Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,

kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis merupakan


kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan procesus
mastoideus dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang
ditemukan. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid,
biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi
pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 %
tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas.1
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar parotis. Dari tiap
5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur
kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya
perbedaan geografik dan suku bangsa pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan dengan penyebab yang belum diketahui. Sinar yang mengionisasi
diduga sebagai faktor etiologi.2
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya
lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya pada 10-29%
pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat

episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi akibat dari


keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pemeriksaan radiologi menggunakan CT-Scan dan MRI sangat membantu
menegakkan diagnosis. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan
radioterapi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50% bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Parotis


Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva yang berpasangan, berjumlah
dua.Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Masing-masing
beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara
hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustikus eksternus
diantara mandibula dan muskulus sternokleidomastoideus. Kelenjar parotis
memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensens
duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2, lokasi biasanya ditandai
oleh papilla kecil.11,12

Gambar 2.1. Kelenjar Saliva Tampak Lateral

Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50%


berbentuk segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya
kelenjar parotis berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaanpermukaannya sebagai berikut: permukaan superior yang kecil, superficial,
anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior
berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus akustikus eksternus
dan

bagian

posterior

dari

sendi

temporomandibular.

Disini

saraf

auriculotemporal mempersarafi kelenjar parotis. Permukaan superfisialnya


ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang mengandung cabang fasial dari
saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari
platisma.11

Gambar 2.2. Kelenjar parotis Tampak lateral

Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus


mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter.Bagian
posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi
anterior muskulus sternokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan
lobus medial meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus
dan ligamentum stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung
karotis. Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian
medial pterygoideus. Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan
lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia leher dalam
membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur
penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri
karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis
dari nervus trigerninus dan nervus fasialis.11

Gambar 2.3. Vaskularisasi Kelenjar Parotis

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan


cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena
jugularis eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis.11
Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu
sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian
besar ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang
berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar
parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.11

Gambar 2.4. Kelenjar Parotis dan Nervus Facialis

Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada


cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion
otikus

Serabut

postganglionik

mencapai

auriculotemporal.11

kelenjar

melalui

saraf

Nervus kranialisVII yang berfungsi motorik untuk wajah, masuk ke


kelenjar parotis dan membaginya menjadi 2 zona surgical (lobus superfisialis
dan profunda). Nervus ini keluar dari skull base melalui foramen
stylomastoid. Trunkus kemedian bercabang dua yakni cabang temporofasialis
(atas, bercabang dua: temporal dan zigomaticus) dan cervicofasialis (bawah,
bercabang tiga: bucal, marginal mandibular, dan cervical).11
Nervus fasialis ini dalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu:
1. Cabang temporal ke otot frontalis
2. Cabang zigoma ke otot orbicularis oculi
3. Cabang bucal ke otot wajah dan bibir atas
4. Cabang mandibular ke otot bibir bawah dagu
5. Cabang cervical ke otot plastisma
Nervus auticulotemporal yang merupakan cabang dari n.
trigeminus bagian mandibularis, berjalan pararel dengan arteri dan vena
temporalis superfisialis. Nervus ini membawa serabut parasimpatik ke parotis
jika cedera akan mengakibatkan terjadinya sindrom Freys. nervus
auriculotemporalis ini juga berperan dalam penyebaran tumor parotis ganas
ke basis crania dan intracranial melalui perineuralsheat-nya, terutama untuk
jenis adenoid kistik karsinoma (cylindroma).11
Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna
dan cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena
jugularis eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. Nodul
kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis

(kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada
10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang
berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar
parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.11

B. Definisi
Tumor

didefinisikan

sebagai

massa

jaringan

abnormal

dengan

pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan


normal dan tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan
perubahan tersebut berhenti. Tuor parotis adalah tumor yang meyeang kelenjar
saliva.4

C. Epidemiologi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius
dan 80 % kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar
parotis, 75 % merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses
non neoplasma infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70
sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus benigna.Tumor parotis paling
banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.2

D. Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai
adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi
dikaitkan dengan tumor jinak warthin

dan tumor ganas

karsinoma

mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor


pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur. Kelainan genetik, misalnya
monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar
liur.6

E. Klasifikasi
Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC
Benign

Malignant

plemorphic adenoma ( mixed benign mucoepidermoid carcinoma


tumor)
Warthins tumor

adenoid cystic carcinoma

Lymphoepithelial lesion

Adenocarcinoma

Oncocytoma

acinic cell carcinoma

monomorphic adenoma

Malignant mixed tumor

Benign cysts

epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma

a.

