Anda di halaman 1dari 188

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMINOREA PRIMER


DALAM UPAYA PENANGAN DISMINORE PADA SISWI MAN
1 KOTA CIREBON TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :

FATIMAH

170711048

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2021
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMINOREA PRIMER
DALAM UPAYA PENANGAN DISMINORE PADA SISWI MAN
1 KOTA CIREBON TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon

Oleh :
FATIMAH
170711048

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
20

i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMINOREA PRIMER
DALAM UPAYA PENANGAN DISMINORE PADA SISWI MAN 1
KOTA CIREBON TAHUN 2021

Oleh:
FATIMAH
NIM. 170711048

Telah dipertahankan dihadapan penguji skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Pada Bulan September 2021

Pembimbing 1 Pembimbing II

(Liliek Pratiwi , S Kep.M.KM) (Ito Wardin, M.Kep.Ners)

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Uus Husni Mahmud, S.Kp. M.,Si

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan Remaja Tentang Disminorea
Primer Dengan Upaya Penanganan Disminorea
Pada Siswa Man 1 Kota Cirebon Tahun 2021
Nama Mahasiswa : Fatimah
NIM : 170711048

Menyetujui,

Penguji 1: Liliek Pratiwi , S Kep.M.K

Penguji 2: Ito Wardin, M.Kep.Ners

Penguji 3: Leya Indah Permatasari,M.Kep.,Ners

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : FATIMAH

NIM : 170711048

JUDUL : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMINORE

PRIMER DALAM UPAYA PENANGANAN

DISMINORE

Dengan ini saya menyatakan bzhwa skripsi yang saya buat beserta seluruh isiny

adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan ppenjiplakan pengutipan

dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanki bila ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya say. Demikian surat pernyataan

saya buat dengan sebenar-benarnya.

Cirebon, September 2021

Yang membuat pernyataan

FATIMAH

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah :5)

“Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan. Usaha sering lebih penting

daripada hasilnya”.

(Arthur Ashe)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan selesainya penelitian ini, penulis persembahkan karya ini dan

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penulis

masih diberi kesehatan dan kesempatan mendapatkan ilmu yang bermanfaat

untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Bari dan ibunda Darsih (Alm) atas

ketulusan dari hati dan doa yang tak pernah terputus

3. Kakak ku tersayang Juana dan Heryantodan adikku yang sudah mendukung dari

awal kuliah sampai akhirnya bisa menyelesaikan skipsi ini.

4. Sahabat dan teman-teman saya yang sudah saling mendukung dan mensupport

selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi.

v
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

petunjuk dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulisan proposal penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang

Disminorea Primer Dalam Upaya Penangan Disminorea Pada Siswi Man 1 Kota

Cirebon Tahun 2021” ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah

limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan

jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam dan menjadi anugerah bagi seluruh alam

semesta.

Penulis bersyukur telah menyelesaikan proposal penelitian. Penulis menyadari

bahwa keberhasilan penulisan proposal penelitian ini tidak terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan orang-orang disekitar penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Arif Nurudin, MT selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon.

2. Uus Husni Mahmud., Ners selaku Dekan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.

3. Ns Asep Novi Taufik Firdaus, M.Kep selaku Kaprodi Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.

vi
4. Liliek Pratiwi, S Kep.M.KM selaku dosen pembimbing utama skripsi yang telah

berkenan meluangkan waktu, memberikan bimbingan masukan, arahan, dan

motivasi kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan

baik dan selesai dengan tepat waktu.

5. Ito Wardin, M.Kep.Ners selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah

berkenaan meluangkan waktu, memberikan bimbungan, masukan, arahan dan

motivasi kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan

baik dan dapat selesai dengan tepat waktu.

6. Seluruh dosen program studi ilmu keperawatan fakultas ilmu kesehatan

universitas muhammadiyah Cirebon yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan kepada penulis selama ini

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Bari dan ibunda Darsih (Alm) atas ketulusan

dari hati dan doa yang tak pernah terputus

8. Kakak ku tersayang Juana dan Heryanto yang sudah mendukung dari awal kuliah

sampai akhirnya bisa menyelesaikan skipsi ini.

9. Adikku tersayang NurAmanah dan Junilika yang sudah menjadi penghibur setiap

saat, dan menjadi pemicu semangat mengerjakan skripsi.

10. Seluruh keluarga besar penulis yang selama ini telah membimbing, memberi

dukungan dan mendoakan yang terbaik bagi penulis.

11. Sahabatku “ABCD” Silfa ramadani, Restu Idepangesti, dan Rifqoh Almazida

yang selalu memberikan masukan dan dukungan sehingga skripsi ini dapat

vii
terselesaikan dengan tepat waktu.

12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu keperawatan angkatan 2017,

terimakasih telah menghiasi perjalanan penulis selama studi di Program Studi

ilmu keperawatan FIKes UMC.

Mengingat bahwa prosal penelitian ini merupakan pengalaman belajar, penulis sadar

bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dalam menyempurnakan proposal

penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua dan memberikan ilmu yang

bermanfaat. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cirebon, Oktober 2021

Fatimah

viii
ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA


TENTANG DISMINORE PRIMER DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE
PADA SISWI MAN 1 KOTA CIREBON
Fatimah1, Liliek Pratiwi2, Ito Wardin²

Latar Belakang: Mayoritas usia produktif di Indonesia mengalami disminorea atau nyeri haid
saat menstruasi. Prevalensi di Indonesia sendiri angka kejadian disminorea sebesar 54,89%
mayoritas usia produktif, di jawa barat sendiri angka kejadian disminore senbedar 54,9%.
Saat terjadi menstuasi biasanya dapat mengganggu aktivitas remaja. Di Indonesia angka
kejadian disminore sebesar 107.673 jiwa (62,425%) yang terdiri 59.671 jiwa (54,89%)
mengalami disminorea primer. Banyak remaja yang mengalami disminorea namun kurang
pemahaman mengenai disminorea dan cara penanganan yang benar, sehingga muncul
berbagai masalah seperti ketidak nyamanan, stress dan cemas. Pengetahuan tentang
disminore sangat diperlukan untuk upaya mengatasi disminore, sehingga diperlukan
pemberian Pendidikan kesehatan mengenai disminore, pedidikan kesehatan dapat menambah
pengetahuan tentang disminore sehingga dapat merubah sikap dalam menangani disminore
dengan tepat dan baik.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja
tentang disminore primer dalam upaya penanganan disminore pada Siswi MAN 1 Kota
Cirebon.
Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimen One Sampel
pretest-Postest. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebesar 30 responden
dengan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis Paired t-test.
Hasil: Ada perbedaan tingkat pengetahuan pretest postest dengan nilai p-value 0,000 (<0,05).
Kesimpulan: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang
disminore primer dalam upaya penanganan disminore pada siswi MAN 1 Kota Cirebon.

Kata Kunci: Disminore, Pendidikan kesehatan, Pengetahuan

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyyah Cirebon
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Universitas
Muhammadiyyah Cirebon

ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION ON ADOLESCENT KNOWLEDGE ABOUT
PRIMARY DYSMINORE IN EFFORTS TO HANDLE DYSMINORE IN STUDENTS MAN 1
CIREBON CITY
Fatimah¹,Liliek Pratiwi²,Ito Wardin²
Background: The majority of productive age in  Indonesia  experience dysminorea or
menstrual pain during menstruation. Prevalence in Indonesia  itself the  incidence of
dysminorea is 54.89% the majority of productive age,  in West Java itself the incidence rate
of dysminore is 54.9%. When menstuasi occurs it can usually interfere with adolescent
activity. In Indonesia, the incidence of dysminore was 107,673 people (62,425%) consisting
of 59,671 people (54.89%) experiencing primary dysminorea. Many adolescent experience
dysminorea but lack understanding of dysminorea and the right way of handling, so various
problems such as discomfort, stress and anxiety arise. Knowledge of dysminore is needed for
efforts to overcome dysminore, so that health education is needed about dysminore, the
importance of health education can increase knowledge about disminore.so that it can
change attitudes in handling dysminore appropriately and well. 
Objective: To find out the influence of health education on adolescent knowledge about
primary dysminore in efforts to handle dysminore in MAN 1 Students of Cirebon City.
Method: This study design uses the Quasy Experiment One Sample pretest-
Postestmethod. The number of samples used in this study amounted to 30 respondents
with purposive sampling techniques. The data analysis used is a Paired t-test analysis.
Results: There is a difference in the level of pretest postest knowledge with a p-value
of 0.000 (<0.05).
Conclusion: There is an influence of health education on adolescent knowledge about
primary dysminore in efforts to treat dysminore in MAN 1 cirebon students.
Keywords: Dysminore, Health Education, Knowledge
 
 
 
 
 

 
 

Students of The Nursing Studies Program of Muhammadiyyah Cirebon University

Lecturer in Nursing and Professional Studies Program of Ners University Muhammadiyyah Cirebon

x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judui...............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN..........................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................................viii
ABSTRAK....................................................................................................................ix
ABSTARCK.................................................................................................................x
DAFTAR ISI.................................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................10
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................12
2.1 Landasan Teori........................................................................................................12
2.1.1 Remaja ............................................................................................................12
2.1.2 Pendidikan Kesehatan.....................................................................................17
2.1.3 Pengetahuan....................................................................................................24
2.1.4 Disminore........................................................................................................34
2.2 Kerangka Teori.......................................................................................................49
2.3 Kerangka Konsep....................................................................................................50
2.4 Hipotesis Penelitian.................................................................................................50

xi
BAB III METODOLOGI PENELTIAN.......................................................................52
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................................52
3.2 Tempat dan waktu Penelitian .................................................................................53
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................................53
3.4 Teknik pengambilan Sampel...................................................................................56
3.5 Variabel Penelitian..................................................................................................58
3.6 Definisi Operasional Penelitian..............................................................................59
3.7 Instrumen Penelitian...............................................................................................61
3.8 Validitas dan Reabilitas..........................................................................................63
3.9 Prosedur Pengumpulan Data...................................................................................65
3.10 Pengolahan Data...................................................................................................67
3.11 Analisis Data.........................................................................................................69
3.12 Analisis Data.........................................................................................................70
3.12.1 Analisis Univarian.........................................................................................70
3.12.2 Analisis Bivariat............................................................................................71
3.13 Uji Normalitas.......................................................................................................71
3.14 Etika Penelitian ....................................................................................................71
BAB IV.........................................................................................................................74
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................................74
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................................74
4.1.1 Deskriptive Penelitian.....................................................................................74
4.1.2 Karakteristik Responden.................................................................................75
4.1.3 Analisis Univariat............................................................................................77
4.1.3.1 Uji Deskriptive........................................................................................77
4.1.3.2 Uji Kategori Pengetahuan........................................................................78
4.1.4 Analisi Univariat.............................................................................................79
4.1.4.1 Uji Homogenitas......................................................................................79
4.1.4.2 Uji Normalitas.........................................................................................80
4.1.4.3 Uji Paired T-Test.....................................................................................80
4.2 Pembahasan.............................................................................................................81

xii
4.3 Keterbatasan Penelitian...........................................................................................89
4.3.1 Kesulitan Penelitian.........................................................................................90
4.3.2 Kelemahan Penelitian......................................................................................90
BAB V...........................................................................................................................91
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................91
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................91
4.2 Saran .......................................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................95
LAMPIRAN..................................................................................................................102

xiii
DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................................39

Gambar 2.2 Kerangka onsep......................................................................................40

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defimisi Operasioanl.................................................................................50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan Kuisoner....................................................................52

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur...........................................................................66

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia menarche............................................................66

Tabel 4.3 distribusi frekuensi nilai rata-rata pendidikan pre-postest ........................67

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan pretest...................................................68

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan postest...................................................68

Tabel 4.6 uji homogenitas .........................................................................................69

Tabel 4.7 Uji normalitas ............................................................................................70

Tabel 4.8 Uji paired T-test ........................................................................................71

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsltasi pembimbing.................................................................................104

Lampiran 2 Surat izin Penelitian...................................................................................................110

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian Instansi Penelitian................................................................113

Lampiran 4 Lembar Infomed Consent...........................................................................................115

Lampiran 5 Instrumen Penelitian..................................................................................................116

Lampiran 6 satuan acara penyuluhan ..........................................................................................122

Lampiran 7 Hasil Output Analisis Data.......................................................................................149

Lampiran 8 Dokumentasi.............................................................................................................155

Lampiran 9 Biodata Penulis.........................................................................................................167

xvi
DAFTAR SINGKATAN

FIKes : Fakultas Ilmu Kesehatan

UMC : Universitas Muhammadiyah Cirebon

MAN : Madrasah Aliyah Negeri

WHO : World health Organization

SAP : Satuan Acara Penyuluhan

PENKES : Pendidikan Kesehata

xvi
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mayoritas usia produktif di Indonesia mengalami disminorea atau nyeri haid

saat menstruasi. Prevalensi di Indonesia sendiri angka kejadian disminorea sebesar

55% mayoritas usia produktif, dengan 15% diantaranya mengeluhkan aktivitas

menjadi terbatas akibat disminorea. Disminorea dapat dibedakan menjadi 2 yakni

disminorea primer dan sekunder (Anisa Wlulandari,2018 & Mayasari Eva,2021).

Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan di

alat-alat genital pada perempuan. Sedangkan disminorea sekunder adalah nyeri yang

terjadi disebabkan karena adanya masalah pada organ reproduksi pada perempuan.

Disminorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang paling

sering muncul diusia 20-30 tahunan. Peningkatan prostaldandin dapat berperan pada

disminorea sekunder.

Data menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 bahwa angka

kejadian disminorea didunia. rata-rata sebesar > 50%, di Amerika Serikat angka

persentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Selain itu menurut kementrian

kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2017 kejadian disminorea di Indonesia

sebesar 107.673 jiwa didapat hasil presentase (62,425 %) yang terdiri 59.671 jiwa

(54,89%) mengalami disminorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami

disminorea sekunder (Kemenkes RI, 2017 & Oktorika 2020).

1
Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah menurunya konsentrasi dan

motivasi belajar pada individu, sehingga para remaja tidak maksimal dalam

mengikuti pembelajaran di sekolah, bahkan tidak jarang menyebabkan ketidakhadiran

disekolah. Dari 91,7% siswi yang mengalami disminorea setiap bulannya, sebanyak

68,9% mengikuti adanya gangguan aktivitas pembelajaran dikarenakan nyeri haid

atau disminorea (Agustina, Ani, & Wulan, 2019).

Remaja adalah keadaan tumbuh menjadi dewasa yang memiliki arti cukup

luas meliputi kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja adalah

masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari

awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun

pada pria dan usia 12 tahun pada perempuan.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat berlangsung

pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan 10-15 tahun pada perempuan. Sebagian

besar remaja yang mengalami disminorea masih bisa beraktivitas

dasar sehari-hari. Namun ada pula yang tidak mampu melakukan aktivitas apapun dan

ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Pengetahuan

mengenai disminorea sangat diperlukan oleh remaja sehingga dengan pengetahuan

yang baik diharapkan remaja dapat melakukan penanganan yang tepat dan bisa

menurunkan tingkat disminorea (Proverawati, et al.,2019).

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya sehingga akan mendapatkan

informasi dari hasil pengamatan (Notoatmodjo,2017). Pengetahuan seseorang akan

2
dipengaruhi oleh dua factor yaitu, factor internal seperti pengalaman, usia,

kecerdasan, persepsi, sedangkan factor eksternal seperti pendidikan, kebudayaan,

informasi, pekerjaan dan sosial ekonomi. Perilaku kesehatan akan berpengaruh

kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai outcome pendidikan

kesehatan (Notoatmodjo, 2013 & Umiyah ,2016).

Di Indonesia sendiri pengetahuan remaja perempuan yang berusia 15 tahun

keatas masih kurang, didapatkan data dari BPS RI-Susenas 2018 bahwa 93,99 %

perempuan usia 15 tahun ke atas minat membaca dan menulis nya masih lebih rendah

dari laki-laki. Menurut Wahyuni (2017) mengatakan bahwa perempuan harus

memiliki kemampuan literasi agar mereka dapat berperan lebih jauh, dan pengetahuan

menjadi lebih baik. Selain itu didapatkan data Rikesda bahwa hanya 9,9 %

perempuan usia 15- 19 tahun yang memiliki pengetahuan yang baik. Dilihat dari data

diatas bahwa remaja di Indonesia masih sangat kurang sehingga perlu adanya

penyuluhan kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi. (Kemenkes ,2019,

Hakiki, et al.,2019)

Peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan untuk memerikan edukasi

mengenai disminorea untuk mengurangi resiko disminorea pada remaja. Petugas

kesehatan berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan kesehatan atau

penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja mengenai penanggulangan

kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi , khususnya terkait

disminorea pada remaja (Handayani & Sari, 2021).

3
Salah satu hal yang menjadi masalah dengan disminorea adalah tidak adanya

penanganan yang tepat karena kurang nya pengetahuan. Hanya 25,9 % siswa dengan

disminorea yang berkonsultasi mengenai disminorea ke tenaga kesehatan, dan

sebagian besar lainnya hanya melakukan penanganan yang terbatas seperti,

mengoleskan minyak kayu putih atau balsem, atau obat penghilang nyeri yang ada

diwarung. Kurangnya informasi mengenai penanganan disminorea, sehingga

menyebabkan perempuan tidak melakukakan pencegahan, padahal kegiatan seperti

olahraga diduga mampu mencegah munculnya disminorea (Silaen, Ani, & Putri, 2019

Berdasarkan hasil survey pendahuluan di 3 Sekolah Menengah Atas,

didapatkan bahwa remaja di usia produktif mengalami disminorea primer, sehingga

perlu adanya pengetahuan yang cukup agar bisa menangani masalah diminorea.

Alasan peneliti mengambil penelitian pada remaja karena usia remaja

merupakan usia produktif, dimana banyak remaja yang mengalami Disminorea

primer. Pada usia remaja juga perempuan mengalami banyak perubahan fisik, salah

satunya menstruasi. Banyak remaja yang mengalami disminorea namun kurang

pemahaman dan pengetahun mengenai disminorea dan cara penanganan yang benar,

sehingga muncul berbagai masalah seperti ketidak nyamanan, stress dan cemas.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 9 Siswi kelas X MA

Negeri 1 Kota Cirebon dengan metode wawancara didapatkan bahwa 8 siswi

mengalami nyeri haid atau disminorea, dan 1 orang tidak mengalami nyeri haid.

Nyeri yang dirasakan oleh siswi yakni sebanyak 3 orang nyeri nya dapat ditahan, 5

orang rasa nyeri mengganggu dan memerlukan usaha untuk menahan nyeri dan 1

4
orang tidak merasa nyeri. Gejala yang dirasakan oleh siswi yakni 4 orang merasakan

nyeri dibagian perut bawah, 1 orang nyeri dibagian punggung, 3 orang merasakan

keduanya yakni nyeri perut bagian bawah dan punggung, dan 1 orang tidak

merasakan nyeri. Peengetahuan mengenai dismniore pada siswi MAN 1 Kota

Cirebon, berdasarkan dari hasil wawancara pada siswi MAN 1 Kota Cirebon

sebanyak 9 orang siswi tidak mengetahui arti dari disminore dan belum mengetahui

penanganan disminore. Adapun Penanganan yang dilakukan oleh siswi yakni 5 orang

tidak melakukan penanganan, 1 orang melakukan penanganan dengan cara minum air

hangat, dan 1 orang dengan kompres air hangat, dan 1 orang mengoleskan dengan

balsam. Siklus menstruasi pada

siswi yakni sebanyak 6 siklus menstruasinya lancar dan 2 orang siklusnya tidak

lancar. Selain itu didapatkan informasi dari Guru bahwa belum ada pendidikan

kesehatan atau penyuluhan di MAN 1 Kota Cirebon.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang

”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Remaja Tentang Disminorea

Primer Dalam Upaya Penanganan Disminorea Pada Siswa MAN 1 Kota

Cirebon Tahun 2021”

5
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang disminore primer dalm upaya

penanganan disminorea pada siswi MAN 1 Kota Cirebon Tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja tentang disminore primer dalm upaya penanganan disminorea

pada siswi MAN 1 Kota Cirebon Tahun 2021

1.3.1. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan

mengenai Upaya ppenanganan disminore pada siswi MAN 1 Kota Cirebon Tahun

2021

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan

tentang disminorea primer dalam upaya penanganan pada siswi MAN 1 Kota

Cirebon Tahun 2021.

c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja

tentang disminorea primer dalam upaya penanganan disminorea pada siswi MAN

1 Kota Cirebon Tahun 2021.

6
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan dibidang

keperawatan pada remaja yang mengalami disminorea mengenai pengetahuan tentang

menstruasi khususnya penanganan disminorea

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian keilmuan untuk menambah

informasi mengenai gambaran pengetahuan remaja tentang penanganan dismiorea

sehingga diharapkan institusi membantu berperan dalam memberikan penyuluhan

kepada remaja.

b. Bagi Tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai gambaran pengetahuan

remaja tentang penanganan disminorea sehingga diharapkan tenanga kesehatan dapat

berperan dalam memberikan penyuluhan kepada remaja.

c. Bagi masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat terutama remaja yang

mengalami disminorea dalam penanganan nyeri disminorea.

