Anda di halaman 1dari 10

POLDA KALIMANTAN SELATAN

POLDA KALSEL

Portal

Profil

Visi dan Misi Polda Kalsel

Sejarah Polda Kalsel

Lambang Polda Kalsel

Struktur Organisasi

Pahlawan Bhayangkari Mathilda Batlayeri

Monumen Bhayangkari Mathilda Batlayeri

Mars dan Hymne

Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing

Kontak Kami

Satker & Satwil

Satker Polda Kalsel

Satwil Polres/ta

Polresta Banjarmasin

Polres Banjarbaru

Polres Banjar

Polres Tapin

Polres Hulu Sungai Selatan

Polres Hulu Sungai Tengah

Polres Hulu Sungai Utara

Polres Tabalong

Polres Balangan
Polres Kotabaru

Polres Tanah Bumbu

Polres Tanah Laut

Polres Barito Kuala

TRIBRATA DAN CATUR PRASETYA

Berikut pemahaman tentang Tri Brata sebagai Pedoman Hidup Polri :

1. Pengertian Tri Brata, Tri Brata berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti; tri = tiga, dan brata= kaul
(nadar). Kaul atau nadar adalah pernyataan seseorang/kelompok atas dasar kemurnian/keikhlasan hati
sanubarinya, (jadi tidak dipakai oleh pihak manapun juga). Jadi Tri Brata berarti tiga kaul (tiga nadar)
yang telah diikrarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk selanjutnya diamankan dan
diamalkan oleh setiap anggotanya secara sungguh-sungguh.

2. Sejarah singkat Tri Brata, Tri Brata pada awalnya berlaku hanya untuk mahasiswa PTIK, namun dalam
perkembangan sejarah Polri selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1955 pada Upacara Hari Bhayangkara IX di
lapangan Banteng Jakarta Tri Brata diikrarkan oleh kepala kepolosian Negara (KKN) Jenderal Polisi R.
SAID SOEKANTO TJOKRO DIATMODJO dan resmi menjadi pedoman hidup Polri. Sebelumnya Tri Brata
merupakan kaul dari Doktoral PTIK yang pertama kali diucapkan oleh perwakilan doktoral PTIK Angkatan
II, yaitu Komisaris Polisi Drs. Soeparno Soeriya Atmadja (Mayjen Polisi Purn) pada tanggal 8 Mei 1954.

Konsep Tri Brata disusun oleh Prof. Joko Soetono, SH., guru besar PTIK, dimaksudkan untuk kaul para
doktoral PTIK, namun diangkat menjadi pedoman hidup Polri. Sebagai pedoman hidup Tri Brata diisi azas
yang perlu penjabarannya lebih konkrit lagi untuk menjadi pedoman pelaksanaan tugas Polri. Oleh
karena itu dalam rapat Kepala Polisi Komisariat seluruh Indonesia, pada 5 – 7 Mei 1958 diterbitkan 15
butir pedoman penjabarannya.

Adapun isi Tri Brata adalah sebagai berikut:

Polisi ialah:
1) Rastra Sewakottama (abdi utama daripada nusa dan bangsa);

2) Nagara Janottama (warga negara tauladan daripada negara);

3) Jana Anusasana Dharma (wajib menjaga ketertiban pribadi daripada rakyat)

Sebagai pedoman diharapkan bahwa makna yang terkandung di dalamnya dapat langsung dilaksanakan
oleh segenap anggota Polri, namun salah satu kendala yang dihadapi justru pada pemahaman bahasa
serta rumusan Tri Brata yang syarat dengan filsafat. Kemampuan anggota Pori terutama pada tingkat
bawah untuk mencerna nilai-nilai yang sifatnya filsafat ternyata sulit dan oleh karenanya diperlukan
rumusan dalam Bahasa Indonesia yang lebih sederhana dan mudah dimengerti.

Pemaknaan Baru Tri Brata

1) Dasar

a) Undang-undang no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (pasal 34)

b) Surat keputusan Kapolri No.Pol : Skep/17/VI/2002, tanggal 24 Juni 2002, tentang pengesahan
Pemaknaan baru Tri Brata

c) Surat Perintah kapolri No.Pol.: sprin/829/IV/2002, tentang Sosialisasi pemaknaan baru Tri Brata

2) Sebagaimana kita ketahui bahwa isltilah “Tribrata” pada Tri Brata lama merupakan dua kata
yang ditulis secara terpisah dan diambil dari bahasa Sansekerta, Tri yang berarti tiga dan brata atau
wrata yang jalan atau kaul.