Tumor jinak

1)

Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):


Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi

pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel


epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang
beraneka ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau
seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi
bedah dari kelenjar yang terkena.4

Gambar 2.5. Pleomorfik adenoma

2)

Warthin's tumor (kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik

papiler)
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's
tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi
ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.4
10

Gambar 2.6. Bentuk Whartins tumor (kanan). Gambaran histologi Whartins


tumor dari kelenjar parotis (kiri).

3)

Papiloma intraduktal
Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa.

Gambaran mikroskopiknya tampak dilatasi kistik duktus parsial dengan epitel


kuboid. Sangat jarang terjadi pada kelenjar minor.4

4)

Oxyphil adenoma (oncosistoma)


Sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria dengan ratio 2:1. Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan
berbentuk sferis. Dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.4

b.

Tumor Ganas Kelenjar Liur

1)

Mukoepidermoid karsinoma
Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi
yang rendah. Sering terjadi pada orang dewasa dan wanita > laki-laki
dekade antara 30-40 tahun. Hampir 75% pasien mempunyai gejala
pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian

11

kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini tidak berkapsul,
dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.4

Gambar 2.7. Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

2)

Kista Adenoma karsinoma


Merupakan

karsinoma

yang

paling

banyak

pada

kelenjar

minor.Pertumbuhannya lambat dan kebanyakan memiliki gradasi yang


rendah. Dapat berulang setelah dilakukan pembedahan, kadang-kadang
beberapa bulan setelah operasi. Umumnya melibatkan penderita antara
usia 40 dan 60 tahun.4

Gambar 2.8. Gambaran klinis karsinoma adenokistik

12

3)

Adenokarsinoma
Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:
a)

Karsinoma sel asinik


Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya
lambat. Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang
membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm.4

Gambar 2.9. Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan).


Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini kelenjar saliva (kiri).

b)

Adenokarsinoma polimorfik grade rendah


Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c)

Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:


Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup
untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan
untuk dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar parotis dan kelenjar
minor.4

13

d)

Adenokarsinoma yang jarang:


Contohnya

seperti

basal

sel

adenokarsinoma,

clear

cell

adenokarsinoma, kista adenokarsinoma, sebaceus adenokarsinoma,


musinous adenokarsinoma.4

c.

Mixed tumor maligna


Terdiri atas 3 tipe yaitu, karsinoma ex pleomorfik adenoma,
karsinosarkoma dan mixed tumor metastasis. Kasrinoma ex pleomorfik
adenoma merupakan tipe yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik
adenoma merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor jinak
(pleomorfik adenoma). Kebanyakan terjadi pada kelenjar liur mayor.4

d. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang

Squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat


berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area
yang sama.

Epitelial-mioepitelial karsinoma

Anaplastik small sel karsinoma

Karsinoma yang tidak berdiferensiasi

Limfoma non hodgkin .4

14

F. Patofisiologi
a.

Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur

berasal dari diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor
asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus
striated, mixed tumor berasal darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial,
squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus
ekskretori.
b.

Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula

ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari
duktus interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous,
karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor.
sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya
skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.3

G. Manifestasi Klinik
a.

Gejala
Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan
menggerakkan salah satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya
asimtomatis (81%), nyeri didapatkan pada sebagian pasien (12%), dan
paralisis nervus fasialis (7%). Paralisis nervus facialis lebih sering
didapatkan pada pasien dengan tumor parotis maligna, tetapi paralisis
nervus facialis lebih sering berhubungan dengan Bell palsy. Adanya

15

bengkak biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap


rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan.5
b.

Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun,
pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi ,
konsistensi keras, dan cepat bertambah besar.6

H. Staging tumor Parotis


Union Internationale Contre le Cancer (UICC) tahun 1997 dan American
Joint Commitee (AJCC) tahun 2002, membagi stadium dari tumor ganas kelenjar
parotis berdasarkan ukuran tumor (T), pembesaran kelenjar getah bening regional
(N), dan ada atau tidaknya metastasis (M).