7
d. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai dasar dan bahan pertimbangan untuk penelitian dimasa

yang akan datang dengan mempertimbangkan variabel penelitan yang digunakan.

Bagi Variabel dapat memberikan pengetahuan mengenai Penanganan Disminorea

Primer

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Remaja

2.1.1.1 Pengertian

Remaja menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 adalah

penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja adalah masa kehidupan

ketika seorang individu bukan lagi kanak-kanak, tetapi juga belum dewasa. Masa ini

akan mengalami perubahan fisik dan psikologis yang sangat cepat, pertumbuhan dan

perkembangan fisik ini disertai atau ditandai dengan pematangan seksual. Masa

remaja terbagi atas masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa

remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir (late

adolescence) berusia 17-19 tahun (Febrina, R., 2021).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun

2019, mengemukakan hal yang sama yaitu bahwa remaja adalah waktu manusia

berumur belasan tahun, pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa

tetapi tidak dapat pula disebut kanak-kanak karena masa remaja adalah masa

peralihan manusia dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Adapun menurut

Diananda, A., (2018), mengatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi atau

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

9
2.1.1.2 Fase-fase remaja

Pubertas pada remaja perempuan biasanya terjadi pada usia 10 hingga 14

tahun, sementara pada anak laki-laki biasanya terjadi pada usia 12 hingga 15 tahun.

Setelah usia 14 atau 15 tahun, perubahan akan tetap terjadi tetapi tidak sedrastis saat

masa pubertas. Perubahan ini akan terus berlangsung hingga akhir remaja yaitu usia

19 tahun (Musmiah, S.B., et al. 2019). Berdasarkan penjelasan tersebut maka remaja

dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu sebagai berikut:

1) Remaja awal (10-13 tahun)

Pada fase remaja awal ini ditandai dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan

mengalami awal pubertas, baik laki-laki dan perempuan akan mengalami

pertumbuhan fisik yang signifikan dan minat seksual yang meningkat. Perempuan

tumbuh lebih cepat satu atau dua tahun lebih awal dari pada laki-laki. Perubahan awal

yang terjadi adalah pertumbuhan rambut di bawah lengan dan didekat kelamin, pada

perempuan terjadi perkembangan payudara dan rata-rata setelah dua sampai tiga

tahun perkembangan payudara maka perempuan akan mengalami manarche (pertama

kali menstruasi) rata-rata menarche pada usia 12-13 tahun dan pada laki-laki terjadi

pembesaran testis (Batubara, J.R., 2016).

Pada tahap ini remaja sulit untuk dimengerti oleh orang dewasa, remaja hanya

ingin bebas dan mulai berfikir abstrak seperti mengembangkan pikiran-pikiran baru

serta cepat tertarik dengan lawan jenis (Lubis, P.Y., 2018).

10
2) Remaja pertengahan (14-16 tahun)

Pada fase ini remaja sangat membutuhkan teman-temannya dikarenakan

remaja sangat senang jika banyak teman yang menyukainya. Remaja juga mulai

timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenisnya dan mulai mencoba

aktivitas seksualnya seperti berpacaran (Lubis, P.Y., 2018). Adapun menurut

Diananda, A., (2018) mengemukakan bahwa pada fase ini remaja mulai mencari

identitas jati dirinya, pola hubungan sosial dengan orang lain mulai berubah, karena

pada fase ini lebih meluangkan waktunya dengan temannya dibandingkan dengan

keluarga, dalam pemikiran juga pada fase ini mulai berpikir secara logis.

3) Remaja akhir (17-19 tahun)

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2016

mengemukakan bahwa pada fase akhir (late) remaja sudah cukup mandiri dan sudah

siap untuk menjadi dewasa hal ini ditandai dengan remaja sudah terlibat dalam

kehidupan seperti memikirkan masa depan atau cita-citanya dan memperluas dalam

pertemanan, pekerjaan, dan suatu hubungan di luar keluarga misalnya menjalin

hubungan yang serius dengan pasangannya (lawan jenis) seperti saling memiliki rasa

suka, saling menyayangi dengan lawan jenis (PKBI, 2016). Sedangkan menurut

(Lubis, P.Y., 2018) mengemukakan remaja pada tahap ini yaitu mulai tumbuh

dinding atau pembatas untuk memisahkan diri pribadi dan publik, mulai mencari

pengalaman-pengalaman baru dan siap untuk menuju dewasa. Adapun menurut

Rohma, K., (2016), mengatakan bahwa remaja pada usia tersebut lebih mencari

teman sebaya yang lebih selektif, sudah memiliki gambaran, peran, dan keadaanya

terhadap tubuh dan dirinya, mampu berpikir yang khayal atau abstrak dan

11
mewujudkan terhadap perasaannya seperti mencintai, menyayangi dan lain-lain.

2.1.1.3 Pertumbuhan dan perkembangan remaja

Masa remaja merupakan masa yang akan mengalami perubahan dalam

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan pada masa remaja ditandai dengan

perubahan fisik yaitu bertambahnya ukuran tinggi dan berat badan, pada fase

pertumbuhan ini akan berhenti ketika individu sudah mencapai kematangan fisik,

sedangkan dalam perkembangan ditandai dengan perubahan psikologis yang akan

mengalami perubahan perilaku atau tingkah laku yang berbeda dari masa kanak-

kanak, hal ini berkaitan dengan perasaan (emosional), pikiran, keyakinan pada

individu. Adapun perbedaan dari pertumbuhan dan perkembangan yaitu sebagai

berikut:

1) Pertumbuhan aspek-aspek fisik

Pertumbuhan merupakan perubahan fisik yang dialami remaja, perubahan yang

terjadi yaitu pertumbuhan ukuran tubuh, kematangan organ reproduksi pada laki-laki

dan perempuan, dan pertumbuhan merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dapat

dilihat (Ginanjarsari, R.L. et al. 2020). Hal tersebut sama dengan yang di kemukakan

oleh Umami, I. (2019) yaitu pertumbuhan merupakan suatu perubahan fisik terhadap

individu yang dapat dilihat dan diukur seperti pertambahan berat badan, pertambahan

tinggi badan, serta ukuran bentuk badan seperti pada wanita membesarnya payudara

dan pada laki-laki membesarnya ukuran testis dan lain-lain. Pertumbuhan remaja

terjadi sangat pesat oleh sebab itu berikut adalah pertumbuhan yang terjadi pada laki-

laki dan perempuan di masa remaja yaitu:

12
(1) Laki-laki

Pertumbuhan yang terjadi pada laki-laki yaitu pertumbuhan tulang-tulang

sehingga terjadi pertumbuhan tinggi badan, perubahan suara, tumbuhnya bulu di

daerah kemaluan, terjadi mimpi basah karena dipengaruhi oleh hormon testosteron,

serta tumbuh rambut-rambut halus diwajah, dada dan yang lainnya (Ginanjarsari,

R.L. et al. 2020). Adapun menurut Hartini, (2017), mengemukakan bahwa pada laki-

laki akan mengalami pertumbuhan tinggi badan, perubahan suara, dan pembesaran

atau perkembangan ukuran kelamin ini terjadi karena hormon testosteron.

(2) Perempuan

Pertumbuhan yang terjadi pada perempuan yaitu pertumbuhan tinggi badan, payudara

dan panggul membesar, suara menjadi lebih halus, serta mengalami menstruasi yang

dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesterone (Ginanjarsari, R.L. et al., 2020).

Adapun menurut Hartini, (2017), mengemukakan bahwa pada perempuan

dipengaruhi hormon estradiol hormon membentuk perkembangan buah dada atau

payudara, rahim, dan kerangka dalam pertumbuhan tinggi dan pelebaran pinggul

perempuan.

2) Perkembangan

Perkembangan psikologis pada remaja merupakan perubahan yang terjadi pada

pikiran, jiwa dan perasaan emosional yang menjadi lebih matang karena menghadapi

fase kehidupan yang berbeda dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Perkembangan psikologis tidak dapat diukur tetapi dapat dilihat dari perilaku dan

kemampuan pada remaja tersebut. Berikut adalah perubahan yang terjadi pada

13
psikologis remaja yaitu menurut Octavia, S.A., (2020) :

(1) Munculnya emosi-emosi yang baru akibat kematangan seksual,

(2) Menyadari dan mengevaluasi obsesi dan cita-citanya,

(3) Membuka pertemanan yang luas baik sesama jenis maupun lawan jenis karena

sebagai suatu kebutuhan interaksi pada remaja,

(4) Remaja sudah mulai memahami, mengarahkan, mengembangkan dan melakukan

pemeliharaan identitas diri ketika adanya konflik-konflik yang muncul dari masa

peralihan.

(5) Remaja mulai menyesuaikan diri dari perubahan fisik, dan

(6) Pola pikir remaja sudah hampir terbentuk untuk mencapai integrasi atau perubahan

terhadap hubungan sosial orang dewasa.

2.1.2 Pendidikan Kesehatan

2.1.2.1 Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan upaya agar peserta didik berperilaku sehat.

Hal itu dilakukan dengan cara persuasi, imbauan, dan memberi informasi. Sarana

yang digunakan dalam upaya penerapan pendidikan kesehatan di sekolah

menggunakan sarana Buku Rapor Kesehatanku (Buku Informasi Kesehatan). Di

dalamnya memuat informasi mengenai kesehatan reproduksi dan menstruasi, modul

Pelatihan Konselor Sebaya, modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja bagi

Guru, dan Instrumen Komik MKM (Kemenkes,2017).

Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang berarti didalam

14
pendidikan adalah proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang

lebih baik mengenai status kesehatan. Salah satu usaha pemerintah untuk

menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi adalah dengan

cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah

tetapi juga bisa dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan oleh tenaga

kesehatan atau penyuluhan kesehatan. (Kemenkes ,2017)

Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Susilowati , 2016)

Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan dapat memberikan dampak positif

terhadap pemahaman masyarakat terutama remaja mengenai pengetahuan remaja

dalam penanganan disminore. Pendidikan kesehatan memberikan inisiasi awal dalam

peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikimotor mayrakat khususnya remaja.

Selain itu pendidikan kesehatan ini secara aplikatif, mengingkatkan aspek kognitif

yang dapat dari remaja mendapattkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi

tentang Disminore primer dalam upaya penanganan dismunore. (Iqbal, Muhammad,

et al)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk

mendidik remaja tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku

kesehatan yang lebih baik sehingga status kesehatan akan meningkat. Pendidikan

kesehatan yang biasa dilakukan yakni dengan penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Ummah, et al., (2021) Tujuan pendidikan kesehatan adalah

15
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memlihara serta meningkatkan derjata

kesehatan, baik fisik maupun mental, dan sosialnya hingga produktif secara ekonomi

maupun sosial. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan

kesehatan maupun program kesehatan lainya. Diantara point-point penting menjadi

tujuan pendidikan kesehatan adalah:

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat

2) Menolong individu agara mampu secara mandiri atau kelompok.

3) Mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

4) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Ummah, et al., (2021) Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat

dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu:

1) Dimensi sasaran

(a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

(b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.

(c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2) Dimensi Tempat Pelaksanaan

(a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga

(b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

(c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran

masyarakat atau pekerja.

3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

16
(a) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion)

misal: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup, kesehatan

reproduksi pada remaja dan sebagainya.

(b)Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection). misal:

imunisasi

(c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic

and prompt treatment)

misal: dengan 11 pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko

kecacatan.

(d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation)

misal: dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

2.1.2.3 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Ummah, et al., (2021) Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3

macam, yaitu:

1) Metode Individual (Perorangan)

Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran atau pasien

dapat berkomunikasi secara langsung, baik secara tatap muka maupun secara tidak

langsung (telepon). Metode ini paling efektif karena antara promotor kesehatan

dengan sasaran dapat saling berdialog. Dalam menyampaikan pesan kesehatan,

promotor menggunakan alat bantu atau peraga yang berkaitan dengan masalahnya.

Metode individual dapat dialkukan dengan cara.

17
(a) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

Dengan cara ini interaksi antara promotor kesehatan dan pasien lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh individu dapat diketahui dan ditemukan penyelesaiannya.

(b) Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan wawancara

antara petugas kesehatan dengan pasien untuk mengetahui informasi apakah pasien

memahami pesan yang diberikan, sehingga pesan tersebit dapat memberikan

kesadaran dan perubahan perilaku.

2) Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok tersebut besar atau

kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada

besarnya sasaran pendidikan.

(a) Kelompok besar

Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar dengan pendidikan menengah

atas. Seminar sendiri adalah presentasi dari seorang ahli atau beberapa orang ahli

dengan topik tertentu. Contoh nya seperti seminar, dan ceramah.

(b) Kelompok kecil

- Diskusi kelompok

Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua kelompok menempatkan diri diantara

kelompok, setiap kelompok punya kebebasan untuk mengutarakan pendapat

biasanya pemimpin mengarahkan agar tidak ada dominasi antar kelompok.

- Curah pendapat (Brin storming)

18
Merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap kelompok memberikan

pendapatnya, pendapat tersebut di tulis di papan tulis, saat memberikan pendapat

tidak ada yang boleh mengomentari pendapat siapapun sebelum semuanya

mengemukakan pendapatnya, kemudian tiap anggota berkomentar lalu terjadi

diskusi.

19
- Bola salju (Snow balling)

Setiap orang di bagi menjadi berpasangan, setiap pasang ada 2 orang. Kemudian

diberikan satu pertanyaan, beri waktu kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2

pasang bergabung menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan tersebut, kemudian 2

pasang yang beranggotakan 4 orang tadi bergabung lagi dengan kelompok yang

lain, demikian seterusnya sampai membentuk kelompok satu kelas dan timbulah

diskusi.

- Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)

Kelompok di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil kemudian dilontarkan satu

pertanyaan kemudian masing-masing kelompokmendiskusikan masalah tersebut dan

kemudian kesimpulan dari kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

- Bermain peran (Role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memerankan suatu peranan misalnya

menjadi dokter, perawat atau bidan, sedangkan anggotayang lain sebagai pasien

atau masyarakat.

-Permainan simulasi (Simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-

pesan kesehatan dsajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan

monopoli, beberapa orang ditunjuk untuk memainkan peranan dan yang lain sebagai

narasumber.

20
3) Metode Massal

Metode massal digunakan jika sasaran nya bersifat public, maka metode individu dan

kelompok tidak akan efektif. Karena sasaranya sangat heterogen baik dari kelompok

usia, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, budaya, dan sebagainya. Maka cara

memahami, merespon, dan mempersepsikan terhadap pesan-pesan kesehatan

pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap

suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.

Beberapa contoh metode massal, antara lain:

(a) Ceramah secara umum dilakukan di tempat-tempat umum atau lapangan terbuka.

(b) Penggunaan media massa elektrolik, seperti televise, radio

(c) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, poster, leaflet dan

sebagainya. Baik dalam sebuah artikel maupun Tanya jawab atau konsultasi

tentang kesehatan.

(d) Penggunaan media diluar ruangan, misalnya bill board yang dipasang di pinggir

jalan, spanduk, poster, dan sebagianya.

21
2.1.3 Pengetahuan

2.1.3.1 Pengertian

Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau

menyeluruh, memiliki metode yang logis, terurai secara sistematis, dan tidak terbatas.

(Masturo & T Anggita, 2018) . Menurut Notoatmodjo (2014) & Yuliana (2017),

pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi

pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca

indera.

Menurut Notoatmodjo (2016) dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dan bertahan lama daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku

baru, ada proses-proses yang terjadi secara berurutan yaitu:

1) Awareness (kesadaran), seseorang menyadari terleebih dahulu terhadap suatu

objek.

2) Interest (merasa tertarik) Terhadap suatu objek tersebut. Disini sikap ketertarikan

subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-menimbang) Terhadap baik dan tidaknya objek tersebut

bagi dirinya.

4) Trial, Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

22
5) Adaption, Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau

adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama

(longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini

adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu

langgeng.

2.1.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam

tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui

fakta tanpa dapat menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.

3) Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat

menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

23
4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu

objek.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Penilaian (evaluation)

Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek

tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.1.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima sebuah

informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.

24
2) Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee impact), sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi

menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3) Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu

yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi

timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

5) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang

lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu

pengetahuan.

25
6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Bertambahnya usia akan

semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan

yang diperoleh akan semakin banyak.

2.1.3.4 Cara mengukur pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) jika pengetahuan diukur dengan menggunakan kuisoner,

maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Berpengetahuan baik :Jika jawaban benar 76-100% dari

soal total yang diberikan.

2) Berpengetahuan cukup :Jika jawaban 56-75% dari total soal

yang diberikan.

3) Berpengetahuan kurang :Jika jawaban benar kurang dari 56%

dari total soal yang diberikan.

26
2.1.4 Menstruasi

2.1.4.1 Pengertian

Menstruasi adalah pendarahan yang siklis dari uterus sebagai tanda bahwa

alat kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya. Menstruasi

sebenernya adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari

dinding Rahim perempuan secara periodik (Prof.Dr Noor Zaman Khan,2019)

Menurut Rudi Haryono (2016) Menstruasi adalah suatu proses hormonal

dimana hormone estrogen dan hormone progesterone menurun. penurunan ini

kemudian menimbulkan reaksi dari dinding rahim untuk melepaskan dan

mengeluarkan dinding-dingingnya. Dinding yang lepas tersebut akan lepas tersebut

kemudian akan keluar dalam bentuk darah sewaktu menstruasi yang biasanya

berlagsung setiap bulan.

Jadi dapat disimpulkan menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina

yang terjadi akibat menurunya hormone estrogen dan progesterone. Menstruasi

merupakan proses organ reproduksi wanita sudah berfungsi secara optimal dan

merupakab pertada perempuan sudah pubertas.

Disamping terjadinya pendarahan, sebelum dan selama menstruasi tubuh

perempuan mengalami berbagai perubahan, baik yang terlihat maupun tidak terlihat

oleh mata kita. Hanya sebagian kecil yang terlihat, baik sebagai perubahan fisik

maupun psikis. Dengan memahami apa yang terjadi, kita dapat melakukan hal-hal

yang dapat memperbaiki keadaan, sehingga tubuh dan emosi kita siap menghadapi

dan menjalani masa menstruasi.

27
Menstruasi sering dikaitkan dengan kebersihan atau perawatan diri selama

mentruasi. Belajar tentang kebersihan selama menstruasi merupakan aspek penting

dari pendidikan kesehatan untuk remaja perempuan, karena pola yang dikembangkan

pada masa remaja cenderung bertahan sampai dewasa. Praktek-praktek yang

berhubungan dengan kebersihan pada saat menstruasi seperti penggunaan pembalut

dan mencuci daerah genitalia saat menstruasi dapat memiliki efek positif pada

kesehatan remaja putri. Perempuan perlu mendapatkan informasi tentang praktek

menstruasi yang sehat sangat penting (Gustina Erni,2016).

Jadi dapat disimpulkan menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina

yang terjadi akibat menurunya hormone estrogen dan progesterone. Menstruasi

merupakan proses organ reproduksi wanita sudah berfungsi secara optimal dan

merupakab pertada perempuan sudah pubertas.

2.1.4.2 Siklus menstruasi

Menurut (Sinaga , et al., 2017) Siklus menstruasi berkisar antara 27 sampai

30 hari umumnya 20 hari artinya masa menstruasi akan terjadi setiap 28 hari sejak

masa menarche (menstruasi pertama) dan sampai masa menopause (berhentinya

menstruasi secara permanen) yaitu ketika seseorang sudah tidak mengalami

menstruasi lagi karena alasan fisiologis.

Jarak siklus haid yang paling panjang biasanya terjadi setelah haid pertama

(manarche) dan sesaat sebelum berhenti haid (menopause). jarak diantara waktu

tersebut biasanya 2 bulan atau bahkan satu bulan terjadi 2 kali siklus. Ini hal yang

normal dan tidak perlu dicemaskan. Dalam rentang waktu tertentu semenjak siklus

28
akan berlangsung normal. Pada perempuan yang akan menopause kondisi tersebut

tidak perlu dicemaskan. Selama kesehatan tetap terjaga menopause tidak perlu

ditakuti. Untuk dapat mengetahui siklus haid secara pasti, sebaiknya setiap

perempuan membuat kalender haid.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menandai kalender pada saat terjadi haid

setiap bulannya. Setelah beberapa bulan akan dapat diketahui siklus haid secara

pasti. Ini akan membantu kita untuk menentukan dan memperkirakan kapan haid

berikutnya akan datang. Terutama bagi mereka yang biasanya memiliki masalah dan

gangguan saat haid. jadi dapat dipersiapkan segala sesuatu hingga peristiwa penting

tidak perlu terganggu dengan adanya masalah haid. Siklus haid terdiri dari 2

fase yaitu fase endometrium dan ovarium.