Dalam rumusan Tribrata yang baru:


a) “Tribrata” ditulis sebagai satu kata yang tidak terpisah

b) Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia, kata “Tribrata” telah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi satu kata, yang artinya Tiga Azas kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
dilambangkan dengan bintang.

3) Adapun bunyi dari pemaknaan “Tribrata” yang baru adalah sebagai berikut: “TRIBRATA” KAMI
POLISI INDONESIA

SATU : BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH KETAQWAAN TERHADAP TUHAN YANG
MAHA ESA

DUA : MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN


HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-
UNDANG DASAR 1945

TIGA : SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANI MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN


UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

4) Rumusan Tribrata baru seluruhnya telah menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula hakekat
makna yang menggambarkan dimensi hubungan Polri yang semula hanya tiga, kini diatambah dimensi
hubungan dengan Tuhan sehingga menjadi empat, yaitu :

a) Dimensi hubungan dengan Tuhan

b) Dimensi hubungan dengan Nusa dan Bangsa

c) Dimensi hubungan dengan Negara


d) Dimensi hubungan dengan masyarakat

Pemaknaan Tribrata

“KAMI POLISI INDONESIA”, Mengandung makna:

(1) Menunjuk kepada Polisi sebagai lembaga maupun sebagai individu anggota Polri

(2) Merupakan pernyataan ikatan jiwa korps yang kuat antar sesama anggota Polri

(3) Merupakan pernyataan netralitas Polri baik institusi maupun pribadi, sepanjang hanyat

(4) Menegaskan sikap politik Polri, bahwa ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia “bubar” polisi
tetap utuh di bawah Panji Tribrata, membela Indonesia seperti dimaksud para pemuda pada tahun
1928

(5) Menegaskan bahwa Polisi telah berperan sebagai pejuang kemerdekaan bersama rakyat, dan
pada awal berdirinya Repulik Indonesia sebagai satu-satunya pasukan bersenjata pada saat itu
memproklamirkan diri sebagai Polisi Indonesia

BRATA pertama: “KAMI POLISI INDONESIA BERBHAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH
KETAQWAAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA”, mengandung makna:

(1) Pernyataan setiap individu Polri sebagai insan hamba Tuhan

(2) Pernyataan Nasionalisme, kebangsan, sepanjang hanyat ke-Indonesiaan

(3) Mengadung nilai-nilai kerokhanan yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, sebagi perekat
bangsa yang harus dibela dan dipertahankan
(4) Nusa dan Bangsa adalah Indonesia yang dinyatakan Politis pada tanggal 28 Oktober 1928

(5) Polisi bukan alat politik/ alat kekuasaan

c) BRATA kedua: “KAMI POLISI INDONESIA MENUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN DALAM
MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA
DAN UNDANG-UNDANG DASAR 10945”, mengandung makna:

(1) Pernyataan setiap individu Polri sebagai aparat negara yang bertugas menegakkan hukum

(2) Negara adalah negara yang berdasarkkan hukum (rechtstaat) bukan kekuasaan (machtstaat)

(3) Merupakan kesanggupan anggota Polri untuk menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan hak
azasi manusia yang merupakan ciri-ciri masyarakat madani

(4) Kesanggupan Polri mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada rakyat/ masyarakat
sebagai wujud akuntabilitas publik.

(5) Merupakan pernyataan sikap politik Polri yang secara tegas menyatakan bahwa Republik
Indonesia yang diberla Polri adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila
dan UUD 1945

e) BRATA ketiga: “KAMI POLRI INDONESIA SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANII
MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN ”,
mengadung makna:

(1) Pernyataan setiap anggota Polri untuk menlindungi dan mengayomi masyarakat dengan ikhlas
tanpa paksaan dari luar dirinya
(2) Menggambarkan tugas Polri secara Universal yaitu melindungi dan melayani masyarakat (to
protect and to service).

(3) Masyarakat menjadi centrum/ pusat pengabdian Polri

(4) Polri menempatkan diri sejajar dengan masyarakat yang dilayaninya.

Implementasi nilai-nilai Tribrata

(1) Guna memudahkan implementasi nilai-nilai dasar dan pedoman moral dalam Tribrata bagi setiap
anggota Polri, berikut ini diberikan contoh tata laku yang terkandung penelitian pada masing-masing
Brata:7 1.1 BRATA BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA, merupakan dorogan hati nurani yang
berasal dari kesadarannya sendiri untuk memberikan pengabdian tertinggi dalam upaya melindungi
seluruh tumpah darah Indonesia dari sabang samapai merauke dengan kesiapan kerelaan
mengorbankan jiwa dan raga KETAQWAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA, merupakan
pernyataan kesadaran sebagai insane hamba Tuhan yang wajib melaksanakan syariat agama masing-
masing dalam kehidupan sehari-hari dan dilingkungan tugasnya

