 2 4 1 5 1
1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 5 1
3 3 3 4 1 1 3 2 1 1 1 3 3 2 21 4 5 1
1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1
1 3 2 1 3 3 4 4 3 2 1 3 5 2 4 1 1 1
3 4 3 2 3 4 5 5 5 1 1 3 5 3 5 1 5 1
2 3 3 2 1 1 3 3 1 1 3 3 4 2 1 1 1 1
2 4 3 1 4 4 5 4 3 3 1 4 5 3 1 12 2 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 9 4 1 1
2 4 3 3 4 5 5 5 4 3 2 4 5 3 6 1 5 1
2 5 4 3 4 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 4 1 1
2 4 4 4 3 4 4 5 4 4 2 3 5 3 12 1 2 1

89
3 4 4 1 4 4 4 5 5 1 1 3 5 3 8 1 1 1
3 2 5 1 5 5 3 2 1 1 1 5 5 2 12 1 1 1
2 1 1 1 1 1 5 5 4 4 4 1 5 2 5 1 5 1
1 4 4 2 3 3 4 5 4 4 4 3 5 3 6 1 5 3
1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 1
2 5 2 3 5 4 5 5 1 4 3 4 5 3 9 1 5 2
1 3 3 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 3 1 1 1
4 4 3 4 3 5 4 5 4 2 2 5 5 3 9 1 1 1
1 3 5 1 5 3 3 4 1 1 1 3 5 2 1 1 1 2
2 3 2 1 3 2 3 5 1 1 1 3 5 2 1 1 1 1
1 5 5 1 5 5 4 4 4 3 1 5 5 3 8 1 1 1
1 3 4 2 2 2 2 2 1 2 2 3 5 2 21 1 2 1
1 1 1 1 2 5 2 4 4 2 3 5 5 2 13 4 1 1
4 3 2 2 3 2 4 5 2 1 1 3 5 2 8 1 2 1
2 5 4 3 4 5 5 5 4 3 2 5 5 3 8 1 2 3
2 4 3 1 3 5 5 5 4 3 1 4 5 3 21 1 4 1
1 3 3 3 1 1 4 4 4 4 2 3 5 2 9 1 2 4
1 2 2 2 1 1 3 2 1 1 1 2 5 2 9 1 1 2
1 2 2 1 1 1 2 2 5 1 1 2 5 2 5 15 1 2
1 3 3 3 3 4 5 5 5 4 2 4 5 3 9 4 2 4
1 1 1 1 1 1 1 1 5 3 4 1 1 2 8 1 1 1
1 3 3 2 2 2 4 4 1 1 1 3 2 2 9 1 1 2
1 3 4 1 1 1 3 2 1 2 4 2 5 2 1 1 5 1
3 5 5 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 1 1 1 2
1 2 5 1 5 5 1 1 3 2 1 5 5 2 5 1 1 2
1 1 1 1 1 1 5 5 4 3 4 1 5 2 29 4 1 1
2 3 2 1 3 4 4 4 2 2 2 3 5 2 1 1 5 1
2 4 2 2 3 2 4 5 1 3 2 3 5 2 21 1 4 1

90
1 5 5 1 5 5 4 4 1 3 2 4 5 3 12 1 1 1
1 3 3 2 4 5 3 4 4 4 2 5 5 3 9 1 1 2
1 3 3 1 2 2 3 2 1 1 1 3 5 2 21 1 1 1
3 4 5 3 5 5 4 5 4 4 4 5 5 3 12 4 5 1
1 4 2 1 3 2 4 4 3 3 2 3 5 2 9 1 5 1
1 3 3 1 3 5 4 4 1 2 1 4 5 2 1 1 1 1
2 3 3 1 5 4 4 4 5 2 2 4 5 3 1 2 5 1
1 1 5 1 4 5 4 4 4 2 1 5 5 3 12 1 1 1
1 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 1 5 2 8 4 1 1
1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 3 3 2 1 4 1 1
1 2 3 2 2 2 3 4 1 4 2 4 5 2 12 4 1 1
1 5 5 1 5 5 4 4 5 3 2 5 5 3 33 1 2 1
1 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 1
1 2 2 1 4 5 5 4 3 4 1 4 5 3 29 4 1 1
2 4 3 3 3 3 4 5 3 4 3 3 5 3 9 15 5 2
2 4 3 3 3 5 4 5 1 4 2 5 5 3 9 4 5 1
3 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 3 4 2 1 1 1 2
1 4 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 5 2 9 4 1 1
1 3 3 2 2 3 2 4 1 2 1 3 5 2 1 1 1 1
1 3 2 2 3 3 5 4 3 2 1 3 5 2 9 1 1 1
1 1 1 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 1 1
1 3 4 3 3 5 5 4 4 2 1 4 5 3 4 1 1 1
1 3 3 3 1 1 4 4 3 2 1 3 5 2 5 1 5 1
3 5 4 1 4 5 5 5 4 3 1 4 5 3 4 1 2 1
1 1 1 1 2 5 3 2 1 1 1 5 5 2 8 4 1 1
3 3 3 5 2 2 5 5 4 2 1 3 5 3 21 1 1 1
2 3 4 2 3 5 4 4 3 3 1 5 5 3 21 4 2 1
1 3 5 1 4 5 4 4 1 2 2 4 4 2 21 1 1 1