1) Siklus Endometrium

(a) Fase menstruasi

Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita setiap bulannya. Sebab

melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. oleh karena itu fase menstruasi

selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita

merasa tidak nyaman untuk beraktivitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya

satu sampai dua hari, dimana pada awal haid pendarahan yang keluar banyak dan

menggumpal dan darah lebih sering keluar.

Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama 5 hari (rentang 3-6 hari) pada awal

fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau

29
pada kadar terendah nya, sedangkan siklus kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)

baru mulai meningkat.

(b) Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum.

fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar

hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. permukaan endometrium secara lengkap

kembali normal sekitar 4 hari atau menjelang pendarahan berhenti. Dalam fase ini

endometrium tumbuh menjadi tebal +/- 3 sampai 5 mm atau sekitar 8 sampai 10 kali

lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi

peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi

estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

(c) Fase sekresi/ luteal.

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar 3 hari sebelum periode

menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang

dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.

Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase

pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi

(FSH, LH, estrogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini

wanita mengalami yang namanya premenstruasi sindrom atau biasa disebut dengan

PMS. beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan

luruh kembali.

30
(d)Fase iskemi/premenstrual

Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresikan

estrogen dan progesteron menyusut. seiring penyusutan kadar estrogen dan

progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke

endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah

dari lapisan basal dan pendarahan menstruasi dimulai.

(e)Siklus Ovarium

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH

kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH. Peningkatan kadar LH merangsang

pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi 1-30 folikel mulai masuk di

dalam ovarium di bawah pengaruh dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi

ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih oosit

matur (folikel de Graff), terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium

formasi menjadi korpus luteum. korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional

padahal 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresikan hormon estrogen dan progesteron.

apabila tidak terjadi implantasi korpus luteum berkurang dan kadar hormon

progesteron menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat dan

bertahan akhirnya luruh (Bobak,2004). (Sinaga , et al., 2017)

31
2.1.5 Disminorea

2.1.5.1 Pengertian

Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam

bahasa Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi

yang menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015).

Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar

hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri

juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot

rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim.

(Sinaga, ernawati et al,.2017)

Disminorea adalah kekakuan atau kejang pada perut bagian bawah yang

terjadi sebelum atau pada saat menstruasi, sehingga mengakibatkan perempuan

mengalami penurunan kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Disminorea

adalah nyeri yang dirasakan dengan gejala kompleks berupa kram bagian bawah yang

menjalar ke punggung atau tungkai. (Anisa Wlulandari, 2018, Mayasari Eva, 2021)

Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat

menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga

betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari

kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari

dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot

menegang dan

32
menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi

pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian

punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis.

Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan

biasanya mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-

48 jam. Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea

dalam derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja

umumnya bukan karena penyakit, dan disebut dismenorea primer. Dismenorea primer

pada perempuan yang lebih dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan nyerinya.

Dismenorea primer juga makin berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan

Jadi disminorea merupakan suatu istilah untuk menggambarkan keluhan kram

dibagian perut bagian bawah, pinggang, panggul dan paha atas. Nyeri tersebut terjadi

karena adanya kontraksi otot rahim saat mengeluarkan darah dari dalam rahim.

Disminorea sebenarnya proses yang normal pada setiap perempuan yang sudah

pubertas.

2.1.5.2 Klasifikasi Disminorea

Menurut judha, (2018) Secara klinis, disminorea dibagi menjadi 2 yaitu, disminorea

primer (esensial, intrinsic, idiopati) dan disminorea sekunder ekstrinsik, yang

diperoleh acquired)

1) Disminorea Primer

Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital

yang nyata. Disminorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah

33
Haid pertama, setelah siklus ovulasi teratur selama menstruasi, sel-sel endometrium

yang terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormone

yang kuat terdiri dari asam lemak esensial. Prostalgandin merangsang otot uterus

(rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan untuk menginduksi

aborsi atau kelahiran) yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah

kerahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahimz0 dan vasocontiction

(penyempitan pembuluh darah) (Judha,2018).

Peningkatan kadar prostaglandin telah tebukti ditemukan pada cairan haid

perempuan dengan disminorea berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama

dua hari pertama haid. Riset terbaru menunjukkan bahwa pathogenesis disminorea

adalah karena prostaglandin F2 alpha (PGF2alpha), suatu stimulant myometrium

yang kuat dan vasoconstrictor (penyempitan pembuluh darah) yang ada di

endometrium sekretori.Respon terhadap inhibitor (penghambat) prostaglanding pada

pasien dengan disminorea mendukung pernyataan bahwa disminorea diperantarai

oleh prostaglandin. Banyak bukti kuat yang menghubungkan disminorea dengan

kontraksi uterus yang memanjang dan penurunan aliran darah ke myometrium.

2) Disminorea sekunder

Disminorea sekunder adalah nyeri yang disebabkan adanya masalah pada organ

reproduksi wanita. Disminorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid

pertama, tetaoi biasanya paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah

nertahun-tahun normal tanpa adanya nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan

pada dismenorea sekunder. Namun penyakit pelvis yang menyertai

34
haruslah ada. Penyebab yang umum diantaranya termasuk endometriosis,

adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan

penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C) D (Intrauterine (Contrcrptibr) device).

2.1.5.3 Etiologi Disminorea

Menurut Hiralal, (2016) (Hiralal, 2016) Secara umum, nyeri haid terjadi

karena adanya kontraksi distrittik myometrium yang menunjukkan satu gejala atau

lebih, mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah. Berikut adalah

penyebab disminore menurut klasifikasinya, sebagai berikut:

1) Disminorea primer

(a)Faktor endokrin.

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Hormon progesteron

menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen

merangsang kontraksi tilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi

memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot polos. jika

kadar prostaglandin yang berlebihan masuk ke peredaran darah maka selain

dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti mual, muntah diare flushing

(respons involunter (tak terkontrol) dari sistem saraf yang memicu pelebaran

pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas) jelaslah

bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya

dismenorea primer.

35
(b) Kelainan organik

Kelainan organik seperti retroflrksia uterus (kelainan letak arah anatomis rahim,

hypoplasia (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikalis

(sumbatan saluran jalan lahir), polip endometrium.

(c) Factor konstitusi

Factok konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi

timbunya disminorea primer.

(d) faktor alergi.

Alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara tidak

normal terhadap zat asin. Penyebab alergi salah satunya yakni toksin haid. Menurut

riset ada hubungan antara disminorea dengan utikaria (bidurian), migraine dan asma.

(e) Penyebab disminorea sekunder

Penyebab disminore ekunder adalah ketegangan pada jaringan pelvis akibat kongesti

pelvis pre-menstruasi atau adanya peningkatan vaskularisasi pada pelvis. Penyebab

umum disminore sekunder adalah stenosis serviks, infeksi kronis pada pelvis,

endometriosis pelvis, adhesi pelvis, adenomiosis, fibrid uteri, polip endometrium,

penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kongesti pelvis seta obstrusi

akibat malformasi ductus nulleri.

36
2.1.5.4 Tanda dan gejala

Gejala-gejala yang ditimbulkan disminorea anatara lain nyeri pada perut,

pusing, nyeri pinggang, mual, nyeri punggung, rasa nyeri perut bagian bawah, yang

menjalar keatas punggung dan paha dan ini biasanya dirasakan sebelum dan selama

menstruasi dan bahkan dapat meyebabkan pingsan. Dampak yang ditimbulkan oleh

disminore misalnya mual, bad mood, dan stress yang dapat menurunkan kualitas

hidup dan produktivitas wanita dalam bekerja (Rahmawati et al., 2019). Nyeri

dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yeng terus

menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,

serta mencapai puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Namun

nyeri paling hebat muncul pada hari pertama haid kerap disertai efek seperti muntah,

diare, sakit kepala (Kurnia Rahmawati,2016).

2.1.5.5 Faktor resiko disminore

Berikut adalah factor resiko dari Disminorea (Hayati , Agustin, & Maidartati, 2020),

sesuai klasifikasinya:

1) Disminorea primer

(a) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun

Pada usia < 12 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam jumlah sedikit

sehingga produksi estrogen masih sedikit

(b) Haid memanjang atau dalam waktu lama

Siklus haid yang normal, jika seorang wanita memiliki jarak haid yang setiap

bulannya realtif tetap yaitu selama 28 hari, jika waktu tidak sesuai, perbedaan

37
waktu nya juga tidak terlalu berbeda tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari, dihitung

dari hari pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid dihitung dari darah keluar

sampai darah bersih, angara sampai 2-10 hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari

belum dapat dikatakan sebagai haid namun bila lebih dari 10 hari, dikategorikan

sebagai suatu gangguan.

(c)Merokok

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat bermacam-

macam bentuknya, mulai dari gangguan haid early menopause (lebih cepat berhenti

haid) hingga sulit untuk hamil. Pada wanita perokok terjadi peningkatan resiko

terjadinya kasus kehamilan diluar kandungan dan keguguran.

(d)Kegemukan

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid tidak teratur

atau kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburaan, disamping itu juga factor hormonal

yang ikut berpengaruh dalam perubahan hormonal atau perubahan pada system

reproduksi bis terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan obesitas.

2) Disminorea sekunder

(a) Endometrium

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan membentuk lapisan dalam dinding rahim

tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat tumbuh di indung

telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di rektum (bagian akhir usus yang

terhubung ke anus). Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal sebagai tempat

untuk menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak

38
dalam kondisi hamil, endometrium tersebut akan luruh, lalu keluar dari tubuh sebagai

darah menstruasi. Pada kasus endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim

tersebut juga ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi

tersebut dapat menimbulkan keluhan nyeri, bahkan dapat menyebabkan kemandulan

atau infertilitas wanita.

(b) Adenomyosis

Adenomyosis adalah suatu kondisi di mana jaringan endometrium, tumbuh ke dalam

dinding otot rahim. Kondisi tersebut paling mungkin terjadi pada akhir masa subur

dan setelah memiliki anak.

(c)Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul).

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ

reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab paling sering

dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual

(d)carcinoma (kanker endometrium)

Kanker endometrium adalah jenis kanker yang menyerang endometrium atau lapisan

rahim bagian dalam. Kanker ini umumnya terjadi pada wanita yang telah memasuki

masa menopause (60-70 tahun)

(e)Ovarian cysts (kista ovarium)

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada indung telur (ovarium)

wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita mengalami

menstruasi.

39
2.1.5.6 Skala nyeri Disminore

Penilaian nyeri dalam metode Numeric Ranting Scale (NRS) ini didasari pada skala

angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS dinilai

lebih mudah dipahami, lebih senstitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis.

Skala nyeri dengan menggunakan NRS.

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan nyeri yang

ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkan angka 7-10 merupakan

kategori nyeri berat. Oleh karena itis kala NRS akan digunakan sebagai instrument

penelitian.

2.1.5.7 Penanganan disminorea

Menurut Haryono, Rudi (2016) Untuk menangani PMS penanganan dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu penanganan tanpa penggunaan obat (non-farmakologis)

dan penanganan menggunakan obat (farmakologis).

1) Penanganan obat non-farmakologis

(a) Terapi non-farmakologis

(1) Kompres air hangat pada bagian yang terasa sakit, nyeri, atau keram (bisa perut

atau pinggang bagian belakang). Suhu hangat diketahui bisa mengurangi

40
ketegangan otot. Kalau ketegangan otot berkurang dan rileks, maka rasa nyeri pun

akan berangsur hilang.

(2) Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk relaksasi.

Jika mungkin, cobalah berendam dalam air hangat yang diberi tetesan aromaterapi

agar otot di seluruh tubuh menjadi rileks.

(3) Lakukan pijatan lembut atau gosok bagian tubuh yang terasa pegal, sakit atau

tegang

dengan balsem atau minyak aromaterapi Tarik napas dalam- dalam secara perlahan

untuk relaksasi. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.

Ini bisa membantu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri berkurang atau mereda.

(4) Minum minuman hangat. Teh yang mengandung mint, sari jahe, atau kunir asem

yang hangat dapat membantu mengurangi atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau kram

terutama pada bagian perut

(5) Olahraga

Nyeri pada saat haid dapat terjai akibat problem otot diseputar rongga pinggul.

Gangguan pada otot ini juga dapat mengakibatkan tegang otot hingga sakit punggung.

Untuk mengatasi hal tersebut ada gerakan senam yang bertujuan untuk meningkatkan

kondisi otot jauh lebih baik. Manfaat dari gerakan senam ini baru dapat dirasakan jika

rutin dilakukan setidaknya empat kali seminggu selama tiga bulan. Lakukanlan

diantara setiap periode hail. Jadi, gerakan senam ini bukan bukan baru dilakukan pada

saat nyeri haid menyerang.

(6) Yoga

Latihan yoga dipercaya dapat menyembuhkan banyak hal. Dengan berlatih yoga,

41
keseimbangan tubuh seseorang dapat kembali. Kini banyak wanita yang berlatih yoga

untuk menghilangkan nyeri saat menstruasi sekaligus melancarkan siklusnya. Ada

beberapa posisi yoga yang bisa dilakukan untuk mengatasinya seperti, bersila, posisi

busur, posisi pavanamuktasa (mengangkat satu kaki mengarah ke dada), dan sikap

lilin.

(7) Akupresur.

Akupresur bermanfaat ntuk pecegahan penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi

(pemilihan) dan meningkatan daya tahan tubuh. Akupresur juga bermanfaat untuk

menghilangkan nyeri dan gejala-gejala pada berbagai penyakit seperti low back pain

dan heart rate pada pasien stroke. Akupresur jga dapat digunakan untuk mengatasi

nyeri pada saat menstruasi (disminore) dan distress menstrual.

(8) Ramuan herbal

Beberapa herbal dipercaya dapat membantu meringankan gejala gejala PMS atau

PMDD. Di luar negeri banyak herbalist merekomendasikan penggunaan seperti

Leonurus japonicus Houtt, F. Vulgare, T foenum- graecum, marjoram, adas, jelatang,

yarrow, makhlase, jintan, oregano, timi, Peganum harmala, semanggi merah,

Asteraceae, Teucriumpolium. untuk meringankan gejala-gejala PMS. Di Indonesia,

kita juga memiliki banyak obat tradisional dan tumbuhan obat yang sejak dulu

digunakan untuk membantu meringankan PMS, antara lain jamu yang mengandung

kunyit, asam jawa, Temulawak, Jahe. (Ibrahim, 2020)

42
(9) Penggunaan lotion

Penggunaan lotion dapat memberikan rasa hangat pada daerah yang dioleskan lotion

tersebut, salah satu lotion yang sering digunakan yaitu minyak kayu putih. Minyak

kayu putih dapat membantu meringankan sakit perut, perut kembung, dan rasa mual.

Minyak kayu putih ini akan memberikan rasa hangat ketika individu atau seseorang

mengoleskan pada permukaan kulit yang dirasa tidak nyaman atau nyeri, sehingga

rasa hangat tersebut dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi)

yang meningkatkan sirkulasi darah, meredakan iskemia pada sel-sel miometrium,

menurunkan kontraksi otot polos miometrium, serta meningkatkan relaksasi otot dan

mengurangi nyeri akibat spasme atau kram pada daerah yang dioles minyak kayu

putih tersebut (Umaiyah, F, 2020). Adapun menurut Febrina, R, (2021), mengatakan

bahwa dengan mengolesi nyeri dengan menggunakan lotion penghangat seperti

balsam dapat menurunkan nyeri, hal ini disebabkan karena respon fisiologis yang

ditimbulkan untuk menurunkan rasa nyeri, adapun respon tersebut adalah karena

terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), sehingga dapat meningkatkan aliran

darah kebagian tubuh yang sakit, mengurangi ketegangan otot, dan dapat

merelaksasikan otot sehingga dapat menurunkan nyeri.

(10) Melakukan posisi knee chest

Posisi knee chest merupakan posisi yang menelungkupkan badan di tempat yang

datar, dengan lutut yang di dekatkan ke dada, dan tangan diluruskan kedepan. Posisi

ini dapat menggerakan otot, maka otot menjadi lebih kuat dan elastis secara alami hal

tersebut dapat melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu kelancaran peredaran

43
darah maka meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri (Palanippin, P, 2017).

Adapun menurut Febrina, R, (2021), mengatakan bahwa posisi knee chest adalah

posisi yang menelungkupkan badan pada tempat yang datar, atau dapat dikatakan

menekukkan lutut dan dekatkan ke dada. Hal ini dapat menggerakan otot, sehingga

otot menjadi lebih kuat dan elastis secara alami, ini juga dapat melenturkan otot-otot

pada pelvis dan membantu untuk melancarkan peredaran darah, hal ini juga dapat

meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan nyeri.

(11) Asupan Gizi

Zat besi (Fe) merupakan peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin (Hb).

Ketika individu kekurangan Fe maka akan menyebabkan gangguan pembentukan Hb,

sehingga mengakibtkan jumlah Hb pada sel darah merah akan berkurang dan Hb

yang rendah dapat menyebabkan anemia. Hb berfungsi untuk mengikat oksgen yang

dialirkan keseluruh tubuh, akan tetapi jika Hb berkurang, maka oksigen yang di

alirkan keseluruh tubuh hanya sedikit, dan mengakibatkan oksigen tidak dapat

dialirkan ke pembuluh darah di organ reproduksi sehingga akan mengalami

vasokontriksi dan akan menimbulkan nyeri. Oleh karena itu Fe dibutuhkan pada saat

perempuan sedang mengalami menstruasi agar tidak merasakan dismenore atau

nyeri menstruasi (Masruroh, N. et al, 2018).

Makanan yang tinggi akan zat besi yaitu daging merah, hati, sayuran hijau seperti

kangkung, bayam, dan brokoli. Makanan untuk membantu penyerapann zat besi agar

tidak terjadi penumpukan zat besi dalam tubuh akibat berlebihan yaitu konsumsi

protein, seperti ayam, ikan, dan telur serta konsumsi vitamin C seperti jeruk, nanas,

tomat, kiwi, dan lain-lain (Sholicha dan Muniroh, 2019).

44
2) Penanganan Farmakologi

Menurut Khan, (2019) pemberian obat digunakan jika disminorea berat sehingga

menggu aktivitas, tetapi jika nyeri haid dirasa masih bisa di tahan gunakanlah terapi-

non farmakologi. Berikut obat-obat yang bisa digunakan untuk mengatasi disminorea:

(1) NSAID (Obat anti-inflamasi nonstreoid)

Obat anti-inflamasi nonstreoid seperti motrin dan advil (Ibuprofen), Alleve

(naproxen) dapat membantu nyeri dan ketidaknyamanan tubuh secara keseluruhan.

(2) Obat antidepresan

Obat anti-depresan terbaru bernama SSRI (Pengekang peningkatan serotonim

terpilih) dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan pada wanita yang mengalami

PMS. SSRI dapat membantu gejala. PMS seperti Kekurangan tenaga, perasaan

mudah marah dan sulit focus. Banyak wanita yang mengalami gejala tersebut, merasa

lebih baik setelah, mengambil SSRI. (Khan, 2019).

(3) Obat analgetik

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa

nyeri atau dapat dikatakan obat-obatan yang dapat menghilangkan rasa nyeri.

(Mita.R.S. & Husni, P, 2017). Obat analgetik efektif untuk menurunkan atau

meredakan nyeri namun obat ini memiliki efek samping yang ditimbulkan, dan efek

samping obat analgetik yang ditimbulkan akan berbeda-beda, hal ini tergantung pada

jenis obat analgetik yang digunakan dan kondisi pasiennya atau individu. Efek

samping yang sering terjadi yaitu tukak lambung, sakit perut, mual dan kehilangan

nafsu makan . Dan biasanya pada seseorang dengan kontraindikasi gangguan

lambung, obat analgetik akan menimbulkan efek samping berupa mual, muntah dan

45
nyeri ulu hati (Liliana, V. 2019). Contoh obat-obat analgetik yang bisa digunakan

yakni:

- Asetaminofen/Paracetamol

Asetaminofen/paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin. Efek

analgetik pada asetaminofen sama dengan asprin yaitu untuk menghilangkan atau

mengurangi nyeri pada intensitas nyeri ringan dan sedang (Krishnamurthi, L. 2018).

Dosis yang dianjurkan dalam obat ini adalah oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga

maksimum 4 gram per hari. Dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan

(maksimum 4 kali dosis dalam 24 jam) (Badan POM RI, 2015).