Klasifikasi TNM tumor ganas parotis.14


T
T0
T1
T2
T3

T4

N
Nx
N0
N1

Tidak ada tumor primer


Ukuran tumor 2 cm, penyebaran
ekstra parenkim (-)
Ukuran tumor 2-4 cm, penyebaran
ekstraparenkim (-)
Ukuran tumor 4-6 cm, atau ada
penyebaran ekstraparenkim tanpa
adanya keterlibatan NVII
Ukuran tumor 6 cm, atau ada
keterlibatan NVII, atau ada
infiltrasi intracranial
Metastasis kgb belum dapat
ditentukan
Metastasis kgb (-)
Metastasis kgb <3 cm, ipsilateral,
soliter

16

N2

N2a
N2b
N2c
N3
M
M0
M1

Metastasis
kgb
3-6
cm,
soliter/multipel,
ipsilateral/kontralateral/bilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, soliter,
ipsilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
ipsilateral
Metastasis kgb 3-6 cm, multipel,
bilateral
Metastasis kgb 6 cm
Metastasis jauh (-)
Metastasis jauh (+)

Stadium tumor ganas parotis.14


Stadium
I
T1-2 N0 M0
II
T3 N0 M0
III
T1-2 N1 M0
IV
T4 N0 M0
T3-4 N1 M0
Tany N2-3 M0
Tany Nany M1

I. Diagnosis
a.

Pemeriksaan Klinis

1)

Anamnesa
Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya
tentang :
a.)

Keluhan

Pada umumnya hanya berupa benjolan

soliter, tidak nyeri, di

pre/infra/retro aurikula (tumor parotis), atau di submandibula (tumor


sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur minor)

17

Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau


submandibula)

Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus


parotis terlibat)

Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus


simpatikus (pada karsinoma parotis lanjut)

Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b.)

Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

c.)

Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

d.)

Pengobatan

yang

telah

diberikan

serta

bagaimana

hasil

pengobatannya
e.)

2)

Berapa lama kelambatan.7, 10

Pemeriksaan fisik
a.)

Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

Penampilan (Karnofski / WHO)

Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks, abdomen,
ekstremitas,vertebra, pelvis

Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang
tengkorak, dll)

18

b.)

Satus lokal

Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi,


permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar)

Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII

c.)

Status regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan
kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran
terbesar, dan mobilitasnya.10

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)
a)

Imaging

Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula
salivatorius mayor.

Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya

radioopaque ada sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto


madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor melekat tulang. Sialografi,
dibuat bila ada diagnosa banding kista parotis / submandibula. Foto toraks
terkadang dilakukan untuk mencari metastase jauh. Meskipun foto polos
dapat diperoleh secara cepat dan relatif murah, namun memiliki
keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat mengidentifikasi kalsifikasi

19

gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi lebih
mudah diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.8

USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan
vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk
kelenjar saliva dan kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan massa
yang padat dan kistik. Kerugian USG pada daerah kepala dan leher adalah
penggunaannya terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang akan
mengabsopsi gelombang suara.8

Gambar 2.10. Warthin tumor of the right parotid gland: The above sonographic
images of the right parotid gland show an obvious well defined, hypoechoic mass
within the middle third of the gland in this middle aged male. Measuring 2.7 x 1.8
cms., the mass shows mild posterior acoustic enhancement (a feature of pleomorphic
adenoma). Power Doppler image shows few vessels within the mass.

CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada
dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan

20

yang lebih tinggi dibanding glandular tisssue. Tumor mempunyai


intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate brightness. Foci
dengan intensitas signal rendah (area gelap/radiolusen) biasanya
menunjukkan area

fibrosis

atau kalsifikasi

distropik. Kalsifikasi

ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma parotid


sebagai tanda diagnosa.7
Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk membantu
menegakkan diagnosa pada penderita tumor parotid. Dengan CTI, deteksi
tumor 77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang aksial dengan CE CT.
Pemeriksaan Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk
mengetahui lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi,
aspek lesi, kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya, gambaran
intensitas dari lesi, keberhasilan pemakaian medium kontras, aspek lesi
setelah injeksi medium kontras, deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang
yang terjadi di sekitar lesi tersebut.8
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.
Pinggir lesi dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya
jelas. Batas lesi dapat diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus. Aspek
lesi dapat diklasifikasikan menjadi homogen atau tidak homogen. Kontras
antara lesi dengan jaringan sekitarnya dapat diklasifikasikan menjadi
tinggi atau rendah. Gambaran intensitas dari lesi dengan otot disebelah lesi
diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi, intrermediet, rendah,
atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi terhadap injeksi medium

21

kontras diklasifikasikan menjadi homogen, tidak homogen dan perifer.