BRATA II MENJUJUNG TINGGI KEBENARAN DALAM MENGAKKAN HUKUM, dengan tetap berbijak pada
fakta yang ada, serta proses penyelidikan yang profesioanl berdasarkan ketentuan
perundangundangan yang ada. MENJUNJUNG TINGGI KEADILAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM,
dengan tidak membedakan perlukan bagi pencari keadilan sehingga tercapai jaminan kepastian
hukum MENJUNJUNG TINGGI KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM, dengan tetap
memperhatikan hak azasi seseorang secara langsung/ tidak langsung dalam proses menegakkan
hukum BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945, merupakan indentitas bangsa berdaulat dan
bernegara, dan bukan bangsa Indonesia yang indentitas lain atau akan diubah dengan indetitas lain
yang bukan berdasarkan pancasila dan UUD 1945

BRATA III

Sebagai PELINDUNG, meberikan bantuan kepada warga masyarakat yang merasa terancam dari
gangguan fisik atau psikis tanpa perbedaan perlakuan.
Sebagai PENGAYOM, dalam setiap kiprahnya mengutaakan tindakan yang bersifat persuasive edukatif

Sebagai PELAYAN, melayani masyarakat, dengan kemudahan, cepat, simpatik, ramah dan sopan
serta tanpa pembedaan biaya yang tidak semestinya

Catur Prasetya (pedoman kerja)

Kandungan makna

“MENIADAKAN SEGALA BENTUK GANGGUAN KEAMANAN” “Setiap Insan Bhayangkara” terpanggil


untuk:

a) Menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia

b) Bersama-sama dengan masyarakat meningkatkan daya cegah dan daya penanggulangan gangguan
kamtibmas

c) Senantiasa berperan secara aktif dalam menanggulangi setiap permasalah yang timbul dalam
kehidupan masyarakat dan

d) Membangun kemitraan dengan mengemban fungsi keamanan lainya dalam rangka menjaga dan
memelihara kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia

“MENJAGA KESELAMATAN JIWA RAGA, HARTA BENDA DAN HAK AZASI MANUSIA” Bermakna : “Setiap
Iinsan Bhayangkara” terpanggil untuk:

a) Melindungi masyarakat dari setiap gangguan dan ancamanb) Menjamin kelancaran aktivitas
masyarakat sehari-hari
c) Memberikan pengayoman, perlindungan dan pelayanan secara optimal kepada masyarakat dan

d) Menghormati dan menjujung tinggi hak-hak masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan

“MENJAMIN KEPASTIAN BERDASARKAN HUKUM” Bermakna : “Setiap Iinsan Bhayangkara” terpanggil


untuk:

a) Menjunjung tinggi dan menjamin tegaknya supermasi hukum

b) Memberikan kedaulatan kepada masyarakat dalam mematuhi dan mentaati hukum

c) Memahami dan menghormati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dan menjunjung tinggi
dalam kehidupan masyarakat dan

d) Melaksanakan asas-asas pertanganggungjawaban publik (keterbukaan, serta menghormati hak asasi


manusia ) persamaan di hadapan hukum bagi setiap warga masyarakat

“MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI” Bermakna : “Setiap Insan Bhayangkara” terpanggil
untuk:

a) Meniadakan segala bentuk kehawatiran, keresahan, ketakutan dan ketidaknyamanan dalam


kehidupan masyarakat

b) Berkerja sama dengan masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan masing-masing dari segala
bentuk gangguan

c) Membangun kerja sama dengan mitra kamtibmas dalam rangka menciptakan persaan tentram dan
damai

d) Berperan sebagai pemelihara kedamaian dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
POLDA KALIMANTAN SELATAN

Copyright ©2017 - 2021 - Polda Kalimantan Selatan. | Tema Bard dibuat oleh WP Royal.

KEMBALI KE ATAS

Anda mungkin juga menyukai

  • Baru 2
    Baru 2
    Dokumen6 halaman
    Baru 2
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat
  • Up 4
    Up 4
    Dokumen4 halaman
    Up 4
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat
  • Upload 2
    Upload 2
    Dokumen21 halaman
    Upload 2
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Hemofilia
    Asuhan Keperawatan Hemofilia
    Dokumen28 halaman
    Asuhan Keperawatan Hemofilia
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat
  • 195 876 1 PB
    195 876 1 PB
    Dokumen7 halaman
    195 876 1 PB
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat
  • Septi Triani Nim. A11300939
    Septi Triani Nim. A11300939
    Dokumen70 halaman
    Septi Triani Nim. A11300939
    gilang eko bayu sadewo
    Belum ada peringkat