- Diklofenak

Diklofenak bekerja sebagai penghambat siklooksigenase yang kuat, sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri dismenore. Dengan efek sampingnya yaitu mual, sakit kepala

dan sama seperti obat NSAID lainnya (Krishnamurthi, L, 2018). Diklofenak dapat

digunakan untuk mengatasi nyeri dan untuk nyeri dismenore diberikan dosis oral 75-

150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan (Badan POM RI, 2015)

46
2.2 Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah bagian dari penelitian, peneliti menjelaskan

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel, atau pokok

masalah yang ada dalam penelitianya (Sugiyono;2012 & nafiah hikmah siti;2019).

Kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Perkembangan
remaja

Psikis: Fisik Pengeta-


Mencari huann
identitas diri,
ketertarikan
lawan jenis,
Sekunder: Primer:
dorongan
Payudara Disminore Pendidikan
seksual manarche sikap
membesar, kesehatan
pinggul dan
bahu
melebar dll
perilaku
Klasifikasi Penanganan

Primer Sekunder farmakologi Non-


farmakologi

47
Keterangan:

= Diteliti = Tidak diteliti

Sumber: Linawati (2017), Yohana (2018)

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan yang menghubungkan secara teoriti

variabel independen dengan variabel dependen yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilaksanakan (Sugiyono 2014). Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Pendidikan Kesehatan
Pengetahuan tentang
Disminorea primer dengan
Upaya Disminorea

Variabel Independen Variabel Dependent

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

karena masih jawaban sementara artinya hipotesis ini kebenaranya masih diragukan

untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.

(Widiasworo, 2019)

Ha : Adanya Pengaruh Antara Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan

Remaja Tentang Disminorea Primer Dengan Upaya Penangan

Disminorea.

50
50
Ho : Tidak ada Pengaruh Antara Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan

Remaja Tentang Disminorea Primer Dengan Upaya Penangan

Disminorea

51
51
BAB III

METODOLOGI PENELITAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Nursalam (2020) penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang

digunakan untuk memecah sebuah permasalahan. Fungsi dari penelitian adalah untuk

mencari penjelasan jawaban terhadap suatu permasalahan yang dapat memberikan

alternative pemecahan sebuah masalah. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah metode eksperimen yaitu untuk melakukan uji pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pada siswi MAN 1 Kota Cirebon yang mengalami disminorea

primer tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

dengan metode kuasi eksperimen dalam suatu kelompok (one grup pretest-post test

design) yaitu dalam pengambilan data dilakukan kegiatan penelitian yang

memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, lalu selanjutnya

diberikan pendidikan kesehatan dan setelah itu diberikan tes akhir (posttest).

Kelompok intervensi diukur tingkat pengetahuan dengan menggunakan

kuisoner pada saat sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada waktu penelitian.

Intervensi yang diberikan diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap variabel.

Adapun bentuk rancangan metode ini, sebagai berikut:

52
Pretest perlakuan postteest

01 X 02

Pretest pendidikan kesehatan tentang disminore posttest

Keterangan:

01 = Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan intervensi pada siswi perempuan di

MAN 1 Kota Cirebon.

X = Intervensi pendidikan kesehatan tentang disminorea.

02 = Tingkat pengetahuan setelah dilakukan intervensi pada siswi perempuan

MAN 1 kota Cirebon.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Cirebon pada

bulan juli-Agustus 2021

53
TAHUN 2021
N Kegiat Ap M Ju Ju Agu september
o an ril ei ni li stus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4
1 Studi
penda
huluan
2 Penyu
sunan
propos
al
3 Ujian
propos
al dan
revisi
propos
al
4 Pelaks
anaan
penelit
ian
5 Penyu
sunan
lapora
n hasil
penelit
ian
6 Ujian
skripsi
7 Revisi
hasil
dan
penjili
dan
8 Pengu
mpula 54

n
skripsi
3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi penelitain

Menurut Sugiyono (2015) Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang ditentukan

sebagai subjek penelitian adalah siswi perempuan yang mengalami disminorea primer

55
di MAN 1 Kota Cirebon pada bulan April 2019. Jumlah perempuan yang mengalami

disminorea primer pada Siswi MAN 1 Kota Cirebon sebesar 80 orang.

3.3.2 Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2017) Sampel adalah bagian dari jumlah objek yang

diteliti dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sehingga sampel yang

digunakan harus menggunakan cara yang didasarkan oleh pertimbangan-

pertimbangan yang ada. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik non- probability sampling yakni purposive sampling yaitu

suatu teknik penetapan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakilu

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Rumus penentuan jumlah

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus komperatif, sebagai berikut:

n = (Zα + Zẞ)² λ
(P1-P2)²

Keterangan:

n : Jumlah sampel
Zα : deviat baku alfa kesalahan tipe I 5% (1,96)

Zẞ : deviat baku beta kesalahan tipe II 20% (0,84)

λ : Besarnya diskordan (ketidaksesuaian) 25% (0,3)

P1-p2 : selisih proporsi yang dianggap bermakna 25% (0,25)

56
Sehingga:

n = (,96 + 0,84) ² x 0,3

(0,25)²

=7,84x0,3
(0,25)²

= 2,352
0,0625

= 30

Berdasarkan hasil perhitungan rumus tersebut maka besar sampel dalam

penelitian ini minimal 30 orang. Teknik ini digunakan bila sampel mempunyai

kriteria tertentu. Untuk menentukan layak atau tidaknya sampel yang mewakili

populasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2018). Populasi

yang termasuk dalam kriteria inklusi pada peneliti ini yaitu:

(a) Siswi yang sudah menstruasi

(b) Siswi yang mengalami disminorea primer bulan Juni

(c) Siswi yang mengalami disminore tingkat skala nyeri sedang dan berat

57
2) Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel penelitian.

Populasi yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

(a) Siswi yang tidak memiliki riwayat disminore.

(b) Tidak bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan.

3.4 Teknik pengambilan sampel

Menurut (Sugiyono,2015 dalam Erwin Widiasworo,2019) Teknik pengambilan

sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability

sampling dengan masing-masing memiliki rincian sebagai berikut:

1) Probability sampling.

Merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap

anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:

(a) Simple random sampling

Pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada pada populasi. Teknik pengambilan sampel seperti ini dilakukan bila

anggoa populasi dianggap homogen.

(b) Proportionate stratified random sampling.

Teknik proportionate random sampling digunakan apabila populasi bersifat heterogen

atau memiliki jenjang secara proporsional.

58
(a) Disproportionate stratified random sampling.

Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel dari populasi yang berjenjang tapi

kurang proporsional.

(b) Cluster sampling.

Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau

sumber data yang sangat luas.

2) Non-probability sampling.

Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota

populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

(a) Sampling sistematis.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampling sistematis berarti

mendasarkan urutan anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

(b) Sampling kuota.

Sampling kuota adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari

ppopulasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.

(c) Sampling purposive

Sampling purposive adalah teknik penentu sampel dengan pertimbangan khusus

sehingga layak dijadikan sampel.

(d) Sampling insidental

Sampel insidential adalah telnik pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan.

59
Sampling jenuh

Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi atau dengan kata lain

semua anggota populasi dijadikan sampel.

(e) Snowball sampling

Snowball sampling adalah teknik penentu sampel yang mula-mula kecil, kemudian

makin lama makin besar.

Dari penjelasan teknik pengambilan sampling diatas, teknik pengambilan

sampling pada penelitian ini yakni purposive sampling dengan mengambil seluruh

sampel yakni 30 responden

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek penelitian, factor-

faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Dalam penelitia ini terdapat

dua variabel yakni variabel independent (bebas) dan variabel dependen (terikat).

Variabel independent (bebas) adalah variabel yang dapat mempengaruhi sedangkan

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi maka variabel penelitian ini terdapat

dua variabel, yaitu:

3.5.1 Variabel independent (variabel bebas)

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Maka dalam

penelitian ini variabel independentnya adalah pendidikan kesehatan.

60
3.5.2 Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Maka pada

penelitian ini variabel dependent nya adalah Pengetahuan tentang disminorea primer

dalam upaya penanganan disminorea. (Nursalam,2013)

3.6 Definisi Operasioanal Penelitian

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau sesuatu yang diukur oleh variabel. definisi operasional penting dilakukan dan

diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data konsisten antar

responden yang satu dengan responden yang lain. Disampig variabel harus

didefinisikan operasionalnya juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran,

hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan. Untuk

memudahkan, biasanya definisi operasional disajikan dalam bentuk kolom.

(Notoatmodjo, 2018)

61
.

Table 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


pengukuran
Pendidikan Proses penyampaian informasi Lembar
kesehatan kesehatan mengenai upaya observasi
penangnan disminorea dengan
menggunakan power point
dengan menggunakan google
meet, di MAN 1 Kota
Cirebon

Pengetahuan Pemahaman informasi yang Kuisoner Nilai tertinggi Ordinal


didapat remaja perempuan yang terdiri dari 26 10, dan nilai
meliputi pengertian, penyebab , pertanyaan terendah
manifestasi klinis, klasifikasi pengetahuan 0. Dengan
dan penatalaksanaan dimana nilai kriterian:
disminorea di MAN 1 Kota 1: untuk - Kurang:
Cirebon jawaban prosentase
benar, jawaban <55%
0 : untuk - Cukup:
jawaban prosentase
salah jawaban benar
56-74%
- Baik :
prosentase
jawaban benar
75-100%
- (Nursalam,2016

62
3.7 Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen

penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Alat ukur

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisoner.

Kuisoner merupakan alat ukur berupa beberapa pertanyaan. (Widiasworo, 2019).

Instrument untuk mengukur variabel tingkat pengetahuan pada penelitian ini

diambil dari penelitian yang dikembangkan dan sudah dilakukan uji validitas yakni

dari penelitian Arlin Dewi Utari pada tahun 2016. Kuisoner berjumlah 26 soal,

instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala gutmaan dengan

2 pilihan jawaba. Setiap item memiliki 2 kriteria penilaian yaitu benar dan salah.

Untuk jawaban “benar” mendapat nilai 1 dan untuk jawaban “salah” mendapat nilai

0. Jawaban yang benar lalu dijumlahkan untuk memperoleh skor pengetahuan

individu.

Instrument pada penelitian ini terdiri dari dua macam yakni kuisoner A berisi

pertanyaan singkat tentang identitas responden, namun data pada kuisoner ini tidak

diolah, hanya untuk mempermudah peneliti dalam penelitian. Kuisoner B berisi

tentang kuisoner pengetahuan yang berkaitan tentang disminorea yang terdiri dari

63
Tabel 3.2 kisi-kisi pertanyaan kuisoner

Variabel Indikator No soal Jumlah


Pengetahuan - Pengertian 1,2,3 3
tentang menstruasi dan
disminorea disminorea
- Patofisiologi
Disminorea 4,5,6 3
- Klasifikasi
Disminorea
8,9,10 3

- Derajat
Disminorea
7,11,12,13 4

- Etiologic dan
gejala
18,19,20,21,23,25 6

- Penatalaksanaan
disminorea
14,15,16,17,22,24, 7
26

jumlah

26 26

64
3.8 Validitas Dan Reabilitas

3.8.1 Uji Validitas

Validitas atau kesahihan adalah ukuran seberapa tepat instrument mampu

menghasilkan data sesuai ukuran sesungguhnya (Rahmawati , 2016). Untuk menguji

validitas instrument, peneliti harus melakuka komponen-komponen berikut:

1) Validitas kontruksi

Validitas konstruk merupakan validitas internal rasional suatu instrument yang

menunjukkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan suatu instrument dapat

merefleksikan kondtruk teoritik yang mendasari penyusunan instrument tersebut.

Pengujian validitas krontuki dari instrumen dapat dilakukan dengan diskusi terkait

aspek-aspek yang akan diukur dan berdasarkan pada teori dengan ahlinya minimal

tiga orang. Setelah melakukan diskusi, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan

isntrumen tersebut pada sampel kurang lebih 30 orang. Selanjutnya, data

ditabulasikan dan uji validitas konstruksi dilakukan dengan cara mengkorelasikan

antar skor item instrument.

2) Validitas isi

Validitas isi atau content validity merupakan pengujian untuk memastikan bahwa

pengukuran dalam memasukan sekumpulan item memadai dan mewakili yang

mengungkapkan konsep. Semakin item mencerminkan keseluruhan konsep yang

diukur, semakin besar validitas isi.

Pengujian validitas isi untuk intrumen berupa tes dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi intrumen dengan materi yang telah diajakan dengan materi

yang telah diajarkan. Sedangkan untuk instrument berupa non-test dapat dilakukan

65
dengan memabndingkan antara isi instrument dengan rancangan atau program yang

telah disiapkan. Pada tiap instrument terdapat butir-butir pertanyaan maupun

pernyataan.

3) Pengujian validitas eksternal.

Pengujian validitas eksternal dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria

yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi maupun

pernyataan. Instrument pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas oleh Arlin

Dewi Utari pada tahun 2016 dengan menggunakan validitas eksternal. Dari hasil

pengumpulan data terdapat 30 soal yang dilakukan uji validitas. Sebuah instrument

dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r table pada taraf signifikan 5%.

Uji validitas ini dilakukan kepada 20 responden dengan menggunakan korelasi

product moment, maka tarif signifikan adalah 0,444 (n= ,α= 0,05) dan didapatkan

hasil terdapat 4 soal yang tidak valid yaitu nomor 3 tentang definisi disminorea

dengan nilai r= 0,092, nomor 7 tentang patofisiologi disminorea dengan r= 0,333,

nomor 11 tentang penatalaksanaan penanganan disminorea dengan nilai r= 0,150.

Adapun penelitian ini mengambil soal yang valid untuk dijadikan isntrumen

penelitian.

3.7.2 Uji Reabilitas

Reabilitas adalah suatu ujuran yang menunjukkan seberapa tinggi instrument

dapat dipercaya atau dapat diandalkan, artinya reabilitas menyangkut tentang

konsistensi suatu alat ukur. Teknik rehabilitas menggunakan rumus alfa crombach.

Teknik ini digunakan untuk mencari instrument yang skornya berbentuk angket

dengan skala bertingkat (ranting scale). Jika variabel yang diteliti memiliki nilai

66
crombach alpha (α) > (60%) maka variabel dinyatakan realibel, sebaliknya jika nilai

crombach alpha (α) < (60%) maka variabel dinyatakan tidak realibel Instrument yang

digunakan

pada penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan uji reabilitas dan didapatkan nilai

crombach 0,961 (>0,6) sehinggan instrument dinyatakan realibel.

3.9 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Macam-macam teknik pengumpulan

data yakni, Observasi, wawancara, dokumentasi, triangulasi/gabungan. (Sugiyono,

2013). Selain itu menurut Pengumpulan data didefinisikan sebagai suatu kegiatan

pokok penelitian untuk menghimpun data dari populasi, sampel, responden ataupun

sumber data yang menggunakan metode kuisoner, wawancara, observasi dan

documenter. (Alhamda,2018, dalam Listia Agnes 2020).

Ada beberapa tahapan yang digunakan dalam pengumpulan data dalam

penelitian:

1) Peneliti meminta surat pengambilan data awal penelitian dan surat izin validitas

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Cirebon.

2) Peneliti menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data

67
primer dan data sekuner. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari kuisoner

penelitian dan data sekunder dalam penelitian ini yaitu jumlah siswa perempuan

68
kelas X pada tahun 2021 yang di peroleh dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota

Cirebon.

3) Peneliti mencari referensi dan memahami teori yang berkaitan dengan peneliti,

selain itu penelitian mengadopsi dan memodifikasi instrument yang akan

digunakan dalam penelitian. Peneliti mengadopsi instumen penelitian dari

penelitian Arlin dwi Utari tahun 2016.

4) Peneliti melakukan studi pendahuluan menggunakan wawancara dengan metode

online melalui whatsaap. Peneliti mengambil responden untuk studi pendahuluan

sebanyak 10% dari total populasi.

5) Peneliti akan melakukan penelitian dengan menyebar kuisoner sebelum dan

sesudah diberi pendidikan kesehatan, kuisoner berisi beberapa rangkaian

pernyataan untuk menilai pengetahuan tentang disminorea. Proses pengumpulan

data dilakukan selama delapan hari, hari pertama untuk kelompok intervensi diberi

pretest kemudian diberi pendidikan kesehatan selama 20 menit/ hari dalam waktu 3

hari , lalu dihari keenam diberi post test. Sebelum dilakukan penelitin, responden

akan dijelaskan mengenai tujuan, manfaat dan informed consent penelitian untuk

menghindari adanya responden yang droup out saat penelitian berlangsung. Untuk

kegiatan memberikan pendidikan kesehatan dilakukan secara online yakni

menggunakan Google Meet dan whatsaap. Dalam pengumpulan siswi-siswi

peneliti berkordinasi dengan setiap wali kelas dan pembina PMR sehingga

kegiatan dapat berjalan sesuai rencana.

6) Peneliti mengolah data dan menganalisis data dilakukan dengan tahapan editing,

69
coding, entri data dan cleaning data. Kemudian peneliti menganalisis data dengan

menggunakan SPSS (statistical package for sosial science) version 26. Setelah itu

peneliti mengipretasikan hasil analisis data yang telah ditentukan oleh Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Cirebon.

3.10 Pengolahan data

Menurut hasnidar, dkk (2021) Pengolahan data adalah tahapan setelah data

berhasil dikumpulkan. Tujuan pengolahan data adalah agar informasi dari data yang

telah dikumpulkan dapat disampaikan dengan mudah, cepat dan akurat kepada

pengguna. Tahap pengolahan data menjadi tahapan yang penting dalam statistic

karena ketepatan pengolahan data akan menghasilkan kesimpulan yang tepat.

Pengolahan data terdiri dari beberapa tahapan, menurut Notoatmodjo (2018).

1) Editing.

Hasil dari wawancara, angket observasi yang sudah di lakukn di lapangan harus di

lakukan penyuntikan terlebih dahulu biasa di sebut editing, editing merupakan

kegiatan yang dilakukan untuk mengecek dan memperbaiki isian dari formulir atau

kuisoner penelitian tersebut, apakah sudah lengkap dalam arti semua pertanyaan yang

ada kuisoner yang sudah terisi, apakah jawaban atau tulisan dari masing- masing

pertanyaancukup jelas dan dapat terbaca, apakah jawaban sudah relevan dengan

pertanyaan, apakah jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan konsisten dari jawaban

pertanyaan yang lainya, apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap perlu

dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban- jawaban tersebut. Tapi

70
apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data ulang maka

pertanyaan yang jawabannya tidak tersebut maka tidak diolah atau dimasukkan dalam

pengolahan data.

2) Coding.

Setelah semua kuisoner selesai diedit atau di sunting, selanjutnya selanjutnya

dilakukan percoding. Coding adalah merubah data dalam bentuk kalimat atau huruuf

menjadi data angket atau bilangan. Adapun coding pada pengolahan data penelitian

ini yitu usia, umur menarche, dan pretest postest. Koding atau pemberian kode sangat

berguna dan membantu dalam memasukkan data (data entry)

3) Memasukkan data (data entry) atau processing.

Data adalah jawaban-jawaban yang didapatkan dari setiap responden dalam penelitian

dalam bentuk kode (angka atau huruf) kemudian dimasukan kedalam program atau

software compute. Salah satu paket program paling sering digunakan untuk entri data

penelitian adalah paket program SPSS for window. Dalam proses ini seorang peneliti

dituntut harus teliti dalam melakukan entri data. Jika tidak diteliti maka data akan

bias.

4) Pembersih data (Claning)

Apabila semua data-data dari setiap sumber data atau dari responden dalam penelitian

sudah selesai dimasukkan maka perlu untuk dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan pada kode dan ketidaklengkapan atau

lainya. Kemudian dilakukan perbaikan atau koreksi dalam proses ini dinamakan

dengan pemberian data (data cleaning).

71
3.11 Analisis Data

3.11.1 Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah pengajuan judul skripsi,

melakukan bimbingan penelitian, pembuatan proposal. Selanjutnya seminar proposal

skripsi dan revisi sesuai hasil siding. Kemudian meminta surat perizinan dari Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon, untuk delanjutnya melakukan

proses perizinan ke Sekolan MAN 1 Kota Cirebon.

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah Dalam pengumpulan data ada 3

tahap dalam penelitian ini yakni pre test, pendidikan kesehatan, dan post test. Adapun

persiapan yang dilakukan yakni melakukan kontrak waktu dengan responden,

menyiapkan instrument, memberikan informasi mengenai alur pelaksanaan

penelitian, adapun alur penelitian yang dilakukan penelitian hari pertama yakni

dilakukan uji test pengetahuan tentang disminorea primer dalam upaya penanganan

disminorea. Kemudian diberikan pendidikan kesehatan selama 3 kali pertemuan. Dan

di hari kedelapan dilakukan uji test pengetahuan tentang disminorea. Selanjutnya

melakukan pengumpulan data, mengolah data, menyusun laporan akhir dan

melakukan bimbingan laporan hasil penelitian.