Deteksi kapsulnya dan resorpsi tulang diklasifikasikan menjadi positif atau
negatif.8

MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang
bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya
memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun
demikian, pada lesi malignansi dengan grade rendah terkadang
mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi
benigna.Lesi malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi dengan
gambaran infiltrasi.7

Gambar 2.11. Karsinoma ex pleomorphic


adenoma

22

PET (Positron Emission Tomography)


Alat ini menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai fluorine18
atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker
dengan cepat dan dalam stadium dini.Caranya, pasien disuntik dengan
glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh.
Cairan glukosa ii akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan
respon terhadap sel-sel yang terkena kanker.8

b)

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.10

c)

Pemeriksaan Patologi

FNA
Belum

merupakan

pemeriksaan

baku.Pemeriksaan

ini

harus

ditunjang oleh ahli sitopatologi handal yang khusus menekuni


pemeriksaan kelenjar liur.

Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.

Biopsi eksisional

Pada tumor parotis yang


superfisial

23

operabel dilakukan parotidektomi

Pada tumor submandibula

yang operabel dilakukan eksisi

submandibula

Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel


dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas tumor).

Pemeriksaan potong beku


Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional.

Pemeriksaan spesimen operasi. 4

K. Diagnosis Banding 8
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma

24

d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma.

L. Komplikasi
Komplikasi pasca operasi parotis

Sindrom Frey

Kelumpuhan saraf fasialis.

Fistula kelenjar liur. 9

M. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotis adalah multidisipliner termasuk bedah, neurologi,
radiologi diagnostik dan inventersional, onkologi dan patologi. Faktor tumor
dan pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor,
tingkat morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan
khemoterapi.
a. Tumor operable
1) Terapi utama
Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan, dapat
berupa:
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak parotis lobus
superfisialis.

25

b. Parotidektomi total, dilakukan pada :


i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n.VII
ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada tumor ganas parotis yang
sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan bila terdapat metastase kelenjar
getah bening leher yang masih operabel.9

2) Terapi tambahan
Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada tumor
ganas dengan kriteria :
a. High grade malignancy
b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.
asesorius )
d. Setiap T3,T4
e. Karsinoma residif
f. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk
memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila telah
dikerjakan alih tandur syaraf.
-

Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi


sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.

26

Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high


grade malignancy. 13

b. Tumor inoperabel
1) Terapi utama
Radioterapi

: 65 70 Gy dalam 7-8 minggu

2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1

sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

diulang tiap
3minggu

b) Untuk jenis karsinoma sel sqamous (squamous cell carcinoma,


mucoepidermoid carcinoma)

methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7

sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. 9

c. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)


1) Terapi utama
a) Operabel

: deseksi leher radikal (RND)

b) Inoperabel

: radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif,

27

diulang tiap
3minggu

kemudian dievaluasi
- menjadi operabel RND
- tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy
2) Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy. 10

d. Metastase Jauh (M)


Terapi paliatif : khemoterapi
1) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1

sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

2) Untuk jenis karsinoma sel squamous (squamous cell carcinoma,


mucoepidermoid carcinoma)

methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7

sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. 13

28

diulang tiap
3minggu

Tumor parotis (N negatif)

Parotidektomi superfisial

Potong beku

Jinak

Stop

Ganas

Parotidektomi total + sampling


k.g.b subdigastrikus
Potong beku

Meta k.g.b (-)

Stop

Meta k.g.b (+)

RND

Gambar 2.12. Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N)


Secara Klinis Negatif. 13

29

N. Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology,
perluasan local dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika
sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka
prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan
radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan
dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini
masih tetap tergantung kepada histologinya.5

30

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada ini relatif jarang
terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan
leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi,
faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur
terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari
parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign
pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan, walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat,
dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan
keganasan

pada kelenjar parotisnya.Rasa nyeri

yang bersifat

episodik

mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari


keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan

31

aspirasi

menggunakan

jarum

halus

(Fine

Needle

Aspiration)

atau

biopsi.Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor


ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan
sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.
Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya. Terapi tambahan
berupa radiasi pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan
mempertimbangkan resiko-resiko yang harus dihadapi nantinya. Untuk tumor
maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan
sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Untuk prognosis
sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari 1%
kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul residif
lokal.

32

Anda mungkin juga menyukai