91
2 5 5 1 4 5 5 5 3 4 1 5 5 3 1 1 5 2
1 1 1 1 4 5 1 1 1 3 2 1 5 2 1 1 5 1
1 2 1 1 3 5 4 3 4 2 1 5 5 2 21 1 1 2
2 4 3 1 4 2 3 4 5 2 1 3 5 2 1 1 5 2
1 2 2 1 3 5 5 4 1 2 2 4 5 2 8 4 1 1
2 2 2 1 5 2 3 3 1 1 2 3 5 2 1 1 1 2
3 4 4 1 4 4 5 5 4 2 2 4 5 3 12 1 1 1
1 3 4 2 2 4 3 2 1 1 1 3 5 2 1 1 1 1
1 3 3 1 3 5 3 4 1 2 1 5 5 2 1 1 2 2
1 3 3 2 2 2 4 4 3 3 2 3 5 2 5 1 5 2
1 3 3 3 3 5 4 4 5 3 3 5 5 3 5 1 1 1
1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 3 5 2 21 2 1 2
2 4 3 4 4 5 5 5 4 4 2 5 5 3 5 2 2 2
1 4 3 4 4 2 4 5 1 3 1 3 5 2 21 1 2 1
2 4 4 3 4 4 4 4 3 2 1 4 5 3 21 1 5 2
1 2 2 1 4 3 3 2 3 1 1 5 5 2 12 1 2 2
1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 21 1 1 4
1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 4 2 4 1 1 2
2 3 3 2 4 5 4 5 1 1 1 4 5 2 21 1 1 1
1 3 3 1 4 5 3 4 3 3 2 5 5 3 1 12 2 2
1 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 5 3 21 1 2 1
1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 2
1 3 2 1 4 3 3 4 1 2 2 4 5 2 1 1 1 1
2 4 4 2 3 5 5 5 3 4 3 5 5 3 1 1 2 4
2 2 2 1 4 2 3 2 2 2 1 3 5 2 12 4 1 1
4 4 3 3 3 4 5 5 4 3 1 4 5 3 1 12 5 1
2 4 3 3 3 4 5 5 1 3 1 3 5 3 12 1 2 2
2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 8 4 1 1

92
2 3 3 2 3 3 4 4 1 2 1 3 5 2 5 4 1 1
1 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 5 3 21 1 2 2
1 4 4 2 4 5 5 4 4 3 1 5 5 3 12 1 5 1
1 3 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 5 3 9 1 5 2
1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 1
1 4 3 5 3 1 5 5 4 4 1 5 5 3 4 1 2 1
4 3 3 1 3 4 4 5 5 3 2 3 5 3 12 1 1 1
1 3 5 1 3 3 3 4 4 3 2 4 5 3 1 1 5 1
3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 4 5 3 1 1 5 2
1 2 2 1 2 5 4 4 3 3 1 5 5 2 21 1 5 1
2 3 5 1 5 5 4 5 1 3 3 4 5 3 4 1 2 1

93
C. Karakteristik Luka dan Karakteristik Perawatan Pada Kunjungan Akhir Responden
Warna
Tipe Jumlah Jaringan Pengerasan Dressing
Ukuran Tepi Tipe Jumlah Kulit Jaringan Dressing Dressing jenis
Kedalaman Goa Jaringan Jaringan Yg Jaringan epitelisasi skor Tersier
Luka Luka Eksudat Eksudat Sekitar Granulasi Primer Sekunder Cleansing
Nekrotik Nekrotik Edema Tepi
Luka
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 17 10 1

1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 17 10 1

2 2 2 1 3 3 3 4 1 1 2 3 4 2 5 4 1 1

1 4 3 3 4 5 5 5 4 4 3 5 5 3 21 1 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1

1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 5 1 1 1

4 4 3 1 2 2 3 5 1 1 1 3 5 2 1 1 4 1

1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1

1 3 3 1 4 5 4 4 1 3 1 4 5 2 12 4 4 1

94
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 4 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