3.11.2 Tabulasi

Tabulasi adalah proses meringkas data mentah dan menampilkannya dalam

bentuk table statistic untuk analisis lebih lanjut. Dalam arti luas tabulasi adalah

susanan data yang teratur dalam kolom dan baris. Cara termudah untuk membuat

tabulasi

72
adalah menghitung jumlah repons untuk satu pertanyaan. Tabulasi penting karena

alasan berikut;

1) Menghemat ruang dan mengurangi pernyataan penjelasan dan deskriptif

seminimal mungkin.

2) Memfasilitasi proses perbandingan.

3) Menfasilitasi penjumlahan item dan deteksi kesalahan dan kelalaian.

4) Memberikan dasar berbagai perhitungan statistic. (Nizamuddin, et al., 2021)

3.12 Analisis Data

Data yang terkumpul univariat dan bivariate akan dianalisis dan

diinterpretasikan lebih lanjut untuk menguji hipotesa. Pengolahan data dan analisis

data dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan computer. (Notoatmodjo,

2018) Dalam penelitian ini, untuk menganalisi data yang telah dikumpulkan. Analisa

data yang dilakukan yakni sebagai berikut:

3.12.1 Analisis Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang dilakukan pada tiap satu variabel

dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi sebagai bahan masukan. Analisa pada penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

penanganan disminore primer. Karakteristik demografi pada penelitian yaitu

melingkupi umur, dan usia menarche

73
3.12.2 Analisa bivariate

Analisa bivariate merupakan analisa data yang dilakukan pada dua varibel

yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi (Hasnidar, et al., 2020) . Analisa

bivariate akan mengurangi perbedaan mean pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang disminorea terhadap tingkat pengetahuan

remaja perempuan di MA Negeri 1 Kota Cirebon. Analisa bivariate dilakukan dengan

uji statistic dependen sampel t-test (paired t test) untuk mengetahui perbedaan tingkat

pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistic tersebut dianalis dengan

tingkat kelemahan kemaknaan 95% (alpha 0,05).

3.13 Uji normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk menentukan apakah kelas

yangditeliti berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah uji

Kolmogorov smirnov. Uji Kolmogorov smirnov digunakan untuk menguji hipotesis

komparatif dua sampel independent bila datanya berbentuk ordinal. Uji Kolmogorov

smirnov ini hampir sama-sama digunakan untuk mengetahui perbedaan dua sampel

yang independen. (Muhid, 2019)

3.14 Etika Penelitian

3.14.1 Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas penelitian hendaknya

memegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yang dilakukan

tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis besar

74
ada empat prinsip yang harus dipegang teguh bagi seorang peneliti, yaitu

Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian tersebut. Sebagai ungkapan, peneliti hendaknya

mepersiapkan formulir persetujuan subjek berupa (inform concent) yang

mencangkup:

1) Penjelasan manfaat penelitian

2) Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan risiko dan ketidaknyamanan

yang ditimbulkan.

3) Penjelasan manfaat yang didapatkan.

4) Persetujuan peneliti dapat menjawab setia pertanyaan yang diajukan subjek

berkaitan dengan prosedur penelitian.

5) Jaminan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh

responden.

3.14.2 Menghormati privasi kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and

confidentiality).

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan

individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan

apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

75
3.14.3 Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan

dan kehati-hatian. Untuk itu lingkungan peneliti perlu dikondisikan sehingga

memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2018)

3.14.4 Prinsip manfaat (Benefience)

Manfaat yang didapatkan melalui keikutsertaan dalam penelitian ini antara lain

bebas bahaya (non maleficence). Penelitian yangdilakukan pada penelitian ini tidak

membahayakan jiwa dan membahayakan responden. Pada penelitian ini dilakukan uji

pengaruh pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang

disminore primer dalam upaya penanganan disminore. Penelitian ini sudah

melakukan tahap observasi dan perizinan sebelum dilakukan kepada responden

sehingga telah dinilai aman dilakukan.

76
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Deskriptif penelitian

Madrasah Aliyah 1 Kota Cirebon merupakan sekolah menengah Keagamaan

yang ada di Kota Cirebon yang sudah terakreditasi A. MAN 1 Kota Cirebon Memiliki

2 Jurusan yakni IPA dan IPS dan memiliki 3 keterampilan yakni Multimedia,

Otomotif dan Tata Busana. MAN 1 Kota Cirebon berdiri dari tahun 1965 pada saat

itu masih bernama PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) pada tahun 1990

Pemerintah mengeluarkan kebijakan menghapus dan mengalih nama sekolah PGAN

(Pendidikan Guru Agama Negeri) menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) sesuai

SK Menteri Agama RI.No.64 tahun 1990, tanggal 25 April 1990, diperkuat oleh SK

Menteri Agama RI No.42 tahun 1992 dan selanjutnya diperkokoh oleh SK Dirjen

Lembaga Islam No.E1V/PP.00.6/Kep/17.A/1998, dan pada tanggal 20 Februari 1998

resmi ditetapkan MAN 3 Cirebon. Kemudian pada tahun 2015 Menteri Agama

Republik Indonesia mengeluarkan KMA N0,212 Tahun 2015 tanggal 27 Juli 2015

mengenai perubahan Nama Madrasah, untuk MAN 3 Cirebon berubah menjadi MAN

1 Kota Cirebon. Adapun penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Agustus s/d 18

Agustus 2021 di MAN 1 Kota Cirebon. Man 1 kota cirebon dipilih menjadi tempat

penelitian karena banyak siswi yang mengalami disminore dan pengetahuan tantang

disminore masih kurang serta belum adanya pendidikan kesehatan di MAN 1 Kota

77
Cirebon.

Populasi penelitian sebesar 97 siswi karena 17 orang siswi sudah dijadikan studi

pendahuluan atau drop out maka total populasi dalam penelitian ini berjumlah 80

siswi, dan setelah dihitung menggunakan rumus didaptkan sampel sebesar 38

responden Penelitian dilakukan menggunakan Google form dengan link

https://forms.gle/FKQwe4BeUetAmmZM6 . Penelitian ini memiliki satu kuisoner

pengetahuan yang terdiri dari 26 item pertanyaan. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

remaja tentang disiminore primer dalam upaya penanganan disminore pada siswi

MAN 1 Kota Cirebon.

4.1.2 Karakteristik Responden

Madrasah Aliyah 1 kota Cirebon merupakan sekolah keagamaan yang berada

dikota Cirebon. Populasi siswi pada pada kelas 10 MAN 1 Kota Cirebon sebanyak

178 siswi yang terdiri dari jurusan IPA dan IPS. Adapun sampel yang digunakan pada

penellitian ini yakni sebesar 30 responden.

Masa remaja adalah masa kehidupan ketika seorang individu bukan lagi kanak-

kanak, tetapi juga belum dewasa. Masa ini akan mengalami perubahan fisik dan

psikologis yang sangat cepat, pertumbuhan dan perkembangan fisik ini disertai atau

ditandai dengan pematangan seksual. Masa remaja terbagi atas masa remaja awal

(early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa remaja tengah (middle adolescence)

berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir (late adolescence) berusia 17-19 tahun.

Berikut data-data karakteristik responden penelitian.

78
Table 4.1 Distribusi frekuensi Umur Siswa MAN 1 Kota Cirebon

Umur Frekuensi (f) Presentase (%)


15 4 13,3%
16 22 73,3%
17 4 13,3%
total 30 100%

Berdasarkan table 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa 22 siswi berusia 16 tahun

dengan prosentase (73,3%), dan 4 siswi berusia 15 dan 17 (13,3%). Sehingga dapat

diketahui bahwa rata-rata usia siswi kelas 10 di MAN 1 Kota Cirebon yakni usia 16

tahun dengan presentase (73,3%)

Table 4.2 Distribusi frekuensi Usia menearche siswa MAN 1 Kota Cirebon

Umur Frekuensi (f) Presentase (%)


11 7 23,3%
12 18 60,0%
13 4 13,3%
14 1 3,3
total 30 100%

Berdasarkan table 4.2 diatas maka dapat diketahui bahwa siswi MAN 1 Kota Cirebon

mengalami menstruasi pertama (menearche) pada usia 12 tahun sebanyak 18 siswi

dengan prosentase (60%). Usia menarche pada siswi kelas 10 MAN 1 Kota Cirebon

paling banyak terjadi pada usia 12 tahun, adapun beberapa factor yang mempengaruhi

menarche seorang wanita yakni Gizi, aktifitas fisik dan olahraga.

79
4.1.3 Analisis Univariat

Analisis univariate adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel,

tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lain. Adapun tujuan analisis

univariate yakni untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yng diteliti. Data ini merupakan data primer yang didapatkan dari

pengumpulan kuisoner pretest dan postest.

4.1.3.1 Uji Deskriptive

Pengukuran tingkat pengetahuan disminore primer pada siswa Man 1 Kota

Cirebon dilakukan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Hasil pengukuran

tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan ditampilkan pada

table 4.3

Table 4.3 Distribusi frekuensi nilai rata-rata tingkat pengetahuan pretest-


postest pada siswa MAN 1 Kota Cirebon

Pengetahuan n Minimum maximum mean SD


Pretest 30 14 21 17,83 2,052
Postest 30 18 24 21,53 1,613

Berdasarkan table 4.1 menunjukkan hasil pretest tingkat pengetahuan tentang

disminore sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok

intervensi rata-rata tingkat pengetahuan pretest 17,83 sedangkan nilai rata-rata

postest 21,53 yang berarti adanya perubahan nilai rata-rata tingkat pengetahuan.

80
4.1.3.2 Uji Kategori Pengetahuan Pretest Postest

Pengukuran kategori pengetahuan siswi MAN 1 Kota Cirebon dilakukan sebelum

(Pretest) dan sesudah (postest) tujuan dilakukan uji kategori untuk mengetahui

apakah ada pengaruh kategori pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan. Hasil kategori pengetahuan pada siswi MAN 1 Kota Cirebon

dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pretest tentang disminore primer


pada siswa MAN 1 Kota Cirebon. (n=30)

Variabel Frekuensi Presentasi (%)


Kurang 4 13,3 %
Cukup 20 66,7 %
Baik 6 20 %
Total 30 100 %

Berdasarkan table 4.4 menunjukkan hasil pretest tingkat pengetahuan tentang

disminore sebelum diberikan penndidikan kesehatan yakni pengetahuan kurang

sebanyak 4 responden dengan presentase (133%), pengetahuan cukup sebanyak 20

responden dengan presentase (66,7%) dan pengetahuan baik sebantyak 6 responden

dengan presentase (20%). Dapat dilihat dari data diatas bahwa terdapat responden

yang memiliki pengetahuan kurang yakni sebanyak 4 orang dan rata-rata pengetahuan

pada siswi MAN 1 Kota Cirebon yakni pengetahuan cukup dengan presentase sebesar

(66,7).

Setelah adanya pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi dan kelompok

control didapatkan adanya perubahan skor postest pada pengetahuan siswi MAN 1

Kota Cirebon yang ditampilkan pada table 4.6

81
Table 4.5 Distribudi frekuensi pengetahuan Postest tentang Disminore
Primer pada siswi MAN 1 Kota Cirebon

Variabel Frekuensi Presentasi (%)


Cukup 4 13,3 %
Baik 26 86,7 %
Total 30 100 %

Berdasarkan table 4.5 didapatkan hasil tingkat pengetahuan postest responden setelah

diberikan pendidikan kesehatan memiliki perubahan yakni sebanyak 4 responden

memiliki pengetahuan cukup dengan presentase (13,3%) dan sebanyak 26 responden

memiliki pengetahuan baik dengan presentase (86,7%)

4.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariate adalah analisi yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua

variabel atau dengan kata lain untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara

variabel independent dan variabel dependen yang dalam penelitian ini menggunakan

uji paired T-Test.

4.1.3.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adaah suatu prosedur uji statistic yang dimaksudkan untuk

memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari variansi

yang sama. Uji homogenitas dapat dilihat pada table 4.6

Table 4.6 Uji Homogenitas pengetahuan tentang disminore primer Pretest


dan Postest pada Siswa MAN 1 Kota Cirebon

Variabel Levene statistic df1 df2 signifikansi


Pengetahuan 0,763 1 58 0,386

82
Uji homogenitas pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah

beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat

dalam analisis independent sampel t test. Dapat dikatakan homogen jika nilai

signifikansi pada based on mean > 0,05 maka data dikatakan homogen dan jika jika

nilai signifikansi pada based on mean > 0,05 maka data dikatakan tidak homogen.

Berdasarkan dari table 4.2 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,386 yang berarti

homogen.

4.1.3.2 Uji Normalitas

Uji Normalitas pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui distribusi data

pada variabel Pengetahuan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini

menggunakan program SPSS (statistical package for sosial science) version 26 dan

menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk. Data dapat dikatakan normal jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berikut hasil uji normalitas variabel

pengetahuan.

Tabel 4.7 Uji Normalitas variabel Pengetahuan remaja tentang Disminore


Primer pada siswa MAN 1 Kota Cirebon. (n=30)

Variabel Nilai signifikansi keterangan


Pengetahan (Pretest) 0,070 Berdistribusi Normal

Pengetahuan (Postest) 0,129 Berdistribusi Normal

Berdasarkan table 4.8 diatas maka dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas

pengetahuan (Pretest) remaja tentang disminore primer pada siswa MAN 1 Kota

Cirebon diperoleh nilai signifikansi 0,070 yaitu lebih dari 0,05 yang berarti

83
berdistribusi normal sedangkan, hasil uji normalitas pengetahuan (postest) didapatkan

nilai signifikansi 0,129 yaitu lebih dari 0,05 yang berarti berdistribusi normal.

4.1.3.3 Uji Paired T-Test

Uji Paired T-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor

tingkat pengetahuan pretest-postest pada kelompok intervensi, maka harus dilakukan

uji anlisis paired t-test pada tangkat pengetahuan. Hasil uji paired t-test kelompok

intervensi ditampilkan pada table 4.8

Table 4.8 Hasil uji paired t-test tingkat pengetahuan pretes-postest tentang
disminore primer pada siswa MAN 1 Kota Cirebon. (n=30)

Skor tingkat pengetahuan 95 % Cl

Mean Lower Upper t df sign

Pretest-postest -3,700 2,307 -2,839 -8,786 29 0,000

Berdasarkan hasil uji paired t-test pada kelompok intervensi menunjukkan nilai t-

test = -8,786 dengan p-value = 0,000. Nilai p- value < 0,05 maka keputusan yang

diambil adalah Ho ditolak, artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang disminore primer pada kelompok

intervensi.

84
4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Pengetahuan Pretest tentang disminore primer pada Siswi MAN 1 Kota

Cirebon

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui

panca indera (Yuliana,2017).

Berdasarkan dari hasil penelitian dari 30 responden diketahui bahwa

pengetahuan disminore primer dalam upaya penanganan disminore sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan adalah 4 responden (13,3%) yang memiliki

pengetahuan kurang, 20 responden (66,7%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 6

responden (20%) yang memiliki pengetahuan baik. Dalam hal ini yang

mempengaruhinya yaitu factor-faktor instrinstik dan ekstristik. Dalam penelitian yang

dilakukaan sebelum pendidikan kesehatan didapatkan bahwa siswi yang memiliki

pengetahuan yang baik masih kurang. Oleh karena itu dibutuhkan untuk pemberian

pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi terutama mengenai menstruasi

dan disminore sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan pendidikan kesehatan

kepada siswi MAN 1 Kota Cirebon, pengetahuan siswi tentang Disminore meningkat

dengan begitu siswi dapat mencegah dan menanganai disminore secara tepat.

Hasil penelitian didukung oleh teori Budiman dan Riyanto dalam Fajarsari

(2020), mengenai factor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, media

85
massa atau sumber informasi, sosial budaya, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pengetahuan yang kurang bisa terjadi karena kurang nya sumber informasi yang

dapat dipengaruhi dari factor ekstrisik yang berasal dari factor lingkungan contohnya

yaitu petugas kesehatan yang belum melakukan peranya sebagai pendidik kesehatan.

Ada beberapa peran penting pendidikan kesehatan dalam menciptakan kesehatan

yang optimal, diantaranya yaiu peran pendidikan kesehatan dalam factor lingkungan,

peran pendidikan kesehatan dalam perilaku, peran pendidikan kesehatan dalam upaya

pelayanan kesehatan, dan peran pendidikan kesehatan dalam factor hereditas. Dengan

didukung pendidikan kesehatan yang optimal akan berpengaruh terhadap perubahan

tingkat pengetahuan seseorang.

Konsep dasar pengetahuan adalah seseorang dapat dikatakan belajar apabila

didalam dirinya terjadi perubahan pada perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerjakan menjadi dapat mengerjakan menurut Notoatmodjo 2016.

Pengetahuan tentang dismenorea sangat berpengaruh terhadap sikap dalam mengatasi

dismenorea. Remaja perempuan yang mendapat informasi yang benar tentang

dismenorea maka mereka akan mampu menerima setiap gejala dan keluhan yang

dialami dengan positif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang

dismenorea akan merasa cemas dengan stress yang berlebihan dalam menghadapi

gejala dan keluhan yang dialami, atau cenderung bersikap negatif. Peran petugas

kesehatan sangat dibutuhkan untuk memerikan edukasi mengenai disminorea untuk

mengurangi resiko disminorea pada remaja. Petugas kesehatan berperan sebagai

edukator dalam memberikan pendidikan kesehatan.

86
Pendidikan kesehatan tentang disminore primer belum pernah diberikan kepada

siswi kelas MAN 1 Kota Cirebon sehingga terdapat siswi masih kurang informasi

mengenai DIsminore primer dan menyebabkan oengetahuan siswi dalam kategori

kurang dan sebagian siswi tidak tahu dan tidak melakukan penanganan dan

pencegahan disminore secara tepat. Dalam hal ini pendidikan kesehatan harus

ditingkatkan mengenai pencegahan dan penanganan yang tepat untuk mengatasi

disminore primer pada remaja.

Upaya pencegahan disminore perlu dilakukan oleh remaja sehingga tidak terjadi

nyeri haid yang dapat mengganggu dan menghambat aktivitas. Menurut penelitian

Kristianingsih, Ani (2019) bahwa upaya pencegahan disminore sudah dilakukan oleh

beberapa remaja namun tiada hasil yang memuaskan untuk mengurangi disminore hal

itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai disminore.

4.2.1.2 Pengetahuan Postest tentang disminore primer pada Siswi MAN 1 Kota

Cirebon

Berdasarkan penelitian yang didapat sesudah pendidikan kesehatan tingkat

pengetahuan pada siswi MAN 1 Kota Cirebon mengalami peningkatan. Berdasarkan

hasil data penelitian dari 30 reponden diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan

kesehatan sebanyak 4 responden (13,35) memeiliki pengetahuan cukup dan 26

responden (86,7 %) yang memiliki pengetahuan baik dilihat dari peningkatan

prosentase. Penelitian Kristianingsih, Ani (2019) mengungkapkan bahwa sebesar

(53,5%) responden memiliki pengetahuan kurang baik, dan sebesar (46,5%) reponden

memiliki pengetahuan baik, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang

menyampaikan bahwa factor kurangnya pengetahuan akibat kurangnya informasi

87
kesehatan yang benar dan kurangnya akses kesehatan remaja terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi.

Dalam penelitian Dewi,ratna (2019) mengungkapkan bahwa sebesar (75%)

responden memiliki pegetahuan baik dipengaruhi oleh sistem informasi yang baik

dapat menstimulus seseorang, sumber informasi dapat diperoleh dari media cetak,

media elektronik, keluarga, dan pendidikan kesehatan. Apalagi dijaman sekarang

hampir semua remaja menggunakan gadjet, memberikan informasi atau edukasi

melalui media elektronik sangatlahlah membantu tenaga kesehatan dalam

memberikan Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada masyarakat karena

waktunya yang cepat dan sasaran nya sangat luas, bukan hanya remaja, anak-anak

dan dewasa pun dapat membaca informasi yang diberikan dapat dilihat dari hasil

penelitian Dewi Ratna (2019) bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada responden

yang dipengaruhi oleh informasi dari media elektronik dan media cetak, sehiingga

peran petugas kesehatan dalam memeberikan pendidikan kkesehatan di media

elektotik dan media massa harus lebih diaktifkan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Riska epina rahayu dan Eva mayasari

(2021) dalam penelitian pemberian pendidikan kesehatan melalui Whatsaap

didapatkan hasi; bahwa adanya peningkaan pengetahuan yakni pengetahuan baik

30,4%, hanya 66,1% dan kurang 3,6%. Distribusi Frekuensi Pengetahuan setelah

diberikan Pendidikan Menstruasi melalui Media Whatsapp kepada Siswa Kelas

Keperawatan diketahui persentase setelah diberikan pendidikan menstruasi melalui

media WhatsApp adalah baik 91,1% dan cukup 8,9%. Dengan nilai p-valuue sebesar

0,001 artinya adanya pengaruh pemberian edukasi melalui whatsaap.

