PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagian
posterior
dari
sendi
temporomandibular.
Disini
saraf
Serabut
postganglionik
mencapai
auriculotemporal.11
kelenjar
melalui
saraf
(kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada
10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang
berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar
parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.11
B. Definisi
Tumor
didefinisikan
sebagai
massa
jaringan
abnormal
dengan
C. Epidemiologi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius
dan 80 % kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar
parotis, 75 % merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses
non neoplasma infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70
sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus benigna.Tumor parotis paling
banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.2
D. Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai
adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi
dikaitkan dengan tumor jinak warthin
karsinoma
E. Klasifikasi
Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC
Benign
Malignant
Lymphoepithelial lesion
Adenocarcinoma
Oncocytoma
monomorphic adenoma
Benign cysts
epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma
a.
Tumor jinak
1)
2)
papiler)
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's
tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi
ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.4
10
3)
Papiloma intraduktal
Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa.
4)
pria dengan ratio 2:1. Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan
berbentuk sferis. Dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.4
b.
1)
Mukoepidermoid karsinoma
Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi
yang rendah. Sering terjadi pada orang dewasa dan wanita > laki-laki
dekade antara 30-40 tahun. Hampir 75% pasien mempunyai gejala
pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian
11
kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini tidak berkapsul,
dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.4
2)
karsinoma
yang
paling
banyak
pada
kelenjar
12
3)
Adenokarsinoma
Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:
a)
b)
c)
13
d)
seperti
basal
sel
adenokarsinoma,
clear
cell
c.
Epitelial-mioepitelial karsinoma
14
F. Patofisiologi
a.
berasal dari diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor
asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus
striated, mixed tumor berasal darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial,
squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus
ekskretori.
b.
Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula
ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari
duktus interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous,
karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor.
sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya
skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.3
G. Manifestasi Klinik
a.
Gejala
Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan
menggerakkan salah satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya
asimtomatis (81%), nyeri didapatkan pada sebagian pasien (12%), dan
paralisis nervus fasialis (7%). Paralisis nervus facialis lebih sering
didapatkan pada pasien dengan tumor parotis maligna, tetapi paralisis
nervus facialis lebih sering berhubungan dengan Bell palsy. Adanya
15
Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun,
pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi ,
konsistensi keras, dan cepat bertambah besar.6
T4
N
Nx
N0
N1
16
N2
N2a
N2b
N2c
N3
M
M0
M1
Metastasis
kgb
3-6
cm,
soliter/multipel,
ipsilateral/kontralateral/bilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, soliter,
ipsilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
ipsilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
bilateral
Metastasis kgb 6 cm
Metastasis jauh (-)
Metastasis jauh (+)
I. Diagnosis
a.
Pemeriksaan Klinis
1)
Anamnesa
Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya
tentang :
a.)
Keluhan
17
b.)
c.)
d.)
Pengobatan
yang
telah
diberikan
serta
bagaimana
hasil
pengobatannya
e.)
2)
Pemeriksaan fisik
a.)
Status general
Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks, abdomen,
ekstremitas,vertebra, pelvis
Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang
tengkorak, dll)
18
b.)
Satus lokal
c.)
Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan
kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran
terbesar, dan mobilitasnya.10
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)
a)
Imaging
Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula
salivatorius mayor.
19
gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi lebih
mudah diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.8
USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan
vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk
kelenjar saliva dan kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan massa
yang padat dan kistik. Kerugian USG pada daerah kepala dan leher adalah
penggunaannya terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang akan
mengabsopsi gelombang suara.8
Gambar 2.10. Warthin tumor of the right parotid gland: The above sonographic
images of the right parotid gland show an obvious well defined, hypoechoic mass
within the middle third of the gland in this middle aged male. Measuring 2.7 x 1.8
cms., the mass shows mild posterior acoustic enhancement (a feature of pleomorphic
adenoma). Power Doppler image shows few vessels within the mass.
CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada
dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan
20
fibrosis
atau kalsifikasi
distropik. Kalsifikasi
21
MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang
bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya
memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun
demikian, pada lesi malignansi dengan grade rendah terkadang
mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi
benigna.Lesi malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi dengan
gambaran infiltrasi.7
22
b)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.10
c)
Pemeriksaan Patologi
FNA
Belum
merupakan
pemeriksaan
baku.Pemeriksaan
ini
harus
Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
Biopsi eksisional
23
submandibula
K. Diagnosis Banding 8
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma
24
d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma.
L. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi parotis
Sindrom Frey
M. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotis adalah multidisipliner termasuk bedah, neurologi,
radiologi diagnostik dan inventersional, onkologi dan patologi. Faktor tumor
dan pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor,
tingkat morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan
khemoterapi.
a. Tumor operable
1) Terapi utama
Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan, dapat
berupa:
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak parotis lobus
superfisialis.
25
2) Terapi tambahan
Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada tumor
ganas dengan kriteria :
a. High grade malignancy
b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.
asesorius )
d. Setiap T3,T4
e. Karsinoma residif
f. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk
memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila telah
dikerjakan alih tandur syaraf.
-
26
b. Tumor inoperabel
1) Terapi utama
Radioterapi
2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
diulang tiap
3minggu
b) Inoperabel
27
diulang tiap
3minggu
kemudian dievaluasi
- menjadi operabel RND
- tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy
2) Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy. 10
28
diulang tiap
3minggu
Parotidektomi superfisial
Potong beku
Jinak
Stop
Ganas
Stop
RND
29
N. Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology,
perluasan local dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika
sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka
prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan
radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan
dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini
masih tetap tergantung kepada histologinya.5
30
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada ini relatif jarang
terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan
leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi,
faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur
terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari
parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign
pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan, walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat,
dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan
keganasan
yang bersifat
episodik
31
aspirasi
menggunakan
jarum
halus
(Fine
Needle
Aspiration)
atau
32