2 3 2 1 2 2 3 4 1 1 2 3 5 2 5 2 1 1

3 4 3 2 3 4 5 5 3 1 1 3 4 3 12 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 4 1 2

1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 4 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 4 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 2 4 5 3 12 1 4 1

1 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 1 1 1 1

2 4 2 1 4 4 4 4 3 2 2 4 5 3 21 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 10 1

3 3 2 2 1 1 4 5 1 2 1 2 5 2 1 1 1 1

1 2 1 1 2 5 3 2 1 1 1 5 5 2 21 1 10 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

2 2 2 1 1 1 4 4 1 1 1 2 5 2 5 2 1 1

2 5 5 1 5 5 4 4 5 2 3 4 5 3 4 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

95
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 21 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 4 1 1

1 3 3 2 1 1 3 2 5 2 1 2 5 2 21 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 2 21 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 5 1

1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2

2 3 2 2 2 2 4 4 3 2 1 3 5 2 21 2 1 1

1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 4 1 1 2

2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 5 3 6 1 5 1

2 3 3 1 2 2 5 5 5 3 3 5 5 3 21 13 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2

3 4 4 1 4 3 4 5 1 1 1 3 5 2 8 1 1 1

2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 3 3 2 1 12 4 1

1 4 3 2 2 2 4 4 5 2 2 3 5 2 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 3

1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 5 1 4 1 1 1

96
2 5 2 3 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 9 1 5 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 5 1 1 2

2 3 2 1 3 2 3 5 1 1 1 2 5 2 1 1 1 1

1 5 5 1 5 5 4 4 4 3 1 5 5 3 4 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 4 1 1

1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 5 1 1 1

1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

2 3 3 3 2 2 4 4 3 1 1 2 5 2 21 1 2 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 4

1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 5 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 2 2 2 1 1 3 4 1 2 1 3 3 2 5 4 2 4

1 2 3 2 1 1 2 2 5 3 4 5 5 2 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1

3 5 4 1 4 5 5 5 3 5 4 5 5 3 1 1 1 2

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 8 4 1 1

1 1 1 2 1 1 5 5 4 3 4 1 5 2 29 4 1 1

97
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 5 2

2 3 2 2 1 1 3 4 1 2 2 3 4 2 21 1 2 1

1 3 2 1 2 2 3 2 1 2 1 3 3 2 1 1 1 1

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 4 2 5 1 1 2

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1

3 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 5 3 21 4 5 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 3 2 1 3 3 3 2 1 1 1 3 5 2 1 1 1 1

2 3 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 5 2 5 2 5 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1

1 2 3 2 2 2 3 4 1 4 2 4 4 2 5 4 5 2

1 5 5 1 5 5 4 4 5 3 2 5 5 3 33 1 2 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 2 2 1 2 3 4 4 1 2 1 3 4 2 12 2 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

2 3 3 2 1 1 3 2 1 2 2 2 4 2 5 4 5 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 13 4 1 1

1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2

98
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1

3 4 3 3 3 3 5 5 1 2 1 3 5 3 2 1 2 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

3 3 3 4 1 1 4 4 1 1 1 2 5 2 21 1 1 1

2 4 3 2 2 2 2 2 1 2 1 3 5 2 1 4 2 2

1 3 3 2 1 1 3 2 1 1 1 3 4 2 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 1

1 3 3 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1

1 2 2 1 3 5 4 2 4 2 1 5 5 2 21 1 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 3 4 2 1 1 1 2

3 4 4 1 4 3 4 5 4 2 2 3 5 3 12 1 1 1

1 3 3 2 2 3 3 2 1 1 1 3 5 2 1 1 1 1

1 3 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 4 2 1 2 1 2

1 3 3 2 1 1 3 4 3 3 2 3 5 2 5 1 5 2

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 3 2 21 2 1 1

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2

99
1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 5 5 2 12 1 2 2

1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 5 2 21 1 1 4

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2

1 3 3 3 2 2 5 5 4 4 4 3 5 3 21 4 2 4

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 3 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2

1 2 2 2 2 2 2 4 1 2 1 3 3 2 21 1 2 4

2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2

1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 21 1 1 1

2 4 3 3 3 4 5 5 1 3 1 3 5 3 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 3 3 4 2 2 4 4 4 3 2 3 5 2 5 4 2 2

2 4 3 1 3 4 5 5 3 3 1 4 5 3 1 11 2 1

1 3 3 3 2 3 4 4 3 3 2 3 5 2 5 4 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 1 1

1 4 3 5 3 5 5 5 4 4 1 5 5 3 21 1 2 2

100
3 3 2 1 2 2 3 4 1 2 1 3 4 2 1 1 2 2

1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 4 5 3 21 1 2 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 17 10 2