88
Hasil penelitian Irwan Supriyanto (2021) juga mendukung pada penelitian ini

yaitu terdapat pengaruh tingkt pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan menggunakan pemberian pendidikan kesehatan melalui daring dengan hasil

p-value sebesar 0,000 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui

Daring terhadap tingkat pengetahuan.

Selain itu hasil penelitian Martini Sukmawaty (2021) juga mengungkapkan hasil

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dengan

metode daring didapatkan hasil setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

metode daring menggunakan aplikasi Zoom metting, pengetahuan responden

mayoritas berpengetahuan baik dengan prosentase (76%) dengan nilai p-value 0,000

yang berarti adanya pengaruh antara pemberian pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan dengan metode daring.

Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Ummah, et al, (2021) adalah

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara serta meningkatjan derajat

kesehatan, baik fisik maupun mental dan terjadinya perubahan pengetahuan sikap dan

tingkah laku individu, keluarga dan kelompok khusus dan masyarakat dalam

membina serta memelihara perilaku hidup sehat dan berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Hal ini sejalan dengan teori Surya dalam penelitian Yulia Nur khayati (2021)

bahwa dengan dilakukannya pendidikan kesehatan yang juga merupakan cara

memberikan informasi pada siswi dapat menambah pengetahuan serta wawasan siswi

mengenai disminore. Beberapa hasil peneliti juga mengungkapkan bahwa pendidikan

89
kesehatan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan

disminore.

Dari hasil penelitian beberapa peneliti bahwa pendidikan kesehatan sangat

berperan dalam meningkatkan pengetahuan remaja mengenai Disminore,

diungkapkan juga hasil penelitian sebelumnya bahwa pendidikan kesehatan

menggunakan metode daring memiliki pengaruh tehadap peningkatan pengetahuan

menjadi lebih baik. Sehingga pemberian pendidikan kesehatan harus tetap diberikan

walaupun dalam masa pandemic seperti sekarang ini kepada rema dengan pemberian

pendidikan kesehatan melalui daring, media massa, media elektronik, ataupun tatap

muka jika kondisi memungkinkan.

4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang

Disminore primer dalam upaya penangan disminore pada siswa MAN 1 Kota

Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian dengan perhitungan menggunakan uji Wilcoxon

signed rank test pada 30 responden diperoleh hasil bahwa intensitas pengetahuan

tentang disminore pada siswa MAN 1 Kota Cirebon adalah dengan melihat nilai

mean sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Nilai mean sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan yakni 0,00 dan nilai mean setelah dilakukan

pendidikan kesehatan yakni 15,00 sehingga terjadi peningkatan pengetahuan

disminore primer dalam upaya penanganan disminore pada siswa MAN 1 Kota

Cirebon. Dan terdapat p-value sebesar 0,000.

Pemberian pendidikan kesehatan mengenai disminore pada remaja sangatlah

90
penting. Ketika responden sudah memperoleh pendidikan kesehatan maka responden

merasa bahwa hal tersebut perlu dilakukan. Menurut kemenkes (2017) Secara umum

pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan adalah

proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih baik mengenai

status kesehatan. Dan didukung oleh pernyataan Susilowati (2017) Pendidikan

kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan. (Susilowati , 2016). Ummah (2017) juga mengemukakan

bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan, sikap dan

perilaku individu maupun kelompok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arlin Dewi

Utari (2016) dengan adanya pendidikan kesehatan terhadap remaja putri dapat

meningkatkan pengetahuan remaja putri sebanyak 5,06%, dan p-value sebesar 0,000

<0,05 dan didukung hasil dari penelitian Novitasari (2017) didapatkan hasil yakni

adanya peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pendidikan keseshatan dengan

peningkatan nilai rata-rata pre Test dan Pos Test sebesar 3,43%. Dengan nilai p-value

0,000 <0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Penelitian dari Oktariana Jenny

(2016) juga mengungkapkan penelitiannya dengan hasil yakni adanya peningkatan

rata-rata tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan yakni sebesar

17,2 % dengan nilai p-value 0,000 <0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dari

hasil penelitian diatas maka pemberian pendidikan kesehatan sangat penting dan

berpengaruh dalam sikap dalam menangani disminore sehingga pemberian

91
pendidikan kesehatan perlu diberikan secara berkelanjutan dan bertahap kepada

remaja.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya kesesuaian dengan teori

dan penelitian sebelumnya bahwa dengan dilakukan pendidikan kesehatan tentang

disminore primer, maka pengetahuan Setelah dilakukan pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan dan menjadi lebih tahu mengenai disminore dan penanganan

disminore sehingga diharapkan responden dapat mencegah dan mengurangi

disminore

Berdasarkan hasil penlitian yang telah dilakukan peneliti dengan

menggunakan uji paired T-test pada pengetahuan siswa MAN 1 Kota Cirebon dalam

upaya penanganan disminore sebelum dan sedudah diberikan pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan terdapat selisih antara sesudah dan sebelum mendapat

pendidikan kesehatan diperoleh nilai p-value yang didapat yakni sebesar 0,000

dimana kurang dari 0,05 sehingga keputusan hipotesis menerima Ha yang berarti

terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan disminore pretest dan postest. Dan

apabila p-value <0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh antara pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan tentang disminore primer dalam upaya penanganan

disminore pada siswa MAN 1 Kota Cirebon tahun 2021.

Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang berarti didalam

pendidikan adalah proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan kearah yang

lebih baik mengenai status kesehatan. Salah satu usaha pemerintah untuk

menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi adalah dengan

cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah

92
tetapi juga bisa dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan oleh tenaga

kesehatan atau penyuluhan kesehatan. (Kemenkes ,2017). Adapun tujuan pendidikan

kesehatan menurut Ummah, et al., (2021) adalah meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memlihara serta meningkatkan derjata kesehatan, baik fisik

maupun mental, dan sosialnya hingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang Disminore, siswi menjadi tahu

dan termotivasi untuk melakukan pencegahan disminore. Sehingga diharapkan

masalah terganggunya aktivitas karena factor disminore yang sering terjadi pada

remaja dapat teratas. Peran petugas kesehatan khususnya perawat sebagai educator

sangat penting untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama

remaja mengenai disminore, karena dengan diberikan pendidikan kesehatan

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan disminore pada remaja.

Dengan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

disminore primer dalam upaya penanganan disminore, maka tindakan selanjutnya

adalah perlu adanya kerjasama antara peneliti dan pihak tenaga kesehatan khususnnya

perawat untuk mengadakan sosialisasi lebih mendalam mengenai Dismirore dan cara

penanganannya sehingga remaja dapat mencegah dan mengurangi tingkat disminore.

4.3 Keterbatasan Penelitian

1) Penelitian ini dilakukan pada masa Pandemi sehingga sekolah tidak mengadakan

kegiatan belajar mengajar secara tatap muka sehingga pada saat pembagian kuisoner

penelitian peneliti harus aktif mengajak dan mengingatkan responden untuk mengisi

kuisoner

93
2) Pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara daring

menggunakan Google meet dan whatsapp sebanyak 3 kali dan pertemuan sehingga

peneliti harus menyesuaikan waktu dari jadwal sekolah dengan waktu pemberi

penkes, serta peneliti harus lebih aktif untuk mengajak responden untuk bergabung ke

Google meet.

3) Penelitian di Masa Pandemi dimana peneliti tidak mengawasi secara langsung

dapat memungkinan muculnya variabel pengganggu seperti media massa dan

informasi tidak dikendalikan yang memungkinkan besar merupakan salah satu factor

yang dapat mempngaruhi pengetahuan tentang disminore seperti informasi dari

internet.

4.3.3 Upaya mengatasi hambatan penelitian.

1) Peneliti meminta bantuan kerjasama kepada walikelas untuk mengarahkan anak-

anak pada saat penelitian berlangsung.

2) Peneliti bermusyawarah dan meminta pendapat kepada siswi untuk menentukan

jadwal pemberian Pendidikan kesehatan.

94
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja tentang disminore primer dalam upaya penangana disminore pada siswi

MAN 1 Kota Cirebon, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Tingkat pengetahuan disminore siswi MAN 1 Kota Cirebon sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan didapatkan nilai rata-rata pengetahuan siswi tentang disminore

primer sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 17,83 dengan kategori tingkat

pengetahuan kurang dan cukup.

5.1.2 Tingkat pengetahuan disminore siswi MAN 1 Kota Cirebon sesudah diberikan

pendidikan kesehatan didapatkan nilai rata-rata pengetahuan siswi tentang disminore

primer sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu 21,53 dengan sebagian besar

tingkat pengetahuan baik.

5.1.3 Diketahui hasil Uji paired T-test terdapat perbedaan tingkat pengetahuan disminore

pretest-postest siswi yaitu didapat nilai p-value 0,000 (p<0,05) dengan demikian

menunjukkan bahwa Ho ditolak artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan siswi MAN 1 Kota Cirebon.

95
5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja tentang disminore primer dalam upaya penanganan disminore

pada siswi MAN 1 Kota Cirebon, beberapa saran yang dapat diajukan menjadi bahan

pertimbangan yaitu:

4.2.1 Bagi siswi.

Bagi siswi MAN 1 Kota Cirebon penelitian ini dapat dijadikan tambahan

pengetahuan tentang disminore primer pada siswi, untuk menangani masalah

diminore

4.2.2 Bagi tenaga kesehatan

Bagi tenaga kesehatan terutama perawat hendaknya melakukan kegiatan pro

aktif pendidikan kesehatan dengan cangkupan yang lebih luas mengenai

Disminore dan cara penanganan disminorea pada remaja yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan remaja mengenai Disminore. Petugas kesehatan

hendaknya lebih aktif untuk memberikan infomasi melalui berbagai media

seperti cetak, elektronik ataupun internet sehingga cangkupan nya lebih luas.

4.2.3 Bagi puskesmas

Bagi puskesmas diadakan acara pendidikan kesehatan secara berkala di

sekolah, dan mengaktifkan dan membentuk Program PKPR dan melakukan

peer counselling atau konseling sebaya.

4.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini bisa dijadikan informasi untuk

96
peneliti selanjutnya dengan mengembangkan penelitian ini dengan cara

menggunakan metode lain untuk meningkatkan pengetahuan tentang

disminore pada remaja dengan desain penelitian yang berbeda dengan sampel

lebih luas, instrumen lain, variabel lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, M. R., Ani, S. L., & Wulan, C. W. (2019, November). Prevalensi

Disminorrhea Dan Karakteristiknya Pada Remaja Putri Di Denpasar. Jurnal

Medika Udayana, (8) 11, 2.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/33759. Diakses pada

tanggal 30 April 2021

Anurogo , D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid (1 ed.).

(Hernita, Ed.) Yogyakarta.

Asl, T. F., Mardani, M., Shahsavari, S., & Abbaszadeh, S. (2017). Menstuation

Phytotherapy According To Iran Ethnobotanical Sources.

Journal Pharmaceutical Science and Research, (9) 6, 988.

http://eprints.lums.ac.ir/817/. Diakses pada tanggal 2 mei 2021

Asroyo, T., Nugraheni, T. P., & Masfiroh, M. A. (2019). Pengaruh Pemberian

Minuman Kunyit Asam Sebagai Terapi Disminorea Terhadap Skala Nyeri.

Indonesia Jurnal Farmasi, (4) 1, 27.

https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/IJF/article/view/801. Diakses pada

tanggal 25 Maret 2021

97
Batubara, J.R., (2016). Adolescent Development (perkembangan remaja). Sari

Pediatri, Vol 12 No 1, hal 21-29. Diakses pada 13 Juli 2021

Cherry.H, S. (1999). Bimbingan Ginekologi Perawatan Modern Untuk Kesehatan

Wanita. Bandung: CV.Pionir Jaya.

Diananda, I.A., (2018). Psikologi Remaja dan Permasalahannya. ISTIGHNA, Vol

1No 1, hal 116-133.

Diananda, I.A., (2018). Psikologi Remaja dan Permasalahannya. ISTIGHNA, Vol

1No 1, hal 116-133. Diakses 13 juli 2021

Eva , M., & Hayu, E. R. (2021, April). Menstruated Education Using Whatsaap

Media to Self Care Disminore in Nursing Class Student. Science Midwifery,

(9) 1, 274.

https://www.midwifery.iocspublisher.org/index.php/midwifery/article/view/9.

Diakses pada tanggal 15 April 2021

Fajarsari, Y. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan

Perilaku Pencegahan Terjadinya Hipertensi pada Jemaah Haji Wilayah Kerja

Puskesmas Kota Gede I Yogyakarta. Skipsi, 41.

Febrina, R., (2021). Gambaran derajat dismenore dan upaya mengatasinya di pondok

pesantren Darussalam Al-Hafidz kota Jambi. Jurnal Akamdemka Baiturrahim

Jambi (JABJ), Vol 10 No 1, hal 187-195. Diakses pada tanggal 13 Juli 2021

Gustina , E., & Djannah, S. N. (2016, Januari). Sumber Informasi Dan Pengetahuan

Tentang Menstruasi Hygine Pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

148. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3375.

98
Diakses pada tanggal 15 April 2021

Hakiki, G., Supriyanto, S., Ulfa , A., Prastiwi, D., Larasati , W., & Khoer, M. I.

(2019). Profil Perempuan Indonesia 2019. (N. Sahrizal, P. S. Handayani, I.

Sahara, A. Chamami, S. Angraini, S. T. Dewi, & A. P. Roharjo, Eds.)

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Handayani, T. Y., & Sari, P. D. (2021, Februari). Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Remaja Dalam Mengatasi Disminorea. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Sains, (1)

1,

16. http://www.jurnalmbp.org/index.php/Medihealth/article/view/4. Diakses

pada tanggal 26 Maret 2021

Hartini., (2017). Perkembangan fisik dan body image remaja. Islamic Counseling,

Vol 1 No 02, hal 27-54. Diakses pada tanggal 13 Juli 2021

Haryono, R. (2016). Siap Menghadapi Menstruasi Dan Menopause. Yogyakarta:

Gosyen Publishing.

Hasnidar, Tasnim, Sitorus , S., Hidayati, W., Mustar, Fhirawati, . . . Sulfianti.

(2020).

Ilmu Kesehatan Masyarakat (1 ed.). (A. Rikki, Ed.) Yayasan Kita Menulis.

Holmes, K., Curry, C., Sherry, Ferfolja, T., Parry, K., Smith , C., . . . Armor, M.

(2021). Review Adolescent Menstrual Healt Literacy in Low, Middle and

High- Income: ANarrative Riview. (J. E. Chaplin , & E. Chiefari, Eds.)

International Jurnal of Environmental Research and Public Healt, 9.

99
https://www.researchgate.net/publication/348679622_Adolescent_Menstrual_

Health_Literacy_in_Low_Middle_and_HighIncome_Countries_A_Narrative

_ Review. Diakses pada tanggal 30 April 2021

Ibrahim, A. (2020, Desember). Jordan Journal of Pharamaceutical Science.

Speciahzed International Referreed Journal, (13) 4, 467.

http://www.jurnalmbp.org/index.php/Medihealth/article/view/4. Diakses pada

tanggal 16 April 2021

Indriyani, D., & Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (1 ed.). (Rose,

Ed.) Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Iqbal , M., Triyandi , R., Sayoeti, M. W., Ramdini, D. A., & Suharmanto. (n.d.).

Peningkatan Kognitif, Afektif dan psikomotor Melalui Promosi Kesehatan

tentang Bijak Menggunakan Antibiotik pada Masyarakat di Desa Umbul

Natar Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Jurnal

Pengabdian Masyarakat Ruwa Jurai.

Kemenkes. (2019, Maret). Pemuda Rumuskan Keterlibatan Bermaksa Dalam

Pembangunan Kesehatan.

Khan, Z. N. (2019). Wanita & Hormon. (F. M. Utami, & D. Prabantini, Eds.)

Yogyakarta: Rapha Publishing.

Kristianingsih , A., Marthalena, Y., & Apriana , N. (2019). Hubungan Pengetahuan

Remaja Tentang Disminorea Primer Deangan Upaya Penanganan Yang

100
Dilakukan Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 18 Pesawaran Tahun 2019.

Jurnal Maternitas UAP (JAMAN UAP), (1) 2, 103.

http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman/article/view/HUBUNG

ANPENGETAHUANani. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021

Lubis, P.Y., (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore

Primer Pada Remaja Siswi Sma Dharma Sakti Medan. Skripsi. Politeknik

Kesehatan Kemenkes Ri Medan Jurusan Kebidanan Medan Prodi D-Iv

Kebidanan. Diakses pada tanggal 13 Juli 2021

Manalu, A. B., Siagian, N. A., Ariescha, P. A., Yanti, M. D., & Melinda, N. (2020).

Pengaruh pemberian Jamu Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) Terhadap Penurunan

Nyeri Menstruasi (Disminorea) Pada Remaja Putri. Jurnal Kebidanan Kestra, (2) 2,

157. https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK/article/view/346. Diakses pada

tanggal 25 Maret 2021

Masturo, I., & T Anggita, N. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi

Kesehatan (RMIK) Metodologi Penelitian Kesehatan. KEMENKES

Muhid, A. (2019). Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis-Statistik dengan

SPSS for Windows. In D. N. Hidayat (Ed.). Sidoarjo: Zifatama Jawara.

Nizamuddin, Azan , K., Anwar , K., Ashoer, M., Nuraimini, A., Dewi, I., . . .

Sumianto. (2021). Metodologi Penelitian Kajian Teoritis dan Praktis Bagi

Mahasiswa. In Nizamuddin, K. Azan , & F. Ravida (Eds.). Riau: Dotplus..

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis (3

ed.). Jakarta: Salemba Medika.

101
Octavia, S.A., (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja. Yogyakarta.

Diakses pada tanggal 13 Juli 2021

Oktorika, P., Indrawati, & Sutiarti , P. E. (2020). Hubungan Index Masa Tubuh

(IMT) Dengan Skala Nyeri Disminorea Pada Remaja Putri Negeri 2 Kampar.

Jurnal Ners, (4) 2, 2.

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/view/1138.

Diakses pada tanggal 2 April 2021

Panjaitan, M. I., Mardha , S. M., & Safitri, E. (2021, Januari). Hubungan Perilaku

Remaja Putri Kelas VIII Dengan Penanganan Disminorea Primer di SMP

Negeri 2 Pancuran Batu Kabupaten Pancuran Batu Kecamatan Deli Serdang

Tahun 2020. Jurnal Pionir LPPM Universitas Asuhan, (7) 1, 4-5.

http://jurnal.una.ac.id/index.php/pionir/article/view/1923. Diakses pada

tanggal 2 April 2021

Pemuda Rumuskan Keterlibatan Bermakna Dalam Pembangunan Kesehatan. (2019,

Maret).

Putra, M.D.R.E dan Apsari, N.C., (2021). Hubungan proses perkembangann

psikologis remaja dengan tawuran antar remaja. Jurnal Kolaborasi Resolusi

Konflik, Vol 3No 1, hal 14-24. Diakses pada tanggal 13 Juli 2021

Rahmawati , t. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan disminorea mahasiswi

pendidikan biologi UIn walisongo Semarang terhadap sikap mengatasi

disminorea primer. skripsi, 47-48.

Rizkyta, D.P & Fardana, N.A., (2017). Hubungan antara persepsi keterlibatan ayah

102
dalam pengasuhan dan kematangan emosi pada remaja. Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Perkembangan, Vol 6 No 2, Hal 1-13. Diakses pada tanggal 13

Rohma, K., (2016). Hubungan antara factor sosiodemografi dan sikap dalam

menghadapi kejadian dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 1 Suboh

Situbondo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bidan Fakulta Kedokteran,

Universitas Airlangga Surabaya

Salamah , U. (2019, September). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri

terhadap Perilaku Penanganan Disminorea. Jurnal Ilmiah kebidanan

Indonesia, (9) 3, 124.

http://journals.stikim.ac.id/index.php/jiki/article/view/382. Diakses pada

tanggal 10 April 2021

Silaen, R. M., Ani, S. L., & Putri, W. C. (2019, November). Pravelansi Disminorea

dan Karakteristik Remaja Putri Di Denpasar. Medika Udayana, (8) 11, 1.

https://ocs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/55489. Diakses pada

tanggal 10 April 2021

Sinaga , E., Sribanon, N., Suprihatin, Sa'adah, N., Salamah, U., Murti, A. Y., . . .

Lorita,

S. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Global one , niversitas

Nasional

, IWWASH.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:

103
ALFABETA, CV.

Sumiasih, & Priyati, D. (2018, Januari). Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan

Upaya Penanganan DisminoreanPada siswi MTS Al-Hidayah Pawenang

Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Midwifery Journal, (3) 1, 50.

http://journal.ummat.ac.id/index.php/MJ/article/view/126. Diakses pada

tanggal 15 April 2021

Susilowati , D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi

Kesehatan. 14.

Umiyah, A. (2016, Februari). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan

Disminorea. Jurnal Oksitosin Kebidanan, (2) 1,

35.

https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/oksitosin/article/view/421. Diakses

pada tanggal 16 APRIL 2021

Ummah , F., Surianti, Badu, D. F., Firsty, L., Fuady, I., Kadarsah, A., Gustini.

(2021). Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan. In Risnawati (Ed.).

Bandung: Media Sains Indonesia dan Penulis.

Wang, C., Lv, X., Liu, W., Liu, S., & Sun, Z. (2020, Desember). Uncovering the

pharmacological Mechanism Of Motherwot ( Leonarus Joponicus Houtt) for

Treting Menstrual Disorder: A system Pharmacology Approach.

ComputationalBiology and Chemistry, 89, 475.

https://europepmc.org/article/med/33017723. Diakses pada tanggal 18 April

2021

104
Widiasworo, E. (2019). Menyusun Penelitian Kuantitatif Untuk Skripsi dan Tesis

(1

ed.). (Ilalang, Ed.) Yogyakarta: Araska

105
LAMPIRAN

106
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

107
108
109
110
111
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian

112
Lampiran 8 Surat Kesbangpol

113
Lampiran 9 surat izin penelitian

114
Lampiran 10 surat balasan penelitian

115
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth Responden penelitian

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya Fatimah dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Cirebon, bermaksud melaksanakan penelitian dengan

judul “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang

disminore primer dalam upaya penanganan disminore pada siswi MAN 1 Kota

Cirebon”. Saya mengharapkan partisipasi adik-adik siswi kelas X MAN 1 Kota

Cirebon atas penelitian yang saya lakukan. Perlu dikethui data yang telah dituliskan

akan dijaga kerahasiaanya. Apabila adik-adik bersedia menjadi responden, saya

mohon untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden. Atas perhatian dan

kesediaanya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,

Hormat Saya,

Fatimah

116
Lampiran 4 lembar persetujuan responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


Informed Consent

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

No responden :

Tanggal :

Setelah membaca dengan seksama, mengerti dan memahami penjelasan dan

informasi yang telah diberikan, saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam

penelitian yang dilakukan oleh saudari Fatimah Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Coirebon sampai dengan

berakhirnya masa penelitian.

Saya bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai

dengan kondisi yang sesungguhnya. Demikian pernyataan persetujuam ini saya buat

dalam keadaan sadar dan tidak sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Cirebon, September 2021

Responden

117
Lampiran 5 Kuisoner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

IDENTITAS RESPONDEN (Siswi Kelas X MAN 1 Kota Cirebon)

1. No Responden / Nama :

2. TTL :

3. Umur : Tahun

4. Kelas :

5. No.HP :

6. Usia Nyeri haid : *)

CATATAN *) Jika lupa usia nyeri haid, dapat diisi ketika kelas berapa mengalami

nyeri haid. Atau jika tidak mengalami nyeri haid tidak usah diisi. Data isian

tersebut sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan kenyataan sebenarnya

Cirebon,……………….2021

Responden,

(........................................)

118
A. Instrumen Pengetahuan Dismenorea primer

1. Disminorea disebut juga dengan nyeri haid.

a. Benar

b. Salah

2. Disminorea merupakan suatu gejala bukan penyakit..

a. Benar

b. Salah

3. Disminorea akan muncul 1 minggu sebelum haid.

a. Benar

b. Salah

4. Disminorea bisa terjadi karena adanya gangguan psikis (stress)

a. Benar

b. Salah

5. Disminorea akan dialami semua remaja putri yang sudah mengalami haid

a. Benar

b. Salah

6. Disminorea primer bisa disebabkan karena factor keturunan.

a. Benar

b. Salah

7. Pada saat disminorea wanita dapat melakukan olahraga.

a. Benar

b. Salah

8. Disminorea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu disminorea primer dan sekunder.

119
a. Benar

b. Salah

9. Disminorea sekunder sering berpengaruh dengan kelainan pelvic atau penyakit

kronik.

a. Benar

b. Salah

10. Disminorea sekunder dialami remaja dari pertama kali haid datang (menarche).

a. Benar

b. Salah

11. Disminorea primer dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat.

a. Benar

b. Salah

12. Pada disminorea primer ringan membutuhkan obat anti nyeri untuk mengatasinya.

a. Benar

b. Salah

13. Disminorea primer tingkat sedang tidak akan mengganggu aktivitas sehari-sehari.

a. Benar

b. Salah

14. Kompres air hangat pada perut bagian bawah dapat mengurangi disminorea

primer.

a. Benar

b. Salah

120
15. Mengkonsumsi lemak seperti gorengan dan daging merah berlebih untuk

mengatasi disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

16. Latihan fisik seperti jogging dapat mengatasi disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

17. Tidur dapat menambah nyeri disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

18. Mengkonsumsi vitamin C dapat menyebabkan disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

19. Sangat mual, bahkan pingsan merupakan gejala disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

20. Memerlukan istirahat beberapa hari serta disertai sakit kepala migraine, pingsan,

diare, rasa tertekan dan sakit perut merupakan gejala dari disminorea berat.

a. Benar

b. Salah

21. Disminorea primer mudah terjadi pada wanita yang sabar.

a. Benar

b. Salah

121
22. Relaksasi music dapat menurunkan nyeri disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

23. Anemia dapat menyebabkan disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

24. Temulawak merupakan obat herbal yang dapat menurunkan disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

25. Kurangnya vitamin B dapat menyebabkan disminorea primer.

a. Benar

b. Salah

26. Adanya informasi yang baik dapat menurunkan disminorea primer.

a. Benar
b. Salah

122
Lampiran jawaban
1. B 14. B
2. B 15. S
3. S 16. B
4. B 17. S
5. S 18. S
6. S 19. B
7. S 20. B
8. B 21. S
9. B 22. B
10. S 23. B
11. B 24. B
12. S 25. B
13. B 26. B

123
Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DISMINORE

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 9 Siswi kelas X MA

Negeri 1 Kota Cirebon dengan metode wawancara didapatkan bahwa 8 siswi

mengalami nyeri haid atau disminorea, dan 1 orang tidak mengalami nyeri haid.

Nyeri yang dirasakan oleh siswi yakni sebanyak 3 orang nyeri nya dapat ditahan, 5

orang rasa nyeri mengganggu dan memerlukan usaha untuk menahan nyeri dan 1

orang tidak merasa nyeri. Gejala yang dirasakan oleh siswi yakni 4 orang merasakan

nyeri dibagian perut bawah, 1 orang nyeri dibagian punggung, 3 orang merasakan

keduanya yakni nyeri perut bagian bawah dan punggung, dan 1 orang tidak

merasakan nyeri. Peengetahuan mengenai dismniore pada siswi MAN 1 Kota

Cirebon, berdasarkan dari hasil wawancara pada siswi MAN 1 Kota Cirebon

sebanyak 17 orang siswi tidak mengetahui arti dari disminore dan belum mengetahui

penanganan disminore.

Adapun Penanganan yang dilakukan oleh siswi yakni 5 orang tidak melakukan

penanganan, 1 orang melakukan penanganan dengan cara minum air hangat, dan 1

orang dengan kompres air hangat, dan 1 orang mengoleskan dengan balsam. Siklus

menstruasi pada siswi yakni sebanyak 6 siklus menstruasinya lancar dan 2 orang

124
siklusnya tidak lancar. Selain itu didapatkan informasi dari Guru bahwa belum ada

pendidikan kesehatan atau penyuluhan di MAN 1 Kota Cirebon. Didapatkan data

dari pembina UKS bahwa belum ada pendidikan kesehatan mengenai menstruasi dan

disminore, maka dari itu diperlukan informasi mengenai disminore dan cara

penanganan disminore secara tepat untuk siswi MAN 1 Kota Cirebon.

B. PENGANTAR

Bidang studi : Kesehatan Reproduksi

Topik : Gangguan Menstruasi

Subtopik : Disminore

Sasaran : Siswi Kelas X MAN 1 Kota Cirebon

Jadwal : Pertemuan 1 : Pukul 16.00 WIB

Pertemuan 2 : Pukul 10.00 WIB

Pertemuan 3 : Pukul 14.00 WIB

Hari/Tanggal : Pertemuan 1 : Sabtu, 07 Agustus 2021

Pertemuan 2 : Jum’at 13 Agustus 2021

Pertemuan 3 : Sabtu 14 Agustus 2021

Waktu : 30 Menit

C. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan siswi

dapat mengetahui mengenai menstruasi dan Disminore serta upaya untuk mengatasi

disminore. pengertin mentruasi, siklus menstruasi, pengertian disminore, klasifikasi

disminore, etiologic, tanda dan gejala, factor resiko, penanganan farmakologi dan non

125
farmakologi disminore.

D. TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui pengertian mesntruasi

2. Untuk mengetahui Siklus menstruasi

3. Untuk mengetahui pengertian Disminore

4. Untuk mengetahui klasifikasi disminore

5. Untuk mengetahui etiolgi diminore

6. Untuk mengetahui tanda dan gejala disminore

7. Untuk mengetahui factor resiko disminore

8. Untuk mengetahui penanganan farmakolgi disminore

9. Untuk mengetahui penanganan non farmakologi disminore

E. MATERI

Terlampir

F. MEDIA

Power point

G. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. interaktif

H. KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

No Pertemuan/ Kegiatan pendidik waktu Kegaitan siswi

126
tanggal
1 Pertemuan 1 / - Memberikan salam, 3 menit Menjawab
Sabtu, 07 Agustus 2021 memperkenalkan dsalam dan
diri, dan kontrak mendengarkan
waktu

- Menyampaikan 2 menit Mendengarkan

maksud dan tujuan


pendidikan
kesehatan.

- Menjelaskan 15 menit Menyimak

pengertian
menstruasi, dan
siklus menstruasi

7 menit Peserta
- Melakukan evaluasi
memberikan
dan Tanya jawab
pertanyaan
pada siswi tentang
kepada pemateri
materi yang sudah
disampaikan.
3 menit Peserta
memperhatikan
- Kesimpulan dan
menutup acara
2 Pertemuan 2/ - Memberikan salam, 3 menit Menjawab
Jum’at 13 Agustus 2021 memperkenalkan dsalam dan
diri mendengarkan

- Apersepsi tentang 2 menit Mendengarkan

Disminore
- Menjelaskan 15 menit Menyimak

pengertian
disminore,

127
klasifikasi
disminore, dan
etiologic, tanda dan
gejala, dan factor
resiko disminore
- Melakukan sesi tanya 5 menit Peserta
jawab memberikan
pertanyaan
\ kepada pemateri

- Mengevaluasi secara 5 menit Peserta

verbal pada peserta memperhatikan

penyuluhan,
Kesimpulan dan
menutup acara
3 Pertemuan 3/ - Memberikan salam, 3 menit Menjawab
Sabtu 14 Agustus 2021 memperkenalkan dsalam dan
diri mendengarkan

- Apersepsi tentang 2 menit Menyimak

Disminore
- Menjelaskan 15 menit Peserta
memberikan
penanganan
pertanyaan
farmakologi dan
kepada pemateri
non-farmakologi
disminore
5 menit Peserta
- Melakukan sesi tanya
memperhatikan
jawab

5 menit
Mengevaluasi secara
verbal pada peserta
penyuluhan,

128
Kesimpulan dan
menutup acara

I. LAMPIRAN MATERI

Materi Penyuluhan Disminore

1. Pertemuan pertama

A. Pengertian menstruasi

Menstruasi adalah pendarahan yang siklis dari uterus sebagai tanda bahwa alat

kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya. Menstruasi

sebenernya adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari

dinding Rahim perempuan secara periodik (Prof.Dr Noor Zaman Khan,2019)

Menurut Rudi Haryono (2016) Menstruasi adalah suatu proses hormonal dimana

hormone estrogen dan hormone progesterone menurun. penurunan ini kemudian

menimbulkan reaksi dari dinding rahim untuk melepaskan dan mengeluarkan dinding-

dingingnya. Dinding yang lepas tersebut akan lepas tersebut kemudian akan keluar

dalam bentuk darah sewaktu menstruasi yang biasanya berlagsung setiap bulan.

B. Fase-fase menstruasi

Menurut (Sinaga , et al., 2017) Siklus menstruasi berkisar antara 27 sampai 30

hari umumnya 20 hari artinya masa menstruasi akan terjadi setiap 28 hari sejak masa

menarche (menstruasi pertama) dan sampai masa menopause (berhentinya menstruasi

secara permanen) yaitu ketika seseorang sudah tidak mengalami menstruasi lagi

karena alasan fisiologis.

Jarak siklus haid yang paling panjang biasanya terjadi setelah haid pertama

129
(manarche) dan sesaat sebelum berhenti haid (menopause). jarak diantara waktu

tersebut biasanya 2 bulan atau bahkan satu bulan terjadi 2 kali siklus. Ini hal yang

normal dan tidak perlu dicemaskan. Dalam rentang waktu tertentu semenjak siklus

akan berlangsung normal. Pada perempuan yang akan menopause kondisi tersebut

tidak perlu dicemaskan. Selama kesehatan tetap terjaga menopause tidak perlu

ditakuti. Untuk dapat mengetahui siklus haid secara pasti, sebaiknya setiap

perempuan membuat kalender haid.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menandai kalender pada saat terjadi haid

setiap bulannya. Setelah beberapa bulan akan dapat diketahui siklus haid secara

pasti. Ini akan membantu kita untuk menentukan dan memperkirakan kapan haid

berikutnya akan datang. Terutama bagi mereka yang biasanya memiliki masalah dan

gangguan saat haid. jadi dapat dipersiapkan segala sesuatu hingga peristiwa penting

tidak perlu terganggu dengan adanya masalah haid. Siklus haid terdiri dari 2

fase yaitu fase endometrium dan ovarium.

1)Fase menstruasi

Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita setiap bulannya. Sebab

melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. oleh karena itu fase menstruasi

selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita

merasa tidak nyaman untuk beraktivitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi

hanya satu sampai dua hari, dimana pada awal haid pendarahan yang keluar banyak

dan menggumpal dan darah lebih sering keluar.

Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama 5 hari (rentang 3-6 hari) pada

130
awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Luteinizing Hormon)

menurun atau pada kadar terendah nya, sedangkan siklus kadar FSH (Folikel

Stimulating Hormon) baru mulai meningka.

2) Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan

ovum. fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. permukaan

endometrium secara lengkap kembali normal sekitar 4 hari atau menjelang

pendarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal +/- 3

sampai 5 mm atau sekitar 8 sampai 10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir

saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen,

karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel

ovarium.

3) Fase sekresi/ luteal.

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar 3 hari sebelum periode

menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang

matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan

halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya

pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon

reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jadi

pada fase ini wanita mengalami yang namanya premenstruasi sindrom atau biasa

disebut dengan PMS. beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan

131
dinding rahim akan luruh kembali

4) Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan

ovum. fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. permukaan

endometrium secara lengkap kembali normal sekitar 4 hari atau menjelang

pendarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal +/- 3

sampai 5 mm atau sekitar 8 sampai 10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir

saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen,

karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel

ovarium.

5) Fase sekresi/ luteal.

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar 3 hari sebelum periode

menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang

matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan

halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya

pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon

reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron) mengalami peningkatan. Jadi

pada fase ini wanita mengalami yang namanya premenstruasi sindrom atau biasa

disebut dengan PMS. beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan

dinding rahim akan

2. Pertemuan kedua

132
A. Pengertian Disminore

Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam

bahasa Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi

yang menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015).

Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar

hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri

juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot

rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim.

(Sinaga, ernawati et al,.2017)

Disminorea adalah kekakuan atau kejang pada perut bagian bawah yang

terjadi sebelum atau pada saat menstruasi, sehingga mengakibatkan perempuan

mengalami penurunan kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Disminorea

adalah nyeri yang dirasakan dengan gejala kompleks berupa kram bagian bawah

yang menjalar ke punggung atau tungkai. (Anisa Wlulandari, 2018, Mayasari Eva,

2021)

Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat

menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga

betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari

kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari

dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot

menegang dan

133
menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi

pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian

punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis.

B. Klasifikasi Disminorea

Menurut judha, (2018) Secara klinis, disminorea dibagi menjadi 2 yaitu, disminorea

primer (esensial, intrinsic, idiopati) dan disminorea sekunder ekstrinsik, yang

diperoleh acquired)

1) Disminorea Primer

Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat

genital yang nyata. Disminorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan

pertama setelah haid pertama, setelah siklus ovulasi teratur

selama menstruasi,sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan

prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormone yang kuat terdiri dari

asam lemak esensial. Prostalgandin merangsang otot uterus (rahim) dan

mempengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau

kelahiran) yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah kerahim)

melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahimz0 dan vasocontiction

(penyempitan pembuluh darah) (Judha,2018)

2) Disminorea sekunder

Disminorea sekunder adalah nyeri yang disebabkan adanya masalah pada

organ reproduksi wanita. Disminorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah

haid pertama, tetaoi biasanya paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah

nertahun-tahun normal tanpa adanya nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat


134
berperan pada dismenorea sekunder. Namun penyakit pelvis yang menyertai

135
haruslah ada. Penyebab yang umum diantaranya termasuk

endometriosis, adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic

inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU

(C) D (Intrauterine (Contrcrptibr) device).

C. Etiologi Disminorea

Menurut Hiralal, (2016) (Hiralal, 2016) Secara umum, nyeri haid terjadi

karena adanya kontraksi distrittik myometrium yang menunjukkan satu gejala atau

lebih, mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah. Berikut adalah

penyebab disminore menurut klasifikasinya, sebagai berikut:

1) Disminorea primer

(f) Faktor endokrin.

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Hormon

progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan

hormon estrogen merangsang kontraksi tilitas uterus. Di sisi lain, endometrium

dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan

kontraksi otot polos. jika kadar prostaglandin yang berlebihan masuk ke

peredaran darah maka selain dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya

seperti mual, muntah diare flushing (respons involunter (tak terkontrol) dari

sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna

kemerahan atau sensasi panas) jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin

memegang peranan penting pada timbulnya dismenorea primer.

136
(g) Kelainan organik

Kelainan organik seperti retroflrksia uterus (kelainan letak arah anatomis rahim,

hypoplasia (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis

servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), polip endometrium.

(h) Factor konstitusi

Factok konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi

timbunya disminorea primer.

(i) faktor alergi.

Alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara tidak

normal terhadap zat asin. Penyebab alergi salah satunya yakni toksin haid.

Menurut riset ada hubungan antara disminorea dengan utikaria (bidurian),

migraine dan asma.

(j) Penyebab disminorea sekunder

Penyebab disminore ekunder adalah ketegangan pada jaringan pelvis akibat

kongesti pelvis pre-menstruasi atau adanya peningkatan vaskularisasi pada pelvis.

Penyebab umum disminore sekunder adalah stenosis serviks, infeksi kronis pada

pelvis, endometriosis pelvis, adhesi pelvis, adenomiosis, fibrid uteri, polip

endometrium, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kongesti

pelvis seta obstrusi akibat malformasi ductus nulleri.

137
D. Tanda dan gejala

Gejala-gejala yang ditimbulkan disminorea anatara lain nyeri pada perut,

pusing, nyeri pinggang, mual, nyeri punggung, rasa nyeri perut bagian bawah, yang

menjalar keatas punggung dan paha dan ini biasanya dirasakan sebelum dan selama

menstruasi dan bahkan dapat meyebabkan pingsan. Dampak yang ditimbulkan oleh

disminore misalnya mual, bad mood, dan stress yang dapat menurunkan kualitas

hidup dan produktivitas wanita dalam bekerja (Rahmawati et al., 2019). Nyeri

dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yeng terus

menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,

serta mencapai puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.

Namun nyeri paling hebat muncul pada hari pertama haid kerap disertai efek seperti

muntah, diare, sakit kepala (Kurnia Rahmawati,2016).