1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 17 10 2

101
Keterangan : 4. Jelas, tidak menyatu dengan 3. 25% Hingga 50% dari dasar
dasar luka, tebal luka
A. Jenis kelamin
5. Jelas, fibrotic, Hyperkeratonic 4. > 50% hingga < 75% dari
1. Laki-laki
dasar luka
2. Perempuan
F. Goa 5. 75% hingga 100% dari dasar
1. Tidak ada luka
B. Jenis luka
2. Goa < 2cm diarea manapun
1. Kronik
3. Goa 2-4cm < 50% di pinggir I. Tipe Eksudat
2. Akut
luka 1. Tidak ada
4. Goa 2-4cm > 50% di pinggir 2. Bloody
C. Ukuran Luka
luka 3. Serosanguineous
1. <4cm
5. Goa > 4cm diarea manapun 4. Serous
2. 4 < 16 cm
5. Purulent
3. 16 < 36 cm
G. Tipe Jaringan Nekrosis
4. 38 < 80 cm
1. Tidak ada J. Jumlah Eksudat
5. > 80 cm
2. Putih atau abu-abu jaringan 1. Kering
mati dan atau slough yang 2. Moist
D. Kedalaman Luka
tidak lengket (mudah 3. Sedikit
1. Stage 1
dihilangkan) 4. Sedang
2. Stage 2
3. Slough mudah dihilangkan 5. Banyak
3. Stage 3
4. Lengket, lembut, dan ada
4. Stage 4
Black Eschar K. Warna Kulit Sekitar Luka
5. Necrotic Wound
5. Lengket, berbatas tegas, keras, 1. Pink atau normal
dan ada Black Eschar 2. Merah terang jika ditekan
E. Tepi Luka
3. Putih atau pucat
1. Samar, tidak jelas terlihat
H. Jumlah Jaringan Nekrosis hipopigmentasi
2. Batas tepi terlihat, menyatu
1. Tidak tampak 4. Merah gelap atau abu-abu
dengan dasar luka
2. < 25% dari dasar luka 5. Hitam atau Hyperpigmentasi
3. Jelas, tidak menyatu dengan
dasar luka
102
L. Jaringan Yang Edema O. Jaringan Epitelisasi S. Dressing Tersier
1. No swelling / edema 1. 100% epitelisasi 1. Natural Fibre Dressing
2. Non pitting edema <4cm 2. 75 sampai 100% epitelisasi 2. Transparant Film
disekitar luka 3. 50 sampai 75% epitelisasi 3. Haft
3. Non pitting edema >4cm 4. 25 sampai 50% epitelisasi 4. Hypafix
disekitar luka 5. <25% epitelisasi 5. Perban Elastis
4. Pitting edema <4cm disekitar
luka P. Skor T. Jenis Cleansing
5. Pitting edema >4cm disekitar 1. 1-20 1. NaCl 0,9% + Detol
luka 2. 21-40 2. Air mineral + Detol
3. 41-60 3. Rebusan daun sirih + Detol
M. Pengerasan Jaringan Tepi 4. Rebusan daun jambu biji +
1. Tidak ada Q. Dressing Primer Detol
2. Pengerasan <2cm di sebagian 1. Hydrogel
kecil sekitar luka 2. Calsium Alginate
3. Pengerasan 2-4cm menyebar 3. Hydrocellulosa
<50% ditepi luka 4. Hydrocolloid
4. Pengerasan 2-4cm menyebar 5. Foam
>50% ditepi luka 6. Anti Microbial
5. Pengerasan >4cm di seluruh 7. Transparant Film
luka 8. Topical Cream
9. Madu
N. Jaringan Granulasi
1. Kulit utuh atau stage 1 R. Dressing Sekunder
2. Terang 100% jaringan 1. Natural Fibre Dressing
granulasi 2. Non Adherent Dressing
3. Terang 50% jaringan granulasi 3. Foam
4. Granulasi 25% 4. Transparant Film
5. Tidak ada jaringan granulasi 5. Anti Microbial

103
Lampiran 3
HASIL ANALISA DATA
A. Karakteristik Responden

104
B. Karakteristik Luka
1. Karakteristik luka pada awal kunjungan

105
106
107
108
2. karakteristik luka pada akhir kunjungan

109
110
111
112
C. Karakteristik Perawatan
1. Jenis dressing pada awal kunjungan

113
3. Jenis dressing pada awal dan akhir kunjungan

114
Lampiran 4
SURAT IZIN PENELITIAN

115
Lampiran 5
SURAT REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK

116

Anda mungkin juga menyukai