E.Faktor resiko disminore

Berikut adalah factor resiko dari Disminorea (Hayati , Agustin, & Maidartati, 2020),

sesuai klasifikasinya:

1) Disminorea primer

(a) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun

Pada usia < 12 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam jumlah

sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit

138
(b) Haid memanjang atau dalam waktu lama

Siklus haid yang normal, jika seorang wanita memiliki jarak haid yang setiap

bulannya realtif tetap yaitu selama 28 hari, jika waktu tidak sesuai, perbedaan

waktu nya juga tidak terlalu berbeda tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari,

dihitung dari hari pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid dihitung

dari darah keluar sampai darah bersih, angara sampai 2-10 hari. Darah yang

keluar dalam waktu sehari belum dapat dikatakan sebagai haid namun bila

lebih dari 10 hari, dikategorikan sebagai suatu gangguan

(c) Merokok

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat

bermacam- macam bentuknya, mulai dari gangguan haid early menopause

(lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil. Pada wanita perokok

terjadi peningkatan resiko terjadinya kasus kehamilan diluar kandungan dan

keguguran.

(a) Kegemukan

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid

tidak teratur atau kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburaan, disamping itu

juga factor hormonal yang ikut berpengaruh dalam perubahan hormonal

atau perubahan pada system reproduksi bis terjadi akibat timbunan lemak

Pada perempuan obesitas

139
3) Disminorea sekunder

(a)Endometrium

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan membentuk lapisan dalam dinding rahim

tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat tumbuh di indung

telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di rektum (bagian akhir usus yang

terhubung ke anus). Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal sebagai

tempat untuk menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak dalam kondisi

hamil, endometrium tersebut akan luruh, lalu keluar dari tubuh sebagai darah

menstruasi. Pada kasus endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim tersebut

juga ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi tersebut

dapat menimbulkan keluhan nyeri, bahkan dapat menyebabkan kemandulan atau

infertilitas wanita.

(b)Adenomyosis

Adenomyosis adalah suatu kondisi di mana jaringan endometrium, tumbuh ke dalam

dinding otot rahim. Kondisi tersebut paling mungkin terjadi pada akhir masa subur

dan setelah memiliki anak.

140
(c) Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul).

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ

reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab paling

sering dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual

(d) carcinoma (kanker endometrium)

Kanker endometrium adalah jenis kanker yang menyerang endometrium atau

lapisan rahim bagian dalam. Kanker ini umumnya terjadi pada wanita yang telah

memasuki masa menopause (60-70 tahun)

(e) Ovarian cysts (kista ovarium)

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada indung telur (ovarium)

wanita. Kista ini biasanya muncul selama masa subur atau selama wanita mengalami

menstruasi.

3. Pertemuan ketiga

A. Penanganan Farmakologi

Menurut Khan, (2019) pemberian obat digunakan jika disminorea berat sehingga

mengganggu aktivitas, tetapi jika nyeri haid dirasa masih bisa di tahan gunakanlah

terapi-non farmakologi. Berikut obat-obat yang bisa digunakan untuk mengatasi

disminorea:

1) NSAID (Obat anti-inflamasi nonstreoid)

Obat anti-inflamasi nonstreoid seperti motrin dan advil (Ibuprofen), Alleve

(naproxen) dapat membantu nyeri dan ketidaknyamanan tubuh secara

keseluruhan.

2) Obat antidepresan

141
Obat anti-depresan terbaru bernama SSRI (Pengekang peningkatan serotonim

terpilih) dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan pada wanita yang

mengalami PMS. SSRI dapat membantu gejala. PMS seperti Kekurangan

tenaga, perasaan mudah marah dan sulit focus. Banyak wanita yang mengalami

gejala tersebut, merasa lebih baik setelah, mengambil SSRI. (Khan, 2019).

3) Obat analgetik

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri

atau dapat dikatakan obat-obatan yang dapat menghilangkan rasa nyeri. (Mita.R.S. &

Husni, P, 2017). Obat analgetik efektif untuk menurunkan atau meredakan nyeri namun

obat ini memiliki efek samping yang ditimbulkan, dan efek samping obat analgetik yang

ditimbulkan akan berbeda-beda, hal ini tergantung pada jenis obat analgetik yang

digunakan dan kondisi pasiennya atau individu. Efek

samping yang sering terjadi yaitu tukak lambung, sakit perut, mual dan kehilangan nafsu

makan . Dan biasanya pada seseorang dengan kontraindikasi gangguan lambung, obat

analgetik akan menimbulkan efek samping berupa mual, muntah dan nyeri ulu hati

(Liliana, V. 2019). Contoh obat-obat analgetik yang bisa digunakan yakni:

- Asetaminofen/Paracetamol

Asetaminofen/paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis

prostaglandin. Efek analgetik pada asetaminofen sama dengan asprin yaitu

untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri pada intensitas nyeri ringan dan

sedang (Krishnamurthi, L. 2018). Dosis yang dianjurkan dalam obat ini

adalah oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari.

Dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali

142
dosis dalam 24 jam) (Badan POM RI, 2015).

- Diklofenak

Diklofenak bekerja sebagai penghambat siklooksigenase yang kuat, sehingga

dapat mengurangi rasa nyeri dismenore. Dengan efek sampingnya yaitu mual,

sakit kepala dan sama seperti obat NSAID lainnya (Krishnamurthi, L, 2018).

Diklofenak dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan untuk nyeri

dismenore diberikan dosis oral 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya

setelah makan (Badan POM RI, 2015)

B. Penanganann Non Farmakologi

Menurut Haryono, Rudi (2016) Untuk menangani PMS penanganan dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu penanganan tanpa penggunaan obat (non-farmakologis)

dan penanganan menggunakan obat (farmakologis).

1) Penanganan obat non-farmakologis

a. Terapi non-farmakologis

- Kompres air hangat pada bagian yang terasa sakit, nyeri, atau keram (bisa perut

atau pinggang bagian belakang). Suhu hangat diketahui bisa mengurangi

ketegangan otot. Kalau ketegangan otot berkurang dan rileks, maka rasa nyeri

pun akan berangsur hilang.

- Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk relaksasi.

Jika mungkin, cobalah berendam dalam air hangat yang diberi tetesan

aromaterapi

agar otot di seluruh tubuh menjadi rileks.

143
- Lakukan pijatan lembut atau gosok bagian tubuh yang terasa pegal, sakit atau

tegang dengan balsem atau minyak aromaterapi Tarik napas dalam- dalam secara

perlahan untuk relaksasi. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim

tergantung ke bawah. Ini bisa membantu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri

berkurang atau mereda.

- Minum minuman hangat. Teh yang mengandung mint, sari jahe, atau kunir asem

yang hangat dapat membantu mengurangi atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau

kram terutama pada bagian perut.

- Olahraga

Nyeri pada saat haid dapat terjai akibat problem otot diseputar rongga pinggul.

Gangguan pada otot ini juga dapat mengakibatkan tegang otot hingga sakit

punggung. Untuk mengatasi hal tersebut ada gerakan senam yang bertujuan

untuk

meningkatkan kondisi otot jauh lebih baik. Manfaat dari gerakan senam ini baru

dapat dirasakan jika rutin dilakukan setidaknya empat kali seminggu selama tiga

bulan. Lakukanlan diantara setiap periode hail. Jadi, gerakan senam ini bukan

bukan baru dilakukan pada saat nyeri haid menyerang.

- Yoga

Latihan yoga dipercaya dapat menyembuhkan banyak hal. Dengan berlatih yoga,

keseimbangan tubuh seseorang dapat kembali. Kini banyak wanita yang berlatih

yoga untuk menghilangkan nyeri saat menstruasi sekaligus melancarkan

144
siklusnya. Ada beberapa posisi yoga yang bisa dilakukan untuk mengatasinya

seperti, bersila, posisi busur, posisi pavanamuktasa (mengangkat satu kaki

mengarah ke dada), dan sikap lilin.

- Akupresur.

Akupresur bermanfaat ntuk pecegahan penyakit, penyembuhan penyakit,

rehabilitasi (pemilihan) dan meningkatan daya tahan tubuh. Akupresur juga

bermanfaat untuk menghilangkan nyeri dan gejala-gejala pada berbagai penyakit

seperti low back pain dan heart rate pada pasien stroke. Akupresur jga dapat

digunakan untuk mengatasi nyeri pada saat menstruasi (disminore) dan distress

menstrual.

- Ramuan herbal

Beberapa herbal dipercaya dapat membantu meringankan gejala gejala PMS

atau PMDD. Di luar negeri banyak herbalist merekomendasikan penggunaan

seperti Leonurus japonicus Houtt, F. Vulgare, T foenum- graecum, marjoram,

adas, jelatang, yarrow, makhlase, jintan, oregano, timi, Peganum harmala,

semanggi merah, Asteraceae, Teucriumpolium. untuk meringankan gejala-

gejala PMS. Di Indonesia, kita juga memiliki banyak obat tradisional dan

tumbuhan obat yang sejak dulu digunakan untuk membantu meringankan PMS,

antara lain jamu yang mengandung kunyit, asam jawa, Temulawak, Jahe.

(Ibrahim, 2020)

- Penggunaan lotion

145
Penggunaan lotion dapat memberikan rasa hangat pada daerah yang dioleskan

lotion tersebut, salah satu lotion yang sering digunakan yaitu minyak kayu

putih. Minyak kayu putih dapat membantu meringankan sakit perut, perut

kembung, dan rasa mual. Minyak kayu putih ini akan memberikan rasa hangat

ketika individu atau seseorang mengoleskan pada permukaan kulit yang dirasa

tidak nyaman atau nyeri, sehingga rasa hangat tersebut dapat menyebabkan

pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang meningkatkan sirkulasi darah,

meredakan iskemia pada sel-sel miometrium, menurunkan kontraksi otot polos

miometrium, serta meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat

spasme atau kram pada daerah yang dioles minyak kayu putih tersebut

(Umaiyah, F, 2020). Adapun menurut Febrina, R, (2021), mengatakan bahwa

dengan mengolesi nyeri dengan menggunakan lotion penghangat seperti balsam

dapat menurunkan nyeri, hal ini disebabkan karena respon fisiologis yang

ditimbulkan untuk menurunkan rasa nyeri, adapun respon tersebut adalah

karena terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), sehingga dapat

meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang sakit, mengurangi ketegangan

otot, dan dapat merelaksasikan otot sehingga dapat menurunkan nyeri.

- Melakukan posisi knee chest

Posisi knee chest merupakan posisi yang menelungkupkan badan di tempat yang

datar, dengan lutut yang di dekatkan ke dada, dan tangan diluruskan kedepan.

Posisi ini dapat menggerakan otot, maka otot menjadi lebih kuat dan elastis

secara alami hal tersebut dapat melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu

146
kelancaran peredaran darah maka meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan

nyeri (Palanippin, P, 2017). Adapun menurut Febrina, R, (2021), mengatakan

bahwa posisi knee chest adalah posisi yang menelungkupkan badan pada tempat

yang datar, atau dapat dikatakan menekukkan lutut dan dekatkan ke dada. Hal ini

dapat menggerakan otot, sehingga otot menjadi lebih kuat dan elastis secara

alami, ini juga dapat melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu untuk

melancarkan peredaran darah, hal ini juga dapat meningkatkan relaksasi otot dan

menurunkan nyeri.

- Asupan Gizi

Zat besi (Fe) merupakan peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin

(Hb). Ketika individu kekurangan Fe maka akan menyebabkan gangguan

pembentukan Hb, sehingga mengakibtkan jumlah Hb pada sel darah merah

akan berkurang dan Hb yang rendah dapat menyebabkan anemia. Hb berfungsi

untuk mengikat oksgen yang dialirkan keseluruh tubuh, akan tetapi jika Hb

berkurang, maka oksigen yang di alirkan keseluruh tubuh hanya sedikit, dan

mengakibatkan oksigen tidak dapat dialirkan ke pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga akan mengalami vasokontriksi dan akan menimbulkan

nyeri. Oleh karena itu Fe dibutuhkan pada saat perempuan sedang mengalami

menstruasi agar tidak merasakan dismenore atau nyeri menstruasi (Masruroh,

N. et al, 2018).

Makanan yang tinggi akan zat besi yaitu daging merah, hati, sayuran hijau

seperti kangkung, bayam, dan brokoli. Makanan untuk membantu penyerapann

zat besi agar tidak terjadi penumpukan zat besi dalam tubuh akibat berlebihan

147
yaitu konsumsi protein, seperti ayam, ikan, dan telur serta konsumsi vitamin C

seperti jeruk, nanas, tomat, kiwi, dan lain-lain (Sholicha dan Muniroh, 2019).

148
Lampiran 7 Lembar Observasi
LEMBAR ORBSERVASI
No Hari/tanggal Aplikasi Jumlah Keterangan Pemberi
Penkes
responden
1 Sabtu, 07 Agustus Google 30 - Menjelaskan Listia
2021 Meet & pengertian Agnes
WA
menstruasi, dan
siklus menstruasi
-
2 Jum;at 13 Agustus Google 30 - Menjelaskan Listia
2021 Meet pengertian Agnes
disminore,
klasifikasi
disminore, dan
etiologic, tanda
dan gejala, dan
factor resiko
disminore

3 Sabtu 14 Agustus Google 25 - Menjelaskan Listia


2021 Meet & penanganan Agnes
WA
farmakologi dan
non-farmakologi
disminore

149
Lampiran 11 Hasil Ouput SPSS
LAMPIRAN UJI DESKRIPTIVE RESPONDEN

Statistics
responden umur usiamenarche
N Valid 30 30 30
Missing 0 0 0
Mean 15.50 16.00 11.97
Std. Error of Mean 1.607 .096 .131
Median 15.50 16.00 12.00
Mode 1a
16 12
Std. Deviation 8.803 .525 .718
Variance 77.500 .276 .516
Range 29 2 3

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 4 13.3 13.3 13.3
16 22 73.3 73.3 86.7
17 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Usiamenarche
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 11 7 23.3 23.3 23.3
12 18 60.0 60.0 83.3
13 4 13.3 13.3 96.7
14 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

LAMPIRAN UJI HOMOGENITAS

150
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
hasil pengetahuan Based on Mean .856 1 58 .359
Based on Median .530 1 58 .470
Based on Median and with .530 1 54.789 .470
adjusted df
Based on trimmed mean .763 1 58 .386

LAMPIRAN UJI DESKRIPTIV NILAI RATA-RATA TINGKAT PENGETAHUAN

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pretest 30 14 21 17.83 2.052
postest 30 18 24 21.53 1.613
Valid N (listwise) 30

LAMPIRAN UJI DISTRIBUSI FREKUENSI KATEGORI

pengetahuan pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 13.3 13.3 13.3
cukup 20 66.7 66.7 80.0
baik 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

pengetahuan postest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 4 13.3 13.3 13.3

151
baik 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

LAMPIRAN UJI NORMALITAS

Case Processing Summary


Cases

152
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pretest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
postest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest .165 30 .037 .936 30 .070
postest .147 30 .096 .946 30 .129
a. Lilliefors Significance Correction

153
154
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
hasil
pengetahuan
N 60
Normal Parameters a,b
Mean 19.6833
Std. Deviation 2.61347
Most Extreme Differences Absolute .110
Positive .070
Negative -.110
Test Statistic .110
Asymp. Sig. (2-tailed) .070c
Exact Sig. (2-tailed) .434
Point Probability .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

LAMPIRAN UJI PAIRED T-TEST

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Pretest - -3.700 2.307 .421 -4.561 -2.839 -8.786 29 .000
1 Postest

155
DOKUMENTASI

156
157
Tabulasi Data Pengetahuan Pretest siswi MAN 1 Kota Cirebon
no.Res x1 x1 x1 x1
p x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 0 1 2 3
1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
3 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
4 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1
5 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
6 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
7 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
8 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1
9 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
10 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
11 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
13 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
14 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
15 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
16 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1
17 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
18 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1
19 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
20 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
21 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0
22 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0
23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0
24 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
25 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
26 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1
27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
28 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1
29 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
30 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1

158
sko
x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 x21 x22 x23 x24 x25 x26 r
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 18
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 18
1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20
1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 14
1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 14
1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 14
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 16
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 18
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 18
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 19
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20
1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 14
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20
1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 18
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 19
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15
1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 17
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19

159
Tabulasi Data Pengetahuan Postest siswi MAN 1 Kota Cirebon
no.Res
p x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
5 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0
8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
9 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
10 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0
11 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
12 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
13 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
16 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
20 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
21 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
24 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1
25 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
30 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 x21 x22 x23 x24 x25 x26 sko

160
r
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 21
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 21
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 19
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22
1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 18
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 23
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 21
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 24
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 20
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 21
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 23
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21

161
Kuisoner Penelitian Pengetahuan Disminore siswi MAN 1 Kota Cirebon

Kuisoner Pengetahuan Disminore

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Sebelumnya perkenalkan, Saya


Fatimah, mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Cirebon hendak melakukan
penelitian dengan judul "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Remaja Tentang Disminorea Primer dalam Upaya Penanganan Disminorea Pada
Siswa MAN 1 Kota Cirebon Tahun 2021” untuk kepentingan skripsi. Semua data dan
identitas responden akan saya jaga kerahasiaan dan keikutsertaannya dalam penelitian
ini. Dalam hal ini tidak ada penelitian baik/buruk dan benar/salah jadi diharapkan
teman-teman dapat mengisi dengan baik dan jujur.

Petunjuk Pengisian:

1. bacalah pertanyaan yang ada dengan baik, sehingga teman-teman dapat mengerti
dengan pertanyaan tersebut.

2. Isilah pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang dianggap tepat, dan kerjakan


dengan jujur.

3. jika teman-teman memberi jawaban dengan benar, beri tanda pada jawaban dengan
mengikuti petunjuk setiap soal

Setelah membaca penjelasan diatas maka saya bersedia/tidak bersedia menjadi


responden penelitian
Bersedia
Tidak bersedia

162
Nama inisial

TTL (Tempat Tanggal Lahir

Umur

Usia Menarche (Haud Pertama)

Kelas

1. Disminore disebut juga dengan nyeri haid


Benar
Salah

2. Disminorea merupakan suatu gejala bukan penyakit.


Benar
Salah

3. Disminorea akan muncul 1 minggu sebelum haid.


Benar
Salah

163
4. Disminorea bisa terjadi karena adanya gangguan psikis (stress)
Benar
Salah

5. Disminorea akan dialami semua remaja putri yang sudah mengalami haid.
Benar
Salah

6. Disminorea bisa disebabkan karena factor keturunan.


Benar
Salah

7. Pada saat disminore wanita dapat melakukan olahraga


Benar
Salah

8. Disminorea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu disminorea primer dan sekunder


Benar
Salah

9. Disminorea sekunder sering berpengaruh dengan kelainan pelvic atau penyakit


kronik.
Benar
Salah

10. Disminorea sekunder dialami remaja dari pertama kalinya haid datang (menarche).
Benar

164
Salah

11. Disminorea dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Benar
Salah

12. Pada disminorea ringan membutuhkan obat anti nyeri untuk mengatasinya.
Benar
Salah

13. Disminorea tingkat sedang tidak akan mengganggu aktivitas sehari-sehari.


Benar
Salah

14. Kompres air hangat pada perut bagian bawah dapat mengurangi disminorea.
Benar
Salah

15. Mengkonsumsi lemak berlebih untuk mengatasi disminorea.


Benar
Salah

16. Latihan fisik seperti jogging dapat mengatasi disminorea.


Benar
Salah

17. Tidur dapat menambah nyeri disminorea.

165
Benar
Salah

18. Mengkonsumsi vitamin C dapat menyebabkan disminorea.


Benar
Salah

19. Sangat mual, bahkan pingsan merupakan gejalan disminorea primer.


Benar
Salah

20. Memerlukan istirahat beberapa hari serta disertai sakit kepala migraine, pingsan,
diare, rasa tertekan dan sakit perut merupakan gejala dari disminorea berat.
Benar
Salah

21. Disminorea primer mudah terjadi pada wanita yang sabar.


Benar
Salah

22. Relaksasi music dapat menurunkan nyeri disminorea primer.


Benar
Salah

23. Anemia dapat menyebabkan disminorea primer.


Benar
Salah

166
24. Temulawak merupakan obat herbal yang dapat menurunkan disminorea primer.
Benar
Salah

25. Kurangnya vitamin B dapat menyebabkan disminorea primer.


Benar
Salah

26. Adanya informasi yang baik dapat menurunkan disminorea.


Benar
Salah

Kuisoner Pengetahuan Disminore

Jazakallahu Khairan Katsiiran

Kirim jawaban lain

167
BIODATA PENULIS

Nama : Fatimah

NPM : 170711048

Alamat : Desa Grogol Blok Depok RT/Rw 002?003

Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon

No. HP Aktif : 083813526243

Email Aktif : fatimahcirebon3@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Tahun

TK Roudhatul Hidayah 2004-2006

SD Negeri 1 Grogol 2006-2012

SMP Negeri 2 Gunung Jati 2012-2015

MA Negeri 1 Kota Cirebon 2015-2017

Cirebon, September 2021

Fatimah

168
169
170
171
172

Anda mungkin juga menyukai